Sistem Wilayah, Lingkungan dan Hukum Pertanahan
PENGANTAR
Sistem Wilayah Lingkungan dan Hukum Pertanahan merupakan salah
satu mata kuliah yang diajarkan pada Program Pascasarjana
Teknik Sipil Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya (ITS)
bidang keahlian Manajemen Aset Infrastruktur. Mata kuliah tersebut
memiliki peran penting dalam mengimplementasikan displin ilmu
lingkungan, pengembangan kewilayahan dan peraturan pertanahan
terkait penyelenggaraan infrastruktur bidang Pekerjaan Umum dan
Perumahan Rakyat (PUPR).
Dalam upaya memberikan pemahaman yang lebih baik terhadap
materi yang diberikan dalam perkuliahan, maka diberikan
penugasan oleh Dosen Pengampu matakuliah terkait. Tugas
berupa “Kajian Studi Kasus di Indonesia : Kebutuhan
Pembangunan Infrastruktur dalam Pengembangan Wilayah”.
Dokumen ini menjadi laporan pelaksanaan tugas tersebut, dengan
topik kajian studi kasus adalah “Kesiapan Pengembangan Infrastruktur
Untuk Mewujudkan Pengembangan Wilayah Terpadu Kota Pasuruan
Yang Berkelanjutan”. Kajian disusun dalam
bentuk makalah singkat (paper) yang terdiri dari 3 bahasan utama,
yakni pendahuluan, pembahasan dan penutup. Semoga hasil kajian
ini dapat memenuhi harapan dari pemberi tugas dan dapat
DAFTAR ISI
PENGANTAR ... 1
DAFTAR ISI... 2
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 3
1.2 Rumusan Masalah ... 4
1.3 Tujuan dan Manfaat ... 4
1.4 Kerangka Penulisan ... 5
BAB 2 PEMBAHASAN 2.1 Tinjauan Pustaka ... 6
2.2 Tinjauan Kebijakan ... 21
2.3 Analisa Situasi ... 26
2.4 Prospek Pengembangan Wilayah berdasarkan Potensi dan Masalah ... 39
2.5 Telaah Kebijakan Pengembangan Wilayah Terpadu Kota Pasuruan ... 49
2.6 Telaah Kesiapan Pembangunan Infrastruktur untuk Pengembangan Wilayah Terpadu Kota Pasuruan ... 59
2.7 Strategi Pengembangan Infrastruktur untuk mendukung Pengembangan Wilayah Terpadu Kota Pasuruan ... 65
BAB 3 PENUTUP 3.1 Kesimpulan ... 67
3.2 Saran ... 69
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kota mempunyai fungsi dan peranan penting dalam kehidupan masyarakat. Sangat
penting fungsinya karena kota merupakan wadah kegiatan ekonomi dan sosial. Sangat
dominan peranannya karena kota merupakan pintu gerbang masuknya segala pengaruh dan
kemajuan yang berasal dari luar, kemudian ditransformasikan ke daerah-daerah sekitarnya.
Sehingga pengembangan wilayah perkotaan akan memberikan dampak yang luas bagi
peningkatan pembangunan dan pengembangan daerah-daerah sekitarnya. Dalam
pengembangan wilayah perkotaan dibutuhkan modal dasar untuk mewujudkannya. Modal
dasar pengembangan wilayah perkotaan ini selain sumber daya manusia, pendanaan dan
ketersediaan sumber daya alam, salah satu yang terpenting adalah ketersediaan infrastruktur
pendukung wilayah.
Penyediaan infrastruktur wilayah perkotaan diarahkan kepada penyelenggaraan fungsi
kota. Kebutuhan atau permintaan akan ketersediaan infrastruktur di beberapa daerah
perkotaan dirasakan terlalu besar dibandingkan dengan yang dibangun. Suplai infrastruktur
yang ada ternyata tidak mampu mengimbangi yang dibutuhkan untuk pengembangan wilayah
perkotaan. Hal tersebut dapat terjadi salah satunya karena keterbatasan lahan perkotaan,
sedangkan perkembangan pembangunan perkotaan berlangsung semakin pesat. Tidak
seimbangnya ketersediaan infrastruktur perkotaan dibandingkan dengan kebutuhannya
menimbulkan ketidakefektifan dan ketidakefisienan dalam pemanfaatan ataupun pengelolaan
infrastruktur yang ada. Hal ini dapat menghambat proses pengembangan wilayah perkotaan.
Fenomena di atas juga terjadi di Kota Pasuruan, dimana ketersediaan infrastruktur
yang ada belum mampu memenuhi kebutuhan pembangunan dan pengembangan wilayah. Di
sisi lain Kota Pasuruan memiliki program pengembangan wilayah terpadu dalam rencana
pembangunan perkotaannya yang juga sangat membutuhkan adanya pengembangan
infrastruktur untuk mewujudkan pengembangan wilayah yang terpadu pada seluruh kawasan
perkotaan. Pembangunan dan pengembangan wilayah terpadu sendiri merupakan kebijakan
untuk mendorong pemerintah daerah dalam melaksanakan pembangunan daerah melalui
daerah dapat dilaksanakan secara efisien dan efektif dalam pemanfaatan sumber daya dan
sumber dana pembangunan di daerah serta untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Dalam kaitan itu, pengembangan wilayah terpadu merupakan upaya nyata agar pemerintah
daerah mampu memadukan, menyerasikan dan mengkoordinasikan berbagai input
pembangunan baik berupa program sektoral, program pembangunan daerah maupun
program-program khusus dengan upaya dan kebijakan pembangunan yang telah disusun
pemerintah daerah berdasarkan potensi dan kebutuhan nyata di daerah.
Ketersediaan infrastruktur pendukung dalam pengembangan wilayah terpadu di Kota
Pasuruan ini memiliki peran yang sangat penting bagi peningkatan dan keberlanjutan nilai
ekonomi perkotaan kedepannya. Pembangunan wilayah terpadu Kota Pasuruan diprioritaskan
pada program–program pembangunan di kawasan strategis provinsi dan kabupaten/kota dan/atau kawasan yang mendukung kawasan strategis nasional/provinsi ditinjau dari sudut
kepentingan pertumbuhan ekonomi, sosial dan budaya, serta daya dukung lingkungan hidup.
Latar belakang yang telah diuraikan diatas mendasari pemilihan topik kajian studi kasus yaitu “Kesiapan Pengembangan Infrastruktur Untuk Mewujudkan Pengembangan Wilayah Terpadu Kota Pasuruan Yang Berkelanjutan”. Beberapa permasalahan yang akan dikaji dalam studi kasus ini akan dijelaskan pada bahasan selanjutnya.
1.2 Rumusan Permasalahan
Terdapat beberapa rumusan permasalahan sebagai tujuan yang ingin dicapai dalam
kajian ini antara lain :
1) Analisa situasi pengembangan wilayah dan infrastruktur Kota Pasuruan
2) Prospek pengembangan wilayah Kota Pasuruan berdasarkan potensi dan masalah
3) Telaah kebijakan pengembangan wilayah terpadu Kota Pasuruan
4) Telaah kesiapan pembangunan infrastruktur untuk pengembangan wilayah terpadu
5) Perumusan strategi pengembangan infrastruktur untuk mendukung pengembangan
wilayah terpadu Kota Pasuruan
1.3 Tujuan dan Manfaat
Penelitian ini bertujuan untuk melakukan melakukan kajian tentang kesiapan
pengembangan infrastruktur dalam mendukung pengembangan wilayah terpadu di Kota
Pasuruan. Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai bahan masukan bagi para
pengambil kebijakan dalam pengembangan infrastruktur dan pengembangan wilayah di Kota
1.4 Kerangka Penulisan
BAB 1 PENDAHULUAN
Berisi latar belakang pemilihinan fokus pengembangan wilayah, rumusan
masalah, tujuan dan manfaat yang ingin dicapai dalam kajian tentang kesiapan
pengembangan infrastruktur dalam mendukung pengembangan wilayah
terpadu di Kota Pasuruan.
BAB 2 PEMBAHASAN
Berisi tentang tinjauan kepustakaan konsep pengembangan wilayah dan
infrastruktur; tinjauan kebijakan pengembangan wilayah; analisa situasi
wilayah dan infrastruktur; Prospek pengembangan wilayah Kota Pasuruan
berdasarkan potensi dan masalah; Telaah kebijakan pengembangan wilayah
terpadu Kota Pasuruan; Telaah kesiapan pembangunan infrastruktur untuk
pengembangan wilayah terpadu serta Perumusan strategi pengembangan
infrastruktur untuk mendukung pengembangan wilayah terpadu Kota Pasuruan
BAB 3 PENUTUP
Berisi kesimpulan yang didapatkan selama pengkajian serta saran dalam
BAB 2
PEMBAHASAN
2.1 Tinjauan Pustaka
2.1.1 Konsep Pembangunan dan Pengembangan Wilayah
A. Pengertian Pengembangan Wilayah
Pengembangan wilayah (Regional Development) adalah upaya Untuk memacu
perkembangan sosial ekonomi,mengurangi kesenjangan wilayah dan menjaga kelestarian
lingkungan hidup.
B. Konsep Pengembangan Wilayah
Perwilayahan dilihat dari atas adalah membagi suatu wilayah yang luas,misalnya
wilayah suatu Negara ke dalam beberapa wilayah yang lebih kecil. Perwilayahan
mengelompokkan beberapa wilayah kecil dalam satu kesatuan. Suatu perwilayahan dapat
diklasifikasikan berdasarkan tujuan pembentukan wilayah itu sendiri. Dasar dari
perwilayahan dapat dibedakan sebagai berikut :
Berdasarkan wilayah administrasi pemerintahan, di Indonesia dikenal wilayah kekuasaan pemerintahan seperti promosi, Kabupaten / Kota,Kecamatan, Desa /
Kelurahan dan Dusun / Lingkungan.
Berdasarkan kesamaan kondisi,yang paling umum adalah kesamaan kondisi fisik. Berdasarkan ruang lingkup pengaruh ekonomi. Perlu ditetapkan terlebih dahulu
beberapa pusat pertumbuhan yang kira-kira sama besarnya,kemudian ditetapkan
batas-batas pengaruh dari setiap pusat pertumbuhan.
Berdasarkan wilayah perencaan/program. Dalam hal ini,ditetapkan batas-batas wilayah ataupun daerah-daerah yang terkena suatu program atau proyek dimana
wilayah tersebut termasuk kedalam suatu perencanaan untuk tujuan khusus.
Dalam mengembangkan suatu wilayah,ada 2 faktor yang menyebabkan wilayah
tersebut bisa berkembang,yaitu :
Faktor Eksternal : Fakor Eksternal dari glonalisasi ekonomi dan kerjasama ekonomi antarnegara,faktor eksternal ini membutuhkan ruang dan prasarana
wilayah untuk dapat memanfaatkan lahan yang terbatas agar dapat berkembang
dengan baik
C. Perencanaan Pengembangan Wilayah dan Peranannya
Perkembangan wilayah berkenaan dengan dimensi spasial (ruang) dari kegiatan
pembangunan. Didasari pemikiran bahwa kegiatan ekonomi terdistribusi dalam ruang
yang tidak homogen, oleh karena lokasi memiliki potensi dan nilai relatif terhadap lokasi
lainnya, maka kegiatan yang bertujuan ekonomi maupun sosial akan tersebar sesuai
dengan potensi dan relatif lokasi yang mendukungnya (Luthfi, 1994).
Begitu pula kesejahteraan penduduk akan tergantung pada sumber daya dan
aksebilitasnya terhadap suatu lokasi, dimana ekonomi terikat (Richardson, 1981 : 270).
Usaha-usaha untuk mengaitkan kegiatan ekonomi, sektor ekonomi, sektor industri dengan
sektor pertanian, atau pengkaitan beberapa jenis industri akan sulit tercapai tanpa
memperhatikan aspek ruang, karena masing-masing terpisah oleh jarak geografis. Oleh
karena itu, arti pembangunan juga perlu diberi perspektif baru sebagai upaya
pengorganiasaian ruang (luthfie, 1994). Untuk tujuan ini maka pendekatan pengembangan
wilayah yang menyangkut aspek tata ruang mendapatkan peranannya.
Pendekatan melalui pengembangan wilayah ini mempunyai beberapa
keuntungan. Pertama, akan didasari pengenalan-pengenalan yang lebih baik atas penduduk
dan budaya pada berbagai wilayah, serta pengenalan atas potensi unit daerah. Sehingga
untuk memudahkan pembangunan daerah yang sesuai dengan potensi, kapasitas serta
problem khusus daerah tersebut. Dengan pengembangan wilayah ini dapat diharapkan
kemungkinan lebih baik untuk memperbaiki keseimbangan sosial ekonomi antar wilayah
(Friedmann, 1979 : 38).
Alasan politis diterapkannya perencanaan pengembangan wilayah antara lain
adalah bahwa pembangunan nasional yang terlalu bersifat sektoral dan tidak
mempertimbangkan faktor-faktor lokasi, atau bagaiman penjalaran pertumbuhan tersebut
dalam ruang ekonomi. Tindakan mengabaikan dimensi tata ruang, ditambah dengan hanya
menekankan pemikiran jangka pendek, akan memberikan kontribusi terhadap semakin
tajamnya kesenjangan antarwilayah (Miller, 1989 : 8)
Pengembangan wilayah merupakan perangkat yang melengkapi dan diarahkan
untuk mengembangkan daerah dan menyerasikan laju pertumbuhan antar daerah, antar
Timur Indonesia, daerah terpencil, daerah minus, daerah kritis, daerah perbatasan, dan
daerah terbelakang lainnya, yang disesuaikan dengan tujuan, prinsip dan pendekatannya
dalam pengembangan wilayah juga tidak terlepas dari tujuan dn prinsip pembangunan
nasional.
Hal ini berarti setiap kegiatan pembangunan di daerah harus mempertimbangkan
kondisi dan situasi regional (aspek kewilayahan) disamping pertimbangan-pertimbangan
yang bersifat sektoral. Kebijaksanaan pembangunan regional di Indonesia paling tidak
mempunyai empat tujuan utama (Tojiman S, 1981) yaitu :
1. Meningkatkan keseimbangan dan keserasian antara pembangunan antar sektoral dan
pembangunan regional, dengan meletakkan berbagai pembangunan sektoral pada
wilayah-wilayah tertentu sesuai dengan potensi dan prioritasnya.
2. Meningkatkan keseimbangan dan keharmonisan serta pemerataan pertumbuhan
antar wilayah.
3. Meningkatkan partisipasi masyarakat lokal dalam pembangunan.
4. Meningkatkan keserasian hubungan antar pusat-pusat wilayah dengan hinterlandnya
dan antar kota dan desa.
Pada dua dasawarsa terakhir, perencanaan regional Indonesia semakin
menunjukan aura respectability (pancaran kehormatan), seiring semakin kompleksnya
tantangan dan masalah pembangunan dan adanya keyakinan bahwa pendekatan
kewilayahan merupan jawaban yang paling tepat untuk mengatasi ketimpanagn hasil-hasil
pelaksanaan pembangunan, khususnya ketimpangan antar wilayah. Dengan demikian
pembangunan regional diharapkan dapat muncul sebagai salah satu alternatif paradigma
pembangunan yang berfungsi sebagai balance terhadap penerapan pola kebijaksanaan
pertumbuhan ekonomi yang dianut oleh para pemegang kebijaksanaan ekonomi orde baru.
D. Pembangunan dan Pengembangan Wilayah Terpadu
Pembangunan Wilayah Terpadu (PWT) adalah pembangunan terhadap suatu
kawasan terpilih berdasarkan perencanaan, pengendalian, dan evaluasi program
pembangunan secara terpadu dengan memperhatikan kondisi dan potensi serta
pemanfaatan ruang sesuai dengan kewenangan pemerintah daerah. Perencanaan PWT
merupakan kegiatan dalam penyusunan, pelaksanaan, pengendalian, dan evaluasi program
pembangunan kawasan strategis dan kawasan yang mendukung kawasan strategis provinsi
pengintegrasian kebijakan PWT dengan dokumen rencana pembangunan daerah telah
sesuai dengan peraturan perundangan. Sedangkan evaluasi PWT adalah upaya untuk
menjamin bahwa hasil capaian pelaksanaan indikator kinerja PWT sesuai dengan yang
telah direncanakan.
Pembangunan wilayah terpadu juga merupakan kebijakan untuk mendorong
pemerintah daerah dalam melaksanakan pembangunan daerah melalui pendekatan
kewilayahan. Kebijakan ini dibutuhkan agar pembangunan daerah dapat dilaksanakan
secara efisien dan efektif dalam pemanfaatan sumber daya dan sumber dana pembangunan
di daerah dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat.Prinsip PWT melalui program
kewilayahan meliputi:
a. Merupakan satu kesatuan dengan rencana pembangunan daerah;
b. Keterpaduan program, kegiatan, waktu pelaksanaan, lokasi, dan pendanaan
pembangunan wilayah antara Pemerintah dengan pemerintah daerah atau antar
pemerintah daerah, berdasarkan kewenangannya;
c. Dilakukan pemerintah daerah bersama para pemangku kepentingan berdasarkan
peran dan kewenangan masing-masing; dan
d. Dilaksanakan berdasarkan kondisi dan potensi yang dimiliki masing-masing
wilayah, serta sesuai dinamika perkembangan daerah dan nasional.
PWT melalui program kewilayahan dilaksanakan secara:
a. Transparan yaitu membuka diri terhadap hak masyarakat untuk memperoleh
informasi yang benar, jujur, dan tidak diskriminatif dengan tetap memperhatikan
perlindungan atas hak asasi pribadi, golongan, dan rahasia negara
b. Responsif yaitu dapat mengantisipasi berbagai potensi, masalah dan perubahan yang
terjadi di daerah
c. Efisien yaitu merupakan pencapaian keluaran tertentu dengan masukan terendah
atau masukan terendah dengan keluaran maksimal
d. Efektif yaitu merupakan kemampuan mencapai target dengan sumber daya yang
dimiliki, dengan cara atau proses yang paling optimal.
e. Partisipatif yaitu merupakan hak masyarakat untuk terlibat dalam setiap proses
penyusunan, pelaksanaan, pengendalian, dan evaluasi hasil rencana pembangunan
daerah, baik dalam bentuk pemikiran, tenaga, maupun material
f. Berwawasan lingkungan yaitu untuk mewujudkan kehidupan adil dan makmur tanpa
harus menimbulkan kerusakan lingkungan yang berkelanjutan dalam
E. Pengembangan Kawasan Strategis
Kawasan strategis kota adalah kawasan yang penataan ruangnya diprioritaskan
karena mempunyai pengaruh sangat penting dalam lingkup kota terhadap ekonomi, sosial,
budaya, dan lingkungan serta pendayagunaan sumber daya alam dan teknologi
Kawasan strategis merupakan penataan ruangnya diprioritaskan karena mempunyai
pengaruh sangat penting terhadap perkembangan kawasan makro Kota Pasuruan baik dari
segi ekonomi, sosial, budaya dan/atau lingkungan. Selain itu, kawasan strategis juga akan
berpengaruh terhadap tata ruang di wilayah sekitarnya, kegiatan lain di bidang yang
sejenis dan kegiatan di bidang lainnya serta peningkatan kesejahteraan masyarakat.
Kawasan strategis kota berfungsi :
Mengembangkan, melestarikan, melindungi dan/atau mengkoordinasikan keterpaduan pembangunan nilai strategis kawasan yang bersangkutan dalam mendukung penataan
ruang wilayah kota
Sebagai alokasi ruang untuk berbagai kegiatan pertumbuhan ekonomi, sosial dan budaya, serta fungsi dan daya dukung lingkungan hidup dalam wilayah kota yang
dinilai mempunyai pengaruh sangat penting terhadap wilayah kota yang bersangkutan Sebagai pertimbangan dalam penyusunan indikasi program utama RTRW
Sebagai dasar penyusunan rencana rinci tata ruang wilayah kota.
Kawasan strategis merupakan kawasan yang di dalamnya berlangsung kegiatan
yang mempunyai pengaruh besar terhadap tata ruang di wilayah sekitarnya, kegiatan lain
di bidang yang sejenis dan kegiatan di bidang lainnya, dan peningkatan Kesejahteraan
masyarakat. Kawasan Strategis yang memungkinkan pada wilayah kota meliputi aspek
ekonomi, aspek sosial budaya, aspek pendayagunaan lingkungan hidup, dan kawasan yang
mendukung kawasan strategis propinsi. Adapun kriteria dari kawasan strategis tersebut
antara lain :
1. Kawasan Strategis Dari Sudut Kepentingan Aspek Ekonomi Memiliki potensi ekonomi cepat tumbuh
Memiliki sektor unggulan yang dapat menggerakkan pertumbuhan ekonomi Memiliki potensi ekspor
Didukung jaringan prasarana dan fasilitas penunjang kegiatan ekonomi
Berfungsi untuk mempertahankan tingkat produksi sumber energi dalam rangka mewujudkan ketahanan energi nasional
Ditetapkan untuk mempercepat pertumbuhan kawasan tertinggal 2. Kawasan Strategis Dari Sudut Kepentingan Aspek Sosial budaya
Merupakan tempat pelestarian dan pengembangan adat istiadat atau budaya Merupakan prioritas peningkatan kualitas sosial dan budaya
Merupakan aset nasional atau internasional yang harus dilindungi dan dilestarikan Merupakan tempat perlindungan peninggalan budaya
Memberikan perlindungan terhadap keanekaragaman budaya Memiliki potensi kerawanan terhadap konflik sosial
3. Kawasan yang memiliki nilai strategis dari sudut kepentingan fungsi dan daya dukung
lingkungan hidup seperti
Tempat perlindungan keanekaragaman hayati;
kawasan lindung yang ditetapkan bagi perlindungan ekosistem, flora dan fauna yang hampir punah atau diperkirakan akan punah yang harus dilindungi
Kawasan yang memberikan perlindungan keseimbangan tata guna air yang setiap tahun berpeluang menimbulkan kerugian
Kawasan yang memberikan perlindungan terhadap keseimbangan iklim makro Kawasan yang menuntut prioritas tinggi untuk peningkatan kualitas lingkungan
hidup
F. Pembangunan Berkelanjutan
Awal munculnya konsep pembangunan berkelanjutan disebabkan oleh perhatian
yang besar kepada lingkungan. Terutama sumber daya alam yang tidak bisa diperbaharui,
karena di sisi lain eksploitasi terhadapnya dilakukan secara terus menerus. Semua ini agar
tidak mengurangi dan mengorbankan kebutuhan generasi yang akan datang. Sehingga
pembangunan yang dilakukan di masa sekarang itu jangan sampai merusak lingkungan,
boros terhadap SDA, dan juga memperhatikan generasi yang akan datang. Generasi yang
akan datang juga jangan terlalu dimanjakan dengan tersedianya semua fasilitas. Tetapi
mereka juga harus diberi kesempatan untuk berekspresi menuangkan ide kreatifnya untuk
mengolah dan mengembangkan alam dan pembangunan.
Selain itu, pembangunan berkelanjutan bermula dari permasalahan lingkungan
yang diangkat Komisi Brundtland (Word Commision on Environmental and Development)
memperhatikan faktor lingkungan. Emil Salim mengatakan bahwa saat ini, hampir semua
negara mengimplementasikan pola pembangunan konvensional yang mengikuti satu garis
linier paham ekonomi yang terfokus pada pertumbuhan output sebagai fungsi faktor
produksi, yang terdiri atas sumberdaya alam, tenaga kerja, modal, keterampilan dan
teknologi (Aziz J. dkk., 2010: 21-29).
Pembangunan konvensional telah berhasil meningkatkan pertumbuhan ekonomi,
tetapi gagal dalam aspek sosial dan lingkungan. Hal ini terjadi karena pembangunan
konvensional meletakkan pembangunan ekonomi pada pusat persoalan pertumbuhan dan
menempatkan faktor sosial dan lingkungan pada posisi yang kurang penting. Model
pembangunan konvensional tidak dapat diterima lagi, karena menyebabkan ketimpangan
yang lebih besar pada distribusi pendapatan antar negara maupun didalam negara. Kondisi
ini menunjukkan perlunya model pembangunan berkelanjutan, yang dapat menghasilkan
keberlanjutan dari sisi ekonomi, sosial dan lingkungan secara bersamaan dalam tiga jalur
pertumbuhan yang terus bergerak maju seperti gambar di bawah ini.
Gambar 2.1 Keterkaitan dalam Pembangunan Berkelanjutan
Matriks di atas menjelaskan bahwa pengentasan kemiskinan memiliki dampak
ekonomi pada pembangunan sosial dan lingkungan yang harus dipertimbangkan.
Demikian pula upaya mencapai perbaikan indeks pembangunan manusia (IPM) akan
mempengaruhi aspek ekonomi dan lingkungan. Dalam pembangunan berkelanjutan,
bentuk keterkaitan ini dan segala dampaknya harus dipertimbangkan. Melalui penelusuran
keterkaitan di antara berbagai dampak tersebut, maka akan menyatukan ketiga proses
ekonomi, sosial, dan lingkungan dalam satu kesatuan demi mencapai pembangunan
berkelanjutan.
Pembangunan berkelanjutan membutuhkan perubahan fundamental dari paradigma
pembangunan konvensional yaitu pertama, pembangunan berkelanjutan mengubah
perspektif jangka pendek menjadi jangka panjang; kedua, pembangunan berkelanjutan
memperlemah posisi dominan aspek ekonomi dan menempatkannya yang sama dengan
daya seefisien mungkin; keempat, pasar telah gagal menangkap sinyal sosial dan
lingkungan tidak diperhitungkan dalam harga pasar; kelima, pemerintah harus bisa
mengoreksi kegagalan pasar melalui kebijakan yang tepat, hal ini memerlukan komitmen
pemerintah secara penuh dalam melayani kepentingan masyarakat dan lingkungan.
Terdapat tiga domain dalam pembangunan yaitu: domain ekonomi, domain sosial,
dan domain ekologi (Hikmat, 2000:1). Himpunan bagian yang saling beririsan antara
domain tersebut. menghasilkan tiga paradigma pembangunan, yaitu (1) pembangunan
sosial (sosial development); (2) pembangunan berwawasan lingkungan (environmental
development); dan (3) pembangunan yang berpusatkan pada rakyat (people centered
development). Integrasi antara ketiga bagian disebut paradigma pembangunan
berkelanjutan (sustainable development) seperti yang disajikan pada gambar berikut ini:
Gambar 2.2 Hubungan Antar Paradigma Pembangunan
Konsep keberlanjutan merupakan konsep yang sederhana namun kompleks,
sehingga pengertian keberlanjutanpun sangat multidimensi dan multi-interpretasi. Haris
(dalam Fauzi. 2004: 7) melihat bahwa konsep keberlajutan dapat diperinci menjadi tiga
aspek pemahaman: 1) keberlajutan ekonomi yang diartikan sebagai pembangunan yang
mampu menghasilkan barang dan jasa secara kontinu untuk memelihara keberlajutan
pemerintahan dan menghindari terjadinya ketidak-seimbangan sektoral yang dapat
merusak produksi pertanian dan industri; 2) keberlajutan lingkungan yaitu sistem
keberlanjutan lingkungan yang harus mampu memelihara sumber daya yang stabil,
menghindari eksploitasi sumber daya alam, dan fungsi penyerapan lingkungan. Konsep ini
juga menyangkut pemeliharaan keanekaraman hayati, stabilitas ruang udara, dan fungsi
ekosistem lainnya yang tidak termasuk kategori sumber-sumber ekonomi; 3).
mencapai kesetaraan, penyediaan layanan sosial termasuk kesehatan, pendidikan, gender,
dan akuntabilitas politik.
Berdasarkan konsep pembangunan berkelanjutan tersebut, indikator pembangunan
berkelanjutan tidak akan terlepas dari aspek ekonomi, lingkungan, sosial, budaya dan
politik. Beberapa indikator yang menjadi syarat pembangunan berkelanjutan diantaranya
adalah sebagai berikut.
Gambar 2.3 Indikator/Persyaratan Pembangunan Berkelanjutan
Djajadiningrat (2005:32-45), menyatakan bahwa dalam pembangunan yang
berkelanjutan terdapat aspek keberlanjutan yang perlu diperhatikan sebagai berikut.
1. Keberlanjutan Ekologis : Keberlanjutan ekologis mengacu pada pemeliharaan
tatanan lingkungan hidup di bumi agar dapat terus terjaga kelestariannya. Tiga aspek
yang harus diperhatikan untuk memelihara integritas tatanan lingkungan yaitu; daya
dukung, daya asimilatif dan keberlanjutan pemanfaatan sumberdaya terpulihkan.
Pengelolaan pembangunan yang berwawasan lingkungan merupakan hal penting
untuk keberlanjutan ekosistem. Hal ini dapat dilaksanakan melalui: pencegahan
pencemaran lingkungan, rehabilitasi, dan pemulihan ekosistem dansumberdaya alam
yang rusak, meningkatkan kapasitas produksi dari ekosistem alam dan binaan
manusia.
2. Keberlanjutan Ekonomi : Keberlanjutan ekonomi makro menjamin kemajuan
ekonomi secara berkelanjutan dan mendorong efisiensi ekonomi melalui reformasi
struktural dan nasional. Tiga elemen utama untuk keberlanjutan ekonomi makro
yaitu efisiensi ekonomi, kesejahteraan ekonomi yang berkesinambungan, dan
meningkatkan pemerataan dan distribusi kemakmuran. Hal tersebut di atas dapat
nilai tukar, reformasi kelembagaan, kekuatan pasar yang tepat guna, ukuran sosial
untuk pengembangan sumberdaya manusia dan peningkatan distribusi pendapatan
dan aset.
3. Keberlanjutan Sosial Budaya : Keberlanjutan sosial dan budaya mempunyai empat
sasaran yaitu:
a. Stabilitas penduduk yang pelaksanaannya mensyaratkan komitmen politik
yang kuat, kesadaran dan partisipasi masyarakat, memperkuat peranan dan
status wanita, meningkatkan kualitas, efektivitas dan lingkungan keluarga.
b. Memenuhi kebutuhan dasar manusia, dengan memerangi kemiskinan dan
mengurangi kemiskinan absolut. Keberlanjutan pembangunan tidak mungkin
tercapai bila terjadi kesenjangan pada distribusi kemakmuran atau adanya
kelas sosial. Halangan terhadap keberlajutan sosial harus dihilangkan dengan
pemenuhan kebutuhan dasar manusia. Kelas sosial yang dihilangkan
dimungkinkannya untuk mendapat akses pendidikan yang merata, pemerataan
pemulihan lahan dan peningkatan peran wanita.
c. Mempertahankan keanekaragaman budaya, dengan mengakui dan menghargai
sistem sosial dan kebudayaan seluruh bangsa, dan dengan memahami dan
menggunakan pengetahuan tradisional demi manfaat masyarakat dan
pembangunan ekonomi. Mendorong pertisipasi masyarakat lokal dalam
pengambilan keputusan.
4. Keberlanjutan Politik : Keberlanjutan politik diarahkan pada respek pada human
right, kebebasan individu dan sosial untuk berpartisipasi dibidang ekonomi, sosial
dan politik, demokrasi yang dilaksanakan perlu memperhatikan proses demokrasi
yang transparan dan bertanggungjawab, kepastian kesedian pangan, air, dan
pemukiman.
5. Keberlanjutan pertahanan dan keamanan : Keberlanjutan pertahanan dan keamanan
yaitu bagaimana cara menghadapi dan mengatasi ancaman dari luar maupun dalam
yang dapat membahayakan identitas, integritas negara dan bangsa.Adapun prinsip
dasar dari pembangunan berkelanjutan meliputi, antara lain:
Pertama, pemerataan dan keadilan sosial. Dalam hal ini pembangunan berkelanjutan harus menjamin adanya pemerataan untuk generasi sekarang dan
yang akan datang, berupa pemerataan distribusi sumber lahan, faktor produksi
dan ekonomi yang berkeseimbangan (adil), berupa kesejahteran semua lapisan
Kedua, menghargai keaneragaman (diversity). Perlu dijaga berupa keanekaragaman hayati dan keanekaragaman budaya. Keanekaragaman hayati
adalah prasyarat untuk memastikan bahwa sumber daya alam selalu tersedia
secara berkelanjutan untuk masa kini dan yang akan datang. Pemeliharaan
keanekaragaman budaya akan mendorong perlakuan merata terhadap setiap
orang dan membuat pengetahuan terhadap tradisi berbagai masyarakat dapat
lebih dimengerti oleh masyarakat.
Ketiga, menggunakan pendekatan integratif. Pembangunan berkelanjutan mengutamakan keterkaitan antara manusia dengan alam. Manusia
mempengaruhi alam dengan cara manfaatkan dan merusak. Karena itu,
pemanfaatan harus didasarkan pada pemahaman akan kompleksnya
keterkaitan antara sistem alam dan sistem sosial dengan cara-cara yang lebih
integratif dalam pelaksanaan pembangunan.
Keempat, perspektif jangka panjang, dalam hal ini pembangunan berkelanjutan seringkali diabaikan, karena masyarakat cenderung menilai
masa kini lebih utama dari masa akan datang. Karena itu persepsi semacam itu
perlu diubah.
2.1.2 Konsep Pembangunan dan Pengelolaan Infrastruktur Secara Terpadu dan
Berkelanjutan
Sistem infrastruktur merupakan pendukung utama fungsi-fungsi sistem sosial dan sistem
ekonomi dalam kehidupan sehari-hari masyarakat. Sistem infrastruktur dapat didefenisikan
sebagai fasilitas-fasilitas atau struktur-struktur dasar, peralatan-peralatan, instalasi-instalasi
yang dibangun dan dibutuhkan untuk berfungsinya sistem sosial dan sistem ekonomi
masyarakat (Grigg, 2000). Definisi teknik juga memberikan spesifikasi apa yang dilakukan
sistem infrastruktur dan mengatakan bahwa infrastruktur adalah aset fisik yang dirancang
dalam sistem sehingga memberikan pelayanan publik yang penting. Secara lebih spesifik
Gambar 2.4 Peran Infrastruktur (Grigg 1988; Grigg dan Fontane, 2000)
Banyak studi menunjukkan bahwa infrastruktur mempunyai pengaruh yang sangat besar
terhadap kinerja perekonomian. Secara umum paling tidak terdapat 3 dimensi relasi antara
ekonomi dan infrastruktur yaitu: (a) infrastruktur merupakan enablers yang memungkinkan
terjadinya berbagai kegiatan ekonomi, seperti halnya keberadaan jalan, jembatan, listrik dan
telepon yang mendasari terciptanya transaksi dalam perekonomian; (b) infrastruktur juga
merupakan input produksi, seperti halnya penggunaan listrik untuk proses produksi di semua
industri; (c) akses terhadap infrastruktur menentukan tingkat kesejahteraan masyarakat,
dalam hal ini misalnya peran air minum dan sanitasi yang baik, layanan transportasi dan
listrik yang merupakan kebutuhan dasar masyarakat modern. Di sisi lain kinerja layanan
infrastruktur sangat dipengaruhi oleh perkembangan ekonomi. Ekonomi yang semakin baik
lebih berpotensi untuk menciptakan kinerja layanan infrastruktur yang semakin baik pula.
Seperti yang telah disebutkan bahwa sistem infrastruktur menjadi pendukung utama
dalam sistem sosial dan sistem ekonominya oleh karena itu setiap perancangan
masing-masing infrastruktur maupun keseluruhannya harus dilakukan dalam konteks keterpaduan
dan menyeluruh. Secara lebih spesifik oleh American Public Works Association (Stone,
1974) infrastruktur didefenisikan sebagai fasilitas-fasilitas fisik yang dikembangkan atau
dibutuhkan oleh agen-agen publik untuk fungsi-fungsi pemerintahan dalam penyediaan air,
tenaga listrik, pembuangan limbah, transportasi dan pelayanan-pelayanan similiar untuk
memfasilitasi tujuan-tujuan ekonomi dan sosial.
Sistem infrastruktur yang terdiri dari beberapa grup yaitu grup transportasi, grup
pelayanan transportasi, grup komunikasi, grup keairan, grup pengelolaan limbah, grup
bangunan, grup distribusi dan produksi energi menjadikan sistem infrastruktur menjadi begitu
kompleks. Tahapan mulai dari studi perencanaan, pembangunan dan pemanfaatan sekaligus
yang terpadu dan menyeluruh. Sistem infrastruktur merupakan proses dengan keterlibatan
berbagai aspek, interdisiplin dan multi sektoral. Salah satu tantangan utama dalam
perancangan sistem infrastruktur adalah mempertimbangkan bagaimana memberika
pengaruh pada lainnya, keterkaitan satu sama lain dan dampak-dampaknya (Grigg, 1988)
dalam satu keseimbangan yang harmoni. Bilamana perancangan terlalu global maka ini tidak
efektif, di sisi lain bila terlalu spesifik dan hanya tertuju satu sub sistem dengan misi single
purpose, hal ini juga tidak bisa sukses karena perancangannya bisa menimbulkan dampak
negatif kepada sub-sistem yang lain, bahkan dimungkinkan menjadi korban dari kekuatan
politik oposisi (Grigg, 1988).
Yang mungkin paling benar adalah perancangan yang pendekatan masalahnya pada
tingkat yang tepat (appropriate level) dari perhatian global dengan pertimbangan matang
pada dampak-dampak dan efek-efek eksternal, namun masih berkonsentrasi secara spesifik
pada persoalan utama yang dimaksud. Untuk mencapai hal tersebut perlu keterpaduan
tersistem, komitmen yang konsisten dari semua stakeholders, multi sektor dan terintegrasi.
Satu ungkapan yang sering didengar oleh perancang adalah salah satu ungkapan dari
manajer-manajer pelaksana yang mengatakan “enough of this studying, let’s get some
action”. Berikut adalah illustrasi kompleksitasnya sistem infrastruktur:
Gambar 2.4 Sistem Infrastruktur (Grigg dan Fontane, 2000 dengan modifikasi oleh
Solusi untuk infrastruktur yang ideal adalah sangat sulit bahkan mungkin tidak ada solusi
yang ideal menuntaskan semua persoalan infrastruktur (keseimbangan antara kebutuhan dan
kelestarian lingkungan). Kesulitan ini disamping akibat tindakan manusianya juga dari
alamnya itu sendiri. Pemberdayaan potensi alam dan sumber daya manusia harus dilakukan
oleh semua daerah (propinsi dan kabupaten).
Pengelolaan sistem infrastruktur yang berkelanjutan dan berwawasan lingkungan
mempunyai beberapa dimensi yang harus diintegrasikan ke semua aspek pembangunan
(Albertson, 1999):
Environmental sustainability : perlindungan lingkungan yang berkelanjutan untuk generasi mendatang
economic sustainability : setiap pengembangan viable secara ekonomi
soci-cultural sustainability : setiap inovasi harus harmoni antara pengetahuan lokal sosial dan budaya, praktek, pengetahuan (sains) dan teknologi tepat guna
political sustainability : link birokrasi (pemerintahan) dan masyarakat. Para pemimpin formal dan informal untuk suatu sektor tertentu dalam masyarakat lokal
harus mampu menjalin komunikasi dengan struktur-struktur politik dan birokrasi.
Missing link terjadi karena tidak adanya perantara (interface) teknologi tepat guna
Pengelolaan sistem infrastruktur yang kompleks dan komprehensif, bukan akibat dari
perencanaannya tapi lebih cenderung akibat dari kebutuhan (not by design but by necessity).
Kaitan aspek-aspek manajemennya meliputi koordinasi, keterlibatan, harmonisasi,
integrasi/saling berhubungan, kebutuhan untuk ilmu dan politik (Gany, 1992; Grigg, 1988 &
1996). Maka untuk suksesnya perancangan sistem infrastruktur yang bersifat menyeluruh
tahapan di bawah ini dapat dipakai sebagai salah satu acuan yang meliputi (Grigg, 1988):
1. Perencanaan menyeluruh yang komprehensif (a master linking or integrated plan)
2. Rencana induk untuk setiap pembangunan dan pengembangan sistem (masterplans
for the development of each service infrastructure system)
3. Perkiraan biaya (assesments that tie to the budgetting process)
4. Perencanan organisasi dan institusi
5. Perencanaan untuk peningkatan sistem yang ada (plans to improve operation
services)
Dalam sudut pandang tradisional, infrastruktur termasuk kedalam barang publik, dimana
Sedangkan untuk infrastruktur yang bersifat cost-recovery dan layak secara finansial
penyediaannya dapat diserahkan kepada mekanisme pasar agar lebih efisien dan kompetitif.
Peran pemerintah dalam pengembangan dan pengelolaan penyelenggaraan infrastruktur
adalah sebagai berikut:
Kewajiban dalam menyelenggarakan pelayanan infrastruktur dasar untuk memberikan akses ekonomi kepada warganya;
Memberikan pelayanan infrastruktur yang mempunyai pasar yang bersifat distortif sehingga tidak memungkinkan swasta masuk, seperti infrastruktur besar dengan
jaringan yang terintegrasi dan yang bersifat public goods; Pelayanan dan jasa terkait eksternalitas.
Teori ekonomi mengajarkan bahwa kelembagan/institusi merupakan elemen penting
yang menentukan format dinamika perekonomian. Pengertian institusi disini tidak terbatas pada pengertian organisasi/lembaga, tetapi lebih ke arah “rule of the game” termasuk
perangkat untuk menegakkannya. Institusi infrastruktur juga tak luput dari perubahan besar di
masa transisi ini. Keterbukaan pasar, demografi, otonomi, fiskal dan sebagainya, dengan
sendirinya akan mempengaruhi dinamika dan level of playing fields dalam pembangunan
infrastruktur, termasuk institusinya. Pembentukan kelembagaan infrastruktur sangat
bergantung pada peraturan perundangan di masing-masing sektor terkait. Ada 3 macam
institusi yang dibutuhkan yaitu :
Institusi pasar, yang dicirikan oleh pemisahan yang jelas antara para aktor. Institusi pasar ini masih akan mengalami perubahan mendasar karena masih terjadinya
perubahan tarif, keterbukaan dan format kompetisi serta kualitas di masing-masing
pasar.
Institusi publik, peningkatan peran pemda dalam menyediakan pelayanan infrastruktur yang lebih luas dengan tarif yang semakin terjangkau dan memberikan
keuntungan kepada penyelenggara.
Institusi investasi, tidak diperlukan anggaran pemerintah dalam investasi infrastruktur yang pasarnya kompetitif dan sudah berfungsi sebagai private goods.
So let the private do the job dan pemerintah hanya berkewajiban menyediakan iklim
dan regulasi yang kondusif, kepastian hukum bagi investasi swasta nasional dan
asing, serta kontrol terhadap fungsi sosial infrastruktur bagi rakyat tidak mampu.
infrastruktur yang akan meningkatkan jaringan infrastruktur dan akses masyarakat
terhadap layanan infrastruktur.
Sedangkan dari sisi pembiayaan infrastruktur, pemerintah memiliki keterbatasan dalam
pembiayaan pembangunan infrastruktur sehingga diperlukan sumber dana lain untuk
menutupi kesenjangan pembiayaan tersebut. Maka untuk mengatasi kebutuhan pembiayaan
infrastruktur dimasa datang, ada beberapa pilihan yang dapat dilakukan antara lain:
Pembentukan lembaga keuangan infrastruktur yang mampu menyediakan dana dan memberikan penjaminan;
Pembentukan lembaga public-private participation yang berfungsi untuk memfasilitasi hubungan antar pelaku yang berkepentingan;
Melanjutkan upaya privatisasi dengan tujuan yang lebih diperjelas.
2.2. Tinjauan Kebijakan
2.2.1. Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Pasuruan
Berdasarkan RTRW Kota Pasuruan tahun 2011-2031, kebijakan penataan ruang Kota
Pasuruan merupakan arah tindakan yang ditetapkan untuk mencapai tujuan penataan ruang
Kota Pasuruan. Sedangkan strategi penataan ruang Kota Pasuruan adalah penjabaran
kebijakan penataan ruang kota ke dalam langkah-langkah operasional untuk mencapai tujuan
yang ditetapkan. Berdasarkan tujuan penataan ruang Kota Pasuruan, maka kebijakan
penataan ruang wilayah Kota Pasuruan untuk mencapai tujuan adalah sebagai berikut:
Tabel 2.1 Kebijakan dan Strategi Pengembangan Wilayah Kota Pasuruan
No. Kebijakan Pengembangan Strategi Pengembangan
1 Pengembangan sistem pusat pelayanan yang terintegrasi dan berhirarki dalam mendukung peran industri, perdagangan dan jasa.
Mengembangkan kawasan pusat pelayanan, sub pusat pelayanan, dan pusat lingkungan kota yang saling terintegrasi dan melengkapi;
Menetapkan Pusat Pelayanan Kota sebagai pusat perdagangan jasa dan pusat perkantoran dengan kegiatan skala regional;
Membagi wilayah Kota Pasuruan menjadi 4 (empat) sub pusat pelayanan kota yang masing masing melayani satu Wilayah Pengembangan (WP).
2 Pengembangan dan peningkatan pelayanan prasarana wilayah dalam mendukung
perekonomian kota secara terpadu dan berkelanjutan.
Meningkatkan aksesibilitas kota terhadap wilayah sekitarnya;
Mendukung fungsi jalan arteri primer dengan melalui pengembangan arteri sekunder, kolektor primer dan kolektor sekunder;
Mengembangkan Terminal;
No. Kebijakan Pengembangan Strategi Pengembangan
Mendukung peran pelabuhan sebagai salah satu prasarana transportasi dan infrastruktur pendorong pengembangan perekonomian;
Mengembangkan distribusi jaringan energi dan pelayanan ke seluruh wilayah Kota;
Meningkatkan jangkauan pelayanan telekomunikasi ke seluruh wilayah Kota untuk mendukung
pengembangan perdagangan dan jasa;
Mengembangkan dan meningkatkan pelayanan prasarana sumber daya air ke seluruh wilayah kota; Meningkatkan penyediaan dan persebaran
infrastruktur perkotaan ke seluruh wilayah kota; Meningkatkan penyediaan prasarana dan sarana jalan
pejalan kaki pada kawasan fungsional kota termasuk penyediaan jalur pejalan kaki bagi penyandang cacat; Meningkatkan penyediaan jalur evakuasi bencana
pada lokasi permukiman padat, kawasan perdagangan, dan kawasan industri serta menyediakan ruang dan gedung-gedung pemerintah sebagai titik pengumpulan pengungsi.
Mengendalikan perkembangan kawasan di daerah hulu kota;
Meningkatkan sistem pengolahan persampahan yang ramah lingkungan;
Mengembangkan sistem prasarana drainase terpadu; Pembatasan dan pelarangan alih fungsi jalur pejalan
kaki untuk pusat kota;
3 Pelestarian kawasan lindung untuk meningkatkan kualitas sumberdaya alam dan sumberdaya buatan, serta menunjang perkembangan pariwisata.
Melestarikan, memantapkan fungsi, dan nilai manfaat kawasan hutan kota;
Mempertahankan dan meningkatkan fungsi kawasan perlindungan bawahan yaitu dengan
Menetapkan sumur resapan sebagai bagian dari perijinan dalam pembangunan kawasan terutama di kawasan permukiman;
Melindungi dan melestarikan kawasan lindung setempat;
Mempertahankan dan meningkatkan luasan penyediaan ruang terbuka hijau.
4 Pemantapan peran kawasan industri, perdagangan dan jasa dengan tetap menghargai kearifan lokal dan menjaga kelestarian lingkungan.
Mengembangan perumahan vertikal pada perumahan dengan kepadatan tinggi serta rehabilitasi dan revitalisasi pemukiman kumuh yang tersebar di seluruh kota;
Menata dan mengembangkan kawasan perdagangan dan jasa secara merata diseluruh wilayah kota sesuai dengan fungsi pelayanan kawasan;
Mengembangkan potensi industri rumah tangga (home industry) dan industri kecil dalam rangka
meningkatkan perekonomian masyarakat;
Mendorong peran pariwisata kota menjadi salah satu tujuan wisata di Jawa Timur;
No. Kebijakan Pengembangan Strategi Pengembangan
Menata dan mengendalikan sektor informal untuk menjaga estetika wajah kota.
Mengembangkan jalur evakuasi bencana dan titik pengumpulan pengungsi serta menetapkan langkah-langkah pencegahan terhadap bencana banjir di Kota Pasuruan;
Mengembangkan dan menetapkan kawasan perikanan yang berkelanjutan;
Menetapkan dan meningkatkan kawasan yang beririgasi teknis dan lahan pertanian berkelanjutan;
5 Penataan pada kawasan yang ditetapkan sebagai kawasan strategis untuk peningkatan taraf hidup masyarakat dari sisi ekonomi, sosial budaya dan lingkungan hidup
Menetapkan kawasan pusat kota sebagai kawasan bisnis dengan kegiatan utama perdagangan jasa berskala regional;
Meningkatkan pelayanan prasarana dan sarana penunjang kegiatan di kawasan strategis kota; Menata kawasan utara sebagai kawasan strategis
terpadu yang dikembangkan dalam rangka mendorong kegiatan ekonomi lokal, mendorong masuknya
investasi sekaligus sebagai perlindungan terhadap lingkungan hidup di sepanjang pantai utara dengan menerapkan konsep waterfrontzone (kawasan yang menghadap ke pantai utara).
6 Peningkatan fungsi kawasan untuk pertahanan dan keamanan negara
Mengembangkan budidaya secara selektif di dalam dan di sekitar kawasan untuk menjaga fungsi pertahanan dan keamanan;
Mengembangkan kawasan lindung dan/atau kawasan budi daya tidak terbangun di sekitar kawasan
pertahanan dan keamanan negara sebagai zona penyangga; dan
Memelihara dan menjaga aset-aset pertahanan dan keamanan.
Sumber : RTRW Kota Pasuruan Tahun 2011-2031
Sedangkan untuk kebijakan kawasan strategis kota didefenisikan sebagai kawasan
yang penataan ruangnya diprioritaskan karena mempunyai pengaruh sangat penting dalam
pengembangan wilayah kota lingkup ekonomi, sosial, budaya, dan/atau lingkungan, serta
pendayagunaan sumber daya alam dan teknologi . Strategi untuk melaksanakan penataan
pada kawasan yang ditetapkan sebagai kawasan strategis untuk peningkatan taraf hidup
masyarakat dari sisi ekonomi, sosial budaya dan lingkungan hidup adalah sebagai berikut:
a. Menetapkan kawasan pusat kota sebagai kawasan bisnis dengan kegiatan utama
perdagangan jasa berskala regional.
b. Meningkatkan pelayanan prasarana dan sarana penunjang kegiatan di kawasan strategis
kota.
c. Menata kawasan utara sebagai kawasan strategis terpadu yang dikembangkan dalam
sebagai perlindungan terhadap lingkungan hidup di sepanjang pantai utara dengan
menerapkan konsep waterfront zone (kawasan yang menghadap ke pantai utara).
Rencana pengembangan kawasan strategis di Kota Pasuruan terdiri dari 2 jenis
kawasan strategis yaitu kawasan kawasan strategis dari sudut pandang aset ekonomi dan
kawasan strategis dari sudut pandang sosial budaya, yaitu sebagai berikut:
a. Kawasan strategis dari sudut kepentingan ekonomi yang dikembangkan di Kota
Pasuruan merupakan Kawasan Strategis Ekonomi Terpadu yang dikembangkan di
wilayah utara yang meliputi Kelurahan Ngemplakrejo, Tambaan, Panggungrejo,
Mayangan dan Trajeng.
b. Kawasan strategis aspek sosial budaya yang ada di Kota Pasuruan saat ini merupakan
kawasan peninggalan sejarah, cagar budaya dan tempat sosialiasi keagamaaan.
2.2.2. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah
Dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Pasuruan Tahun 2014
memiliki beberapa kawasan yang dapat dikembangkan sebagai kawasan strategis di Kota
Pasuruan meliputi:
1. Kawasan strategis berdasarkan kawasan strategis provinsi meliputi pengembangan jalan
tol Gempol-Rejoso yang melewati Kelurahan Sekargadung, Tembokrejo, Wirogunan
dan Pohjentrek dengan akses interchange di Kelurahan Pohjentrek
2. Kawasan strategis berdasarkan aspek ekonomi dan pengembangannya yang meliputi
kawasan perdagangan dan jasa daerah sekitar pusat kota sebagai kawasan perdagangan
dan jasa. Serta kawasan industri yaitu daerah sekitar Bukir sebagai kawasan industri
3. Kawasan strategis berdasarkan aspek lingkungan meliputi kawasan pelestarian alam,
sempadan pantai, kawasan bakau dan sempadan sungai
4. Kawasan strategis berdasarkan aspek sosial budaya meliputi kawasan cagar budaya,
2.3. Analisa Situasi
2.3.1. Gambaran Umum Wilayah
A. Batas Administrasi dan Geografis
Wilayah administrasi Kota Pasuruan terdiri dari 4 kecamatan yaitu Kecamatan
Purworejo, Kecamatan Gadingrejo, Kecamatan Bugul Kidul dan Kecamatan Panggungrejo.
Kecamatan Purworejo terdiri dari 7 kelurahan, Kecamatan Gadingrejo dengan 8 Kelurahan,
Kecamatan Bugul kidul terdiri dari 6 kelurahan dan Kecamatan Panggungrejo sebanyak 13
Kelurahan. Kota Pasuruan memiliki luas wilayah 35,29 km2 dengan batas administrasi
sebagai berikut:
Sebelah Utara : Selat Madura
Sebelah Selatan : Kecamatan Pohjentrek, Kabupaten Pasuruan
Sebelah Barat : Kecamatan Kraton, Kabupaten Pasuruan
SebelahTimur : Kecamatan Rejoso, Kabupaten Pasuruan
Kota Pasuruan terletak antara 112045’ – 112055’ Bujur Timur dan 7035’ – 7045’ Lintang Selatan. Wilayah ini merupakan dataran rendah dengan ketinggian rata-rata 4 meter
dari permukaan air laut berjarak sekitar 60 km di sebelah tenggara Kota Surabaya yang
merupakan ibukota Propinsi Jawa Timur.
B. Kondisi Topografi
Wilayah Kota Pasuruan berbatasan dengan garis pantai pada kawasan utara yang
memiliki topografi yang relatif datar, yaitu dengan kemiringan rata-rata di bawah 3% dan
dengan angka ketinggian rata-rata 3 meter dari permukaan air laut. Bagian wilayah kota yang
paling tinggi terletak di kawasan selatan yaitu pada wilayah Kelurahan Kebonagung dengan
ketinggian 4 meter diatas permukaan air laut. Sementara di dekat pantai cukup potensial
untuk budidaya ikan/udang di tambak. Mengingat wilayah ini mempunyai kemiringan antara
0 – 1% dan ketinggiannya mempunyai range antara 0 – 3 meter dari permukaan laut maka keberadaan sungai disamping menguntungkan juga merugikan karena pada musim
penghujan, rawan terjadi banjir terutama di wilayah bagian utara.
Kondisi kemiringan lahan datar akan menguntungkan untuk perkembangan lahan
terbangun di masa yang akan datang. Akan tetapi, hal tersebut juga sekaligus sebagai
kerugian karena pada musim penghujan akan menyebabkan daerah tersebut tergenang karena
C. Kondisi Hidrologi
Kota Pasuruan dilalui 6 sungai dengan total panjang + 26,50 km mengalir di wilayah
ini yaitu Kali Welang, Kali Gembong, Kali Petung, Kali Sodo, Kali Kepel, dan Kali Calung.
Kota Pasuruan terletak di Pantai Selat Madura, di batas barat terdapat Sungai Welang, di
tengah kota mengalir Sungai Gembong, sedangkan di timur mengalir Sungai Petung. Ketiga
sungai tersebut berfungsi sebagai drainase alam dan seluruhnya bermuara di Selat Madura.
Muara Sungai Gembong berfungsi sebagai pelabuhan sungai yang hanya dapat dilayari pada
air pasang. Ketiga sungai mempunyai daerah aliran yang sempit, sehingga sering terjadi
banjir yang besar. Setengah sampai 3 Km dari pantai, lahannya agak berawa dimaanfatkan
untuk daerah tambak yang potensial.
D. Jenis Tanah
Jenis tanah di Kota Pasuruan dibedakan menjadi 2 yaitu tanah hidromofik kelabu dan
tanah alluvial.
Tanah Hidromorfik Kelabu : Daerah penyebaran terbatas di sepanjang pantai, meliputi kurang lebih 15% luas area Kota Pasuruan. Terbentuk dari bahan induk
campuran endapan baru dari sungai dan laut, belum mempunyai perkembangan
penampang dan berwarna kelabu tua. Tektur liat, drainase sangat terhambat, dicirikan
oleh lapisan reduksi seluruh penampang. Dalam keadaan basah tanah mengembang
dan melekat, kalau kering mengkerut sehingga terjadi celah dan bersifat keras, tanah
sulit dikerjakan. Keasaman tanah netral sampai agak basis, dengan kadar hara N, P, K,
Ca dan Mg yang cukup sampai tinggi maka tidak sesuai untuk pertanian, tetapi sangat
sesuai dengan budidaya tambak dan penggaraman.
Tanah Aluvial : Kecuali tanah Hidromorfik Kelabu selebihnya terdiri dari tanah Aluvial ysng terbentuk dari bahan endapan dari sekitarnya terutama yang berasal dari
daerah sebelah selatan kota. Belum mempunyai perkembangan penampang, berwarna
kelabu tua, bertekstur liat berdu sampai liat berat. Dalam keadaan basah tanah melekat
dam berkembang, kalau kering mengkerut dan keras. Secara alami tanahnya agak
kedap udara, sehingga tata aerasinya kurang lancar, drainase pada umumnya
terhambat.Kemasan tanahnya netral, dengan PH 6,5 – 7,5. Kadar hara N rendah P2O5 sedang dan K2O tinggi sekali.
E. Kondisi Klimatologi
angin yang bertiup di Indonesia. Pada bulan juni – september arus angin berasal dari Benua Australia yang tidak banyak mengandung uap air. Hal ini mengakibatkan musim kemarau.
Sebaliknya pada bulan desember – maret arus angin banyak mengandung uap air karena berasal dari Benua Asia dan setelah melewati Samudera Pasifik dan beberapa lautan lainnya.
Pada bulan-bulan tersebut biasanya terjadi musim penghujan. Keadaan seperti ini berganti
setiap 6 bulan sekali setelah adanya masa peralihan pada bulan april – mei dan oktober – november.
Suhu udara minimum tercatat berkisar antara 200 C pada bulan agustus sampai dengan
28,40 C pada bulan oktober, sementara suhu maksimum mempunyai range antara 29,90 C – 33,90 C terjadi pada bulan yang sama. Selanjutnya selain itu pada daerah dekat pantai ini
mempunyai kelembaban udara yang relatif tinggi. Kelembaban udara minimum berkisar
antara 48% terjadi pada buan oktober dan november sampai 61% yang terjadi dalam bulan
februari, sementara kelembaban udara maksimum berkisar antara 87% yang terjadi pada
bulan oktober dan 94% pada bulan desember
F. Kondisi Penggunaan Lahan
Kota Pasuruan memiliki luas wilayah sebesar 3.938 ha. Luas wilayah menurut
penggunaan lahan di Kota Pasuruan dapat dilihat pada tabel dan gambar berikut:
Tabel 2.2 Luas Wilayah Menurut Penggunaan Lahan Per Kecamatan di Kota Pasuruan (Ha) Tahun 2009-2014
No JenisLahan Luas Lahan (Ha)
2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015
1 Sawah 1.210 1.167 1.153 1.148 1.151 1.143
2 Tegal 482 480 480 480 493 493
3 Lahantidakdiusahakan 8 8 8 8 8 8 4 Lahanbukanpertanian 823 845 845 943 713 713 5 Lainnya 1415 1.452 1.452 1.459 1.573 1.581
Jumlah 3938 3.938 3.938 3.938 3.938 3.938 3.938
Sumber: Kota Pasuruan Dalam Angka, 2016
Berdasarkan pada tabel 2.2 diketahui bahwa pada tahun 2014 sebagian besar
penggunaan lahan didominasi oleh penggunaan lahan lainnya, yakni sebesar 1.581 Ha,
G. Kondisi Kependudukan
Jumlah penduduk dan kepadatan penduduk pada suatu wilayah dapat digunakan
sebagai tolok ukur untuk mengetahui kecenderungan penyebaran penduduk. Jumlah
penduduk yang besar cenderung mengelompok pada tempat-tempat tertentu sehingga
menyebabkan pola penyebaran bervariasi. Kepadatan penduduk yang tinggi pada umumnya
dapat dijumpai pada daerah-daerah yang mempunyai aktifitas tinggi, adanya sarana
transportasi yang memadai dan keadaan sosial ekonomi yang lebih baik. Sebaliknya
kepadatan penduduk yang rendah pada umumnya terdapat pada daerah-daerah yang aktifitas
ekonomi masih rendah dan keadaan sarana transportasi yang masih sulit.
Tabel 2.3 Jumlah Penduduk Kota Pasuruan Tahun 2015
Kecamatan
Jumlah Penduduk
(Jiwa)
Luas Wilayah (Km2)
Kepadatan (Jiwa/Km2)
Gadingrejo 43.940 8,27 5359
Purworejo 55.754 8,08 6960
Bugulkidul 30.966 11,11 2870
Panggungrejo 64.155 7,83 8049
Sumber: Kota Pasuruan Dalam Angka, 2016
Dilihat dari struktur penduduk, masyarakat Kota Pasuruan didominasi oleh penduduk
usia muda. Struktur penduduk berdasarkan kelompok umur erat kaitannya dengan kerentanan
bencana. Kelompok umur memiliki kerentanan yang berbeda-beda dimana kelompok umur
balita dan lanjut usia memiliki kerentanan terhadap bencana lebih tinggi daripada kelompok
umur lainnya.
Tabel 2.4 Jumlah Penduduk Berdasarkan Kelompok Umur Tahun 2015
No Kelompok Umur Jumlah Penduduk
1 0-4 17.353
2 5-9 17.211
3 10-14 16.217
4 15-19 17.217
5 20-24 16.131
6 25-29 16.408
7 30-34 16.232
8 35-39 15.069
9 40-44 14.493
10 45-49 13.637
11 50-54 11.247
12 55-59 8.609
13 60-64 5.451
14 65+ 9.195
Jumlah 194.815
H. Kondisi Pendidikan
Angka Partisipasi Sekolah (APS) menunjukkan proporsi anak sekolah pada usia
pendidikan tertentu dalam kelompok usia yang sesuai dengan jenjang pendidikannya. APS
Kota Pasuruan sempurna untuk anak usia 7 hingga 12 tahun menggambarkan tidak ada anak
yang tidak bersekolah pada usia tersebut. Angka tersebut menurun sejalan dengan
bertambahnya kelompok usia. Jika APS pada usia 16 hingga 18 masih diatas 80- 86%,
kelompok usia diatasnya (19-24 th) tidak lebih dari 33%.
Ketidaksetaraan gender terlihat dari APS antara laki-laki dan perempuan di Kota
Pasuruan. Jika pada kelompok usia 16 hingga 18 tahun, partisipasi perempuan lebih tinggi
dibandingkan laki-laki, pada usia 19 hingga 24 tahun terjadi sebaliknya.
Berbeda halnya dengan APS, Angka Partisipasi Murni dan Kasar berbasis pada
jenjang pendidikannya. Jika APM mengacu pada kelompok usia sesuai jenjang, APK tidak.
Itulah sebabnya angka APK lebih tinggi dibandingkan APM. Angka APM yang belum
sempurna pada jenjang SD/MI dan SMP/MTs patut menjadi perhatian mengingat wajib
belajar yang dicanangkan pemerintah adalah 9 tahun.
I. Kondisi Ekonomi
Pendapatan daerah adalah semua penerimaan yang melalui rekening kas umum
daerah, yang menambah ekuitas dana, merupakan hak daerah dalam satu tahun anggaran dan
tidak perlu dibayar kembali oleh daerah. Pendapatan daerah adalah hak pemerintah daerah
yang diakui sebagai penambah nilai kekayaan bersih.
Badan Pengelola Keuangan dan Aset Kota Pasuruan mencatat realisasi Anggaran
Pendapatan dan realisasi Anggaran Belanja, Pendapatan Daerah di tahun 2015 kota ini
mencapai lebih dari 739,21 miliar rupiah. Dana perimbangan adalah sektor penyumbang
terbesar yaitu sebesar 65,42% atau lebih dari 483 miliar, dimana lebih dari 399 miliar lebih
diperoleh dari Dana Alokasi Umum.
Sama halnya dengan pendapatan, realisasi belanja daerah Kota pasuruan di Tahun
2015, realisasi belanja Pemerintah yang terserap 741 miliar rupiah. Sebagian besar belanja
daerah terserap untuk belanja pegawai baik belanja langsung maupun tidak langsung. Untuk
penerimaan Pendapatan Asli Daerah (PAD), pada tahun 2015 Kota Pasuruan sebesar 115
milyar rupiah.
Tabel 2.5 Rata-Rata Pertumbuhan Realisasi Pendapatan Daerah (Rp Juta) Kota Pasuruan Tahun Anggaran 2010-2014
No Uraian 2011 2012 2013 2014 2015
Daerah
1 Pajak daerah 11.121.514.599 13.634.037.074 13.634.037.074 20.543.481.890 28.223.794.000 2 Retribusi daerah 14.677.534.832 17.490.636.162 14.713.809.127 9.523.550.038 7.802.104.000 3 Hasil pengelolaan
keuangan daerah yang dipisahkan
5.529.179.364 4.829.335.271 4.952.521.992 5.197.263.383 4.563.898.000
4 Lain-lain PAD yang
sah 13.901.114.133 6.412.207.927 24.151.062.520 62.825.739.476 74.571.622.000
II Dana Perimbangan 316.087.032.313 390.037.932.894 403.355.805.641 472.477.515.564 483.603.266.000
1 Dana bagi hasil pajak /bagi hasil bukan pajak
36.892.283.313 51.554.911.894 24.337.372.641 52.592.544.564 28.384.779.000 23.946.332.000 2 Dana alokasi umum 263.950.449.000 319.424.821.000 353.127.853.000 391.843.124.000 399.095.322.000 3 Dana alokasi khusus 15.244.300.000 19.058.200.000 25.890.580.000 28.041.850.000 32.176.832.000
III Lain-Lain
Pendapatan Daerah yang Sah
103.255.264.473 70.006.849.689 50.454.271.781 128.457.988.998 140.442.697.000
1 Hibah 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00
29.433.643.225 27.325.476.649 27.542.168.981 61.741.768.594 56.569.151.000
4 Dana penyesuaian dan otonomi khusus****)
70.111.122.360 36.125.875.000 20.900.002.800 57.020.407.000 61.192.073.000
5 Bantuan keuangan dari provinsi atau Pemerintah Daerah lainnya
3.740.498.888 6.555.498.040 2.012.100.000 9.695.813.404 22.681.473.000
Sumber: Dinas Pendapatan Daerah Kota Pasuruan, 2016
J. Identifikasi Kawasan Strategis Provinsi dan Kota
1)
Kawasan Strategis Provinsi dan Kota dari Sudut Kepentingan PertumbuhanEkonomi
Kawasan strategis dari sudut kepentingan ekonomi yang dikembangkan di
Kota Pasuruan merupakan Kawasan Strategis Ekonomi Terpadu yang dikembangkan
di wilayah utara yang meliputi Kelurahan Ngemplakrejo, Tambaan, Panggungrejo,
Mayangan dan Trajeng. Adapun penjabaran untuk masing-masing lokasi
pengembangan kawasan ini antara lain:
Logam meliputi Kelurahan Mayangan dan Trajeng
Perikanan meliputi Kelurahan Tambaan, Panggungrejo, dan Ngemplakrejo, Pariwisata Marina di Kelurahan Panggungrejo.
2) Kawasan Strategis Provinsi dan Kota dari Sudut Kepentingan Sosial Budaya
Kawasan strategis dari sudut kepentingan sosial dan budaya adalah kawasan
yang didalamnya berlokasi artefak yang memiliki potensi untuk mengkonservasi
nilai-nilai sosial budaya, lebih tepatnya yang berkenaan dengan sejarah dan kearifan
artefak-artefak tersebut perlu dijaga kelestariaanya; yang antara lain dilaksanakan melalui
penetapan lokasi (artefak) sebagai kawasan strategis sosial budaya. Artefak
sebagaimana dimaksud diatas, termanisfestsi melalui keberadaan gedung dan
bangunan kuno yang menyimpan jejak perjalanan sejarah Kota Pasuruan beserta nilai
kearifan lokalnya. Berikut ini daftar gedung dan bangunan kuno yang lokasinya
ditetapkan sebagai kawasan strategis sosial budaya:
Kawasan strategis aspek sosial budaya yang ada di Kota Pasuruan saat ini
merupakan kawasan peninggalan sejarah, cagar budaya dan tempat sosialiasi
keagamaaan antara lain :
Kompleks Makam Mbah Slagah yang terletak di Jalan Pahlawan, selatan Stadion Untung Suropati;
Masjid Agung Al-Anwar dan kompleks bangunan disekitarnya, yang terdiri atas makam KH Abdul Hamid, makam Mbah Surga-Surgi dan Langgar Gede;
Kompleks perkantoran dan perumahan P3GI serta beberapa bangunan yang terletak di Jalan Pahlawan, Jalan Veteran dan Jalan Wahidin Sudiro Husodo; Klenteng Tjoe Tik Kiong dan beberapa rumah tinggal kawasan Pecinan dan yang
terletak di Jalan Lombok, Jalan Belitung dan Jalan Hasanudin;
Gereja St. Antonius Padova, Gereja Bethel Pantekosta Indonesia dan beberapa gedung di sepanjang Jalan Balaikota;
Beberapa bangunan dan gedung di sepanjang jalan Sukarno-Hatta, Jalan Hasanudin, dan Jalan Pahlawan: dan
Kompleks Makam dan petilasan Untung Suropati, tepatnya di daerah Mancilan.
3) Kawasan Strategis Provinsi dan Kota dari Sudut Pendayagunaan
Lingkungan Hidup
Kawasan pelestarian ekosistem yang terdiri atas beberapa lahan yang
mempunyai ciri khas tertentu, baik di perairan maupun di darat yang mempunyai
fungsi perlindungan sistem penyangga kehidupan dan keaneka-ragaman jenis
tumbuhan dan hewan, serta pemanfaatan secara lestari sumber daya alam di Kota
Pasuruan yang pada umumnya berada di wilayah utara. Kawasan pelestarian di
perairan ini antara lain berupa kawasan hutan bakau yang tersebar di wilayah
Kelurahan Gadingrejo, Kepel, Ngemplakrejo dan Gadingrejo.
para pemangku kepentingan terkait dengan penanganan persampahan, perluasan ruang
terbuka hijau, pengendalian pencemaran udara dan air.
2.3.2. Kondisi Pembangunan Infrastruktur
A. Jaringan Transportasi
Dinas Pekerjaan Umum mencatat Kota Pasuruan memiliki 17.846 Km jalan
negara, 1.400 Km jalan provinsi dan 84.167 Km jalan Kota yang hampir seluruhnya
telah diaspal. Selama tahun 2015, jalan kota yang mengalami rusak berat bertambah
sebanyak 4.809 km. Selama tahun 2015 kondisi jalan yang baik sepanjang 68.629 km,
sedangkan yang lain kondisi sedang, rusak, dan rusak berat.
Tabel 2.6 Panjang Jalan Menurut Pemerintahan yang Berwenang Mengelolanya di Kota Pasuruan (km), 2015
No Tahun
Pemerintah Yang Berwenang
Negara Provinsi Kabupaten/
Kota Jumlah
Sumber: Kota Pasuruan Dalam Angka, 2016
Sepanjang tahun 2011 hingga 2015, persentase kondisi permukaan jalan yang
baik terus meningkat, yang diikuti pula oleh penurunan jalan yang kondidinya rusak.
Pada tahun 2015, hanya 19% jalan yang kondisinya rusak. Pemeliharaan jalan secara
berkelanjutan ditambah perbaikan jalan yang rusak harus dilaksanakan agar fungsi
jalan dapat dirasakan secara optimal, mengingat jalan yang rusak akan mengganggu
aktifitas pengguna jalan bahkan dapat menyebabkan kecelakaan.