• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. seseorang. Dalam keluargamanusia mulai berinteraksi dengan orang lain. Dalam kebersamaan,

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. seseorang. Dalam keluargamanusia mulai berinteraksi dengan orang lain. Dalam kebersamaan,"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Keluarga adalah sumber pertama dan utama dalam proses pembentukan kepribadian seseorang remaja.Di dalam keluarga ditemukan elemen dasar yang membentuk kepribadian seseorang. Dalam keluargamanusia mulai berinteraksi dengan orang lain. Dalam kebersamaan, seseorang dapat berprosesmembentuk diri dalam ruang lingkup yang berbeda-beda. Perbedaan ini menuntut adanya sikap adaptatif.1

Salah satu aktifitas yang sangat penting dalam proses pembentukan diri adalah interaksi sosial. Melalui proses interaksi dalam keluarga, seorang secara bertahap mulai mengembangkan kemampuan nalar dan imajinasinya. Melalui pemahaman nilai-nilai dasar dalam keluarga, persepsi seorang remaja mulai diarahkan, dibentuk dan dibenahi, demi suatu tujuan yang luhur, yakni kematangan dan kebijaksanaan diri seorang remaja dalam pola pikir dan pola lakunya. Tak dapat dipungkiri bahwa, respon seorang akan kehidupannya sesungguhnya menjiwai kehidupan yang dianut oleh keluarga.2

Dalam irama yang sama, Paus Yohanes Paulus II menandaskan bahwa keluarga menjadi lingkup yang tepat bagi penanaman nilai-nilai moral bagi seorang anak remaja. Pendidikan tersebut bertujuan agar para remaja secara bertahap memahami misteri penyelamatan Allah, sehingga kelak dapat mengaplikasikannya dalam ruanglingkup kehidupan bersama. Di sini Paus Yohanes Paulus II mengatakan, keluarga adalah dasar fondasi bagi kepribadian seorang

1Monty P Satiadarma, Persepsi Orang Tua Membentuk Prilaku anak, (Jakarta: Pustaka Populer

Obor,2001), hal. 121

(2)

anak.Baik dan tidaknya seorang anak remaja, sangat bergantung pada prinsip dan kebiasaan yang terjadi dalam keluarga.3

Penegasan Paus tentang keluarga sebagai fondasi turut memberi sumbangan mendasar untuk kembali direfleksikan oleh keluarga-keluarga dalam proses pendidikan dan pembinaan anak-anak remaja dalam tantangan zaman kekinian.Keluarga perlu menghayati nilai-nilai religius dalam hidup bersama yang konkret agar memotivasi para remaja untuk mengaplikasikan dalam hidup bersama apa yang patut diteladeni dari keluarga.Misalnyajika moralitas kehidupan keluarga itu baikanak-anak akan memetik hikmah betapa harmonisnya hidup dalam suatu keluarga yang penuh kebaikan. Fenomen-fenomen degradasi moral seperti sikap egoisme, pertengkaran, perselisihan, dendam, kekerasan, perjudian, bahkan narkoba dalam praktek hidup keluarga banyak kali menjadi alasan-alasan yang cukup kuat bagi perilaku amoral para remaja.

Fenomen-fenomen seperti di atas tidak lagi menjadi daya tarik tersendiri yang mendukung perkembangan kehidupan moral para remaja. Keluarga atau lebih khusus lagi orang tua terjerat dalam deviasi pemahaman dan penghayatan yang keliru terhadap mulianya tugas orang tua sebagai pendidik dan pembina dalam kehidupan keluarga sebagai sekolah yang pertama dan utama.Fenomen postmodern tanpa sadar mengikis dan mereduksi nilai moral ke dalam persepsi yang sarat hedonistik dan konsumeristik.Uang menjadi segalanya.

Tuntutan ekonomi makin menantang, memacu orang tua untuk lebih banyak waktu berurusan dengan kemapanan hidup ekonomis, ketimbang penanaman nilai-nilai moral sebagai pijakan dalam kehidupan anak-anak remaja.Pesatnya arus global membeberkan banyak perubahan dalam segala bidang.Kehidupan di satu sisi turut dibantu untuk makin maju melalui

3Paus Yohanes Paulus Ke II:Amanat Apostolik Familiaris Consortio (FC) No. 37,Widyamartaya,

(3)

hal-hal baik dalam globalisasi.Pada satu sisi pun arus global membeberkan dinamika idealisme yang menantang, di mana hal-hal yang berhubungan dengan nilai-nilai agama dan nilai-nilai moral mengalami pergeseran makna.Fakta degradasi nilai-nilai moralmerasuk masuk dalam kehidupan manusia dan menjadi tantangan yang cukup rumit untuk menemukan solusinya, secara khusus bagi kehidupan remaja.4

Dalam usia pencarian identitas diri seringkali mereka terjebak dalam hal-hal yang negatif. Mereka mudah terpengaruh oleh kondisi lingkungan yang sebenarnya membahayakan masa depan. Yang sering terjadi zaman sekarang pada anak remaja adalah ketertarikannya yang kuat pada hal-hal yang bersifat kesenangan (hura-hura) melulu.Bagi mereka yang dipentingkan adalah kesenangan dan kepuasan sesaat, tanpa memikirkan dampak lebih lanjut. Misalnya melalui internet,anak remaja mudah mengakses video porno hingga sampai pada tingkat agresifitas seks sebagai pelaku. Mereka akhirnya terjerumus dalam perilaku seks bebas. Maka, bukan tidak mungkin bila anak remaja masih pada usia segar menuju kekar sudah mengidap penyakit menular HIV/ AIDS.Fenomen-fenomen ini sebenarnya menunjuk pada minimnya pengetahuan dan penghayatan nilai-nilai moral.Yang ada adalah mengejar sesuatu yang menarik danKeinginan-keinginan lebih banyak bersifat pragmatis, sesaat dan semu.Kehidupan moral menjadi tidak menarik bagi mereka bahkan itu merupakan tanggung jawab para pendidik dan pembina.

Fenomen-fenomen ini memacu penulis untuk melakukan suatu kajian refleksi kritis yang mendalam, sejauh mana fakta-fakta degradasi moral dalam kehidupan para remaja dan bagaimana peran keluarga ikut membentuk moralitas kaum remaja dalam tantangan zaman

4Burhanudin Salam, Etika Individual Pola Dasar Filsafat Moral, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2000),

(4)

sekarang. Moralitas kaum remaja berarti kaum remaja menempah diri dan ditempah untuk mampu membedakan yang baik dan benar dan dihayati serta mampu menghindari yang buruk dan salah.

Dengan demikian, moral merupakan kendali dalam bertingkah laku. Remaja dalam bertingkah laku berpatok pada prinsip umum moral yakni lakukanlah yang baik dan hindarilah yang jahat. Sehingga tugas penting yang harus dikuasai remaja adalah mempelajari apa yang baik dan bernilai untuk diharapkan oleh masyarakat. Kepribadian dibentuk menjadi bermoral melalui membangun mitra kerja yang saling mendukung demi kekokohan dan keutuhan nama baik para remaja sebagai generasi penerus bangsa. Tertarik dengan fenomen-fenomen ini, penulismelakukan suatu kajian dengan refleksi-refleksi kritis dengan judul: PERAN KELUARGA BAGI PENDIDIKAN MORAL REMAJA, (Suatu Tinjauan Psikologi)

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, penulis merumuskan beberapa persoalan pokok yang menjadi acuan dalam kajian tulisan ini sebagai berikut :

1. Apa yang dimaksud dengan keluarga dan pendidikan moral remaja? 2. Manakah aspek-aspek perkembangan moral remaja?

3. Manakah faktor-faktor penting pendidikan moral bagi remaja?

4. Bagaimanakah peran serta tanggung jawab orang tua dalam pendidikan moralitas remaja?

1.3 Tujuan Penulisan

Tulisan ini dimaksudkan untuk menjawabi persoalan-persoalan yang berhubungan dengan keluarga dan moral remaja. Tujuan dari penulisan ini yakni

(5)

1. Mengetahui bagaimana pentingnya peranan keluarga bagi pendidikan moral remaja. 2. Mengetahui pentingnya penghayatan nilai-nilai moral anak-anak remaja.

3. Mengetahui apa dampaknya bagi remaja, apabila pendidikan moral tidak diperhatikan dalam keluarga.

4. Mengetahui bagaimana orang tua dalam keluarga berperan dan bertanggung jawab terhadap perkembangan integritas diri anak-anak remaja melalui teladan dan penghayatan yang benar dan baik akan nilai-nilai moral.

1.4 Kegunaan Penulisan

1.4.1 Bagi Masyarakat Umum

Penulis mengharapkan kiranya tulisan ini berguna bagi semua elemen masyarakat, agar menyadari betapa pentingnya penanaman nilai moral kepada anak, khususnya remaja.Dengan demikian keluarga dapat mengambil peran untuk mampu menciptakan situasi yang kondusif, agar mengarahkan remaja menjadi pribadi yang otentik dan integral di tengah-tengah arus tantangan zaman.

1.4.2 Bagi Keluarga Kristen

Penulis mengharapkan kiranya tulisan ini dapat berguna bagi semua keluarga Kristen Katolik untuk menyadari betapa pentingnya teladan hidup serta penghayatan nilai-nilai moral sebagai pendidik pertama dan utama dalam keluarga sebagai sekolah pertama dan utama demi terbentuknya anak-anak remaja yang berkepribadian integral.

(6)

Khususnya bagi Fakultas Filsafat, sekiranya tulisan ini dapat membantu para calon imam dan juga awam secara khusus, agar mampu memotivasi semua orang, akan betapa pentingnya peran keluarga bagi kehidupan dan pembelajaran moral remaja, dalam menghadapi persoalan amoral dalam hidup bersama.

1.4.4 Bagi Penulis Sendiri

Kajian yang tekun dalam tulisan ini menambahkan khazanah pengetahuan dan pemahaman yang memadai bagi penulis tentang pentingnya peran keluarga bagi pendidikan nilai-nilai moral remaja. Secara khusus sebagai awam, sekiranya kajian ini membantu penulis untuk kelak menjadi teladan hidup bagi anak-anak kelak karena mendalamnya pemahaman dan penghayatan secara baik dan benar dalam pola pikir dan pola laku.

1.5 Metodologi Penulisan

Dalam penulisan skripsi ini, penulis menggunakan metode kepustakaan, yakni dengan referensi-referensi yang ada, penulis juga berusaha menggambarkan masalah moral, dasar-dasar moral, yang difokuskan pada peran keluarga bagi pendidikan moral remaja. Penulis berusaha mengemukakan fenomena yang berkaitan dengan pokok persoalan, mencari korelansinya, selanjutnya dianalisa dan diinterpretasikan untuk menemukan makna dan arti.

1.6 Sistematika Penulisan

Tulisan ini terdiri darilima bab: Bab I adalah Pendahuluan, berisi Latar belakang penulisan, perumusan masalah, tujuan penulisan, kegunaan penulisan, metode penulisan, sistematika penulisan.Bab IIPeranan Keluarga.Membahas tentang konsep dan arti dari peran

(7)

keluarga, Bab IIIPendidikan Moral Remaja. Menjelaskan tentangpengertian pendidikan moral remaja, dasar-dasar moral, tujuan pendidikandalam keluarga, fungsi keluarga, faktorpenurunan moral, perkembangan moral remaja.Bab IV Peran Keluarga Bagi Pendidikan Moral Remaja, menjelaskan tentang peran keluarga pada awal pembentukan moralitasremaja, peran keluarga pada proses pembentukan nilai-nilai moral yang harus diajarkan, serta peran keluarga sesudah proses pembentukan moral remaja.Bab V Penutup terdiri dari kesimpulan, catatan kritis dan usul saran.

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penilaian kerja praktek strata satu (S1) yang dilaksanakan pada tanggal Januari 2016, atas nama :.. Nama Mahasiswa : Nur Lely Hardianti Zendrato NIM : 12

Sistem PLTMH di Desa Temajuk merupakan jenis off grid atau stand alone dengan daya terpasang18 kW dan didesain untuk melayani 25 pelanggan dengan jaringan

HUBUNGAN TINGKAT KECEMASAN DAN KONSENTRASI DENGANHASIL PENALTY STROKE PADA PERMAINAN HOKI FIELD.. Universitas Pendidikan Indonesia| repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Penelitian ini juga menghitung faktor reduksi pada model timbunan dan galian yang dapat digunakan untuk analisis statik ekuivalen sehingga faktor reduksi yang

oleh Sri Wahyuni (2013: 7), Penelitian ini telah berhasil mengembangkan buku panduan praktikum teknik laboratorium II. Buku panduan ini merupakan buku penunjang dalam

[r]

Pada penelitian ini kita menggunakan speed limiter sebagai metode yang digunakan untuk membatasi kecepatan koneksi internet sehingga semua user dapat menggunakan akses dengan

Valbury Asia Securities or their respective employees and agents makes any representation or warranty or accepts any responsibility or liability as to, or in relation to, the