NASIONAL···
ZYXWVUTSRQPONMLKJIHGFEDCBA
.~• •
:t
l!.~Ll~~h.!lu.tl.tl "'UtLtl.!~L"
lltt\,:'tt _.
'Ul~ l\:.Utl~
u u ,
Uu.lu.tLL
1
ZYXWVUTSRQPONMLKJIHGFEDCBA
L :. ..
1r uul\:.u.tl
£,;.••••••
;-l.H.tlt~
uuuu
ll~l·1.\:.~lu.tlr
urau
P ro g ra m S tu d i M a g is te r & D o k to r
"
. -.
"
vutsrqponmlkjihgfedcbaZYXWVUTSRQPONMLKJIHGFEDCBA
PROS ID ING
Seminar Nasional Pengelolaan Sumberdaya dan Lingkungan 2013
"Optimasi Pengelolaan Sumberdaya AIam clan Lingkungan dalam Mewujudkan
Pembangunan
Berkelanjutan".
Editor:
Prof. Dr. Sudharto P. Hadi, MES
Prof. Dr. Ir. Purwanto, DEA
Dr. Henna Rya Sunoko, MES
Dr. Hartuti Purnaweni, MPA
Penyunting:
Ferdianto Budi Samudra; Maria P. Widianti
Mukhlisi, Silvia Lucyanti, Suksesi Wicahyani
Layout Design:
Bazar Ristyawan
I Putu Garj ita
Program Studi IImu Lingkungan Program Pasca Sarjana Universitas Diponegoro (UNDIP)
Program Studi I1mu Lingkungan Universitas Riau (UNRI)
Program Studi Magister I1muLingkungan Universitas Padjadjaran (UNP AD)
Diterbitkan o!eh:
Program Studi I1mu Lingkungan
Program Pasca Sarjana Universitas Diponegoro, Semarang, Indonesia
JI. Imam Bardjo, SH No.5 Semarang 50241 TelplFax. (024)8453635, 8452770
Email: milundip@yahoo.com
ISBN 9?8-bP2-170Q~-~-2
9
~lJjJl'Jl~'~111
ZYXWVUTSRQPONMLKJIHGFEDCBA
Prosiding SeminarNasional PengelolaanSumberdaya Alam dan Lingkungan 2013
vutsrqponmlkjihgfedcbaZYXWVUTSRQPONMLKJIHGFEDCBA
DAFfAR
ZYXWVUTSRQPONMLKJIHGFEDCBA
( S fHALAMAN JUDUL i
KATA PENGANTAR... ii
DAFT AR ISI iii
LAPORAN KETUA PANITIA... viii
SAMBUTAN REKTOR UNIVERSITAS DIPONEGORO ix
KEYNOTE SPEAKER: MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN... xi
SUBTEMA:
L Kebijakan Pengeloiaan SDA dan Llngkungan _.._._ •••_..•...••.• ._. ••_._ •••__ ..••••
I. SVLK; Salah Satu Jenis Eco Label Untuk Mengontrol Pergerakan Kayu pada Industri
Furn itur di J epara
Ahmad Subulas Salam, Purwanio, dan Suherman .
2. Peranan Implementasi Kebijakan Karantina Dean dalam Pembangunan Perikanan
Berkelanjutan
Bazar Ristiyawan; Sutrisno Anggoro, Bambang Yulianto... 6
3. Pengelolaan Cendana di Desa Asumanu, Kecamatan Raihat, Kabupaten Belu, Propinsi Nusa
Tenggara Timur ( N T D
Maria
ZYXWVUTSRQPONMLKJIHGFEDCBA
P . Widiyansi, Hamal Purnaweni, TriR .Soeprobowati 134. Tingkat Penerapan Sistem Pertanian Berkelanjutan pada Budidaya Padi Sawah (Studi Kasus
Di Kecamatan Ambal Kabupaten Kebumen)
Istiantoro, Azis Nur Bambang, Tri Retnaningsih Soeprobowati 19
5. Kondisi Sosial Ekonomi Masyarakat Sub OIlS Padas: Ditinjau dalam Peegelelaan OAS (Studi
Kasus di Sub DAS Padas, Kabupaten Sragen)
Nur Ainun Jariyah... 26
6. Perencanaan Pertanian Berlcelanjutan di Kecamatan Seto
Sasongko Putra; Purwaruo, Kismartini.... 33
7. Kebijakan Pengelolaan Wilayah Pesisir Secara Terpadu di Kabupaten Rembang Propinsi
Jawa Tengah
Kismartini :... 4 1
8. Kajian Pemanfaaan dan Daya Dukung Perairan Danau Teluk Kota Jambi untuk Budidaya
Ikan Sistem Karamba Jaring Apung (KJA)
Kristiaruo, J.D., Sunardi, Iskandar ;... 48
9. Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan dalam Pandangan Masyarakat Samin
Jumari, Dede Setiadi, Y.Purwanto, Edi Guhardja 6 4
1
U. Sanitasi dan Kesebatan Lingkungan ...•... _...•...•.•...••..._... 70
1. Aspek Kualitas Bakteriologi dan Hygiene Sanitasi Fisik Depot Air Minum Isi Ulang (Damiu)
di Kecamatan Cimareme Kabupaten Bandung Barat
Ari Khoeriyah; Henna Rya Sunoko, Antes 70
2. Hubungan Pengetahuan Karyawan tentang Lingkungan dengan Motivasi Karyawan dalam
Pengelolaan Lingkungan di Rumah Sakit Siti Asiyah Bumiayu
Faisal Amri, Azis Nur Bambang, Azrul Azwar, Henna Rya
Sunolco... 76
3. Upaya Pengelolaan Lingkungan Usaha Petemakan Sapi d.i Kawasan Usaha Tani Terpadu
Bangka Botanical Garden Pangkalpinang
Fianda Revina Widyastuti, Purwanto, Hadiyanto... 80
4. Kajian Pengelolaan Sampah Perkotaan di Tempat Pembuangan Akhir: Studi Kasus TPA
Hutan Panjang Banjarbaru Kalimantan Selatan
Pranatasari Dyah Susan/i... 85
5. Kajian Waler Borne Disease Oleh Bakteri Secara Spasial Di Kecamatan Kampung Laut
Kabupaten Cilacap
Rissa Nurohmah; A. Haris Budi Widodo, Agatha Sih Piranti "... 91
6. Pengelolaan Air Limbah Domestik Komunal Berbasis Masyarakat di Kota Probolinggo
Yusdi Vari Afandi, Henna Rya Sunoko, Kismartini... 96
7. Kualitas Udara dalam Ruangan di Laboratorium Quality Control (Qc) Divisi Concentrating
PT Freeport Indonesia
Arif Susanto, David Suryanegara, Edi Putro 1 0 2
rrosiatng seminar tvastonatrengetotaan~umberdaya A/am don
ZYXWVUTSRQPONMLKJIHGFEDCBA
L in g k u n g a n 2013L e b rin a lvantry Bolich,Suprlharyono, Ign Boedi Hendrarto...vutsrqponmlkjihgfedcbaZYXWVUTSRQPONMLKJIHGFEDCBA368
11. Pengaruh Penerapan Wanamina di Kota Semarang terhadap Kualitas Lingkungan Tambak
dan Pertumbuhan Udang
Rini BudihastutL... 374
12. Potensi Lestari Sumberdaya Dean Demersal (Analisis Hasil Tangkapan Cantrang yang
Didaratkan di TPI Wedung Demak)
Rochmah T riCahyani, Sutrisno Anggoro, Bambang Yulianto 378
13. Indeks Keberlanjutan Ekologi Budidaya Udang Vaname (Litopenaeus Vanname)di Beberapa
Desa Kawasan Minapolitan Kecamatan Pantai Cermin Kabupaten Serdang Bedagai
Sri Wahyuni Sitorus, Siarisno Anggoro, Bambang YuJianto... 384
14. Pengelolaan Lingkungan Perairan Sui Bakau Besar Laut AkibM PengafUh Leachate terbadap
Saprobitas Perairan (Model Prakiraan Sebaran Dampak Lingkungan Terjauh Berdasarkan
Pasang Surut &Arus dengan Formula Wolinsky,
ZYXWVUTSRQPONMLKJIHGFEDCBA
2 0 0 5 )Wartiniyati, BudiH e n d ra rto , Henna Rya Sunoko, Sutrisno Anggoro... 390
15. Kondisi Intrusi Air Laut terhadap Air Tanah pada Akuifer di Kota Semarang
E d y Suhartono, P u rw a n to , Suripin 396
VII.Pengelolaan Tata Ruang Berwawasan Lingkungan dan Green BuUding
._._.o_ ... _ ... _..
4021. Perencanaan' & Perancangan Kota Postmodem Berdasarkan Kearifan Lokal Menuju
Kota-Hijau Berlcelanjutan
A. RudJJ(thtoSoesilo 4 0 2
2. Analisis terhadap Kendala Utama serta Perubahan yang Dimungkinkan dari Pengelolaan
Lingkungan di Kawasan Ziarah Umat Katholik Gua Maria Kerep Ambarawa
Ari Wibowo, BoediH e n d ra rto , Agus Hadiyarto " ...•... ,... 409
3. Pengembangan Hutan Rakyat: Upaya Mewujudkan Tata Ruang Berwawasan Lingkungan
Nana Haryanti ~... 415
4. Kajian Green Building Berdasarkan Kriteria Tepat Guna Laban (Appropriate Site
Development) pada Gedung Pascasarjana B Universitas Diponegoro Semarang
Rahayu Indah Komalasari, Purwanto, Suharyaruo ...•... 4 2 2
- 5. Kajian Perencanaan Ruang Terbuka Hijau Pemukiman di Kampung Brambangan dan .
Perumahan Sambak Indah, Purwodadi
Yakub Prihatiningsih; Imam Buchori, Hadiyanto... 427
6. Kajian Emisi Coa Berdasarkan Penggunaan Energi Rumah Tangga sebagai Penyebab
P e m a n a s a n Global (Study Kasus Perumahan Sebantengan, Gedang Asri, Susukan RW 0 7 .
Kab. Semarang)
Mira Tri Wulandari,H e rm a w a n , Purwanto 4 3 2
VIll. Pengendalian Pencemaran dan Perusakan Lingkuogan ...•._._....••••...__ .._.•_... 439
1. Upaya Penanggulangan Pencemaran Lingkungan Teluk Ambon dalam Rangka
Pengelolaan Lingkungan Pesisir .
Adi Mu/yanlo... 4 3 9
2. Hubungan Koefisien Biokinetik pada Proses Lumpur Aktif Completely Mixed
Menggunakan atau Tanpa Resirkulasi
Allen Kurniawan dan Yanuar Chandra Wirasembada 445
3. Konsep Kesetirobangan Massa dan Aliran Hidrolik Model Completely Mixed pada Unit
Pengolahan Air Limbah Industri
Allen Kurniawan... 4 5 2
4. Kualitas Air Sungai Jiglong di Kabupaten Pari Jawa Tengah
Arieyarui Dwi Astuti 4 6 0
5. Efisiensi Pengolahan Amonium Berkonsentrasi Tinggi dalam Lindi pada Sistem
Evapotranspirasi Anaerobik secara Kontinyu
Badrus Zaman, Purwanto,Sarwoko Mangkoedihardjo 4 6 6
6. Logam Berat Timbal (Pb) pada Ikan Belanak di Perairan Segara Anakan Cilacap
Cahyadi, Moh. Husein Sastranegara; Agung Dhamar Syakti... 471 7. Potensi Keberadaan Polutan Kloroanilin di Sungai Citarum Akibat Biotransformasi
Pewama A z o dari Air Limbah Tekstil
Edward Suhendra, Purwanto,Edwan Kardena... 475
8. Pengolahan Limbah Cair Industri Kerupuk dengan Sistem Subsurface Flow Constructed
Wetland Menggunakan Tanaman Typha A n g u s tifo lia Studi Kasus Limbah Cair Sentra
Industri Kerupuk Desa Kenanga Kecamatan Sindang Kabupaten Indramayu Jawa Barat
Prosiding Se,!!inar Nasionaf Pengelolaan Sumberdaya Alam dan
ZYXWVUTSRQPONMLKJIHGFEDCBA
L in g k u n g a n 2 0 1 3vutsrqponmlkjihgfedcbaZYXWVUTSRQPONMLKJIHGFEDCBA
'.)
ZYXWVUTSRQPONMLKJIHGFEDCBA
..
Konsep Kesetimbangan Massa dan A1iran Hidrolik
Model
Completely Mixed
pada Unit Pengolahan Air Limbah Industri
Allen Kurniawan
StafPengajar Program StudiTeknik Sipil dan Lingkungan, Program Sarjana Institut Pertanian Bogor, Bogor, Indonesia Email:allen.kumiawan@gmail.com
ABSTRAK
Penggunaan kesetimbangan massa(massbalance) pada pengolahan air limbah untuk mengetahui konsentrasi
substansi yang mengalami perubahan pada setiap unit pengolahan. Pada model reaktor Completely Mixed, nilai
perpindaban substansi di dalam reaktor harus seimbang dengan jumlah sisa produsi yang dihasilkan oleh proses fisik
dan kimiawi. Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui substansi secara detail berupa jumlah debit, padatan, clan
substrat yang masuk dan keluar dari setiap unit pengolahan air limbah. Pengambilan contoh air limbah dilakukan salah
satu industri di Jakarta, pada 5 titik sumber dengan sistem tercampur. Dari basil pengukuran karakteristik fisik clan
kimiawi air limbah, dua parameter yaitu Biochemical Oxygen Demand (BOD) sebesar 661 mg/L, Total Suspended Solid
(TSS) sebesar 342 mgfL, serta debit sebesar 0,12 m3/detik digunakan sebagai data awal untuk analisis kesetimbangan
Massa. Unit pengolahan yang akan dirancang adalah bar screen, gritcbamber, sedimentasi primer, lumpur aktif
sedimentasi sekunder, desinfeksi, serta unit pengolahan lumpur (thic/cener, digester anaerobik.., sentrifugasi). Pada
diagram alir kesetimbangan Massa, supernatan dan lumpur diperhitungkan dengan memperhatikan aliran pada setiap
unit operasi dan proses, tanpa meugacu pada waktu detensi. Dari analisis tersebut, debit aliran bawah (underflow) pada
unit pengolahan lebih kecil dibandingkan aliran utama (main liquid stream), sedangkan konsentrasi TSS meningkat
ketika memasuki unit pengolahan lumpur.Pengulangan (iterasi) perhitungan dibutuhkan untuk mendapatkan akurasi
nilai variabel terbaik. Data yang diperoleh sangat berguna sebagai acuan dasar dalam merancang unit pengolahan air
Iimbah.
Kata kunci: completely mix, kesetimbangan massa.., lumpur aktif.
1. PENDAHULUAN
Hingga kini, masalah limbah cair di Indonesia terhadap limbah domestik maupun limbah industri selalu menjadi
masalah serius. Air limbah pada umumnya langsung dibuang ke badan air penerima.., tanpa adanya pengolahan
(treatment) terlebih dahulu. Hal tersebut mengancam kelesatarian lingkungan, karena kemampuan self purification
lingkungan y a n g tcrbatas.
Upaya pengolahan air limbah yang tepat dan optimal dapat mengatasi masalah tersebut. Dengan adanya instalasi
. pengolahan, air limbah diharapkan dapat memenuhi persyaratan batas baku mutu yang ditetapkan oleh pemerintah
ketika dibuang kelingkungan. Alternatifunit pengolahan pada air limbah diperlukan untuk menganalisis reduksi
bahan-bahariorganik hasil penguraian biologis dan organisme patogen, sehingga Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL)
perlu direncanakan untuk menjalankan fungsi-fungsi tersebut. Dalam pemilihan alternatif pengolahan, jenis pence mar
tertentu dapat menyebabkan permasalahan berbeda-beda.., sehingga pemilihan unit operasi dan unit proses perlu
dilakukan dengan cermat dalam mereduksi pencemar spesifik tersebut. Unit operasi adalah unit yang berhubungan
dengan transformasi secara fisika, sedangkan unit proses adalah unit yang berhubungan dengan transformasi secara kimiawi.
Salah satu industri terkemuka di Jakarta yang rnemproduksi bahan kosmetik, sampo, sabun cuci piring danlotion
berencana untuk membuat IP AL guna mengimplementasikan upaya-upaya yang sistematis dalam memperbaiki kualitas
efluen, melakukan identifikasi dan karakterisasi air limbah, mengatur sistem pengaliran air limbah serta membuat
rancangan instalasi pengolahan air limbah. Aspek ekonomi, teknis, keamanan, kehandalan dan kemudahan
pengoperasian perlu dipertimbangkan secara detail, setelah kontaminan diketahui karakteristiknya. Teknologi terpilih
rnerupakan teknologi tepat guna sesuai dengan karakteristik limbah yang diolah dan nilai efisiensi removal kontaminan.
Berdasarkan karakteristik limbah yang diperoleh, unit pengolahan direncanakan berupa screen, gritchamber,
sedirnentasi primer, activated sludge (pengolahan biologis), desinfeksi, dan unit pengolahan lumpur.
Tujuan dari pene!itian ini adalah membuat kesetirnbangan Massa (massbalances) dan aliran hidrolik (hydraulic
flow regimes) untuk estimasi aliran debit, konsentrasi substrat dan padatan pada setiap infiuen dan efluen unit
pengolahan. Dengan demikian, proses transformasi atau reduksi kontaminan pada air limbah dapat diperkirakan,
sebelum unit pengolahan dirancang.
2. METODOLOGI
Penelitian dilakukan di sebuah industri yang memproduksi bahan kosmetik, sham po, sabun cuci piring dan
lkjihgfedcbaZYXWVUTSRQPONMLKJIHGFEDCBA
lotion di Jakarta dari bulan Maret hingga Juli 2013. Hasil akhir dari penelitian ini berupa perencanaan rancangan unit
IP AL skala industri, sehingga topik ini merupakan bagian dari penelitian dalam skala yang lebih hesar. Komponen yang
diarnati adalah air limbah yang keluar dari hasil produksi ataupun pencucian alat-alat produksi.
Penelitian diawali dengan penentuan debit puncak air limbah, serta pengambilan contoh (sample) air Iimbah
pada lima titik inlet saluran air Iimbah untuk dicampur menjadi satu guna mengetahui karakteristik kimia, fisika dan
biologi. Dalam kesetimbangan Massa, parameter terpilih adalah Biochemical Oxygen Demand (BOD) sebagai nilai
konsentrasi substrat dan Total Suspended Solid (TSS) sebagai nilai kcnsentrasi padatan.
Langkah selanjutnya adalah membuat diagram alir kesetimbangan Massa untuk menentukan debit aliran,
konsentrasi substrat dan konsentrasi padatan. Terjadinya perubahan reaksi zat pada aliran kesetimbangan tersebut
kemungkinan diakibatkan oleh produksi atau destruksi oleh bahan kimia, biokimia, atau fenomena fisik (Droste, 1997).
Pe.mYlltallnterse.but digambllrklln melalui perssmaan urnurn:
masuk - keluafZYXWVUTSRQPONMLKJIHGFEDCBA
+
penurunan selama proses=
akumulasi (1)Masuk-keluar mengacu pada pengangkutan bersih z a t k e daIam reaktor, penurunan selama proses m e n g a c u pada
plodu~ atau desl1uksi bersih oleh reaksi atau proses Iisik, danakumulasi adalah jumlah y w g tersisa.
Tahap analisis kesetimbangan adalah sebagai berikut:
a. Skema atau diagram alir sederhana dari sistem atau proses dipersiapkan.
b. Sistem atau batas kontrol volume digambar untuk menentukan batasan penerapan kesetimbangan Massa.
c. Semua notasi untuk reaksi biologis atau kimia dimasukkan.
d. Persamaan kesetimbangan mass a dibuat herdasarkan notasi dan perhitungan yang telah dibuat.
3. HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1. Kuantitas dan Kualitas Air Limbab
Pembacaan debit air limbah dilakukan selama dua mlnggu berturut-turut dari tanggal 29 April 2013 hingga 11
Mei 2013, kecuali pada hari Minggu. Penentuan kapasitas instalasi pengolahan air limbah didasarkan atas perkiraan
total debit puncak yang dihasilkan pada satu hari, sehingga debit air limbah industri tersebut diperoleh sebesar 166
_ m3lhari. Debit yang dihasilkan sangat kecil. Sistem dengan aliran kontinu tidak mungkin diterapkan pada kondisi
tersebut. Dengan demikian, sistem batch digunakan dengan menggunakan bak penampung di awal proses pengolahan
yang berfungsi menampung air limbah dengan waktu detensi minimal 24 jamsebelum dialirkan ke unit selanjutnya.
Debit aliran berubah dengan bantuan pompa sebesar 0,12 m3/detik.
Hasil pembacaan fluktuasi debit setiap jam selama 24 jam diikuti dengan pengambilan sampel untuk pengukuran
parameter BUD dan TSS. Serupa dengan fluktuasi debit, kedua parameter tersebut merupakan parameter utama dalam
menentukan mekanisme proses pengolahan air limbah. Nilai rata-rata BOD dan TSS dihasilkan sebesar 661,19 mgIL
dan 332 mgIL. Nilai kedua parameter tersebut berada di atas nilai baku mutu Keputusan Guberour Provinsi Daerab
Khusus Ibukota Jakarta Nomor 581 Tabun 1995 tentang Penetapan Peruntukan dan Baku Mutu Air SungailBadan Air serta Baku Mutu Limbah Cair di Wilayah Daerah Khusus Ibukota Jakarta (TSS sebesar 1 0 0 mg/Lrserta Peraturao
Men ten Negara Lingkungan Hidup Nomor 3 Tabun 2010 tentang
ZYXWVUTSRQPONMLKJIHGFEDCBA
B a k u Mutu Air Limbah Bagi Kawasan Industri(BOD sebesar 50 rng/L). IPAL rnerupakan syaratmutlakuntuk segera dibangun oleh industri tersebut., sehingga dampak
yang ditimbulkan dapat direduksi sebelum air limbah dibuang ke lingkungan.
3.2. Kesetimbaagan Massa dan Aliraa Hidrolik
Reaktor model completely mired terdiri dari tangki yang diberi pengaduk untuk mencampurkan aliran yang
masuk dan mengeluarkan sebagian material ke unit reaktor selanjutnya (Reynolds dan Richards, 1996) Setelah
memasuki reaktor, air limbah yang masuk hampir seketika tercampur dengan air limbah yang telah tertampung di
reaktor tersebut, sehingga volume dan kandungan air limbah reaktor menjadi seragam. Reaktor model ini digunakan
pada proses biologis pada unit IP AL yang akan dirancang.
IPAL diawali dengan unit screening dan diakhiri unit desinfeksi. Lumpur hasil pengolahan disalurkan ke unit
pengolahan lumpurberupa digester anaerobik dan sentrifugasi. Runtutan proses dapat dilihat pada Gambar Iyang telah
dilengkapi notasi kesetimbangan Massa. Screening berupa rangkaian kisi-kisi besi untuk menyisihkan bends-bend a
kasar, misalnya kertas, plastik, atau potongan kayu terapung yang dapat mengganggu jalannya proses pengolahan air
limbah. Gritchamber berfungsi menangkap pasir agar tidak terbawa pada proses selanjutnya, sebab pasir tak dapat
dihancurkan dengan proses biologis. Sedimentasi primer berfungsi untuk mengurangi kandungan TSS, sebagian
padatan organik dalam air buangan (antara 50 % - 65%) dan menurunkan BOD (25% -4(010)melalui proses fisik tanpa
pembubuhan zat kimia (Metcalfand Eddy, 2003). Pada pengolahan dengan lumpur aktif lumpur padat atau flok-flok
ywg terbentuk hersarna mikroorgarusme (ba...1.:terida...'1protozoa) ya...'1ghidup. Lumpur aktif dicampur dengan air limbah
di dalarn sebuah tangki, selanjutnya seluruh isi tangki ini di aerasi secara mekanis. Sedimentasi sekunder
lkjihgfedcbaZYXWVUTSRQPONMLKJIHGFEDCBA
(clarifier)berfungsi untuk memisahkan Mixed Liquor Suspended Solid (MLSS) dari air Iimbah dan mengentalkan lumpur yang
ak.an diresirkulasi. Desinfeksi berfungsi untuk menghilangkan bau, warna, mereduksi
zat
organik, dan membunuhbakteri patogen. Thickener berfungsi meningkatkan konsentrasi lumpur dengan mengurangi volume fase cairan.
Digester anaerobik berfungsi untuk menstabilkan lumpur dalam kondisi anaerob menggunakan bantuan
mikroorganisme anaerob yang menghasilkan metan dan karbondioksida. Sentrifugasi berfungsi untuk mengeringkan
lumpur untuk mencapai padatan yang optimal (Thomas, 2009). Pada Garnbar 1, proses tersebut dilengkapi notasi untuk
aliran, konsentrasi padatandan konsentrasi substrat.
Beberapa informasi yang harus diketahui sebelum perhitungan kesetimbangan dihitung adalah:
a. Debit aliran (Qo) sebesar 0,12 m3/detik atau 10368 ml/hari, konsentrasi BOD influen(.SaJ sebesar 661 mgfL dan
konsentrasi TSS influen(XaJ sebesar 342 mgfL. So dan Xo tidak tennasuk material yang akan dibuang
discreeningatau gritchamber.
Gambar 1. Diagram alir kesetimbangan massa pada IP AL menggunakan lumpur aktif
b. Jumlah material yang terkumpul discreening(Xscw) adalah 0,005 m311000m
ZYXWVUTSRQPONMLKJIHGFEDCBA
J. Jumlah tersebut berada pada kisaran
0,004-0,009 mll1000 mJ (EPA, 2003)
c. Jumlah pasir yang terkumpul digrit chamber ( Xgw)adaJah U,OOll m3ilOUU m3.Jumlah tersebut berada pada kisaran
0,003-0,074 m311000 mJ (EPA, 2003) .
. d. Pada unit sedimentasi primer, nilai reduksi TSS (Rp) sebesar 62%,nilai reduksi BOD(fp) sebesar 37%, konsentrasi
aJiran bawah (underflow) TSS (X.,) sebesar 4,5%.
e. Pada bakaerasi lumpur aktif.konsentrasi BOD efluen terlarut (SAl sebesar 5 mg/L, koefisien basil (yield Jbersih TSS
berdasarkan BOD influen dan BODs efluen terlarut
ro
sebesar 0,65 mg TSS yang diproduksiimg BOD yangdibuang, serta konsentrasi TSS di bak aerasi (X.J sebesar 2000 mgIL.
f. Pada unit sedimentasi sekunder, konsentrasi aliran atas (overflow) efluen
ZYXWVUTSRQPONMLKJIHGFEDCBA
(X sJ mengandung 10 mg/L dan konsentrasiaJiran bawah (underflow) TSS (X;cS1 sebesar 0,75%.
g. Pada unit thickener pzeeses: yang tertampung pada dasar bak(C,,1 diharapkan sebesar 85~/cdan konsentrasi a!iran.
bawah (underflow) T S S (x J sebesar 6%.
h Penambahan dosis gas klorin pada unit desinfeksi sebesar 1,5 mg/L.
1 . Reduksi TSS diharapkan pada unit anaerobik digester (f,w) sebesar 55%.
j. Pada unit sentrifugasi, 9 kg polimer ditambahkan pada setiap 1tOI;1 padatan (Dp,), dengan konsentrasi (XpJ sebesar
80 g/L, Unit ini diharapkan menampung padatan (,C d sebesar 97,5%, dengan konsentrasi padatan keringt'caIce(XcA:i
sebesar 32%.
k Specificgravity (berat jenis) TSS diasumsikan sebesar 1,00. Kesalahan dari asumsi ini cukup kecil
I. BOD diasumsikan tidak terlarut d.idigester anaerobik, thickener dan sentrifugasi. BOD akan bertransformasi setelah
melalui unit sedimentasi primer dan bak aerasi pada unit lumpur aktif
m . Konsentrasi padatan di bak aerasi diasumsikan seragarn.
Persamaan kesetimbangan untuk debit aliran air limbah tersaji pada Tabel l. Dari Tabel tersebut, setiap aliran
akan mengalami kesetimbangan pada setiap unit pengolahan, baik di influen atapun efluen. Persamaan tersebut bukan
persamaan independen, melainkan dibangun dari keseirnbangan aliran tiap unit pengolahan, sehingga persamaan dapat
berubah seiring dengan a d a n y a modifikasi unit atapunperubahan rola aliran.
Tabell.Persamaan Kesetimbangan Debit Aliran Air Limbah
Lumpuraktif (bakaerasi)
Qo
ZYXWVUTSRQPONMLKJIHGFEDCBA
=lkjihgfedcbaZYXWVUTSRQPONMLKJIHGFEDCBA
Qsc+
Qscw Qsc=
Qg+
QwQsc
=
Qg + Qw Qg+
Qct+
QtS = QpoQp + rQp = QA QA = Qs + Qus QuS = Qw + rQp
Qs + QClo = Qf
(9) Qs = Qf
Thickener (10) Qup + Qw = QtS + QI
Digester anayrobic (ll)
o.
=
o,
Sentrifugasi (12) Qd + Qpl =
o..
+o:
Sedimentasisekunder(Clarifier)
(2) (3) (4) (5)
(6) (7) (8) Screening
Grit chamber
Sedimentasi primer
Desinfeksi
Catatan: *Qc:II'dalllhlajualiran g1\S dan titl!lk mempengaruhi leju aliran, sehingga Qc: dapetdiabaikan.
Selain persamaan kesetimbangan debit aliran, persamaan kesetimbangan padatan (solid balance) dan substrat (substrat
balance) barns diformulasikan guna memperoleh variable-variable kesetimbangan secara lengkap. Persamaan
kesetimbangan padatan dan keseimbangan zat diformulasikan sebagai berikut:
a. Screening
Konsentrasi limbah yang terkumpul di screening (X.cvJ berdasarkan basis volume sebesarO,005 m3/tOOO m3.
Perlu diperhatikan bahwa konsentrasi padatan di influen screening dan efluen screening hamper tidak mengalami
perubahan yang signifikan ..
(13)
b . Grit chamber •
Serupa dengan screening, konsentrasi padatan pada influen tidak mengalami perubahan yang signifikan.
Konsentrasi pasir
ZYXWVUTSRQPONMLKJIHGFEDCBA
(g rit) yang terkumpul(Xg><:Jberdasarkan basis volume sebesar 0,008 m3/IOOO rrr'.(14)
c . Sedimentasi primer
Kesetimbangan padatun:
Tidak ada perubahan Xo pada dua unit pengolahan awal.
QgXo + QctXct + QtsXtS
=
QpXp + QupXup QgXo + QctXct + QtsXcs=
QpoXpo-(15) (16)
Rasio reduksi padatan(R,Jdapat dijabarkan melalui persamaan:
(17) Kesetimbangan substrat:
Tidak ada perubahan pada konsentrasi BOD pada dua unit pengo!ahan awal, pada aliran Qctdan Qts. Nilai reduksi BOD
di sedimentasi primer (fpBOd sebesar 0,35 BOD pada aliran bawah (underflow) sedimentasi primer juga diabaikan,
sehingga kesetimbangan substrat menjadi:
(18)
Pcrsamaan (18) di atas mcnggambarkan rcduksi BOD pada scdirncntasi primer.
d. Aerasi pada unit lumpur aktif Kesetimbangan padatan:
Pada bak aerasi terjadi penurunan dan perubahan padatan di bak aerasi (L 1 X ), sehingga persamaan menjadi:
(19)
Kesetimbangan substrat:
vutsrqponmlkjihgfedcbaZYXWVUTSRQPONMLKJIHGFEDCBA
Kesetimbangan substrat untuk bak aerasi termasuk nilai .1S untuk reduksi konsentrasi BOD:
(20)
Untuk menentukan
ZYXWVUTSRQPONMLKJIHGFEDCBA
& pada Persamaan (19), koefisien hasil (yield) bersih (Y) telah diketahui pada datainformasi awal. .1X berdasarkan reduksi BOD pada bak aerasi adaIah:
IlX =
ZYXWVUTSRQPONMLKJIHGFEDCBA
Y L lS (21)e. Sedimentasi sekunder
Kesetimbangan padatan pada unit sedimentasi sekunder adalah:
(22)
Tidak ada peruba'han konsentrasi padatan ketikaQ..sterpecah menjadi Qpdan Q
w-f Desinfeksi
Tidak ada perubahan pada konsentrasi TSS di bak desinfeksi karena klorin merupakan zat terlarut. Jumlah BOD
yang sangat kecil yang akan dioksidasi oleh klorin, namun diasumsikan nilainya dapat diabaikan.
g . Thickener
Rasia pengumpulan dithickener didefinisikan sebagai Ct.
(23)
(24)
h . Digesteranaerobik
Reduksi padatan pada digesteranaerobik dapat diketahui dengan menggunakan faktar/AD:
(25)
i. Sentrifugasi
Laju pembubuhan dosis po Iimer didefinisikan sebagai Dpt. Rasia pengumpulan di sentrifugasi didefinisikan
.m e lllh .li n o tlls iC
(26)
(27)
(28)
Perlu diperhatikan setelah persamaan dapat dipecahkan, satuan
variable
harus dipertahankan sama untuk dapatmemastikan bahwa perhitungan benar. Hasil perhitungan dapat disajikan pada Tabel 2, berikut pencantuman deskripsi
[image:9.548.22.496.315.596.2]variable dan acuan dari persamaan yang digunakan.
Tabel 2.Variabel kesetimbangan massadan debit aliran air limbah
So Xo Qo
e,
o.:
XSCW
Q~
Qg"
Konsentrasi BOD influen (mgIL) 661
KonsentrasiinfluenTSS (tidaktennasukscreeningdangrit chamber) 342
Debit aliran influen (m3fhari) 10368
Debit aliransetelahscreening (m%ari) 10368
Lajuvolumetrikscreeznagtm'zdetik) 6 xl 0-7
Jumlah material yang terkumpul discreening(m3/1000 nr') 0,005
De.bitaliranse~elahgrit chamberjm3~) 10368
LaJuvolumetrikgrit chamber(m Idetik) 9,6 xl0-7
Data primer Data primer Data primer Pers. (2) Pers. (13) Data sekunder
Pers. (3) Pers. (14)
Q..s
X..s
lkjihgfedcbaZYXWVUTSRQPONMLKJIHGFEDCBA
r Q;ZYXWVUTSRQPONMLKJIHGFEDCBA
Q ,. Qr QtSvutsrqponmlkjihgfedcbaZYXWVUTSRQPONMLKJIHGFEDCBAJumlahpasir yang terkumpul di
grit
chamber (m 11000 m )Total debitaliran yang masukkesedimentasi primer(m3/hari)
Total konsentrasi TSS influen sedimentasi primer (m~)
Debit aliran supematan efluen sedimentasi primer (m /hari)
Konsentrasi TSS supematan efluensedimentasi primer (mg/L)
Konsentrasi BOD efluen sedimentasi primer (mgIL)
Konsentrasi TSS a1iran bawah (unde1j1ow}efluen sedimentasi
primer (kgIL)
Debit aliran bawah (ur.da:f7O'w)efluen sedimentasi primer (m3lhari)
Debit aliran efluen aerasi-lumpur aktif{m3/hari)
Konsentrasi BOD efluen aerasi-lumpur aktif(mgIL)
Debit aliran supematan efluen sedimentasi sekunder (m3/hari)
Konsentrasi TSS supernatan efluen sedimentasi sekunder (mg/L)
Debit aliran bawah (underflow) efluen sedimentasi
sekundertm'zhari)
Konsentrasi TSS a1iran bawah (underflow) efluen sedimentasi
sekunder (mg/L)
rasio debit a1iranrecycle sedimentasi sekunder ke debit aliran
efluen sedimentasi primer
Debit aliran efluen desinfeksitrrr'rhari)
Debit aliran limbah lumpur aktif dari sedimentasi sekunder
(m3/hari)
0,008 10977,47 420,15 10310,4 129,% 418,76 0,045 57,6 13300,42
ZYXWVUTSRQPONMLKJIHGFEDCBA
5 9766,66 to 3533,76 7500 0,29 9766,66 543,74 Data selamder Pers. (5) Pers. (16) Pers. (4) Xp - ( 1 - Rp ) X oPers. (18)
Data sekunder
Qu p -_ RpQoXo
XUI'
Pers. (6) Data sekunder
Pers. (7) Data sekunder Pers. (7)dan Pers. (22):
QA(XS-XA)
Qus
=
X Xs-
u SData sekunder
Pers. (19)dan Pers. (6): Qp(Xp-XA)
+
Mr = -Qp(XA -Xu S )
Pers. (9)
Pers.(8)
Pers. (24) danK,:
o,x,
0 . =
-~ < Xc
Data sekunder Pers. (10)
Pers. (23)
Pers. (11)
Pers. (25) d a n Xd :
QdXd Q t = -Xd Pers. (26) Data sekunder
Pers. (28) danXc t :
Qck -_ QckXck
X
ck Data sekunderPers. (12)
Pers. (27)
Debit aliran bawah(underflow)efluenthickener(m3/hari) 94,..49
Hal yang sangat fundamental pada tahapan pengolahan air limbah di atas ketika air limbah memasuki unit
sedimentasi primer dan pengolahan lumpur aktif (activated sludge). Unit sedimentasi primer dirancang urrtuk
mengurangi konsentrasi TSS sebesar 50-65% dan menurunkan konsentrasi BOD sebesar 2 5 -4 < T % melalui proses fisik
tanpa pembubuhan zat kirnia. Berdasarkan pehitungan kesetimbangan massa, konsentrasi TSS di.h.arapkan dapat
direduksi hingga 69% berdasarkan konsentrasi TSS influen sebesar 420,15 mglL dan efluen sebesar 129,96 mg/L.
Konsentrasi BOD diharapkan dapat direduksi hingga 37% berdasarkan konsentrasi BOD influen sebesar 420,15 mg/L
dan efluen sebesar 418,76 rng/L. Lumpur endapan masih mangandung material organik yang tinggi, sehingga efluen
lumpur dialirkan ke unit sludgethickener sebesar 57,6 mjlharl, sedangkan filtrat (supematan) dialirkan ke pengolahan
lumpur aktif sebesar 10310,4 m3Ihari.A1iran umpan air limbahlsubtrat, bercampur dengan aliran lumpur aktif yang
dikembalikan (rasio debit aliran recycle sebesar 0,29) sebelum masuk rektor. Campuran lumpur aktif dan air limbab
membentuk suatu campuran yang disebut cairan tercampur/mixed liquor (Sutapa, 1999). Memasuki bak aerasi, lumpur
aktif d e n g a n cepat mernanfaatkan zat organik dalam limhah untuk didegt1ldasi 7 .1 It- 7 ~ torgllnik yang ada di dalam air
limbah diserap oleh mikroorganisme dan diubah bentuknya menjadi flok, sebagai bahan pembentuk pertumbuhan sel
[SBN 978-602-/700/-J-2 457
KonsentrasiTSS aliranbawah(unde1j1ow)efluenthickener (kglL) .
Debit aliran supernatan efluenthickenermenujutnfluensedimentasi
primer (m3/hari)
Konsentrasi TSS supematan
efluenthickenermenujuinfluensedimentasi primer(mglL)
Debit aliran bawah (underflow) efluen digesteranaerobik(m3/hari)
Konsentrasi TSS aliran bawah (underflow) efluen
digesteranaerobik (g/L)
Lajualiranconditioning polimeruntuksentrifugasiun'rhari)
Konsentrasi TSS polimer untuk sentrifugasi (kg/L)
Debit
, 1 metrik Aft'\""'~"""r)"""'~~ tankeri ,..I',....-L "".d "'n "" _t.;.f:" ,..,1 3/1, ri)
'\ 0 U .•u •••.u p .IIu ·""4.4ut:1u. .••..,u,uilLUiA.""" •.In6\casus) "'-I. ent:o!J ••
g ,m ,
£.la ••0,06 506,85 1974,25 94,49 27 0,29 80 7,84
Konsentrasi TSS padatankering(cake)efluensentrifugasi (kg/L)
Debita!irancentratedarisentrifugasimenujuinfluensedimentasi primerfrrr'rhari)
Konsentrasi TSS centrate dari sentrifugasi menuju influen
sedimentasi primer (mg/L)
0,32
102,62
dan sebagai sumber energi (TjokrokuSumo, 1998). Flok ini yang menyebabkan konsentrasi TSS di bak aerasi tinggi
hingga mencapai 0,045 kg/L. Padasedimeotasi sekunder
lkjihgfedcbaZYXWVUTSRQPONMLKJIHGFEDCBA
(clarifier), lumpur yang dieodapkan sebagian akandikembalikan ke unit pengolahan biologis berupa lumpur aktif sedangkan supematan dialirkan menuju unit pengolahan
desiofeksi dengan debit 9766,66 m3/hari. Prinsip mekanisme proses pada unit clarifier menyempai unit sedimentasi
primer.Untuk menghasilkan efluen d~ kualitas yang baik, Benefield (2001) meojelaskan bahwa biomassa (setelah
memisahkan material organik dari air lirnbah) harus dipisahkan dari cairanlsupematan. Sedimentasi sekuoder ini hampir
selalu merupakan tahap pembatas kualitas etluen. BOD yang keluar dieflueo biasanya dibawah 5mgIL, namun padatan
biomassa yang masih terkandung pada.air limbah memungkinkan akan memproduksi BODefluen 20 mgIL atau lebih
besar. 14000
ZYXWVUTSRQPONMLKJIHGFEDCBA
l
12000l
10000 ~ 8000'
-~-
6000 ~ <Il Cl 4000 ~ -9 2000 E ~ 0 N 0- \0'Of"~ 0- 'Of" r-i 'Of" ~ 00 0
0- 0 r :
0 < J ~ OIl
h
0 ~c.. « v .I v .I
•...
< 5
5
" 0~
..>0: 0
0' I I I
o
~
6-
0' ::IZYXWVUTSRQPONMLKJIHGFEDCBA
C I C I o0' ~ 0' C I 0' 0'
0'
Jenis Debit Aliran
Gambar 2.Debit aliran pada setiap unit IF AL
Dari grafik pada Gambar 2 diatas, debit aliran bawah (underflow )terlihat cukup kecil dibandingkan dengan
aliran utama (main iiq u id s tre a m ). Debitaliran bawah disirnbolkan denzan notasi 0 ."""0 ",,, 0 ••••
O ••~
O ;Or.;. Od,
o.,~
Ode
dan Q <1' Hal ini disebabkan sebagian besar fase cairanlsupematan tersalurkan - melaliJi
aiiian-
~a -dari-s c re e n in ghingga desinfeksi, sedangkan padatan (solid) tersalurkan melalui aliran bawah (underflow) menuju unit pengolahan
lumpur. Pada Gambar 3, konsentrasi TSS terbesar dihasilkan dari supernatan eflueo thickener menuju influen
sedimentasi primer (X,J sebesar 1974;25mgIL Nilai tersebut diakibatkan konsentrasi TSS merupakan basil dari
pemisahan padatan dari unit sedirnentasi
primer
d a n sedimentasi sekunder hasildati
proses pengolahan biologis.Thickener berfungsi untuk mengurangi 'volume lumpur dengan membuang supematan. Supematan adaIah cairan atau
fase cair di dalam lumpur yang terpisah dengan fase padatan Umumnya supernatant diresirkulasi kembali ke dalam unit
pengolahan utama air limbah.
V) 2500 N ~ r-. ;- 0-,... < , 2000 ~ ~ 1 / ~ 1500
:--.-
•..~ 1000 .,... 0
•...
!:: ci
..,.
\0""' N N '" -e -
..,.
::: 500 C".
c
:..::
cr--N
0
0 0 c.. v .I r n " 0
..•
>< ><c.. >< >< X >< ~
Konsentrasi TSS Setiap Unit Pengolahan
Gambar 3.Konsentrasi TSS pada setiap unit IF AL •
Catatan: *Tidak mencakup konsentrasi TSS berdasarlcan dare sekunder,
[image:11.560.49.504.152.358.2] [image:11.560.92.461.502.674.2]4. KESIMPULAN
Analisis kesetimbangan massa merupakan metode cepat untuk mengidentifikasi perbedaan dalam peogolahan·
data <fan kesa1ahan dalam pengukuran contoh
lkjihgfedcbaZYXWVUTSRQPONMLKJIHGFEDCBA
(sampel)
air Iimbah. Dengan melacak keseialbangan debit aliran, padatandan substrat pada setiap unit peogolahan secara keseluruhan, pemahaman yang lebih baik tentang hubungan antara
komponen-komponen yang mendukung mekanisme proses pengolahan dapat diperoleb. Dampak dari konfigurasi
proses yang berbeda dapat dievaluasi dengan menggunakan model kesetimbangan massa dikembangkan untuk seluruh
unit pengolahan. Dari analisis tersebut, debit aliran bawah (underflow) pada unit IPAL lebih kecil dibandingkan aliran
utama (main liquidstream), sedangkan konsentrasi TSS meningkat ketika memasuki unit pengolahan lumpur. Reduksi
konseutrasi BOD dau TSS ~bt::slU 97% keLikllair liiubah berada pada efluen unit desiufeksi. Angka tersebu: perlu
diverifikasi kembali ketika rancangan unit pengolahan dibuat. Pengulangan (iterasi) perhitungan dibutuhkan untuk
mendapatkan akurasi nilai variabel terbaik,
5. REFERENSI
Benefield, L., 1993. Biological Process Design for Wastewater Treatment, Ibis Publishing, Melbourne.
Droste,
ZYXWVUTSRQPONMLKJIHGFEDCBA
R . L ., 1997.Theory and Practice of Water and Wastewater Treatment, J01m Wiley & SOIlS, Toronto.Environmental Protection Agency, 2003.Wastewater Technology Fact Sheet: Screening and Greet Removal,
Washington D.C.
Metcalf and Eddy, 2003. Wastewater Engineering: Treatment, Disposal and Reuse, McGraw-Hili, New York.
Reynolds, T. D., Paul A Richards, 1996.Unit Operations and Processes in Environmental Engineering, PWS
Publishing Company, Boston.
Sutapa, I. D. A, 1999. "Lumpur Aktif: AltematifPengolah Limbah
ZYXWVUTSRQPONMLKJIHGFEDCBA
C a ir", Jurnal Studi Pembangunan, Kemasyarakatan&Lingkungan, No.3, p. 25-38.
Thomas, M., 2009, "Optimisation of Dewatering Centrifuges", Proceeding of 34th Annual Qld Water Industry
Operations Workshop, Indoor Sports Stadium Caloundra, p. 106-1 !2.
Tjokrokusumo. 1999. Pengantar Enjiniring L in g k u n g a n , Jilid 1 , Sekolah Tinggi Teknik Lingkungan YLH, Yogyakarta.