• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENENTUAN SKENARIO PENGEMBANGAN LAPANGAN X MENGGUNAKAN SIMULATOR DENGAN VARIASI DRAWDOWN PRESSURE DAN KOMPLESI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENENTUAN SKENARIO PENGEMBANGAN LAPANGAN X MENGGUNAKAN SIMULATOR DENGAN VARIASI DRAWDOWN PRESSURE DAN KOMPLESI"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

Seminar Nasional Cendekiawan ke 3 Tahun 2017 ISSN (P) : 2460 - 8696

Buku 1 ISSN (E) : 2540 - 7589

PENENTUAN SKENARIO PENGEMBANGAN LAPANGAN X MENGGUNAKAN

SIMULATOR DENGAN VARIASI DRAWDOWN PRESSURE DAN KOMPLESI

Christopher1), Sugiatmo Kasmungin2), Kartika Fajarwati Hartono3) 1) Mahasiswa Teknik Perminyakan Universitas Trisakti 2) Pembimbing Skripsi Teknik Perminyakan Universitas Trisakti 3) Pembimbing Skripsi Teknik Perminyakan Universitas Trisakti

christopheruklin@gmail.com sugiatmo_ftke@trisakti.ac.id

kartika@trisakti.ac.id Abstrak

Obyek diskusi dari paper ini adalah skenario-skenario pengembangan dari lapangan X. Lapangan X berlokasi di blok Natuna, Kepulauan Riau, Indonesia. Lapangan X sekarang dimiliki oleh PT. Pertalahan Arnabatara Natuna. Simulasi reservoir dari lapangan ini memiliki tujuan hanya untuk memproduksi minyak sebanyak mungkin, tanpa memperhitungkan faktor pengeluaran dalam mendapatkannya. Proses simulasi dari lapangan ini dilakukan dengan menggunakan simulator. Volume minyak awal dalam proses inisialisasi berjumlah 24.33 MMSTB, sementara OOIP dari static model berjumlah 24 MMSTB. Ada perbedaan sebesar 1.375%. Karena perbedaannya yang kecil, proses simulasi bias dilanjutkan ke proses berikutnya, yaitu scenario pengembangan. Ada 3 skenario yang diajukan dalam pengembangan lapangan ini. Scenario pertama adalah Case A, yang mengebor 3 sumur infill. Drawdown pressure untuk Case A sebesar 25% dan sumur hanya memproduksi dari zona atas, UG-10. Scenario kedua adalah Case B, yang juga mengebor 3 infill well dengan lokasi yang identic dengan Case A. Drawdown pressure untuk Case B adalah 20% dan tahap produksi pertama dilakukan pada zona atas, dan akan berganti ke zona bawah setelah produksi turun menjadi 400 BOPD, produksi akan beralih ke zona bawah. Case C memiliki kondisi yang identic dengan Case A dengan perbedaan hanya terletak pada drawdown pressure, yaitu 30%.

Kata kunci : simulasi reservoir, infill well, drawdown pressure, komplesi, scenario

pengembangan Pendahuluan

Peningkatan permintaan terhadap minyak dan gas bumi yang terus menerus meningkat mengakibatkan semakin gencarnya pencarian terhadap energi fosil ini. Untuk menanggulanginya, dibutuhkan suatu metode untuk mengembangkan suatu lapangan sehingga hasil optimum dapat diraih. Untuk itu, forecasting performa reservoir di masa yang akan data harus memiliki hasil yang seakurat mungkin. Hasil itu bisa diraih dengan beberapa metode, diantaranya metode material balance, analisa decline curve, dan simulasi reservoir.

Metode yang dapat menjelaskan keadaan reservoir tanpa mengeliminir faktor dinamis dari reservoir tersebut adalah simulasi reservoir. simulasi reservoir adalah proses matematis yang digunakan untuk memprediksi perilaku dari sebuah reservoir hidrokarbon dengan menggunakan model. Model yang dibuat memiliki karakteristik yang mirip dengan reservoir kenyataannya. Ada 2 jenis model, yaitu model fisik dan model matematis. Setelah model berhasil dibuat, model harus divalidasi, biasa dikenal dengan sebutan history matching. History matching adalah proses untuk memvalidasi model yang sudah dibuat sehinggan prediksi yang dibuat oleh simulator merupakan prediksi yang berdasarkan performa reservoir di masa lampau.

Studi simulasi reservoir dilakukan pada lapanga X yang terletak di bagian barat daya blok Natuna, Kepulauan Riau. Lapangan X adalah lapangan yang memiliki reservoir

(2)

Studi Pustaka

Simulasi reservoir didefinisikan sebagai proses pemodelan yang menggambarkan keadaan reservoir yang sebenarnya, sehingga dapat digunakan untuk mempelajari, mengetahui ataupun memperkirakan kinerja aliran fluida pada sistem reservoir tersebut.

Pemilihan model simulasi reservoir didasarkan pada kebutuhan atau hasil yang diinginkan sebagai keluaran, karena dengan penggunaan simulasi yang tepat akan menjadikan simulasi yang dilakukan efektif dan efisien. Model simulasi reservoir sendiri dalam perkembangannya terdapat tiga jenis, yaitu :

1. Black Oil Simulation

Simulasi jenis ini digunakan untuk kondisi isothermal, jenis fluida yang homogen, serta tidak meninjau komposisi kimianya. Simulator black oil mengasumsi fasa minyak atau gas dipresentasikan oleh satu komponen terhadap fungsi waktu, dan menganggap komposisi dari komponen gas dan minyaknya relatif konstan terhadap perubahan tekanan dan waktu.

2. Compositional Simulation

Simulasi jenis ini digunakan jika komposisi cairan atau gas diperhitungkan terhadap perubahan tekanan. Simulasi jenis ini banyak digunakan untuk studi jenis reservoir volatile oil dan gas condensate.

3. Thermal Simulation

Simulasi ini banyak digunakan untuk studi aliran fluida, perpindahan panas, maupun reaksi kimia. Simulasi thermal banyak digunakan untuk studi injeksi uap panas dan pada proses perolehan minyak tahap lanjut (in situ combustion).

Metode Penelitian

Data yang diperlukan dalam melakukan simulasi reservoir dengan menggunakan simulator adalah data data PVT, data SCAL, data GnG. Dengan data GnG, model fisik dari reservoir bisa dibuat dalam simulator. Model kemudian diinisialsisasi. Volume minyak awal pada waktu nol dari reservoir statis dan dinamis memiliki perbedaan sebesar 1.375%. Jumlah minyak awal dari model statis berjumlah 24 MMSTB, sementara jumlah minyak awal dari model dinamis berjumlah 24,33 MMSTB. Model kemudian dijalankan dan divalidasi dengan history matching. Jika belum matched dengan data produksi lapangan, maka parameter seperti tekanan kapiler, permeabilitas relatif, atau saturasi perlu di-adjust. Jika sudah matched, maka proses bisa dilanjutkan ke proses berikutnya, yaitu menjalankan skenario. Setelah model dikembangkan sesuai dengan skenario, maka dilakukan rekomendasi dan evaluasi.

Pada lapangan ini, pada awalnya terdapat 2 sumur yang sudah berproduksi, yaitu sumur X-1 dan X-2. Sumur X-1 pertama kali diproduksi pada Desember 1986. Sumur ini memiliki 3 zona perforasi dengan tipe komplesi commingled. Komplesi commingled adalah tipe komplesi dimana lubang sumur dikomplesi pada 2 zona atau lebih yang tidak memiliki hubungan hidrolika di dalam reservoir. Sumur X-2 pertama kali diproduksi pada Oktober 1986. Sumur ini memiliki 3 perforasi yang terdapat pada 2 zona berbeda, yaitu UG-10 dan UG-30. Sumur ini diklompesi dengan metode single completion.

Lapangan X memiliki reservoir minyak dengan gas yang terlarut. Lapangan ini juga memiliki aquifer dengan strong water drive. Dengan 3 fasa terdapat di dalam reservoir, data PVT untuk masing-masing data diperlukan. Data fluida yang diinput pada simulator adalah gravity gas, 0.664, gravity minyak 40.4. output dari input tersebut adalah Pb, 1000 psi.

(3)

Seminar Nasional Cendekiawan ke 3 Tahun 2017 ISSN (P) : 2460 - 8696

Buku 1 ISSN (E) : 2540 - 7589

Gambar 1. Flowchart

Gambar 2. Rock Typing

Data SCAL tidak diambil langsung dari lapangan X, melainkan dari lapangan U karena memiliki struktur yang sama, yang terletak sebelah timur dari lapangan X. beberapa penyesuaian dilakukan agar model valid.

Hasil dan Pembahasan

Ada 3 skenario yang diajukan dalam penelitian ini. Skenario pertama yang diajukan dalam penelitian ini adalah Case A, dimana target tingkat produksi cairan adalah 4000 BLPD. Tekanan alir dasar sumur diatur ke 1627,5 psia (tekanan penarikan 25%), dan zona produksi hanya dari zona atas. Ada 3 sumur pengeboran infill yang diusulkan untuk case ini. Lokasi dapat dilihat pada Bab IV. Skenario kedua untuk penelitian ini adalah Case B, dimana target tingkat produksi cairan adalah 4000 BLPD. Tekanan alir dasar sumur diatur ke 1620 psia (tekanan penarikan 20%). Sumur tersebut pertama kali

(4)

Gambar 3. Regions

Gambar 4. Liquid history matching

tersebut kemudian berubah ke zona atas. Ada juga 3 sumur pengeboran infill yang diusulkan untuk case ini, dan lokasi sumur dapat dilihat pada Bab IV. Skenario ketiga untuk penelitian ini adalah Case C. dimana target tingkat produksi cairan adalah 4000 BLPD. Tekanan alir dasar sumur diatur ke 1519 psia (tekanan penarikan 30%). Sumur itu dihasilkan hanya dari zona atas. Ada juga 3 sumur pengeboran infill yang diusulkan untuk case ini, dan lokasi sumur dapat dilihat pada Bab IV. Ketiga case tersebut semuanya memiliki tujuan yang sama, yaitu menghasilkan minyak sebanyak mungkin, berapapun biayanya. Efektivitas produksi minyak akan ditentukan oleh seberapa tinggi faktor pemulihan pada saat kontrak dilakukan. Batas ekonomi yang ditetapkan oleh perusahaan adalah 10 BOPD per sumur, dan air memotong 98%.

Pada Case A, faktor pemulihan sebesar 29,8% diperoleh, dengan minyak kumulatif yang dihasilkan sebesar 7,25 MMSTB. Tekanan reservoir hingga tahun 2037 masih di atas 1600, yang menunjukkan bahwa penurunan tekanan hanya 25% setelah 20 tahun bahkan produksi pun terjadi secara alami tanpa adanya injeksi ke reservoir. Itu menunjukkan bahwa waduk memiliki dukungan penggerak air yang sangat baik. Dengan faktor recovery yang tinggi, case ini layak untuk dipilih.

Pada Case B, faktor pemulihan 26,25, penurunan dari Case A, dengan minyak kumulatif yang menghasilkan 6,38 MMSTB, turun 12% dari Case A. Angka tersebut juga menunjukkan bahwa tekanan Case B lebih rendah dari Case A karena Peningkatan luas waduk yang dihasilkan, mempercepat penurunan tekanan. Meskipun ada lebih banyak

(5)

Seminar Nasional Cendekiawan ke 3 Tahun 2017 ISSN (P) : 2460 - 8696

Buku 1 ISSN (E) : 2540 - 7589

area produksi, minyak kumulatif yang dihasilkan dari case ini jauh lebih rendah dari Case A karena Daerah Bawah dilubangi penuh dengan air.

Gambar 5. Case A

Gambar 6. Case B

(6)

2. Melakukan perforasi hanya pada zona atas memberikan hasil terbaik

3. Merubah nilai permeabilitas relatif berdampak signifikan pada proses history matching 4. Sumur-sumur yang terletak pada region 3 memilikii produktifitas yang lebih tinggi

dibainding sumur pada region lainnya

5. Case C memiliki hasil RF yang paling tinggi dengan 30.1% Daftar Pustaka

Alonso, Hector Gomez, 2010, Understanding First, Simulation Later: Using Basic and Modern Reservoir-Engineering Techniques To Understand Reservoir Dynamics: A Proven Case, SPE Annual Technical Conference and Exhibition, Florence, Italy, September 19-22.

Al-Tooqi, S.; Al-Habsi, N.; Al-Shukaili, M., 2014, International Petroleum Technology Conference 2014: Unlocking Energy Through Innovation, Technology and Capability, IPTC 2014.

Cancelliere, M; Verga, F; Viberti, D, 2011, Benefits and Limitations of Assisted History Matching, Offshore Europe

Djailani, Ikhwanushafa. 2010. Optimasi Pengembangan Lapangan X Dengan

Menggunakan Simulasi Reservoir dan Analisis Keekonomian. Institut Teknologi Bandung, Bandung.

Kurniawan J., 2015, Optimasi Lapangan X Dengan Menggunakan SImulasi Reservoir, Universitas Trisakti, Jakarta.

Marbun, B. T. H.; Sinaga, S. Z. Lie, H. S.; Promediaz, A., 2012, Northwest Java and East Natuna Field: Perspective To Apply Carbon Capture and Storage (CCS) in Indonesia, Carbon Management Technology Conference

Morell, Eirik, 2010, History Matching of Norne Field, Norwegian University of Science and Technology, Norwegia.

Odinukwe, Jideofor, 2011, History Matching and Uncertainty Assessment of the Norne Field E-Segment Using Simulator RE, Norwegian University of Science and Technology. Pangastuti, Dinar Ayu, 2015, Studi Simulasi Reservoir Untuk Pengembangan Lapangan X Dengan Menggunakan Parameter Porositas, Permeabilitas Dan Saturasi Minyak Secara Semi-Analitik, Institut Teknologi Bandung, Bandung.

Timothy KW., 2015, Pengembangan Lapangan K Blok 2 Menggunakan Studi Simulasi Reservoir Dengan Black Oil Simulator, Universitas Trisakti, Jakarta.

Gambar

Gambar 2. Rock Typing
Gambar 3. Regions
Gambar 6. Case B

Referensi

Dokumen terkait

Karena penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan produktivitas parsial tenaga kerja, modal, material dan energi maka disusun diagram flow chart penyelesaian masalah yang

Turunnya Nilai Tukar Petani subsektor Perikanan Budidaya disebabkan Indeks yang Diterima Nelayan (It) mengalami penurunan sebesar 2,25 persen sedangkan Indeks yang

Tabel frekuensi dengan bantuan Microsoft Excel 2010 untuk mendeskripsikan hasil penelitian mengenai karakteristik penyuluh (usia, jenis kelamin, tingkat penghasilan, tingkat

atau pihak lain yang kompeten. 209) mengungkapkan bahwa dalam tahap penindaklanjutan akan melibatkan auditor, auditee, dan pihak lain yang berkompeten. Tahap penindaklanjutan

Dengan Program Padat Karya Pangan pemerintah berusaha memenej strategi kegiatan tersebut dengan sistem kerja yang inovatif dan kreatif, komitmen dan pendekatan

Menurut Nazir dalam Abdurrahman dan Soejono (1999 : 21), penelitian deskriptif adalah penelitian yang mempelajari masalah-masalah dalam masyarakat, serta tata cara yang

Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) Guru sudah memahami perangkat pembelajaran dengan cukup baik, (2) Permasalahan yang dihadapi guru dalam penyusunan

Wenas sangat mengerti bahwa hidup adalah perjuangan, perubahan tidak akan turujud bila berpangku tangan. Ketika semua kita percaya bahwa pndidikan merupakan cara