• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH KEMAMPUAN PROFESIONAL GURU TERHADAP PRESTASI FIQIH DI MADRASAH IBTIDAIYAH SE KECAMATAN GEMUH KABUPATEN KENDAL TAHUN 2 0 1 0 SKRIPSI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "PENGARUH KEMAMPUAN PROFESIONAL GURU TERHADAP PRESTASI FIQIH DI MADRASAH IBTIDAIYAH SE KECAMATAN GEMUH KABUPATEN KENDAL TAHUN 2 0 1 0 SKRIPSI"

Copied!
88
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH KEMAMPUAN PROFESIONAL GURU TERHADAP

PRESTASI FIQIH DI MADRASAH IBTIDAIYAH

SE KECAMATAN GEMUH KABUPATEN KENDAL

TAHUN 2 0 1 0

S K R I P S I

D iaju k an u n tu k M em p e ro leh G elar S a rja n a P e n d id ik a n Islam

Oleh:

S I T I P U R W A T I

N IM : 11408221

JURUSAN TARBIYAH

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI

(2)

»

KEMENTERIAN AGAMA

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) SALATIGA

Jl. Tentara Pelajar 02 Telp. (0298) 323706,323344 Fax 323433 Salatiga 5071 Website: www.stainsalatiga.ca.id E-mail: admiistrasi@stainsalatiga.ac.id

PERSETUJUAN PEMBIMBING

Assalamualaikum Wr.Wb.

Setelah dikoreksi dan diteliti, maka skripsi saudara: Nama : Siti Purwati

NIM :11408221

Jurusan : Pendidikan Agama Islam

Judul Skripsi : PENGARUH KEMAMPUAN PROFESIONAL GURU

TERHADAP PRESTASI FIQIH DI MADRASAH

IBTIDAIYAH SE KECAMATAN GEMUH

KABUPATEN KENDAL TAHUN 2010

D engan ini saya m ohon agar skripsi saudari tersebut dapat dim unaqosahkan,

Wassalamu’alaikum Wr.Wb.

Salatiga, ■?£> Agustus 2010 Pem bim bing

Dra. Siti Asdiqoh, M. Si

(3)

I V J L :» I |U > I L M A H I AVV, A \!»!/■%

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) SALATIGA

Jl. Tentara Pelajar 02 Telp. (0298) 323706,323344 Fax 323433 Salatiga 50721

Website: www.stainsalatiga.ca.id E-mail: admiistrasi@stainsalatiga.ac.id

y

PENGESAHAN KELULUSAN

Skripsi saudara Siti Purwati dengan Nomor Induk Mahasiswa 1140822Jyang berjudul PENGARUH KEMAMPUAN PROFESIONAL GURU TERHADAP PRESTASI FIQIH DI MADRASAH IBTIDAIYAH SE KECAMATAN GEMUH KABUPATEN KENDAL TAHUN 2010 telah dimunaqosahkan dalam sidang Panitia Ujian Jurusan Tarbiyah Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Salatiga pada hari sabtu, 25 September 2010 dan telah diterima sebagai bagian dari syarat- syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I.).

Salatiga, 16 Syawal 1430 H 25 September 2010 M

Panitia Ujian

Ketua Sidang Sekretris Sidang

Dr. Jmam Sutomo, M. Ag.

ND*. 19580827 198303 1 002

Penguji I

H. Sidnon Maesur, LC. M A

NIP. 19630722 199803 1 001

Dra. Siti Asdiqoh, M. Si

(4)

DEKLARASI

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang beijudul “PENGARUH KEMAMPUAN PROFESIONAL GURU TERHADAP PRESTASI FIQIH DI MADRASAH IBTIDAIYAH SE KECAMATAN GEMUH KABUPATEN KENDAL TAHUN 2010” ini adalah hasil karya saya sendiri. Apabila terdapat kutipan itu hanya sebagai referensi.

(5)

MOTTO

r r JL)\j

La

%

' l e f t Co

jO ij

4i)l

“Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan suatu kaum sehingga mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri...” * (QS. Ar-Ra’d: 11)

(6)

PERSEMBAHAN

Skrispi ini penulis persembahkan untuk:

1. Kedua orang tuaku Bapak Surani serta Ibu Tinemu

yang tercinta, yang telah mencurahkan kasih sayang serta perhatian yang tiada tara sejak penulis dalam kandungan sampai dewasa. Semoga segala amal ibadahnya mendapatkan balasan dari Allah SWT, Amin.

2. Adikku Ahmad Sirojul Munir (Aim) yang telah memberikan inspirasi untuk penulisa skripsi ini

3. Ibu Dra. Siti Asdiqoh, M. Si yang telah membimbing dalam penulisan skripsi 4. Siswanto.

yang telah memberi motivasi dalam penulisan skripsi ini. Semoga menjadi amal shaleh dan diridhoi oleh Allah SWT.

5. Kepala dan segenap dewan guru Madrasah Ibtidaiyah se Kecamatan Gemuh Yang telah memberikan kesempatan untuk mengadakan penelitian.

6. Rekan-rekan STAIN Salatiga

(7)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji syukur kehadirat Allah SWT. Penulis panjatkan atas segala rahmat, taufik, hidayah, dan inayah-Nya, sehinga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pengaruh kemampuan profesional guru terhadap prestasi fiqih di Madrasah Ibtidaiyah se Kecamatan Gemuh Kabupaten Kendal Tahun 2010” dengan baik tanpa mengalami kendala yang berarti.

Sholawat dan salam semoga selalu terlimpahkan dan senantiasa penulis sanjungkan kepada Khotamu Anbiya'Walmursalin Rosulullah Muhammad SAW, beserta keluarga, sahabat-sahabat, dan para pengikutnya yang telah membawa dan mengembangkan Islam sehingga seperti sekarang ini.

Penulis menyadari bahwa terselesaikannya skripsi ini bukanlah semata hasil dari jerih payah penulis secara pribadi. Akan tetapi semua ini terwujud berkat adanya usaha dan bantuan baik berupa moral maupun spiritual dari berbagai pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skipsi ini. Oleh karena itu, penulis tidak akan lupa untuk menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak Dr. Imam Sutomo, M. Ag, selaku Ketua STAIN Salatiga 2. Bapak Drs. Joko Sutopo, selaku Ketua Progdi PAI

3. Ibu Dra. Siti Asdiqoh, M. Si selaku pembimbing yang telah banyak memberikan arahan dan nasehat sehingga penulis mampu menyelesaikan penulisan skripsi tanpa menemui hambatan yang berarti.

4. Segenap Dosen dan Karyawan STAIN Salatiga atas segala didikan, bantuan, dan kerjasamanya.

5. Kedua orang tuaku Bapak Surani, Ibu Tinemu dan adikku Ahmad Sirojul munir dan Ahmad Khuroji

(8)

7. Segenap sahabat penulis tanpa kecuali yang selalu memotivasi.

8. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, baik secara langsung maupun tidak langsung dalam memberikan bantuan, dorongan dan do'a kepada penulis selama melaksanakan studi di Fakultas Tarbiyah di STAIN Salatiga.

Harapan dan do'a penulis semoga semua amal kebaikan dan jasa-jasa dari semua pihak yang telah membantu hingga terselesaikanya skripsi ini dapat diterima Allah SWT, serta mendapatkan balasan yang lebih baik dan berlipat ganda.

Penulis juga menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan yang disebabkan karena keterbatasan dan kemampuan penulis. Oleh karena itu, penulis mengharap saran dan kritik yang konstruktif dari pembaca demi sempurnanya skripsi

Akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat nyata bagi penulis khususnya dan para pembaca pada umumnya.

ini.

Salatiga, Agustus 2010 Penulis

(9)

ABSTRAK

Siti Purwati (NIM. 11408221). “Pengaruh Kemampuan Profesional Guru Terhadap Prestasi Fiqih di Madrasah Ibtidaiyah se Kecamatan Gemuh Tahun 2010”. Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Salatiga.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: 1) Bagaimana profesionalisme guru Madrasah Ibtidaiyah se-Kecamatan Gemuh Kabupaten Kendal tahun 2010. 2) Bagaimana profesionalisme guru daiam meningkatkan prestasi fiqih di Madrasah Ibtidaiyah se-Kecamatan Gemuh Kabupaten Kendal tahun 2010. 3) Adakah pengaruh profesionalisme Guru Madrasah terhadap prestasi fiqih di Madrasah Ibtidaiyah se- Kecamatan Gemuh Kabupaten Kendal tahun 2010.

Peneliti menggunakan metode observasi, interview, dokumentasi, angket. Subyek penelitian sebanyak 33 responden, menggunakan statistik kuesioner proposional random sampling. Pengumpulan data menggunakan instrument kuesioner untuk menjaring data (X) dan kuesioner untuk menjaring data (Y).

Data yang terkumpul dianalisis dengan analisis statistik. Dengan menggunakan rumus product moment. Pengujian hipotesis penelitian menunjukkan pengaruh positif terhadap peningkatan prestasi fiqih di Madrasah Ibtidaiyah se-Kecamatan Gemuh Kabupaten Kendal, dengan rumus product moment yang menunjukkan nilai r observasi adalah 0,50794. Kemudian hasil tersebut dikonfirmasikan dengan harga r- teoritik pada taraf signifikansi 5% maupun 1% untuk jumlah responden 33 dalam taraf sigifikansi 5% = 0,344 dan taraf signifikansi 1% = 0,442.

(10)

DAFTAR ISI

SAMPUL ...

LEMBAR BERLOGO...

JUDUL ...

PERSETUJUAN PEMBIMBING ...

PENGESAHAN KELULUSAN...

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN

MOTTO DAN PERSEMBAHAN_____

KATA PNGANTAR... ABSTRAK ...

DAFTAR I S I ...

DAFTAR TABEL...

DAFTAR GAMBAR________________

DAFTAR LAMPIRAN...

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan M asalah... 4

C. Tujuan Penelitian... 5

D. Hipotesis... 5

E. Kegunaan Penelitian... 6

F. Definisi Operasional... 6

G. Metode Penelitian... 8

1. Pendekatan dan Rancangan Penelitian ... 8

2. Lokasi dan Waktu Penelitian... 9

3. Populasi dan Sampel... 9

4. Metode Pengumpulan D ata... 10

5. Instrumen Penelitian... 11

(11)

H. Sistematika Penulisan... ... 12

BAB

n

KAJIAN PUSTAKA A. Pengertian Profesional Guru ... ... 14

B. Pengertian Prestasi Fiqih... ... 30

1. Pengertian Prestasi... ... 30

2. Pengertian Fiqih... ... 31

C. Pengaruh Profesional guru terhadap Prestasi Fiqih... ... 37

BAB

m

METODE PENELITAN A. Gambaran Umum Lokasi dan Subjek Penelitian ... ... 40

B. Penyajian D ata... ... 45

BAB IV ANALISIS A. Analisis Deskriptif... ... 48

B. Pengujian Hipotesis ... ... 55

C. Pembahasan... ... 59

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... ... 61

B. Saran ... ... 62

C. Penutup ... ... 63

DAFTAR PUSTAKA

(12)

BABI

A. Latar Belakang Masalah

Pemerintah, dalam hal ini Menteri Pendidikan Nasional telah mencanangkan “Gerakan Peningkatan Mutu Pendidikan” pada tanggal 2 Mei 2002. Salah satu kebijakan pokok dalam rangka peningkatan kualitas pendidikan melalui gerakan tersebut yang terkait dengan pengelolaan pendidikan adalah ditetapkannya penerapan Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) pada mulai dari satuan pendidikan anak usia dini sampai menengah. (Bafadal, 2002:90). Hal ini sebagaimana termaktub dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional (UUSPN) No. 20 tahun 2003, bab XIV tentang pengelolaan pendidikan, bagian ke satu (umum), pasal 51 ayat 1 berikut: “Pengelolaan satuan pendidikan anak usia dini, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah dilaksanakan berdasarkan

standar pelayanan minimal dengan prinsip manajemen berbasis sekolah /

/waJrasa/r’.(UUSPN No. 2, 2003:27)

Manajemen peningkatan mutu sekolah dapat dilaksanakan dengan baik apabila didukung oleh keberadaan guru yang aktif dengan melakukan berbagai pengembangan sesuai dengan kebutuhan sekolahnya masing- masing. Keaktifan seorang guru lambat laun akan menurun dikarenakan usia guru yang semakin lama semakin tua yang merubah beberapa kemampuan seseorang, seperti halnya kepuasan dalam bekeija. Hal ini bertolak belakang dengan tujuan pendidikan nasional, karena secara didaktis, semua ilmu yang diajarkan di sekolah adalah untuk mencapai tujuan pendidikan nasional yaitu ’’manusia Indonesia seutuhnya” yang ciri utamanya adalah “beriman dan taqwa kepada Tuhan Allah Yang Maha Esa”.( Thoha, 1998: 22)

(13)

Dalam proses belajar mengajar seorang guru memiliki fungsi yang sangat strategis dalam melaksanakan tugas mendidik dan mengajar, karena melalui proses pendidikan akan terbentuklah sikap dan perilaku peserta didik. Oleh karena itu seorang guru agama dituntut untuk memiliki kreativitas dan aktivitas dalam proses belajar mengajar sehingga proses pengajaran dapat mewujudkan pribadi anak yang baik.

Untuk lebih memperjelas fungsi dan peran guru (dalam hal ini lebih ditekankan bagi guru yang mengajar di tingkat dasar), penulis mencoba memberikan pemaparan tentang fungsi dan peran guru dalam empat karakter guru. Guru sebagai pendidik, pengajar, pembimbing, dan pelatih.

Sebagai pendidik, guru lebih banyak menjadi sosok panutan, yang memiliki nilai moral dan agama yang patut ditiru dan diteladani oleh siswa. Contoh dan keteladanan itu lebih merupakan aspek-aspek sikap dan perilaku, budi pekerti luhur, akhlak mulia, seperti jujur, tekun, mau belajar, amanah, sosial, dan sopan santun terhadap sesama. Sikap dan perilaku guru yang sehari-hari dapat diteladani oleh siswa, baik di dalam maupun di luar kelas merupakan alat pendidikan yang diharapkan akan membentuk kepribadian siswa kelak di masa dewasa. Dalam konteks inilah maka sikap dan perilaku guru menjadi semacam bahan ajar secara tidak langsung yang dikenal dengan hidden curriculum. Sikap dan perilaku guru menjadi “bahan ajar” yang secara langsung dan tidak langsung akan ditiru dan diikuti oleh para siswa. Dalam hal ini guru dipandang sebagai role model yang akan digugu dan ditiru oleh muridnya (Suparlan, 2005:28).

Sebagai pengajar, guru diharapkan memiliki pengetahuan yang luas tentang disiplin ilmu yang harus diampu untuk ditransfer kepada siswa. Dalam hal ini, guru harus menguasai materi yang akan diajarkan, menguasai pengggunaan strategi dan metode mengajar yang akan digunakan untuk menyampaikan bahan ajar, dan menentukan alat evaluasi pendidikan yang akan digunakan untuk menilai hasil belajar siswa, aspek- aspek manajemen kelas, dan dasar-dasar kependidikan.

(14)

Sebagai pembimbing, guru juga perlu memiliki kemampuan untuk dapat membimbing siswa, memberikan dorongan psikologis agar siswa dapat mengesampingkan faktor-faktor internal dan faktor eksternal yang akan mengganggu proses pembelajaran, baik di dalam maupun di luar sekolah. Selain itu, guru juga harus dapat memberikan arah dan pembinaan karier siswa sesuai dengan bakat dan kemampuan siswa.

Sebagai pelatih, guru perlu memberikan sebanyak mungkin kesempatan pada siswa untuk dapat menerapkan konsepsi atau teori ke dalam praktek yang akan digunakan langsung dalam kehidupan. Dalam aspek ini, guru perlu memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada siswa agar siswa memperoleh pengalaman belajar yang sebanyak-banyaknya, khususnya untuk mempraktekkan berbagai jenis ketrampilan yang mereka butuhkan (Suparlan, 2005:28).

Selain Drs. Suparlan yang memaparkan mengenai peran dan fungsi seorang guru, Imam al-Ghozali juga mengemukakan betapa pentingnya profesi seorang guru (pengajar) adalah pekerjaan yang mempergunakan dalil akal. Beliau mengemukakan “Mulia dan tidaknya pekeijaan itu diukur dengan apa yang dikeijakan. Pandai emas lebih mulia dari penyamak kulit, karena tukang emas mengolah emas satu logam yang amat mulia, dan penyamak mengolah kulit kerbau mati”. Guru mengolah manusia yang dianggap makhluk paling mulia dari seluruh makhluk Allah. Oleh karenanya dan dengan sendirinya pekerjaan mengajar amat mulia, karena mengolah manusia tersebut. Bukan itu saja keutamaannya, guru mengolah bagian yang mulia dari antara anggota-anggota manusia, yaitu akal dan jiwa dalam rangka menyempurnakan, memurnikan dan membawanya mendekati Allah semata” (Uhbiyati, 1997:76). Pandangan al-Ghazali mengenai guru merupakan hasil inspirasi beliau atas firman Allah SWT yang termaktub dalam surat Ali Imron ayat 187 sebagai berikut:

Yj

S 3 Oi&Ji

[JJ jiri\

'jiL j&.f if,

/ 8 / ^ ^ / 0 0 O J ^

(187 J l) O Jj2***j Aj \ j j

(15)

Artinya: “Dan (ingatlah), ketika Allah mengambil janji dari orang-orang yang telah diberi kitab (yaitu): "Hendaklah kamu menerangkan isi kitab itu kepada manusia, dan jangan kamu menyembunyikannya. "Lalu mereka melemparkan janji itu ke belakang punggung mereka dan mereka menukarnya dengan harga yang sedikit. Amatlah buruk tukaran yang mereka terima (Q.S. Ali Imron: 187)

Namun dalam dataran realitasnya masih banyak kelemahan dan kekurangan dari seorang guru yang pada akhirnya mereduksi idealisme seorang guru itu sendiri. .

Sebagaimana yang penulis kutip dari Abraham Maslow dalam bukunya Ibrahim Bafadal bahwa kebutuhan manusia secara psikologis digambarkan sebagai tangga hierarki yang dimulai dari paling rendah/dasar hingga teratas. Ia menerangkan paling tidak manusia memiliki kebutuhan dalam lima aspek yaitu: kebutuhan fisiologis, kebutuhan keamanan, kebutuhan sosial, kebutuhan harga diri dan kebutuhan aktualisasi diri (Bafadal, 2004:95-96). Masalah atau problem guru dalam pengajaran fikihantara lain waktu yang dijadwalkan lebih sedikit hal tersebut menjadi kendala bagi guru karena dalam pengajaran fiqih mebutuhkan waktu utuk praktek guna mendemonstrasikan teori yang telah diajarkan.

B. Rumusan Masalah

Merujuk pada latar belakang di atas maka yang menjadi pokok permasalahan dalam penelitian ini adalah :

1. Bagaimana kemampuan profesional guru di Madrasah Ibtidaiyah se- Kecamatan Gemuh Kendal tahun 2010 ?

2. Bagaimana prestasi fiqih di Madrasah Ibtidaiyah se-Kecamatan Gemuh Kendal, tahun 2010?

3. Adakah pengaruh antara kempampuan profesional guru terhadap prestasi fiqih di Madrasah Ibtidaiyah se-Kecamatan Gemuh Kendal tahun 2010?

(16)

C. Tujuan Penelitian

Mendasarkan pada permasalahan di atas, maka tujuan dalam penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui kemampuan profesional guru di Madrasah Ibtidaiyah se-Kecamatan Gemuh Kabupaten Kendal tahun 2010.

2. Untuk mengetahui prestasi fiqih di Madrasah Ibtidaiyah se Kecamata Gemuh Kabupaten Kendal Tahun 2010.

3. Untuk mengetahui pengaruh kemampuan profesional guru terhadap prestasi fiqih di Madrasah Ibtidaiyah se Kecamatan Gemuh Kabupaten Kendal tahun 2010.

D. Hipotesis

Hipotesis yang berupa pernyataan dan generalisasi sementara terhadap suatu fenomena tertentu, membantu peneliti dalam menyajikan kesimpulan penelitiannya. Ia akan tetap berfungsi sebagai prakiraan yang bersifat sementara sampai ditemukan fakta-fakta yang mendukungnya. Temuan-temuan yang didasarkan fakta-fakta tersebut diorganisasikan dalam kesimpulan penelitian dalam kaitannya dengan tujuan yang mendasari penelitian tersebut. Jika bukti-bukti faktualnya sesuai dengan tujuan yang diusulkan, maka hipotesis tersebut dapat diterima sehingga memberikan sumbangan baru pada ilmu pengetahuan. Sebaliknya, jika bukti-bukti faktual tersebut tidak sesuai, maka hipotesis tersebut ditolak sehingga perlu diubah atau diuji kembali dengan sampel yang berbeda.flbnu Hadjar, 1996: 63)

Dengan teori diatas penulis menyimpulkan bahwa pengaruh positif antara kemampuan profesional guru terhadap prestasi mata pelajara fikih: Semakin profesional seorang guru semakin baik prestasi mata pelajaran fikih.

Mengingat hipotesis yang diajukan di atas merupakan dugaan sementara yang mungkin pengaruh positif atau pengaruh negatif daiam

(17)

prestasi fiqih maka akan dilakukan pengkajian pada bagian analisis data untuk mendapatkan bukti apakah hipotesis yang diajukan diterima.

£ . Kegunaan penelitian

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran dan informasi yang jelas, agar penelitian ini dapat memerikan manfaat secara teoritis maupun secara raktis, yaitu:

1. Manfaat Teoritis

dalam penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran serta pengembangan yang terkait dengan kepribadian seorang guru sebagai pembimbing dalamprestasimata pelajaran fikih 2. Secara Praktis

diharapkan penelitian ini dapat menjadi acuan dan sasaran dalam pengembangan guru khususnya dalam pembelajaran fikih.

F. Definisi Operasional

Sebelum melanjutkan pembahasan, berikut ini terlebih dahulu penulis ingin memberikan batasan-batasan istilah, sebagai penegasan judul dalam penelitian, untuk memudahkan dalam alur pembahasan dan menghindari kesalahan dalam memahami judul.

1. Kemampuan profesional guru

a. Kemampuan berasal dari kata mampu yang berarti kuasa melakukan sesuatu, kemampuan berarti kesanggupan untuk melakukan sesuatu. Dalam dunia pembelajaran kemampuan adalah kompetensi yang dimiliki seorang guru dalam melaksanakan program pembelajaran (Usman, 1995:119).

b. Profesional

(18)

diantaranya ditinjau dari segi pengetahuan dan teknologi pendidikan dimana seorang guru dituntut untuk mampu mengunakan metode atau media baru dan inovatif (Bafadal, 2004:42)

c. Guru

Kata kunci yang ingin penulis berikan penegasan di sini adalah kata “Guru” yang berarti orang yang pekerjaannya (mata pencahariannya, profesinya) mengajar. Dan kata aktivitas, yang mendapatkan penafsiran keaktifan, kegiatan, kesibukan, atau kerja yang dilaksanakan dalam tiap bagian di dalam perusahaan, sebagaimana yang tertuang dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (Usman, 2003:1). Guru adalah semua orang yang berwenang dan bertanggung jaw ab terhadap pendidikan. Murid-murid, baik secara individu maupun klasikal, baik disekolah maupun diluar sekolah. Guru adalah administrator, konduktor, informator dan sebagainya. Guru harus berkelakuan yang bermoral tinggi sesuai dengan harapan masyarakat demi masa depan bangsa dan negara. Jadi guru disini adalah orang yang profesinya mengajar/mendidik siswa, baik dalam lingkungan formal maupun non formal agar siswa menjadi individu yang mempunyai prilaku yang sesuai dengan harapan agama, bangsa dan negara.

Dari pengertian diatas penulis menyimpulkan bahwa pengertian kemampuan profesiollisme guru adalah kompetensi yang dimiliki seorang guru dalam melaksanakan program pembelajaran dengan penggunaan pengetahun (metode) dan teknologi (media) yang sesusai dengan materi yang diajarkan.

2. Prestasi fiqih

(19)

Kelompok belajar dapat ditunjukkan diam bentuk angka seperti 5,6,7,8, dan lainya (Cece Wijaya dan A. Tabrani Rusyan, 1994: 151).

b. Fikih

Dalam kamus bahasa Indonesia pengertian fikih adalah syariat Islam atau hukum Islam

Dari Pengertian diatas penulis menyimpulkan bahwa prestasi fikih adalah hasil yang telah dicapai yang cara penyajianya dengan menunjukkan angka dalam pembelajaran tentang hukum-hukum Islam.

G. Metode Penelitian

Adapun metode yang diusulkan penulis dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif yang mana metode tersebut menggunakan

1. Pendekatan dan Rancangan Penelitian

a. Untuk mengambil dan mengumpulkan data yang akuran dalam penelitian ini.

b. Rancangan penelitian

Penelitian ini terdiri dari dua variabel, yaitu variabel pengaruh atau bebas x {Independent) dan variabel terpengaruh atau terikat y {dependent). Dibawah ini adalah penjelasan tentang kedua variabel.

a. Variabel Bebas {Independent) X

Adapun yang menjadi variabel (x) bebas atau independent adalah kemampuan profesional guru dengan indikatornya.

Ciri-ciri guru profesional diantaranya adalah: a. Menguasai bahan ajar

b. Menguasai Kelas

c. Mengenal dan menyelenggarakan admiistrasi sekolah d. Menggunakan media/sumber belajar

(20)

e. Mampu membuat soal b. Variabel Terikat (Dependent) Y

Yang menjadi variabel terikat (dependent) y adalah prestasi fiqih dengan indikatornya sebagai berikut:

Adapun ciri-ciri murid prestasi dalam mata pelajaran fiqih adalah:

a. Nilai soal tertulis materi fikih lebih dari 7 b. Nilai praktek fikih tuntas

2. Lokasi dan Waktu Penelitian a. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Madrasah Ibtidaiyah se-Kecamatan Gemuh, Kabupaten Kendal yang terdiri dari 4 lembaga pendidikan Madrasah Ibtidaiyah sebagai berikut:

1) M adrasah Ibtidaiyah NU Johorejo 2) Madrasah Ibtidaiyah NU Pucangrejo 3) Madrasah Ibtidaiyah NU Tlahab 4) Madrasah Ibtidaiyah Tamangede b. Waktu Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan pada tanggal 29 Mei sampai dengan 30 Juni tahun 2010.

3. Populasi dan sampel

Menurut Sutrisno Hadi yang dimaksud dengan populasi adalah seluruh penduduk yang dimaksud untuk diselidiki. (Arikunto, 1998:108-109)

Sedangkan yang dimaksud penduduk dalam penelitian ini adalah semua guru Madrasah Ibtidaiyah se-Kecamatan Gemuh Kabupaten Kendal.

(21)

Nama Madrasah Guru Jumlah

L P

MI NU Johorejo 4 5 9

MI NU Pucangrejo 4 4 8

MI NU Tlahab 3 4 7

MI Tamangede 5 4 9

JUMLAH 33

4. Metode Pengumpulan Data

Dalam penelitian lapangan ini digunakan metode dalam pengumpulan data yang digunakan sebagai berikut:

a. Metode angket

Angket adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden, dalam arti laporan tentang pribadinya atau hal-hal yang ia ketahui. (Arikunto, 1998:149) Teknis penggunaan metode ini adalah dengan cara menyajikan langsung daftar pertanyaan untuk dijawab oleh responden. Penggunaan metode ini adalah untuk mengetahui kemampuan professional guru dan prestasi fiqih

b. Metode interview

Metode interview adalah “teknik pengumpulan data yang menggunakan pedoman berupa pertanyaan yang diajukan langsung

kepada obyek untuk mendapat respon secara langsung. (Muhadjir,

(22)

sehingga dapat diperoleh data yang lebih luas dan mendalam. (Moleong, 2001:137)

Wawancara sebagai alat bantu untuk pengumpulan data yang digunakan untuk memperoleh informasi yang berkenan dengan kegiatan pembelajaran atau proses belajar mengajar dan prestasi fiqih di Madrasah Ibtidaiyah se-Kecamatan Gemuh Kabupaten Kendal. Wawancara ini dilakukan dengan beberapa guru Madrasah Ibtidaiyah yang telah menggunakan metode dan media dalam mengajar di M adrasah Ibtidaiyah se-Kecamatan Gemuh Kabupaten Kendal.

c. Metode dokumentasi

Dokumentasi berasal dari kata “dokumen”, yang berarti “barang-barang tertulis”. (Arikunto, 1998:149) Metode ini digunakan untuk mencari data mengenai hal atau variabel yang dapat dijadikan sebagai informasi untuk melengkapi data-data penulis nilai raport dan nilai tugas harian siswa, baik data primer maupun sekunder sebagai sumber data yang dapat dimanfaatkan untuk menguji dan menafsirkan.

5. Instrumen Penelitian

Untuk mengukur variabl dalam penelitian ini rumus yang kami pakai adalah analisis statistik inferensial. Adapun secara lebih spesifik rumus statistik yang kami pakai adalah koefesiensi korelasi dengan rumus Product Moment. Yang sebelumnya sudah dilakukan observasi dari beberapa pihak dengan variable yang sudah ditentukan sebelumnya.

(23)

6. Analisis Data

Setelah semua data tersedia, maka langkah selanjutnya adalah menganalisa data atau mengolah data.

Dalam hal ini rumus yang kami pakai adalah analisis statistik inferensial. Adapun secara lebih spesifik rumus statistik yang kami pakai adalah koefesiensi korelasi dengan rumus angka kasar yang apabila ditulis secara matematis sebagai berikut: (Hadi, 1994:294)

Rumus Product M oment

O'

T y y g - O g O

•4-1 AT

Keterangan: rxy XY X Y

N

= Koefisien korelasi antara X dan Y . = Perkalian X dan Y

= Variabel tentang kemampuan professional guru = Variabel tentang pengaruhnya prestasi Pendidikan

Agama Islam = Jumlah responden

H. Sistematika Penulisan

Skripsi ini dibagi menjadi lima bab yaitu; bab pertama berisi pendahuluan yang mengkaji tentang latar belakang dari permasalahan yang dikaji dan disajikan pula penegasan istilah. Hal ini untuk menghindari

kesalahpahaman dan salah arah bagi peneliti dan bagi para pembaca. Untuk

(24)

data, metode analisis data dan analisis lanjut. Untuk memudahkan dan memahami skripsi ini peneliti melengkapinya dengan sistematika penelitian skripsi.

Bab kedua merupakan landasan teoretis tentang kemampuan professional guru yang meliputi kemampuan guru, keprofesionalan guru yang digunakan, dan ciri-ciri. Kemudian dibahas pula mengenai prestasi fiqih yang meliputi, perencanaan pembelajaran, proses pembelajaran, management kelas, dan juga penilaian pembelajaran.

Bab ketiga membahas tentang metode penelitian yang meliputi gambaran umum lokasi dan subjek penelitia dilanjutkan penjyajian data.

Bab keempat merupakan analisis yang meliputi analisis pendahuluan, analisis uji hipotesis dan analisis lanjut.

(25)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Profesionalisme Guru

Guru merupakan komponen manusiawi dalam proses belajar mengajar yang sangat berperan dalam mengantarkan siswa-siswinya pada tujuan pendidikan yang telah ditentukan. Gurulah yang memikul tanggung jawab atas keberhasilan dan kegagalannya program pengajaran. Oleh karena itu mengajar merupakan pekeijaan profesional, karena menggunakan teknik dan prosedur yang berpijak pada landasan intelektual yang harus dipelajari secara sengaja, terencana dan kemudian dipergunakan demi kemaslahatan orang lain.

Ada beberapa kriteria pokok pekerjaan yang bersifat profesional sehubungan dengan profesionalisme seseorang, Nana Sudjana memberikan kriteria sebagai berikut. Bahwa pekeijaan itu dipersiapkan melalui proses pendidikan dan latihan, mendapat pengakuan dari masyarakat, adanya organisasi profesi, mempunyai kode etik. (Sudjana, 2002: 14)

Bahwa pekerjaan itu dipersiapkan melalui proses pendidikan dan latihan maksudnya bahwa untuk mencapai tenaga yang profesional haruslah menempuh pendidikan khusus sesuai dengan bidangnya, hal ini dimaksudkan untuk mengkaji dan mendalami berbagai disiplin ilmu yang harus dimiliki sebagai perangkat dasar dalam melaksanakan tugasnya.

Mendapat pengakuan dari masyarakat, anrtinya perkeijaan yang dilakukan itu benar-benar memperoleh dukungan masyarakat, mendapat pengesahan dan perlindungan hukum dari pemerintah sehingga memiliki jaminan hidup yang layak.

Hal ini sejalan dengan DR. Nana Sudjana yang mengatakan bahwa salah satu lingkungan belajar yang paling dominan mempengaruhi hasil belajar ialah kualitas pengajaran yang dilakukan oleh guru. (Sudjana, 2000: 40)

(26)

Uraian dalam Bab ini akan membahas tentang profesioanlisme guru yakni meliputi:

1. Pengertian Profsioanlisme Guru

Profeionalisme guru terdiri dari dua kata yaitu profesionalisme dan guru. Secara etimologis profesionalisme aslinya adalah kata sifat dari kata “Profesion” yang berarti pekerjaan, pencaharian dan sebagai kata benda berarti orang yang mempunyai keahlian sebagai dokter, guru, hakim, dan sebagainya. Dengan kata lain pekerjaan yang besifat profesional adalah pekeijaan pekerjaan yang hanya dapat dilakukan oleh mereka yang khusus dipersiapkan untuk itu. Dalam hal ini profesionalisme berarti sangat mampu untuk melakukan pekerjaan guru.

Secara terminologi terdapat beberapa definisi mengenai profesionalisme. Profesionalisme yang berasal dari kata profesional berarti juga “a vocation an which profesional knowledge o f other or in the practice o f an art found i t ”. Artinya: Bahwa suatu pekerjaan yang bersifat

profesional memerlukan bidang ilmu yang secara sengaja harus dipelajari dan kemudian diaplikasikan bagi kepentingan umum. (Usman, 2000: 4).

Menurut M. Chabib Thoha Profesionalisme adalah proses untuk menjadikan guru memiliki profesiensi yang mewadahi untuk kepentingan mengantisipasi dinamika kurikulum. (Thoha, 1993: 15).

Profesionalisme dapat dipahami sebagai kualitas dan tindak tanduk khusus yang merupakan ciri orang yang profesional. (Muhibbin, 1995: 228) Profesionalisme dalam hal ini menunjuk pada derajat penempilan seorang guru sebagai tenaga profesional ahtau penampilan suatu pekerjaan guru sebagai suatu profesi. Ada yang profesionalismenya tinggi, sedang dan rendah. Tinggi renahnya pengakuan profesionalisme sangat bergantung kepada keahlian dan tingkat pendidikan yang ditempuhnya. Serta mengacu kepada sikap, komitmen anggota profesi untuk bekerja berdasarkan standart yang tinggi dan kode etik profesinya.

(27)

Setelah diketahui pengertian profesionalisme, maka berikut ini akan dibahas pengertian guru.

Secara etimologi guru berarti orang yang pekerjaannya (mata pencahariannya, profesinya) mengajar. (Anton, 1993: 288) Secara terminologi terdapat beberapa pendapat para ahli. Menurut pandangan tradisional yaitu yang selama ini diterima “guru adalah seorang yang berdiri di depan kelas untuk menyampaikan ilmu pengetahuan”. (Roestiyah, 1989:176). Guru juga seseorang yang menyebabkan oranglain mengetahui atau mampu melaksanakan suatu atau yang memberikan pengetahuan dan keterampilan kepada orang lain.

Dalam literatur yanglain di jelaskan. Istilah guru berarti orang yang bekerja dalam bidang pendidikan dan pengajaran yang ikut bertanggung jawab dalam membantu anak-anak mencapai kedewasan masing-masing.

(Nawawi, 1985: 123)

Dari beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa guru bukanlah sekedar orang yang berdiri didepan kelas untuk menyampaikan materi pengetahuan tertentu. Akan tetapi merupakan seorang tenaga profesional dan anggota masyarakat yang harus ikut aktif dan berjiwa bebas serta kreatif dalam mengarahkan perkembangan anak didiknya untuk menjadi anggota masyarakat sebagai orang dewasa yang mampu merencanakan, menganalisadan dan menyimpulkan masalah yang dihadapi.

Dengan melihat dan mengkaji pengertian profesionalisme dan guru, penulis dapat menyimpulkan pengertian profesionalisme guru. Profesionalisme guru adalah suatu profesi atau jabatan yang ditekuninya secara khusus di bidang pendidikan dan pengajaran. Dan selalu berusaha untuk mengembangkan kemampuan sesuai dengan profesinya. Sehingga ia menjadi guru yang berkualitas dan mampu mengaplikasikan keahlian ilmu yang dimilikinya, terutama dalam mengantisipasi dinamika kurikulum agar relevan dengan perkembangan zaman.

(28)

Dari pengertian di atas memberikan gambaran bahwa pekerjaan yang bersifat profesional adalah pekerjaan hanya dilakukan oleh mereka yang secara khusus telah disiapkan melalui suatu jabatan tertentu, bukan pekerjaan yang dilakukan oleh mereka yang karena tidak memperoleh pekerjan lain.

Dengan demikian seorang saijana bahkan seorang spesialis belum dapat disebut seorang profesionalis kalau belum memenuhi kriteria- kriterianya.

Sehubungan dengan profesionalisme seseorang Dr. Nana Sudjana memberikan kriteria sebagai berikut. Bahwa pekerjaan itu dipersiapkan melalui proses pendidikan dan latihan, mendapat pengakuan dari masyarakat, adanya organisasi profesi, mempunyai kode etik. (Sudjana, 2000: 14)

Bahwa pekeijaan itu dipersiapkan melalui proses pendidikan dan latihan maksudnya bahwa untuk mencapai tenaga yang profesional haruslah menempuh pendidikan khusus sesuai dengan bidangnya, hal ini dimaksudkan untuk mengkaji dan mendalami berbagai disiplin ilmu yang harus dimiliki sebagai perangkat dasar dalam melaksanakan tugasnya.

Sebagai ilustrasi dalam profesi guru harus telah menempuh pendidikan keguruan di samping juga telah melaksanakan latihan sebagai guru yang biasa disebut dengan istilah mikro teaching. Mikro teaching dimaksudkan sebagai suatu usaha yang berorientasi pada upaya meningkatkan kemampuan seorang guru dalam mengemban profesi keguruannya, khususnya keterampilan dalam mengajar di depan kelas.

Mendapat pengakuan dari masyarakat, artinya pekerjaan yang dilakukan itu benar-benar memperoleh dukungan masyarakat, mendapat pengesahan dan perlindungan hukum dari pemerintah sehingga akan memiliki jaminan hidup yang layak

(29)

Demikian juga profesi guru karena telah mendapat pengakuan dan kepercayaan dari masyarakat maka sekolah sebagai lembaga formal di mana para guru bekerja mendapat kepercayaan untuk mendidik anak-anak dari masyarakat yang pada akhirnya masyarakat ikhlas untuk memberikan jaminan hidup.

Mempunyai organisaasi profesi, sebagai sarana untuk mengabdikan diri kepada masyarakat.

Guru sebagai tenaga profesional di bidang pendidikan juga mempunyai suatu wadah organisasi profesi yang untuk Indonesia disebut dengan PGRI, sebagai konsekuensinya harus mempunyai norma-norma hukum yang diatur dan ditetapkan oleh organisasi sendiri yang merupakan ketentuan hukum yang mengikat para anggotanya dan mengatur dalam melaksanakan tugasnya. Hal ini yang biasanya disebut dengan kode etik.

Setiap pekerjaan yang bersifat profesional, kode etik merupakan hal yang sangat penting sebagai sumber etika yang berhubungan dengan kesusilaan dalam mengerjakan suatu pekerjaan.

Selanjutnya Westby dan Gibson, mengemukakan ciri-ciri keprofesian di bidang pendidikan, sebagai berikut:

i. Diakui oleh masyarakat dan layanan yang diberikan itu hanya dikerjakan oleh pekerja yang dikategorikan sebagai suatu profesi. ii. Dimilikinya sekumpulan bidang ilmu yang menjadi landasan

sejumlah teknik dan prosedur yang unik.

iii. Diperlukan persiapan yang sengaja dan sistematis sebelum orang mampu melaksanakan suatu pekerjaan profesional

iv. Dimilikinya suatu mekanisme untuk menyaring, sehingga hanya orang yang berkepentingan saja yang diperbolehkan bekerja. v. Dimilikinya organisasi profesional untuk peningkatan layanan

kepada masyarakat. (Sardiman, 1993: 131)

(30)

Wolmer dan Mills (1996) dan Amestubun (1973) juga mengajukan beberapa persyaratan terhadap profesionalisme pekerjaan guru., yaitu memiliki persyaratan kerja yang sehat, mendapatkan dukungan masyarakat, pengesahan dan perlindungan hukum, dan mendapatkan jaminan hidup layak (Suyanto, 1999: 38)

Dari uraian di atas penulis menyimpulkan bahwa pengertian Profesionalisme guru adalah suatu pekerjaan yang mengutamakan keahlian dan efisiensi, karena itu para pekeija profesional dituntut keija keras, gesit, tekun dan berorientasi pada hasil yang telah ditargetkan. Sebagai imbalannya mereka dibayar dengan upah yang sangat tinggi mengingat para pekeija semata-mata menggantungkan nasibnya dari hasil keija profesional tersebut.

2. Guru Sebagai Tenaga Profesional.

Untuk menjadi seorang guru ternyata tidak mudah, buktinya dewasa ini banyak dikeluhkan perihal semakin rendahnya mutu lulusan setiap jenjang pendidikan di Indonesia. Guru yang merupakan sosok manusia diharapkan mampu mengantarkan anak didiknya menuju pintu kesuksesan, ternyata tidak sedikit yang kandas karena kurangnya modal yang dimiliki. Sehingga guru dijadikan tolok ukur dalam menentukan berhasil tidaknya anak didik. Di tangan gurulah kualitas anak didik akan ditentukan. Untuk menuju arah tersebut hanya guru-guru yang profesional sajalah yang mampu mengantarkan anak didiknya menjadi orang yang sukses.

Pada umumnya orang memberi arti sempit terhadap pengertian profesional. Profesional sering diartikan sebagai suatu keterampilan teknis yang dimiliki seseorang misalnya seorang guru dikatakan profesional bila guru itu memiliki kualitas mengajar yang tinggi. Padahal profesional mengandung makna yang lebih luas dari hanya berkualitas tinggi dalam hal teknis. Profesional mempunyai makna ahli, tanggung jawab, baik

(31)

tanggung jawab intelektual maupun moral dan rasa kesejawatan. (Piet,

1994: 30)

Dalam literatur yang lain dijelaskan bahwa guru yang profesional memiliki ciri-ciri antara lain :

1. Memiliki kemampuan sebagai ahli dalam bidang mendidik dan mengajar.

2. Memiliki rasa tanggung jawab, yaitu mempunyai komitmen dan kepedulian terhadap tugasnya.

3. Memiliki rasa kesejawatan dan menghayati tugasnya sebagai suatu karier hidup serta menjunjung tinggi kode etik jabatan guru. (Piet,

2000: 2)

Berdasarkan ciri-ciri di atas yang profesional adalah guru yang melaksanakan tugas keguruan dengan kemampuan tinggi (profesiensi) sebagai sumber kehidupan.

Lebih lanjut dalam menjalankan kewenangan profesionalnya guru dituntut memiliki kompetensi atau kemampuan yang memadai untuk melaksanakan tugas atau memiliki pengetahuan dan kecakapan yang dipersyaratkan untuk itu. Karena pada hakikatnya profesionalisme adalah orientasi keija yang bertumpu pada kompetensi, dan merupakan hasil dari profesionalisasi yang dijalani secara terus menerus.

Menurut A. Samana, ada 10 kompetensi dasar yang harus dikuasai oleh guru yaitu :

1. Menguasai bahan ajar

2. Mengelola proses belajar mengajar 3. Mengelola kelas

4. Menggunakan media dan sumber bahan pengajaran. 5. Menguasai landasan-landasan kependidikan

6. Mengelola interaksi belajar mengajar

7. Menilai prestasi belajar siswa untuk kepentingan pengajaran 8. Mengenal fungsi dan program layanan bimbingan dan penyuluhan

(32)

9. Mengenal dan menyelenggarakan administrasi sekolah

10. Memahami prinsip-prinsip dan mentafsirkan hasi penelitian pendidikan guna keperluan pengajaran (Samana, 1994: 61-68)

Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa pada dasarnya kompetensi guru itu meliputi tiga bidang yang saling berhubungan satu sama lain. Tiga bidang yang dimaksud adalah :

i. Kompetensi bidang kognitif, artinya kemampuan intelektual, seperti penguasaan mata pelajaran, pengetahuan mengenai cara belajar, pengetahuan mengenai belajar dan tingkah laku individu, pengetahuan tentang bimbingan penyuluhan, pengetahuan tentang administrasi kelas, pengetahuan tentang cara menilai hasil belajar siswa, pengetahuan tentang kemasyarakatan serta pengetahuan umum lainnya.

11. Kompetensi tentang sikap artinya kesiapan dan kesediaan guru terhadap berbagai hal yang berkenaan dengan tugas dan profesinya. Misalnya sikap menghargai pekerjaannya, mencintai dan memiliki perasaan senang terhadap mata pelajaran yang di binanya, sikap toleransi terhadap sesama teman profesinya memiliki kemauan yang keras untuk meningkatkan hasil pekerjaannya.

iii. Kompetensi perilaku atau performance, artinya kemampuan guru dalam berbagai keterampilan atau berperilaku seperti keterampilan mengajar membimbing menilai menggunakan alat bantu pengajaran bergaul atau berkomunikasi dengan siswa.

Kompetensi guru tersebut di atas dapat dimiliki seorang guru apabila ia secara dini dididik dan dipersiapkan khusus untuk menjadi guru. Sehingga akan dapat menjadi guru yang benar-benar sesuai dengan yang diharapkan oleh masyarakat. Dan guru seperti ini yang memperhatikan profesionalisme yang di emban tidak karena sulit mendapatkan pekerjaan lainnya. Kalau guru sudah bertindak sesuai dengan

(33)

kompetensi yang ada, maka asetnya akan kembali kepada kemudahan pencapaian tujuan pendidikan

Dengan demikiaan profil guru yang dikehendaki adalah guru yang profesional yang memiliki kemampuan profesional personal dan sosial serta bekerja sesuai dengan bakatnya. Sebagaimana firman Allah SWT surat al-Isra’ : 84 :

(84: sSj*» ^ ) Artinya : “Katakanlah tiap-tiap orang berbuat menurut keadaannya

masing-masing , maka Tuhan-mu lebih mengetahui siapa yang lebih benar jalannya. (Departemen Agama RI, tth: 473)

3. Tugas dan Tanggung Jawab Guru

Perbedaan utama pekerjaan profesi yang satu dengan yang lain terletak pada tugas dan tanggung jawabnya. Kedua jabatan itu akan memiliki syarat sebagai profesi jika dikaji dari kriterianya. Namun belum dapat dibedakan kedua macam profesi tersebut melihat tugas dan tanggung jawab yang dipangkunya.

Guru yang merupakan profesional di bidang kependidikan mempunyai 3 tugas dan tanggung jawab yang harus di laksanakan y a itu : Sebagai pengajar, pembimbing dan administrator kelas. (Wijaya, 1992:23)

Guru sebagai pengajar, yakni bertugas dan bertanggung jawab untuk menyiapkan dan menanamkan ilmu pengetahuan, melatih kecakapan itu terjadi pada saat interaksi kepada siswa, yang semuanya itu terjadi pada saat interaksi antara guru dan siswa di dalam proses pengajaran.

(34)

tujuan pengajaran yang telah ditentukan karena kualitas pengajaran yang paling dominan dapat mempengaruhi hasil belajar siswa di sekolah di samping adanya faktor dari dalam siswa sendiri.

Guru bertindak sebagai pembimbing, yakni dapat menuntun anak didik sesuai dengan kaidah-kaidah yang ada dan juga dapat mengarahkan perkembangan siswa secara utuh.

Guru sebagai administrator kelas, maksudnya guru harus mengelola dan mengatur kelas dengan sebaik-baiknya dari komponen- komponen yang berkaitan dengan kegiatan belajar mengajar. Sejak dari mengatur situasi dan kondisi, merumuskan tujuan pelajaran pengaturan metode belajar siswa dan mempersiapkan media belajar mengajar. Kesemuanya itu harus diatur dan diorganisir sedemikian rupa sehingga akan tercipta efisiensi dan efektivitas guru dalam mengajar dan murid dalam belajar.

Muhammad Ali menegaskan bahwa setidak-tidaknya guru itu mempunyai tiga macam tugas, yaitu: Merencanakan, melaksanakan pengajaran dan memberikan umpan balik (Ali, 1987: 7)

Moh. Uzer Usman juga mengelompokkan tugas guru menjadi tiga kelompok, yaitu dalam bidang profesi, tugas kemanusiaan, dan tugas kemasyarakatan. (Uzer, 2000: 18)

Guru merupakan suatu profesi, artinya suatu jabatan atau pekerjaan yang memerlukan keahlian khusus sebagai guru. Oleh karena itu jabatan guru tidak dapat dilakukan oleh sembarang orang di luar profesi bidang pendidikan. Tugas dalam bidang profesi itu meliputi mendidik, mengajar, melatih, serta mengembangkan profesi

Tugas dalam kemanusiaan, Dalam hal ini guru di dalam sekolah dapat menjadikan dirinya sebagai orang kedua, ia harus mampu menarik simpatik, sehingga ia menjadi idola para siswanya, pelajaran apapun yang diberikannya, hendaknya menjadikan motivasi bagi siswa dalam belajar. Bila seorang guru dalam penampilannya sudah tidak menarik, maka

(35)

kegagalan pertama adalah tidak akan dapat menanamkan benih pengajarannya itu kepada para siswanya, siswa akan enggan menghadapi guru yang tidak menarik. Pelajaran tidak dapat diserap sehingga siswa mulai bosan menghadapi pelajaran yang diberikan oleh guru.

Masyarakat menempatkan guru pada tempat yang terhormat di lingkungannya, karena dari seorang guru diharapkan masyarakat dapat memperoleh ilmu pengetahuan.

Oleh karena itu keberadaan guru dalam hal ini merupakan faktor kondisio sine quanon yang tidak mungkin digantikan oleh komponen manapun. Dan guru tidak hanya diperlukan oleh murid di dalam kelas, dalam arti mentrar.fer ilmu pengetahuan, tetapi juga diperlukan oleh masyarakat di lingkungannya dalam menyelesaikan aneka ragam permasalahan yang dihadapi masyarakat.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa tugas dan tanggung jawab guru meliputi:

- Pengajaran, yang di dalamnya menyangkut pula pengembangan kurikulum.

- Bimbingan, pendidikan dan pengembangan profesi. - Kemasyarakatan.

4. Usaha Peningkatan Profesionalisme Guru

Dengan melihat keadaan yang dirasakan masih banyak kekurangan, diantaranya kurangnya guru yang profesional di bidang studi

baik studi umum atau agama. Maka diperlukan adanya guru yang profesional agar prestasi siswa lebih baik dari pada sebelumnya.

Adapun usaha peningkatan profesionalisme guru, penulis membatasi pada usaha-usaha:

(36)

5. Peningkatan Pengetahuan Dan Kemampuan Guru

Dalam peningkatan pengetahuan dan kemampuan guru dalam pelaksanaan proses belajar mengajar, ada beberapa yang dapat dilakukan antara lain :

a. Inservice-Training

Guru sebagai inovator harus cekatan, terampil ahli disiplin tinggi, loyalitas dan bekerja giat sesuai dengan peraturan yang berlaku. Untuk itu guru yang merasa belum terampil, cekatan, ahli, maka haruslah mengikuti inservice-training. Sebab sangat menunjang pada profesi guru.

Inservice-training ialah segala kegiatan yang diberikan dan diterima oleh para petugas pendidikan (pengawas, kepala sekolah, penilik sekolah, guru dan sebagainya) yang bertujuan untuk menambah dan mempertinggi mutu pengetahuan, kecakapan dan pengalaman guru-guru dalam menjalankan tugas kewajibannya. (Purwanto, 1991: 106)

Sebab perlunya inservice training, di samping pendidikan persiapan yang kurang mencukupi, juga banyak guru yang telah keluar dari sekolah guru tidak pernah atau tidak dapat menambah pengetahuan mereka sehingga menyebabkan cara kerja tiap tahun selama belasan tahun mereka bekeija, mereka tidak mengetahui dan tidak dapat menyesuaikan diri dengan perkembangan masyarakat dan negara.

Selain sebab di atas masih ada sebab lain lagi yaitu adanya program dan kurikulum sekolah yang harus selalu berubah dan berkembang sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan masyarakat dan kebudayaan.

Bentuk program inservice training yang perlu dikembangkan untuk meningkatkan profesi guru adalah sebagai berikut:

(37)

a) Dalam lembaga pendidikan 1) up-grading (penataran) 2) work shop

3) Program pemberian sertifikat

4) Reeducation (reedukasi), bagi guru-guru yang tidak memenuhi kompetensi

b) Di luar lembaga pendidikan 1) Pertemuan guru-guru

2) Wisata karya, melihat-lihat sekolah-sekolah lain di negara kita sendiri yang lebih maju, dan sangat ideal jika bisa melihat sekolah di negara-negara lain.

3) Diselenggarakannya pameran-pameran mengenai pendidikan yang memuat eksperimen-eksperimen pendidikan yang memuat guru dan siswa (Supeno, 1995: 50)

b. Collaborative Action Research (CAR)

Yaitu peningkatan profesionalisme guru dengan memanfaatkan pendekatan yang kolaboratif yaitu Collaborative Action Recearch (CAR). (Suyanto 1998:247)

Penelitian tindakan juga dapat diartikan sebagai bentuk penelitian refleksi diri secara kolektif yang memungkinkan terjadinya perbaikan praktek sosial dan praktek pendidikan secara wajar. (Anik, 1997: 167)

Dengan penelitian ini guru secara langsung dapat memecahkan persoalan pembelajaran secara mandiri sesuai dengan kontek kultural sekolah dimana guru mengajar. Hal ini dapat terjadi karena dalam CAR, guru diajak merumuskan masalah yang yang dihadapi secara bersama, mencoba merumuskan dan melakukan langkah-langkah solusinya, kemudian melakukan refleksi terhadap solusi yang disepakati dan akhirnya melakukan pengembangan proses pembelajaran sesuai dengan temuan CAR yang mereka lakukan bersama pihak kedua.

(38)

Ada beberapa keuntungan yang diperoleh guru, dengan mengggunakan penelitian tindakan, yaitu: Mendorong kreativitas dan pemikiran kritis sebab guru setiap saat diminta untuk mencermati sejumlah permasalahan pembelajaran yang muncul dan sekaligus memecahkan sendiri terhadap persoalan tersebut, dan meningkatkan ketajaman para guru dalam menganalisis kausalitas mutu pembelajaran.

Supervisi Klinis

Dikatakan Supervisi Klinis karena prosedur pelaksananya lebih ditekankan kepada mencari sebab-sebab atau kelemahan yang terjadi di dalam proses belajar mengajar, dan kemudian secara langsung pula diusahakan bagaimana cara memperbaiki kelemahan atau kekurangan tesebut. Untuk lebih jelasnya kita perlu mengetahui yang dimaksud dengan Supervisi Klinis itu.

Supervisi klinis adalah suatu proses tatap muka antara supervisi dengan guru yang membicarakan hal mengajar dan yang ada hubungannya dengan itu. Pembicaraan ini bertujuan untuk membantu pengembangan profesional guru dan sekaligus untuk perbaikan kepada penampilan mengajar itu sendiri. Pembicaraan ini biasanya dipusatkan kepada penampilan mengajar guru berdasarkan hasil observasi. (Soetjipto, 1999: 31)

Dengan pengertian di atas jelaslah bahwa Supervisi Klinis dapat digunakan dalam usaha pembinaan dan pegembangan profesi guru, sebab Supervisi Klinis bertujuan untuk perbaikan dan peningkatan ketrampilan mengajar di kelas.

6. Problematika Khusus yang Dihadapi oleh Para Guru dan Upaya Penanggulangannya.

Setiap manusia (insan) dalam kehidupannya pasti pemah mengalami problem. Baik problem belajar, mencari teman bergaul,

(39)

problem kesehatan dan sebagainya. Problem yang satu mungkin dapat diatasi kemudian muncul yang lain. Memang datangnya problem silih berganti.

Demikian juga yang terjadi pada seorang guru, sebagai manusia yang dalam kegiatannya sebagai pengajar sering kali menemui problem yang tidak sedikit, problem itu misalnya berupa penyusunan Satuan Pelajaran (SP), penilaian hasil belajar, metode mengajar, menghadapi anak yang nakal dan sebagainya.

Di samping problem-problem tersebut di atas, ada beberapa problem khusus yang dihadapi oleh para guru yaitu sebagai berikut: a) Perbedaan dalam latar belakang pendidikan dan peranan dalam

pendidikan.

Berdasarkan pada pandangan psikologi modem, bahwa anak didik adalah diakui sebagai suatu organisasi yang sedang berkembang, yang berkemampuan untuk beraktifitas dan berinteraksi, baik dengan masyarakat maupun dengan lingkungannya. Maka berhasil dan tidaknya seorang guru dalam mengajar tergantung pada pandangannya terhadap mata pelajaran yang diasuhnya. Kemampuan menerapkan bahan-bahan pelajaran tidak terkait pada waktu pelajaran dan metode tertentu, tetapi juga bahan-bahan itu hams disesuaikan dengan keadaan dan tempat serta latar belakang anak sebagai anak yang mempunyai keunikan .

Jadi latar belakang pendidikan dan kemampuan guru dalam jabatan untuk melihat tugas, bukan hanya bahan, buku pelajaran, metode dan alat-alat, tetapi relasi antara guru dan murid terletak dibalik proses belajar mengajar itu.

b) . Perbedaan dalam orientasi profesional guru

Guru adalah setiap orang yang mempunyai tugas untuk memberikan ilmu pengetahuan, kecakapan dan keterampilan

(40)

kepada si terdidik yang bertujuan untuk mengembangkan seluruh aspek pribadinya. Maka suatu pandangan yang keliru sering dihadapi para guru ialah mereka tergoda untuk mendengarkan dan menanggapi suara-suara negatif yang muncul dari masyarakat secara emasional. Seharusnya relasi manusia yaitu manusia.

Bila ada suara-suara negatif yang muncul di masyarakat, maka guru harus menganggap bahwa mereka adalah kurang mengerti dan tidak memiliki rasa cinta. Agar bisa melayani secara positif, maka dengan membaca buku-buku baru tentang jabatan atau dengan menulis karangan-karangan yang singkat.

c). Perbedaan dalam kesanggupan dan sikap profesioanal

Salah satu tugas paling sulit adalah memahami sikap orang lain. Sikap itu hanya bisa dipelajari dalam bentuk tingkah laku pada saat orang bekeija. Tapi inipun belum dapat memberi garansi akan sikap orang, tugas seorang supervisor untuk mengetahui sikap profesional seorang guru yang meliputi:

1. Pengetahuan mereka terhadap murid yang dibimbingnya. 2. Pengetahuan terhadap mata pelajaran yang diajarkan.

3. Keterampilan guru dalam memberikan motivasi dan membimbing cara murid belajar.

4. Kecakapan dalam menerangkan dan menyesuaikan pelajaran dengan kemampuan anak mulai dari anak yang lambat sampai anak pandai.

5. Cara menilai hasil belajar anak 6. Cara menangani masalah disiplin.

7. Cara menilai pertumbuhan dan perkembangan anak

8. Cara mengikutsertakan anak dalam merencanakan kegiatan belajar dan cara berkomunikasi dengan orang tua. ((Piet, 1981: 292)

(41)

Bertitik tolak pada pengertian tersebut, maka seorang supervisor bila menghadapi guru yang berbeda-beda harus bertindak yang bijaksana, jadi tidak hanya melaksanakan kedinasan saja tapi terpaksa ia harus menerangkan kembali tugasnya dalam perspektif kemanusiaan yaitu bagaimana ia belajar mengerti orang lain.

B. PRESTASI FIQIH

1. Pengertian Prestasi

Kata prestasi banyak digunakan dalam berbagai bidang dan kegiatan, misalnya dalam kesenian, olahraga, pendidikan begitu juga belajar. Prestasi berarti hasil yang telah dicapai (dilakukan, dikeijakan dan sebagainya). (Poerwadarminto, 181:354)

Menurut istilah prestasi adalah bukti kebenaran keberhasilan usaha yang dicapai. (Winkel, 1986, him. 162) Menurut pengertian ini prestasi adalah suatu yang diperoleh seseorang setelah melakukan aktifitas belajar.

Prestasi adalah hasil belajar yang telah dicapai dan dapat dinyatakan dalam angka-angka maupun dengan kata-kata. (Supriyono, 1991:17)

Prestasi belajar adalah hasil yang telah di capai sebagai akibat dari adanya kegiatan peserta didik kaitannya dengan belajarnya. (Azwar, 1992: 13)

Prestasi belajar juga berarti hasil yang telah dicapai oleh murid sebagai hasil belajarnya, baik berupa angka, huruf, atau tindakan yang mencerminkan hasil belajar yang telah dicapai masing-masing anak dalam periode tertentu. (Buchori, 1985: 178)

Berdasarkan pendapat diatas penulis menyimpulkan bahwa prestasi belajar juga merupakan hasil belajar yang dicapai oleh setiap siswa setelah mereka mengikuti kegiatan belajar mengajar baik itu berupa angka maupun kata-kata dalam jangka waktu tertentu.

(42)

Untuk memperoleh prestasi belajar yang diharapkan maka ada kriteria untuk menentukan tingkat keberhasilan atau prestasi belajar. Menurut Nana Sudjana, ada dua kriteria yang dijadikan sebagai tolok ukut keberhasilan hasil belajar yaitu :

a. Kriteria ditinjau dari sudut prosesnya

b. Kriteria ditinjau dari sudut hasil yang dicapainya. (Sudjana, 2000: 49)

Dengan kriteria tersebut artinya bukan berarti mengejar hasil yang setinggi-tingginya sampai mengabaikan prosesnya, tetapi keduanya harus dicapai bersama-sama secara seimbang, sebab suatu hasil itu sendiri ditentukan oleh proses sebelumnya.

Prestasi fiqih ini biasanya berupa nilai yang diperoleh siswa melalui tes yang kemudian dimasukkan ke dalam buku raport. Dalam pengisian raport ini tidaklah dapat dilakukan tanpa terlebih dahulu mengadakan pengukuran prestasi fiqih.

Oleh karena itu di dalam memberikan nilai sebagai tolok ukur keberhasilan siswa, hendaknya menyangkut tiga aspek yaitu aspek kognitif, afektif dan psikomotorik. Sehingga hasilnya merupakan perwujudan prestasi yang sebenarnya. Karena prestasi yang sebenarnya adalah mengandung kompleksitas yang menyangkut berbagai macam pola tingkah laku sebagai hasil dari belajar.

2. Pengertian Fiqih

Fiqih menurut bahasa bermakna : tahu dan paham, (Sudjana, 2000: 49) sedangkan menurut istilah, banyak ahli fiqih (tuqoha’) mendefinisikan berbeda-beda tetapi mempuyai tujuan yang sama diantaranya:

(43)

Ulma’ Hanafi mendifinisikan fiqih adalah :

jtil 'Jz J\

p

i

p*

“Ilmu yang menerangkan segala hak dan kwajiban yang berhubungan amalan para mukalaf’. (Ash Shidieqy, 1997:12)

Sedangkan menurut pengikut Asy Syafi’i mengatakan bahwa fiqih (ilmu fiqih) itu ialah :

Jl—

'*A>

J—1«£

f

t

\

Jl

& s y S o * o

“ Ilmu yang menerangkan segala hukum agama yang berhubungan dengan pekerjaan para mukallaf, yang dikeluarkan (diistimbatkan) dari dalil-dalil yang jelas (tafshili)”. (Ash Shidieqy, 1997: 13)

Sedangkan Jalalul Mahali mendifinisikan fiqih sebagai:

^

sVpJi fisO-'Vi

“ilmu yang menerangkan hukum-hukum syara’ yang berhubungan dengan amaliyah yang diusahakan memperolehnya dari dalil yang jelas (tafshili)”.

Sedangkan menurut Abdul Wahab Khallaf pengertian fiqih adalah : pengetahuan tentang hukum-hukum syariat Islam memngenahi perbuatan manusia, yang diambil dari dalil-dalilnya secara rinci.

(Khallaf, 1996:2)

(44)

1. Tujuan Mempelajari Fiqih

Dari uraian tentang pengertian ilmu fiqih dapat dimengerti bahwa tujuan mempelajari ilmu fiqih antara lain :

a. Tujuan mempelajari ilmu fiqih (yang didifinisikan menurut pengertian ahli usul) amat besar, diantaranya: mengetahui mana yang disuru mana yang dilarang, mana yang haram mana yang halal, mana yang sah mana yang batal, dan mana yang fasid.

Dengan ilmu fiqih, kita dapat mengetahui bagaimana kita menyelenggarakan nikah, talak, bagaimana memelihara jiwa, harta dan kehormatan, tegasnya menetahui hukum-hukum yang harus berlaku dalam masyarakat umum.

b. Untuk mengetahui sebagian besar dari ilmu (hukum-hukum fiiru’) yang dikehendaki oleh agama. (Shiddieqy, 1997:26)

Jelasnya, untuk mendapatkan jalan menuju keselamatan di dunia serta keselamatan di ahirat yang sesuai dengan sperti apa yang dikehendaki agama.

c. Untuk dapat menerapkan hukum-hukum syariat Islam terhadap perbuatan dan ucapan manusia. Jadi ilmu fiqih itu adalah rujukan (tempat kembali) seorang hakim atau qodhi dalam keputusannya, rujukan seorang mufti dalam fatwanya dan rujukan seorang mukallaf untuk mengetahui hukum syariat dalam ucapan dan perbuatannya. Inilah ujuan yang dimaksudkan dari undang-undang itu tidak dimaksudkan kecuali untuk menerapkan materi hukum terhadap perbuatan dan ucapan manusia selain itu juga untuk membatasi setiap mukallaf terhadap hal-hal yang diwajibkan atau yang diharamkan baginya (Khallaf, 1996:7)

2. Materi Fiqih

Materi yang dibahas dalam ilmu fiqih meliputi pembahasan yang mengenai hal-hal yang berkaitan dengan individu, masyarakat dan negara,

(45)

yang meliputi bidang-bidang: ibadah, muamalat, kekeluargaan, kekayaan, warisan, kriminal, peradilan, acara, pembuktian, kenegaraan, dan hukum- hukum intemasiaonal, seperti perang, damai dan sebagainya.

Dalam hal ini salah satu kitab fiqih yang dipelajari di Pondok Pesantren Sabilul Hadi dengan menggunakan metode sorogan adalah kitab Fath al-Qorieb al-Mujiib yang biasa disebut dengan kitab Takrib yang ditulis oleh Ahmad Ibn Husein al-Syuhairi biabi Suja’. Adapun materi-materi yang dibahas didalamnya adalah sebagai berikut:

3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prestasi Fiqih

Prestasi belajar tiap-tiap individu tidak sama, ketidak samaan itu disebabkan oleh banyak hal atau faktor. Faktor-faktor itulah yang mempengaruhi individu dalam belajarnya, sehingga ia dapat belajar dengan baik atau sebaliknya gagal sama sekali.

Sebelum membicarakan lebih jauh tentang faktor yang mempengaruhi belajar, perlu dikemukakan lebih dahulu syarat-syarat agar kita dapat belajar dengan baik, antara lain :

- Kesehatan jasmani, badan yang sehat, tidak mengalami gangguan penyakit tertentu, cukup vitamin dan seluruh fungsi badan beijalan dengan baik.

- Rohani yang sehat, tidak berpenyakit syaraf, tidak mengalami gangguan emosional

- Lingkungan yang tenang, tidak ribut, bila mungkin jauh dari keramaian, gangguan lalu lintas dan lain-lain.

- Tempat belajar menyenangkan, cukup udara, cukup matahari, cukup penerangan.

- Tidak tersedianya bahan dan alat-alat yang diperlukan dalam belajar akan turut menghambat belajar. (Hamalik, 1998: 3-4)

(46)

Selain syarat-syarat tersebut masih banyak faktor yang mempengaruhinya, faktor-faktor tersebut secara garis besar dapat diklasifikasikan menjadi dua, yaitu:

a. Faktor internal siswa, meliputi dua aspek, yaitu 1. Faktor fisiologis

Yakni kondisi umum jasmani dan tonus (tegangan otot) yang memadai tingkat kebugaran organ-organ tubuh dan sendi-sendinya, dapat mempengaruhi semangat dan intensitas siswa dalam mengikuti pelajaran.

2. Faktor psikologis

Aspek ini, terkait dengan kondisi kejiwaan siswa. Ada beberapa hal berhubungan dengan aspek psikologis yang dapat mempengaruhi belajar siswa antara lain:

a) . Tingkat kecerdasan/intelegensi siswa. (Syah, 1999:133)

Intelegensi pada umurnya dapat diartikan sebagai kemampuan psiko-fisik untuk mereaksi rangsangan atau menyesuaikan diri dengan lingkungan dengan cara yang tepat.

Tingkat kecerdasan siswa tidak dapat diragukan lagi, sangat menentukan tingkat keberhasilan belajar siswa. Ini bermakna, semakin tinggi kemampuan intelegensi seorang siswa maka semakin besar peluangnya untuk meraih sukses. Sebaliknya semakin rendah kemampuan intelegensi seorang siswa maka semakin kecil peluangnya untuk meraih sukses.

b) . Minat dan konsentrasi dalam belajar

Minat dan konsentrasi merupakan dua aspek yang saling berhubungan. Konsentrasi sering ditimbulkan oleh adanya minat terhadap materi yang dipelajari. Minat merupakan perhatian yang bersifat khusus. Jadi konsentrasi itu timbul oleh perhatian. Apabila

(47)

perhatian lebih intensif, maka akan lebih baik dalam hasil belajar. Karena semakin intensif perhatian yang menyertai suatu aktifitas akan semakin sukseslah aktifitas itu. (Suryabrata, 1995: 15)

c). Motivasi (pemberian dorongan)

Seseorang itu akan berhasil dalam belajar, kalau pada dirinya sendiri ada keinginan untuk belajar, dan ini merupakan prinsip dan hukum pertama dalam kegiatan pendidikan dan pengajaran. Keinginan atau dorongan untuk belajar inilah yang disebut dengan motivasi.

Keinginan akan menimbulkan suatu dorongan, rangsangan kekuatan atau motivasi dalam diri individu yang bersangkutan untuk berusaha keras memperoleh atau mencapai apa yang diinginkan. Semakin kuat motivasi seseorang untuk meraih suatu prestasi. Semakin kuat pula potensinya dalam usaha mencapai prestasi yang didambakan.

d) . Bakat

Kemampuan potensial yang dimiliki seseorang untuk mencapai keberhasilan pada masa yang akan datang. (Syah, 1999:135)

Mengarahkan pendidikan dan pemberian pelajaran dengan paksaan tanpa memperhatikan bakat anak menjauhkan anak dari kemungkinan tercapainya tujuan yang diharapkan.

e) . Kesiapan {readiness) untuk belajar

Yang dimaksud kesiapan belajar pada dasarnya merupakan kapasitas (kemampuan potensial) fisik dan atau mental untuk belajar disertai harapan keterampilan yang dimiliki dan latar belakang untuk mengeijakan sesuatu. (Samidjo, 1985:12)

f). Faktor waktu dan disiplin dalam belajar.

Maksudnya adalah membiasakan diri mengatur waktu belajar dengan baik, disertai rasa disiplin yang tinggi, sehingga meskipun kemampuan seseorang itu rata-rata asalkan belajarnya teratur dan

(48)

disiplin dalam menggunakan waktu maka akan mendapatkan hasil belajar yang baik. Dan pada seseorang yang berkemampuan tinggi akan tetapi kurang disiplin dan tidak teratur belajarnya maka akan mendapatkan hasil yang kurang memuaskan.

g). Belajar dengan tujuan dan pengertian

Tujuan yang dimaksud di sini adalah tujuan belajar pada waktu si subyek akan belajar. Dengan tujuan yang jelas, maka proses belajar akan lebih terarah dan membuahkan hasil yang maksimal.

C. PENGARUH PROFESIONALISME GURU TERHADAP PRESTASI

FIQIH

Jadi dapat disimpulkan dari difinisi-definisi di atas, fiqih adalah: ilmu yang menjelaskan tentang hukum syar’iyah yang berhubungan dengan segala tindakan manusia, baik berupa ucapan atau perbuatan, yang diambil dari nash-nash yang ada, atau dari mengistinbath dalil-dalil syariat Islam

Faktor dari dalam diri siswa terutama kemampuan yang dimilikinya (intelegensi siswa) besar sekali pengaruhnya terhadap prestasi (hasil belajar) yang dicapainya.

Faktor-faktor lain yang berasal dari dalam siswa yang turut mempengaruhi terhadap prestasi fiqih adalah minat dan konsentrasi belajar, motivasi, bakat, kesiapan belajar, keteraturan dan disiplin waktu, kesehatan jasmani, belajar dengan tujuan dan pengertian. Faktor itulah yang dapat menentukan berhasil tidaknya seorang siswa dalam pembelajaran fiqih, jika faktor itu dapat mendukung maka prestasi siswa akan menjadi baik, tetapi sebaliknya jika faktor tersebut menjadi penghambat (dalam arti tidak mendukung) maka prestasi siswapun akan menjadi kurang baik. Faktor-faktor tersebut banyak menarik perhatian untuk diteliti sampai seberapa jauhkah pengaruh yang diberikan oleh faktor itu terhadap prestasi belajar siswa.

Gambar

tabel interval sebagai berikut:
TABEL IINILAI ANGKET TENTANG
tabel interval sebagai berikut:
TABEL VTABEL KERJA X TERHADAP Y

Referensi

Dokumen terkait

Sebagian ulama salaf shalat malam di bulan Ramadhan tigapuluh tiga rakaat dan witir tiga rakaat, sebagian mereka shalat empat puluh satu sebagaimana disebutkan oleh Syaikhul

Wilcoxon Signed Ranks Test.. Based on

Ketertarikan Bactrocera carambolae (Diptera: Tephritidae) pada Senyawa Volatil Olahan Limbah Kakao.

Unit Layanan Pengadaan Barang / Jasa Pemerintah Kabupaten Muara Enim Pokja Pengadaan Barang Kelompok I yang dibentuk berdasarkan Keputusan Kepala Unit Layanan Pengadaan

Berdasarkan pendapat-pendapat tersebut, maka dapat ditarik garis besar dari pengertian media pembelajaran ialah segala bahan, alat, metode ataupun teknik yang digunakan

alami dalam minyak bumi, namun biasanya diperoleh dari senyawa lainnya yang terdapat dalam.

The result shows that there are some challenges experienced in educating deaf children in Natural Science, which includes limited capability of hearing and lingual understanding,

Uji Aktivitas Antioksidan Ekstrak Etanol Daun Afrika (Vernonia amygdalina Del.) Terhadap Tikus Jantan Galur Wistar.. Medan: Falkutas