• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III PERUMUSAN OBYEK PENELITIAN. 3.1 Profil Perusahaan PT. Pertamina (Persero)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB III PERUMUSAN OBYEK PENELITIAN. 3.1 Profil Perusahaan PT. Pertamina (Persero)"

Copied!
31
0
0

Teks penuh

(1)

BAB III

PERUMUSAN OBYEK PENELITIAN

3.1 Profil Perusahaan PT. Pertamina (Persero)

Berdirinya Pertamina bermula dari meleburnya perusahaan-perusahaan minyak dan gas bersifat kedaerahan yang memperebutkan ladang-ladang minyak peninggalan Belanda. Di Sumatera Utara, pemerintah mendirikan PT Eksploitasi Tambang Minyak Sumatera Utara untuk meredam perebutan ladang-ladang minyak tersebut. Pada 10 Desember 1957 perusahaan ini berubah nama menjadi PT Perusahaan Minyak Nasional (PERMINA) yang kemudian di restrukturisasi menjadi PN PERMINA dengan bisnis inti ekplorasi migas Indonesia sebagai perpanjangan tangan negara.

Melalui Peraturan Pemerintah pada 20 Agustus 1968 PN PERMINA digabung dengan PN PERTAMIN yang bergerak dibidang pemasaran. Perusahaan gabungan tersebut dinamakan PT Pertambangan Minyak dan Bumi Nasional (Pertamina). Selanjutnya Pemerintah menerbitkan UU No. 8 tahun 1971 dan menempatkan Pertamina sebagai satu-satunya perusahaan milik negara yang ditugaskan melaksanakan penugasan migas mulai dari hulu hingga hilir.

Seiring dengan waktu dan untuk menghadapi dinamika perubahan industri migas, maka Pemerintah menerbitkan UU No. 22 tahun 2001 mengenai pengelolaan minyak dan gas bumi, dimana Pertamina memiliki kedudukan yang sama dengan perusahaan minyak lainnya. Dan pada 17 September 2003 Pertamina berubah menjadi PT. Pertamina (Persero) berdasarkan PP No. 31/2003 sebagai konsekuensi diberlakukannya UU No. 22 tahun 2001 dimana Pertamina melakukan pemisahan bisnis hulu dan hilir.

(2)

Pada 10 Desember 2005, sebagai bagian dari upaya menghadapi persaingan, PT Pertamina (Persero) mengubah logo dari lambang kuda laut menjadi anak panah dengan tiga warna dasar hijau-biru-merah. Selain menunjukan kedinamisan, logo baru itu juga mengisyaratkan wawasan lingkungan yang dimiliki perusahaan.

PT Pertamina (Persero) didirikan berdasarkan akta notaris Lenny Janis Ishak, SH. No. 20 tanggal 17 Setember 2003 dan disahkan oleh Menteri Hukum dan HAM melalui Surat Keputusan No. C-24025 Ht.01.01 pada tanggal 9 Oktober 2003. Pendirian perusahaan ini dilakukan menurut ketentuan-ketentuan yang tercantum dalam Undang-Undang No.1 tahun 1995 tentang Perseroan Terbatas, Peraturan Pemerintah No. 12 tahun 1998 tentang Perusahaan perseroan (Persero), dan peraturan Pemerintah No.45 tahun 2001 tentang perubahan Pemerintah No. 12 tahun 1998 dan peralihannya berdasarkan PP No.31 tahun 2003 tentang pengalihan bentuk perusahaan pekembangan minyak dan gas bumi negara (PERTAMINA) menjadi perusahaan (Persero).

Sesuai dengan akta pendiriannya, maksud dari Perusahaan Perseroan adalah untuk menyelenggarakan usaha di bidang minyak dan gas bumi, baik didalam maupun diluar negeri serta kegiatan usaha lain yang terkait atau menunjang kegiatan usaha dibidang minyak dan gas bumi tersebut.

Adapun tujuan Perseroan Terbatas adalah untuk :

1. Mengusahakan keuntungan berdasarkan prinsip pengelolaan perseroan secara efektif dan efisien.

2. Memberikan kontribusi dalam meningkatkan kegiatan ekonomi untuk kesejahteraan dan kemakmuran rakyat.

(3)

Untuk mencapai maksud dan tujuan tersebut, Perseroan melaksanakan kegiatan usaha sebagai berikut :

1. Menyelenggarakan usaha dibidang minyak dan gas bumi beserta hasil olahan dan turunannya.

2. Menyelenggarakan kegiatan usaha dibidang panas bumi yang ada pada saat pendiriannya, termasuk Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP) yang telah mencapai tahap akhir negosiasi dan berhasil menjadi milik Perseroan.

3. Melaksanakan Pengusahaan dan Pemasaran Liquified Natural Gas (LNG) dan produk lain yang dihasilkan dari kilang LNG.

4. Menyelenggarakan kegiatan usaha lain yang terkait atau menunjang kegiatan usaha sebagaimana dimaksud dalam nomor 1,2,dan 3.

Pertamina juga menjadi salah satu pemimpin dalam teknologi migas dunia. Di tahun 1974, Pertamina dan Atlantic Richfield Company dan Fluor Corporation dari Amerika Serikat membangun pabrik Liquid Petroleum Gas (LPG) di lepas pantai Pulau Jawa. Tidak hanya modern, tetapi merupakan pabrik pertama didunnia yang dilengkapi dengan seluruh fasilitas pemisah, penyimpanan, dan pengapalan LPG. Pertamina tidak dibagi atas saham-saham sebagaimana layaknya sebuah persero, melainkan sebuah lembaga yang manajemennya diatur dan diawasi oleh dewan komisaris Pertamina yang terdiri dari lima orang menteri.

Sesuai dengan ketentuan dalam Undang-Undang Minyak dan Gas (MIGAS) baru, Pertamina tidak lagi menjadi satu-satunya perusahaan yang memonopoli industri Minyak dan Gas (MIGAS) dimana kegiatan usaha minyak dan gas bumi diserahkan kepada mekanisme pasar.

(4)

3.1.1 Sejarah Perusahaan Prolog Masa 1871 - 1885

(Masa Awal Pencarian dan Penemuan Minyak di Indonesia)

Industri minyak Indonesia mulai di awal abad 19:

• 12 tahun setelah pemboran minyak pertama di Titusville, Pensylvania, AS 1859 • Reering 1871 - Zilker 1885 masa pencarian dan penemuan minyak (mulai

pemboran 1883 di Telaga Tiga)

Prolog Masa 1885 - 1945

(Masa Eksploitasi Minyak oleh Penjajah)

• Pasca 1885 Berdiri Royal Dutch Company di Pangkalan Berandan (Sumatera Utara)

• 1887 - Pencarian minyak di Jawa Timur (Surabaya)

• 1888 - Konsesi Sultan Kutai dengan JH Meeten di Sanga-Sanga • 1890 - Pendirian kilang Wonokromo & Cepu

• 1892 - Pembangunan kilang minyak di Pangkalan Berandan

• 1894 - Pendirian kilang Balikpapan oleh Shell Transport and Trading

• 1899 - UU Pertambangan Pemerintah Hindia Belanda (Indische Mijnwet) yang mengatur kegiatan pencarian minyak bumi di Indonesia

(5)

AS dan Belanda

• AS berusaha masuk ke Indonesia tapi dicegah pemerintah Belanda. Namun karena tekanan AS kepada Den Haag, akhirnya muncul perusahaan patungan AS dan Belanda yakni SHELL dan NIAM (Jambi, Bunyu, dan Sumatera Utara)

• Standard Oil masuk dan dipecah menjadi Standard Oil of New Jersey (membentuk Anak Perusahaan American petroleum Co) dan Nederlandsche Koloniale Petroleum Maatschappij (NKPM).

• NKPM menemukan lapangan Talang Akar (Sumsel) yang merupakan lapangan terbesar di Hindia Belanda

• Mendirikan Kilang Sungai Gerong di seberang Kilang Plaju milik Shell

• 1933 Standard Oil of New Jersey yang mendapat konsesi Jawa dan Madura menggabungkan seluruh usahanya ke dalam Standard Vacuum Petroleum Maatschappij (SVPM) dalam bentuk patungan. Di dalamnya ada bagian pemasaran Standard Oil of New York sekarang bernama Mobil Oil.

• 1922 Standard Oil of California masuk ke Kalimantan dan Irian Jaya • 1928 Gulf Oil (AS) masuk ke Sumatera Utara

• 1929 Standard Oil of California masuk ke Sumatera Utara

• 1933 Standard Oil of New Jersey yang mendapat konsesi Jawa dan Madura menggabungkan seluruh usahanya ke dalam Standard Vacuum Petroleum Maatschappij (SVPM) dalam bentuk patungan. Di dalamnya ada bagian pemasaran Standard Oil of New York sekarang bernama Mobil Oil.

• 1947 Penggabungan SVPM diubah statusnya menjadi PT Standard Vacuum Petroleum (Stanvac).

(6)

Catatan: Di zaman Jepang, usaha yang dilakukan umumnya adalah merehabilitasi lapangan dan sumur yang rusak akibat bumi hangus atau pengeboman.

Prolog Masa 1945 - 1957

(Masa Perjuangan Minyak Pra-Pertamina)

• Selama perang kemerdekaan kegiatan pencarian minyak berhenti. • Perjuangan Pangkalan Berandan, Sumatera Utara, dan Aceh Timur

• Muncul "Laskar Minyak" mensuplai keperluan pesawat terbang dan kendaraan lain

• Berdiri perusahaan minyak pribumi:

o 1945 didirikan PTMSU

o 1945 didirikan PTMN Cepu di lokasi ex SHELL (Lap. Nglobo, Semanggi

Ledok dan Wonokromo)

o 1950 PTMN Cepu berubah menjadi PTMNRI Cepu

o 1950 PTMN Sumatera Utara berubah menjadi PTMRI Sumatera Utara o 1954 PTMNRI Sumatera Utara berubah menjadi TMSU

o 22 Juli 1957 TMSU ditetapkan menjadi PT ETMSU (eksploitasi)

• Agustus 1951 Mosi Mohammad Hasan

o Gubernur Sumatera Mr. Teuku H. Moh. Hasan mengajukan sebuah mosi yang memperjuangkan pertambangan minyak dan disokong oleh kabinet secara bulat pada 2 Agustus 1951 dan dibentuk sebuah komisi.

o Perjuangan di parlemen salah satunya adalah merintis UU pertambangan yang

mengganti Indische Mijnwet • 24 Oktober 1956 Ã PP No. 24/1956

(7)

o Diputuskan tambang minyak Sumatera Utara tidak dikembalikan kepada

SHELL

1957

• Juli 1957 Jend. AH. Nasution mendapatkan pelimpahan tugas tambang minyak Sumut. Rehabilitasi lapangan dan ekspor hasil untuk pembangunan.

• 1957 Pemerintah RI mengambil alih semua perusahaan Belanda di Indonesia. (Kecuali SHELL karena kepemilikannya bersifat internasional)

• Perubahan nuansa kedaerahan menjadi nasional (AH Nasution, 1957)

• 10 Desember 1957 berdirinya PT Permina sebagai perusahaan minyak pertama bersifat nasional

Pasca 1957

• 1959 berdiri NV NIAM (NV Nederlands Indische Aardolie Maatschappij)

o Perusahaan patungan AS dan Belanda

o 31 Des 1959 50% saham diambil alih pemerintah RI dan NV NIAM berubah

jadi PT Permindo

• 1961 PT Permindo dikukuhkan menjadi PN Permigan

• Tahun 1961 : PT. PERMINA menjadi PN. PERMINA dan PTMN menjadi PN. PERMIGAN

• 4 Jan 1966 Permigan dilikuidasi karena peristiwa G30S/PKI (Perbum)

o Aset Permigan diberikan kepada PN Pertamin dan PN Permina

• 1968 PN Pertamin dan PN Permina merger menjadi PN Pertamina

• 1971 diterbitkan UU No. 8 tahun 1971 yang mengukuhkan PN Pertamina menjadi Pertamina

(8)

• 2001 diterbitkan UU Migas No 22 tahun 2001 yang akhirnya mengantar Pertamina menjadi PT Pertamina (Persero)

• 2003 Pertamina berubah status menjadi PT Pertamina (Persero)

o Perubahan mendasar ada pada peran regulator menjadi player

Era Persero

• Pertamina adalah Badan Usaha Milik Negara yang telah berubah bentuk menjadi PT. Persero yang bergerak di bidang energi, petrokimia dan usaha lain yang menunjang bisnis Pertamina, baik di dalam maupun di luar negeri yang berorientasi pada mekanisme pasar.

• Modal Setor PT. Pertamina (Persero) :

o PT. Pertamina (Persero) merupakan BUMN yang 100% sahamnya

dimiliki oleh Negara.

o Modal Disetor (Penanaman Modal Negara/PMN) PT. Pertamina

(Persero) pada saat pendirian adalah Rp. 100 Trilyun.

o Nilai Rp. 100 Trilyun tersebut diperoleh dari :

"Seluruh Kekayaan Negara yang selama ini tertanam pada Pertamina, yang meliputi Aktiva Pertamina beserta seluruh Anak Perusahaan, termasuk Aktiva Tetap yang telah direvaluasi oleh Perusahaan Penilai Independen, dikurangi dengan semua Kewajiban (Hutang) Pertamina".

(9)

3.1.2 Visi dan Misi Perusahaan Visi Perusahaan :

• Menjadi perusahaan minyak nasional kelas dunia Misi Perusahaan :

• Menjalankan usaha inti minyak, gas, dan bahan bakar nabati secara terintegrasi berdasarkan prinsip-prinsip komersial yang kuat.

3.1.3 Tata Nilai PT. Pertamina (Persero)

Dalam mencapai visi dan misi-nya, PT. Pertamina (Persero) berkomitmen untuk menerapkan tata nilai sebagai berikut :

Gambar 3.1: Tata Nilai Pertamina

(10)

Penjelasan berdasarkan gambar diatas mengenai tata nilai yang diterapkan di Pertamina, yaitu ;

Clean (Bersih) : Dikelola secara profesional, menghindari benturan kepentingan,

tidak menoleransi suap, menunjang tinggi kepercayaan dan integritas. Berpedoman pada asas-asas atas kelola korporasiyang baik.

Confident (Percaya Diri) : Berperan dalam pembangunan ekonomi nasional,

menjadi pelopor dalam reformasi BUMN, dan membangun kebanggaan bangsa. • Competitive (Kompetitif) : Mampu berkompetisi dalam sekala regional maupun

internasional, mendorong pertumbuhan melalui investasi, membangun budaya sadar biaya, dan menghargai kinerja.

Customer Focused (Fokus Pada Pelanggan) : Beorientasi pada kepentingan

pelanggan dan berkomitmen untyk memberikan pelayanan terbaik kepada pelanggan.

Commercial (Komersial) : Menciptakan nilai tambah dengan orientasi komersial,

mengambil keputusan berdasarkan prinsip-prinsip bisnis yang sehat.

Capable (Berkemampuan) : Dikelola oleh pemimpin dan pekerja yang

profesional dan memiliki talenta dan penguasaan teknis tinggi, berkomitmen, dalam membangun kemampuan riset, dan pengembangan.

3.1.4 Tujuan Strategis Perusahaan

a. Mewujudkan Pertamina sebagai bisnis yang independent dan profesional. b. Memenuhi semua kebutuhan dan harapan pemilik kepentingan.

(11)

c. Mewujudkan Pertamina sebagai pusat di bidang pertambangan minyak nasional.

d. Mendorong terwujudnya tata kelola yang baik atas pengelolaan dan tanggung jawab yang dimiliki oleh Pertamina terhadap negara.

3.1.5 Logo Perusahaan

Gambar 3.2: Logo PT. Pertamina (Persero)

Sumber : Data Perusahaan PT. Pertamina (Persero)

Makna logo PT. Pertamina (Persero) :

a. Elemen logo membentuk huruf `p´ yang secara keseluruhan merupakan representasi bentuk panah dimasukkan sebagai Pertamina yang bergerak maju dan progrent.

b. Ke tiga elemennya melambangkan pulau-pulau dengan berbagai skala yang merupakan bentuk negara Indonesia.

c. Kata Pertamina merupakan nama perusahaan dari PT. Pertamina (Persero)

dan bukan merupakan singkatan/akronim, dan tulisannya harus berwarna hitam kecuali ditentukan lain dalam ketentuan ini.

(12)

Warna dari logo PT. Pertamina (Persero) mempunyai arti unsur, antara lain :

Merah adalah keuletan serta keberanian dalam menghadapi berbagai macam kesulitan.

Hijau adalah sumber daya energi yang berwawasan lingkungan. • Biru adalah handal, dapat dipercaya, dan bertanggung jawab. Identitas Organisasi Head Office :

Alamat : Jl. Medan Merdeka Timur 1A, Jakarta 10110 Telp : (021) 3815111, 3816111 (86 Saluran)

Fax : (021) 3633583, 3843882

Telex : 44152, 44302, 46549, 46549, 46552, 46554

3.1.6 Kegiatan Perusahaan Memahami Bisnis Pertamina Hulu

• Produser Minyak Mentah dan Gas Bumi (Dalam/Luar Negeri) • Pemasok Energi/Listrik (Panasbumi)

Hilir

• Pengolah Minyak/Refinery

Bisnis BBM (Minyak Tanah, Solar/Diesel/MFO, dll) untuk Marine & Industry • Bisnis BBK (PertaminaDex, Pertamax/PertamaxPlus, BioPertamax) untuk retail • Bisnis Aviasi

• Bisnis Pelumas • Bisnis LPG

(13)

• Bisnis Petrokimia

Pengembangan Public Service Obligation (PSO):BBM Bersubsidi: Minyak Tanah, Premium, Solar

• Pelaksana Konversi Minyak Tanah ke LPG

Gambar 3.3: Tahap-tahap Bisnis PT. Pertamina (Persero)

Sumber : Data Perusahaan PT. Pertamina (Persero)

Anak Perusahaan atau Joint Venture dalam bisnis Pertamina (terkait core bisnis & non core bisnis)

Core bisnis :

PT Pertamina EP, PT Pertamina Gas, PT Pertamina Hulu Energi, PT Pertamina Driling Service, PT Pertamina Geothermal Energi, PT Elnusa Tbk, PT Usayana, PT Patra Niaga, Petral, PT Pertamina Retail, PT Badak LNG, PT Arun LNG, PT Pertamina Cepu, PT Geodipa, EP Thechnology Center, dll

Non core bisnis :

PT Patra Jasa, PT Pelita Air Service, PT Pertamina Tongkang, PT Pertamina Bina Medika (RSPP), PT Tugu Mandiri, dll

Hulu Pengolahan Perkapalan/

Pipa

(14)

3.1.7 Struktur Organisasi Perusahaan

Dibawah ini merupakan gambar struktur organisasi perusahaan milik negara PT. Pertamina (Persero).

Gambar 3.4: Struktur Organisasi PT. Pertamina (Persero)

Sumber : Data Perusahaan PT. Pertamina (Persero)

Pada struktur organisasi Pertamina, dapat dilihat bahwa PT. Pertamina (Pertsero) dipimpin oleh seorang Direktur Utama yang bertanggung jawab kepada Dewan Komisaris. Direktur Utama memiliki seorang Wakil Direktur Utama dan dalam menjalankan tugasnya dibantu secara langsung oleh satuan Pengawasan Internal, Sekretaris Perseroan, Kepala Hukum Korporat, Kepala Bidang LNG, Direktur Hulu, Direktur Pengolahan, Direktur Pemasaran dan Niaga, Direktur Umum SDM dan Niaga, Direktur Umum dan SDM, serta Direktur Keuangan.

(15)

3.1.7.1 Penghargaan dan Sertifikasi

Dibawah ini merupakan beberapa penghargaan yang diterima oleh PT. Pertamina (Persero) :

a. Jabar Maju Bersama PT Pertamina (Persero)

b. Penghargaan MURI Atas Rekor Pertamina Sebagai Pemrakarsa dan Penyelenggara Pembagian Sepeda untuk Anak-Anak Sekolah dengan Jumlah Terbanyak

c. Penghargaan MURI Atas Rekor Pertamina Sebagai Pemrakarsa dan Penyelenggara Pemeriksaan Gula Daerah Sewaktu dengan Peserta Terbanyak

d. Coastal Awards (Refinery Unit VI Cilacap)

e. Penghargaan MURI Atas Rekor PT Pertamina EP Region Sumatera Sebagai Penyelenggara Pendukung Pembuatan Kompos dengan Peserta Terbanyak

f. Penghargaan Asia Responsible Enterpreneurship Awards (AREA) Kategori Green Leadership

g. Penghargaan Asia Responsible Enterpreneurship Awards (AREA) Kategori Community Engagement

h. Penghargaan MURI Atas Rekor Pembagian Kacamata Secara Serentak di 9 Kota dengan Jumlah Terbanyak

(16)

3.2 Struktur Organisasi Sekretaris Perseroan Pertamina

Gambar 3.5: Struktur Organisasi Sekretaris Perseroan Pertamina

Sumber : Data Perusahaan PT. Pertamina (Persero)

Divisi komunikasi berada di bawah Sekertaris Persero yang mengurusi segala macam kegiatan public relations PT. Pertamina (Persero). Setiap bagian dalam Sekertaris Persero trdapat Manager dan Staff yang memiliki jobdesk tertentu yang didalamnya terdapat kegiatan-kegiatan public relations. Divisi inilah yang menjadi

public relations perusahaan.

Kegiatan Divisi Komunikasi PT. Pertamina (Persero) adalah seluruh kegiatan yang menyandang nilai-nilai disiplin ilmu komunikasi maupun praktisi professional.

Manager Data & Information

Vice President Corporate Communication Vice President Investor Relations Manager Compliance Manager BOD Support Manager BOC Support Manajer C S R Manager External Communication Manager Internal Communication Manager Media Manager Brand Management Manajer Region Communication Manager Capital Market Manager Corporate Action Sekretaris Perseroan

(17)

Pedoman ini melekat pada seluruh kegiatan public relations di PT. Pertamina (Persero), baik dilingkup unit usaha. Selain pada seluruh individu dan jajaran PT. Pertamina (Persero) dalam interaksinya dengan publik. Keseluruhan kegiatan public relations PT. Pertamina (Persero) ini diidentifikasikan sebagai kegiatan yang dpat mempertahankan citra perusahaan.

Berikut ini penjelasan job desk Divisi Komunikasi PT. Pertamina (Persero) : 1. Job desk VP Corporate Communications

Fungsi Jabatan

Menentukan strategi dan kebijakan pengelolaan strategi komunikasi internal maupun eksternal dan implementasinya dengan tujuan meningkatkan kualitas pembinaan hubungan baik dan kerjasama dengan internal dan eksternal stakeholders, serta terlaksananya pengendalian atas isu-isu seputar perusahaan dan terciptanya

corporate brand yang kuat untuk penciptaan peningkatan citra dan reputasi

perusahaan. Fungsi Utama

a. Menyusun dan mengimplementasikan strategi komunikasi yang paling efektif dan efisien untuk internal maupun eksternal perusahaan dalam rangka peningkatan citra dan reputasi perusahaan.

b. Menyusun dan menerapkan komunikasi dan relasi kepada publik termasuk media massa, pemerintah, maupun institusi serta internal perusahaan tentang informasi persero serta kegiatan dan hubungan social lainnya untuk mendukung kegiatan operasional.

(18)

c. Menyusun dan menetapkan strategi penciptaan dan pemeliharaan corporate brand yang tepat yang mendukung peningkatan citra dan reputasi perusahaan.

d. Membangun hubungan yang kuat dengan stakeholders eksternal, sehingga tercipta hubungan baik antara perusahaan dengan stakeholders internal maupun eksternal. e. Bertindak sebagai jurubicara Pertamina atau bekerja dengan juru bicara untuk

mengidentifikasi pesan-pesan komunikasi. 2. Job Desk Eksternal Communications

Fungsi Jabatan

Merumuskan strategi dan kebijakan pengelolaan komunikasi eksternal dan implementasinya dengan tujuan meningkatkan kualitas pembinaan hubungan baik dan kerjasama dengan eksternal stakeholders dalam dan luar negeri. Menggalang opini publik yang positif terhadap citra perusahaan serta mediasi berbagai konflik kepentingan dengan masyarakat, agar terciptanya iklan yang kondusif bagi kelancaran operasi dan pengembangan bisnis perusahaan.

Fungsi Utama

a. Melakukan komunikasi secara intensif dengan eksternal stakeholders terutama kalangan legislative, yudikatif, pemerintah pusat dan daerah, activitas academica, LSM, lembaga-lembaga terkemuka, tokoh agama, pemuka masyarakat, partai politik, organisasi kemasyarakatan, TNI/Polri, dan lain-lain untuk menciptakan

strong perception yang positif terhadap citra dan reputasi Pertamina.

b. Mensosialisasikan profile dan kinerja perusahaan melalui berbagai forum dan media pertemuan baik di pusat maupun unit usaha atau daerah melalui aktifitas seminar, diskusi, rapat, kunjungan, dan media pertemuan lainnya.

(19)

c. Membuat analisis pendapat umum serta memberikan saran serta masukan serta alternatif solusi kepada pimpinan perusahaan dalam mengatasi konflik kepentingan dengan masyarakat khususnya yang berdampak penting terhadap bisnis perusahaan.

d. Melakukan perekayasaan dan penggalangan opini publik yang positif melalui berbagai kontak sosial (social contact) dan pendekatan pribadi (personal

approach) dengan pressure group, public figure, opinion makers, serta para

pemegang posisi kunci dalam masyarakat dengan tujuan menciptakan iklim yang kondusif bagi terlaksananya aktifitas operasi dan ekpansi perusahaan.

e. Berperan aktif sebagai mediator penyelesaian kasus-kasus dan problema yang dihadapi perusahaan sebagai akibat tuntutan masyarakat sebgai dampak aktifitas-aktifitas operasi perusahaan (ganti rugi tanah, pemanfaatan tenaga kerja lokal, blocade asset perusahaan, dan lain-lain) baik dipusat maupun unit-unit usaha atau daerah.

f. Melakukan langkah-langkah proaktif dan antisipatif dalam mencegah dan mengatasi terjadinya unjuk rasa dan kegiatan massa lainnya yang berpotensi menghambat kelancaran operasi perusahaan serta bersifat destruktif terhadap asset perusahaan dengan melakukan conditioning dan koordinasi dengan fungsi terkait. g. Menyiapkan konsep pemikiran untuk masukan kepada Direksi dalam menyikapi

berbagai issue yang berdampak luas terhadap kelangsungan bisnis perusahaan, reputasi perusahaan, dan merosotnya citra korporat, masalah sosial yang menimbulkan social cost yang besar bagi perusahaan, serta memberikan solusi dalam menghadapi situasi krisis.

(20)

3. Job Desk Internal Communications

Fungsi Jabatan

Merumuskan strategi dan kebijakan pengelolaan komunikasi internal dan implementasinya dengan tujuan meningkatkan kualitas penyebaran informasi perusahaan kepada seluruh pekerja serta terlaksananya kegiatan-kegiatan korporat dan direktorat sesuai rencana, sehingga seluruh informasi mengenai perusahaan dapat diketahui oleh seluruh pekerja dan menyelenggarakan kegiatan berjalan denngan baik dan sukses.

Fungsi Utama

a. Merumuskan strategi komunikasi internal yang efektif dan efisien untuk keperluan penyebaran informasi, peningkatan awareness terhadap kegiatan dan aktifitas perusahaan secara cepat dan tepat

b. Melakukan komuikasi secara intensif dengan internal stakeholders dalam menyiapkan strategi komunikasi yang paling sesuai untuk kesuksesan kegiatan di internal perusahaan.

c. Membagun dan mengoptimalkan pemanfaatan saluran-saluran komunikasi yang ada untuk keperluan penyebaran informasi sehingga semua informasi perusahaan dapat diterima oleh seluruh pekerja dimanapun berada.

d. Mengimplementasikan strategi komunikasi internal yang proaktif dan koheren dengan strategi yang diterapkan dengan komunikasi eksternal, media, dan brand. e. Mendayagunakan teknologi untuk meningkatkan efektifitas komunikasi.

f. Menyusun dan melaksanakan pembinaan kompetensi dan pembinaan karir pekerja di lingkungan Sekertaris Persero.

(21)

g. Mengkoordinasi pengelolaan anggaran di lingkungan sekertaris perseroan. 4. Job Desk Media Relations

Fungsi Jabatan

Merumuskan strategi dan kebijakan pengelolaan komunikasi dengan dan melalui media massa serta implementasinya dengan tujuan meningkatkan kualitas pemberitaan tentang perseroan sekaligus membina hubungan profesional dan produktif dengan pelaku media dalam dan luar negeri, membina hubungan produktif dengan klien internal yang berfungsi sebagai sumber informasi mampu menciptakan strategi komunikasi eksternal bagi berbagai klien internal perusahaan serta melakukan advokasi pesan yang harus ditampilkan kepada publik pada akhirnya menciptakan informasi yang telah terformulasi menjadi pesan kuat yang konsisten dan akurat guna membentuk citra positif terhadap perusahaan mampu menciptakan kerjasama yang produktif dengan berbagai media sebagai upaya membentuk saluran media yang efektif guna mempublikasikan pencapaian,program, dan kinerja perusahaan.

Fungsi Utama

a. Melakukan komunikasi secara intensif dengan pelaku media dari mulai pimpinan redaksi, wapemred, redaktur pelaksana, redaktur hingga para jurnalis agar pelaku media tersebut mendapatkan informasi yang akurat dan tepat tentang kinerja perusahaan.

b. Mensosialisasikan program dan kinerja perusahaan melaui berbagai forum dengan media sebagai target audien, melalui penyampaian pesan-pesan yang mampu meningkatkan citra positif perusahaan.

(22)

c. Menciptakan strategi komunikasi bagi klien internal dari setiap direktorat membantu para klien internal mengkomunikasikan programnya kepada eksternal

stakeholder melalui media massa sebagai channel. Hingga selama satu tahun

kedepan klien internal sudah memiliki saluran komunikasi dan materi publikasi yang terencana.

d. Membina hubungan baik dengan stakeholder media melalui penyebaran informasi update tentang program dan kinerja perusahaan serta berkesinambungan kepada setiap rekan media massa.

e. Melakukan kegiatan berkala bagi pemberdayaan stakeholder media seperti

workshop dan seminar serta visit ke lokasi guna meningkatkan pemahaman akan

operasi perusahaan.

f. Mengelola saluran komunikasi internal seperti Media, Warta, dan Pertamina TV dengan menyiapkan dan mendesign slot maupun content bagi publikasi internal. Terutama dengan tujuan meningkatkan pemahaman stakeholder internal akan pencapaian perusahaan secara kreatif dan inovatif memanfaatkan saluran media internal agar program mereka mendapat pengakuan dan apresiasi positif dapat terealisasi.

g. Melakukan langkah-langkah proaktif dan antisipatif dalam mencegah suatu isu tentang perusahaan untuk berkembang menjadi berita negatif melalui kegiatan media intelligence agar dengan cepat mengcounter maupun membentuk informasi positif dengan perusahaan.

h. Memberikan input membantu pada internal klien stara level VP ke atas untuk bisa memahami perilaku media agar terbentuk hubungan yang produktif dan

(23)

professional dengan media massa melalui berbagai workshop dan training media bagi klien internal.

i. Mengatasi krisis yang terjadi di wilayah kerja PT. Pertamina (Persero) dengan manajemen krisis yang responsif dan mampu memanfaatkan kondisi krisis sebagai

turning point meningkatkan kinerja perusahaan dalam berbagai bidang.

3.3 Prosedur Resmi Menangani Krisis

PT. Pertamina (Persero) memiliki beberapa prosedur dalam aktivitas penanganan informasi mengenai krisis yang terjadi yaitu sebagai berikut :

Gambar 3.6: Prosedur Resmi Menangani Krisis

(24)

3.4 Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan oleh penelitian ini adalah metode penelitian deskriptif-kualitatif. Dengan menggunakan metode tersebut, peneliti bertujuan untuk menganalisa pelaksanaan Peranan Public Relations Dalam Mempertahankan Citra Pasca Menghadapi Krisis Perusahaan Pada PT. Pertamina (Persero).

Seperti dikuti oleh Haris Herdiansyah (20011: 8) menurut Cerswell, penelitian kualitatif adalah suatu proses penelitian ilmiah yang lebih dimaksudkan untuk memahami masalah-masalah manusia dalam konteks sosial dengan menciptakan gambaran menyeluruh dan kompleks yang disajikan, kemudian melaporkan pandangan rinci dari para sumber informasi, serta dilakukan dalam setting yang alamiah tanpa adanya intervensi apa pun dari peneliti.

Maleong mengatakan bahwa penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subyek penelitian, misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dan lain sebagainya (Haris Herdiansyah, 2011: 9).

Denzin dan Lincoln mengatakan bahwa penelitian kualitatif lebih ditujukan untuk mencapai pemahaman mendalam mengenai organisasi atau peristiwa khusus dari pada mendeskripsikan bagian permukaan dari sampel besar dari sebuah populasi (Haris Herdiansyah, 2011: 7).

Menurut Elvinaro Ardianto (2011: 60), salah satu ciri metode deskriptif-kualitatif ialah menitik beratkan pada observasi dan suasana alamiah (natural setting). Peneliti terjun langsung ke lapangan, bertindak sebagai pengamat.

(25)

Berdasarkan pengamatan peneliti terhadap metode penelitian deskripti-kualitatif, maka metode tersebut dianggap sesuai oleh peneliti untuk menganalisa pelaksanaan Peranan Public Relations Dalam Mempertahankan Citra Pasca Menghadapi Krisis Perusahaan Pada PT. Pertamina (Persero)

3.4.1 Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang digunakan oleh peneliti dalam penelitian ini yaitu melibatkan tiga metode utama yang meliputi Data Primer: yaitu pendekatan wawancara dengan narasumber, serta observasi atau pengamatan dengan memperlihatkan proses kerja dan pelaksanaannya. Sedangkan Data Sekunder meliputi dokumentasi yang didapat peneliti dalam teks, jurnal, maupun sumber tulisan lainnya termasuk internet. Ketiga metode tersebut satu sama lain saling berkaitan, untuk lebih jelasnya berikut adalah penjelasannya :

1. Wawancara

Seperti dikutip oleh Haris Herdiansyah (2011: 118) menurut Maleong, wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu yang dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara (interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan terwawancara (interviewee) yang memberikan jawaban atas pertanyaan tersebut.

Menurut Sudjana dalam Satori dan Komariah (2011: 130), wawancara adalah proses pengumpulan data atau informasi melalui tatap muka antara pihak penanya (interviewer) dengan pihak yang ditanya atau penjawab (interviewee).

Menurut Ardianto E., dengan melakukan wawancara kita dapat memasuki dunia pikiran dan perasaan responden untuk mengetahui perspektif, pikiran dan perasaannya. (2011:185).

(26)

Metode pengumpulan data yang digunakan untuk wawancara adalah penulis melakukan wawancara secara mendalam dengan narasumber dengan tujuan untuk mendapatkan jawaban mengenai pertanyaan yang akan ditanya pada saat wawancara. Dari beberapa jenis wawancara yang ada, Dalam penelitian ini penulis menggunakan wawancara semistruktur. Wawancara ini memiliki ciri-ciri pertanyaan terbuka, namun ada batasan tema dan alur pembicaraan. Selain itu wawancara ini kecepatannya dapat diprediksi, fleksibel tetapi terkontrol, dan memiliki pedoman wawancara yang dijadikan patokan dalam alur, urutan, dan penggunaan kata. Tujuan wawancara adalah untuk memahami suatu fenomena (Herdiansyah H., 2011:123-124).

Pertanyaan yang diberikan melalui wawancara akan dikaitkan dengan permasalahan yang akan dibahas. Penulis akan melakukan wawancara dengan narasumber yang terkait yaitu dengan :

a. Narasumber Internal

1. Officer Cybermedia PT. Pertamina Pusat (Persero), Bapak Marlodieka Wibawa.

2. Sales Reresentative (SR) LPG Rayon I LPG & Gas Product Region III, Bapak

Aripin.

b. Narasumber Eksternal

1. Bapak Sumardi (Kancil), Pemilik Warung Nasi Gila di Kampus Universitas Bina Nusantara.

2. Observasi

Seperti dikutip oleh Haris Herdiansyah (2011: 131) menurut Cartwright dan Cartwright, observasi adalah suatu proses melihat, mengamati, dan mencermati serta “merekam” perilaku secara sistematis untuk suatu tujuan tertentu. Observasi ialah suatu

(27)

kegiatan mencari data yang dapat digunakan untuk memberikan suatu kesimpulan atau diagnosis.

Menurut Alwasilah C., obesrvasi adalah penelitian atau pengamatan sistematis dan terencana yang diniati untuk perolehan data yang dikontrol validitas dan reliabilitasnya (Djam’an Satori dan Aan Komariah, 2011: 104)

Penulis melakukan metode pengumpulan data untuk mengamati suatu objek peristiwa yang sedang ditelitinya. Dan juga pengumpulan data dari lapangan yang kemudian dapat ditanyakan pada saat wawancara. Observasi dilakukan pada PT. Pertamina (Persero) bagian divisi komunikasi mulai tanggal 1Maret 2012 sampai dengan 31 Mei 2012.

3. Dokumentasi

Metode pengumpulan data yang dilakukan oleh peneliti untuk mengetahui peristiwa sejarah yang terjadi pada saat kejadian krisis tersebut. Dokumentasi yang dipergunakan dalam metode ini yaitu seperti yang dikutip oleh Djam’an Satori dan Aan Komariah (2011: 147) menurut Gottschalk dokumentasi dapat berupa pada setiap proses pembuktian yang didasarkan atas jenis sumber apapun, baik itu bersifat tulisan, lisan, gambaran, atau arkeologis.

3.4.2 Keabsahan Data

Peneliti menggunakan metode penelitian deskriptif-kualitatif. Penelitian ini dinyatakan keabsahannya yaitu apabila memiliki derajat kepercayaan (credibility), keteralihan (transferability), kebergantugan (dependability), dan kepastian (confirmability) menurut Djam’an Satori dan Aan Komariah (2011: 164).

Peningkatan kepercayaan pada penelitian kualitatif yang dilakukan peneliti adalah dengan cara trianggulasi, karena yang dicari merupakan kata-kata, maka tidak

(28)

mustahil ada kata-kata yang keliru yang tidak sesuai antara yang dibicarakan dengan kenyataan sesungguhnya. Maka dari itu peneliti perlu melakukan trianggulasi yaitu pengecekan data dari berbagai sumber dengan berbagai cara dan waktu (Djam’an Satori dan Aan Komariah, 2011: 170).

Penulis dalam penelitian ini menggunakan trianggulasi teknik. Trianggulasi teknik adalah penggunaan ungkapan data yang dilakukan kepada sumber data. Menguji kredibilitas data dengan trianggulasi teknik yaitu mengecek data kepada sumber yang sama dengan teknik yang berbeda yaitu dengan teknik wawancara, lalu di cek dengan observasi, dan kemudian dengan dokumentasi (Djam’an Satori dan Aan Komariah, 2011: 171).

Gambar 3.7: Trianggulasi Teknik

Teknik

Sumber : Djam’an Satori dan Aan Komariah (2011: 171)

3.5 Permasalahan yang dibahas

PT. Pertamina (Persero) merupakan suatu perusahaan yang termasuk dalam Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yaitu yang menyediakan minyak dan gas. Sebagai perusahaan minyak dan gas bumi PT. Pertamina (Persero) yang selalu memberikan pelayanan terbaik untuk pelanggannya. Namun sebagai perusahaan minyak dan gas bumi pasti pernah mengalami krisis. Peranan public relations sangat dibutuhkan dalam proses penyelesaian krisis tersebut.

Informan

Wawancara Observasi Dokumen

(29)

Krisis memang datang tanpa diduga-duga. Seperti krisi yang dialami oleh PT. Pertamina (Persero) setelah terlaksananya program konversi minyak tanah ke elpigi, yaitu terjadinya ledakan gas elpiji 3 kg pada tanggal 25 Juli 2010 lalu yang terjadi di Jalan Mandalika 1 RT 06/06 Kelurahan Tanjungduren Selatan, Kecamatan Grogol Petamburan, Jakarta Barat yang melukai 10 warga dan menghanguskan sebuah rumah kontrakan. Dengan adanya kejadian krisis seperti itu bisa mengancam citra perusahaan.

Berkaitan dengan kejadian krisis itu, permasalahan yang akan di teliti oleh penulis adalah :

a. Peranan public relations ketika menghadapi krisis ledakan Gas elpiji 3 kg

b. Peranan pubilc relations dalam mempertahankan citra pasca krisis yang terjadi

c. Pemecahan masalah ketika menghadapi krisis

3.6 Alternatif Pemecahan Masalah

Setelah penulis menyimpulkan dari masalah yang telah dikemukakan diatas, maka penulis memberikan alternatif pemecahan masalah yang terjadi pada PT. Pertamina (Persero). Dalam kaitannya dengan permasalahan mengenai peranan public

relations dalam penanganan krisis yang merupakan upaya memperbaiki atau

mempertahankan citra perusahaan di mata publik. Dengan demikian alternatif pemecah masalahnya yaitu dengan membentuk unit kendali krisis yang bertugas untuk mempertahankan citra PT. Pertamina (Persero). Unit kendali krisis adalah sebuah pusat pengendalian krisis dari peristiwa ledakan Gas elpiji 3 kg yang terjadi. Penggunaan unit kendali krisis ini merupakan layanan yang diberikan public relations dalam menghadapi

(30)

krisis perusahaan. Unit kendali krisis merupakan perwujudan dari Good Corporate

Governance (GCG) yang artinya korporasi itu bertanggung jawab secara cepat atas

berbagai permasalahan.

Layanan yang diberikan unit kendali krisis bermacam-macam yaitu berupa pusat pengendali krisis dengan memberikan informasi pelayanan ketika adanya keluhan mengenai krisis dan juga layanan darurat lainnya. Upaya ini dilakukan untuk memberikan pelayanan kepada pelanggan yang terkena bencana akibat Gas elpiji 3 kg. Untuk mempertahankan citra agar tetap baik dimata publiknya, dan perusahaan memberikan upaya sebaik-baiknya agar pelanggan tetap percaya untuk terus menggunakan gas elpijji. Tindakan upaya membentuk unit kendali krisis ini sebagai bentuk tanggung jawab PT. Pertamina (Persero) dan juga merupakan bagian dari peranan public relations dalam membantu pimpinan organisasi sebagai penasihat, memberikan solusi penyelesaian masalah hubungan dengan publiknya, mengkomunikasikan publiknya melalui informasi yang terpercaya kebenarannya, serta menjalin hubungan baik dengan media.

Proses pembentukan unit kendali krisis gas elpiji yang berpengaruh dalam mempertahankan citra perusahaan PT. Pertamina (Persero), seperti dibawah ini ;

(31)

Gambar 3.8: Alternatif Pemecah Masalah dengan Unit Kendali Krisis

Gambar

Gambar 3.3: Tahap-tahap Bisnis PT. Pertamina (Persero)
Gambar 3.4: Struktur Organisasi PT. Pertamina (Persero)
Gambar 3.5: Struktur Organisasi Sekretaris Perseroan Pertamina
Gambar 3.6: Prosedur Resmi Menangani Krisis
+2

Referensi

Dokumen terkait

Melalui drama Lautan Jilbab yang dipentaskan pada tahun 1988.

Hipotesis H2 ditolak pada penelitian ini sehingga bertolak belakang dengan penelitian yang telah dilakukan oleh Seong Ho Kim (2014) dan juga Venkatesh, Thong, dan Xu

Infografik yang akan dirancang berisi informasi mengenai alat pelindung diri untuk para pekerja konstruksi, oleh karena itu gaya visual yang ditampilkan haruslah

Berbagai faktor dapat mempengaruhi timbulnya masalah dalam hubungan antara manajer dan pemilik rumah sakit, antara lain: anggota yayasan yang tidak mempunyai pemahaman

Bahan baku yang digunakan dalam penelitian ini adalah limbah kulit nanas yang diperoleh dari pedagang buah di pasar Jati daerah Banyumanik Semarang, sedangkan

1 Pelestarian Adanya norma dan nilai 1 Adanya norma dan nilai-nilai budaya setempat yang masih berlaku dan dipegang teguh serta mengikat di dalam.. 20 15

Tarian Okuni disebut Kabuki Odori, yang menggambarkan suatu kemegahan yang menjadi amat populer, tetapi di sisi lain para pemainnya melayani para pria penggemarnya