• Tidak ada hasil yang ditemukan

RENCANA KINERJA BALAI PELATIHAN KESEHATAN SEMARANG TAHUN 2020 BADAN PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN SDM KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN RI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "RENCANA KINERJA BALAI PELATIHAN KESEHATAN SEMARANG TAHUN 2020 BADAN PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN SDM KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN RI"

Copied!
40
0
0

Teks penuh

(1)

RENCANA KINERJA

BALAI PELATIHAN KESEHATAN SEMARANG TAHUN 2020

BADAN PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN SDM KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN RI

(2)

KATA PENGANTAR

Rencana Kinerja Tahunan Bapelkes Semarang disusun dengan berpedoman pada Permenpan RB No. 53 Tahun 2014. Pada awal tahun pelaksanaan anggaran, Bapelkes Semarang sebagai Unit Pelaksana Teknis Badan PPSDM Kesehatan berkewajiban untuk menyusun Rencana Kinerja Tahunan (RKT). Rencana Kinerja Bapelkes Semarang Tahun 2020 merupakan penjabaran dari Rencana Aksi Bapelkes Semarang Tahun 2020-2024, yang menjadi acuan dan pedoman bagi setiap penanggung jawab kegiatan agar dapat melaksanakan kegiatan secara efektif dan efisien.

Rencana Kinerja Tahunan Bapelkes Semarang Tahun 2020 memuat tujuan, sasaran strategis, indikator kinerja, target kinerja, program pendukung serta anggaran yang diperlukan untuk mencapai kinerja yang diselaraskan dengan rencana aksi kegiatan yang disusun.

Tujuan penyusunan RKT Tahun 2020 Bapelkes Semarang adalah sebagai perangkat untuk memantau dan mengendalikan pencapaian kinerja organisasi, melaporkan capaian realisasi kinerja dalam Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah serta menilai keberhasilan organisasi. Diharapkan dengan adanya Rencana Kinerja Tahunan, pelaksanaan kinerja Bapelkes Semarang Tahun 2020 lebih terarah dan fokus pada pencapaian target output kegiatan.

Semoga dengan adanya Rencana Kinerja Bapelkes Semarang Tahun 2020 dapat memberi manfaat dalam upaya peningkatan kinerja di Bapelkes Semarang.

Semarang,

Kepala Bapelkes Semarang, Emmilya Rosa, SKM,MKM NIP 197305251997032001

(3)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL...2

KATA PENGANTAR...3

DAFTAR ISI...4

DAFTAR TABEL DAN GAMBAR...5

BAB I. PENDAHULUAN...6

A. Latar Belakang...6

B. Landasan Hukum...6

C. Tujuan...7

BAB II. ARAH KEBIJAKAN TAHUN 2020-2024...9

A. Tugas dan Fungsi...9

B. Sasaran dan Strategi...10

BAB III. POKOK-POKOK CAPAIAN KINERJA 2019...15

A. Capaian Kinerja Bapelkes Semarang Tahun 2019...15

B. Rekomendasi Hasil Evaluasi Tahun 2019...19

BAB IV. RENCANA KINERJA TAHUN 2020...21

A. Pokok-pokok Kebijakan Renja Tahun 2020...21

B. Sasaran dan Program...21

C. Rencana Kerja Tahun 2020...23

D. Rencana Anggaran Kegiatan Tahun 2020...31

E. Kesenjangan Rencana Kegiatan dengan Rencana Kerja Tahun 2020...32

BAB IV RENCANA PENGEMBANGAN TAHUN 2020...34

BAB V EVALUASI RENCANA KINERJA TAHUNAN...36

(4)

DAFTAR TABEL DAN GAMBAR

Gambar 1. Tujuan, Ukuran, dan Target Tahun 2020-2024...8

Tabel 1. Realisasi Pencapaian Indikator Kinerja Kegiatan...15

Tabel 2. Rincian Kegiatan Pelatihan Tahun 2019...16

Tabel 3. pencapaian Kinerja Tahun 2019...17

Tabel 4. Indikator Kinerja Tahun 2020...21

Tabel 5. Rencana Pelatihan Tahun 2020...22

Tabel 6. Rencana Anggaran Bapelkes Semarang Tahun 2018...31

Tabel 7. Instrumen Evaluasi RKT...36

(5)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 39 Tahun 2018 menyebutkan bahwa Bapelkes Semarang adalah Unit Pelaksana Tugas (UPT) di lingkungan Kementerian Kesehatan yang berada dibawah dan bertanggumg jawab kepasa Badan PPSDM Kesehatan Kementerian Kesehatan RI. Bapelkes Semarang mempunyai tugas pokok melaksanakan pengelolaan pelatihan sumber daya manusia kesehatan.

Untuk melaksanakan tugas dan fungsi yang diamanatkan, Bapelkes Semarang menyusun Rencana Kerja Tahunan (RKT). Rencana Kerja Tahunan Tahun 2019 merupakan penjabaran atau turunan dari dokumen Rencana Aksi Program Badan PPSDM Kementrian Kesehatan dan Rencana Aksi Kegiatan Bapelkes Semarang Tahun 2015-2019. Rencana Kinerja Tahunan (RKT) yang merupakan penjelasan rinci dari form RKT sesuai Permenpan No. 53 Tahun 2014 Tentang Petunjuk Teknis Perjanjian Kinerja, Pelaporan Kinerja Dan Tata Cara Reviu Atas Laporan Kinerja Instansi Pemerintah. RKT juga merupakan gambaran kegiatan-kegiatan dan output-output Bapelkes Semarang yang akan dilaksanakan dan dicapai pada tahun 2019 sebagai dasar penetapan Pagu Anggaran dalam penyusunan RKA-KL Tahun 2020.

B. Landasan Hukum

Rencana Kinerja Tahunan Bapelkes Semarang disusun berdasarkan dokumen hukum sebagai berikut:

1. UU No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan.

2. PP No.90 Tahun 2010 tentang Penyusunan Rencana Kerja dan Anggaran Kementerian/Lembaga.

3. Permenkes No.1144 Tahun 2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Kesehatan.

4. Peraturan Presiden RI No. 29 Tahun 2014 tentang Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah.

(6)

5. Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi RI No. 53 Tahun 2014 tentang Petunjuk Teknis Perjanjian Kinerja, Laporan Kinerja, dan Tata Cara Reviu atas Laporan Kinerja Instansi Pemerintah.

6. Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi RI No. 12 Tahun 2016 tentang Pedoman Evaluasi atas Implementasi Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah

7. Kepmenkes No. HK.01.07/Menkes/422/2017 tahun 2017 tentang Rencana Strategis Kementerian Kesehatan Tahun 2015-2019.

Disamping landasan hukum di atas, penyusunan RKT Bapelkes Semarang Tahun 2020 ini juga mengacu pada Rencana Aksi Kegiatan Bapelkes Semarang tahun 2020-2024

C. Tujuan

Dalam menetapkan tujuan, Balai Pelatihan Kesehatan Semarang perlu lebih dulu memperhatikan tujuan strategis Kementerian Kesehatan RI dan Badan Pengembagan dan Pemberdayaan Sumber Daya Manusia Kesehatan (BPPSDMK) sebagai eselon satu pembina. Dalam Renstra Kemenkes RI dinyatakan bahwa tujuan strategis Kemenkes RI pada tahun 2015-2019 adalah: 1) peningkatan cakupan kesehatan semesta yang bermutu; 2) peningkatan status kesehatan masyarakat melalui pendekatan siklus hidup; 3) peningkatan pembudayaan masyarakat hidup sehat melalui pemberdayaan masyarakat dan pengurusutamaan kesehatan; 4) peningkatan pencegahan dan pengendalian penyakit dan pengelolaan kedaruratan kesehatan masyarakat; 5) peningkatan sumber daya kesehatan; dan 6) peningkatan tata kelola pemerintahan yang baik. Tujuan strategis Kementerian Kesehatan yang kelima (peningkatan sumber daya kesehatan) terdiri dari tiga sasaran strategis, yaitu:

1. Meningkatnya akses, kemandirian, dan mutu kefarmasian dan alat kesehatan 2. Meningkatnya pemenuhan SDM kesehatan sesuai standar

(7)

Sasaran strategis Kemenkes “ meningkatnya pemenuhan SDM kesehatan sesuai standar” memiliki indikator, yaitu:

1.Puskesmas tanpa dokter sebesar 0%

2.Terpenuhinya Puskesmas dengan tenaga kesehatan sesuai standar sebesar 83% 3.Terpenuhinya RSUD kabupaten/kota yang memiliki dokter spesialis dasar dan

spesialis lainnya sebesar 90%.

4.Tersedianya SDM kesehatan yang ditingkatkan kompetensinya sebanyak 202.953. Indikator sasaran strategis tersebut menjadi sasaran strategis Badan PPSDM Kesehatan. Dari keempat sasaran strategis tersebut, sasaran keempat (tersedianya SDM kesehatan yang ditingkatkan kompetensinya) menjadi pijakan penetapan tujuan BBPK dan Bapelkes. Jumlah SDM kesehatan yang ditingkatkan kompetensinya sebanyak 202.953 orang. Dari jumlah tersebut, yang ditingkatkan melalui pelatihan berjumlah 115.270 orang (target Badan PPSDM Kesehatan tahun 2020-2024). Merujuk pada pada sasaran strategis tersebut, maka tujuan dalam Rencana Aksi Bapelkes Semarang tahun 2020-2024 adalah meningkatkan kompetensi SDM kesehatan yang dilatih di Bapelkes Semarang. Adapun ukuran keberhasilan dan targetnya adalah sebagai berikut:

Gambar 1. Tujuan, Ukuran, dan target Bapelkes Semarang Tahun 2020-2024

(8)

BAB II

ARAH KEBIJAKAN TAHUN 2020-2024 A. Tugas dan Fungsi

Peraturan Menteri Kesehatan No. 2361/MENKES/PER/XI/2011 tentang Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis Bidang Kesehatan, mulai tahun 2018 telah diperbaharui/diganti dengan Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 39 Tahun 2018 tentang Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis Bidang Kesehatan., Disebutkan bahwa Bapelkes Semarang merupakan Unit Pelaksana Tugas (UPT) di lingkungan Kementerian Kesehatan yang berada dibawah Badan PPSDM Kesehatan Kementerian Kesehatan RI.

Bapelkes Semarang mempunyai tugas pokok melaksanakan Pendidikan dan Pelatihan serta pengembangan sumber daya manusia kesehatan dan masyarakat. Dalam melaksanakan tugas tersebut, Bapelkes Semarang menyelenggarakan fungsi:

1. Penyusunan rencana, program, dan anggaran;

2. Pelaksanaan pelatihan sumber daya manusia kesehatan, pelatihan manajemen, dan pelatihan unggulan tertentu;

3. Pelaksanaan pengembangan metode dan teknologi pelatihan sumber daya manusia kesehatan;

4. Pelaksanaan penjaminan mutu penyelenggaraan pelatihan kesehatan; 5. Pelaksanaan kerja sama di bidang pelatihan sumber daya manusia kesehatan; 6. Pengelolaan sistem informasi pelatihan sumber daya manusia kesehatan;

7. Pelaksanaan bimbingan teknis di bidang pelatihan sumber daya manusia kesehatan;

8. Pemantauan, evaluasi, dan pelaporan di bidang pelatihan sumber daya manusia kesehatan; dan

9. Pelaksanaan urusan ketatausahaan Balai Pelatihan Kesehatan.

Untuk melaksanakan tugas dan fungsi yang diamanatkan, Bapelkes Semarang menyusun Rencana Kerja Tahunan (RKT). Rencana Kerja Tahunan Tahun 2020 merupakan penjabaran atau turunan dari dokumen Draft Rencana Aksi Program

(9)

Badan PPSDM Kementerian Kesehatan dan Draft Rencana Aksi Kegiatan Bapelkes Semarang Tahun 2020-2024. Rencana Kinerja Tahunan (RKT) yang merupakan penjelasan rinci dari form RKT sesuai Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (Permen PAN dan RB) Nomor 29 Tahun 2010 tentang Pedoman Penyusunan Penetapan Kinerja dan Pelaporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah. RKT juga merupakan gambaran kegiatan-kegiatan dan output-output Bapelkes Semarang yang akan dilaksanakan dan dicapai pada tahun 2020 sebagai dasar penetapan Pagu Anggaran dalam penyusunan RKA-KL Tahun 2021.

B. Sasaran dan Strategi

Sasaran kegiatan Bapelkes Semarang harusl selaras dengan sasaran program dan indikator kinerja Badan PPSDM Kesehatan. Sasaran progran Badan pada tahun 2020-2024 adalah meningkatnya ketersediaan mutu sumber daya manusia kesehatan sesuai dengan standar pelayanan kesehatan. Sasaran peogram tersebut memiliki empat indikator kinerja Badan PPSDM Kesehatan, yaitu:

1. Puskesmas tanpa dokter sebesar 0%

2. Terpenuhinya Puskesmas dengan tenaga kesehatan sesuai standar sebesar 83% 3. Terpenuhinya RSUD kabupaten/kota yang memiliki dokter spesialis dasar dan spesialis

lainnya sebesar 90%.

4.Tersedianya SDM kesehatan yang ditingkatkan kompetensinya sebanyak 202.953. Berdasarkan indikator keempat tersebut, Badan PPSDM Kesehatan kemudian menetapkan sasaran kegiatan Bapelkes Semarang, yaitu “Pelaksanaan Pelatihan Sumber Daya Manusia (SDM) Kesehatan, yang terdiri dari tujuh indikator kinerja:

1. Jumlah SDM Kesehatan yang mendapat sertifikat pada pelatihan terakreditasi

2. Jumlah SDM Kesehatan yang mendapat sertifikat pada pelatihan terakreditasi yang bersumber dari PNBP

3. Persentase peserta pelatihan (Latsar CPNS dan Diklatpim) dengan nilai akhir≥80,1 4. Persentase peserta pelatihan teknis dan fungsional dengan kualifikasi memuaskan 5. Persentase peserta widyaiswara yang karya tulis ilmiahnya dipublikasikan

(10)

7. Jumlah modul e-learning yang disusun.

Dalam rangka mencapai target indikator kinerja tersebut, strategi pencapaian yang dilakukan adalah:

1. Jumlah SDM Kesehatan yang Mendapat Sertifikat pada Pelatihan Terakreditasi Strategi yang dilakukan untuk dapat mencapai target SDM kesehatan yang mendapat sertifikat pada pelatihan terakreditasi adalah:

a. Melakukan Koordinasi dengan Puslat SDM Kesehatan, LAN, dan instansi pembina pelatihan lainya terkait pengajuan akreditasi, baik pelatihan maupun institusi

b. Di bawah kendali Puslat SDM Kesehatan dan berkerjasama dengan BBPK dan Bapelkesnas lainnya melaksanakan pengkajian kebutuhan pelatihan, penyusunan kurikulum dan modul, dan evaluasi pasca pelatihan.

c. Melaksanakan pelatihan sesuai dengan pedoman dan petunjuk pelaksanakan yang diterbitkan oleh Puslat SDM Kesehatan, LAN, maupun instansi pembina pelatihan lainnya.

d. Melakukan quality control atas pelatihan yang dilaksanakan

e. Mengembangkan inovasi pelayanan pelatihan dan penunjang pelatihan berbasis informasi teknologi yang mendukung efektivitas pelaksanaan pelatihan dan efisiensi anggaran.

f. Meningkatkan sarana prasarana pelatihan yang ramah lingkungan dan nyaman bagi pelatihan.

g. Meningkatkan kompetensi penyelenggara pelatihan agar dapat memberikan pelayanan prima pada peserta pelatihan.

h. Penyusunan dan pemanfaatan anggaran pelatihan yang efesien sehingga menghemat keuangan negara.

i. Membentuk grup sejawat atau fasilitator yang dapat membantu proses belajar mengajar pada bulan-bulan padat pelatihan.

(11)

2. Jumlah SDN Kesehatan yang Mendapat Sertifikat pada Pelatihan Terakreditasi yang Bersumber dari PNBP

Strategi pencapaian target indikator jumlah SDM Kesehatan yang Mendapat Sertifikat pada Pelatihan Terakreditasi yang Bersumber dari PNBP adalah:

a. Melakukan Koordinasi dengan Puslat SDM Kesehatan, LAN, dan instansi pembina pelatihan lainya terkait pengajuan akreditasi, baik pelatihan maupun institusi

b. Melaksanakan pelatihan sesuai dengan pedoman dan petunjuk pelaksanakan yang diterbitkan oleh Puslat SDM Kesehatan, LAN, maupun instansi pembina pelatihan lainnya.

c. Melakukan quality control atas pelatihan yang dilaksanakan

d. Mengembangkan inovasi pelayanan pelatihan dan penunjang pelatihan berbasis informasi teknologi yang mendukung efektivitas pelaksanaan pelatihan dan efisiensi anggaran.

e. Meningkatkan sarana prasarana pelatihan yang ramah lingkungan dan nyaman bagi pelatihan.

f. Meningkatkan kompetensi penyelenggara pelatihan agar dapat memberikan pelayanan prima pada peserta pelatihan.

g. Penyusunan dan pemanfaatan anggaran pelatihan yang efesien sehingga menghemat keuangan negara.

h. Membangun jejaring kemitraan dengan pemerintah daerah, kementerian lain, maupun instansi lain yang potensial menjalin kerjasama di bidang pelatihan. j. Membentuk grup sejawat atau fasilitator yang dapat membantu proses belajar

mengajar pada bulan-bulan padat pelatihan.

3. Persentase Peserta Pelatihan (Latsar CPNS dan Kepemimpinan) dengan Nilai Akhir≥ 80,1 dicapai melalui strategi:

a. Penyediaan bahan belajar yang mencukupi

b. Peningkatan ketersediaan bacaan dan layanan perpustakaan yang mendorong minat baca dan minat belajar peserta pelatihan

c. Peningkatan kompetensi keahlian dan soft skill mengajar widyaiswara maupun fasilitator internal dalam menyampaikan materi pembelajaran.

(12)

d. Optimalisasi LMS sebagai sistem pembelajaran mandiri yang menarik dan memotivasi siswa belajar di luar jam pembelajaran kelas.

e. Peningkatan kualitas layanan penunjang pelatihan yang menciptakan keseimbangan jasmani, rohani, dan pikiran sehingga peserta lebih segar dan siap mengikuti pembelajaran.

f. Pengembangan metode pembelajaran yang variatif dan mempermudah peserta memahami materi.

4. Persentase Peserta Pelatihan Teknis dan Fungsional dengan Kualifikasi Memuaskan dicapai melalui:

a. Penyediaan bahan belajar yang mencukupi

b. Peningkatan ketersediaan bacaan dan layanan perpustakaan yang mendorong minat baca dan minat belajar peserta pelatihan

c. Peningkatan kompetensi keahlian dan soft skill mengajar widyaiswara maupun fasilitator internal dalam menyampaikan materi pembelajaran.

d. Optimalisasi LMS sebagai sistem pembelajaran mandiri yang menarik dan memotivasi siswa belajar di luar jam pembelajaran kelas.

e. Peningkatan kualitas layanan penunjang pelatihan yang menciptakan keseimbangan jasmani, rohani, dan pikiran sehingga peserta lebih segar dan siap mengikuti pembelajaran.

f. Pengembangan metode pembelajaran yang variatif dan mempermudah peserta memahami materi.

5. Persentase Widyaiswara yang Judul Karya Tulisnya Dipublikasikan

Strategi pencapaian target widyaiswara yang menulis KTI untuk dipublikasikan adalah:

a. Menetapkan nama-nama widyaiswara yang ditugaskan untuk melakukan penulisan KTI setiap tahunnya.

b. Meningkatkan kompetensi menulis widyaiswara melalui pelatihan maupun workshop penulisan dan penelitian

c. Melengkapi bahan atau referensi pelatihan pada perpustakaan fisik maupun digital di Bapelkes Semarang

(13)

d. Menerbitkan jurnal ber ISSN sebagai wadah penulisan KTI widyaiswara

e. Mengunggah tulisan kesehatan populer di publikasi website Bapelkes Semarang untuk menstimulasi keterampilan menulis wdyaiswara dan pegawai Bapelkes Semarang lainnya.

f. Melakukan seminar nasioanal KTI widyaiswara Bapelkes Semarang setiap tahunnya.

6. Persentase Widyaiswara yang Melakukan Kajian Proses Pembelajaran Strategi pencapaian target indikator melalui:

a. Penjawalan yang merata bagi widyaiswara untuk menjadi pengendali pelatihan b. Bekerjasama dengan staf teknis yang telah memiliki sertifikat pelatihan

pengendali pelatihan unntuk menjadi pengendali pelatihan.

c. Menetapkan tenggat pengumpulan kajian proses pembelajaran setelah pelatihan berakhir

d. Mengembangkan aplikasi penyusunan laporan pengendali pelatihan yang terintegrasi dalam sistem pelatihan terpadu Bapelkes Semarang

7. Jumlah Modul E-Learning yang Disusun

Strategi pencapaian target penyusunan modul e-learning adalah:

a. Peningkatan kompetensi pembuatan media pembelajaran berbasis e-learning bagi widyaiswara

b. Peningkatan kompetensi penyusunan modul pembelajaran jarak jauh bagi widyaiswara dan staf teknis terkait

c. Pengembangan fitur-fitur LMS yang sesuai dengan kebutuhan pengembangan modul e-learning.

d. Penyediaan referensi atau kepustakaan yang lengkap dalam penyusunan modul e-learning.

e. Melakukan pembimbingan, konsultasi, koordinasi denga Puslat SDM Kesehatan maupun Pustekkom Kemendikbud dalam proses penyusunan modul e-learning. f. Perencanaan anggaran yang mendukung penyusunan modul e-learning.

(14)

BAB III

POKOK-POKOK CAPAIAN KINERJA TAHUN 2019

A. Capaian Kinerja Bapelkes Semarang Tahun 2019

Capaian Kinerja Bapelkes Semarang tahun 2019 adalah sebagai berikut : Tabel 1.

Realisasi Pencapaian Kinerja Utama Bapelkes Semarang Tahun 2019

KEGIATAN OUTPUT INDIKATOR KINERJA KEGIATAN TARGET2019 Pelaksanaan Pelatihan

Sumber Daya Manusia (SDM) Kesehatan

SDM Kesehatan

yang dilatih a. Jumlah Sumber Daya Manusia(SDM) Kesehatan Yang Mendapat Sertifikat Pada Pelatihan Terakreditasi

1.487 Orang a. Jumlah Peserta TOT dengan nilai

akhir≥80,1

-b. Presentase peserta pelatihan (latsar dan kepemimpinan) dengan nilai akhir≥80,1

100% c. Presentase peserta pelatihan

teknis dan fungsional dengan nilai akhir≥75

85% d. Jumlah SDM non kesehatan yang

mendapat sertifikat pada pelatihan terakreditasi

10% e. Presentase widyaiswara yang

judul karya tulisnya dipublikasikan 25% f. Presentase widyaiswara yang

melakukan kajian proses pembelajaran

50% g. Nilai Akreditasi Institusi A

Target kinerja Bapelkes Semarang Tahun 2019 pada awalnya ditetapkan sebanyak 1.487 orang peserta. Seiring dengan berjalannya tahun anggaran terjadi perubahan-perubahan yang diakibatkan adanya kebijakan kementerian kesehatan terkait sebaran dan jenis pelatihan, pada tahun 2019 terjadi beberapa kali revisi yang berakibat bertambahnya jumlah sasaran peserta yang mengikuti pelatihan sampai akhir tahun menjadi sebanyak 1.767 orang. Revsi penambahan pagu dilakukan dengan adanya perubahan/penambahan target PNBP. Selain dikarenakan penambahan pagu anggaran, bertambahnya realisasi sasaran Sumber Daya Manusia (SDM) Kesehatan Yang Mendapat Sertifikat Pada Pelatihan Terakreditasi juga disebabkan karena adanya

(15)

optimalisasi anggaran untuk kegiatan pelatihan baru.

Perubahan target sasaran kinerja dalam RKAKL pertama terjadi dengan adanya kebijakan optimalisasi anggaran untuk kegiatan pelatihan dasar CPNS, Pelatihan TOC dan pelatihan MOT, kegiatan pelatihan dengan rincian sebagai berikut:

Tabel 2

Rincian Kegiatan Pelatihan Bapelkes Semarang

Tahun 2019

No Pelatihan Awal DIPA Sasaran(Orang) Tambahan Pelatihan Sasaran(Orang) 1 Pelatihan TKHI (Embarkasi Solo) 287 Pelatihan TKHI (Embarkasi

Solo) 287

2 Pelatihan TKHI (Embarkasi Surabaya) 260 Pelatihan TKHI (Embarkasi

Surabaya) 260

3 TOT Tim Penilai Jabatan Fungsional

Kesehatan 60 Pelatihan TOC 30

4 Pelatihan Jabatan Fungsional 60 Pelatihan MOT 30

5 Pelatihan Jabatan Fungsional (PNBP) 150 Pelatihan Jabatan

Fungsional 30

6 Latsar CPNS Gol III 80 Latsar CPNS Gol III 201

7 Latsar CONS Gol II 80 Latsar CPNS Gol III (PNBP) 200

8 Diklat PIM IV 30 Latsar COPS Gol II 147

9 Pelatihan Tugas Khusus Individu

(Program Stunting) 480 Diklat PIM IV 30

10 Pelatihan Tugas Khusus

Individu (Program Stunting)

480

Jumlah 1.487 1.695

Dari realokasi tersebut terjadi penambahan jumlah sasaran peserta pelatihan sebanyak 208 orang . Sedangkan dari sisi anggaran, perubahan pagu DIPA Bapelkes Semarang yang semula sebesar Rp. 37.178.946.000 mengalami perubahan sebanyak 2 kali perubahan, perubahan pertama terjadi dikarenakan adanya penambahan target PNBP dan perubahan kedua dikarenakan adanya penambahan pagu belanja mengikat sehingga total anggaran menjadi Rp. 41.058.119.000 atau bertambah sebesar Rp. 3.879.173.000. Penambahan target PNBP dilakukan karena pada semester awal capaian PNBP sudah melebihi dari target awal yang ditetapkan. Dalam rangka mengoptimalkan penggunaan PNBP maka ilakukan revisi penambahan target untuk kegiatan Latsar CPNS.

(16)

baik melaui direktorat jenderal anggaran maupun melalui Dirjen Perbendaharaan Provinsi Jawa Tengah. Dengan adanya perubahan anggaran tersebut juga diikuti oleh perubahan sasaran/target output kegiatan. Penambahan kegiatan Pelatihan Dasar CPNS, pelatihan Training Officer Course (TOC), pelatihan Manajemen of Training (MOT) mengakibatkan bertambahnya target output sebanyak 575 orang peserta. Sehingga pada akhir tahun anggaran jumlah total target kinerja dalam DIPA sebanyak 1.695 orang Meskipun terjadi perubahan pencantuman target peserta pelatihan dalam DIPA tetapi tidak diikuti dengan perubahan target Perjanjian Kinerja sehingga berpengaruh dalam capaian kinerja Bapelkes Semarang 2019.

Tabel 3 Pencapaian Kinerja Bapelkes Semarang

Tahun 2019

No Sasaran Strategis Indikator Kinerja Target Realisasi %

(1) (2) (3) (4) (5) (6)

1 Pelaksanaan pelatihan sumber daya manusia (SDM) kesehatan

Jumlah sumber daya manusia (SDM) kesehatan yang mendapat sertifikat pada pelatihan terakreditas

1487

orang orang1570 106 Jumlah peserta TOT dengan nilai akhir ≥

80,1 -

-Persentase Peserta Pelatihan (Latsar dan

Kepemimpinan) dengan nilai Akhir ≥ 80,1 100% 99,99% 99,83 Prosentase peserta pelatihan teknis dan

fungsional dengan nilai akhir ≥ 75 85% 70% 82 Jumlah SDM Non Kesehatan yang

mendapat sertifikat pada pelatihan terakreditasi

10% 14% 140

Persentase Widyaiswara yang judul karya

tulisnya dipublikasikan 25% 33,33% 133 Persentase Widyaiswara yang melakukan

kajian proses pembelajaran 50% 100% 200

Nilai Akreditasi institusi A A A

Capaian realisasi target peserta latih lebih dari 100% dikarenakan selain adanya penambahan pagu anggaran melalui revisi di Direktorat Jenderal Anggaran juga

(17)

disebabkan adanya optimalisasi sisa anggaran melalui revisi Petunjuk Operasional Kegiatan (POK) dari kegiatan-kegiatan yang tidak terserap untuk digunakan sebagai kegiatan pelatihan baru.

Untuk Jumlah Peserta TOT dengan nilai akhir ≥ 80,1 tidak ditargetkan di Perjanjian Kinerja Bapelkes Semarang dikarenakan pelatihan TOT menjadi tupoksi Balai Besar Pelatihan Kesehatan. Presentase peserta pelatihan teknis dan fungsional dengan nilai akhir≥75 tidak mencapai target. Hanya 70 % tercapai dari target 85% peserta.

Sasaran target jumlah SDM non kesehatan yang mendapat sertifikat pada pelatihan terakreditasi pada tahun 2019 sebesar 10% dapat tercapai setelah dilakukan revisi anggaran untuk peserta PNBP dari Pemerintah Kabupaten Purworejo. Sebagian besar peserta tersebut bukan dari tenaga kesehatan. Presentase widyaiswara yang judul karya tulisnya dipublikasikan ditargetkan sebanyak 25% dari jumlah widyaiswara Bapelkes Semarang. Pada tahun 2019 terealisasi sebanyak tiga orang widyaiswara yang karya tulis ilmiahnya dipublikasikan dan diseminarkan secara nasional.

Sedangkan target nilai akreditasi Bapelkes Semarang tahun 2019 dengan target Nilai A dapat tercapai 100% dengan Nilai Akriditasi Insitusi mendapat Nilai A dan akreditasi pelatihan Kepemimpinan tingkat IV juga mendapat nilai A.

Sebanyak 10 jenis pelatihan atau sebanyak 50 angkatan pelatihan telah dilaksanakan sepanjang tahun anggaran 2019. Setiap pelatihan yang akan dilaksanakan di Bapelkes Semarang sebelum dilaksanakan telah diajukan untuk diakreditasi. Tujuan Akreditasi Pelatihan adalah untuk memperoleh pengakuan terhadap program pelatihan yang telah dilakukan apakah sudah memenuhi standar yang ditetapkan berdasarkan kompetensi yang akan dicapai, sehingga memberikan jaminan kepada peserta latih akan penyelenggaraan pelatihan yang bermutu. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pelatihan yang dilakukan di Bapelkes Semarang sudah memenuhi standar yang telah ditetapkan sesuai dengan kompetensinya.

Evaluasi Paska Pelatihan merupakan salah satu upaya untuk memonitoring hasil pelatihan yang telah dilaksanakan di Bapelkes Semarang. Pada tahun 2019 EPP dilakukan terhadap Pelatihan dasar CPNS sebanyak 1 (satu) kegiatan. Pelaksanaan EPP

(18)

sebanyak 1 kegiatan dapat terlaksana dengan baik sesuai jadwal yang telah disusun. Sumber Daya Manusia (SDM) Bapelkes Semarang yang dikembangkan kapasitasnya pada tahun 2018 adalah sebanyak 74 orang, Jenis kegiatan yang diikuti oleh aparatur meliputi workshop/seminar/kaji banding/sosialisasi serta pelatihan ASN.

B. Rekomendasi Hasil Evaluasi Tahun 2019

Hasil evaluasi kinerja Bapelkes Semarang Tahun 2019 menunjukkan adanya permasalahan sebagai berikut:

1. Adanya proses revisi penambahan pagu yang pertama di awal tahun dari anggaran semula Rp. 37.178.946.000,- menjadi sebesar Rp. 41.058.119.000,- untuk kegiatan pelatihan TOC, pelatihan MOT, dan pelatihan dasar CPNS., yang berdampak pada bertambahnya jumlah target kinerja Bapelkes Semarang.

2. Perubahan kebijakan distribusi sebaran pelatihan serta jenis pelatihan prioritas menyebabkan beberapa usulan kegiatan pelatihan yang pada awal tahun telah dijadwalkan (TOT Tim Penilai Jabatan Fungsional Kesehatan dan pelatihan Jabatan Fungsional PNBP) menjadi tertunda/direalokasi untuk kegiatan pelatihan lain. Kebijakan baru disampaikan pada triwulan ke 3 sehingga angka capain target kinerja dan serapan anggaran menumpuk di akhir tahun.

3. Anggaran tidak terserap lebih banyak pada kegiatan pelatihan, terutama untuk anggaran perjalanan dinas peserta dimana pada saat perencanaan anggaran perjalanan dinas peserta dialokasikan maksimal dari standar biaya yang ada sedangkan pada saat pelaksanaan peserta berasal dari daerah yang dekat. Selain itu anggaran honor output kegiatan yang dianggarkan dengan jam pelajaran penuh untuk pelatihan tertentu pada akhir kegiatan tidak terserap disebabkan pengampuan dari fasilitator dalam satker. Anggaran tidak terserap dilakukan realokasi untuk kegiatan pelatihan yang lain untuk mengoptimalkan capaian realisasi anggaran. Dari hasil evaluasi tersebut, rekomendasi yang diberikan adalah sebagai berikut:

1. Menyusun rencana pelaksanaan kegiatan berdasarkan urutan prioritas, kegiatan dilaksanaakan sesegera mungkin di awal tahun untuk mengantisipasi apabila terjadi perubahan target kinerja sehingga kegiatan tidak banyak tertunda pelaksanaannya.

(19)

Melaksanakan kegiatan sesuai dengan jadwal rencana pelaksanaan yang telah ditetapkan di awal tahun.

2. Membina komunikasi yang lebih intensif dengan Pusat Pelatihan SDM Kesehatan selaku instansi pembina, agar informasi mengenai program pelatihan pada tahun berjalan bisa terpantau untuk mengantisipasi segera atas perubahan kebijakan bidang pelatihan. Koordinasi juga bertujuan untuk penyusunan rencana program pelatihan untuk tahun berikutnya yang lebih jelas dan terarah.

3. . Membuat perencanaan tahun berikutnya khususnya perencanaan pelatihan yang lebih efisien dengan mempertimbangkan jumlah lokasi/pemetaan sasaran yang akan dicapai serta hasil analisa kebutuhan pelatihan.

4. Melakukan monitoring dan evaluasi rutin terhadap anggaran masing-masing kegiatan serta optimalisasi kegiatan untuk memaksimalkan capaian output kinerja dan capaian serapan anggaran .

5. Menyusun perencanaan anggaran biaya kegiatan dengan mengacu pada realisasi-realisasi tahun sebelumnya agar lebih efisien dalam pelaksanaannya.

(20)

BAB IV

RENCANA KINERJA TAHUN 2020 A. Pokok-pokok Kebijakan Renja Tahun 2020

Arah kebijakan Bapelkes Semarang didasarkan pada arah kebijakan Kementerian Kesehatan dan arah kebijakan Badan PPSDM Kesehatan. Arah kebijakan Kementerian Kesehatan adalah meningkatkan pelayanan kesehatan menuju cakupan kesehatan semesta terutama penguatan pelayanan kesehatan dasar(primary health care) dengan mendorong peningkatan upaya promotif dan preventif, didukung inovasi dan pemanfaatan teknologi. Arah kebijakan Badan PPSDM Kesehatan yaitu pemenuhan dan peningkatan kompetensi tenaga kesehatan termasuk SDM kesehatan lainnya. Berdasarkan arah dan kebijakan Badan PPSDM Keseshatan tersebut, Bapelkes Semarang adalah Pencapaian kuantitas dan kualitas pelatihan yang mendukung ketercapaian peningkatan kompetensi SDM kesehatan yang dilatih.

B. Sasaran Program dan Kegiatan

Bapelkes Semarang mempunyai tugas melaksanakan pendidikan dan pelatihan serta pengembangan sumber daya manusia kesehatan dan masyarakat. Sebagai Unit Pelaksana Teknis di bawah Badan PPSDM Kesehatan, Bapelkes Semarang mengelola kegiatan pelatihan teknis, jabatan fungsional, penjenjangan, dan prajabatan bagi aparatur kesehatan.

Dalam melihat pencapaian output maka dibutuhkan indikator yang digunakan sebagai tolak ukur dalam pencapaian target kinerja 2020. Target Indikator Kinerja Bapelkes Semarang mengalami perubahan dibandingkan tahun 2019. Berikut adalah sararan program/kegiatan, indikator kinerja, dan target kinerja Bapelkes Semarang Tahun 2020.

(21)

Tabel 4

Indikator Kinerja Bapelkes Semarang Tahun 2020

SASARAN PROGRAM/KEGIATAN INDIKATOR KINERJA KEGIATAN TARGET Pelaksanaan Pelatihan Sumber

Daya Manusia (SDM) Kesehatan Jumlah Sumber Daya Manusia (SDM) KesehatanYang Mendapat Sertifikat Pada Pelatihan Terakreditasi

1.767 Orang Jumlah Sumber Daya Manusia (SDM) Kesehatan

Yang Mendapat Sertifikat Pada Pelatihan Terakreditasi yang bersumber dari Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP)

60 orang Persentase peserta pelatihan (latsar dan

kepemimpinan) dengan nilai akhir≥80,1 80% Persentase peserta pelatihan teknis dan fungsional

dengan kualifikasi memuaskan 70%

Presentase widyaiswara yang judul karya tulisnya

dipublikasikan 30%

Presentase widyaiswara yang melakukan kajian

proses pembelajaran 100%

Jumlah modul e-learning yang disusun 1 dokumen Pada tahun 2020, Target Indikator Kinerja Bapelkes Semarang mengalami kenaikan dari tahun 2019 yaitu dari 1.487 orang menjadi 1.767 orang sesuai Perjanjian Kinerja yang telah ditetapkan. Perubahan target menyesuaikan kebijakan dari Pusat Pelatihan Kesehatan tentang jumlah dan sebaran peserta latih di BBPK dan Bapelkes Nasional. Adapun jenis pelatihan yang akan diselenggarakan pada tahun 2020 adalah sebagai berikut:

Tabel 5 Rencana Pelatihan

Bapelkes Semarang Tahun 2020

No Nama Pelatihan PesertaJumlah PenanggungSeksi Jawab 1 Pelatihan TKHI Embarkasi Solo (8 Angkatan) 287 Teknis 2 Pelatihan TKHI Embarkasi Surabaya (8 Angkatan) 260 Teknis 4 Pelatihan Pengendali Pelatihan (2 Angkatan) 60 Manajemen 5 Pelatihan Tim Penilai Angka Kredit Jabfung (2 Angkatan) 60 Manajemen

6 Pelatihan Jabfung (9 Angkatan) 270 Fungsional

7 Pelatihan Latsar CPNS Gol III (6 Angkatan) 240 Manajemen 8 Pelatihan Latsar CPNS Gol II (4 Angkatan) 160 Manajemen

9 Diklatpim Tk IV (1 Angkatan) 30 Manajemen

10 Pelatihan Tugsus Tenaga Kesehatan Secara Individu (13 Angkatan) 400 Teknis

(22)

C. Rencana Kerja Kegiatan Tahun 2020 1. Pelatihan Teknis Bagi SDM Kesehatan;

a. Pelaksanaan Pelatihan Teknis

Untuk tahun 2020, pelatihan teknis akan diarahkan pada pelatihan prioritas yang mendukung program Kementerian Kesehatan dan pelatihan unggulan Bapelkes Semarang, yaitu pelatihan:

1) Pelatihan Tim Kesehatan Haji Indonesia

Dalam Pelayanan Kesehatan Haji, berdasar Keputusan Menkes No:442/MENKES/SK/VI/2009 tentang Pedoman Penyelenggaraan Kesehatan Haji Indonesia dan Keputusan Menkes Nomor 400/Menkes/SK/III/2010 tentang Pedoman Rekruitmen Petugas Kesehatan Haji Indonesia, peran Petugas Tim Kesehatan Haji Indonesia (TKHI) Kelompok Terbang (Kloter) sangat penting dan menentukan kesuksesan pelayanan kesehatan haji secara keseluruhan. Pada tahun 2020 jumlah kloter TKHI yang dilatih di Bapelkes Semarang berjumlah 178 kloter. Tugas TKHI Kloter adalah memberikan pembinaan, pelayanan dan perlindungan kesehatan terhadap jemaah kelompok terbangnya serta tugas-tugas administrasi di asrama embarkasi, selama perjalanan, selama di Arab Saudi sampai di asrama debarkasi.

Agar petugas TKHI dapat menjalankan tugasnya seperti tersebut di atas dan mampu mengantisipasi permasalahan yang mungkin timbul selama bertugas, Pusdiklat SDM Kesehatan dalam merancang pelatihan diawali dengan melakukan pengkajian kebutuhan pelatihan, melalui: penelusuran laporan tim pengawasan dan pengendalian penyelenggaraan ibadah haji tahun sebelumnya, penggalian pengalaman para pakar profesional kesehatan dan petugas TKHI yang bertugas tahun sebelumnya. Proses pelatihan akan berpusat pada peningkatan wawasan terhadap pengetahuan, sikap dan ketrampilan baik individual maupun tim dalam memberikan pembinaan, pelayanan dan perlindungan kesehatan terhadap jemaah kelompok terbangnya serta tugas-tugas administrasi.

(23)

Penyelenggaraan pelatihan TKHI di Bapelkes Semarang melibatkan berbagai pihak yang berkepentingan dan berkompeten. Selain bekerjasama dengan Pukeshaji Kemenkes RI Bapelkes Semarang juga berkoordinasi dengan Dinkes Propinsi Jawa Tengah dalam hal kepesertaan dan aturan administrasi. Kurikulum, modul, dan pengendalian mutu mengacu pedoman Puslat SDM Kesehatan

2) Pelatihan Pengendali Pelatihan.

Terselenggaranya pembangunan kesehatan untuk menuju masyarakat yang sehat ditentukan oleh ketersediaan dukungan sumberdaya manusia (SDM) kesehatan yang memadai. Peranan SDM Kesehatan dalam keberhasilan pembangunan menjadi sangat esensial, mengingat bahwa pelayanan kesehatan profesional di segala bidang, hanya akan terwujud apabila didukung oleh tenaga pelaksana, yaitu SDM kesehatan yang profesional pula. Dengan diberlakukannya Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor: 725/ MENKES/ SK/ V/ 2003 tentang Pedoman Penyelenggaraan Pelatihan di Bidang Kesehatan. Maka setiap organisasi di jajaran Departemen Kesehatan diperkenankan untuk menyelenggarakan pelatihan teknis sesuai dengan kebutuhan program. Pusdiklat sebagai organisasi yang bertanggung jawab. Untuk itu perlu dipersiapkan sumber daya manusia di unit utama yang selain memiliki kemampuan memadai dalam merencanakan dan menyelenggarakan pelatihan juga sebagai seseorang yang mampu mengendalikan proses pembelajaran dalam suatu pelatihan agar peran strategis tersebut dapat dilaksanakan. Peran pengendali pelatihan yang sedemikian penting, perlu dipahami oleh mereka yang akan mengendalikan diklat. Karena itu, pelatihan bagi pengendali diklat akan diselenggarakan oleh Bapelkes Semarang.

(24)

Jabatan Fungsional Umum adalah kedudukan yang menunjukkan tugas, tanggung jawab, wewenang dan hak seseorang CPNS dan PNS dalam suatu satuan organisasi yang dalam pelaksanaan tugasnya didasarkan pada keterampilan tertentu dan untuk kenaikan pangkatnya tidak disyaratkan dengan angka kredit. Meski tidak disyaratkan angka kredit, namun kompetensi seorang pemegang jabatan fungsional umum harus tetap diperhatikan. Seorang pemegang jabatan fungsional umum selayaknya memahami benar apa yang menjadi tugas dan fungsinya dan mampu mengoptimalkan kinerjanya.

Jenjang kepangkatan dalam jabatan fungsional kesehatan di tentukan dengan penilaian angka kredit. Angka kredit yang dimaksud merupakan satuan nilai dari tiap butir kegiatan dan atau akumulasi nilai butir kegiatan yang harus dicapai oleh pejabat fungsional yang digunakan sebagai salah satu syarat untuk pengangkatan dan kenaikan pangkat dalam jabatan fungsional. Dalam penentuan nilai perolehan angka kredit pejabat fungsional, dilakukan oleh tim penilai angka kredit. Dalam pelaksanaan tugasnya tim penilai dituntut untuk profesional, bertanggung jawab di bidang profesinya; Obyektif, dan Kompeten. Peningkatan kompetensi jabatan tim penilai salah satunya diperoleh dengan pelatihan.

2. Pelaksanaan Pelatihan Fungsional

a. Pelatihan Jabatan Fungsional Umum

Untuk mendukung kelancaran pelaksanaan tugas dan fungsi Kementerian Kesehatan, selain jabatan struktural dan jabatan fungsional tertentu diperlukan jabatan fungsional umum sebagai dasar dalam perencanaan dan penempatan pegawai. Peraturan Menteri Kesehatan No 73 Tahun 2013 tentang Jabatan Fungsional Umum di Lingkungan Kementrian Kesehatan mengatur secara lengkap ketentuan, pengusulan, uraian tugas, dan hal-hal lain mengenai jabatan fungsional umum.

(25)

Jabatan Fungsional Umum adalah kedudukan yang menunjukkan tugas, tanggung jawab, wewenang dan hak seseorang CPNS dan PNS dalam suatu satuan organisasi yang dalam pelaksanaan tugasnya didasarkan pada keterampilan tertentu dan untuk kenaikan pangkatnya tidak disyaratkan dengan angka kredit. Meski tidak disyaratkan angka kredit, namun kompetensi seorang pemegang jabatan fungsional umum harus tetap diperhatikan. Seorang pemegang jabatan fungsional umum selayaknya memahami benar apa yang menjadi tugas dan fungsinya dan mampu mengoptimalkan kinerjanya. Karena itu, Bapelkes Semarang memandang perlu diselenggarakan pelatihan jabatan fungsional umum. 3. Pelatihan Penjenjangan

a. Pelatihan Dasar

Indonesia memiliki semua pra kondisi untuk mewujudkan visi negara sebagaimana tertuang dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, yang ditandai dengan kekayaan alam yang melimpah, potensi sumber daya manusia, peluang pasar yang besar dan demokrasi yang relatif stabil. Namun prakondisi yang sudah terpenuhi itu belum mampu dikelola secara efektif dan efisien oleh para aktor pembangunan, sehingga Indonesia masih tertinggal dari cepatnya laju pembangunan global dewasa ini. Pegawai Negeri Sipil (PNS) memiliki peranan yang menentukan dalam mengelola prakondisi tersebut. Sejumlah keputusan-keputusan strategis mulai dari memformulasi kebijakan sampai pada penetapannya dalam berbagai sektor pembangunan ditetapkan oleh PNS. Untuk memainkan peranan tersebut, diperlukan sosok PNS yang profesional, yaitu PNS yang mampu memenuhi standar kompetensi jabatannya sehingga mampu melaksanakan tugas jabatannya secara efektif dan efisien. Untuk dapat membentuk sosok PNS profesional seperti tersebut di atas perlu dilaksanakan pembinaan melalui jalur Pendidikan dan Pelatihan (Diklat).

Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 101 Tahun 2000 tentang Pendidikan dan Pelatihan Jabatan Pegawai Negeri Sipil (PNS), ditetapkan bahwa salah satu jenis Diklat yang strategis untuk mewujudkan PNS sebagai bagian dari ASN menjadi

(26)

profesional seperti tersebut di atas adalah Diklat Prajabatan yang kini dienal sebagai Pelatihan Dasar (Latsar). Latsart ini dilaksanakan dalam rangka membentuk nilai-nilai dasar profesi PNS. Kompetensi inilah yang kemudian berperan dalam membentuk karakter PNS yang kuat, yaitu PNS yang mampu bersikap dan bertindak profesional dalam melayani masyarakat.

Untuk membentuk PNS profesional, dibutuhkan pembaharuan atas pola penyelenggaraan diklat yang ada saat ini dan yang didukung oleh semua pihak. Praktik penyelenggaraan Latsar dengan pola pembelajaran klasikal yang didominasi dengan metode ceramah, menunjukkan bahwa tidak mudah untuk membentuk nilai-nilai dasar profesi PNS, terutama proses internalisasi pada diri masing-masing peserta. Berdasakan pertimbangan akan hal tersebut maka dilakukan inovasi dalam penyelenggaraan Latsar yang memungkinkan peserta untuk mampu menginternalisasikan nilai-nilai dasar profesi PNS dengan cara mengalami sendiri dalam penerapan dan aktualisasi pada tempat tugas/tempat magang, sehingga peserta merasakan manfaatnya secara langsung. Dengan demikian nilai-nilai dasar profesi PNS tersebut terpatri kuat dalam dirinya. Melalui pembaharuan Diklat Prajabatan ini diharapkan dapat menghasilkan PNS yang profesional, yang dewasa ini sangat dibutuhkan untuk mengelola segala prakondisi dan sumber daya pembangunan yang ada, sehingga dapat mempercepat peningkatan daya saing bangsa.

b. Pelatihan Kepemimpinan Pertama (PKP)

Dalam sistem manajemen kepegawaian, pejabat struktural eselon IV memainkan peranan yang sangat menentukan dalam membuat perencanaan pelaksanaan kegiatan-kegiatan instansi dan memimpin bawahan dan seluruh stakeholder stratejik untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan tersebut secara efektif dan efisien. Tugas ini menuntutnya memiliki kompetensi kepemimpinan operasional, yaitu kemampuan dalam membuat perencanaan pelaksanaan kegiatan-kegiatan instansi dan kemampuan mempengaruhi serta memobilisasi bawahan dan stakeholder strategisnya dalam melaksanakan kegiatan yang telah direncanakan.

(27)

Untuk dapat membentuk sosok pejabat struktural eselon IV seperti tersebut di atas, penyelenggaraan PKP yang bertujuan sebatas membekali peserta dengan kompetensi yang dibutuhkan menjadi pemimpin operasional dirasakan tidak cukup. Diperlukan sebuah penyelenggaraan pelatihan yang inovatif, yaitu penyelenggaraan yang memungkinkan peserta mampu menerapkan kompetensi yang telah dimilikinya. Peserta dituntut untuk menunjukkan kinerjanya dalam merancang suatu perubahan di unit kerjanya dan memimpin perubahan tersebut hingga menimbulkan hasil yang signifikan. Kemampuan memimpin perubahan inilah yang kemudian menentukan keberhasilan peserta tersebut dalam memperoleh kompetensi yang ingin dibangun.

4. Pelatihan Strategis SDM Kesehatan

Pelatihan Tugas Khusus Individu (Program Stunting)

Sumber Daya Kesehatan merupakan faktor utama dalam upaya meningkatkan derajat kesehatan masyarakat di Indonesia, oleh karena itu penanganan SDM Kesehatan telah mendapatkan prioritas khusus dari pemerintah, yang ditandai dengan terbitnya berbagai kebijakan pemerintah pusat. Dalam Keputusan Menkes Nomor 331/Menkes/SK/V/2006 disebutkan bahwa program Sumber Daya Kesehatan bertujuan untuk meningkatkan jumlah, jenis, mutu dan penyebaran tenaga kesehatan serta pemberdayaan profesi kesehatan sesuai dengan kebutuhan pembangunan kesehatan. Sasarannya adalah tersedianya Sumber Daya Manusia Kesehatan yang didistribusikan secara adil dan merata serta dimanfaatkan secara berhasil guna dan berdayaguna.

Kebijakan pengaturan tenaga kesehatan telah tercantum dalam undang-undang nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan pasal 26 pada ayat 1 disebutkan bahwa pemerintah mengatur penempatan tenaga kesehatan untuk pemerataan pelayanan kesehatan. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1231/MENKES/PER/XI/2007 tentang penugasan khusus SDM Kesehatan disebutkan bahwa jenis, kualifikasi dan jumlah SDM kesehatan ditetapkan oleh Pemerintah Pusat dengan memperhatikan usulan Pemerintah Daerah. Pemanfaatan SDM kesehatan berada di bawah tanggung jawab Bupati/ Walikota

(28)

bersama-sama dengan Gubernur dan harus disertai penyediaan sarana pelayanan kesehatan, obat-obatan dan fasilitas lain sesuai standar berlaku. Penempatan SDM Kesehatan sebagai tenaga penugasan khusus di pelayanan kesehatan daerah terpencil, perbatasan dan kepulauan (DTPK), didasarkan pada Kepmenkes No. 1080/Menkes/SK/XI/2009 tentang pedoman pelaksanaan penugasan khusus SDM Kesehatan. di puskesmas daerah terpencil, perbatasan dan kepulauan. Tenaga kesehatan penugasan khusus mendapatkan insentif penugasan khusus, hal ini seperti pada KepMenKes No.1235/MenKes/SK/ XII/2007 tentang pemberian insentif bagi SDM kesehatan yang melaksanakan penugasan khusus.

Implementasi pelaksanaan kebijakan SDM Kesehatan di DTPK mengalami berbagai masalah terkait dengan distribusi SDM kesehatan di daerah terpencil, perbatasan dan kepulauan (DTPK). Standar pelayanan kesehatan masih belum mencerminkan kesesuain dengan kebutuhan daerah dan lokasi dan kondisi DTPK masih belum spesifik. Kebijakan standar pelayanan kesehatan adalah secara umum dan tidak jelas mengatur standar pelayanan kesehatan spesifik untuk DTPK. Tenaga kesehatan yang ditempatkan di DTPK belum memiliki kompetensi yang spesifik sesuai kebutuhan SDM Kesehatan di DTPK. Untuk menunjang peningkatan kompetensi tersebut diperlukan pelatihan bagi tenaga khusus yang akan ditempatkan di DPTK.

Secara umum, untuk mencapaii output meliputi tahapan pelaksanaan sebagai berikut:

1. Pengajuan Akreditasi Pelatihan ke Lembaga Administrasi Negara atau Puslat SDM Kesehatan

2. Koordinasi dan Persiapan dengan Puslat SDM Kesehatan, Biro Kepegawaian Kemenkes RI, nara sumber, fasilitator, atau stakeholder terkait.

3. Pemanggilan Peserta

4. Penyiapan Modul dan Bahan Ajar 5. Pelaksanaan Pelatihan

6. Pengadministrasian aspek keuangan maupun non keuangan 7. Pelaksanaan Evaluasi (Peserta, Fasilitator, Penyelenggaraan) 8. Pengendalian Mutu Pelatihan (QC)

(29)

9. Penyusunan Laporan Pelatihan

Output yang dihasilkan dari kegiatan pelatihan adalah sebagai berikut: 1. Kompetensi peserta pelatihan yang meningkat

2. Dokumen Laporan akhir Pelatihan

3. Dokumen Pengendalian Mutu Pelatihan untuk dilaporkan Kepala sebagai tindak lanjut perbaikan pelatihan berikutnya.

5. Karya Tulis Ilmiah yang Dipublikasikan

Untuk tahun 2020, target widyaiswara yang akan melakukan penulisan ilmiah sejumlah tiga orang, dengan langkah-langkah:

a. Koordinasi penentuan tema penelitian dengan atasan dan rekan sejawat b. Pencarian referensi

c. Pengambilan, pengumpulan, pengolahan, dan analisis data

d. Penyampaian hasil penelitian sementara pada atasan dan pihak terkait e. Penulisan ilmiah

f. Seminar hasil penulisan

g. Publikasi penulisan di website dan buletin Bapelkes Semarang maupun jurnal lainnya

Output kegiatan ini adalah karya tulis ilmiah widyaiswara yang telah dipublikasikan. 6. Penyusunan Kajian pembelajaran

Setiap widyaiswara ditargetkan melakukan kajian pembelajaran. Outputnya adalah laporan pengendalian pelatihan yang mencakup analisis pembelajaran.

Langkah-langkah pelaksanaan kegiatan adalah:

a. Pengaturan jadwal pengendali pelatihan yang merata

b. Pelaksanaan pengendalian pembelajaran di kelas maupun non kelas c. Pencatatan laporan harian pelaksanaan pembelajaran

d. Penyusunan laporan pengendalian pelatihan maksimal satu bulan setelah pelatihan berakhir

(30)

7. Penyusunan Modul E-Learning

Output kegiatan ini adalah modul pembelajaran jarak jauh berbasis internet. Tahapan pelaksanaan kegiatan:

a. Penyusunan tim penyusun modul b. Pengembangan desain: kurikulum c. Penetapan modul yang dikembangkan d. Penyusunan modul sesuai kurikulum e. Uji kecil modul

f. Perbaikan modul

g. Peluncuran modul secara online

h. Pengelolaan administrasi keuangan dan non keuangan D. Rencana Anggaran Kegiatan Tahun 2020

Tabel 6 Rencana Anggaran Bapelkes Semarang

Tahun 2020

Kode Kegiatan Jumlah

2076 Pelatihan SDM Kesehatan 17.237.318.000

2076.501 Pelatihan Bagi Sumber Daya ManusiaKesehatan 10.547.462.000 2076.504 Manajemen Pelatihan Kesehatan 1.174.033.000 2076.505 Pelatihan Strategis SDM Kesehatan 3.543.444.000 2076.970 Layanan Dukungan Manajemen Satker 1.972.379.000

2079

Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya pada Program Pengembangan dan Pemberdayaan Sumber Daya Manusia Kesehatan

21.915.732.000

2079.603 Sarana Prasarana 4.643.247.000

2076.604 Gedung Layanan Pendidikan dan Pelatihan 731.908.000

2079.994 Layanan Perkantoran 16.540.577.000

Jumlah 39.153.050.000

(31)

untuk membiayai dua kegiatan besar yaitu Pelatihan SDM Kesehatan sebesar Rp. 17.237.318.000,00 dan Kegiatan Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya Pada Program Pengembangan dan Pemberdayaan Sumber Daya Manusia Kesehatan sebesar Rp. 21.915.732.000,00

E. Kesenjangan Rencana Kegiatan dengan Rencana Kerja Tahun 2020

Rencana Kerja Bapelkes Semarang disusun dengan berpedoman pada indikator kinerja Bapelkes Semarang Tahun Anggaran 2020. Perjanjian kinerja antara Bapelkes Semarang dengan Unit Eselon I di tandatangani sebagai bentuk kesepakatan untuk target kinerja yang harus dicapai Bapelkes Semarang selama Tahun 2020. Terdapat perubahan target Kinerja tahun 2020 dibandingkan target kinerja tahun sebelumnya. Pada tahun 2019 terdapat target kinerja “akreditasi institusi”. Pada tahun 2020, target ketujuh berubah menjadi“penyusunan modul e-learning”.

Dengan adanya perubahan-perubahan yang berkaitan dengan indikator kinerja Bapelkes Semarang diupayakan bersesuaian dengan rencana kegiatan yang disusun. Meski demikian, rencana kerja dibuat untuk mempertimbangkan berbagai aspek yang mungkin berbeda dengan harapan dari penyusunan rencana kegiatan. Koordinasi yang luas mencakup koordinasi dengan instansi Pembina (Puslat SDM Kesehatan), LAN, pihak ketiga penyelenggara diklat yang bersifat sangat teknis, dan Bapelkes Mitra merupakan salah satu alternatif mengatasi kesesenjangan yang mungkin timbul dari rencana kegiatan dan rencana kerja. Baik rencana kegiatan maupun rencana kerja tahun 2020 bersifat sentralisasi pusat sebagai dampak kebijakan Kementerian Kesehatan. Sentralisasi kegiatan Bapelkes Semarang memunculkan potensi perubahan-perubahan pada rencana kerja yang telah disusun. Karena itu, rencana kerja yang disusun bersifat terbuka dan fleksibel. Tahapan dalam rencana kerja memungkinkan dilakukan penyesuaian dalam pelaksanaannya.

Dalam hal penyusunan rencana kerja berkaitan dengan penganggaran terdapat beberapa kelemahan yang muncul dan memungkinkan timbul ketidaksesuaian dengan rencana kegiatan. Pertama, anggaran biaya pelatihan yang telah disusun sudah mengikuti template pusat baik dari pusat pelatihan kSDM Kesehatan maupun dari

(32)

Lembaga Administrasi Negara untuk pelatihan dasar CPNS. Hal ini berimbas pada realisasi anggaran yang kurang optimal dikarenakan tidak sesuai kebutuhan/pelaksanaan. Kedua, mempertimbangkan fakta pada tahun anggaran sebelumnya, kebijakan pelatihan cukup rentan mengalami perubahan. Hal ini berdampak pada kemungkinan perubahan kegiatan dan revisi anggaran maupun realokasi kegiatan. Karena itu penyusunan rencana kerja berkaitan dengan anggaran dibangun dengan mempersiapkan alternatif kegiatan lain yang tidak terlalu berbeda besaran anggarannya. Ini menjadi tugas dari masing-masing seksi penyelenggaraan pelatihan untuk mempersiapkan rencana alternatif tersebut.

(33)

BAB V

RENCANA PENGEMBANGAN TAHUN 2020

Pada Tahun 2020 Bapelkes Semarang merencanakan beberapa pengembangan dalam mendukung kinerjanya. Beberapa fokus yang akan dilaksanakan pada tahun 2020 adalah:

1) Pelaksanaan pelatihan teknis kesehatan, pelatihan jabatan fungsional, penjenjangan prajabatan bagi aparatur kesehatan bersifat terpusat sesuai program nasional Kementerian Kesehatan. Seluruh pelaksanaan direncanakan akan dikoordinasikan dengan Puslat SDM Kesehatan, Biro Kepegawaian, Biro Perencanaan dan Anggaran, Lembaga Administrasi Negara, Pihak Ketiga Penyelenggara Diklat, dan Balai Pelatihan Kesehatan Daerah mitra Bapelkes Semarang.

b. Pelaksanaan pelatihan Sumber Daya Manusia ( SDM ) Teknis Non kesehatan yang dilaksanakan dengan memperhatikan sertifikasi pelatihan yang akan dilaksanakan. c. Pengembangan Sumber Daya Manusia dengan mengirim widyaiswara untuk mengikuti

kegiatan seminar, workshop, penulisan karya tulis ilmiah dan publikasi karya tulis ilmiah yang disusun. Karya Tuis Ilmiah merupakan salah satu upaya untuk mengembangkan profesionalisme Widyaiswara yang bermanfaat untuk memperkaya wawasan dan memperdalam penguasaan bidang studi yang dijalani, menjadi media gagasan dan pengetahuan dalam rangka mengembangkan bahan ajar.

d. Peningkatan kapasitas penyelenggara pelatihan melalui pelatihan TOC, Pengendali Pelatihan, Web Pembelajaran, Layanan Prima Penunjang Pelatihan yang mendorong pegawai memberikan pelayanan optimal.

e. Melakukan persiapan akreditasi Institusi atas Pelatihan Dasar CPNS yang habis masa berlakunya pada tahun 2020.

f. Pelaksanaan kajian kebutuhan pelatihan dan evaluasi pasca pelatihan yang direncanakan tersentralisasi oleh Puslat. SDM Kesehatan dan Unit Pelaksana Teknis (UPT) PPSDM Kesehatan sebagai eksekutor kegiatan. Sebagai salah satu UPT, Bapelkes Semarang akan menjadi pelaksana kegiatan dengan konsep dan desain dikembangkan oleh Pusat Pelatihan Kesehatan.

g. Dukungan terhadap kinerja Bapelkes Semarang juga diwujudkan dalam rencana pengadaan sarana laboratorium komputer berupa unit computer, kelengkapan audio

(34)

kelas dan auditorium, kendaraan bermotor untuk opersional lapangan.

h. Peningkatan Prasarana kantor berupa rehabilitasi ruang auditorium Bapelkes Semarang Kampus 1.

(35)

BAB VI

EVALUASI RENCANA KINERJA TAHUNAN

Sesuai Permen PAN & RB Nomor 25 Tahun 2012 tentang Petunjuk Pelaksanaan Evaluasi Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (AKIP), ditentukan bahwa RKT merupakan salah satu materi evaluasi AKIP. Komponen-komponen evaluasi RKT adalah: a) pemenuhan RKT, b) kualitas RKT dan c) implementasi RKT.

Evaluasi RKT diperlukan karena merupakan komponen penilaian dalam pelaksanaan evaluasi AKIP. Tujuan evaluasi RKT adalah untuk memberikan informasi mengenai capaian indikator pemenuhan, kualitas, dan implementasi RKT.

Implementasi evaluasi RKT disesuaikan dengan kondisi Balai Pelatihan Kesehatan Semarang. Pelaksana evaluasi RKT di Balai Pelatihan Kesehatan Semarang adalah Sub. Bagian Tata Usaha. Instrumen yang digunakan untuk mengevaluasi RKT sesuai Tabel 4 berikut ini.

Tabel 7

Instrumen Evaluasi RKT

Komponen Penjelasan Jadwal Keterangan

Pemenuhan RKT a) Dokumen RKT

telah ada Dokumen RKT adalahdokumen rencana kinerja tahunan yang isinyaminimal sesuaidengan formulir RKT. Penilaian dilakukan terhadap keberadaandokumen RKT dengan ya/tidak. Minggu II Januari TA berjalan b) Dokumen RKT telah memuat sasaran program, indikator kinerja sasaran, dan target kinerja tahunan

RKT telah memuat keseluruhan substansi komponen tersebut

c) Dokumen Penetapan

Kinerja (PK) telah ada Penetapan kinerjaditunjukkan dengan keberadaan dokumen

Minggu I Februari tahun berjalan d) Dokumen PK disusun

segera setelah anggaran disetujui

Penilaian dilakukan dengan menjawab ya/tidak

(36)

e) Dokumen PK telah memuat sasaran, program, indikator kinerja, dan target jangka pendek

PK telah memuat keseluruhan subtansi komponen tersebut. Bobot penilaian a/b/c/d/e didasarkan pada % pemenuhan

subtansi komponen tersebut dalam dokumen RKT f) PK telah menyajikan

indikator kinerja keluaran/yang dipersamakan

PK telah memuat keseluruhan subtansi komponen tersebut. Bobot penilaian a/b/c/d/e didasarkan pada % pemenuhan

subtansi komponen tersebut dalam dokumen RKT

Kualitas RKT a) Sasaran telah

berorientasi keluaran (output)

Sasaran telah berkualitas keluaran (output). Bobot penilaian a/b/c/d/e

didasarkan pada % target tahunan b) Kegiatan merupakan

cara untuk mencapai sasaran

Kegiatan yang direncanakan dalam RKT memiliki hubungan sebab akibat secara logis dengan sasaran dalam RKT. Bobot penilaian a/b/c/d/e didasarkan pada % kegiatan yang memiliki hubungan sebab akibat dengan sasarannya. c) Indikator kinerja sasaran

telah memenuhi kriteria indikator kinerja yang baik

Kualitas indikator kinerja sasaran dalam RKT telah memenuhi kriteria SMART. Bobot penilaian a/b/c/d/e didasarkan pada % indikator

kinerja sasaran yang berkualitas baik (SMART). d) Target kinerja ditetapkan

dengan baik Target kinerja telahdisesuaikan dengan target jangka menengah dalam RAK

e) Dokumen PK telah selaras dengan

dokumen PK atasannya dan dokumen RAK

PK telah memuat

sasaran, indikator kinerja dan target tahunan yang ada dalam Rencana Aksi Kegiatan. Bobot penilaian a/b/c/d/e didasarkan pada % sasaran, indikator kinerja kegiatan dan target dalam PK relevan dengan Rencana Aksi Kegiatan. f) Dokumen PK telah menetapkan hal-hal yang seharusnya ditetapkan (dalam kontrak kinerja/tugas fungsi)

PK telah menetapkan hal-hal yang perlu ditetapkan dalam kontrak kinerja/tugas fungsi.

(37)

a) Target kinerja yang diperjanjikan telah digunakan untuk mengukur keberhasilan

Keberhasilan kinerja dihitung berdasarkan pencapaian kinerja dibandingkan dengan target kinerja. Bobot penilaian a/b/c/d/e didasarkan pada % realisasi capaian kinerja dibandingkan target kinerja

b) Rencana aksi atas kinerja telah dimonitor

pencapaiannya secara berkala

Monitoring rencana aksi atas kinerja dilakukan secara berkala setiap bulan, triwulan, dan semester

Minggu pertama tiap bulan

c) Rencana aksi atas kinerja telah dimanfaatkan dalam pengarahan dan pengorganisasian kegiatan

Rencana aksi atas kinerja digunakan dalam pengarahan dan pengorganisasian. Bobot penilaian a/b/c/d/e didasarkan % indikator kinerja kegiatan dan luaran (output) dalam RKA.

Keterangan bobot penilaian:

Tabel 8 Bobot Penilaian

Evaluasi RKT dan Rencana Aksi

Jawaban Kriteria Nilai

A Memenuhi hampir semua kriteria (lebih dari 80% s/d 100% ) 1 B Memenuhi sebagian besar kriteria (lebih dari 60% s/d 80% ) 0,75 C Memenuhi sebagian kriteria (lebih dari 40% s/d 60%) 0,5 D Memenuhi sebagian kecil kriteria (lebih dari 20% s/d 40%) 0,25 E Sangat kurang memenuhi kriteria (kurang dari 20% ) 0

(38)

BAB VII PENUTUP

Rencana Kinerja Tahunan merupakan penjabaran yang lebih konkrit dan operasional dari Rencana Aksi Kegiatan Bapelkes Semarang dan Rencana Aksi Program Badan Pengembangan dan Pemberdayaan Sumber Daya Manusia Kesehatan. Maksud disusunnya Rencana Kinerja Tahunan adalah menjaga konsistensi dan keterpaduan dalam perencanaan, pelaksanaan, penganggaran maupun pengawasan. RKT Balai Pelatihan Kesehatan Semarang memuat sasaran, indikator kinerja dan target capaian tahun 2020.

Rencana Kegiatan yang dikelola Balai Pelatihan Kesehatan Semarang memerlukan proses dan waktu yang bertahab, sumber daya yang memadai serta partisipasi seluruh komponen di Lingkungan Balai Pelatihan Kesehatan Semarang. Rencana kinerja ini dapat tercapai bila dilaksanakan dengan penuh dedikasi dan kerja keras oleh sumberdaya manusia dan potensi yang ada, dengan harapan mampu memberikan konstribusi positif bagi upaya Bapelkes semarang.

Pada prinsipnya setiap kegiatan mungkin akan menghadapi kendala yang bisa terjadi pada input, proses dan output. Evaluasi kondisi capaian kinerja pada tahun 2019 dapat menjadi masukan terhadap antisipasi kendala yang mungkin muncul pada tahun 2020. Prediksi terhadap arah kebijakan dimanfaatkan untuk mengoptimalkan sumber daya yang tersedia dan mengurangi potensi permasalahan di tahun 2019. Indikator keberhasilan suatu organisasi tidak hanya diukur dari habisnya anggaran yang telah dialokasikan, tetapi difokuskan pada pada aspek efisiensi yang dapat dicapai, kualitas output yang dihasilkan serta efektivitas mencapai tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan.

Dengan tersusunnya Dokumen Rencana Kinerja Tahunan (RKT) ini, diharapkan dapat memberikan gambaran yang jelas dan transparan atas pelaksanaan program dan kegiatan Bapelkes Semarang Tahun 2020. Dengan demikian, diharapkan seluruh kegiatan yang ditargetkan akan dapat dicapai setingi-tingginya.

(39)
(40)

Gambar

Gambar 1. Tujuan, Ukuran, dan target Bapelkes Semarang Tahun 2020-2024
Tabel 3 Pencapaian Kinerja Bapelkes Semarang
Tabel 5 Rencana Pelatihan
Tabel 6 Rencana Anggaran Bapelkes Semarang
+2

Referensi

Dokumen terkait

Proses pengubahan gelombang elektromagnet menjadi gelombang bunyi tersebut dapat terjadi karena aliran listrik dari penguat audio dialirkan kedalam kumparan dan

Seperti fakta yang penulis temukan di kompasiana.com “Permainan Game Online di warung internet (warnet) sekarang begitu digandrungi, baik anak- anak, remaja hingga dewasa,

Berdasarkan hasil analisis regresi linier berganda dengan tingkat signifikansi 5%, maka hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa likuiditas yang diukur dengan cash

Soal seharusnya dibuat sebaik mungkin, dengan melakukan analisis tingkat kesukaran, daya pembeda, efektifitas distraktor, dan reliabilitas diharapkan dapat digunakan

Metode pembelajaran adalah cara yang dapat dilakukan untuk membantu proses belajar-mengajar agar berjalan dengan baik. Metode belajar merupakan cara atau strategi yang dilakukan untuk

Kegiatan ini merupakan langkah penyusunan panduan dan model kurikulum pemberdayaan masyarakat pesisir berbasis ekonomi produktif, yang disusun berdasarkan hasil needs

Pemerintah Kabupaten Katingan, Klaim Alat Kesehatan, Klaim Bahan Habis Pakai, dan Klaim dari Masyarkat Miskin yang tidak Mampu yang tidak termasuk Kuota Kepersetaan

Latihan single leg speed hop dengan knee tuck jump ini termasksud latihan dari pliometrik dimana latihan pliometrik adalah latihan yang menggunakan kekuatan otot,