• Tidak ada hasil yang ditemukan

YUNIANANUR WIKRAHMAWATI PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN STIKES KUSUMA HUSADA SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI. Disusun Oleh : NIM: ST

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "YUNIANANUR WIKRAHMAWATI PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN STIKES KUSUMA HUSADA SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI. Disusun Oleh : NIM: ST"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN AUDIOVISUAL TERHADAP

TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG PERILAKU PENCEGAHAN

OSTEOPOROSIS PADA WANITA PREMENOPAUSE

DI KELURAHAN PANULARAN LAWEYAN

YUNIANANUR WIKRAHMAWATI

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN AUDIOVISUAL TERHADAP

TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG PERILAKU PENCEGAHAN

OSTEOPOROSIS PADA WANITA PREMENOPAUSE

DI KELURAHAN PANULARAN LAWEYAN

NASKAH PUBLIKASI

Disusun Oleh :

YUNIANANUR WIKRAHMAWATI

NIM: ST 171067

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN

STIKES KUSUMA HUSADA

SURAKARTA

2019

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN AUDIOVISUAL TERHADAP

TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG PERILAKU PENCEGAHAN

OSTEOPOROSIS PADA WANITA PREMENOPAUSE

DI KELURAHAN PANULARAN LAWEYAN

(2)

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN AUDIOVISUAL TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG PERILAKU PENCEGAHAN OSTEOPOROSIS PADA WANITA PREMENOPAUSE DI KELURAHAN PANULARAN LAWEYAN

Yuniananur Wikrahmawati1), Atiek Murhayati 2), Gatot Suparmanto 3) 1) Mahasiswa Sarjana Keperawatan STIKes Kusuma Husada Surakarta

2) Dosen Sarjana Keperawatan STIKes Kusuma HusadaSurakarta 3) Dosen Sarjana Keperawatan STIKes Kusuma HusadaSurakarta

ABSTRAK

Osteoporosis kini telah menjadi salah satu penyebab penderitaan dan cacat yang paling sering terjadi pada wanita. Fase premenopause 4 – 5 tahun sebelum masuk fase menopause . Pendidikan kesehatan audiovisual sangat baik di gunakan untuk meningkatkan pengetahuan.Semakin tinggi pengetahuan semakin tinggi juga perilaku untuk pencegahan osteoporosis.Sehingga dapat menurunkan angka kejadian premenopause pada wanita.Tujuan penelitian ini untuk mengetahui adanya pengaruh pendidikan kesehatan audiovisual terhadap tingkat pengetahuan tentang perilaku pencegahan osteoporosis pada wanita premenopause. Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan rancangan quasi experiment pre and post testwithout control. Instrumennya menggunakan kuesioner pretest dan posttest dan media audiovisual dengan jumlah responden 60 orang.

Hasil penelitian ini menunjukkan Pengetahuan sebelum diberi pendidikan kesehatan audiovisual pada wanita premenopause mempunyai pengetahuan kurang (66,6%); Pengetahuan sesudah diberi pendidikan kesehatan audiovisual pada wanita premenopause mempunyai pengetahuan baik (91,7%); Ada pengaruh pendidikan kesehatan audiovisual terhadap tingkat pengetahuan tentang perilaku pencegahan osteoporosis pada wanita premenopause (p = 0,000).

Kesimpulan terdapat pengaruh pendidikan kesehatan audiovisual terhadap tingkat pengetahuan tentang perilaku pencegahan osteoporosis pda wanita premenopause dengan p value (0,000 < 0,05).

Kata kunci : osteoporosis, pendidikan kesehatan, audiovisual, premenopause

(3)

EFFECT OF HEALTH EDUCATION ON AUDIOVISUAL LEVEL OF KNOWLEDGE OF BEHAVIOR PREVENTION OSTEOPOROSIS IN PREMENOPAUSAL WOMEN IN VILLAGE

PANULARANLAWEYAN

Yuniananur Wikrahmawati1), Atiek Murhayati 2), Gatot Suparmanto 3)

1) Studeeent of Bachelor’s Degree Program in Nursing of Kusuma Husada Cpllege of Health Sciences of Surakarta

2) Lecturer of Bachelor’s Degree Program in Nursing of Kusuma Husada College of Health Sciences of Surakarta

3) Lecturer of Bachelor’s Degree Program in Nursing of Kusuma Husada College of Health Sciences of Surakarta

ABSTRACT

Osteoporosis has now become one of the causes of suffering and disability that is most common in women. Premenopausal phase of 4-5 years before entering menopause. Audiovisual excellent health education used to increase knowledge. The higher the higher the knowledge of the behavior for the prevention of osteoporosis. So as to reduce the incidence of premenopausal women. The purpose of this study to investigate the effect of health education on the level of knowledge of audiovisual behavioral prevention of osteoporosis in premenopausal women.

This type of research is quantitative research design quasi experimental pre and post testwithout control. The instrument uses pretest and posttest questionnaire and audiovisual media with the number of respondents 60 people.

The results of this study indicate prior knowledge of health education given audiovisual in premenopausal women have less knowledge (66.6%); Knowledge audiovisual after health education given in premenopausal women have a good knowledge (91.7%); There is an effect on the level of health education audiovisual knowledge about the behavior of the prevention of osteoporosis in premenopausal women (p = 0.000).

Conclusion there is impact of health education on the level of knowledge of audiovisual osteoporosis prevention behaviors pda premenopausal women with p value (0.000 <0.05).

Keywords: osteoporosis, health education, audiovisual, premenopausal References: 31 (2010 - 2017)

(4)

PENDAHULUAN

Setiap tahun sekitar 25 juta wanita di seluruh dunia diperkirakan mengalami menopause. Jumlah wanita usia 50 tahun ke atas diperkirakan meningkat dari 500 juta pada saat ini menjadi lebih dari 1 miliar pada 2030, sedangkan wanita premenopause sebanyak 342 juta. Di Asia, masih menurut data World Health Organization (WHO), pada 2025 jumlah wanita yang berusia tua diperkirakan akan melonjak dari 107 juta ke 373 juta (Purwoastuti, 2011).Penduduk lanjut usia beberapa tahun terakhir mengalami peningkatan yang signifikan. Menurut WHO, di kawasan Asia Tenggara populasi Lansia sebesar 8% atau sekitar 142 juta jiwa. Pada tahun 2050 diperkirakan populasi Lansia meningkat 3 kali lipat dari tahun 2017. Pada tahun 2017 jumlah Lansia 24.000.000 (9,77%) dari total populasi, dan tahun 2020 diperkirakan jumlah Lansia mencapai 28.800.000 (11,34%) dari total populasi (Kemenkes RI., 2018). Kejadian insomnia pada lansia menurut WHO cukup tinggi yaitu 67% (Utami, 2015).

Di Amerika Serikat di dapatkan 24 juta penderita osteoporosis yang memerlukan pengobatan, 80% nya adalah wanita. Sepuluh juta jelas mengalami osteoporosis dan 14 juta mengalami massa tulang yang rendah (Misnadiarly, 2013).

Ketua Persatuan Osteoporosis Indonesia (PEROSI) lebih dari 50 % keretakan osteoporosis pinggang di seluruh dunia

kemungkinan terjadi di Asia pada 2050. Prevalensi osteoporosis pada umur kurang dari 70 tahun untuk perempuan sebanyak 18 – 36 %, sedangkan pria 20 -27 % untuk diatas 70 tahun untuk perempuan sendiri 53,6% dan pria 38%. Enam provinsi dengan resiko osteoporosis lebih tinggi adalah Sumatera selatan 27,7% , Jawa Tengah 24,42%, Yogyakarta 23,5% , Sumatera Utara 22,82% , Jawa Timur 21,42%, Kalimantan Timur 21,42% .

Angka resiko osteoporosis di Jawa Tengah sebesar 24,42 % karena pengetahuan kurang tentang perilaku pencegahan osteoporosis dan didukung oleh penelitian Setiani, dkk (2015) di Kelurahan Tipes Surakarta, bahwa pengetahuan yang baik, yang telah dimiliki oleh responden mengenai osteoporosis mempengaruhi munculnya perilaku responden yaitu mencegah terjadinya osteoporosis. Pada wanita premenopause yang memiliki tingkat pengetahuan yang tinggi mengenai osteoporosis, sebagian besar (53,3%) memiliki perilaku aktif dalam mencegah osteoporosis dan 43,7% memiliki perilaku kurang aktif dalam mencegah osteoporosis. Sedangkan wanita premenopause dengan tingkat pengetahuan sedang memiliki perilaku kurang aktif lebih besar (81,3%) dibanding yang memiliki perilaku aktif yaitu 18,7%.

Hasil studi pendahuluan pada tanggal 19 Mei 2018 di Kalurahan Panularan melalui wawancara terhadap 10 wanita premenopause meliputi pengertian, penyebab,dampak dan

(5)

upaya pencegahan osteoporosis dan didapatkan bahwa 6 orang tidak mengerti tentang pencegahan osteoporosis dengan baik yang mereka tahu hanya untuk menghindari osteoporosis dengan mengkonsumsi susu sedangkan 4 orang yang mengerti tentang pencegahan osteoporosis yaitu dengan pola hidup yang sehat seperti, berolahraga dan rutin minum susu.

Osteoporosis kini telah menjadi salah satu penyebab penderitaan dan cacat yang paling sering terjadi pada orang berusia lanjut, terutama pada wanita. Ketika wanita mencapai usia menopause, maka semakin menurun pula kadar kalsium dalam tulang. Sebelum terjadi fase menopause, biasanya didahului dengan fase premenopause. Premenopause adalah masa 4-5 tahun sebelum menopause. Bagi kebanyakan perempuan, gejala fase premenopause mulai muncul pada usia 40 tahun yang menimbulkan gejala yang sangat mengganggu aktivitas kehidupan wanita, termasuk hilangnya kesuburan dan meningkatnya risiko osteoporosis pada kondisi menjelang menopause (Proverawati, 2010).

Osteoporosis adalah suatu penyakit yang ditandai dengan berkurangnya massa tulang dan adanya perubahan mikroarsitektur (bentuk mikro/terhalus) jaringan tulang yang mengakibatkan menurunnya kekuatan tulang dan meningkatnya kerapuhan tulang, sehingga menyebabkan tulang mudah patah. Osteoporosis dijuluki sebagai silent epidemic diseases, karena menyerang secara diam-diam, tanpa adanya

tanda-tanda khusus, sampai pasien mengalami patah tulang (Misnadiarly, 2013).

Usia, jenis kelamin dan ras merupakan faktor penentu utama dari massa tulang dan resiko patah tulang. Osteoporosis dapat terjadi pada semua usia, namun hal ini lebih banyak terjadi pada orang lanjut usia. Selama masa anak-anak dan dewasa muda, pembentukan tulang jauh lebih cepat dibandingkan dengan kerusakan tulang. Titik puncak massa tulang (peak bone mass) tercapai pada sekitar usia 30 tahun, dan setelah itu mekanisme resorpsi tulang menjadi jauh lebih cepat dibandingkan dengan pembentukan tulang. Penurunan massa tulang yang cepat akan menyebabkan kerusakan pada mikroarsitektur tulang khususnya pada tulang trabekular (National Osteoporosis Foundation, 2014).

Untuk meningkatkan pengetahuan dapat diberikan melalui pendidikan kesehatan, Pendidikan kesehatan merupakan proses untuk meningkatkan kemampuan masyarakat dalam memelihara dan meningkatkan kesehatan yang dapat menghasilkan perubahan dan peningkatan pengetahuan dalam waktu yang pendek (Notoadmodjo, 2014)

Pemberian pengetahuan kepada wanita premenopause dilakukan melalui pendidikan kesehatan dengan menggunakan media audio visual lebih efektif dibandingkan media yang lain karena dengan media audiovisual melibatkan pendengaran dan penglihatan sehingga pengetahuan yang diperoleh dan di simpan dalam jangka waktu yang lebih lama

(6)

(Asyhar, 2011) Menurut penelitian para ahli indera, yang paling banyak menyalurkan pengetahuan ke dalam otak adalah “mata”. Kurang lebih 75% sampai 87% diperoleh melalui mata. Sedangkan 13% sampai 25% lainnya tersalur melalui indera yang lain, salah satunya adalah indera “telinga”. Pendidikan kesehatan dengan menggunakan media audio visual akan mempengaruhi perilaku seseorang melalui pengetahuan yang didapatnya, karena semakin banyak indera yang digunakan untuk menerima sesuatu, maka semakin banyak dan semakin jelas pula pengertian atau pengetahuan yang diperoleh.

Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui adakah pengaruh pendidikan kesehatan dengan audiovisual terhadap tingkat pengetahuan tentang perilaku pencegahan osteoporosis pada wanita pre menopause di kelurahan panularan laweyan.

METODE

Desain Penelitian, Lokasi dan Waktu

Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah quasi experiment pre and post test

without controlTeknik pengambilan sampel pada

penelitian ini menggunakan Total Samplingdengan jumlah sampel 60 responden. Penelitian ini dilaksanakan di Kelurahan Panularan Laweyan pada tanggal 1 Desember -28 Desember 2018.

Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah semua wanita premenopause di kalurahan panularan laweyan yang berjumlah 60orang .

InstrumentPenelitian

Instrumen yang digunakan untuk penelitian ini kuesioner tertutup berupa daftar pertanyaan berjumlah 16 soal favorable (positif) dengan skala likert.

HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Karakteristik Responden

a. Karakteristik responden berdasarkan Umur

Tabel1: Distribusi frekuensi umur responden di Kelurahan Panularan Laweyan (n = 60) Mean Median STD Min Max

1,93 2,00 ,972 1 4

Berdasarkan tabel 4.1 dilihat dari umur responden menunjukan bahwa semua responden berumur 40 -55 tahun sebanyak 60 orang (100,0%) mean (1,93), median (2,00), std deviation (,972)

b. Karakteristik responden berdasarkan tingkat pendidikan

Tabel4.2.Karakteristik responden berdasar-kan pendidiakn akhir(n = 20)

Pendidikan Frekuensi (f) Persentase (%) SD 11 18,3 SMP 19 31,7

(7)

SMA 25 41,7 Sarjana 5 8,3

Total 60 100,0

Berdasarkan tabel 4.2 menunjukan bahwa pendidikan terakhir responden sebagian besar berpendidikan SMA sebanyak 25 orang ( 41,7 %).

c. Karakteristik responden berdasarkan pekerjaan

Tabel 4.3 Distribusi frekuensi pekerjaan responden di Kelurahan Panularan Laweyan (n = 60) Pekerjaa n Frekuen si (f) Persentase( %) Buruh 22 36,7 IRT 29 48,3 Swasta 6 10,0 Sarjana 3 5,0 Total 60 100,0 Tabel 4.3 dilihat dari pekerjaan ndidapatkan sebagian besar responden bekerja sebagai ibu rumah tangga sebanyak 29 orang (48,3%).

2. Analisis Univariat

a. Pengetahuan wanita pre menopause sebelum dilakukan pendidikan kesehatan audiovisual tentang pengetahuan tentang perilaku pencegahan osteoporosis pada wanita premenopause di Kelurahan Panularan Laweyan.

Tabel 4.4 Distribusi frekuensi Pengetahuan wanita pre menopause sebelum dilakukan pendidikan

kesehatan tentang perilaku pencegahan osteoporosis melalui media audiovisual di Kelurahan Panularan Laweyan (pre test) (n = 60)

Pengetahuan Frekuensi (f) Persetase (%) Kurang 40 66,6 Cukup 20 33,3 Baik 0 0 Total 60 100,0 Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengetahuan wanita pre menopause sebelum dilakukan pendidikan kesehatan tentang perilaku pencegahan osteoporosis melalui media audiovisual di Kelurahan Panularan Laweyan (pretest) mayoritas mempunyai pengetahuan yang kurang yaitu sebanyak 40 orang (66,6%). Hal ini dibuktikan dari 16 pertanyaan kuisioner pengetahuan tentang perilaku pencegahan osteoporosis pada wanita premenopause yang diberikan tidak dijawab dengan benar. Enam belas pernyataan yang ada hanya tiga pernyataan yang sebagian besar mendapat skor tiga dengan jawaban sering yaitu pertanyaan ke satu,lima dan sembilan. Tiga belas pernyataan lainnya mendapat skor dua dan satu dimana hampir semua pernyataan mendapat jawaban jarang dan sangat tidak pernah yang artinya responden belum

(8)

memahami dan mengetahui tentang perilaku pencegahan osteoporosis pada wanita pre menopause. Pengetahuan yang kurang atau minim dapat menyebabkan salahnya keluarga terhadap upaya perawatan dan pencegahan berulangnya penyakit yang sama (Eka Rokhmiawati , 2012).

b. Pengetahuan wanita pre menopause setelah di lakukan pendidikan kesehatan audiovisual tentang tingkat pengetahuan tentang perilaku pencegahan osteoporosis pada wanita premenopause di Kelurahan Panularan Laweyan.

Tabel 4.5 Distribusi frekuensi Pengetahuan wanita pre menopause sesudah dilakukan pendidikan kesehatan tentang perilaku pencegahan osteoporosis melalui media audiovisual di Kelurahan Panularan Laweyan (post test) ( n = 60) Pengetahuan Frekuensi (f) Persentase (%) Kurang 0 3,6 Cukup Baik 5 55 8,3 91,7 Total 60 100,0

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengetahuan wanita pre menopause tentang perilaku pencegahan osteoporosis sesudah dilakukan pendidikan kesehatan melalui media

audiovisual mayoritas mempunyai

pengetahuan baik yaitu sebanyak 55 orang (91,7%). Hal ini dibuktikan

dengan jawaban benar responden dari 16 pernyataan yang diberikan sebagian besar mendapat skor 4 dan 3, dimana sebagian besar jawaban responden adalah selalu dan sering yang berarti ada peningkatan pengetahuan. Hal ini sesuai dengan penelitian (Sulistsetyawati, 2011) yang menyatakan bahwa ada pengaruh pendidikan kesehatan melalui metode ceramah dan audiovisual

terhadap peningkatan pengetahuan ibu tentang menopause.

3. Analisis Bivariat

a. Pengaruh pendidikan kesehatan terhadap tingkat pengetahuan pre menopause terhadap tingkat pengetahuan tentang perilaku pencegahan osteoporosis pada wanita pre menopause di Kelurahan Panularan Laweyan.

Tabel 4.6.Hasil uji Wilcoxon tingkat pengetahuan tentang perilaku pencegahan osteoporosis sebelum dan sesudah diberikan pendidikan kesehatan dengan audiovisual. Pengetahuan Mean T P Pre test 2,98 -7,429 0,000 Post test 1,08

Hasil penelitian menunjukan rata-rata pre

test pengetahuan tentang perilaku

pencegahan osteoporosis (1,36), sedangkan rata-rata post test pengetahuan tentang perilaku pencegahan osteoporosis (2,82). Hasil uji statistik dengan wilcoxon menunjukan p value 0,000 < 0,05

(9)

sehingga H0 ditolak dan H1 diterima artinya ada pengaruh pendidikan kesehatan audiovisual terhadap tingkat pengetahuan tentang perilaku pencegahan osteoporosis pada wanita pre menopause di Kelurahan Panularan Laweyan.

Hal ini dapat dilihat dari perubahan pengetahuan seperti yang diharapkan dari pendidikan kesehatan dimana dari tidak tahu menjadi tahu.

Hasil penelitian ini juga menunjukan adanya pengaruh dari pendidikan kesehatan tentang perilaku pencegahan osteoporosis dengan menggunakan media audiovisual terhadap pengetahuan wanita premenopause dilihat dari antusias wanita pre menopause menyimak saat video diputar dan hal ini sesuai dengan (Asyhar, 2011) mendefinisikan bahwa media audio visual adalah jenis media yang digunakan dalam kegiatan pembelajaran dengan melibatkan pendengaran dan penglihatan sekaligus dalam satu proses atau kegiatan. Media audio visual sendiri lebih mempermudah cara penyampaian dan penerimaan informasi atau bahan pendidikan.

Media audio visual juga salah satu alat yang dapat membantu menegakkanpengetahuan-pengetahuan yang telah diterima oleh manusia, sehingga apa yang diterima akan lebih lama tinggal atau disimpan di dalam ingatan. Menurut penelitian para ahli

indera, yang paling banyak menyalurkan pengetahuan ke dalam otak adalah “mata”. Kurang lebih 75% sampai 87% diperoleh melalui mata. Sedangkan 13% sampai 25% lainnya tersalur melalui indera yang lain, salah satunya adalah indera “telinga”. Pendidikan kesehatan dengan menggunakan media audio visual akan mempengaruhi perilaku seseorang melalui pengetahuan yang didapatnya, karena semakin banyak indera yang digunakan untuk menerima sesuatu, maka semakin banyak dan semakin jelas pula pengertian atau pengetahuan yang diperoleh. Dengan perkataan lain, alat peraga ini dimaksudkan untuk mengerahkan indera sebanyak mungkin kepada suatu objek, sehingga mempermudah persepsi (Machfoedz & Suryani, 2013).

Hasil penelitian ini juga menunjukan adanya pengaruh dari pendidikan kesehatan tentang perilaku pencegahan osteoporosis dengan menggunakan media audiovisual terhadap pengetahuan wanita premenopause dilihat dari jumlah pernyataan kuisioner pengetahuan yang diisi oleh wanita premenopause atau responden, dimana terdapat peningkatan yang signifikan pada jawaban 16 pernyataan pretest yang sebagian besar menjawab jarang dan tidak pernah menjadi selalu dan sering pada 16 pernyataan posttest. Hal ini menunjukan

(10)

bahwa wanita premenopause sudah mulai memahami tentang perilaku pencegahan osteoporosis pada wanita premenopause setelah mendapatkan pendidikan kesehatan dengan menggunakan video (audiovisual). Hasil penelitian ini didukung oleh (Rahmawati, 2014) yang menyatakan bahwa penyuluhan menggunakan media audiovisual dapat meningkatkan tingkat pengetahuan, sikap dan perilaku lebih tinggi dengan modul dan kontrol dan juga didukung oleh (Suyami, 2011) Ada pengaruh pendidikan kesehatan melalui metode ceramah dengan audio visual terhadap pengetahuan ibu dalam menjalani menopause.

Pendidikan memiliki peranan yang penting dalam menentukan kualitas manusia, dengan pendidikan manusia memperoleh pengetahuan dan informasi. Seseorang dengan pendidikan tinggi akan lebih mudah mendapatkan dan menerima informasi, baik dari orang lain maupun dari media . Hal ini sesuai dengan penelitian (Furi, 2015), yang mengatakan bahwa makin tinggi pendidikan seseorang, makin tinggi pengetahuan gizi dan kesehatannya yang dapat berpengaruh terhadap pemilihan bahan makanan yang akan dikonsumsi

Adanya perubahan yang signifikan terhadap pengetahuan tentang perilaku pencegahan osteoporosis pada wanita premenopause yang telah diberikan

pendidikan kesehatan, hal ini karena penglihatan dan pendengaran merupakan rangsangan yang menstimulus otak besar (cerebrum) pada bagian lobus frontal sehingga dapat mengubah pola berpikir dan perilaku.

Hal ini mengindikasikan bahwa tujuan pendidikan kesehatan telah berhasil, karena dapat mengubah pemikiran yang sebelumnya tidak tahu menjadi tahu, sehingga dapat merubah perilaku . Hal ini sejalan dengan yang dikemukakan Notoadmojo, (2014) pendidikan kesehatan merupakan penambahan pengetahuan dan kemampuan seseorang melalui teknik praktik belajar atau instruksi secara individu untuk meningkatkan kesadaran akan nilai kesehatan sehingga dengan sadar mau mengubah perilakunya menjadi perilaku sehat.

Informasi tentang perilaku pencegahan osteoporosis yang diberikan sesuai dengan yang dibutuhkan , sehingga pada saat dilakukan pendidikan kesehatan wanita premenopause menyimak informasi yang disampaikan secara langsung, dan bertanya apabila mereka tidak mengerti apa yang disampaikan. Sehingga dapat disimpulkan bahwa pendidikan kesehatan dengan menggunakan media audiovisual yang diberikan di Kalurahan Panularan Laweyan dapat digunakan untuk

(11)

meningkatkan pengetahuan wanita premenopause mengenai perilaku pencegahan osteoporosis.

KESIMPULAN

Kesimpulan dari penelitian ini adalah ada pengaruh pendidikan kesehatan tentang perilaku pencegahan osteoporosis melalui media

audiovisual terhadap pengatahuan wanita

premenopause di Kalurahan Panularan Laweyan dengan p value (0,000 < 0,05)

SARAN

Saran dalam penelitian ini antara lain adalah:

1. Untuk Masyarakat

Hasil penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang pentingnya melakukan perilaku pencegahan osteoporosis

2. Untuk Institusi Pendidikan

Sebagai bahan masukan untuk menambah kepustakaan dan literatur serta untuk mengembangkan ilmu

3. Untuk Peneliti Lain

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memotivasi peneliti lain untuk melakukan penelitian lebih lanjut tentang perilaku pencegahan osteoporosis pada wanita premenopause

DAFTAR PUSTAKA

Agustiawati & Sri Hadi Sulistyaningsih,

(2017).Hubungan Tingkat

Pengetahuan Dan Sikap Ibu

Premenopause Terhadap Kesiapan Dalam Menghadapi Masa Menopause

Di Desa Padangan Kecamatan

Winong Tahun 2017.Jurnal Ilmu Keperawatan dan Kebidanan.Vol 8 No 2.2017 : 25 – 31. Akademi Kebidanan Bakti Utama Pati.

Arsyad, A. 2010.Media Pembelajaran. Jakarta: Rajawali Pers.

Arum Munawaroh, (2013). Hubungan tingkat

pengetahuan terhadap perilaku

pencegahan osteoporosis pada

mahasiswi di univeritas

singaperbangsa karawang tahun 2013 Avliya Qoratul Marjan dan Sri Anna Marliyanti,

(2013 ). Hubungan antara pola konsumsi pangan dan aktivitas fisik dengan kejadian osteoporosis pada lansia di panti werdha Bogor. Jurnal Gizi dan Pangan, Juli 2013, 8(2) : 123

128. Terdapat di : http://

journal.ipb.ac.id/index.Php/jgizipanan/ article/ view /7689/5955

Azwar, Saifuddin. 2013. Sikap Manusia Teori

dan Pengukurannya.Yogyakarta :

Pustaka Pelajar

Ditya Yankusuma Setiani, Rahayu Setyaningsih,

(12)

Hubungan Tingkat Pengetahuan

Osteoporosis Dengan Perilaku

Pencegahan Osteoporosis Pada

Wanita Pre Menopause Di Kelurahan Tipes Surakarta.Jurnal ilmu kesehatan kosala. Terdapat di : http://ejurnal.akperpantikosals.ac.id/in

dex.php/jik/donwload/ diakses 20

Maret 2018

Farida Umamah & Faisal Rahman, (2016 ).

Hubungan Senam Osteoporosis

Dengan Kejadian Osteoporosis Pada Peserta Senam Di Rumah Sakit Islam Surabaya. Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol. 9, No 2, Agustus 2016 : 114 - 120 Febriani Rizka, (2015). Hubungan tingkat

pengetahuan terhadap perilaku

pencegahan osteoporosis pada wanita premenopause di Kelurahan Jebres

Surakarta. Terdapat di :

https://eprints.uns.ac.id/21078/67 I Nyoman Gedir, Anak Agung Gede Agung, Ida

Ayu Dewi Kumala Ratih, I Wayan Mustika, I Wayan Suanda, Ni Nyoman Widiari, I Nyoman Wirata, (2017). Media Komunikasi Dalam Penyuluhan Kesehatan.Yogyakarta : ANDI

Irianto Koes, (2017), anatomi dan fisiologi. Yogyakarta : Rapha Publishing. La Ode, 2012. Asuhan Keperawatan Gerontik.

Yogyakarta. Nuha Medika

Machfoedz, Suryani, E Sutrisno, Santosa S, (2013). Pendidikan Kesehatan Bagian Dari Promosi Kesehatan .Yogyakarta : Fitramaya

Megawati, Hartati, Supriyono, ( 2016).

Efektifitas Pendidikan Kesehatan

Dengan Media Audiovisual Oleh Peer

Group Terhadap Pengetahuan

Menggosok Gigi Kelas 4 Dan 5 DI SDN Kalicari 01 Semarang.Jurnal ilmu keperawatan dan kebidanan (JIKK). Program Studi S1 Ilmu

Keperawatan STIKES Telogorejo

Semarang

Meri Ramadani, (2010). Faktor-Faktor resiko

osteoporosis dan upaya

Pencegahannya. Jurnal Kesehatan

Masyarakat. Terdapat di : Http:// jurnal.fkm.unand.ac.id/index.php/jkma /article/view/78

Misnadiarly, (2013).Ostheoporosis pengenalan

faktor risiko pencegahan dan

pengobatan. Jakarta Barat : Permata putri medika.

Nazarwin, (2011).Perbedaan pengaruh

pendidikan kesehatan HIV AIDS

dengan metode curah pendapat dan

ceramah menggunakan media

audiovisual terhadap pengetahuan

siswa SMAN 4 TANGERANG

(13)

Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Terdapat di : http//

etd.respository.uinjkt.ac.id/downloadfil e/665438/9675189

Noor, Zairin. 2014. Buku Ajar Osteoporosis,

Patofisiologis dan Peran Atom

Mineral dalam Manajemen Terapi. Jakarta : Salemba Medika

Notoadmodjo, Soekidjo, (2012). Promosi

Kesehatan Dan Ilmu Perilaku. Jakarta : Rineka Cipta.

Parva N R, Tadepalli S, Singh P, et al. (June 05, 2018) Prevalence of Vitamin D

Deficiency and Associated Risk

Factors in the US Population (2011-2012). Cureus 10(6): e2741. DOI 10.7759/cureus.2741

Priehati & dr Yeti Mumpuni, (2017). Deteksi Osteoarthritis Vs Ostheoporosis -

Perbedaan Seluk Beluk &

Penanganannya. Yogyakarta : Rapha Publishing.

Purwoastuti, (2011).Waspada

!Osteoporosis.Yogyakarta : Kanisius. Q. Ashton Acton, (2012). Bone Diseases : New

Insights For The Healtcare

Profesional. Atlanta Georgia :

Scholary Editions.

Sherwood L , (2014). Fisiologi Manusia Dari Sel Ke Sistem. Jakarta : EGC.

Sri Ganesh Rajaratenam, Rose Dinda Martini,

Nur Indrawati Lipoeto, (2014).

Hubungan Tingkat Pengetahuan dan Sikap dengan Tindakan Pencegahan Osteoporosis pada Wanita Usila di Kelurahan Jati. Jurnal Kesehatan

Andalas. Terdapat di :

http://jurnal.fk.unand.ac.id/index.php/j ka/article/view/96/91

Sugiyono,(2015). Metode Penelitian Pendidikan

Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif,

R&D. Edisi 21.Bandung : ALFABETA. Sulistyawati & Poverawati, (2010).Menopause

Dan Sindrome Premenopause.Yogyakarta : Nuha Medika. Terdapat Di Http://Jurnal.Fkm.Unand.Ac.Id/Index. Php/Jkma/Article/View/78

Wawan & Dewi, (2011). Teori Dan Pengukuran Dan Pengetahuan Sikap Dan Perilaku Manusia. Yogyakarta : Mulia Medika.

WHO, 2012.Pedoman Pengendalian

Osteoporosis. Jakarta. Diambil dari http://www.hukor.depkes.go.id/up_pro d_kepm enkes/KMKNo.114.pdf.diakses tanggal 20 Mei 2018

Widanti, 2012. "Hubungan Tingkat Pendidikan dengan Tingkat Pengetahuan tentang Osteoporosis pada Wanita Usia 45-55

(14)

Tahun Di Dusun Tembi, Sewon, Bantul, Yogyakarta". Skripsi. Fakultas Ilmu Kesehatan. Universitas Respati Yogyakarta.

Yasinta Ema Soke,Mohamad Judha ,Tia

Amestiasih, (2016). Hubungan

Pengetahuan Lansia Tentang

Osteoporosis Dengan Perilaku

Mengkonsumsi Makanan Berkalsium Di Panti Wredha X Yogyakarta. Jurnal Keperawatan Respati Vol. III, No. 1.

Terdapat di :

http://nursingjurnal.respati.ac.id/index .php/JKRY/article/download/135/56. Diakses 20 Agustus 2018.

Zaviera F (2010). Pencegahan Dini,

Penanganan dan Terapi, Jogjakarta : Kata Hati

Gambar

Tabel  4.3  Distribusi  frekuensi  pekerjaan  responden  di  Kelurahan  Panularan  Laweyan (n = 60)  Pekerjaa n  Frekuensi (f)  Persentase(%)  Buruh   22  36,7  IRT  29  48,3  Swasta  6  10,0  Sarjana   3  5,0  Total  60  100,0

Referensi

Dokumen terkait

Sementara itu, teknik pengolahan data yang digunakan dalam penelitian ini dibagi ke dalam dua bagian yaitu analisis kualitatif atas kebijakan-kebijakan produksi, jalannya

Tergantung dari penggunaan analisa tugas yang diharapkan, struktur yang dibangun dapat berbeda, sebagai contoh, untuk menghasilkan manual perbaikan mobil digunakan taksonomi

Manfaat penelitian ini adalah memberikan informasi mengenai besar laju infiltrasi tanah pada kelas kemiringan lereng dan model yang sesuai digunakan di Hutan Pendidikan

Peningkatan produktivitas padi gogo dapat dilakukan dengan merakit varietas padi gogo tipe baru, dengan karakteristik antara lain tinggi tanaman 100- 120 cm, jumlah

Pilihan hukum harus dinyatakan secara tegas dalam kontrak oleh kedua belah pihak yang telah sepakat, akan tetapi tidak jarang para pihak tidak memahami

Kelompok usia 51-55 tahun menempati posisi teratas diikuti oleh kelompok usia 46- 50 tahun, sementara itu kelompok usia extrim (&lt;25 tahun dan &gt;65 tahun) berada pada posisi

Sediaan kosmetika berbentuk serbuk yang digunakan dengan cara dimasukkan kedalam air mandi untuk berendam, memberikan rasa segar dan wangi pada kulit Sediaan untuk. mandi

Pencegahan sekunder merupakan pencegahan tahap kedua, dimana pada tahap ini kegiatan yang dilakukan adalah kegiatan yang spesifik untuk mencegah terjadinya