• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH PENERAPAN PETA KONSEP PADA PENGAJARAN MATERI SEGITIGA TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP SISWA DI SMP KRISTEN 2 SALATIGA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGARUH PENERAPAN PETA KONSEP PADA PENGAJARAN MATERI SEGITIGA TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP SISWA DI SMP KRISTEN 2 SALATIGA"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

1

PENGARUH PENERAPAN PETA KONSEP PADA PENGAJARAN

MATERI SEGITIGA TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP SISWA

DI SMP KRISTEN 2 SALATIGA

Crisilia Setiani, Pembimbing 1: Prof. Dr. Sutriyono, M.Sc., Ph.D., Pembimbing 2: Kriswandani, S.Si., M.Pd.

Program Studi S1 Pendidikan Matematika Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Kristen Satya Wacana, Jl. Diponegoro 52 – 60 Salatiga, Indonesia

e-mail: 202009008@student.uksw.edu Abstract

This research aimed to know the significant influence concept maps in teaching the triangle material to student’s conceptual understanding. That was quasi experimental research with two group pretest posttest design. The population in this research were 4 class of 7th grade in SMP Kristen 2 Salatiga. The sample were VIIA as experiment class and VIIC as control class. That was acuired by purposive sampling technique, considered by the same prior knowledge that obtained by homogeneity and normality test. The data collected by the test method, such as posttest treated to final test students after given treatment, then followed up with an interview to determine the conceptual understanding of a class that highest in the test results. The interview sample were 18 respondents with purposive sampling technique. T test was used to examine the differences siginificance both classes. The results showed a significant 0.001 < 0.05 and an average value 69.77 of VIIC class lower than the average value 84.0587 of VIIA class, it was concluded that there was a significant influential of the application concept maps in teaching the triangle material to student’s conceptual understanding. Student’s conceptual understanding who was taught by concept maps better than students taught with conventional teaching. Interviews showed the diverse of students triangle concept. 83.33% of students know the right triangle definition , 88.89% of students understand of the height of triangle, 72.22% of students understand the types of triangles and 55.56% of students understand the properties of triangle. The correct answers had the highest percentage of among other answers variation, therefore that was concluded that concept maps influential student’s conceptual understanding.

Keywords: Concept Maps, Conceptual Understanding, Triangle.

1. Pendahuluan Latar Belakang Masalah

Matematika adalah ilmu yang universal. Artinya sebagian besar disiplin ilmu yang ada secara langsung maupun tidak langsung memanfaatkan konsep matematika. Matematika berkenaan dengan konsep-konsep abstrak yang tersusun secara hirarkis dan penalarannya deduktif, sehingga belajar matematika itu merupakan kegiatan mental yang tinggi (Hudoyo, 2001). Seringkali masalah dalam matematika yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari hanya digunakan untuk mengaplikasikan konsep dan kurang digunakan sebagai sumber inspirasi penemuan

(2)

2

atau pembentukan konsep (Suharta, 2002). Akibatnya, antara matematika di kelas dengan di luar kelas (dalam kehidupan sehari-hari) seolah-olah terpisah, sehingga siswa kurang memahami konsep.

Memahami konsep matematika diperlukan kemampuan generalisasi serta abstraksi yang cukup tinggi. Ruseffendi (2009) mengemukakan bahwa pada bagian yang paling sederhana banyak konsep yang dipahami secara keliru sehingga matematika dianggap sebagai ilmu yang sulit. Proses pemahaman siswa tersebut disebabkan oleh beberapa faktor seperti pola materi yang disampaikan guru tidak melalui langkah yang terstruktur. Padahal matematika memiliki ciri utama yaitu penalaran deduktif, dimana kebenaran suatu konsep dari akibat logis suatu kebenaran sebelumnya sehingga kaitan antar konsep dalam matematika harus bersifat konsisten.

Berdasarkan informasi yang diperoleh dari guru mata pelajaran matematika kelas VII SMP Kristen 2 Salatiga, penjelasan materi mata pelajaran matematika yang diberikan sulit dipahami oleh siswa. Pemahaman terhadap konsep adalah dasar untuk belajar matematika secara bermakna. Upaya agar pembelajaran menjadi bermakna bisa dilakukan dengan menerapkan teori belajar Ausubel. Ausubel sangat menekankan agar guru mengetahui konsep-konsep yang telah dimiliki siswa (advance organizer) supaya belajar bermakna dapat berlangsung (Novak, 1986). Tetapi Ausubel belum menyediakan suatu alat atau cara bagi guru yang dapat digunakan untuk mengetahui apa yang telah diketahui siswa. Novak dan Gowin (1985) dalam bukunya Learning How To Learn mengemukakan bahwa hal itu dapat dilakukan dengan pertolongan peta konsep atau pemetaan konsep. Fungsi peta konsep dapat membuat jelas gagasan pokok bagi guru dan murid yang sedang memusatkan perhatian pada tugas pelajaran yang spesifik.

Atep Sujana (2009) menemukan bahwa dengan menggunakan peta konsep sebagian siswa merasa senang dan merasa mudah belajar. Yulis Jamiah (2007) menemukan dengan penggunaan peta konsep menunjukkan peningkatan penalaran mahasiswa atau kemampuan mahasiswa dalam mengkaitkan atau menghubungkan konsep-konsep pada materi yang dipelajari. Hal tersebut sejalan dengan penelitian Rohana (2009) menemukan bahwa pembelajaran dengan menggunakan peta konsep dapat membantu pemahaman mahasiswa terhadap konsep statistika dasar.

(3)

3

2. Kajian Pustaka A. Peta Konsep

Konsep adalah satuan arti yang mewakili sejumlah obyek yang memiliki ciri-ciri yang sama. Ciri khas dari konsep yang diperoleh sebagai hasil belajar adalah adanya skema konseptual. Konsep-konsep dapat dihubungkan satu sama lain atau dikombinasikan yang satu dengan yang lain, sehingga lahirlah apa yang disebut kaidah (Winkel, 2004).

Novak dan Gowin menyatakan bahwa peta konsep merupakan alat atau cara yang dapat digunakan guru untuk mengetahui apa yang telah diketahui oleh siswa. Martin (dalam Basuki, 2000) mengungkapkan bahwa peta konsep merupakan petunjuk bagi guru, untuk menunjukkan hubungan antara ide-ide yang penting dengan rencana pembelajaran. Menurut Arends (dalam Basuki, 2000) penyajian peta konsep merupakan suatu cara yang baik bagi siswa untuk memahami dan mengingat sejumlah informasi baru. Penyajian peta konsep yang baik dapat membuat siswa mengingat suatu materi dengan lebih lama lagi.

Ernest (dalam Basuki, 2000) berpendapat bahwa untuk menyusun suatu peta konsep dalam matematika bisa dilakukan dengan cara sebagai berikut: tentukan dahulu topiknya, membuat daftar konsep-konsep yang relevan untuk konsep tersebut, menyusun konsep-konsep menjadi sebuah bagan, menghubungkan konsep-konsep itu dengan kata-kata supaya bisa terbentuk suatu proposisi, mengevaluasi keterkaitan konsep-konsep yang telah dibuat. Dahar (2011) mengemukakan ciri-ciri peta konsep sebagai berikut: penyajian peta konsep adalah suatu cara untuk memperlihatkan konsep-konsep dan proposisi-proposisi dalam suatu topik pada bidang studi, peta konsep merupakan gambar yang menunjukkan hubungan konsep-konsep dari suatu topik pada bidang studi, bila dua konsep atau lebih digambarkan di bawah suatu konsep lainnya, maka terbentuklah suatu hierarki pada peta konsep itu.

Peta konsep memegang peranan penting dalam belajar bermakna. Oleh karena itu, siswa harus pandai menyusun peta konsep untuk meyakinkan bahwa pada siswa itu telah mengalami belajar bermakna. Ada beberapa langkah dalam menyusun peta konsep menurut Dahar (2011) yaitu: memilih suatu pokok bahasan atau materi, tentukan konsep-konsep yang relevan, urutkan konsep-konsep itu dari

(4)

4

yang paling inklusif ke yang paling tidak inklusif (contoh-contoh), susunlah konsep-konsep itu di atas kertas, mulai dengan konsep yang paling inklusif di puncak ke konsep yang paling tidak inklusif, kemudian hubungkan konsep-konsep itu dengan kata penghubung. Berikut merupakan peta konsep materi segitiga:

Gambar 1. Peta Konsep Materi Jenis-jenis Segitiga B. Sintaksis untuk Pengajaran Konsep

Pengajaran konsep menurut Arends (2008) meliputi

Fase Perilaku Guru

Fase 1

Mengklarifikasi maksud

Guru menjelaskan maksud dan prosedur untuk pelajaran itu dan menyiapkan siswa untuk belajar

Fase 2

Memberi masukan contoh dan bukan contoh

Direct presentation (presentasi langsung), guru menamai

berbagai konsep, mengidentifikasi atribut-atribut kritis, dan member ilustrasi dengan contoh dan bukan contoh.

Concept Attainment (Pencapaian Konsep), contoh dan

bukan contoh diberikan dan siswa mencapai konsep itu. Fase 3

Menguji pencapaian

Guru mempresentasikan contoh dan bukan contoh tambahan untuk menguji pemahaman siswa tentang konsep itu. Siswa diminta memberikan contoh dan bukan contoh untuk konsep itu.

meliputi meliputi meliputi tiga sudut lancip disebut

disebut disebut disebut disebut disebut

segitiga lancip segitiga siku- siku segitiga tumpul segitiga sama kaki segitiga sama sisi segitiga sembarang Lancip Sama kaki siku-siku sama kaki Tumpul Sama kaki Lancip Sama sisi Lancip sembarang Siku-siku sembaran g Tumpul sembaran ggg satu sudut siku- siku satu sudut tumpul dua sisi sama panjang tiga sisi sama panjang yang mempunyai SEGITIGA Tiga sisi Tidak Sama panjang Jenis segitiga berdasa r panjang sisi dan besar sudut Jenis segitiga berdasa r besar sudut Jenis segitiga berdasar panjang sisi

(5)

5 Fase 4

Menganalisis proses berpikir dan integrasi pembelajaran siswa

Guru membawa siswa untuk memikirkan tentang proses berpikirnya sendiri. Siswa diminta menelaah keputusannya sendiri dan konsekuensi keputusannya sendiri. Guru membantu siswa untuk mengintegrasikan pembelajaran yang baru dengan menghubungkan konsep itu dengan konsep-konsep lain dalam sebuah unit pelajaran.

C. Pemahaman Konsep

Driver (1993) menyatakan pemahaman merupakan kemampuan untuk menjelaskan suatu situasi atau suatu tindakan. Sedangkan Bloom (dalam Ruseffendi, 2009) menyebutkan ada tiga macam pemahaman. Pemahaman tersebut meliputi pengubahan (translation), pemberian arti (interpretation) dan pembuatan ekstrapolasi (extrapolation). Pemahaman konsep adalah salah satu aspek penilaian yang harus dilakukan oleh guru. Sejalan dengan hal tersebut Depdiknas (2003) memberi pedoman mengenai beberapa kompetensi yang perlu diperhatikan oleh guru dalam melakukan penilaian yaitu:

a. Pemahaman konsep

Siswa mampu mendefinisikan konsep, mengidentifikasi dan memberi contoh atau bukan contoh dari konsep tersebut.

b. Prosedur

Siswa mampu mengenali prosedur atau proses menghitung yang benar dan tidak benar.

c. Komunikasi

Siswa mampu menyatakan dan menafsirkan gagasan matematika secara lisan, tertulis, atau mendemonstrasikan.

d. Penalaran

Siswa mampu memberikan alasan induktif dan deduktif secara sederhana. e. Pemecahan masalah

Siswa mampu memahami masalah, memilih strategi penyelesaian, dan menyelesaikan masalah.

Menurut Skemp (dalam Sumarmo, 2002) pemahaman konsep dibedakan menjadi dua jenis yaitu:

(6)

6

a. Pemahaman instrumental.

Pemahaman instrumental sejumlah konsep diartikan sebagai pemahaman atas konsep yang saling terpisah dan hanya hafal rumus dalam perhitungan sederhana, mengerjakan sesuatu secara algoritmik saja.

b. Pemahaman relasional.

Pemahaman relasional dapat mengaitkan sesuatu dengan hal lainnya secara benar dan menyadari proses yang dilakukan. Pemahaman relasional sifat pemakaiannya lebih bermakna, termuat suatu skema atau struktur yang dapat digunakan pada penyelesaian masalah yang lebih luas.

Pemahaman konsep menurut Good (dalam Rahayu, 2004) merupakan pancapaian atau kecakapan yang dinampakkan dalam keahlian atau kumpulan pengetahuan.

Pencapaian tingkat belajar konsep (Arends, 2008), siswa seharusnya mampu untuk mendefinisikan konsep itu dan mengetahui atribut-atribut kritisnya, mengenali contoh dan bukan contoh, mengevaluasi contoh dan bukan contoh dalam kaitannya dengan atribut-atribut kritisnya. Tes pemahaman konsep dapat menggunakan format-format yang berbeda, seperti benar-salah, menjodohkan, jawaban pendek, atau esai pendek,

Penelitian ini menggunakan evaluasi pemahaman konsep menurut Arends (2008) yang menyebutkan bahwa pemahaman konsep dapat diukur menggunakan tes, format tes yang digunakan adalah pilihan ganda. Sedangkan untuk menganalisis pemahaman konsep siswa digunakan wawancara sesuai dengan pedoman mengenai kompetensi yang perlu diperhatikan oleh guru dalam melakukan penilaian oleh Depdiknas (2003). Tujuannya adalah untuk mengetahui kemampuan siswa mendefinisikan konsep, mengidentifikasi dan memberi contoh atau bukan contoh dari konsep tersebut.

3. Metode penelitian

Jenis Penelitian ini adalah peelitian eksperimen semu dengan desain two

Group Pretest Posttest Design. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah

penerapan peta konsep pada pengajaran materi segitiga, sedangkan variabel terikatnya adalah pemahaman konsep siswa. Populasi penelitian ini adalah siswa

(7)

7

kelas VII SMP Kristen 2 Salatiga. Pengambilan sampel dilakukan denga teknik

purposive sampling, yaitu dengan pertimbangan yang memiliki kemampuan awal

yang sama. Kelompok eksperimen dalam penelitian ini adalah siswa kelas VII A dan kelompok kontrol kelas VII C SMP Kristen 2 Salatiga.

Data dikumpulkan berdasarkan tes dan wawancara. Tes tertulis yang berupa tes akhir (posttest) diberikan untuk mengetahui pemahaman konsep siswa yang dilihat dari hasil belajar kognitif. Wawancara dilakukan pada kelas yang lebih unggul, kepada 18 siswa yang dipilih atas dasar pertimbangan dan rekomendasi dari guru mata pelajaran matematika.

4. Hasil dan Pembahasan

Kelas dalam penelitian ini adalah kelas VII yang terdiri dari kelas VIIA dan VIIC yang memiliki kemampuan awal yang sama pada mata pelajaran matematika dengan cara uji homogenitas. Kelas VIIA sebagai kelas eksperimen berjumlah 23 siswa yang terdiri dari siswa 13 laki-laki dan 10 siswa perempuan. Kelas VIIC sebagai kelas kontrol berjumlah 23 siswa yang terdiri dari 12 siswa laki-laki dan 11 siswa perempuan. Pengolahan data awal maupun akhir dalam penelitian ini menggunakan bantuan SPSS versi 16.00. Hasil pengolahan data deskriptif pretest (hasil belajar materi himpunan) dan posttest (tes akhir) baik kelas eksperimen maupun kelas kontrol dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Deskriptif Awal dan Akhir Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol

Descriptive Statistics

Pretest N Minimum Maximum Mean Std. Deviation Kelas Eksperimen 23 20 68 51.13 14.114

Kelas Kontrol 23 40 76 53.39 10.277

Posttest N Minimum Maximum Mean Std. Deviation Kelas eksperimen 23 57.14 100.00 84.0587 12.48632

Kelas kontrol 23 24 95 69.77 15.767

Hasil pengolahan data awal diperoleh hasil uji normalitas kedua kelas dalam sebaran distribusi normal, karena besar signifikan dari sampel lebih dari 0,05. Hasil uji normalitas dapat dilihat pada Tabel 2.

(8)

8

Tabel 2. Hasil Uji Normalitas Pretest (Hasil Belajar Materi Himpunan)

Tests of Normality

Kolmogorov-Smirnova Statistic df Sig.

Nilai .125 46 .069

a. Lilliefors Significance Correction

Hasil Uji Homogenitas antara kelas eksperimen dan kelas kontrol didapat signifikan 0,214 > 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa kedua kelas memiliki

variance sama atau dengan kata lain kedua kelas homogen, analisis uji beda t-test

harus menggunakan equal variance assumed. Lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Hasil Uji Homogenitas Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol

Independent Samples Test Levene's Test for

Equality of Variances t-test for Equality of Means

F Sig. t df Sig. (2-tailed ) Mean Differ ence Std. Error Differ ence 95% Confidence Interval of the Difference Lower Upper Nilai (pre test) Equal variances assumed 1.592 .214 -.621 44 .538 -2.261 3.640 -9.598 5.076 Equal variances not assumed -.621 40.209 .538 -2.261 3.640 -9.617 5.096

Berdasarkan Tabel 3., terlihat nilai signifikan pada t-test 0,538 > 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat perbedaan nilai pretest, artinya kedua kelas memiliki kemampuan awal sama dan dapat dilanjutkan sebagai kelas eksperimen dan kelas kontrol.

Hasil pengolahan data akhir (posttest) kedua kelas berada dalam sebaran distribusi normal karena nilai signifikan > 0,05. Hasil uji normalitas dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4. Hasil Uji Normalitas Posttest

Tests of Normality Kolmogorov-Smirnova Statistic Df Sig.

Posttest .122 46 .081

(9)

9

Hasil Uji Homogenitas antara kelas eksperimen dan kelas kontrol didapat signifikan 0,635 > 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa kedua kelas memiliki

variance sama atau dengan kata lain kedua kelas homogen, analisis uji beda t-test harus menggunakan equal variance assumed. Lebih jelasnya dapat dilihat

pada Tabel 5.

Tabel 5. Hasil Uji Banding Dua Sampel

Independent Samples Test Levene's Test for

Equality of Variances t-test for Equality of Means

F Sig. t df Sig. (2-tailed) Mean Differenc e Std. Error Differenc e 95% Confidence Interval of the Difference Lower Upper Post Test Equal variances assumed .229 .635 3.407 44 .001 14.28696 4.19375 5.83501 22.73890 Equal variances not assumed 3.407 41.805 .001 14.28696 4.19375 5.82246 22.75145

Berdasarkan Tabel 5., nilai signifikan pada t-test 0,001 < 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa penerapan peta konsep dalam pengajaran berpengaruh terhadap pemahaman konsep siswa yang dilihat dari hasil tes pemahaman konsep siswa. Hasil Penelitian ini sejalan dengan Mulyanah (2013) yang menunjukkan bahwa terdapat pengaruh pembelajaran dengan penerapan peta konsep terhadap pemahaman konsep matematis siswa.

Pemahaman siswa tentang materi segitiga seperti yang sudah disajikan di atas membentuk hubungan antar kategori sehingga mendorong diadakannya wawancara kepada sampel yang diperkecil menjadi 18 siswa dengan teknik

purposive. Hanya 18 siswa yang diwawancara dikarenakan 18 siswa ini telah dipilih

dengan berbagai pertimbangan sesuai dengan rekomendasi dari guru mata pelajaran. Berikut hasil wawancara dengan 18 siswa kelas VII A SMP Kristen 2 Salatiga: indikator definisi segitiga, 15 siswa dapat menjelaskan dan memahami dengan benar segitiga sebagai bangun datar yang dibatasi oleh tiga garis dan tiga titik sudut (83,33%), sedangkan jawaban yang tidak tepat yaitu 2 siswa menjawab segitiga adalah tiga titik yang dihubungkan melalui garis (11,11%) dan 1 siswa menjawab segitiga adalah bangun datar dengan tiga buah titik sudut (5,56%). Indikator definisi tinggi segitiga, 16 siswa dapat menjelaskan dengan benar garis tinggi segitiga adalah

(10)

10

garis dari titik sudut segitiga yang tegak lurus dengan sisi dihadapannya (88,89%), sedangkan jawaban yang tidak tepat yaitu 1 siswa menjawab garis tinggi segitiga adalah garis yang tegak lurus dengan alas (5,56%) dan 1 siswa menjawab garis tinggi segitiga adalah garis yang tegak lurus dan membagi segitiga menjadi dua bagian yang sama (5,56%). Indikator jenis-jenis segitiga, 13 siswa menyebutkan secara lengkap (72,22%) dan 5 siswa menyebutkan tidak lengkap (27,78%). Indikator sifat-sifat segitiga 10 siswa menyebutkan secara benar dan lengkap (55,56%) dan 8 siswa menyebutkan kurang sempurna (44,44%).

Hasil temuan ini sejalan dengan hasil penelitian Rohana (2009) bahwa pemahaman konsep mahasiswa dalam pembelajaran statistika dasar dengan penggunaan peta konsep diperoleh persentase sebesar 57,9% Hal ini mengindikasikan bahwa penggunaan peta konsep membantu pemahaman siswa dalam pembelajaran. Uraian tersebut dapat menjawab pemahaman konsep siswa terhadap materi segitiga, sehingga penerapan peta konsep pada pengajaran materi segitiga terbukti mempengaruhi pemahaman konsep siswa. Temuan tersebut sejalan dengan hasil penelitian Sutarsih (2007), bahwa penerapan peta konsep pada pengajaran memberikan pengaruh dan dapat membantu memahami materi pelajaran.

5. Kesimpulan

Berdasarkan analisis dan pembahasan hasil penelitian pada bab IV maka kesimpulan dari hasil penelitian ini adalah ada pengaruh yang signifikan penerapan peta konsep dalam pengajaran terhadap pemahaman konsep siswa kelas VII SMP Kristen 2 Salatiga. Berdasarkan hasil wawancara pemahaman konsep dengan pertanyaan tentang definisi segitiga, persentase jawaban benar sebesar 83,33%; pertanyaan mengenai unsur-unsur segitiga yaitu tinggi segitiga yang menjawab benar sebesar 88,89%; pertanyaan mengenai jenis-jenis segitiga dengan jawaban benar sebesar 72,22%; dan pertanyaan mengenai sifat-sifat segitiga istimewa dengan jawaban benar sebesar 55,56%. Setiap indikator memiliki persentase jawaban benar yang paling besar dan dapat menjawab pemahaman konsep siswa terhadap materi segitiga, sehingga penerapan peta konsep pada pengajaran materi segitiga terbukti mempengaruhi pemahaman konsep siswa.

(11)

11

Daftar Pusaka

Arends, Richards I. 2008. Learning to Teach. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Basuki, Teguh. 2000. Pembelajaran Matematika Disertai Penyusunan Peta Konsep. Tesis UPI. Dahar, R.W. 2011. Teori-teori Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Erlangga.

Depdiknas. 2003. Kurikulum 2004 Standar Kompetensi Matematika SMP/MTS. Jakarta: Direktorat Pendidikan Lanjutan Pertama.

Driver, R. Dan Leach, J. 1993. A Constructivist View of Learning: Childrens Conceptions and Nature of

Science. In What Research Says to The Science Teacher. Washington: National Science

Teachers Association.

Jamiah, Yulis. 2007.Jurnal Didaktika Vol 8, No.1: Meningkatkan Nalar Matematika Melalui

Pembelajaran Kooperatif Model STAD dan Penyusunan Peta Konsep.

Hudoyo, Herman. 2001. Mengajar Belajar Matematika. Jakarta: Proyek Pengembangan Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan.

Mulyanah, Nur Hanurawati & M. Coesamin. 2013. Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Metode

Mind Mapping Terhadap Pemahaman Konsep Matematis Siswa. Jurnal Pendidikan Matematika

Unila.

Novak and Gowin. 1985. Learning How to Learn. Cambridge University Press. Novak, Joseph D. 1986. A Theory of Education. London: Cornell University Press. Rahayu. 2004. Kemampuan memahami matematika pada anak. Jakarta: Gunung Mulia.

Rohana, dkk. 2009. Jurnal Pendidikan Matematika, Vol 3, No.2: Penggunaan Peta Konsep dalam

Pembelajaran Statistika Dasar di Program Studi Pendidikan Matematika FKIP Universitas PGRI Palembang.

Ruseffendi. 2009. E.T. Pengantar kepada membantu guru mengembangkan kompetensinya dalam pengajaran matematika untuk meningkatkan CBSA. Bandung: Tarsito.

Suharta, I Gusti Putu. 2002. “Pendidikan Matematika Realistik Indonesia (PMRI): Pengembangan dan Pengimplementasian Prototipe I dan II Topik Pecahan”. Jurnal Matematika, Tahun VIII.

Sujana, Atep. Jurnal Pendidikan Dasar No. 12, Oktober 2009: Peta konsep (Concept Maps) dalam

Pembelajaran Sains: Studi pada Siswa Kelas V Sekolah Dasar (SD).

Sudjana, Nana & Ahmad Rivai. 2008. Media Pengajaran. Bandung: CV Sinar Baru Bandung.

Sumarmo, U. 2002. Pembelajaran Matematika untuk Mendukung Pelaksanaan Kurikulum Berbasis

Kompetensi. Bandung: Jurnal Pelatihan Guru.

Sutarsih. 2007. Jurnal Likithapradnya Vol 2: Penerapan Model Interaktif Strategi Peta Konsep Pada

Bidang Studi Matematika.

Yusdiana, Romi. 16 Januari 2012. Pemahaman Matematika. http://romiyusdiana.blogspot

.com/2012/01/pemahaman-matematika.html?zx=e6fc910beecc83a7. Diunduh tanggal 5 januari

2013.

Gambar

Gambar 1. Peta Konsep Materi Jenis-jenis Segitiga
Tabel 1. Deskriptif Awal dan Akhir Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol
Tabel 2. Hasil Uji Normalitas Pretest (Hasil Belajar Materi Himpunan)
Tabel 5. Hasil Uji Banding Dua Sampel

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Sumber data dalam penelitian ini yaitu lagu-lagu dangdut yang hits atau banyak di- request setiap bulannya selama tahun 2013 di stasiun Radio Dangdut

Busuk Pangkal Batang (Ganoderma spp.) pada tanaman kelapa sawit merupakan penyakit penting yang dihadapi oleh perkebunan kelapa sawit di Indonesia.. Beberapa teknik

[r]

Berbicara mengenai peran komunikasi dalam proses politik khususnya media massa, dalam kamus Analisa Politik ditanyakan bahwa proses komunikasi politik melakukan proses

• Pernyataan PesaN Pengaruh adlh; • Jika anda melakukan X, maka anda. akan

Besarnya Nilai Jual Objek Tidak Kena Pajak (NJOPTKP) ditetapkan pemerintah kabupaten / kota dengan peraturan daerah sebesar RP 10.000.000,00 untuk setiap wajib

yang direkomendasikan Jika produk ini mengandung komponen dengan batas pemaparan, atmosfir tempat kerja pribadi atau pemantauan biologis mungkin akan diperlukan untuk