• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kompetensi tentang sikap artinya kesiapan dan kesediaan guru terhadap berbagai hal yang berkenaan dengan tugas dan

KAJIAN PUSTAKA A. Profesionalisme Guru

11. Kompetensi tentang sikap artinya kesiapan dan kesediaan guru terhadap berbagai hal yang berkenaan dengan tugas dan

profesinya. Misalnya sikap menghargai pekerjaannya, mencintai dan memiliki perasaan senang terhadap mata pelajaran yang di binanya, sikap toleransi terhadap sesama teman profesinya memiliki kemauan yang keras untuk meningkatkan hasil pekerjaannya.

iii. Kompetensi perilaku atau performance, artinya kemampuan guru dalam berbagai keterampilan atau berperilaku seperti keterampilan mengajar membimbing menilai menggunakan alat bantu pengajaran bergaul atau berkomunikasi dengan siswa.

Kompetensi guru tersebut di atas dapat dimiliki seorang guru apabila ia secara dini dididik dan dipersiapkan khusus untuk menjadi guru. Sehingga akan dapat menjadi guru yang benar-benar sesuai dengan yang diharapkan oleh masyarakat. Dan guru seperti ini yang memperhatikan profesionalisme yang di emban tidak karena sulit mendapatkan pekerjaan lainnya. Kalau guru sudah bertindak sesuai dengan

kompetensi yang ada, maka asetnya akan kembali kepada kemudahan pencapaian tujuan pendidikan

Dengan demikiaan profil guru yang dikehendaki adalah guru yang profesional yang memiliki kemampuan profesional personal dan sosial serta bekerja sesuai dengan bakatnya. Sebagaimana firman Allah SWT surat al-Isra’ : 84 :

(84: sSj*» ^ ) Artinya : “Katakanlah tiap-tiap orang berbuat menurut keadaannya

masing-masing , maka Tuhan-mu lebih mengetahui siapa yang lebih benar jalannya. (Departemen Agama RI, tth: 473)

3. Tugas dan Tanggung Jawab Guru

Perbedaan utama pekerjaan profesi yang satu dengan yang lain terletak pada tugas dan tanggung jawabnya. Kedua jabatan itu akan memiliki syarat sebagai profesi jika dikaji dari kriterianya. Namun belum dapat dibedakan kedua macam profesi tersebut melihat tugas dan tanggung jawab yang dipangkunya.

Guru yang merupakan profesional di bidang kependidikan mempunyai 3 tugas dan tanggung jawab yang harus di laksanakan y a itu : Sebagai pengajar, pembimbing dan administrator kelas. (Wijaya, 1992:23)

Guru sebagai pengajar, yakni bertugas dan bertanggung jawab untuk menyiapkan dan menanamkan ilmu pengetahuan, melatih kecakapan itu terjadi pada saat interaksi kepada siswa, yang semuanya itu terjadi pada saat interaksi antara guru dan siswa di dalam proses pengajaran.

Sebagai konsekwensinya, maka guru di dalam mengajar harus benar-benar dapat mengorganisasi dan mengatur lingkungan kelas dengan sebaik-baiknya. Sehingga akan terjadi proses pengajaran yang benar-benar berkualitas yakni efektif tidaknya proses pengajaran itu dalam mencapai

tujuan pengajaran yang telah ditentukan karena kualitas pengajaran yang paling dominan dapat mempengaruhi hasil belajar siswa di sekolah di samping adanya faktor dari dalam siswa sendiri.

Guru bertindak sebagai pembimbing, yakni dapat menuntun anak didik sesuai dengan kaidah-kaidah yang ada dan juga dapat mengarahkan perkembangan siswa secara utuh.

Guru sebagai administrator kelas, maksudnya guru harus mengelola dan mengatur kelas dengan sebaik-baiknya dari komponen- komponen yang berkaitan dengan kegiatan belajar mengajar. Sejak dari mengatur situasi dan kondisi, merumuskan tujuan pelajaran pengaturan metode belajar siswa dan mempersiapkan media belajar mengajar. Kesemuanya itu harus diatur dan diorganisir sedemikian rupa sehingga akan tercipta efisiensi dan efektivitas guru dalam mengajar dan murid dalam belajar.

Muhammad Ali menegaskan bahwa setidak-tidaknya guru itu mempunyai tiga macam tugas, yaitu: Merencanakan, melaksanakan pengajaran dan memberikan umpan balik (Ali, 1987: 7)

Moh. Uzer Usman juga mengelompokkan tugas guru menjadi tiga kelompok, yaitu dalam bidang profesi, tugas kemanusiaan, dan tugas kemasyarakatan. (Uzer, 2000: 18)

Guru merupakan suatu profesi, artinya suatu jabatan atau pekerjaan yang memerlukan keahlian khusus sebagai guru. Oleh karena itu jabatan guru tidak dapat dilakukan oleh sembarang orang di luar profesi bidang pendidikan. Tugas dalam bidang profesi itu meliputi mendidik, mengajar, melatih, serta mengembangkan profesi

Tugas dalam kemanusiaan, Dalam hal ini guru di dalam sekolah dapat menjadikan dirinya sebagai orang kedua, ia harus mampu menarik simpatik, sehingga ia menjadi idola para siswanya, pelajaran apapun yang diberikannya, hendaknya menjadikan motivasi bagi siswa dalam belajar. Bila seorang guru dalam penampilannya sudah tidak menarik, maka

kegagalan pertama adalah tidak akan dapat menanamkan benih pengajarannya itu kepada para siswanya, siswa akan enggan menghadapi guru yang tidak menarik. Pelajaran tidak dapat diserap sehingga siswa mulai bosan menghadapi pelajaran yang diberikan oleh guru.

Masyarakat menempatkan guru pada tempat yang terhormat di lingkungannya, karena dari seorang guru diharapkan masyarakat dapat memperoleh ilmu pengetahuan.

Oleh karena itu keberadaan guru dalam hal ini merupakan faktor kondisio sine quanon yang tidak mungkin digantikan oleh komponen manapun. Dan guru tidak hanya diperlukan oleh murid di dalam kelas, dalam arti mentrar.fer ilmu pengetahuan, tetapi juga diperlukan oleh masyarakat di lingkungannya dalam menyelesaikan aneka ragam permasalahan yang dihadapi masyarakat.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa tugas dan tanggung jawab guru meliputi:

- Pengajaran, yang di dalamnya menyangkut pula pengembangan kurikulum.

- Bimbingan, pendidikan dan pengembangan profesi. - Kemasyarakatan.

4. Usaha Peningkatan Profesionalisme Guru

Dengan melihat keadaan yang dirasakan masih banyak kekurangan, diantaranya kurangnya guru yang profesional di bidang studi

baik studi umum atau agama. Maka diperlukan adanya guru yang profesional agar prestasi siswa lebih baik dari pada sebelumnya.

Adapun usaha peningkatan profesionalisme guru, penulis membatasi pada usaha-usaha:

5. Peningkatan Pengetahuan Dan Kemampuan Guru

Dalam peningkatan pengetahuan dan kemampuan guru dalam pelaksanaan proses belajar mengajar, ada beberapa yang dapat dilakukan antara lain :

a. Inservice-Training

Guru sebagai inovator harus cekatan, terampil ahli disiplin tinggi, loyalitas dan bekerja giat sesuai dengan peraturan yang berlaku. Untuk itu guru yang merasa belum terampil, cekatan, ahli, maka haruslah mengikuti inservice-training. Sebab sangat menunjang pada profesi guru.

Inservice-training ialah segala kegiatan yang diberikan dan diterima oleh para petugas pendidikan (pengawas, kepala sekolah, penilik sekolah, guru dan sebagainya) yang bertujuan untuk menambah dan mempertinggi mutu pengetahuan, kecakapan dan pengalaman guru-guru dalam menjalankan tugas kewajibannya. (Purwanto, 1991: 106)

Sebab perlunya inservice training, di samping pendidikan persiapan yang kurang mencukupi, juga banyak guru yang telah keluar dari sekolah guru tidak pernah atau tidak dapat menambah pengetahuan mereka sehingga menyebabkan cara kerja tiap tahun selama belasan tahun mereka bekeija, mereka tidak mengetahui dan tidak dapat menyesuaikan diri dengan perkembangan masyarakat dan negara.

Selain sebab di atas masih ada sebab lain lagi yaitu adanya program dan kurikulum sekolah yang harus selalu berubah dan berkembang sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan masyarakat dan kebudayaan.

Bentuk program inservice training yang perlu dikembangkan untuk meningkatkan profesi guru adalah sebagai berikut:

a) Dalam lembaga pendidikan 1) up-grading (penataran) 2) work shop

3) Program pemberian sertifikat

4) Reeducation (reedukasi), bagi guru-guru yang tidak memenuhi kompetensi

b) Di luar lembaga pendidikan 1) Pertemuan guru-guru

2) Wisata karya, melihat-lihat sekolah-sekolah lain di negara kita sendiri yang lebih maju, dan sangat ideal jika bisa melihat sekolah di negara-negara lain.

3) Diselenggarakannya pameran-pameran mengenai pendidikan yang memuat eksperimen-eksperimen pendidikan yang memuat guru dan siswa (Supeno, 1995: 50)

b. Collaborative Action Research (CAR)

Yaitu peningkatan profesionalisme guru dengan memanfaatkan pendekatan yang kolaboratif yaitu Collaborative Action Recearch (CAR). (Suyanto 1998:247)

Penelitian tindakan juga dapat diartikan sebagai bentuk penelitian refleksi diri secara kolektif yang memungkinkan terjadinya perbaikan praktek sosial dan praktek pendidikan secara wajar. (Anik, 1997: 167)

Dengan penelitian ini guru secara langsung dapat memecahkan persoalan pembelajaran secara mandiri sesuai dengan kontek kultural sekolah dimana guru mengajar. Hal ini dapat terjadi karena dalam CAR, guru diajak merumuskan masalah yang yang dihadapi secara bersama, mencoba merumuskan dan melakukan langkah-langkah solusinya, kemudian melakukan refleksi terhadap solusi yang disepakati dan akhirnya melakukan pengembangan proses pembelajaran sesuai dengan temuan CAR yang mereka lakukan bersama pihak kedua.

Ada beberapa keuntungan yang diperoleh guru, dengan mengggunakan penelitian tindakan, yaitu: Mendorong kreativitas dan pemikiran kritis sebab guru setiap saat diminta untuk mencermati sejumlah permasalahan pembelajaran yang muncul dan sekaligus memecahkan sendiri terhadap persoalan tersebut, dan meningkatkan ketajaman para guru dalam menganalisis kausalitas mutu pembelajaran.

Supervisi Klinis

Dikatakan Supervisi Klinis karena prosedur pelaksananya lebih ditekankan kepada mencari sebab-sebab atau kelemahan yang terjadi di dalam proses belajar mengajar, dan kemudian secara langsung pula diusahakan bagaimana cara memperbaiki kelemahan atau kekurangan tesebut. Untuk lebih jelasnya kita perlu mengetahui yang dimaksud dengan Supervisi Klinis itu.

Supervisi klinis adalah suatu proses tatap muka antara supervisi dengan guru yang membicarakan hal mengajar dan yang ada hubungannya dengan itu. Pembicaraan ini bertujuan untuk membantu pengembangan profesional guru dan sekaligus untuk perbaikan kepada penampilan mengajar itu sendiri. Pembicaraan ini biasanya dipusatkan kepada penampilan mengajar guru berdasarkan hasil observasi. (Soetjipto, 1999: 31)

Dengan pengertian di atas jelaslah bahwa Supervisi Klinis dapat digunakan dalam usaha pembinaan dan pegembangan profesi guru, sebab Supervisi Klinis bertujuan untuk perbaikan dan peningkatan ketrampilan mengajar di kelas.

6. Problematika Khusus yang Dihadapi oleh Para Guru dan Upaya Penanggulangannya.

Setiap manusia (insan) dalam kehidupannya pasti pemah mengalami problem. Baik problem belajar, mencari teman bergaul,

problem kesehatan dan sebagainya. Problem yang satu mungkin dapat diatasi kemudian muncul yang lain. Memang datangnya problem silih berganti.

Demikian juga yang terjadi pada seorang guru, sebagai manusia yang dalam kegiatannya sebagai pengajar sering kali menemui problem yang tidak sedikit, problem itu misalnya berupa penyusunan Satuan Pelajaran (SP), penilaian hasil belajar, metode mengajar, menghadapi anak yang nakal dan sebagainya.

Di samping problem-problem tersebut di atas, ada beberapa problem khusus yang dihadapi oleh para guru yaitu sebagai berikut: a) Perbedaan dalam latar belakang pendidikan dan peranan dalam

pendidikan.

Berdasarkan pada pandangan psikologi modem, bahwa anak didik adalah diakui sebagai suatu organisasi yang sedang berkembang, yang berkemampuan untuk beraktifitas dan berinteraksi, baik dengan masyarakat maupun dengan lingkungannya. Maka berhasil dan tidaknya seorang guru dalam mengajar tergantung pada pandangannya terhadap mata pelajaran yang diasuhnya. Kemampuan menerapkan bahan-bahan pelajaran tidak terkait pada waktu pelajaran dan metode tertentu, tetapi juga bahan-bahan itu hams disesuaikan dengan keadaan dan tempat serta latar belakang anak sebagai anak yang mempunyai keunikan .

Jadi latar belakang pendidikan dan kemampuan guru dalam jabatan untuk melihat tugas, bukan hanya bahan, buku pelajaran, metode dan alat-alat, tetapi relasi antara guru dan murid terletak dibalik proses belajar mengajar itu.

b) . Perbedaan dalam orientasi profesional guru

Guru adalah setiap orang yang mempunyai tugas untuk memberikan ilmu pengetahuan, kecakapan dan keterampilan

kepada si terdidik yang bertujuan untuk mengembangkan seluruh aspek pribadinya. Maka suatu pandangan yang keliru sering dihadapi para guru ialah mereka tergoda untuk mendengarkan dan menanggapi suara-suara negatif yang muncul dari masyarakat secara emasional. Seharusnya relasi manusia yaitu manusia.

Bila ada suara-suara negatif yang muncul di masyarakat, maka guru harus menganggap bahwa mereka adalah kurang mengerti dan tidak memiliki rasa cinta. Agar bisa melayani secara positif, maka dengan membaca buku-buku baru tentang jabatan atau dengan menulis karangan-karangan yang singkat.

c). Perbedaan dalam kesanggupan dan sikap profesioanal

Salah satu tugas paling sulit adalah memahami sikap orang lain. Sikap itu hanya bisa dipelajari dalam bentuk tingkah laku pada saat orang bekeija. Tapi inipun belum dapat memberi garansi akan sikap orang, tugas seorang supervisor untuk mengetahui sikap profesional seorang guru yang meliputi:

1. Pengetahuan mereka terhadap murid yang dibimbingnya. 2. Pengetahuan terhadap mata pelajaran yang diajarkan.

3. Keterampilan guru dalam memberikan motivasi dan membimbing cara murid belajar.

4. Kecakapan dalam menerangkan dan menyesuaikan pelajaran dengan kemampuan anak mulai dari anak yang lambat sampai anak pandai.

5. Cara menilai hasil belajar anak 6. Cara menangani masalah disiplin.

7. Cara menilai pertumbuhan dan perkembangan anak

8. Cara mengikutsertakan anak dalam merencanakan kegiatan belajar dan cara berkomunikasi dengan orang tua. ((Piet, 1981: 292)

Bertitik tolak pada pengertian tersebut, maka seorang supervisor bila menghadapi guru yang berbeda-beda harus bertindak yang bijaksana, jadi tidak hanya melaksanakan kedinasan saja tapi terpaksa ia harus menerangkan kembali tugasnya dalam perspektif kemanusiaan yaitu bagaimana ia belajar mengerti orang lain.

B. PRESTASI FIQIH

Dokumen terkait