• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III METODE PENELITIAN. pandangan Hopkins dalam Muslich (2010) PTK adalah sutu bentuk kajian yang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB III METODE PENELITIAN. pandangan Hopkins dalam Muslich (2010) PTK adalah sutu bentuk kajian yang"

Copied!
21
0
0

Teks penuh

(1)

31 BAB III

METODE PENELITIAN 3.1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunkan dalam penelitian ini adalah PTK. Menurut

pandangan Hopkins dalam Muslich (2010) PTK adalah sutu bentuk kajian yang

bersifat relative, yang dilakukan oleh pelaku tindakan untuk meningkatkan

kemantapan rasional dari tindakan-tindakanya dalam melaksanakan tugas dan

memperdalam pemecahan terhadap kondisi dalam praktik pembelajaran.

Penelitian diselenggarakan bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar

siswa melalui Model Pembelajaran Matematika Realistik pada mata pelajaran

Matematika. Dalam penelitian ini Peneliti tidak melakukannya sendiri melainkan

peneliti akan berkolaburasi dengan guru kelas V SD Kutowinangun 12 Salatiga.

Peneliti dan guru kelas V SD Kutowinangun 12 Salatiga akan bekerja sama

untuk membuktikan bahwa dengan menggunakan Model Pembelajaran

Matematika Realistik pada mata pelajaran Matematika akan meningkatkan hasil

belajar siswa kelas V SD Kutowinangun 12 Salatiga.

3.2. Subjek Penelitian

Adapun subjek pelaku tindakan adalah guru kelas V. Sedangkan subjek

(2)

Salatiga tahun pelajaran 2011/2012 berjumlah 39 siswa yang terdiri dari 19

siswa laki-laki dan 20 siswa perempuan.

3.3. Setting Penelitian

Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan secara kolaboratif antara

peneliti dengan Guru kelas, yaitu guru kelas V SD Kutowinangun 12 Salatiga.

Penelitian dilaksanakan di kelas V semester II Tahun Pelajaran 2011/2012.

Penelitian dilaksanakan selama kurang lebih 2 bulan sejak bulan Februari hingga

bulan Maret mulai tahap persiapan sampai dengan tahap pelaksanaan

(pembelajaran di sekolah) dan tahap pelaporan.

3.4. Variabel Penelitian

Menurut Sugiyono (2010) variabel adalah segala sesuatu yang berbentuk

apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh

informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya. Dalam

penelitian ini peneliti menggunakan dua variabel yaitu variabel bebas dan terikat.

1. Variabel Bebas (X)

Variabel bebas adalah merupakan variabel yang mempengaruhi atau

yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel terikat. Dalam

penelitian ini variabel bebasnya adalah penerapan model pembelajaran

(3)

2. Variabel Terikat (Y)

Variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi

akibat, karena adanya variabel bebas. Dalam penelitian variabel terikatnya

adalah hasil belajar siswa dalam mata pelajaran Matematika kelas V SD

Kutowinangun 12 Salatiga semester II dengan menerapkan model

pembelajaran matematika realistik.

3. Hubungan Antar Variabel

Hubungan antar variabel bebas (X) dan variabel terikat (Y) yaitu

variabel bebas mempengaruhi variabel terikat, dan variabel terikat

dipengaruhi oleh variabel bebas.

3.5. Rencana Tindakan

Penelitian Tindakan Kelas menurut Hopkins dalam (Anonim, www.

google. co. id) dilakukan melalui proses berdaur (cyclical) yang terdiri dari 4

tahap sebagai berikut: 1). Merencanakan, 2). Melakukan tindakan, 3).

Mengamati, dan 4). Merefleksi. Apabila masalah belum teratasi, maka akan

dilakukan perencanaan ulang, melakukan tindakan ulang, mengamati dan

merefleksi ulang hingga permasalahan dapat diatasi. Dalam penelitian tindakan

kelas yang akan diadakan di SD Kutowingun 12 Salatiga terdiri dari dua siklus,

(4)

Keempat tahapan dalam siklus pelaksanaan PTK digambarkan dalam

bentuk spiral berikut .

Gambar 2. Spiral Penelitian Tindakan Kelas

Model spiral adaptasi dari Hopkins Seperti yang tertera pada gambar di

atas, memiliki empat komponen Spiral yang bermakna antara lain sebagai

berikut:

1. Pertama, rencana tindakan apa yang akan dilakukan untuk memperbaiki

atau meningkatkan perubahan perilaku dan sikap sebagai solusi;

2. Kedua, tindakan apa yang dilakukan oleh guru atau peneliti sebagai upaya

perbaikan, peningkatan atau perubahan yang diinginkan;

3. Ketiga, observasi, yaitu mengamati atas hasil atau dampak dari tindakan

(5)

4. Keempat, refleksi, yaitu langkah peneliti mengkaji, melihat dan

mempertimbangkan atas hasil atau dampak dari tindakan dari pelbagai

kriteria. Berdasarkan hasil refleksi ini, peneliti bersama-sama dengan

guru dapat melakukan perbaikan terhadap rencana awal.

Dalam penelitian ini pelaksanaan tindakan terdiri dari dua siklus dan

masing-masing siklus meliputi perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi,

dan refleksi. Strategi belajar mengajar yang direncanakan pada pra siklus dan

diterapkan pada siklus I dan siklus ke II sebagai upaya pemecahan masalah yaitu

sebagai berikut.

3.5.1. Perencanaan

Pada tahap ini, peneliti meminta izin kepada kepala sekolah dan

guru kelas untuk melakukan observasi bagaimana kegiatan belajar

mengajar matematika di kelas V di SD Kutowinangun 12 Salatiga.

Peneliti juga melakukan wawancara dengan guru dan murid kelas III

tentang proses belajar mengajar pada mata pelajaran Matematika.

Sehingga peneliti mendapatkan data tentang proses belajar mengajar yang

telah dilaksanakan, dan peneliti dapat merencanakan kegiatan belajar

mengajar yang akan dilaksanakan.

3.5.2. Siklus Tindakan 1. Rencana Siklus I

(6)

a. Identifikasi Masalah

Identifikasi dan klarifikasi perencanaan kegiatan oleh

peneliti.

b. Menyusun RPP, alat dan bahan percobaan, LKS, alat

evaluasi akhir siklus.

c. Menyampaikan rencana kegiatan pelaksanaan pembelajaran

kepada guru kelas V di SD Kutowinangun 12 Salatiga.

B. Tindakan

Sesuai dengan apa yang diinginkan peneliti, maka

rencana penelitian ini berupa prosedur kerja penelitian tindakan

yang dilaksanakan di dalam kelas. Pelaksanaan atau tindakan

siklus I sesuai dengan perencanaan yang diprogramkan, yaitu:

 Guru membuka pelajaran dengan doa dilanjutkan dengan salam tegur sapa.

 Guru kelas V melaksanakan pembelajaran.  Guru menyampaikan tujuan pembelajaran.

 Mengkondisikan siswa untuk siap belajar dan memberikan motivasi

 Menjelaskan konsep pelajaran Matematika dengan metode ceramah dan tanya jawab, dengan menerapkan Model

(7)

Pembelajaran matematika Realistik dilanjutkan pembagian

soal-soal latihan.

 Memberikan kesempatan siswa untuk berperan aktif selama proses pembelajaran seperti bertanya, mengungkapkan

pendapat dan menyampaikan hasil dari materi yang telah

disampaikan.

 Pada akhir siklus guru memberikan soal tes siklus I.  Guru memberikan soal berupa pekerjaan rumah. C. Pengamatan

Kegiatan observasi dilakukan untuk mengumpulkan data

aktifitas pembelajaran, baik data pembelajaran guru maupun data

pembelajaran siswa.

D. Refleksi

Data dikumpulkan kemudian dianalisis oleh peneliti.

Analisis dilakukan dengan cara mengukur baik secara kuantitatif.

Data yang diperoleh dikumpulkan kemudian disimpulkan

bagaimana hasil belajar siswa dan bagaimana hasil pembelajaran

guru. Kemudian direfleksikan hasil analisis yang telah

dikerjakan.

2. Rencana Siklus II

(8)

Berdasarkan hasil refleksi pada siklus I maka diadakan

perencanaan ulang yang meliputi :

a. Identifikasi masalah

Masalah siklus I yang belum berhasil diverifikasi kemudian

dianalisis.

b. Rencana tindakan

Menyusun strategi belajar mengajar mengajar dengan Model

Pembelajaran Matematika Realistik dengan penekanan yang

lebih baik lagi terutama memotivasi siswa dalam proses

belajar mengajar, serta memberikan reward pada siswa.

c. Menyusun RPP, alat dan bahan percobaan, LKS, alat evaluasi

akhir siklus.

d. Menyampaikan rancangan pelaksanaan kegiatan pembelajaran

pada guru kelas V SD Kutowinangun 12 Salatiga.

B. Tindakan

Pelaksanaan atau tindakan siklus II sesuai dengan

perencanaan yang diprogramkan, yaitu:

a. Melaksanakan tindakan sebagaimana pada siklus I, hanya saja

yang perlu di tambahkan dalam siklus II ini adalah dalam

menyampaikan kegiatan pelajaran guru menambahkan

(9)

kelompok dengan menggunakan alat peraga agar dalam

proses kegiatan belajar mengajar siswa dapat memahami

materi dengan maksimal.

b. Mengontrol siswa yang kurang aktif dengan pendekatan dan

bimbingan khusus.

c. Guru membagi LKS per kelompok.

d. Memberikan reward pada siswa untuk membangkitkan

motivasi siswa agar siswa aktif.

e. Guru mengadakan bimbingan dengan mengamati

kesalahan-kesalahan dan kesulitan yang dihadapi siswa.

f. Guru memberikan soal tes pad akhir siklus II.

C. Pengamatan

Kegiatan observasi dilakukan untuk mengumpulkan data

aktifitas pembelajaran, baik data pembelajaran guru maupun data

pembelajaran siswa.

D. Refleksi

Peneliti menganalisis semua tindakan pada siklus I dan

siklus II, kemudian melakukan refleksi terhadap strategi yang

dilakukan dalam tindakan kelas dan diharapkan siswa

(10)

oleh siswa belum sesuai yang diharapkan, maka peneliti

merencanakan kegiatan pembelajaran selanjutnya.

3.6. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian yang digunakan adalah :

1. Peneliti

Peneliti sebagai perencana, pelaksana, pengumpul data, penganalisis,

penafsir data, dan pada akhirnya menjadi pelapor hasil penelitiannya. Peneliti

juga ikut membantu guru pada saat proses belajar mengajar berlangsung.

2. Lembar Observasi Penilaian Praktik Pembelajaran

Observasi diperlukan untuk mengobservasi guru dan siswa dalam

kegiatan pembelajaran.

3. Wawancara

Wawancara disusun untuk menanyakan dan megetahui hal-hal yang

tidak dapat/kurang jelas diamati pada saat observasi. Selain itu, untuk

mempermudah peneliti dalam melakukan tanya jawab tentang bagaimana

tanggapan siswa terhadap pembelajaran yang dilaksanakan.

4. Tes

Tes digunakan untuk mengetahui sejauh mana keberhasilan proses

(11)

dengan memberikan sejumlah soal tes kepada subjek penelitian. Dalam

pengumpulan data alat yang digunakan berupa soal test sesuai dengan materi.

3.7. Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen 3.7.1. Uji Validitas

Validitas berasal dari kata validity yang berarti sejauh mana

ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur dalam melakukan fungsi

ukurnya. Suatu tes atau instrumen pengukuran dikatakan memiliki

validitas yang tinggi apabila alat tersebut menjalankan fungsi ukurnya,

atau memberikan hasil ukur yang sesuai dengan maksud dilakukan

pengukuran tersebut. Artinya hasil ukur dari pengukuran tersebut

merupakan besaran yang mencerminkan secara tepat fakta atau keadaan

sesungguhnya dari apa yang diukur (Djalali, Muljono: 2008).

1. Uji Validitas Isi (Content Validity)

Meurut Gregory dalam Djaali dan Muljono (2008) validitas isi

menunjukkan sejauhmana pertanyaan, tugas atau butir dalam tes atau

instrumen mampu mewakili secara keseluruhan dan proporsional

perilaku sampel yang dikenai tes tersebut. Artinya tes mewakili

keseluruhan konten atau materi yang diujikan atau yang seharusnya

(12)

Menurut Djaali dan Muljono (2008) untuk memperbaiki

validitas suatu tes, maka isi suatu tes harus diusahakan agar mencakup

semua pokok atau sub-pokok bahasan yang hendak diukur. Kriteria

untuk menentukan proporsi masing-masing pokok atau sub-pokok

bahasan yang tercakup dalam suatu tes ialah berdasarkan banyaknya

isi (materi) masing-masing pokok atau sub-bahasan, yang dapat dilihat

dari jumlah halaman isi (materi) dan jumlah jam pertemuan untuk

masing-masing pokok atau sub-pokok bahasan seperti tercantum

dalam kurikulum Garis-garis Besar Program Pembelajaran.

Menurut Sugiyono (2011) untuk instrumen yang berbentuk test,

pengujian validitas isi dapat dilakukan dengan membandingkan antara

isi instrumen dengan materi pelajaran yang telah diajarkan. Secara

teknis pengujian validitas konstruksi dan validitas isi dapat dibantu

dengan menggunakan kisi-kisi instrumen, atau matrik pengembangan

instrumen. Dalam kisi-kisi itu terdapat variabel yang diteliti, indikator

sebagai tolok ukur dan nomor butir (item) pertanyaan atau pernyataan

dalam indikator.

Dengan kisi-kisi instrumen itu maka pengujian validitas dapat

dilakukan dengan mudah dan sistematis. Dalam penelitian ini kisi-kisi

soal instrumen disajikan dalam bentuk tabel, tabel kisi-kisi soal

(13)

2. Uji Validitas Konstruksi (Construct Validity)

Menurut Djaali dan Muljono (2008) Validitas Konstruk

(Construct validity) adalah validitas yang mempermasalahkan

seberapa jauh item-item tes mampu mengukur apa yang benar-benar

hendak diukur sesuai dengan konsep khusus atau definisi konseptual

yang telah ditetapkan.

Menurut Sugiyono (2011) untuk menguji validitas konstruksi,

dapat digunakan pendapat dari ahli (judgment experts). Dalam hal ini

setelah instrumen dikonstruksi tentang aspek-aspek yang akan diukur

dengan berlandasan teori tertentu, maka selanjutnya dikonstruksikan

dengan ahli. Para ahli diminta pendapatnya tentang instrumen yang

telah disusun itu. Mungkin para ahli akan memberi keputusan:

instrumen dapat digunakan tanpa perbaikan, ada perbaikan, dan

mungkin dirombak total. Tenaga ahli dalam penelitian ini adalah guru

kelas V SD Kutowinangun 12 Salatiga.

Menurut Sugiyono (2011) secara teknis pengujian validitas

konstruksi dan validitas isi dapat dibantu dengan menggunakan

kisi-kisi instrumen, atau matrik pengembangan instrumen. Dalam kisi-kisi-kisi-kisi

itu terdapat variabel yang diteliti, indikator sebagai tolok ukur dan

nomor butir (item) pertanyaan atau pernyataan dalam indikator. Hasil

(14)

Salatiga disajikan dalam bentuk tabel dan dapat dilihat pada lampiran

A.

Berdasarkan hasil review kisi-kisi soal instrumen dari guru

kelas V SD Kutowinangun 12 Salatiga yang disajikan dalam bentuk

tabel. Dari 20 soal terdapat 19 soal yang sesuai dengan indikator yang

tidak sesuai dengan indikator ialah item soal nomer 18. Kemudian 14

soal dinyatakan layak, yaitu item nomer; 1, 2, 3, 6, 7, 8, 9, 11, 12, 13,

14, 15, 16, dan 19. Dan yang dinyatakan belum layak yang artinya

perlu adanya perbaikan berjumlah 6 soal dengan item soal nomer; 4, 5,

10, 17, 18 dan 20.

Namun dengan bimbingan guru kelas V SD kutowinangun 12

Salatiga dari 6 soal yang dinyatakan belum layak dan sebelum soal

tersebut di ujikan kepada SD Kutowinangun 03 Salatiga soal-soal

tersebut diperbaiki terlebih dahulu untuk kemudian diuji validitasnya

dengan menggunakan perhitungan statistik. (Hasil reviwer kisi-kisi

soal tes siklus I dan II dapat dilihat pada lampiran A)

Adapun beberapa kendala yang peneliti alami dalam

pembuatan soal. Menurut guru kelas V SD Kutowinangun 12 Salatiga

adalah, dari sebagian besar soal-soal yang dinyatakan belum layak

peneliti masih kesulitan dalam menyusun kalimat perintah, agar siswa

(15)

tersebut hal ini terlihat mencolok pada item soal pada nomer 20 hasil

reviwer menyatakan bahwa kalimat perintah dan soal cerita tersebut

terlalu berbelit-belit. Kemudian khusus pada nomor 18 soal yang

diberikan belum sesuai dengan indikator.

3. Uji Validitas Menggunakan Perhitungan Statistika

Menurut Sugiyono dalam Muljono (2008) untuk menentukan

suatu item tertentu valid atau tidak digunakan pedoman tabel r (r-tabel)

Suatu item instrument penelitian dianggap valid jika memiliki nilai

korelasi lebih dari sama dengan koefisien corrected item to total

correlation yaitu tabel r = 0,456. Koefisien korelasi ditentukan

berdasarkan jumlah responden (N), sesuai dengan tabel r jika jumlah

responden 19 maka nilai koefisien adalah ≥ 0,456. Validitas dihitung

menggunakan SPSS 16.0 for Windows.

Tabel 3.1. R-Tabel

N Taraf Signif N Taraf Signif N Taraf Signif

5% 1% 5% 1% 5% 1% 3 0,997 0,999 27 0,381 0,487 55 0,266 0,345 4 0,950 0,990 28 0,374 0,478 60 0,254 0,330 5 0,878 0,950 29 0,387 0,470 65 0,244 0,317 6 0,811 0,917 30 0,361 463 70 0,235 0,306 7 0,754 0,874 31 0,355 456 75 0,227 0,296 8 0,707 0,834 32 0,349 449 80 0,220 0,288 9 0,688 0,798 33 0,344 442 85 0,213 0,278 10 0,632 0,765 34 0,339 436 90 0,207 0,270

(16)

11 0,602 0,735 35 0,334 430 95 0,202 0,263 12 0,576 0,708 36 0,328 424 100 0,195 0,256 13 0,553 0,684 37 0,325 416 125 0,176 0,230 14 0,532 0,661 38 0,320 413 150 0,159 0,210 15 0,514 0,641 39 0,316 408 175 0,148 0,194 16 0,497 0,623 40 0,312 403 200 0,136 0,181 17 0,482 0,606 41 0,308 398 300 0,113 0,148 18 0,468 0,590 42 0,304 393 400 0,096 0,128 19 0,456 0,575 43 0,301 389 500 0,088 0,115 20 0,444 0,581 44 0,297 384 600 0,080 0,105 21 0,433 0,549 45 0,294 380 700 0,074 0,097 22 0,423 0,537 46 0,291 376 800 0,070 0,091 23 0,413 0,526 47 0,288 372 900 0,065 0,086 24 0,404 0,515 48 0,284 368 1000 0,062 0,081 25 0,396 0,505 49 0,281 364 26 0,388 0,496 50 0,279 361

Sebelum soal-soal evaluasi di evaluasikan siswa kelas V SD

Kutowinangun 12 pada akhir siklus (siklus 1 dan siklus 2), setelah

soal-soal tersebut diuji validitas isi dan validitas konstruknya maka

soal-soal tersebut terlebih dahulu harus diuji kepada siswa kelas V SD

Kutowinangun 03 Salatiga sebanyak 20 soal dan soal tersebut

berbentuk uraian.

Uji validitas soal tersebut dilaksanakan pada tanggal 2 februari

2012 hingga 4 februari 2012. Uji validitas tersebut dilaksanakan dua

(17)

pertama masih banyak soal yang belum mencapai 0,456 yang artinya

bahwa jika nilai korelasi ≤ 0,456 maka soal tersebut dinyatakan tidak

valid. Sebaliknya, jika nilai korelasi ≥ 0,456 maka soal tersebut

dinyatakan valid. Adapun hasil uji validitas pertemuan kedua yang

dilakukan di SD Kutowinangun 03 Salatiga melalui program komputer

SPSS for windows versi 16.0 dapat dilihat pada lampiran B.

3.7.2. Uji Reliabilitas

Reliabilitas instrumen dimaksudkan untuk mengetahui tingkat

keajegan instrumen dari variabel yang hendak diukur. Pengukuran

reabilitas instrumen dalam penelitian ini dengan menggunakan George

dan Mallery (1995 ) sebagai berikut :

 ≤ 0,7 : tidak dapat diterima

0,7 <  ≤ 0,8 : dapat diterima 0,8 <  ≤ 0,9 : reliabilitas bagus  > 0,9 : reliabilitas memuaskan

Setelah soal diuji validitasnya dan mengikutsertakan

soal-soal yang dinyatakan tidak valid maka dicari reliabilitas soal-soal-soal-soal evaluasi

tersebut. Reliabilitas merupakan instrumen yang dimaksudkan untuk

mengetahui tingkat keajegan instrumen dari variabel yang hendak diukur.

Dalam penelitian ini dari 20 soal yang diujikan terdapat 17 soal

(18)

tersebut untuk mengetahui tingkat keajegan soal-soal yang valid maka

pengukuran reabilitas instrumen diukur dengan menggunakan program

komputer SPSS versi 16.0. Adapun data yang diperoleh dalam SPSS

tersebut dapat dilihat pada lampiran C.

3.8. Teknik Pengumpulan Data

Untuk mendapatkan data yang akan dijadikan acuan penelitian, peneliti

menggunakan tehnik :

1. Metode Observasi

Observasi dilakukan oleh peneliti selama proses pembelajaran

dengan menggunakan Model Pembelajaran Matematika Realistik untuk

mengetahui aktivitas siswa dalam pembelajaran tersebut. Observasi

dilakukan dengan menggunakan lembar observasi keaktifa belajar siswa

yang telah dipersiapkan.

2. Metode Wawancara

Wawancara dalam penelitian ini dilakukan terhadap guru dan siswa.

Wawancara untuk mengungkap data yang sulit dicari/ditemukan pada saat

observasi serta untuk mengetahui tanggapan siswa terhadap pelaksanaan

pembelajaran matematika dengan Model Pembelajaran Matematika

(19)

3. Dokumentasi

Dokumen yang digunakan berupa LKS, daftar kelompok siswa,

daftar nilai siswa, foto kegiatan pembelajaran, dan rekaman. Dokumentasi

dilakukan untuk memperkuat data yang diperoleh dari observasi.

Dokumentasi foto dan rekaman untuk memberikan gambaran secara lebih

nyata mengenai kegiatan kelompok siswa dan menggambarkan suasana

kelas ketika aktivitas belajar berlangsung.

4. Tes

digunakan untuk mengetahui sejauh mana keberhasilan proses

belajar mengajar yang dilakukan akhir kegiatan tiap-tiap siklus (post tes)

dengan memberikan sejumlah soal tes kepada subjek penelitian. Dalam

pengumpulan data alat yang digunakan berupa soal test sesuai dengan

materi.

3.9. Teknik Analisis Data

Data yang dikumpulkan dapat digunakan sebagai dasar penentu

keberhasilan penelitian, data perlu diolah dan dianalisis. Data-data yang berupa

angka (data kuantitatif) diolah untuk mencari rata-rata, nilai tertinggi dari tes

evaluasi pada tiap siklus, nilai terendah dari tes evaluasi pada tiap siklus, jumlah

(20)

ketuntasan pembelajarannya, dihitung dengan menggunakan rumus sebagai

berikut :

Nilai Rata-rata =

Nilai rata-rata merupakan perbandingan antara jumlah skor perolehan tes

oleh siswa dibanding dengan banyaknya siswa yang mengikuti tes.

Persentase Ketuntasan =

%

Persentase ketuntasan merupakan hasil perbandingan banyaknya siswa

tuntas dibanding dengan jumlah total siswa yang mengikuti tes dan dikalikan

dengan seratus persen.

Data kualitatif diolah dengan menghitung frekuensi dari skor pada item

lembar observasi dan persentase dari data-data yang sejenis. Setelah itu, hasil

pengolahan data diuji dengan membandingkan kondisi awal, kondisi pada/

setelah siklus I dan kondisi pada/ setelah siklus II. Dari uji data tersebut dapat

(21)

mata pelajaran Matematika yang dilakukan oleh guru yang diperlihatkan oleh

siswa sebagai hasil pembelajaran yang dilakukan.

3.10. Indikator Kinerja

Hasil Belajar siswa dinyatakan meningkat dan penelitian di anggap

berakhir jika, rata-rata nilai mata pelajaran Matematika kelas V SD

Kutowinbangun 12 Salatiga pada akhir siklus persentase ketuntasan kelasnya

mencapai 80% dengan nilai rata-rata kelas 80 dan KKM 65. Pada penelitian ini

KKM sebesar 65 sesuai dengan KKM di SD Kutowinangun 12 Salatiga. Dalam

artian jika hasil belajar siswa masih ≤ 65 maka dinyatakan tidak tuntas, dan

sebaliknya jika nilai hasil belajar siswa ≥ 65 maka hasil belajar siswa dinyatakan

Gambar

Gambar 2. Spiral Penelitian Tindakan Kelas
Tabel 3.1. R-Tabel

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan pelayanan RSUD Ungaran di kawasan perbatasan Kota Semarang dan Kabupaten Semarang, maka rekomendasi yang dapat disampaikan kepada Pengelola RSUD Ungaran

Sehingga kemudian, muncul premis bahwa dengan menggunakan media digital interaktif akan sangat membantu pemain pemula dalam mendalami olahraga baseball karena

Dan kami juga memohon perlindungan kepada Alloh subhanahu wa ta’ala dari keburukan diri kami dan kesalahan amal perbuatan kami, sehingga penyusunan skripsi yang

3) Penyalahgunaan kewenangan dalam arti menyalahgunakan prosedur yang seharusnya dipergunakan untuk mencapai tujuan tertentu, tetapi telah menggunakan prosedur lain

Banyak hambatan yang ditemui kurator, antara lain terkait dengan kepastian hukum terhadap profesi ini yaitu belum adanya jaminan hukumyang jelas untuk melindungi tugas

Hasil penelitian lain menurut Masturoh (2014) menunjukan bahwa ibu hamil dengan usia &lt; 20 tahun dan &gt; 35 tahun mempunyai resiko terjadi pre eklampsi 7,9

Kekurangannya adalah telepon seluler yang dapat digunakan hanya yang mendukung aplikasi java kemudian kekurangan lainnya adalah data mengenai identitas burung

Trend Bullish &amp; Fase Akumulasi; Candle Bullish Hammer, Stochastic Bullish. Trend Bullish &amp; Fase Akumulasi; Candle Bearish Harami, Stochastic Bullish.. 3997