• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINGKAT KEPUASAN PETANI TERHADAP KINERJA PENYULUH PERTANIAN FARMER SATISFACTION LEVEL TOWARDS AGRICULTURAL EXTENSION PERFORMANCE

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "TINGKAT KEPUASAN PETANI TERHADAP KINERJA PENYULUH PERTANIAN FARMER SATISFACTION LEVEL TOWARDS AGRICULTURAL EXTENSION PERFORMANCE"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

14

TINGKAT KEPUASAN PETANI TERHADAP KINERJA

PENYULUH PERTANIAN

FARMER SATISFACTION LEVEL TOWARDS AGRICULTURAL

EXTENSION PERFORMANCE

DANDY NUR AFRIYANDI, JAKA SULAKSANA,DAN SRI AYU ANDAYANI

Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Majalengka Alamat : Jln. H. Abdul Halim No. 103 Kabupaten Majalengka-Jawa Barat 45468

e-mail : dandynur28@gmail.com

ABSTRAK

Penyuluh di suatu desa tidak menjamin dapat memberikan hasil yang sama karena tergantung bagaimana penyuluh dapat memberikan kepuasan terhadap petani dengan kinerja yang dihasilkan. Oleh karena itu penelitian ini bertujuan untuk mengetahui (1) bagaimana tingkat kepentingan petani dan kinerja pelayanan penyuluh pertanian dan (2) bagaimana tingkat kepuasan petani terhadap kinerja pelayanan penyuluh pertanian. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Cigasong dimulai bulan September 2019 sampai Mei 2020. Metode deskriptif kualitatif dengan menggunakan teknik analisis Importance Performance Analysis dan Costomer Satisfaction Index. Hasil perhitungan Importance Performance Analysis menunjukan yang dianggkap petani memliki tingkat kepentingan tertinggi adalah penyuluh mengundang petani untuk menghadiri pertemuan kelompok tani dan tingkat kepentingan terendah adalah kelengkapan dan kesiapan alat peraga penyuluhan. Hasil analisis CSI terhadap kinerja penyuluhan di BPP Kecamatan Cigasong adalah sebesar 81,6%. Nilai tersebut berada pada selang 0,81-1,00. Angka tersebut mengidentifikasi bahwa secara umum petani di wilayah kerja BPP Kecamatan Cigasong berada dalam kategori sangat puas..

Kata kunci: Kepentingan, kepuasan, kinerja, IPA, CSI

ABSTRACT

The extension of a village does not guarantee it can give the same results because it depends on how the extension can provide satisfaction to the farmer with the resulting performance. Therefore, this research aims to know (1) how the level of farmers ' interests and the performance of agricultural extension services and (2) How the level of satisfaction of farmers on the performance of agricultural extension services. This research was conducted in Cigasong subdistrict from September 2019 until May 2020. Qualitative descriptive method using analysis techniques Importance Performance Analysis and Costomer Satisfaction Index. The calculation results of Importance Performance Analysis shows that the farmer has been considered the highest level of interest is the extension invites farmers to attend the farmer group meeting and the lowest level of importance is the completeness and readiness of counseling AIDS. The results of CSI analysis on the extension performance at BPP Cigasong subdistrict is 81.6%. The value is at hose 0.81-1.00. The figure identifies that in general, farmers in the working area of BPP District Cigasong is in a very satisfied category.

Keywords: interests, satisfaction, performance, IPA, CSI

PENDAHULUAN

Agenda revitalisasi pembangunan pertanian, perikanan dan kehutanan yang dicanangkan pada tahun 2005 merupakan salah satu langkah mewujudkan tujuan pembangunan yaitu mengembangkan sistem pertanian berkelanjutan, yang difokuskan pada penataan kelembagaan penyuluhan

pertanian, peningkatan kuantitas dan kualitas

penyuluh pertanian, peningkatan

kelembagaan dan kepemimpinan petani, peningkatan sistem penyelenggaraan penyuluhan pertanian, dan pengembangan kerjasama antara sistem penyuluhan pertanian dan agribisnis. Program ini berupaya memperbaiki sistem dan kinerja

(2)

15 penyuluhan pertanian yang semenjak akhir

1990-an sangat menurun kondisinya (Farida, 2012).

Penyuluh pertanian perlu melahirkan inovasi-inovasi baru guna peningkatan kesejahteraan petani, salah satunya melalui kerjasama antar desa. Penyuluh bukan saja menyampaikan ada varietas, pupuk atau teknologi baru tetapi sampai pada pemberdayaan petani dalam arti luas, antara lain dengan cara menyambungkan secara langsung antara petani dengan konsumen, atau melahirkan mekanisme distribusi produk pertanian agar lebih pendek dan memangkas pihak-pihak yang hanya menginginkan keuntungan semata (Sanusi N & Andayani, 2016).

Majalengka, khususnya, dan Jawa Barat, umumnya, memiliki strategis dalam produk pertanian di negri ini. Majalengka sebagai salah satu sentra produksi pertanian di Jawa Barat yang dijabarkan pada salah satu misinya yaitu meningkatkan sumber daya alam, sumber daya manusia, inovasi, ilmu pengetahuan, dan teknologi dengan

mengedepankan prinsip-prinsip

pembangunan berkelanjutan. Pemanfaatan sumber daya alam berupa lahan pertanian di

Majalengka membutuhkan sentuhan

teknologi terkini agar petani lebih sejahtera.

Pemanfaatan teknologi pertanian

membutuhkan informasi yang lengkap bagi petani dalam menggunakannya. Sehingga teknologi ini nantinya berdayaguna dan bermamfaat secara tepat sasaran (Sanusi N & Andayani, 2016).

Balai Penyuluhan Pertanian (BPP) sebagai unit kerja non struktural dengan wilayah kerja satu kecamatan, selama ini telah menjalankan fungsinya sebagai tempat interaksi para penyuluh pertanian, pelaku utama dan pelaku usaha pertanian. Oleh karenanya, BPP memiliki peran yang sangat strategis dalam menentukan keberhasilan pembangunan pertanian. BPP jadi garda terdepan dalam pengawalan dan sinergi program- program pembangunan pertanian, terutama mewujudkan kedaulatan pangan dan kesejahteraan petani. Pemberdayaan BPP agar semakin baik kinerjanya dan semakin lengkap fasilitasnya adalah hal wajib yang harus dilakukan Kementerian Pertanian.

Khusus untuk wilayah kerja BPP Kecamatan Cigasong, bahwa instansi tersebut membawahi 10 (sepuluh) desa, sedangkan jumlah penyuluh pertanian yang ada yaitu sebanyak 5 (lima) orang penyuluh PNS dan 4 (empat) orang penyuluh Tenaga Harian Lepas (THL). Secara aturan bahwa jumlah penyuluh yang ada kuranglah cukup untuk membina seluruh petani dari sepuluh desa dan terdapat 83 kelompok tani. Secara logikan bahwa dengan jumlah kelompok tani yang begitu banyak akan mengalami kesulitan dalam pelayanannya yang hanya dilayani oleh 9 orang penyuluh pertanian. Padahal kedudukan penyuluh THL selama ini sebagai pembantu penyuluh Pegawai Negri Sipil (PNS). Kalau dibagi rata dari 9 orang penyuluh tersebut akan membina kelompok tani sekitar 9-10 kelompok tani.

Disamping itu secara umum terdapat informasi bahwa keberadaan penyuluh petanian belum dapat memberikan pelayanan yang optimal bagi para petani dan kelompok tani. Hal ini juga menjadi tantangan yang cukup berat bagi penyuluh petanian untuk melayani para petani seara optimal karena perkembangan Iptek dan era globalisasi. Tersedianya penyuluh di suatu desa tidak menjamin dapat memberikan hasil yang sama karena tergantung bagaimana penyuluh dapat memberikan kepuasan terhadap petani dengan kinerja yang dihasilkan. Kepuasan merupakan perasaan senang atau kecewa yang muncul setelah membandingkan antara pelayanan yang dipikirkan terhadap hasil yang diharapkan. Jenis-jenis pelayanan penyuluhan pertanian yang dapat memuaskan petani seperti jasa informasi pertanian, jasa penerapan teknologi, jasa penumbuhan dan pembinaan kelembagaan petani, jasa pembimbingan, jasa pelatihan/ kursus dan lain-lain. Berdasarkan ulasan tersebut, maka diperlukan penelitian untuk mengetahui seberapa besar tingkat kepuasan petani terhadap kinerja penyuluh pertanian. Untuk itu diperlukan suatu pengukuran tingkat kepuasan petani terhadap kinerja penyuluh pertanian demi mengetahui factor-faktor yang dianggap penting dan diharapkan oleh petani, sehingga dengan meningkatkan kinerja factor-faktor tersebut akan dapat memuaskan petani.

(3)

16 Penyuluh pertanian BPP Kecamatan

Cigasong perlu mengetahui sejauh mana petani merasakan kepuasan tersebut terhadap layanan yang diberikan. Hal ini berguna bagi penyuluh sebagai pemberi layanan agar selalu berusaha meningkatkan kualitas layanan yang diberikan. Bedasarkan hal tersebut diatas, penulis tertarik untuk meneliti mengenai tingkat kepuasan petani terhadap kinerja penyuluh pertanian di Kecamatan Cigasong. Maka dari itu, pada penelitian ini diarahkan pada untuk mengukur kepentingan petani, kinerja serta tingkat kepuasan petani.

MATERI DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di

Kecacamatan Cigasong, Kabupaten

Majalengka dan waktu penelitian ini dilaksanakan dari bulan September 2019 sampai dengan bulan Mei 2020.

Teknik Penelitian dan Penentuan Responden

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Metode Deskriptif Kualitatif. Metode pengambilan sampel non-probabilitas atau non-acak, dengan menggukan teknik purposive sampling (sengaja) dan judgment sampling (cara keputusan). Pengambilan responden mempertimbangkan beberapa kriteria tertentu, adapun kriteria kelompok tani yang dijadikan sampel yaitu kelompok tani yang aktif. Responden dalam penelitian tingkat kepuasan petani terhadap kinerja penyuluh berjumlah 74 responden.

Teknik Analisis

Metode pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan metode kuesioner. Kemudian data hasil kuesioner yang diperoleh dari responden kemudian ditabulasi dan dioalah menggunakan bantuan Microsoft Office Excel 2010 dan program IBM SPSS Statsitics 20.0. Selanjutnya, dilakukan pengukuran data dengan alat ukur kepuasan pelanggan yaitu Importance Performance Anallysis (IPA) dan Customer Satisfaction Index (CSI).

Rangkuti (2006) menyebutkan bahwa IPA atau anilisis tingkat kepentingan dan

kinerja penyuluh digunakan untuk menjawab permasalahan mengenai sejauh mana tingkat kepuasan petani terhadap pelayanan penyuluh. Metode IPA ini merupakan teknik untuk mengukur atribut dari kepentingan dan tingkat kinerja. Tingkat kepentingan diukur dari harapan petani, sedangkan tingkat kinerja diukur dari pelaksanaannya.

Bedasarkan hasil penilaian tingkat kepentingan dan hasil penilaian kinerja, maka dihasilakn suatu perhitungan mengenai tingkat kesesuaian antara tingkat kepentingan dengan tingkat kinerja penyuluh pertanian.

Tingkat kesesuaian adalah hasil

perbandingan skor kinerja/ pelaksanaan dengan skor kepentingan. Tingkat kepentingan inilah yang menentukan untuk prioritas peningkatan faktor-faktor yang mempengaruhi kepuasan petani. Adapun rumus yang digunakan adalah :

Xi/Yi=100% Dimana :

Tki = tingkat kesesuaian penyuluh lapang Xi = skor penilian petani terhadap tingkat

kinerja atribut penyuluh lapangan. Yi = skor penelian petani terhadap tingkat

kepentingan atribut kualitas jasa penyuluh lapang.

Tingkat kesesuaian digunakan untuk mengetahui sejauh mana kepuasan petani diwilayah kerja BPP Kecamatan Cigasong. Jika Tki >100% maka dapat dikatan petani merasa sangat puas terhadap penyuluh BPP Kecamatan Cigasong. Sebaliknya jika Tki <100% maka kinerja penyuluh BPP Kecamatan Cigasong dianggap belum dapat memenuhi kepuasan petani. Setelah diperoleh nilai tingkat kesesuaian, selanjutnya memetakan nilai rataan dari masing-masing atribut mutu pelayanan ke dalam diagram kartesius, dalam kajian ini terdapat dua buah yang diwakili oleh huruf (X) dan huruf (Y), dimana (X) merupakan tingkat kinerja penyuluh dan (Y) merupakan tingkat kepentingan petani.

Setelah diperoleh nilai kesesuaian, selanjutnya memetakan nilai rataan dari masing-masing pertanyaan pelayanan ke dalam diagram kartesius yang dapat dilihat pada Gambar 1.

(4)

17 Tingkat Kinerja 1 Pertahankan Kinerja 2 3 Prioritas Rendah 4 Cenderung Berlebihan

Sumber: John A. Martila and John C. James, 1977

Gambar 1. Diagram Kartesius

Berikut penjelasan untuk masing-masing kuadran :

Kuadran Pertama, “Tingkat Kinerja” (high importance & low performance). Atribut yang terletak pada kuadran ini dianggap sebagai atribut yang sangat penting oleh konsumen namun kinerja pada saat ini belum memuaskan sehingga pihak manajemen berkewajiban mengalokasikan sumber daya yang memadai untuk meningkatkan kinerja berbagai atribut tersebut. Atribut yang terletak pada kuadran ini merupan prioritas untuk ditingkatkan.

Kuadran Kedua, “Pertahankan Kinerja” (high importance & high performance). Atribut yang terletak pada kuadran ini dianggap sebagai atribut penunjang bagi kepuasan konsumen sehingga pihak manajemen berkewajiban memastikan bahwa kinerja institusi yang dikelolanya dapat terus mempertahankan prestasi yang telah dicapai. Kuadran Ketiga, “Prioritas Rendah” (low importance & low performance). Atribut yang terletak pada kuadran ini mempunyai tingkat kinerja yang rendah dan sekaligus dianggap tidak terlalu penting bagi konsumen. Sehingga pihak manajemen tidak perlu memprioritaskan atau terlalu memberikan perhatian pada faktor-faktor tersebut.

Kuadran Keempat, “Cenderung Berlebihan” (low importance & high performance). Atribut yang terletak pada kuadran ini dianggap tidak terlalu penting sehingga pihak manajemen perlu mengalokasi sumber daya yang terkait dengan atribut tersebut kepada atribut lain yang mempunyai prioritas penanganan lebih tinggi yang masih membutuhkan peningkatan, semisal dikuadran keempat.

Selanjutnya dilakukan analisis CSI (Customer Satisfaction Index) digunakan untuk mengetahui tingkat kepuasan petani secara menyeluruh denga.n melihat tingkat kepentingan dari layanan. Pengukuran terhadap indeks kepuasan pelanggan (CSI) diperlukan karena hasil dari pengukuran dapat digunakan sebagai acuan untuk menentukan sasaran-sasaran di tahun-tahun mendatang.

Metode pengukuran indeks kepuasan pelangga (Customer Satisfaction Index) meliputi tahap-tahap sebagai berikut : (Aritonang, 2005).

1. Menentukan Mean Importance Score (MIS).

Mean Importance Score (MIS) atau rata-rata skor pentingnya. Nilai ini berasal dari rata-rata kepentingan tiap responden. ∑

Rata-rata

R

ata

-ra

ta

Ke

pe

nti

n

g

an

R

enda

h

Tingg

i

(5)

18 Dimana :

n = Jumlah Responden

Yi = Nilai kepentingan pertanyaan X ke-i 2. Membuat Weight Factors (WF). Bobot ini merupakan persentase nilai MIS per produk layanan terhadap total MIS seluruh produk layanan.

x 100% Dimana :

p = Produk layanan kepentingan ke-p 3. Membuat Weight Score (WS). Bobot ini

merupakan perkalian antara WF dengan rata-rata tingkat kepuasan (X) (Mean Importance Score = MSS)

Wsi = Wfi x MSs

4. Menentukan Customer Satisfaction Index (CSI)

x 100% Dimana :

p = Produk layanan kepentingan

ke-p

HS = (Highest Scale) skala

maksimum yang digunakan

Pada umumnya, bila nilai CSI diatas 50% dapat dikatakan bahwa petani sudah merasa puasa, sebaliknya bila nilai CSI dibawah 50% petani belum dikatakan puas. Nilai CSI dalam penelitian ini dibagi ke dalam

lima kriteria mulai dari tidak puas sampai dengan sangat puas.

Tabel 1. Kriteria Nilai Costumer Satisfaction Index (CSI)

Nilai CSI Kriteria CSI

0,81-1,00 Sangat Puas

0,66-0,80 Puas

0,51-0,65 Cukup Puas

0,35-0,50 Kurang Puas

0,00-0,34 Tidak Puas

Sumber : Stramford dalam Joni. 2009

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil Identifikasi Tingkat Kepentingan Petani Dan Kinerja Pelayanan Penyuluh Pertanian

Hasil pengukuran diperoleh dari perhitungan rataan dari tingkat kepentingan dan tingkat kepuasan petani melalui penyebaran kuisioner, kemudian hasil yang diperoleh dipetakan ke dalam diagram kartesius. Dapat dilihat pada gambar 2. Setelah dipetakan akan terlihat bagaimana kinerja penyuluh di BPP Kecamatan Cigasong terhadap pertanyaan pelayanannya dan memberikan informasi apakah masih perlu melakukan perbaikan ataukah tetap dipertahankan kinerjanya. Perhitungan skor rataan tingkat kepentingan dan kinerja penyuluh di BPP Kecamatan Cigasong dapat dilihat pada Tabel 2.

(6)

19 Tabel 2. Hasil Perhitungan Rata-rata Tingkat Kinerja (X) dan Tingkat Kepentingan (Y)

No Pertanyaan X Y

1 Penyuluh mengundang petani untuk menghadiri pertemuan

kelompok tani 4,09 4,76

2 Penyuluh membuat hubungan kerjasama antara kelompok tani

dengan pihak lain 4,05 4,65

3 Materi penyuluhan yang ditawarkan sesuai dengan yang

dibutuhkan petani 4,42 4,62

4 Penyuluh melakukan kunjungan kepada kelompoktani 4,23 4,59

5 Penyuluh cepat tanggap dalam memberikan pelayanan 4,18 4,51

6 Penyuluh merekap/menanyakan masalah kepada petani dan

mencarikan solusi 4,15 4,53

7 Penyuluh mengajarkan berbagai keterampilan usahatani serta

melakukan bimbingan dan penerapannya 3,85 4,47

8 Penyuluh yang menerima pertanyaan dapat langsung

menjawab dan mampu menjawab pertanyaan petani 4,55 4,77

9 Penyuluh menghadiri pertemuan/musyawarah yang

diselenggarakan oleh kelompoktani 4,50 4,42

10 Penyuluh menyediakan bahan bacaan, makanan, minuman

selama penyuluhan 4,11 4,28

11 Kemampuan penyuluh dalam meningkatkan produktivitas,

kuantitas, kualitas komoditi usahatani 3,58 4,63

12 Memberika jasa/pelatihan penerapan teknologi kepada petani

dengan sikap yang sopan dan ramah 4,36 4,57

13 Kemampuan penyuluh dalam menggunakan bahasa setempat 4,36 4,11

14 Kemampuan penyuluh dalam memberikan penjelasan secara

tertulis 4,27 4,28

15 Kelengkapan dan kesiapan alat peraga penyuluhan 3,74 4,09

Rata-rata 4,16 4,49 Selisih Antara Kinerja dan Kepentingan 0,33

Sumber : Data Primer diolah Sendiri

Hasil pengukuran unsur-unsur ini berdasarkan tingkat kepentingan dan kinerjanya yang memungkinkan pihak BPP Kecamatan Cigasong melakukan perbaikan untuk pertanyaan yang bener-bener dianggap penting oleh petani, agar dapat memuaskan. Untuk melihat posisi penempatan data yang telah dianalisis tersebut maka dapat dibagi menjadi empat kuadran yang dapat dilihat pada Gambar 2.

Pada kuadran 1, “Tingkatkan Kinerja, disini petani merasakan pelayanan yang dianggap penting tetapi kenyataannya belum sesuai dengan kepuasannya, sehingga penyuluh pertanian harus mengupayakan

sumberdaya yang memadai untuk

meningkatkan kinerja. Pertanyaan yang terletak pada kuadran ini merupakan prioritas untuk ditingkatkan agar kepuasan petani dapat ditingkatkan antara lain nomor 1 (penyuluh

mengundang petani untuk menghadiri pertemuan kelompok tani), 2 (penyuluh membuat hubungan kerjasama antara kelompok tani denga pihak lain), 6 (Penyuluh merekap/menanyakan masalah kepada petani dan mencarikan solusi), 11 (kemampuan penyuluh dalam meningkatkan produktivitas, kuantitas, dan kualitas komoditi usahatani).

Pada kuadran 2, “Pertahankan Kinerja”. Disini kinerja penyuluh seperti nomor 3 (materi penyuluhan yang ditawarkan sesuai dengan yang dibutuhkan petani), 4 (penyuluh melakukan kunjungan kepada kelompok tani), 5 (penyuluh cepat tanggap dalam memberikan pelayanan, 8 (penyuluh yang menerima petanyaan dapat langsung menjawab dan mampu menjawab pertanyaan petani), 12 (memberikan jasa pelatihan, kursus penerapan teknologi kepada petani dengan sikap yang sopan dan ramah) memiliki kinerja tinggi dan

(7)

20 sesuai dengan kepentingan petani. Pada

kuadran ini dianggap sebagai faktor penunjang bagi kepuasan petani yang artiny jika menjadi harapan petani, maka hal itu dapat meningkatkan kepuasan petani terhadap pelayanan penyuluhan sehingga penyuluh berkewajiban mempertahankan prestasi yang telah dicapai.

Pada kuadran 3, “ Prioritas Rendah”. Disini menunjukan bahwa unsur-unsur yang memang dianggap kurang penting oleh petani dimana sebaiknya penyuluh menjalankannya secara sedang saja. Pertanyaan tersebut yaitu nomor 7 (penyuluh mengajarkan berbagai keterampilan usahatani serta melakukan bimbingan dan penerapannya), 10 ( penyuluh menyediakan bahan bacaan, makanan,

minuman selama penyuluhan), 15

(kelengkapan dan kesiapan alat peraga penyuluhan).

Pada kuadran 4, “Cenderung

Berlebihan”. Disini menunjukan bahwa unsur-unsur jasa yang dianggap kurang penting, tetapi telah dijalankan dengan sangat baik

oleh penyuluh. Hal ini dianggap berlebihan, petanyaan-pertanyaan yang mempengaruhi kepuasan petani di wilayah kerja BPP Kecamatan Cigasong berada pada dalam kuadran ini dinilai berlerbihan dalam pelaksanaannya tersebut pada nomor 9 (penyuluh menghadiri pertemuan/musyawarah yang diselenggarakan oleh kelompok tani), 13 (kemampuan penyuluh dalam menggunakan bahasa setempat), 14 (kemampuan penyuluh dalam memberikan penjelesan secara tertulis). Hal ini terutama disebabkan karena petani menggap tidak terlaku penting tetapi dalam pelaksanaanya dilakukan dengan baik sekali oleh penyuluh sehingga sangat memuaskan. Hasil analisis tingkat kepuasan petani terhadap kinerja pelayanan penyuluh pertanian.

Analisis tingkat kepuasan petani terhadap kinerja pelayanan penyuluh pertanian menggunakan metode Customer Satisfaction Index (CSI). Hasil analisis CSI dalam penelitian ini dapat ditunjukan pada Tabel 3.

Tabel 3. Perhitungan CSI Kinerja Penyuluh Pertanian BPP Kecamatan Cigasong Pertanyaan Pelayanan Rata-rata Tingkat Kepentingan Weighting Faktor (%) Rata-rata Tingkat Kepuasan Weighted Skor 1 4,76 7,07 4,09 0,29 2 4,65 6,91 4,05 0,28 3 4,62 6,87 4,42 0,29 4 4,59 6,82 4,23 0,29 5 4,51 6,70 4,18 0,28 6 4,53 6,74 4,15 0,28 7 4,47 6,64 3,85 0,26 8 4,77 7,09 4,55 0,32 9 4,42 6,57 4,50 0,20 10 4,28 6,37 4,11 0,30 11 4,63 6,88 3,58 0,24 12 4,57 6,79 4,36 0,25 13 4,11 6,11 4,36 0,26 14 4,28 6,36 4,27 0,27 15 4,09 6,08 3,74 0,27 Total 67,28 100 62,44 Weighted Total 4,08 Satisfaction Index 81,6 Pada Tabel 3. diperoleh hasil CSI untuk

pertanyaan kinerja penyuluh di BPP Kecamatan Cigasong adalah sebesar 81.6 persen. Nilai tersebut berada pada selang

0,81-1,00. Angka tersebut mengidentifikasi bahwa secara umum petani di Kecamatan Cigasong berada dalam kategori sangat puas. Oleh karena itu, kinerja penyuluh di BPP

(8)

21 Kecamatan Cigasong secara keselurahan

sangat baik karena telah memenuhi harapan petani. Akan tetapi nilai CSI ini lebih dekat pada batas antara sangat puas dan puas (0,80) dari batas puncak sangat puas (1,00), artinya kategori sangat puas masih jauh dari batas puncak sangat (1,00), dengan demikian nilai Satisfaction Index kepuasan masih perlu ditingkatkan agar mendekati nilai 1,00. KESIMPULAN

Hasil analisi tingkat kepentingan menunjukan pertanyaan yang dianggap petani memiliki tingkat kepentingan yang tertinggi yaitu penyuluh mengundang petani untuk menghadiri pertemuan kelompok tani dan pertanyaan yang memiliki tingkat kepentingan terendah adalah kelengkapan dan kesiapan alat peraga penyuluhan

Hasil analisis tingkat kepuasan petani terhadap mutu pelayanan penyuluh pertanian pada kategori Sangat Memuaskan dengan nilai 81,6, namun masih harus ditingatkan karena posisi kategori tersebut lebih dekat dengan batas daerah kategori Memuaskan daripada titik puncak kategori Sangat Memuaskan

DAFTAR PUSTAKA

ARITONANG. 2005, Kepuasan Pelangan: Pengukuran dan Penganalisisan Dengan SPSS. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama

DEPARTEMEN PERTANIAN. 2009. Dasar-dasar penyuluhan Pertanian. Modul Pembekelan Bagi THL-TB Penyuluh Pertanian 2009. Departemen Badan Pengembangan Sumberdaya manusia Pertanian, Jakarta

FARIDA, IDA. 2012. Persepsi Petani Terhadap Kompetensi Penyuluh Pertanian Lapangan Di Kecamatan Pontang, Kabupaten Serang, Provinsi Banten. Sekolah Pasca Sarjana IPB Bogor (diakses repository.ipb.ac.id, 20 Desember 2019)

GERSON R. F. 2001. Mengukur Kepuasan Pelanggan. Jakarta : PPM

JONI, W. 2009. Analisis Kepuasan Nasabah Terhadap Pelayanan Bank Muamalat Indonesia Cabang Bogor. Skripsi pada Departemen Manajemen, Fakultas

Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor

MARTILLA, JOHN A., JOHN C. JAMES. 1977. Importance Performance Analysis, Journal of Marketing (pre-1986) 41 (Jan 1977): 77-79.

RANGKUTI. 2006. Measuring Customer Satisfaction. Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama

RANGKUTI. 2006. Teknik Mengukur dan Strategi Meningkatkan Kepuasan Pelanggan. Jakarta: PT Grramedia Utama.

RANGKUTI F 2002. Measuring Customer Satisfaction. Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama

SANUSI, NUNUNG dan AYU SRI

ANDAYANI. 2016. Komunikas

Pembangunan Pendekatan Penyuluhan Dunia Pertanian. Bandung : Lekkas

Gambar

Gambar 2. Diagram kartesius
Tabel 3. Perhitungan CSI Kinerja Penyuluh Pertanian BPP Kecamatan Cigasong   Pertanyaan  Pelayanan  Rata-rata Tingkat Kepentingan  Weighting Faktor (%)  Rata-rata Tingkat  Kepuasan  Weighted Skor  1  4,76  7,07  4,09  0,29  2  4,65  6,91  4,05  0,28  3  4,

Referensi

Dokumen terkait

Dari hasil RT-PCR dapat dikatakan bahwa jaringan kulit buah kakao baik dari klon Ary maupun klon Bal keduanya mengekspresikan gen TcPIN namun dari intensitas pita dan

Industri Kreatif subsektor kerajinan adalah kegiatan kreatif yang berkaitan dengan kreasi, produksi, dan distribusi produk yang dibuat dan dihasilkan oleh tenaga

Segala puji bagi Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, hidayah dan karunia-Nya sehingga penulis diberi kesempatan dan kemudahan untuk menyelesaikan skripsi yang

Kemudian untuk peneliti selanjutnya serta dapat dijadikan pembanding bagi penelitian selanjutnya Khususnya mengenai pengaruh pengungkapan akuntansi lingkungan

Di sini peneliti akan menggunakan metode wawancara yang terstruktur untuk menghimpun data mengenai gambaran umum, pelaksanaan bimbingan konseling dalam membentuk karakter

Mereka merasa bahwa ketika dialam bebas merasa kekuatan besar yang dirasakan bukan dari Allah, hal ini dibuktikan dari hasil wawancara yang dilakukan

iv. Prinsip konsistensi menyatakan bahawa semua elemen perlu kekal pada kedudukan yang sama supaya pengguna akan berasa selesa semasa menggunakan aplikasi yang dibina. Pengguna

Hak Asasi Manusia yang tidak dapat dikurangi (non derogable rights) dalam keadaan apapun dan oleh siapapun meliputi; hak untuk hidup, hak untuk tidak disiksa, hak kebebasan pribadi,