• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERAN PENTING PERATURAN PEMERINTAH (PP) RI NOMOR 46 TAHUN 2013 TERHADAP KEPATUHAN WAJIB PAJAK. Sutono** & Bagus Kusuma Ardi**

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PERAN PENTING PERATURAN PEMERINTAH (PP) RI NOMOR 46 TAHUN 2013 TERHADAP KEPATUHAN WAJIB PAJAK. Sutono** & Bagus Kusuma Ardi**"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

69

PERAN PENTING PERATURAN PEMERINTAH (PP) RI NOMOR 46 TAHUN 2013 TERHADAP KEPATUHAN WAJIB PAJAK

Sutono** & Bagus Kusuma Ardi** Abstract

Taxes have a very important role to play in the interests of the development process and finance government spending. The role of taxes is increasingly strategic especially when the economic conditions are weakening as it is today. Efforts to maximize tax revenues cannot rely solely on the role of the Director General of Taxes or tax officials, but the active role of taxpayers is also needed to be a very important factor in achieving tax revenue success. Therefore, one of the government's anticipations to continue maximizing the income / income from the taxation sector is through the issuance of Government Regulation (PP) of the Republic of Indonesia Number 46 of 2013 concerning 1% Final Tax for taxpayers with certain gross circulation or more commonly called PP Number 46 of 2013. PP No. 46 of 2013 has an important role in tax compliance. With this PP Number 46 of 2013, it is expected that taxpayers can comply with their obligations which include administration, calculation, deposit / payment, and reporting of income tax payable.

Keywords: PP Number 46 of 2013, Taxpayer Compliance, Taxpayers

Abstrak

Pajak memiliki peran yang sangat penting untuk kepentingan proses pembangunan dan membiayai pengeluaran pemerintah. Peran pajak semakin strategis terutama pada saat kondisi ekonomi yang melemah seperti saat ini. Usaha memaksimalkan penerimaan pajak tidak dapat hanya mengandalkan peran dari Dirjen Pajak maupun petugas pajak, tetapi dibutuhkan juga peran aktif dari para wajib pajak adalah menjadi faktor yang sangat penting dalam hal mencapai keberhasilan penerimaan pajak. Oleh sebab itu, salah satu antisipasi pemerintah untuk terus memaksimalkan pengupayaan pendapatan/penerimaan dari sektor perpajakan adalah melalui penerbitan Peraturan Pemerintah (PP) Republik Indonesia Nomor 46 Tahun 2013 tentang Pajak Final 1 % untuk wajib pajak dengan peredaran bruto tertentu atau lebih umum disebut PP Nomor 46 Tahun 2013. PP Nomor 46 Tahun 2013 memiliki peran penting terhadap kepatuhan wajib pajak. Dengan PP Nomor 46 Tahun 2013 ini, maka diharapkan wajib pajak dapat patuh terhadap kewajibannya yang meliputi administrasi, penghitungan, penyetoran/pembayaran, dan pelaporan pajak penghasilan yang terutang.

Kata kunci: PP Nomor 46 Tahun 2013, Kepatuhan Wajib Pajak, Wajib Pajak

PENDAHULUAN

Pajak adalah suatu pengalihan sumber dari sektor swasta ke sektor pemerintah, bukan akibat pelanggaran hukum, namun wajib dilaksanakan berdasarkan ketentuan yang ditetapkan lebih dahulu tanpa mendapat imbalan

yang langsung dan proporsional agar pemerintah dapat melaksanakan

tugas-tugasnya untuk menjalankan pemerintahan (Eva Oktavia, 2011). Pajak memiliki peran yang sangat penting untuk kepentingan proses pembangunan dan membiayai pengeluaran pemerintah. ** Dosen STIE Dharmaputra Semarang

(2)

70

Peran pajak semakin strategis terutama pada saat kondisi ekonomi yang melemah seperti saat ini. Usaha memaksimalkan penerimaan pajak tidak dapat hanya mengandalkan peran dari Dirjen Pajak maupun petugas pajak, tetapi dibutuhkan juga peran aktif dari para wajib pajak adalah menjadi faktor yang sangat penting dalam hal mencapai keberhasilan penerimaan pajak. Undang-undang perpajakan menjelaskan bahwa kewajiban para wajib pajak adalah membayar pajak, jika tidak memenuhi kewajiban tersebut maka wajib pajak dapat dikenakan sanksi (Zain, 2007).

Wajib pajak adalah orang pribadi atau badan yang menurut ketentuan

peraturan perundang-undangan perpajakan ditentukan untuk melakukan

kewajiban perpajakan, termasuk pemungutan pajak orang pribadi atau wajib pajak badan. Dengan kata lain, wajib pajak adalah setiap orang pribadi yang memiliki penghasilan di atas pendapatan tidak kena pajak (Abdul, 2010). Sedangkan kepatuhan wajib pajak adalah sebagai keadaan di mana wajib pajak taat dalam melaksanakan kewajiban perpajakannya atau tidak menyimpang dari peraturan perpajakan yang berlaku (Safri, 2010), atau dengan kata lain kepatuhan wajib pajak adalah suatu

kesadaran wajib pajak dalam melaksanakan pemenuhan kewajiban pajak yang sesuai dengan peraturan yang berlaku tanpa melalui pemeriksaan dan pemberian sanksi (Zain, 2007). Kepatuhan wajib pajak merupakan tujuan utama dari pemeriksaan pajak di mana dari hasil pemeriksaan pajak akan diketahui tingkat kepatuhan wajib pajak. Bagi wajib pajak yang tingkat kepatuhannya tergolong rendah (minim), maka diharapkan dengan dilakukannya pemeriksaan dapat memberikan motivasi positif agar menjadi lebih baik untuk ke depannya (Siti, 2010).

Salah satu antisipasi pemerintah untuk terus memaksimalkan pengupayaan pendapatan dari sektor perpajakan adalah melalui penerbitan Peraturan Pemerintah (PP) Republik Indonesia Nomor 46 Tahun 2013 tentang Pajak Final 1 % untuk wajib pajak dengan peredaran bruto tertentu atau lebih umum disebut PP Nomor 46 Tahun 2013. Peraturan ini berkalu bagi wajib pajak pribadi dan badan selain Bentuk Usaha Tetap (BUT) yang memiliki peredaran bruto (omset) kurang dari atau sama dengan Rp. 4,8 miliar pertahun (Tulus, 2013). Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2013 merupakan kebijakan pemerintah terkait perpajakan yang tergolong baru. Pada

(3)

71

dasarnya penerbitan PP Nomor 46 Tahun 2013 ini bertujuan untuk memberikan kemudahan dan penyederhanaan perhitungan pajak secara administratif sehingga akan meningkatkan transparansi dan kontribusi masyarakat dalam pembangunan melalui kepatuhan pembayaran pajak (I Putu Gede, 2013).

Namun demikian, penerbitan peraturan ini kenyataannya menimbulkan pro dan kontra pada masyarakat khususnya bagi pelaku bisnis sebagai wajib pajak yang mungkin berimbas atau berdampak pada tingkat kepatuhan wajib pajak dalam memenuhi kewajiban perpajakannya. Hal ini disebabkan peraturan ini mengubah secara signifikan terkait teknik perhitungan maupun tarif yang ditanggung oleh wajib pajak atas penghasilannya. Meskipun lebih mudah dan sederhana dalam perhitungan, tetapi secara rasional besarnya pajak yang ditanggung oleh wajib pajak semakin tinggi dan tidak adil (1% dari pendapatan kotor). Dampaknya kebanyakan wajib pajak tidak terbuka atau transparan dalam melakukan pelaporan dan bahkan melakukan penghindaran pajak (Tulus, 2013).

Oleh sebab itu, berdasarkan uraian tersebut di atas maka perlu dibahas lebih lanjut mengenai peran penting Peraturan

Pemerintah (PP) Republik Indonesia Nomor 46 Tahun 2013 terhadap kepatuhan wajib pajak.

TELAAH PUSTAKA Pajak

Undang-undang (UU) Nomor 28 Tahun 2007 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan, pasal 1 ayat 1 menyatakan bahwa pajak adalah kontribusi wajib pajak kepada Negara yang terhutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan UU dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan Negara bagi sebesar-besarnya untuk kemakmuran rakyat. Menurut Soemitro (2004) bahwa pajak adalah peralihan kekayaan dari pihak rakyat kepada kas Negara untuk membiayai pengeluaran rutin dan surplusnya digunakan untuk public saving yang merupakan sumber utama untuk membiayai public investment.

Berdasarkan definisi pajak tersebut di atas maka dapat disimpulkan bahwa pajak adalah (Eva Oktavia, 2011):

1. Pajak dipungut oleh Negara baik oleh pemerintah pusat maupun pemerintah daerah berdasarkan atas undang-undang serta aturan pelaksanaannya.

(4)

72

2. Pemungutan pajak mengisyaratkan adanya alih dana (sumber daya) dari sector swasta (wajib pajak membayar pajak) ke sector pemerintah (pemungut pajak).

3. Pemungutan pajak diperuntukkan bagi keperluan pembiayaan umum pemerintah dalam rangka menjalankan fungsi pemerintahan baik rutin maupun pembangunan. 4. Tidak dapat ditunjukkan adanya

imbalan (kontraprestasi) individual oleh pemerintah terhadap pembayaran pajak yang dilakukan oleh wajib pajak.

Kepatuhan Wajib Pajak

Kamus Umum Bahasa Indonesia (Alwi, 2005) menyatakan bahwa kepatuhan berarti tunduk atau patuh pada aturan dalam perpajakan. Kepatuhan perpajakan merupakan ketaatan, tunduk, dan patuh, serta melaksanakan ketentuan perpajakan, atau dengan kata lain kepatuhan perpajakan dapat diartikan sebagai ketundukan, taat dan patuhnya wajib pajak dalam melaksanakan hak dan kewajiban perpajakannya sesuai dengan

ketentuan perundang-undangan perpajakan yang berlaku (Siti, 2010).

Adapun kepatuhan perpajakan dapat

dibagi menjadi dua macam, yaitu (Safri, 2010):

1. Kepatuhan Formal. Kepatuhan formal adalah suatu keadaan di mana wajib pajak memenuhi kewajiban perpajakan secara formal sesuai dengan ketentuan dalam Undang-Undang Perpajakan. Dalam hal ini kepatuhan formal meliputi: a) Wajib pajak membayar pajak dengan tepat waktu, b) Wajib pajak membayar pajak dengan tepat jumlah, c) Wajib pajak tidak memiliki tanggungan Pajak Bumi dan Bangunan.

2. Kepatuhan Material. Kepatuhan material adalah di mana suatu keadaan wajib pajak secara substansi/hakekat memenuhi semua ketentuan perpajakan, yakni sesuai dengan isi dan jiwa undang-undang perpajakan. Dalam hal ini kepatuhan material meliputi: a) Wajib pajak bersedia melaporkan informasi tentang pajak apabila petugas membutuhkan informasi, b) Wajib pajak bersikap kooperatif (tidak menyusahkan) petugas pajak dalam pelaksanaan proses administrasi perpajakan, c) Wajib pajak berkeyakinan bahwa melaksanakan kewajiban perpajakan merupakan

(5)

73

tindakan sebagai warga Negara yang baik.

Wajib pajak adalah orang pribadi atau badan yang meliputi pembayaran pajak, pemotongan pajak, yang mempunyai hak dan kewajiban perpajakan sesuai dengan ketentuan dan

peraturan perundang-undangan perpajakan, atau dengan kata lain wajib

pajak merupakan orang pribadi atau badan yang menjalankan usaha atau pekerjaan bebas yang mendaftarkan diri, yang melakukan penghitungan, pembayaran dan pelaporan sesuai ketentuan perpajakan (Rosdiana, 2011).

Kepatuhan wajib pajak adalah suatu iklim kepatuhan dan kesadaran pemenuhan kewajiban perpajakan di mana; 1) wajib pajak paham atau berusaha untuk memahami semua ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan, 2) wajib pajak mengisi formulir pajak dengan tepat, 3) wajib pajak menghitung pajak yang terutang dengan jumlah yang benar, dan 4) wajib pajak membayar pajak terutang tepat pada waktunya. Sementara itu Peraturan

Menteri Keuangan Nomor 74/PMK.03/2012 disebutkan bahwa kriteria wajib pajak yang patuh, yaitu: a) wajib pajak tepat waktu dalam menyampaikan Surat Pemberitahuan

Tahunan dalam 2 (dua) tahun terakhir, b) wajib pajak tidak mempunyai tunggakan pajak untuk semua jenis pajak kecuali tunggakan pajak yang telah memperoleh izin mengangsur atau menunda pembayaran pajak, c) laporan keuangan wajib pajak diaudit oleh Akuntan Publik atau lembaga pengawasan keuangan pemerintah dengan pendapat Wajar Tanpa Pengecualian selama 3 (tiga) tahun berturut-turut, dan d) wajib pajak tidak pernah dipidana karena melakukan tindak pidana di bidang perpajakan berdasarkan putusan pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap dalam jangka waktu 5 (lima) tahun terakhir.

Sejalan dengan itu, Siti (2010) menyebutkan bahwa kepatuhan wajib pajak dapat diidentifikasi sebagai berikut: 1. Kepatuhan wajib pajak dalam

mendaftarkan diri

2. Kepatuhan wajib pajak untuk menyetorkan kembali Surat Pemberitahuan

3. Kepatuhan wajib pajak dalam menghitung, memperhitungkan dan membayar pajak terutang

4. Kepatuhan wajib pajak dalam pelaporan dan pembayaran tunggakan.

(6)

74 Peraturan Pemerintah (PP) Republik Indonesia Nomor 46 Tahun 2013

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 46 Tahun 2013 tentang Pajak Penghasilan atas Penghasilan dari Usaha yang Diterima atau Diperoleh Wajib Pajak yang memiliki Peredaran Bruto Tertentu atau biasa disebut PP No. 46 Tahun 2013 merupakan kebijakan perpajakan yang tergolong baru. Peraturan ini berlaku sejak diterbitkan pada 1 Juli 2013 dan wajib dilaksanakan maksimal per 1 Januari 2014. Tujuan penerbitan peraturan ini adalah untuk memberikan kemudahan kepada wajib pajak orang pribadi dan badan yang memiliki peredaran bruto tertentu dalam melaksanakan kewajiban pajaknya. Oleh sebab itu pemerintah memberikan perlakuan terkait ketentuan mengenai perhitungan, penyetoran dan pelaporan Pajak Penghasilan yang terutang.

PP Nomor 46 Tahun 2013 menyebutkan bahwa criteria yang menjadi objek pajak peraturan ini adalah sebagai berikut:

1. Atas penghasilan dari usaha yang diterima atau diperoleh wajib pajak yang memiliki peredaran bruto tertentu, dikenai Pajak Penghasilan yang bersifat final.

2. Wajib pajak yang memiliki peredaran bruto tertentu sebagaimana yang dimaksud pada ayat (1) adalah Wajib Pajak yang memenuhi kriteria sebagai berikut:

a) Wajib pajak orang pribadi atau wajib pajak badan tidak termasuk bentuk usaha tetap, b) Menerima penghasilan dari

usaha, tidak termasuk penghasilan dari jasa sehubungan dengan pekerjaan bebas, dengan peredaran bruto tidak melebihi Rp. 4.800.000.000,00 (empat miliar delapan ratus juta rupiah) dalam 1 (satu) Tahun Pajak.

3. Tidak termasuk wajib pajak orang pribadi sebagaimana dimaksud pada ayat 2 adalah wajib pajak orang pribadi yang melakukan kegiatan usaha perdagangan dan/atau jasa yang dalam usahanya:

a) Menggunakan sarana atau

prasarana yang dapat dibongkar pasang, baik yang menetap maupun tidak menetap.

b) Menggunakan sebagian atau seluruh tempat untuk kepentingan umum yang tidak diperuntukkan bagi tempat usaha atau berjualan.

(7)

75

4. Tidak termasuk wajib pajak badan sebagaimana dimaksud pada ayat 2 adalah:

a) Wajib pajak badan yang belum beroperasi secara komersial, atau

b) Wajib pajak badan yang dalam jangka waktu 1 (satu) tahun setelah beroperasi secara komersial memperoleh peredaran bruto melebihi Rp.

4.800.000.000,00 (empat miliar delapan ratus juta rupiah).

METODE

Metode penulisan yang digunakan dari artikel ini adalah metode deskriptif, yakni metode penulisan yang memberikan gambaran atau uraian atas suatu keadaan sejelas mungkin tanpa ada perlakuan terhadap objek yang diteliti (Kuntoro, 2005; Jauhari, 2009). Sumber data yang digunakan dari artikel ini adalah paper yakni sumber data yang menyajikan tanda-tanda berupa huruf. Huruf di sini berarti tulisan yang berupa karya ilmiah, baik artikel, makalah, maupun laporan-laporan (Kuntoro, 2005; Jauhari, 2009). Sedangkan teknik pengumpulan data dari artikel ini adalah menggunakan studi dokumentasi yakni dokumen karya-karya ilmiah yang berupa

artikel, makalah maupun laporan-laporan (Kuntoro, 2005; Jauhari, 2009).

PEMBAHASAN

Peran Penting PP Nomor 46 Tahun 2013 Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak

Setiap wajib pajak membutuhkan peraturan atau undang-undang dan konsep perpajakan untuk dapat menjalankan kewajiban perpajakan dengan benar (Narita, dkk., 2012). Hal ini dikarenakan peraturan atau undang-undang bagi wajib pajak dalam pelaporannya memiliki peran penting terhadap kepatuhan wajib pajak. Oleh karena itu, antisipasi pemerintah untuk terus mengoptimalkan wajib pajak dalam mematuhi kewajiban perpajakannya, maka pemerintah menerbitkan Peraturan Pemerintah (PP) Republik Indonesia Nomor 46 Tahun 2013 tentang Pajak Final 1 % untuk wajib pajak dengan peredaran bruto tertentu. PP Nomor 46 Tahun 2013 ini merupakan langkah strategis dalam upaya optimalisasi pengelolaan penghimpunan pajak penghasilan (PPh). Namun demikian penerapan kebijakan tersebut hanya akan maksimal dengan adanya partisipasi aktif wajib pajak sehingga wajib pajak dituntut untuk mematuhi peraturan tersebut serta

(8)

76

memiliki persepsi yang baik atau kepercayaan terhadap praktik perpajakan di Indonesia.

PP Nomor 46 Tahun 2013 adalah sebagai gambaran rasional bagi wajib pajak untuk mematuhi di dalam melaksanakan kewajiban pajaknya. Karena peraturan ini tergolong baru maka PP Nomor 46 Tahun 2013 ini diharapkan dapat mendorong wajib pajak secara teknis dalam memenuhi atau mematuhi kewajiban pajaknya baik dalam menyelenggarakan administasinya, perhitungannya, penyetoran, pembayarannya, maupun pelaporannya.

Berikut ini adalah PP Nomor 46 Tahun 2013 yang harus dipahami oleh para wajib pajak:

1. Pengetahuan wajib pajak terkait ketentuan umum PP Nomor 46 Tahun 2013 yang meliputi pemberlakuan peraturan dan ini peraturan (objek dan subjek yang dikenai peraturan)

2. Kemampuan wajib pajak secara teknis berkaitan dengan PP Nomor 46 Tahun 2013 baik dalam tata cara perhitungannya maupun dalam pelunasannya.

Beberapa artikel yang berkaitan dengan PP Nomor 46 Tahun 2013 terhadap kepatuhan wajib pajak telah dijelaskan oleh beberapa penulis,

diantaranya Narita, dkk. (2012) yang menyatakan bahwa peraturan perpajakan memiliki peran penting terhadap kepatuhan wajib pajak karena wajib pajak dapat melaporkan kewajiban perpajakannya dengan mudah. Sejalan dengan itu, Keziana (2013) menyatakan bahwa PP Nomor 46 2013 berperan penting dalam kaitannya dengan kepatuhan wajib pajak. Hal ini juga sesuai dengan pendapat Yunita (2015) yang menyatakan bahwa PP Nomor 46 Tahun 2013 dapat mendorong wajib pajak dalam mematuhi kewajiban pajaknya. Selanjutnya, Hardiyanto (2016) dan Isroah (2016) menyatakan bahwa PP Nomor 46 Tahun 2013 memiliki peran penting terhadap kepatuhan wajib pajak karena peraturan ini dapat memberikan kemudahan dalam penghitungan, pembayaran, dan pelaporan pajak bagi wajib pajak.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa PP Nomor 46 Tahun 2013 memiliki peran penting terhadap kepatuhan wajib pajak. Karena dengan PP Nomor 46 Tahun 2013, maka wajib pajak semakin mudah dan sederhana dalam penghitungan, pembayaran, dan pelaporan perpajakannya.

(9)

77

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

Berdasarkan telaah pustaka dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa PP Nomor 46 Tahun 2013 tentang pajak penghasilan atas penghasilan dari usaha yang diterima atau diperoleh wajib pajak yang memiliki peredaran bruto tertentu atau biasa, memiliki peran penting terhadap kepatuhan wajib pajak terhadap kewajiban pajaknya. PP Nomor Tahun 2013 ini memberikan kemudahan kepada wajib pajak orang pribadi dan badan yang memiliki peredaran bruto tertentu dalam melaksanakan kewajiban pajaknya.

Rekomendasi yang diberikan dalam hal ini adalah para wajib pajak diharapkan dapat mematuhi peraturan atau undang-undang perpajakan sehingga dapat menjalankan kewajiban perpajakan dengan benar. Selain itu, para wajib pajak diharapkan dapat berperan aktif dalam pelaksanaan pelaporan perpajakannya. Sedangkan rekomendasi untuk pemerintah adalah diharapkan pemerintah dapat meningkatkan proses pendidikan kepada masyarakat atau dalam hal ini para wajib pajak tentang pentingnya peran PP Nomor 46 Tahun 2013 di Indonesia.

DAFTAR PUSTAKA

Abdul, Asri Harahap, 2010. Paradigma Baru Perpajakan Indonesia Perspektif Ekonomi. Jakarta: Integrita Dinamika Press.

Alwi, Hasan, dkk., 2005. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Departemen Pendidikan Nasional: Balai Pustaka.

Hardiyanto, Wibowo, 2016. Pengaruh Persepsi atas PP Nomor 46 Tahun 2013 terhadap Kepatuhan Sukarela Wajib Pajak yang Memiliki Peredaran Bruto Tertentu pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Purwokerto. Jurnal Kompartemen, Vol. XIV No. 2.

I Putu Gede, Diatmika, 2013. Penerapan Akuntansi Pajak Atas PP Nomor 46 Tahun 2013 Tentang PPh Atas Penghasilan dari Usaha Wajib Pajak yang Memiliki Peredaran Bruto Tertentu. Jurnal Akuntansi Profesi Vol. 3 No. 2. Mardiasmo, 2013. Perpajakan Edisi Revisi, Yogyakarta: Penerbit Andi.

Jauhari, Heri, 2009. Pedoman Penulisan Karya Ilmiah: Artikel, Resensi, Laporan, Makalah, Proposal, Skripsi, Tesis. Edisi Revisi, Bandung: CV Pustaka Setia.

Keziana, 2013. Analisis Penerapan PP Nomor 46 Tahun 2013 terhadap Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak dan Penerimaan PPh Final (Studi di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Kepanjen). Jurnal Riset Mahasiswa Akuntansi IRMA, ISSN: 2337-56xx, Volume xx No.2.

Kuntoro, Roni, 2005. Metode Penelitian, Jakarta: PPM

(10)

78

Isroah, 2016. Pengaruh Persepsi Wajib Pajak Tentang Penerapan PP Nomor 46 Tahun 2013, Pemahaman Perpajakan, dan Sanksi Perpajakan Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah di Kota Yogyakarta.

Jurnal Nominal, Volume V Nomor 2.

Narita, Pravitasari, Wirawan Endro, Dwi Radianto, Vierly Ananta Upa, 2012. Pengaruh Kebijakan Pajak dan Pemahaman Wajib Pajak Terhadap Kepatuhan Formal Wajib Pajak UMKM Sepatu dan Sandal di Mojokerto. Jurnal Gema Aktualita, Vol.1 No. 1

Rosdiana, Haula dan Edi Slamet Irianto, 2011. Panduan Lengkap Tata Cara Perpajakan di Indonesia. Jakarta: Visimedia Pustaka.

Safri, Nurmantu, 2010. Pengantar Perpajakan. Jakarta: Granit

Siti, Kurnia Rahayu, 2010. Perpajakan Indonesia. Yogyakarta: Edisi Pertama Graha Ilmu

Soemitro, 2004. Pengantar Ilmu Perpajakan. Jakarta: PT. Alex Komputindo

Tulus, Tambunan, 2013. Dampak dari Kebijakan ”Satu Persen” Pajak pada UMKM. Jurnal Pengkajian Koperasi dan UKM, Vol. 8

Yunitha, Tri Kartika, 2015. Pengaruh Pemahaman dan Persepsi Wajib Pajak Pelaku Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah tentang Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2013 terhadap Kepatuhan Wajib Pajak dalam Melaksanakan Ketentuan Peraturan Pemerintah Nomor 46

Tahun 2013. Jurnal Akutansi Vol. 2 No. 3

Zain, Mohammad, 2007. Manajemen Perpajakan. Jakarta: Salemba Empat

Peraturan Menteri Keuangan No. 74/PMK.03/2012

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 46 Tahun 2013 tentang

Pajak Penghasilan Atas Penghasilan dari Usaha yang Diterima atau Diperoleh Wajib Pajak yang memiliki Peredaran Bruto Tertentu atau Biasa.

Undang-Undang No. 28 Tahun 2007 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan

https://evaoktaviagunawan.wordpress.co m/2011/12/18/definisi-pajak-menurut-beberapa-ahli-ekonomi/

Referensi

Dokumen terkait

Sesuai dengan tugasnya yang menghim- pun dana dan menyalurkan kem-bali ke masyarakat, Dana pihak ketiga yang berhasil dihimpun oleh bank merupakan sumber dana terbesar bagi

Sementara pelaksanaan ujrah yang terjadi dilapangan seperti yang terjadi di Desa Koto Pulai, Kenagarian Barung- Barung Belantai Selatan Kabupaten Pesisir Selatan

Sesuai hasil penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh penambahan KI pada media 2% NaCl yang mengandung 10 mg/L kitosan sebagai

Tujuan penelitian ini adalah menentukan kondisi optimum ekstraksi fasa padat kobalt(II) dan nikel(II) yang meliputi pH adsorpsi optimum, konsentrasi eluen

Pengembangan produk materi menyimak ini dikaji berdasarkan pemahaman interkultural dan materi pembelajaran mengacu pada hasil analisis kebutuhan pembelajar BIPA dan wawancara

Berdasarkan hasil respon untuk minat belajar siswa yang diperoleh dalam penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa media komik berbasis pendekatan saintifik pada materi

ERD adalah model konseptual yang mendeskripsikan hubungan antara penyimpanan. ERD digunakan untuk memodelkan struktur data dan hubungan antar data. Dengan ERD, model

Hasil analisis yang diperoleh dari penerapan metode threshold adalah jalan terekstraksi dengan baik dan memiliki sedikit derau apabila jalan berada disekitar