• Tidak ada hasil yang ditemukan

TEOLOGI REFORMED DAN TANTANGANNYA DI ERA PASCA-MODERN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "TEOLOGI REFORMED DAN TANTANGANNYA DI ERA PASCA-MODERN"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

TEOLOGI REFORMED DAN

TANTANGANNYA DI ERA PASCA-MODERN

Ev. Otniol Seba

PENDAHULUAN

Bagi sebagian orang, mendengar istilah "reformed" merupakan 'utopia' dan kemudian menjadi momok yang menakutkan di dalam gereja dan pelayanan. Mengapa demikian? Karena telah terjadi kesalahpahaman dan distorsi pemikiran terhadap istilah tersebut (=Reformed/Teologia Reformed). Istilah ini seringkali dianggap 'Tradisional', 'Kaku', 'Tidak Berperasaan', 'Kurang Iman'. Dianggap 'tradisional' karena produk dari 'Reformed/Teologia Reformed' berasal dari pergumulan para pemikir dan teolog di abad 16 dan 17, yaitu: Martin Luther; John Calvin, Ulrich Zwingli dan lain-lain. Dianggap 'Kaku' karena Reformed menghasilkan teologi atau ajaran yang kaku dan bukan teologi / ajaran yang fleksibel. Dianggap 'Tidak Berperasaan' karena Reformed selalu selalu 'menghakimi' teologi / ajaran yang lain. Ajaran yang tidak sejalan dengan teologi Reformed seringkali dikutuk sebagai ajaran SESAT / BIDAT. Dianggap 'Kurang Iman' karena Reformed terlalu menekankan pikiran yang rasionalitas, daripada iman kepada Allah. Itu sebabnya Reformed sering 'gegeran' dengan orang Kristen lainnya, hanya karena mempersoalkan 'Apakah Allah teIah menentukan segala sesuatu atau tidak'. Singkatnya 'teologi yang paling benar adalah teologi Reformed. Jikalau gereja menganut teologi semacam ini, bukankah gereja menambah permusuhan dengan gereja-gereja yang lain? Bukankah pelayanan menjadi terhambat dan cenderung untuk tidak berkembang dengan perilaku gereja semacam ini? Hal-hal semacam ini merugikan orang Kristen sendiri, karena terpecah satu dengan yang lain. Ada baiknya kita memikirkan bagaimana hidup kita diberkati dan menjadi berkat bagi orang lain. Perlu memikirkan bagaimana gereja bisa bertumbuh secara benar di dalam iman seta jemaat bisa melayani dengan karunia-karunianya. Hal-hal ini lebih berguna daripada berdebat soal 'Predestinasi' atau 'Kedaulatan Allah'.

(2)

Pandangan dan keberatan terhadap Reformed sebagaimana yang dituliskan di atas, seharusnya tidak perlu terjadi, jikalau orang Kristen atau gereja mau mendalami dan memahami apa itu Reformed / Teologi Reformed? Tanpa melihat kepada pribadi tertentu yang dikultuskan dan keunikan karakternya (=termasuk kelebihan dan kekurangannya). Tentunya memahami apa itu Reformed / Teologi Reformed ini harus disertai dengan pikiran yang konstruktif untuk menemukan kebenaran yang berpusat kepada Allah dan Firman-Nya serta kerendahan hati yang mau menerima seluruh kebenaran Allah dan Firman-Nya (=Alkitab) serta menerapkan seluruh kebenaran ini di dalam kehidupan dan pelayanan dari setiap orang Kristen. Tujuan dari artikel ini bukan untuk menjelaskan teologi Reformed secara mendetail. Mengapa? Karena ada banyak buku-buku teologi yang telah ditulis dengan sangat baik dan teliti mengenai konten dari teologi Reformed di dalam berbagai bahasa (khususnya di dalam literatur Inggris dan juga Belanda [Jerman?]). Artikel ini ditulis dengan suatu tujuan sederhana untuk memberikan 'sedikit' gambaran kepada para pembaca awam mengenai teologi Reformed dan juga tantangannya di era pasca-modern yang berusaha mengaburkan bahkan menghilangkan 'prinsip-prinsip' dasar teologi Reformed.

I. Mengapa Harus ada Reformasi?

Gerakan reformasi lahir disebabkan karena dua hal penting. Pertama, secara eksternal dan negatif adalah ketidakpuasan dan pemberontakan kepada institusi gereja (dalam hal ini, Gereja Katolik Roma) dan para umam di dalamnya. Kedua, secara internal dan positif adalah proklamasi dan penekanan kembali kepada otoritas Alkitab yang menjadi substansi dari kekristenan. Gereja (=Gereja Katolik Roma) yang dipimpin oleh para uskup dan kardinal tidak mampu menjawab kebangunan rohani yang mulai terjadi. Gereja dan para pemimpin terjebak di dalam diskusi-diskusi skolastis yang rumit dan kurang memperhatikan iman dari anggota-anggota gereja. Para pelayan dan pemimpin-pemimpin gereja terlalu sibuk dengan urusan organisasi yang birokratif. Di sisi lain para rohaniawan terjebak di dalam usaha untuk memperkaya diri sendiri dengan memanipulasi Firman Allah dengan alasan kepentingan gereja, pelayanan

(3)

dan organisasi. Hal-hal yang bersifat upacara religius ditekankan oleh gereja sebagai sarana untuk mendapatkan anugerah dan keselamatan berkat dari Allah. Sementara kebenaran Alkitab tentang keselamatan diputarbalikkan dan disamarkan melalui otoritas kepausan dan religiusitas di dalam gereja. Semua hal ini disebabkan karena jemaat tidak bisa membaca dan mengerti Alkitab secara benar.

Reformasi pertama kali dilakukan oleh Martin Luther (1483 -1546), diikuti oleh Ulrich Zwingli (1484 -1531) dan John Calvin (1509-1564). Martin Luther lahir di Eisleben, pada tahun 1483. Belajar teologi di Universitas Erfurt. Dan kemudian masuk ke biara Gereja Katolik menjadi imam. Selama menjadi imam ia mengalami kekecewaan yang berat, karena melihat ketidakbenaran yang dilakukan oleh para pemimpin Gereja Katolik Roma. Ia kembali ke kota Wittenberg dan menjadi professor di Universitas Wittenberg yang baru didirikan. Melalui studi yang teliti tentang Roma 1:17, Luther mengajarkan tentang "pembenaran oleh Iman semata-mata" (= Justification by faith alone). Pemahaman teologinya yang baru menyebabkan pandangan teologinya bertentangan dengan Gereja Katolik Roma. Luther memulai reformasi di dalam Gereja Roma Katolik, pada 31 Oktober 1517, dengan menempelkan 95 dalil pada pintu gereja di Wittenberg. Selama hidupnya, Luther telah menghasilkan 165 karya penting baik itu tafsiran Alkitab maupun tulisan teologi yang menggambarkan pengajaran teologinya. Dia juga telah menterjemahkan Alkitab ke dalam bahasa Jerman, sehingga dapat dibaca oleh jemaat Kristen di Jerman. Luther meninggal karena penyakit paru-paru yang dideritanya, pada 18 Februari 1546, pada usia 62 tahun dan dikuburkan di Castle Church Wittenberg.

Ulrich Zwingli lahir pada tahun 1484, di Wildhaus, St. Gallen, Zwitzerland. Zwingli lahir di keluarga menengah. Ia adalah anak ke tujuh dari delapan saudara. Ayah Zwingli adalah ketua hakim di kota tersebut. Ulruch Zwingli belajar teologi di Berne, Vienna dan Basel. Pada tahun 1518, dia diangkat menjadi imam pada Grossmunster, Gereja Katedral besar di Zurich. Zwingli memulai khotbah ekspositori dan mencela praktek-praktek keagamaan yang dilakukan oleh Gereja Katolik. Sejak tahun 1522, Zwingli mulai menyebarkan pandangan reformasinya yang tersebar di seluruh Swiss. Dalam waktu yang relatif singkat, reformasi telah terjadi di Swiss. Di antara tahun 1524-1531, Zwingli telah

(4)

menterjemahkan dan mencetak Alkitab, Froschauer Bible, untuk masyarakat Swiss. Pada tahun 1531, terjadi konflik bersenjata antara para pengikut reformasi di Zurich dan pasukan Gereja Katolik Roma. Dalam pertempuran di Kappel, tanggal 31 Oktober 1531, para pengikut reformasi mengalami kekalahan. Zwingli juga tewas di dalam pertempuran itu. Mayatnya dipotong menjadi empat bagian dan dibakar.

John Calvin adalah salah satu tokoh reformasi yang paling berpengaruh pada masa itu. Seluruh pemikiran dan karya teologianya telah mempengaruhi gereja sampai hari ini. Calvin dilahirkan dengan nama Jean Chauvin (atau Chauvin, di dalam bahasa Latin disebut Calvinus) di Noyon, Picardie, Prancis utara pada tahun 1509. Calvin pernah belajar di Universitas Paris, Orleans dan Bourges, di bidang Humanisme dan Hukum. Dia sangat mengagumi Erasmus dan Humanisme serta pernah menghasilkan sebuah tulisan yang bersifat humanis pada tahun 1532. Dalam waktu bersamaan dengan itu, Calvin mulai menekuni bidang teologi, dengan metode eksegese yang berhubungan dengan teks-teks Alkitab. Melalui metodologi historical dan gramatical analysis, Calvin banyak menghasilkan karya-karya Teologis yang berkaitan dengan Alkitab. Ia juga menghasilkan buku 'Institution of Christian Religion' yang menjadi buku pegangan di dalam pengaturan kota Geneva dan dipakai luas sebagai buku standar teolagi sampai hari, juga dikenal sebagai "penafsir Alkitab yang handal", karya-karyanya sangat mewarnai penafsiran Alkitab dan khotbah-khotbah masa kini. John Calvin menjadi tokoh yang penting dan sangat dihormati di Geneva. Ia meninggal di Geneva pada tanggal 27 Mei 1564, dan dikuburkan di Cimetiere des Rois, di atas kubur batu yang diberi inisial "JC" yang merupakan bagian dari penghargaan atas permintaan Calvin sendiri sebelum ia meninggal untuk dikuburkan di tempat yang tidak dikenal dan tanpa kesaksian dan seremoni.

II. ESENSI TEOLOG1 REFORMED

Teologi Reformed tidak terlepas dari sejarah reformasi pada abad 16 dan 17. Nama 'Reformed' diadopsi dari gerakan reformasi yang dilakukan oleh segelintir orang yang ingin kembali kepada ajaran Alkitab yang benar dan yang memisahkan diri dari gereja Katolik Roma, namun secara khusus

(5)

mengikuti teologi John Calvin. Umumnya orang Kristen mengenali Reformed / Teologi Reformed hanya berpusat katekismus dan pengakuan iman sebagaimana katekismus Heidelberg, Katekismus Westminster (termasuk juga katekismus besar dan kecil), pengakuan iman Belgia, pengakuan iman Helvetic atau Kanon Dordrech. Sementara yang lainnya memahami bahwa Reformed / Teologi Reformed adalah Lima Poin Calvinis (five point of Calvinism) atau prinsip Solas yang menjadi ciri khas dari ajaran ini, yang semuanya adalah produk abad 16 & 17 yang terus-menerus dikumandangkan sampai pada masa kini.

Esensi dari Teologi Reformed adalah kembali kepada Firman Allah (= Alkitab). Luther, Calvin dan Zwingli, di dalam pengajaran mereka sangat menekankan untuk kembali kepada ajaran Alkitab. Mengapa hal itu dilakukan? Karena pada waktu gereja dikuasai oleh para Paus, di mana seluruh kebenaran Aillah sebagaimana diberitakan di dalam Alkitab, telah dikaburkan dan diganti dengan ajaran manusia yang bersifat sementara. Pengajaran akan keselamatan yang seharusnya didasarkan kepada anugerah Allah semata-mata, diganti dengan usaha manusia dan bersifat materi (Indulgensia). Moralitas para pemimpin menjadi rusak karena ketamakan akan harta dan kedudukan, sementara jemaat yang tidak mengerti secara halus tapi pasti dipaksa dengan "cara yang bersifat rohani" untuk mendukung semua yang dilakukan para pemimpin gereja pada waktu itu. Kenyataan seperti ini telah mendorong para reformator untuk berani menentukan prinsip dan sikap menghadapi para permimpin gereja pada waktu itu, dengan cara mereformasi gereja.

Para reformator menjadi pionir di dalam menekankan dan mempertahankan Alkitab sebagai otoritas tertinggi di dalam gereja: Melalui pengajaran dan khotbah-khotbah mereka prinsip keutamaan dan otoritas Alkitab terus dikumandangkan. Selanjutnya; motto "BACK to THE BIBLE" bagi para pengikut gerakan Reformasi telah menjadi spirit yang menyatu dengan panggilan mereka di dalam menegakkan ajaran Alkitab yang benar dan mengaplikasikan seluruh ajaran ini di dalam gereja dan pelayanannya.

(6)

III. KRISTALISASI TEOLOGI REFORMED

Pengajaran dari para Reformator, khususnya kelompok Calvinis terkristalisasi di dalam beberapa katekismus dan pengakuan iman yang tersebar di beberapa wilayah: Belanda, Prancis, Inggris, Genewa-Swiss, Jerman, dst. Beberapa di antaranya menjadi bahan pengajaran yang terkenal dan paling diminati oleh jemaat yang ingin belajar Alkitab dengan lebih mendalam, seperti: Katekismus Westminter dan Heidelberg. Secara umum, kristalisasi teologi Reformed terangkum di dalam sejumlah katekismus dan pengakuan iman sebagai berikut:

a. The Three Forms of Unity: The Belgic Confession of Faith (1561);

The Canons of Dort (161&1619); dan The Heidelberg Catechism (1563)

b. The Westminster Standards (1643-1649): The Westminster

Confession of Faith; The Larger Catechism; dan The Shoter Catechism

c. Continental Reformed Confessions: The French Confession (1559);

The Second Helvetic Confession (1562-1564); dan The Waldensian Confession (1655)

d. Other: The Thirty-nine Articles of Religion (1571); The Savoy

Declaration of Faith and Order (1658) , dan The London Confession of Baptist Faith (1689).

e. For Practice: The Children's Cathecism (1998); dan The Shorter

Catechism (1643-1649)

f. Modern Statements: The Lausanne Covenant (1974); The Manila

Manifesto (1989) dan The Chicago Statement on Biblical Inerrancy (1978).

Di kalangan gereja-gereja Reformed, The Three Forms of Unity dan

The Westminster Standards lebih dikenal luas dan menjadi ciri khas

pengajaran dari kelompok Protestan Reformed / Calvinist. Pada umumnya, gereja-gereja Prostestan Reformed menerima Katekismus Heidelberg sebagai pengajaran umum kelompok Calvinis. Mengapa demikian? Karena:

(7)

(1) katekismus ini telah diterjemahkan ke berbagai bahasa dan diterima baik oleh gereja-gereja Protestan. (2) pengajaran Reformed, khususnya masaiah predestinasi di dalam katekismus ini tidak ditekankan secara jelas (hanya bersifat umum). Itu sebabnya katekismus ini mudah diterima oleh oleh gereja-gereja Protestan di seluruh dunia. Hal ini berbeda dengan Katekismus Westminster yang menekankan ajaran-ajaran Reformed, khususnya masalah predestinasi yang ketat. Katekismus ini memang tidak banyak diterima dan dipakai secara luas pada gereja-gereja Protestan di seluruh dunia, namun bagi sejumlah teolog Reformed, Westminster Standardlah yang menjadi referensi dan rujukan utama bagi pengajaran Teologi Calvinis di dalam gereja.

IV. GARIS-GARIS BESAR TEOLOGI REFORMED

1. Kedaulatan Allah (Sovereignty of God)

Doktrin Kedaulatan Allah adalah salah satu doktrin yang cukup penting di dalam Teologi Reformed. Seluruh pemahaman teologi Reformed bersumber pada pengajaran ini. Allah yang dipercayai dan diimani adalah Allah yang berdaulat mutlak atas seluruh ciptaan-Nya: Oleh karena Dialah alam semesta ini ada. Dialah yang menciptakan sesuatu yang tidak ada, menjadi ada di dalam ruang dan waktu. Allah menciptakan dengan bebas alam semesta ini dengan rencana dan tujuan kekal-Nya. Allah berdasarkan kedaulatan kehendak-Nya dan kasih kekudusan-Nya, mengatur alam semesta ini berserta isinya, sesuai dengan hukum-hukum Allah yang tidak bertentangan dengan gejala atau hukum alam yang berlaku atas alam semesta. Semua itu menyatakan kebesaran dan kemuliaanAllah.

2. Prinsip-Prinsip Sola

Teologia Reformed juga sangat menekankan akan prinsip-prinsip Solas. Prinsip-prinsip Solas dikemukakan oleh Martin Luther dan John Calvin di dalam seluruh pengajaran mereka. Prinsip-prinsip ini lahir dari semangat untuk kembali kepada Alkitab melalui studi dan pemikiran yang dalam mengenai teologi yang benar.

(8)

Prinsip-prinsip tersebut dapat diuraikan sebagai berikut: (1) Sola

Scriptura - menekankan bahwa Alkitab adalah satu-satunya kitab yang

mengajarkan keselamatan dan menjadi standard moral pengajaran yang benar bagi kehidupan orang percaya. (2) Sola Fide - menekankan bahwa hanya iman yang dianugerahkan oleh Allah yang dapat menyelamatkan manusia dari hukuman kekal (3) Sola Gratia - menekankan bahwa hanya anugerah Allah saja yang memampukan manusia memperoleh keselamatan. (4) Solus Christos - menekankan bahwa hanya melalui Yesus Kristus satu-satunya pengantara bagi Allah dan manusia di dalam keselamatan. (5)

Soli Deo Gloria -- menekankan bahwa Allah satu-satunya yang

ditinggikan dan dimuliakan di dalam penyembahan.

3. TULIP

TULIP muncul sebagai hasil dari persidangan untuk meredakan pertikaian dan perselisihan dari para penganut Yohanes Calvin dan Yakobus Arminius. Sidang diselenggarakan oleh Pangeran Maurits yang mengundang sinode-sinode yang ada di kota Belanda dan dihadiri oleh 26 negara lain, termasuk: Inggris, Jerman dan Swiss. Sidang itu berlangsung selama 1 tahun, 1618-1619, yang menghasilkan keputusan bahwa para pengikut Yakobus Arminius diusirdan ajarannya ditolak sebagai bidat. Keputusan yang dihasilkan adalah menerima ajaran Yohanes Calvin yang dirumuskan dengan: Lima Pokok Calvinisme (The Five Point of Calvinism):

a. Total Depravity, sebagai hasil dari kejatuhan manusia di dalam dosa, maka manusia secara total Alah mengalami kerusakan. Oleh sebab itu manusia telah mati di dalam dosanya. Manusia tidak dapat menyelamatkan dirinya sendiri. Allah yang harus berinisiatif untuk menyelamatkan manusia.

b. Unconditional Election, Allah tidak menetapkan suatu syarat untuk menyelamatkan manusia. Allah juga tidak mendasari kepada pra-pengetahuan-Nya, yang mampu melihat manusia ke masa depan bahwa manusia akan meresponi panggilan-Nya. Namun berdasarkan kehendak

(9)

dan kedaulatan-Nya, Allah telah memiiih sebagian orang untuk diselamatkan dan membiarkan yang lain tetap di dalam kebinasaan-Nya.

c. Limited Atonement, Allah telah menetapkan bahwa Yesus Kristus akan mati untuk mereka yang telah dipilih dan akan diselamatkan oleh Allah. Yesus Kristus tidak mati bagi semua orang. Kematian-Nya sempurna untuk umat pilihan-Nya.

d. Irresistible Grace, Allah menyatakan anugerah-Nya kepada semua manusia, namun cukup dan hanya efektif bagi mereka yang telah dipilih dari semula. Allah menyatakan anugerah-Nya kepada mereka yang diselamatkan. Anugerah ini tidak dapat ditolak oleh umat Allah, sebaliknya melalui anugerah ini manusia dapat meresponi keselamatan dari Allah.

e. Perseverance of the Saint, mereka yang dipilih oleh Allah dan telah menjadi umat-Nya akan dipelihara di dalam iman. Keselamatan dari orang-orang percaya telah dijamin oleh Allah. Tidak ada satupun di antara mereka yang bisa kehilangan keselamatannya.

4. Predestinasi

Teologia Reformed, seringkali disebut dengan teologi Calvinis. Teologi Reformed sangat menekankan akan ajaran para reformator tentang 'predestinasi'. Ini merupakan ajaran yang paling kontroversi di antara ajaran Reformed lainnya. Istilah Predestinasi, berarti tujuan hidup kekekalan dari manusia yang telah ditetapkan sebelumnya oleh Allah. Sebelum penciptaan, Allah telah memilih sebagian orang untuk diselamatkan dan membiarkan yang lain menuju kebinasaan. Para reformator percaya bahwa 'Allah telah menetapkan sebagian orang untuk diselamatkan', sementara di sisi yang lain Dia mengijinkan yang lain untuk dibinasakan. Dasar dari ajaran ini adalah bukan karena Dia telah mengetahui terlebih dahulu bahwa mereka akan percaya kepada-Nya, atau bukan juga karena orang-orang tersebut dapat menjadi rekan kerja-Nya, tetapi karena kedaulatan kehendak-Nya yang memilih dan menyelamatkan sebagian mereka yang kemudian menjadi umat-Nya. Kristalisasi ajaran

(10)

predestinasi ini terdapat di dalam sejumlah katekismus-katekismus Calvinisme, di antaranya Katekismus Besar Westminster (KBW). Katekismus Besar Westminster pertanyaan 13 menjelaskan penetapan Allah yang berkaitan dengan kehidupan dan keselamatan umat pilihan-Nya.

V. TANTANGAN DI ERA PASCA-MODERN

Pasca-modern tampil sebagai suatu reaksi terhadap modernitas yang berusaha untuk memberikan jalan keluar bagi masalah-masalah yang terjadi di dalam seluruh aspek hidup manusia yang tidak dapat diselesaikan di dalam masa moden serta seluruh filosofi yang berkaitan di dalamnya. Ciri khas kehidupan masyarakat pasca-modern ini: (1) Penolakan

terhadap suatu kebenaran mutlak. Bagi masyarakat pasca-modern ini

kebenaran yang dibicarakan merupakan suatu bentuk asumsi-asumsi dari interes-interes pribadi yang dikemukakan dengan kekuatan bahasa manusia. Kebenaran menjadi relatif. (2) Sangat menekankan pada

ke-AKU-an (self centered) yang direalisasikan di dalam interaksi dengan

orang lain, budaya, tradisi dan bahasa. (3) Menekankan hal-hal yang

bersifat praktis dan instan. (4) Skeptisisme terhadap sejarah, tradisi dan iman kepada Allah. Postmodern telah masuk ke dalam kehidupan

masyarakat dan telah mempengaruhi bidang seni dan arsitektur; budaya dan industrialisasi; politik dan teknologi, filosofi dan sains, termasuk juga teologi.

Di tengah kehidupan masyarakat pasca-modem ini seharusnya Gereja hadir sebagai "terang" dunia. Namun kenyataannya justru banyak Gereja tidak dapat menjadi terang. Gereja terhisap di dalam keadaan ini. Hal ini dikarenakan bahwa Gereja sendiri tidak memiliki "dasar" yang kuat untuk menjadi terang. Secara umum gereja mulai meninggalkan prinsip-prinsip kebenaran dan keluar dari jalur Reformasi. Prinsip-prinsip kebenaran untuk kembali kepada Alkitab, yang pemah diperjuangkan pada masa yang lalu tidak menjadi hal yang penting pada masa kini. Gereja secara umum lebih fokus pada "prinsip-prinsip yang bersifat praktis dan mulai meninggalkan 'hal-hal yang dianggap 'tradisional / kuno'. Gereja lebih

(11)

senang mengajarkan hal-hal yang bersifat fleksibel daripada setia dengan prinsip-prinsip kebenaran. Secara umum dapat disimpulkan, ada dua tantangan yang dihadapi Gereja, baik dari segi konsep (teologi) maupun dari segi praktisnya:

Pertama, dari segi konsep, muncullah 'teologi baru' (teologi tanpa identitas yang jelas). Teologi baru muncul sebagai hasil ketidakpuasan terhadap pemikiran teologi konservatif yang selalu ingun kembali pada kebenaran di dalam jalur Reformasi. Teologi ini berusaha untuk menghilangkan identitas dari 'prinsip-prinsip kebenaran' yang terkandung teologi Reformed dan menyusun suatu teologi baru yang didasarkan kepada eksistensi, subjektifitas dan interes-interes yang dibangun melalui komunitas. Lebih tepatnya teologi semacam ini disebut sebagai teologi di zaman pasca-modem. Ciri khas daripada teologi semacam ini adalah:

(1) prinsip kebenaran sangat ditentukan oleh suatu dari suatu komunitas dalam masyarakat;

(2) kebenaran hanyalah sebuah permainan bahasa dari asumsi-asumsi yang dibentuk oleh konteks dan interes-interes pribadi masing-masing;

(3) kebenaran yang dirumuskan pada masa lalu hanya 'bersifat sejarah' dan tradisional yang tidak mempengaruhi prinsip kebenaran dalam suatu komunitas masa kini.(anti sejarah dan anti tradisionalistis ...?).

(4) penekanan pada pengajaran yang fleksibel praktis dengan dalih untuk kepentingan bersama. Secara umum teologi semacam ini telah masuk ke dalam gereja dan mulai menyebarkan pengaruhnya. Gereja secara tidak sadar berada dalam 'bahaya' besar, yaitu: pendistorsian iman dan penyangkalan kebenaran yang didasarkan pada Alkitab.

Kedua, dari segi praktis, muncul berbagai gerakan psikologis yang telah masuk mempengaruhi kekristenan secara umum dan gereja Tuhan pada khususnya. Harus diakui bahwa Psikologi sangat diterima oleh masyarakat, karena telah memberikan kesadaran baru (=pencerahan baru) dan menuntun masyarakat, khususnya masyarakat modem bahwa "DIRI

(12)

SENDIRI" sangat BERARTI, BERGUNA, BAIK dan BENAR. Di dalam kekristenan juga tidak menyangkal peranan psikologis di dalam pertumbuhan iman seorang Kristen, namun di dalam level-level tertentu, psikologis berubah telah menjadi "agama baru" atau "dogma baru" bagi gereja dan orang Kristen secara umum. Ini sangat keliru. Dengan menyebakan kepada "nilai dan konser diri' yang benar, psikologi mencoba mengajak manusia menilai dirinya "LEBIH PENTING dan LEBIH BAIK / BENAR". Secara tidak langsung psikologi modern telah membawa masyarakat untuk menghindari kelemahan, penderitaan dan bahkan dosa manusia sebagaimana yang dituliskan oleh Alkitab. Psikologi telah mengabaikan kebenaran Alkitab, mengenai natur manusia. Hal-hal ini sangat terlihat pada ibadah dan perayaan yang dilakukan oleh orang-orang Kristen masa kini. Pemuliaan dan sentralisasi terhadap diri sendiri telah menjadi fokus penting di dalam ibadah-ibadah Kristen modern. Lebih dari pada itu, model-model pembinaan dan khotbah-khotbah yang dilakukan di dalam gereja oleh para hamba Tuhan selalu berfokus kepada "KEBENARAN DAN KEBAIKAN DIRI SENDIRI." Istilah-istilah yang dikembangkan seperti: anda berharga di mata Allah, anda adalah biji mata Allah, anda adalah milik pusaka-Nya, Aku anak Raja ..., Aku diberkati Tuhan ..., Tuhan peduli denganku...., Aku mengklaim janji Tuhan ..., Aku meminta Tuhan untuk melakukan ..., Tuhan pernah berjanji kepadaku ..., menghiasi khotbah dan pengajaran gereja dan hamba-hamba Tuhan masa kini. Bahkan TUHAN yang seharusnya dimuliakan mulai ditinggalkan dan diganti dengan "Aku yang harus diutamakan." Sejauh ini, psikologi telah menjadi ancaman yang serius, karena dianggap sebagai "agama baru" atau "dogma baru" di dalam kekristenan (= agama di dalam agama). Kesimpulan ini sangat logis, dengan melihat pada fenomena dan fakta yang sesungguhnya terjadi.

Dengan melihat kepada fenomena ini, apakah kekristenan dan gereja khususnya akan bertumbuh di dalam iman yang benar? Adakah kekristenan dan Gereja khususnya akan menjadi terang yang sejati di tengah kegelapan dunia ini? Bagaimanakah kekristenan dan Gereja menjadikan Yesus Kristus, sang kepala Gereja dan gembala jiwa kita? Tentu tidak. Jikalau demikian, alangkah baiknya kekristenan dan Gereja pada khususnya, kembali kepada "prinsip -prinsip kebenaran" di dalam teologi Reformasi.

(13)

Teologi Reformasi sangat menekankan ajaran Sola Scriptura, Solus Christos, Sola Gratia, Sola Fide, Sola Gratia dan Soli Deo Gloria di dalam seluruh pengajarannya.

Kekristenan dan gereja tanpa identitas yang benar tidak akan mampu berdiri tegak menghadapi serangan dari "kegelapan" dunia ini.

Tanpa teologi yang benar kekristenan dan gereja menjadi seperti "garam yang kehilangan rasa asinnya" dan siap untuk dibuang serta diinjak orang.

Sumber:

Buletin Sinode Gereja Kristen Abdiel (GKA) Edisi XVII - Pebruari 2008

Periode 2006-2008 halaman 16-21

Pengutipan dari artikel ini harus mencantumkan: Dikutip dari

Referensi

Dokumen terkait

Hubungan tingkat penerapan SMM dengan kinerja perusahaan non keuangan bahwa tingkat penerapan SMM untuk industri pemindangan tradisional yang berada pada tahap

2000, Parameter Standar Umum Ekstrak Tumbuhan Obat, Cetakan Pertama, Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia... R., 1966, Biological and Phytochemical Screening

[r]

Variabel pengalaman komisaris utama dapat digunakan untuk menguji pengaruh corporate governance terhadap karena dengan pandangan dan pengalaman yang luas, seperti memiliki

Pada inkubasi 72 jam jumlah bakteri lebih banyak (fase puncak) dibandingkan masa inkubasi yang lain sehingga produksi IAA yang dihasilkan paling tinggi, pada

Sete lah penulis mengadakan penelitian lapangan dan menganalisa data yang diperoleh dalam rangka pembahasan skripsi yang berjudul “Pengaruh kemampuan profesional

[r]

Dari beberapa definisi tersebut dapat disimpulkan, bahwa kampung kota adalah suatu bentuk pemukiman di wilayah perkotaan yang khas Indonesia dengan ciri antara