• Tidak ada hasil yang ditemukan

Abstrak. Kata kunci : Model, pengorganisasian masyarakat, kampung wisata

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Abstrak. Kata kunci : Model, pengorganisasian masyarakat, kampung wisata"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

Abstrak

Diresmikannya Kampung Wisata Prenggan oleh Walikota Yogyakarta pada tahun 2012 menuntut perubahan cara pandang warga masyarakat Prenggan terhadap

kepariwisataan di lingkungannya. Persoalannya bagaimana mengorganisir masyarakat dalam mengelola dan mengembangkan sebagai kampung wisata.

Peneli an ini menggunakan metode kualita f, Cara pengumpulan data dengan wawancara mendalam, observasi par sipasi, FGD dan dokumentasi. Analisis data

peneli an dengan menggunakan analisis deskrip f kualita f. Hasil Peneli an ditemukan bahwa model pengorganisasian masyarakat dalam mengelola kampung Wisata melibatkan beberapa pihak yaitu organisasi yang berkaitan dengan kebudayaan, masyarakat, pemerintah dalam hal ini beberapa SKPD dan

pemerintah wilayah, lembaga kemasyarakat dalam kawasan cagar budaya Kotagede. Faktor pendukung berupa sumberdaya manusia ,benda bersejarah, dan

kelembagaan. Faktor penghambat yaitu belum tersosialisasinya lembaga kepariwisataan Prenggan, dan masyarakat kurang peduli terhadap pelestarian budaya. Kesimpulan bahwa model pengorganisasian masyarakat dalam mengelola

Kampung Wisata Prenggan melibatkan berbagai elemen masyarakat. Namun masih lemahnya pengurus organisasi wisata yang ada menyebabkan masyarakat

belum merasakan manfaat sebagai kampung wisata. Kata kunci : Model, pengorganisasian masyarakat, kampung wisata

PENDAHULUAN

Kota Yogyakarta merupakan kota tujuan wisata bagi wisatawan domes k maupun wisatawan mancanegara. Keunikan yang dimiliki Kota Yogyakarta di bidang pariwisata karena memiliki potensi wisata budaya yang menyebar di kampung-kampung. Kerajaan Mataram merupakan cikal bakal perkembangan kota ini, maka berbagai peninggalan sejarah berupa bangunan, seni tradisi, kebiasaan - kebiasaan masyarakatnya menjadi potensi wisata yang dapat dikembangkan sebagai ciri khas Kota Yogyakarta dimana dinamika kehidupan masyarakat berak vitas. Namun demikian masih banyak masyarakat yang belum menyadari hal itu, sehingga banyak situs yang rusak atau dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhannya, selain itu

(3)

masyarakat kurang peduli terhadap seni seper seni tari, seni musik yang sebelumnya se ap kampung terdapat gamelan sekarang sangat jarang ditemukan. Padahal aset budaya yang ada dapat menjadi warisan bagi generasi penerus yang tak ternilai harganya.

RUMUSAN MASALAH

Adanya perubahan arah tujuan wisatawan yang lebih menyukai wisata minat khusus, maka untuk itu pemerintah Kota Yogyakarta menanggapi secara posi f dengan mengeluarkan peraturan berupa Keputusan Walikota Yogyakarta Nomor : 557/KEP/2007 Tentang Rencana Aksi Daerah Tentang Pengembangan Pariwisata Berbasis Budaya Kota Yogyakarta Tahun 2007-2011. Keputusan Wali Kota Yogyakarta tersebut menjadi payung hukum bagi pengembangan wisata kampung di Kota Yogyakarta. Dimulai pada tahun 2011 telah diresmikan 5 kampung wisata, kemudian tahun 2012 diresmikan lagi tujuh kampung wisata yaitu Pandeyan, Notoprajan, Suryatmajan, Brontokusuman, Tamansari, Prenggan, dan Sosromenduran.

RUANG LINGKUP

Kampung Prenggan merupakan salah satu kampung yang menjadi tujuan wisatawan minat khusus berbasis budaya lokal. Sejak tahun 2012 diresmikan oleh Walikota sebagai kampung wisata, maka masyarakat menjadi ujung tombak dalam mengelolanya. Masyarakat yang sebelumnya telah memiliki ak vitas sosial dan ekonomi secara ru n, kini dengan ditetapkannya menjadi kampung wisata mereka memiliki konsekuensi ak vitas tambahan dalam pelayanan wisata. Berdasarkan pengalaman selama ini, kampung wisata yang ada di Yogyakarta bisa sukses karena masyarakat pengelola bisa memanfaatkan potensi kampung tersebut. Disamping itu pengalaman penggiat Kampung Wisata Dipowinatan mengaku bahwa pencanangan kampung wisata ini sangat berdampak posi f pada pengembangan pariwisata di Yogyakarta. Selain meningkatkan kunjungan pariwisata, kampung wisata ini juga mengajak masyarakat untuk melestarikan kebudayaan Jawa dan menjaga alam sekitarnya.

TUJUAN DAN MANFAAT

Peneli an ini bertujuan untuk mengungkapkan model pengorganisasian masyarakat dalam pengelolaan potensi dan pengembangan kampung wisata Prenggan, mengetahui faktor penghambat dan pendukung dalam pengorganisasian

(4)

masyarakat dalam mewujudkan kampung wisata berbasis budaya Jawa, menyusun rencana ndak lanjut dalam meningkatkan kualitas pengelolaan dan pengembangan potensi pariwisata yang berbasis budaya lokal, dan untuk mengetahui bagaimana masyarakat mengorganisasikan kegiatan wisata yang tentunya berusaha dijaga keberlangsungannya.

TINJAUAN PUSTAKA

Peneli an kampung wisata dilakukan oleh Kharis (2015) yaitu tentang Studi Pengorganisasian Masyarakat Kampung Wisata Sayidan Kelurahan Prawirodirjan, Kecamatan Gondomanan Kota Yogyakarta. Hasil peneli an menemukan bahwa kampung yang memperoleh s gma kampung banjir, banyak masalah sosial, kini menjadi kampung wisata yang perencanaan dan pelaksanaan mengambil lokasi basecamp di masjid. Kegiatan pemberdayaan memberikan dampak sosial ekonomi masyarakat sekitar dan memberikan berkah. Hasil peneli an lain tentang desa wisata, pemberdayaan masyarakat dalam pelaksanaan program wisata Desa dilakukan oleh Su yono (2009), Hasil peneli an ini menunjukkan: (1) Pemberdayaan masyarakat desa melibatkan seluruh warga masyarakat, (2) Upaya konkrit untuk meningkatkan daya dukung adalah memajukan potensi utama desa dan potensi masyarakat desa, (3) Pemberdayaan masyarakat desa memberikan kontribusi peningkatan kesejahteraan ekonomi, dan 4) se ap desa yang menyelenggarakan program desa wisata harus mengusahakan faktor-faktor pendukung untuk mendampingi objek wisata yang diunggulkan.

Sebagai landasan teori dalam peneli an ini, peneli menggunakan teori pengembangan komunitas (community based development) menurut Sijberna C dkk 2010) dalam Setyaningsih (2015), community based development merupakan format pembangunan berkelanjutan yang memaksimalkan keikutsertaan peran ak f anggota masyarakat dalam tahap perencanaan sampai tahap implementasi, pengawasan dan pemeliharaan. Karenanya dalam pengembangan community based development digunakan metode par sipasi sebagai community contled. Berkaitan dengan pariwisata, beberapa negara telah mempromosikan konsep community based tourism sebagai motor penggerak dalam pengembangan pariwisata (Setyaningsih, 2015). Menurut Suansari (2003) community based tourism sebagai pariwisata yang memperhitungkan aspek keberlanjutan lingkungan, social dan budaya. Konsep community based tourism dilihat dari dua perspek f, pertama sebagai subyek pengembangan, masyarakat menjadi pelaku dan terlibat ak f dalam

(5)

perencanaan dan pengembangan kepariwisataan. Kedua , sebagai penerima manfaat, masyarakat memperoleh nilai manfaat ekonomi dari pengembangan kegiatan kepariwisataan yang akan meningkatkan kualitas hidup dan kesejahteraan sosial masyarakat ( Timoty, 1999, Tosun , 2000, Li, 2006, Kibicho, 2008, Setyaningsih, 2015).

Berkaitan dengan fokus peneli an ini tentang pariwisata, menurut penger annya, Kodhyat (1983:4) pariwisata adalah perjalanan dari satu tempat ke tempat yang lain, bersifat sementara, dilakukan perorangan maupun kelompok, sebagai usaha mencari keseimbangan atau keserasian dan kebahagiaan dengan lingkungan hidup dalam dimensi sosial, budaya, alam dan ilmu. Prinsip Dasar Pariwisata menurut Cox dalam Gde Pitana (2009 : 81), pengelolaan pariwisata harus memperha kan prinsip-prinsip berikut: (a) Pembangunan dan pengembangan pariwisata haruslah didasarkan pada kearifan lokal dan special lokal yang merefleksikan keunikan peninggalan budaya dan keunikan lingkungan.(b) Preservasi, proteksi, dan peningkatan kualitas sumber daya yang menjadi basis pengembangan kawasan pariwisata. (c) Pengembangan atraksi wisata tambahan yang mengakar pada khasanah budaya lokal. (d) Pelayanan kepada wisatawan berbasis keunikan budaya dan lingkungan lokal. (e) Memberikan dukungan dan legi masi pada pembangunan dan pengembangan pariwisata jika terbuk memberikan manfaat posi f, tetapi jika sebaliknya mengendalikan dan/atau menghen kan ak vitas pariwisata tersebut jika melampaui ambang batas.

METODOLOGI PENELITIAN

Peneli an ini dirancang dengan menggunakan metode kualita f . Lokasi peneli an dilaksanakan di Kelurahan Prenggan Kecamatan Kotagede. Subyek Peneli an : adalah pihak – pihak yang terkait dengan wisata Kampung Prenggan, baik dari unsur pemerintah, warga Prenggan dan mitra kerja maupun pihak swasta. Metode pengumpulan data : wawancara mendalam, dokumentasi, FGD, observasi

Kawasan Kotagede

Kotagede merupakan sebuah kawasan yang kaya akan potensi wisata religius, heritage, kerajinan, dan budaya

(6)

par sipasi. Ada dua jenis data yang dikumpulkan yakni data primer dan data sekunder. Analisis data dilakukan dengan metode kualita f melalui tahapan reduksi data, kategorisasi data yang sesuai dengan kondisi nyata komunitas, penyajian data, penarikan kesimpulan, dan verifikasi kesimpulan,

HASIL PENELITIAN

Gambaran Umum Kelurahan Prenggan

Kelurahan Prenggan merupakan salah satu kelurahan di Kecamatan Kotagede. Secara administra f batas-batas wilayah sebagai berikut: Sebelah Utara, Kelurahan Pandeyan dan Kelurahan Rejowinangun. Sebelah Selatan, Desa Jagalan Kabupaten Bantul. Sebelah Barat Kelurahan Giwangan dan Kelurahan Pandeyan. Sebelah Timur Kelurahan Purbayan. Posisi Kelurahan Prenggan sebagai daya tarik wisatawan sangat strategis karena berada di wilayah selatan Kota Yogyakarta. Jarak dari pusat pemerintahan Kota Yogyakarta rela f dekat. Jarak dari pusat Pemerintahan Kecamatan 1 km, Jarak dari pusat Pemerintahan Kota 1 km. Jarak dari kota/Ibukota Kota Yogyakarta 2 km. Jarak dari Ibukota Provinsi 2 km. Kelurahan Prenggan terbagi kedalam 13 RW dan 57 RT. Adapun luas wilayah 0,83 km2, yang diperuntukan pemukiman, perkantoran, sarana perekonomian, pemakaman, dan jalan. Secara topografis Kelurahan Prenggan merupakan dataran rendah terletak di ke nggian 113 m dari permukaan air laut dengan suhu rata-rata 26° C dan curah hujan rata-rata 2.000 mm/ tahun.

Keadaan Demografis , Jumlah penduduk Kelurahan Prenggan pada tahun 2014 sebanyak 10.912 jiwa terdiri dari 5.325 (48,80 %) laki-laki dan 5.587 (51,20 %) perempuan. Sebagian besar penduduk Kelurahan Prenggan beragama Islam dengan presentase 93,38 %, . Komposisi Penduduk Kelurahan Prenggan Menurut Tingkat Pendidikan cukup variasi, banyak yang tamat SMA dengan presentase 28,31 % diiku penduduk tamat diploma IV/sarjana dengan pesentase 13,46 %r. Komposisi Penduduk Menurut Mata Pencarian, 50% bukan angkatan kerja ,mereka adalah yang belum bekerja, ibu rumah tangga dan sedang melaksanakan pendidikan. Sisanya adalah penduduk yang bekerja yang mayoritas sebagai wiraswasta dan buruh swasta. Sebagai karyawan swasta dengan presentase 17,92 % dan wiraswasta dengan presentase 15,78 %. Sarana dan Prasarana, Sarana transportasi yang terdapat di Kelurahan Prenggan diantaranya : sepeda, sepeda motor, mobil pribadi, gerobak, truk, dan andong, sedangkan sarana komunikasi berupa : handphone, telepon, televisi, radio serta media cetak. Sarana Keagamaan, masjid sebanyak 2 buah,

(7)

mushola 12 buah, langgar 2 buah dan gereja 1 buah. Sarana Kesehatan, fasilitas pelayanan kesehatan yang tersedia antar lain 2 Rumah Sakit, Puskesmas 1 buah, dan apotek 5 buah. Sarana Perekonomian, Warung 221 buah, toko 161 buah, mini market 2 buah dan super market 1 buah. Selain itu terdapat pula koperasi pengrajin perak. Sarana Pendidikan, Prenggan memiliki sarana pendidikan diantaranya : taman kanak – kanak 8 buah, sekolah dasar 8 buah, SMP 1 buah dan SMA 3 buah.

Kelembagaan Masyarakat

Jenis-jenis lembaga yang ada di Kelurahan Prenggan adalah : LPMK (Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Kelurahan), Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga (PKK), Karang Taruna, Rukun Warga ( RW ), Rukun Tetangga ( RT ). Organisasi Keagamaan, takmir masjid, remaja masjid, yasinan dan tahlillan. yang berfungsi untuk menjalin persatuan dan kesatuan keagamaan. OPKP ( Organisasi Pelestari Kawasan Pusaka), OPKP merupakan organisasi perkumpulan warga Kotagede untuk melestarikan budaya yang ada. OPKP berada pada ngkat kelurahan. Se ap kelurahan yang ada di Kecamatan Kotagede memiliki OPKP.

Pengorganisasian kampung Wisata Prenggan

Kondisi Sosial Budaya. Kelurahan Prenggan Kecamatan Kotagede berada di wilayah Kota Yogyakarta, sehingga kondisi sosial masyarakat di wilayah ini adalah pe sosial masyarakat modern dengan pologi perkotaan. Sifat gotong royong masyarakat masih sangat kuat, kondisi kehidupan keagamaan cukup kental dan toleran (Anonim, 2011). Akses informasi mudah didapat sehingga karakter masyarakat lebih terbuka dan ramah. Keberadaan Kampung Wisata Prenggan sebagai bagian dari kawasan Kotagede ditandai terutama oleh terdapatnya banyak peninggalan warisan budaya baik tangible maupun intangible. Atas dasar tersebut Kotagede memiliki predikat sebagai Kawasan Cagar Budaya (KCB). Kampung Wisata Prenggan secara fisik merupakan wilayah pemukiman padat dengan pola kehidupan sosial ekonomi budaya masyarakatnya berkembang sebagaimana pemukiman-pemukiman padat lainnya. Di lingkungan pemukiman-pemukiman ini tersebar berbagai style bangunan warisan budaya masa lalu namun sebagian besar telah mengalami perubahan sesuai dengan tuntutan ekonomi. Di sisi luar (terutama tepi sungai) merupakan bentang alam yang dapat dikembangkan sebagai tujuan wisata alam-rekrea f.

(8)

Kelembagaan

Kampung Wisata Prenggan merupakan satu kesatuan dalam kawasan cagar budaya Kotagede. Berkaitan dengan upaya pengembangan pariwisata di kawasan tersebut, koordinasi antar wilayah yang termasuk satu kawasan dilakukan. Hasil peneli an menunjukkan beberapa organisasi yang saling berkaitan dengan organisasi pelestarian cagar budaya Kotagede. Pertama, Prenggo Wisata, adalah organisasi yang dibentuk untuk mengelola pariwisata di Kampung Wisata Prenggan. Terbentuknya organisasi ini diawali adanya program PNPM Mandiri kepariwisataan. Organisasi Kepariwisataan ini menginduk pada salah satu seksi pada OPKP Prenggan. Berdasarkan pembentukannya tersebut, maka organisasi Prenggo Wisata menurut Ketua Prenggo Wisata “karena proyek”, sehingga keberadaan status Kampung Wisata Prenggan berbeda dengan Kampung Wisata Kota Yogyakarta lainnya. Selain itu menurut Ketua forum Kampung Wisata Kota Yogyakarta bahwa Kampung Wisata Prenggan dikatakan sebagai “accident atau kecelakaan”.

Prenggo Wisata tersebut memperoleh bantuan dana selama 2 tahun , pertama tahun 2012 sebesar 70 juta rupiah. Kedua tahun 2013 mendapat bantuan sebanyak 100 juta rupiah. Menurut bendahara Ibu W , organisasi Prenggo Wisata memfasilitasi ak vitas seni dan budaya yang ada di kelurahan Prenggan seper memfasilitasi pengadaan kostum untuk senitari dan perlengkapan lainnya.

Selain itu diadakan pela han seni tari, juga pela han pembuatan makanan khas kotagede bagi-ibu seper kipo dan lain lain. Juga memfasilitasi kegiatan kesenian musik seper Keroncong. Sebagai kampung Wisata, idealnya memiliki paket-paket wisata yang ditawarkan kepada calon wisatawan. Menurut salah satu pengurus Prenggo Wisata, ak vitas Prenggo wisata selama ini belum ada paket-paket wisata.

Salah seorang pengurus menyatakan bahwa apabila ada wisatawan yang akan datang, beliau dikontak oleh Ketua. Kemudian diberitahu ketua untuk melaksanakannya sesuai kebutuhan tamu. Jika membutuhkan kesenian, maka beliau akan mengontak personil seni yang ada supaya siap atau pengelola kuliner warga setempat. Sebagai organisasi, Prenggo Wisata memiliki Visi dan Misi dengan tujuan mewujudkan Kampung Wisata yang mensejahterakan warganya. Visi - Misi sebagai berikut :

Visi: Pelestarian Budaya dan Pengembangan pariwisata di Kelurahan Prenggan sebagai landasan untuk mencapai kesejahteraan dan keselarasan hidup masyarakat dimasa mendatang. Adapun misinya, menggerakkan seluruh potensi masyarakat

(9)

untuk mendukung pengembangan pariwisata berbasis budaya bagi peningkatan kesejahteraannya, Menumbuhkembangkan ekonomi masyarakat melalui pemberdayaan potensi wisata berbasis Budaya

Sesuai tujuan utama dari kegiatan PNPM Mandiri Pariwisata Kelurahan Prenggan Kecamatan Kotagede berupa peningkatkan kesejahteraan dan kemandirian masyarakat miskin melalui pengembangan potensi pariwisata secara berkelanjutan dengan mengedepankan prinsip-prinsip nilai luhur kemanusiaan dan kemasyarakatan. Kegiatan ini bertujuan (1). Meningkatkan kapasitas pemerintah dalam penerapan model pembangunan par sipa f yang berbasis kemitraan dan kemandirian masyarakat dalam pengembangan pariwisata melalui kebijakan, program dan penganggaran yang berpihak kepada masyarakat miskin (pro poor). (2). Meningkatkan kapasitas Lembaga Pengelola Kampung Wisata Prenggan Kotagede dalam mendorong tumbuh dan berkembangnya par sipasi serta kemandirian masyarakat dalam pengembangan kepariwisataan. (3). Membangun kepedulian dan par sipasi masyarakat secara mandiri dalam pengembangan pariwisata di Kelurahan Prenggan dalam kerangka penanggulangan kemiskinan. (4). Meningkatkan kesejahteraan masyarakat Kelurahan Prenggan melalui pengembangan potensi sumberdaya manusia, sumberdaya alam, ekonomi, sosial dan budaya dengan menunjung nilai-nilai kearifan lokal.

Organisasi kedua yaitu Organisasi Pelestari Kawasan Pusaka (OPKP). Terbentuknya OPKP secara umum mengemban misi melakukan promosi dan aksi kepedulian pelestarian pusaka, inventarisasi dan dokumentasi, advokasi masalah pelestarian, pela han pelestarian, penggalangan dana pelestarian, hingga penggalangan kerjasama dan jejaring dalam rangka pelestarian kawasan pusaka Kotagede. Ke ga, Forum Joglo, Forum Joglo merupakan lembaga yang bergerak di bidang pelestarian kebudayaan, khususnya dalam lingkup kawasan Kotagede. Kawasan Kotagede sendiri telah ditetapkan sebagai Kawasan Cagar Budaya (KCB) dengan adanya SK Gubernur DIY Nomor 186/Kep/2011 mengenai Penetapan Kawasan Cagar Budaya. Keempat, Pringgo Budoyo, statusnya sebagai Kampung Wisata tahun 2012, Kelurahan Prenggan melakukan upaya kelembagaan dan ak vitas wisata di wilayahnya. Dengan adanya pengelola Kampung Wisata, maka Kelurahan Prenggan membentuk lembaga yang arah kegiatannya budaya yaitu Pringgo Budaya. Adapun lembaga tersebut dibentuk dengan Surat Keputusan Lurah Prenggan. Ak vitas seni dan budaya merupakan kegiatan lembaga tersebut, dan kegiatan secara ru n adalah mengiku kegiatan budaya pada saat Ulang Tahun Kota Yogyakarta.

(10)

Keterlibatan Masyarakat dalam Pengelolaan Kampung Wisata

Kemandirian Dalam Membangun kapasitas. Sebelum dicanangkan Kawasan Kampung wisata, masyarakat Prenggan telah memiliki modal sosial budaya yang mencirikan masyarakat tersebut. Suasana Guyub untuk membangun lingkungan, ekonomi maupun sosial budaya. Kegiatan seni merupakan kegiatan mereka seper seni tari, seni ba k, seni suara, kerajinan. Mereka secara mandiri melaksanakan ak vitasnya tanpa melibatkan pemerintah.

Beberapa kegiatan seni yang dilaksanakan masyarakat secara mandiri baik dalam bentuk gagasan lembaga dan kegiatan serta sumber-sumber pendanaan memberi petunjuk bahwa kampung Prenggan memiliki kekuatan di bidang seni diantara pelaku seni yaitu Ibu Jannah, Bapak Yoyok, dan Bapak Jumingan. Adanya lembaga yang mendapat SK Lurah Prenggan yaitu Paguyuban Seni Budaya Pringgo Budoyo menjadi wadah masyarakat dalam melestarikan dan mengembangkan budaya Prenggan memiliki tugas untuk melestarikan Budaya Prenggan. Kondisi potensi tersebut menjadi kekuatan modal wisata Prenggan.

Struktur Komunitas dan Permasalahannya

Mengelola sebuah kampung memerlukan pemahaman dan kesepakatan stakeholders karena mereka yang akan melakukan kegiatan dan menerima manfaatnya. Berbeda antara desa dan kota. Masyarakat kota lebih heterogen, sehingga memiliki karakterisk k yang beragam karena pengetahuan dan pengalaman yang lebih kompleks dibanding masyarakat desa. Demikian halnya di kampung Prenggan, heterogonitas masyarakatnya mempengaruhi pula dalam memahami dan mengetahui upaya pengembangan wisata di kampungnya. Adapun struktur yang ada di kampung Wisata Prenggan di antaranya: terdapat masyarakat miskin yang ada di se ap RW, orang kaya/Juragan, karyawan; kalangan tua dan muda. Di sisi luar (terutama tepi sungai) merupakan lokasi yang sebagian besar adalah masyarakat kurang mampu dan terdapat bentang alam yang dapat dikembangkan sebagai tujuan wisata alam-rekrea f. Dalam mengelola kampung wisata, maka kegiatan dan program atau paket wisata yang menetapkan komunitas, maka sturktur komunitas dapat digunakan sebagai jalan dalam mengelola kampung wisata .

Pelibatan Masyarakat dalam mengorganisasikan Kampung Wisata.

Menurut Simon (1976) pengambilan keputusan seseorang untuk berpar sipasi dalam organisasi dapat dibedakan menjadi 2, yaitu: 1) keputusan

(11)

seseorang untuk bergabung dan meneruskan berpar sipasi dalam suatu organisasi, dan; 2) keputusan seseorang karena diminta berpar sipasi dalam organisasi. Hasil peneli an diketahui bahwa pelibatan masyarakat di Kampung Prenggan dalam mengiku kegiatan kampung wisata merupakan keputusan mandiri dan diminta. Sebagai contoh keterlibatan secara mandiri : pertama, Bp Suryantoro ak vis kebudayaan, secara sukarela membantu pemikiran kondisi umum pasca gempa tentang bangunan pusaka Kotagede. Beliau diminta organisasi Kampung Wisata menjadi pengurus. Selain organisasi Prenggo Wisata beliau juga sebagai ketua OPKP Prenggan dan sebagai Ketua Forum Joglo. Kedua Ibu Shinta, beliau secara langsung terlibat dalam memperkenalkan Kotagede melalui media sosial, dan secara langsung memandu wisatawan apabila ada yang tertarik tentang Kotagede. Keterlibatan yang diminta sebagai contoh Ibu Danardono, pada awalnya beliau diminta ikut pela han kuliner sebagai pendukung pariwisata. Keterlibatan beliau antara lain apabila diminta menyediakan snack bagi tamu atau wisatawan yang berkunjung ke Prenggan atau Kotagede. Kemudian Ibu Jannah beliau diminta membantu memanfaatkan lokasi Joglo mela h menari anak di sanggar tari.

Namun demikian, menurut salah satu pengurus bahwa Prenggo Wisata ak vitasnya vakum sejak tahun 2014. Dana PNPM terakhir tahun 2013. Susunan pengurusnya lupa, karena dak ak f dikarenakan kesibukan masing-masing personil. Tidak pernah ada pertemuan dan paket wisata belum ada. Kemiskinan merata di se ap RW. Pertemuan secara ru n sebagai forum berembug berbagai ak vitas belum berjalan sehingga kegiatan dilakukan secara insidental. Kondisi tersebut menjadi terlihat bahwa pada se ap ak vitas kegiatan di masyarakat hanya orang atau individu tertentu saja yang terlibat. Mekanisme perencanaan, mengiku mekanisme Musrenbang. Menurut bendahara Pringgo Wisata beliau mengawal sejak dari kelurahan sampai kecamatan.

Pelaksanaan kegiatan Prenggo wisata dak bergerak sendiri. Oleh karena bagian dari OPKP, maka koordinasi keatas dilakukan. Forum Joglo sebagai pengendali dalam membuat keputusan. OPKP mengendalikan agar kegiatan wisata dak menyimpang arah. Dalam monitoring dan evaluasi dilakukan secara bersama karena Kampung Wisata Prenggan merupakan satu Kawasan Kotagede dengan Kampung wisata lainnya. Sumber Pendanaan dari pemerintah, melalui Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kota Yogyakarta atau Dinas Sosnakertrans untuk menunjang kepariwisataan. Namun untuk kas organisasi dak ada. Dana yang diperoleh dari kegiatan langsung terserap di masyarakat.

(12)

Faktor Pendukung dan Penghambat Model Pengorganisasian

Faktor Pendukung, (1). Obyek wisata berupa fisik dan non fisik seper bangunan, benda pusaka dan benda yang dipergunakan dalam kehidupan masa lau yang bernilai sejarah, dan non fisik seper seni tari, seni musik dan seni kerajinan , kehlian membuat makanan tradisional serta tradisi adat is adat yang dilestarikan masyarakat Prenggan. (2) Sumberdaya manusia, atau sebagian masyarakat sebagai pemilik warisan sejarah telah memiliki rasa kepedulian dan memanfaatkan untuk pelestarian itu sendiri dan memanfaatkannya dalam pengembangan seni budaya lokal. (3) Lokasi yang strategis kampung Wisata Prenggan memudahkan akses masyarakat mengunjungi lokasi itu. (4) Adanya lembaga-lembaga masyarakat di Kelurahan Prenggan yang keberadaannya atas inisia f warga dan dari luar dapat menjadi kekuatan untuk pengembangan Kampung Wisata Prenggan. (5) Dukungan pemerintah berupa pendanaan dan pendampingan membantu pengembangan masyarakat dalam mendukung kampung wisata Prenggan. Dengan terbentuknya Badan Pengelola Kawasan Cagar Budaya Kotagede (BPKCB) oleh Pemerintah daerah Is mewa Yogyakarta diharapkan akan menjawab permasalahan yang dihadapi KCB Kotagede.

Faktor Penghambat

(1) Belum tersosialisasikan secara merata kepada masyarakat setempat tentang keberadaan organisasi yang mengelola wisata di Kampung Wisata Prenggan, menyebabkan belum dirasakan manfaat kegiatannya bagi masyarakat. (2). Potensi sumberdaya manusia di bidang seni budaya sebagai pendukung pariwisata belum dikelola secara maksimal sehingga karya-karya mereka belum dapat dipentaskan secara pas sehingga belum dapat menjadi sumber pendapatan dan pengembangan keahliannya . ( 3) Lembaga masyarakat yang terbentuk dibidang pelestarian cagar budaya dan pariwisata cenderung terpusat pada personal dan lingkup terbatas, sehingga pengembangan potensi wisata dan pengelolaannya belum sesuai dengan pengembangan pariwisata berbasis komunitas dan rentan terhadap keberlanjutan sebuah organisasi. Kondisi tersebut disebabkan oleh keterbatasan kapasitas personil.(4) Maraknya penjualan benda-benda yang bernilai sejarah yang dimiliki pewaris keluarga di wilayah Prenggan menyebabkan kekhawa ran berbagai pihak bagi kelangsungan pelestarian Cagar Budaya Kotagede dan pariwisata budaya khususnya di Kampung Prenggan.

(13)

KESIMPULAN

Hasil peneli an dapat diambil kesimpulan bahwa Kampung Wisata Prenggan Kecamatan Kotagede memiliki lokasi strategis di wilayah Kota Yogyakarta karena termasuk dalam kawasan cagar budaya peninggalan Kerajaan Mataram. Oleh karena letaknya dalam satu kawasan cagar budaya yang berdampingan dengan kelurahan lain, maka dalam mengelola Kampung Wisata dak bisa lepas dari wilayah lainnya dalam satu kawasan.

Organisasi kepariwisataan telah terbentuk atas dasar program pembangunan yang dilaksanakan di kelurahan Prenggan. Adanya organisasi tersebut menjadi harapan dalam upaya meningkatkan perekonomian warga dan mengembangkan potensi wisata yang telah ada. Ak vitas pariwisata dengan adanya organisasi tersebut selama 3 tahun terakhir belum nampak hasilnya bagi masyarakat secara luas. Hal ini disebabkan keterbatasan dana, kapasitas pengelola wisata belum terfokus masih mengandalkan kegiatan tertentu, belum merancang ak vitas yang berkelanjutan.

Model pengorganisasian masyarakat dalam mengelola dan mengembangkan Kampung Wisata Prenggan melibatkan berbagai stakeholders yaitu masyarakat sebagai individu, lembaga masyarakat, organisasi yang berkaitan dengan kebudayaan, pemerintah setempat dan SKPD dalam hal ini Dinas Pariwisata dan Kebudayaan dan dinas lainnya. Peran pemerintah dalam mendampingi pengelolaan dan pengembangan Kampung Wisata yang selama ini sudah cukup memadai namun belum dimanfaatkan secara op mal oleh masyarakat sehingga kemanfaatannya belum merata. Masalah keterbatasan sumberdaya manusia baik secara kuan tas dan kualitas dalam mengelola kepariwisataan yang melibatkan masyarakat lokal menjadikan keberadaan organisasi pariwisata yang ada belum dirasakan manfaatnya bagi sebagian masyarakat setempat.

REKOMENDASI

Perlunya pemahaman bersama tentang kampung wisata. Kampung wisata dak dapat dilepaskan antara obyek dan kampung wisata sebagai organisasi. Oleh karena daya tarik Kampung Wisata terletak pada budaya masyarakat lokal, sedangkan masyarakat adalah pemilik obyek wisata, maka keterlibatan masyarakat dalam mengambil keputusan kepariwisataan mutlak

(14)

dilakukan. Untuk itu rekomendasi peneli an ini : Pertama, sosialisasi Kampung Wisata Prenggan perlu dilakukan secara terus menerus terjadwal, agar masyarakat setempat memahami dan menyadari keberadaan mereka sebagai tujuan obyek wisata. Kedua, memperha kan kenyataan di masyarakat bahwa Kota Yogyakarta menjadi daerah tujuan wisata yang semakin mendunia khususnya wisata minat khusus, maka pengembangan potensi wisata kampung dan pengelolaannya diperlukan peningkatan secara profesional. Untuk wisata kampung yang melibatkan masyarakat lokal perlu dilakukan pengorganisasian yang kuat agar masyarakat setempat menikma hasil kegiatan pariwisata tersebut. Ke ga, Pemerintah Kota telah membentuk Badan Pengelola Kawasan Cagar Budaya Kotagede, untuk itu forum yang terbentuk dikawal dengan peraturan yang jelas tentang pelestarian cagar budaya, sehingga keberlanjutan budaya dan Kampung Wisata dapat berjalan secara beriringan.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 2010. Yogyakarta Akan Kembangkan Wisata Kampung.

h p://www.tempo.co/read/news/2012/01/19/199378331/Yogyakarta -Akan-Kembangkan-Wisata-Kampung

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian menunjukkan bahwa penyajian laporan keuangan dan aksesibilitas laporan keuangan tidak berpengaruh terhadap penyusunan anggaran dana desa sedangkan

“Pengendalian Kualitas Produk Kemasan Botol 600 ml Dengan Metode Six Sigma” sebagai salah satu persyaratan akademik dalam menyelesaikan dan memperoleh gelar sarjana

3HQHOLWLDQ LQL PHQJHQDL VDVWUD DQDN GHQJDQ MXGXO ³,QWHUWHNVWXDOLWDV 'DODP 1RYHO $QDN 7KH 0DJLF %RRN .Drya 4XUURWD $LQL 'HQJDQ 1RYHO $NX 6D\DQJ 0DPD .DU\D %DLT 6KDILUD 6DOVDELOD´

Ewan Super Wood dalam melaksanakan tanggung jawab perusahaan terhadap penerapan ketentuan waktu kerja bagi pekerja/buruh perempuan harian lepas.. Sesuai dengan

Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Djati Bandung, Dosen Konsentrasi MSDM dan juga sebagai Dosen terfavorit terimakasih atas ilmu dan

Struktur utama Candi Ladang Sungai Batu Jika kita melihat kepada bukti penting yang ditemui di tapak ini iaitu jumpaan sebuah inskripsi Buddha, maka masyarakat tempatan Sungai Batu

Merkityksen muutos, sekä kytkentä väestöön ja maatalouteen vuoden 1975 jälkeen.. Olli Wuori ja