i
STRATEGI DAKWAH PONDOK PESANTREN MODERN DARUL FALAH ENREKANG DALAM MENINGKATKAN PEMAHAMAN AJARAN ISLAM MASYARAKAT KOTA ENREKANG
PROVINSI SELAWESI SELATAN
Skripsi
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Sosial (S.Sos) Pada Program Studi Komunikasi dan Penyiaran Islam
Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Makassar
Oleh: MANSUR NIM:105271104016
PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM FAKULTAS AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR 1442 H/2020 M
v
ABSTRAK
MANSUR, NIM 105271104016, Strategi Dakwah Pondok Pesanren Modern Darul Falah dalam Meningkatkan Pemahaman Ajaran Islam Masyarakat Kota Enrekang. Skripsi Program Studi Komunikasi dan Penyiaran Islam Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Makassar. Dibimbing oleh pembimbing I Dr. Abbas Baco Miro, Lc., Ma. Dan Pembimbing II Dr. Sudir Koadhi, SS., M.Pd.I.
Pokok permasalahan penelitian ini adalah bagaimana strategi dakwah Pondok Pesantren Modern Darul Falah Enrekang dalm meningkatkan pemahaman masyarakat kota Enrekang terhadap ajaran Islam dan kemudian mengemukakan 2 subtansi permasalahan yaitu: 1) Bagaimana strategi dakwah yang dilakukan PPM Darul Falah Enrekang dalam meningkatkan pemahaman ajaran islam masyrakat kota Enrekang. 2) Apa faktor pendukung dan faktor penghambat dalam meningkatkan pemahaman masyarakat kota Enrekang terhadap ajaran Islam?.
Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan pendekatan penelitian yang digunakan adalah pendekatan strategi dakwah.
Sumber data penelitian ini adalah data primer dan data skunder. Selanjutnya teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan melalui empat tahapan, yaitu:
reduksi data, penyajian data, analisis perbandingan, dan penarikan kesimpulan.
Metode pengumpulan data yang digunakan adalah observasi, wawancara, dan dokumentasi.
Hasil penelitan ini menunjukkan bahwa strategi dakwah Pondok Pesantren Darul Falah Enrekang telah menggunakan strategi yang sangat baik, karena beberapa strategi peningkatan dakwah sudah dilaksanakan dengan cara Mengidentifikasi kebutuhan dalam peningkatan dakwah, menganalisa kekuatan, menganalisa lelemahan, menganalisa peluang, dan menganalisa ancaman atau tantangan. Selain itu, PPM Darul Falah juga mengunakan tiga strategi dakwah
yang menujang keberhasilan dakwahnya, yaitu strategi sentimentil, strategi
rasional, dan strategi indrawi.
Adapun faktor pendukung dalam peningkatan dakwah eksternal PPM Darul Falah, yaitu: kekuatan Sumber Daya Manusia (SDM) dan sumber dana. Selain itu letak pesantren yang strategis, fasilitas yang memadai, juga adanhya dukungan dari masyarakat dan pemerintah. adapun faktor penghambat, yaitu: Dinamika zaman dan efek perkembangan teknologi komunikasi dan informasi yang bebas dan dijadikannya upacara adat sebagai agenda pariwisata kabupaten.
Implikasi penelitian ini yaitu: 1). Dalam meningkatkan kualitas santri, pembinda dan ustaz harus lebih memperhatikan santri dalam membuat materi dakwahnya, harus lebih dekat dengan santri dan mengetahui kendala yang dihadapi oleh santri dalam penyampaian dakwah maupun dalam membuat materi dakwah. 2). Apabila terdapat santri yang belum tahu atau belum lancar dalam membaca Al-Qur’an, hendaknya pembina dan para ustaz menfokuskan untuk mengajar santri tersebut sampai ia lancar dalam membaca Al-Qur’an. 3). Perlunya kesadaran dari para santri untuk lebih giat dan lebih aktif lagi dalam usaha meningkatkan kualitas dirinya.
vi
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur kehadirat Allah swt. Yang telah mencurahkan segala
rahmat dan hidayah-Nya kepada peneliti sehingga dapat menyelesaikan penulisan
skripsi ini. Shalawat dan salam semoga tercurah kepada Nabi dan Rasul yang
telah membimbing umatnya ke arah kebenaran yang diridoi oleh Allah swt. dan
keluarga serta para sahabat yang setia kepadanya.
Alhamdulillah berkat hidayah dan pertolongan-Nya, peneliti dapat menyelesaikan tugas dan penyusunan skripsi ini, yang berjudul: “Strategi Dakwah
Pondok Pesantren Modern Darul Falah Enrekang dalam Meningkatkan Pemahaman Ajaran Islam Masyarakat Kota Enrekang.” Upaya peneliti untuk
menjadikan skripsi ini mendekati sempurna telah penulis lakukan, namun
keterbatasan yang dimiliki penulis maka akan dijumpai kekurangan baik dalam
segi penulisan maupun dari segi ilmiah.
Penulis menyadari, tanpa adanya bantuan dan partisipasi dari berbagai
pihak, skripsi ini tidak mungkin dapat terselesaikan seperti yang diharapkan. Oleh
karena itu penulis patut menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya
kepada :
1. Prof. Dr. H. Ambo Asse, M.Ag. Rektor Universitas Muhammadiyah
Makassar.
2. Syekh Dr. Mohammad MT. Khoory, Donatur AMCF beserta jajarannya
vii
3. Drs. Mawardi Pewangi, M.Pd.I. Dekan Fakultas Agama Islam Universitas
Muhammadiyah Makassar.
4. H. Lukman Abdul Shamad, Lc. Mudir Ma’had Al-Birr Universitas
Muhammadiyah Makassar.
5. Dr. Abbas Baco Miro, Lc., MA. Ketua Prodi Komunikasi dan Penyiaran
Islam Universitas Muhammadiyah Makassar.
6. Dr. Abbas Baco Miro, Lc., MA. Pembimbing I yang dengan ikhlas
meluangkan waktunya untuk membimbing dan mengarahkan penulis
hingga terwujudnya skripsi ini.
7. Dr. Sudir Koadhi, S.S., M.Pd.I. Pembimbing II yang dengan ikhlas
meluangkan waktunya untuk membimbing dan mengarahkan penulis
hingga terwujudnya skripsi ini.
8. Para dosen yang tidak dapat penulis sebut satu per satu atas segala ilmu
yang di berikan dan diajarkan kepada penulis selama di bangku kuliah
serta bimbingannya yang begitu membekas di diri penulis.
9. Ustaz Lukman Latif, M.Pd. Selaku direktur Ma’had Darul Falah Enrekang
dan seluruh pembina, asatizah, para santri PPM Darul Falah Enrekang.
10.Ayahanda Sinariptah Aswad, S.STP. Selaku lurah di kelurahan Galonta
dan seluruh jajaran aparat kelurahan atas dukungan dan kerja samanya.
11.Masyrakat Kelurahan Galonta dengan dukungan dan kerja samanya serta
rekan-rekan sejawat dan seperjuangan yang telah memberikan kerja sama
dan semangat kepada kami. Serta semua pihak yang terlalu banyak untuk
viii
12. Teristimewa penulis ucapkan banyak-banyak terima kasih untuk ayah dan
Ibu Rahimahallah, atas segala jasanya yang tak terbalas, doa dan cinta kasihnya yang senantiasi mengiringi setiap langkah penulis.
Akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat adanya, baik
terhadap penulis maupun para pembaca.
Makassar, Penulis Mansur Nim:105271104016 5 Rabiul Akhir 1442 H 21 November 2020 M
ix
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
PERSETUJUAN PEMBIMBING... Error! Bookmark not defined. SURAT PERNYATAAN ... i ABSTRAK ... v KATA PENGANTAR ... vi BAB I PENDAHULUAN ... 1 A. Latar Belakang ... 1 B. Rumusan Masalah ... 3 C. Tujuan Penelitian ... 4 D. Manfaat Penelitian ... 4 1. Secara Teoritis ... 4 2. Secara Praktis ... 4
BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 6
A. Tinjauan Tentang Strategi Dakwah Pondok Pesantren ... 6
1. Pengertian Strategi... 6
2. Pengertian Dakwah ... 6
3. Pengertian Pondok Pesantren ... 9
4. Sejarah Pesantren... 11
x
6. Unsur-unsur dan Pola Pondok Pesantren ... 17
B. Tinjauan Tentang Pemahman ... 22
1. Pengertian Pemahaman ... 22
2. Tingkatan-Tingkatan dalam Pemahaman ... 23
C. Tinjauan Tentang Ajaran Islam ... 25
1. Pengertian Ajaran ... 25
2. Pengertian Islam ... 25
BAB III METODE PENELITIAN ... 6
A. Jenis dan Pendekatan Penelitian ... 6
1. Jenis Penelitian ... 6
2. Pendekatan Penelitian ... 29
B. Lokasi dan Objek Penelitian ... 30
C. Fokus dan Deskripsi Fokus Penelitian ... 30
1. Fokus Penelitian ... 30
a. Strategi Dakwah ... 30
b Penigkatan pemahaman ajaran Islam ... 30
2. Deskripsi Fokus Penelitian ... 30
D. Sumber Data ... 30
1. Data Primer ... 30
xi
E. Instrumen Penelitian ... 31
F. Teknik Pengumpulan Data ... 32
1. Observasi ... 32
2. Metode Wawancara ... 32
3. Dokumentasi ... 33
G. Teknik Pengolahan dan Analisis Data ... 33
1. Reduksi Data (Data Reduction)... 34
2. Penyajian Data (Data Display) ... 35
3. Analisis Perbandingan (Comparative) ... 35
4. Penarikan Kesimpulan (Conclusion Drawing/Verification) ... 35
BAB IV PEMBAHASAN DAN HASIL PENELITIAN ... 36
A. Gambaran Umum PPM Darul Falah Enrekang... 36
1. Profil PPM Darul Falah Enrekang ... 36
3. Sejarah Singkat PPM Darul Falah Enrekang... 39
4. Amal Usaha PPM Darul Falah Enrekang ... 42
B. Gambaran Umum Kelurahan Galonta ... 49
C. Peran PPM Darul Falah Terhadap Peningkatan Pemahaman Ajaran Islam Ajaran Islam masyarakat kelurahan Galonta ... 50
xii
E. Faktor Penghambat dan Pendukung Peningkatan Pemahaman Ajaran
Islam Masyarakat Kota Enrekang ... 57
1. Faktor Pendukung ... 57 2. Faktor Penghambat ... 59 BAB V ... 61 PENUTUP ... 61 A. Kesimpulan ... 61 B. Implikasi ... 62 DAFTAR PUSTAKA ... 63 LAMPIRAN ... 61 RIWAYAT HIDUP ... 66
1
BAB I PENDAHULUAN
A.Latar Belakang
Islam adalah agama dakwah yang selalu mendorong pemeluknya untuk
senantiasa aktif melaksanakan dakwah. Kegiatan dakwah biasanya dilakukan oleh
seorang muballigh. Sekalipun demikian, dakwah dapat saja disampaikan oleh
setiap muslim dan muslimat. Bila ibadah merupakan kewajiban yang berlaku bagi
setiap manusia, maka dakwah hanya khusus diwajibkan bagi umat Islam.
Dakwah dalam praktiknya merupakan kegiatan yang sudah cukup tua, yaitu
sejak adanya tugas dan fungsi yang harus diemban oleh manusia di kehidupan
dunia ini. Oleh sebab itu, eksistensi dakwah tidak dapat dipungkiri oleh siapa pun,
karena kegiatan dakwah sebagai proses penyelamatan umat manusia dari berbagai
persoalan yang merugikan kehidupannya, merupakan bagian dari tugas dan fungsi
manusia yang sudah direncanakan sejak awal penciptaan manusia sebagai khalifah
di bumi.1
Ilmu dakwah tidak lepas dari urgensi, kegunaan dan manfaat dakwah.
Dakwah dibutuhkan oleh manusia karena dakwah merupakan upaya memberikan
jawaban atas pertanyaan dan persoalan yang dihadapi umat manusia. Bahkan
dakwah merupakan proses penyelamatan umat manusia dari berbagai belenggu
pemikiran, pemahaman, sikap, serta perilaku yang merugikan agar manusia mau
dan mampu berbuat baik kepada sesama. Dengan demikian, manusia meman
1
Enjang dan Aliyudin, Dasar-Dasar Ilmu Dakwah, (Bandung: Widya Padjadjaran, 2009), h.11
membutuhkan dakwah, antara lain karena:2
1. Dakwah dibutuhkan untuk iman tetap tumbuh subur, tanpa dakwah hati
akan mengeras dan mati. Karena nafsu manusia menyukai (condong)
kepada hal-hal yang dilarang.
2. Dakwah melahirkan kebaikan terhadap individu, masyarakat, dan Negara.
3. Dakwah menjadikan manusia lebih mulia.
4. Dakwah menuju jalan bahagia.
5. Dakwah menjauhkan manusia dari kehancuran.
6. Dakwah adalah investasi amal tanpa batas.
7. Dakwah menjadikan manusia lebih produktif dalam beramal.
Dalam kemajuan pergerakan dakwah Islam, lembaga-lembaga pesantren
yang ada sangat berperan di dalamnya. Bergerak dalam membangun intelektual
musilim milenial. Berjuang siang dan malam untuk menciptakan karakter para
generasi bangsa yang unggul. Pesantren diharapkan mampu memberikan
kontribusi terhadap lahirnhya khasanah intelektual-intelektual muslim. Peranan
pesantren tidak hanya pada dataran sosial religius, tetapi juga sebagai upaya untuk
menciptakan masyarakat intelektual yang mampu mandiri.
Peran pesantren dalam mengembangkan dakwahnya telah dijadikan alat
untuk mengilhami kemampuan berfikir masyarakat, santri dan juga menjadikan
pengembangan dakwahnya tersebut sebagai media penyampaian tentang
2
Enjang A.S., Filsafat Dakwah (Sebuah Upaya Keluar dari Kemelut Mempermasalahkan
pemahaman keilmuan yang dipelajari, dengan tuajuan memcipatakan tatanan
masyarakat santri yang berjiwa ilmiyah dan berakhlakul karimah.
Begitu besar peran pesantren dalam membangun pemahaman masyarakat
terhadap agama. Pergerakan dakwah yang terstruktur dengan beragam strategi
yang digunakan setiap pesantren begitu mampu merubah tatanan masyrakat
islami.
Berangkat dari sinilah peneliti menjadikan pesantren sebagai obyek
penelitian, dimana pesantren sebagai lembaga pendidikan Islam memiliki peranan
yang strategis dalam membina akhlak dan moral bangsa dan negara. Karena
pendidikan akhlak merupakan jiwa dari pendidikan Islam itu sendiri. Dan untuk
mencapai akhlak yang sempurna juga merupakan tujuan yang sebenarnya dari
pendidikan.
Atas dasar itulah yang mendorong peneliti untuk mengkaji lebih jauh, dalam
sebuah paper ilmiah yang berjudul ”Strategi Dakwah Pesantren Modern Darul
Falah Enrekang dalam Meningkatkan Pemahaman Ajaran Islam Masyarakat Kota Enrekang”.
B.Rumusan Masalah
Dari latar belakang yang dipaparkan diatas penulis dapat merumuskan
permasalahan yang dapat dikaji sebagai berikut:
1. Bagaimana strategi dakwah PPM Darul Falah dalam meningkatkan
pemahaman terhadap ajaran Islam masyarakat kota Enrekang?
2. Apa faktor pendukung dan penghambat peningkatan pemahaman ajaran
C.Tujuan Penelitian
1. Untuk mendeskripsikan strategi dakwah PPM Darul Falah dalam
meningkatkan pemahaman terhadap ajaran Islam masyarakat kota
Enreknag.
2. Untuk mendeskripsikan faktor pendukung dan penghambat peningkatan
pemahaman terhadap ajaran Islam masayrakat kota Enrekang.
D.Manfaat Penelitian
Hasil dari penelitian ini diharapkan mampu memberikan konstribusi sebagai
berikut.
1. Secara Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan akan berguna sebagai sumbangan
pemikiran bagi dunia pendidikan Islam.
2. Secara Praktis
a. Bagi penulis, dapat menambah wawasan pengalaman tentang
pendidikan Islam.
b. Bagi pondok pesantren Darul Falah Enrekang, dapat memberi
motivasi untuk lebih meningkatkan perannya dalam meningkatkan
pendidikan masyarakat.
c. Bagi peneliti berikutnya dapat dijadikan sebagai bahan
pertimbangan atau dikembangkan lebih lanjut serta sebagai
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Tinjauan Tentang Strategi Dakwah Pondok Pesantren
1. Pengertian Strategi
Istilah strategi berasal dari bahasa yunani “stratego” yang terdiri dari
kata “strato” yang artinya tentara dan “ego” yang artinya pemimpin. Dalam
pengertiannya strategi dapat bermakna sebagai siasat/cara untuk mencapai
suatu tujuan. Oleh karena itu secara jelas strategi dapat diartikan sebagai
serangkaian manuver umum yaitu siasat/cara yang dilakukan untuk
menghadapi musuh di medan pertempuran.3
Dari definisi tersebut jelas bahwa strategi pada mulanya berawal dari
peristiwa peperangan, yaitu sebagai suatu siasat untuk mengalahkan musuh,
namun perkembangan selanjutnya, istilah ini berkembang bukan hanya dalam
pertempuran saja melainkan pada yang lainnya seperti aktivitas kegiatan
manajemen, organisai, termasuk keperluan ekonomi, sosial ataupun budaya.
2. Pengertian Dakwah
Secara etimologis, kata dakwah merupakan bentuk masdar dari kata yad‟u (fi‟il mudhari‟) dan da‟a (fi‟il madli) yang artinya adalah memanggil, mengundang, mengajak, menyeru, mendorong, dan memohon. Selain kata “dakwah”, al-Qur’an juga menyebutkan kata yang memiliki
3
pengertian yang hampir sama dengan “dakwah”, yakni kata “tabligh” yang
berarti penyampaian, dan “bayan” yang berarti penjelasan.
Secara istilah (terminologi) da’wah dirumuskan oleh para Ulama
dengan rumusan yang berbeda-beda diantara mereka dan dengan perspektif
yang berbeda pula.
H. M. Thoha Yahya Umar, membagi pengertian dakwah menjadi dua
bagian yakni, dakwah secara umum dan dakwah secara khusus. Secara umum
dakwah adalah ilmu pengetahuan yang berisi cara-cara dan tuntunan
bagaimana seharusnya menarik perhatian manusia untuk menganut,
menyetujui, melaksanakan suatu ideologi dan pendapat dan pekerjaan
tertentu. Sementara itu, secara khusus dakwah adalah mengajak manusia
dengan cara bijaksana kepada jalan yang benar sesuai dengan perintah Tuhan
untuk kemaslahatan dan kebahagiaan mereka didunia dan diakhirat.
Syaikh Ali Mahfudz menyatakan bahwa dakwah adalah mendorong
manusia untuk melakukan kebaikan dan mengikuti petunjuk, memerintahkan
mereka berbuat makruf dan mencegah dari perbuatan mungkar agar mereka
memperoleh kebahagiaan mereka di dunia dan di akhirat.
Muhammad Quraish Shihab merumuskan bahwa Dakwah aadalah
seruan atau ajakan kepada keinsafan dan usaha mengubah situasi kepada
situasi yang lebih baik dan sempurna, baik pada kehidupan pribadi maupun
kehidupan masyarakat4
4
Moh. Ardani, Memahami Permasalahan Fikih Dakwah (Jakarta: PT Mitra Cahaya Utama, 2006), h. 10.
3. Pengertian Strategi Dakwah
Strategi dakwah adalah suatu cara atau metode yang dipakai untuk
mengaktualisasikan iman masyarakat sehingga mempengaruhi cara berfikit,
sikap dan tindakan dalam rangka mengusahakan terwujudnya ajaran islam
dalam semua segi kehidupan, sebagai tujuan tercapainya kebahagiaan dunia
akhirat.
Menurut Muhammad Ali Al-bayanuni berpendapat bahwa strategi
dakwah dibagi dalam tiga bentuk, yaitu: (Muh. Ali, 2009: 351).
a. Strategi sentimentil (al manhaj al-athifi). Strategi sentimentil
(al-manhaj al-athifi) adalah dakwah yang memfokuskan aspek hati dan
menggerakkan perasaan dan batin mitra dakwah. Memberi mitra
dakwah nasihat yang mengesankan, memanggil dengan kelembutan,
atau memberikan pelayanan yang memuaskan merupakan beberapa
metode yang dikembangkan dari strategi ini. Metode ini sesuai untuk
mitra dakwah yang terpinggirkan (marginal) dan dianggap lemah,
seperti kaum perempuan, anak-anak yatim dan sebagainya.
b. Strategi Rasional (manhaj aqli). Strategi Rasional (manhaj
al-aqli) adalah dakwah dengan beberapa metode yang memfokuskan
pada aspek akal pikiran. Strategi ini mendorong mitra dakwah untuk
berfikir, merenungkan dan mengambil pelajaran. Penggunaan hukum
logika, diskusi atau penampilan contoh dan bukti sejarah merupkan
beberapa metode dari strategi rasional. 17 Al-Qur’an mendorong
lain: tafakkur, tadzakkur, nazhar, taammul, i’tibar, tadabbur dan
istibshar. Tafakkur adalah menggunakan pemikiran untuk
mencapainya dan memikirkannya; tadzakkur merupakan
menghadirkan ilmu yang harus dipelihara setelah dilupakan; nazhar
ialah mengarahkan hati untuk berkonsentrasi pada objek yang
sedang diperhatikan; taamul berarti mengulang-ulang pemikiran hingga menemukan kebenaran dalam hatinya; i’tibar bermakna
perpindahan dari pengetahuan yang sedang dipikirkan menuju
pengetahuan yang lain; tadabbur adalah suatu usaha memikirkan
akibat-akibat setiap masalah; istibshar ialah mengungkap sesuatu
atau menyingkapnya, serta memperlihatkannya kepada pandangan
hati.
c. Strategi Indriawi (al-manhaj al-hissi). Strategi indriawi juga dapat
dinamakan dengan strategi ilmiah. Ia didefinisikan sebagai sistem
dakwah atau kumpulan metode dakwah yang berorientasi pada panca
indra dan berpegang teguh pada hasil penelitian dan percobaan.
Metode yang dihimpun oleh strategi ini adalah praktik keagamaan,
keteladanan, dan pentas drama.5
4. Pengertian Pondok Pesantren
Kata pesantren berasal dari kata santri, dengan awalan pe dan akhiran
en yang berarti tempat tinggal para santri.6 Menurut Dawam Raharjo, Pondok
5
Moh. Ali Aziz, Ilmu Dakwah (Jakarta: Prenada Media Grup, 2004), h. 351
6
Ghazali, M. Bahri, Pendidikan Pesanten Berwawasan Lingkungan, (Jakarta: CV. Prasasti, 2004), h. 53.
Pesantren merupakan tempat dimana anak-anak muda dan dewasa belajar
secara lebih mendalam dan lebih lanjut agama Islam yang diajarkan secara
sistematis, langsung dari bahasa Arab berdasarkan pembacaa nkitab-kitab
klasik karangan ulama-ulama besar.7
Pondok Pesantren merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari
penyiaran agama Islam di Indonesia, Malik Ibrahim yang terkenal denga
nama lain Sunan Ampel, salah seorang dari Wali Singo, banyak disebut dalam
sejarah sebagai pendiri pesantren yang pertama pada abad ke-15. Pada waktu
itu, pesantren memperoleh fungsi yang penting sebagai pusat pendidikan dan
penyiaran agama Islam. Ia mendidik sejumlah muridnya yang sudah selesai
dari pendidikannya, lalu pulang ketempat asal masing-masing, dan mulailah
menyebarkan Islam. Antara lain dengan mendirikan pesantren-pesantren
baru.8
Menurut M. Arifin, Pondok Pesantren adalah suatu lembaga pendidikan
agama Islam yang tumbuh serta diakui masyarakat sekitar dengan sistem
asrama. Para santri menerima pendidikan agama melalui sistem pengajian
atau madrasah yang sepenuhnya berada di bawah kedaulatan kepemimipinan
seorang atau beberapa orang kiai. Kemudian Lembaga Research Islam
mendefinisikan Pondok Pesantren adalah suatu tempat yang tersedia untuk
7
Dawam Raharjo, Pesantren dan Pembaharuan, (Jakarta:LP3ES, 1995), h. 2.
8
para santri dalam menerima pelajaran-pelajaran agama Islam sekaligus tempat
berkumpul dan tempat tinggal para santri tersebut.9
Mujammil Qomar,menyatakan bahwa Pondok Pesantren memiliki
persepsi yang plural. Pondok Pesantren dapat dipandang sebagai lembaga
ritual, lembaga pembinaan moral, lembaga dakwah, dan yang paling populer
adalah sebagai institusi pendidikan Islam yang mengalami proses romantika
kehidupan dalam menghadapi berbagai tantangan internal maupun
eksternal.10
5. Sejarah Pesantren
Pesantren merupakan lembaga pendidikan dan pengajaran Islam dimana
di dalamnya terjadi interaksi antara Kyai atau Ustadz sebagai guru dan para
santri sebagai murid dengan mengambil tempat di masjid dan di
halaman-halaman asrama (pondok) untuk mengaji dan membahas buku-buku teks
keagamaan karya ulama masa lalu. Buku-buku teks ini lebih dikenal dengan
sebutan Kitab Kuning. Karena di masa lalu kitab-kitab itu pada umumnya
ditulis atau dicetak diatas kertas berwarna kuning. Hingga sekarang
penyebutan itu tetap lestari walaupun banyak diantaranya yang dicetak ulang
dengan menggunakan kertas putih. Dengan demikian unsur terpenting bagi
sebuah pesantren adalah adanya Kyai, para santri, masjid, tempat tinggal
(pondok) serta buku-buku atau kitab-kitab teks.
9
M. Arifin, Kapita Selekta Pendidikan (Islam dan Umum), (Jakarta: Bumi Aksara, 1991), h. 200
10
Mujamil Qomar, Pesantren Dari Transformasi Metodologi Menuju Demokratisasi Institusi, (Jakarta: Erlangga, 2005), h. 2.
Jauh sebelum masa kemerdekaan Pesantren telah menjadi sistem
pendidikan Nusantara. Hampir di seluruh pelosok Nusantara, khususnya di
pusat-pusat kerajaan Islam telah terdapat lembaga pendidikan yang kurang
lebih serupah walaupun menggunakan nama yang berbeda-beda, seperti
Meunasah di Aceh, Surau di Minangkabau dan Pesantren di Jawa. Namun demikian, secara historis awal kemunculan dan asal usul semua itu masih
kabur.
Banyak penulis sejarah pesantren berpendapat bahwa institusi ini
merupakan hasil adopsi dari model perguruan yang diselenggarakan
orang-orang Hindu dan Budha. Sebagaimana diketahui, sewaktu Islam datang dan
berkembang di pulau Jawa telah ada lembaga perguruan Hindu dan Budha
yang menggunakan sistem biara dan asrama sebagai tempat para pendeta dan
bhiksu melakukan kegiatan pembelajaran kepada para pengikutnya. Bentuk
pendidikan seperti ini kemudian menjadi contoh model bagi para wali dalam
melakukan kegiatan penyiaran dan pengajaran Islam kepada masyarakat luas,
dengan mengambil bentuk sistem biara dan asrama dengan merubah isinya
dengan pengajaran agama Islam yang kemudian dikenal dengan sebuah
pondok pesantren. Sejalan dengan pandangan ini pesantren lahir semenjak
masa awal kedatangan Islam di Jawa, masa Wali Songo. Diduga kuat bahwa
pesantren pertama kali didirikan di desa Gapura Gresik Jawa Timur dan
dihubungkan dengan usaha Maulana Malik Ibrahim (Sunan Ampel).11
11
Departemen Agama RI, Pola pembelajaran di Pesantren, (Jakarta : Dipekapontren Ditjen kelembagaan Agama Islam Departemen Agama 2003), h. 4
Istilah pesantren itu sendiri seperti halnya mengaji bukanlah berasal dari istilah bahasa Arab, melainkan dari India. Demikian juga istilah Pondok
langgar, surau di Minangkabau dan Meunasah di Aceh.
Di samping berdasarkan alasan terminologi yang dipakai oleh pesantren
persamaan bentuk antara pendidikan pesantren dan pendidikan milik Hindu
dan Budha di India ini dapat dilihat juga pada beberapa unsur yang tidak
dijumpai pada sistem pendidikan Islam yang asli di Makkah. Unsur tersebut
antara lain seluruh sistem pendidikannya berisi murni ilmu-ilmu agama, kyai
tidak mendapatkan gaji, penghormatan yang tinggi kepada guru serta letak
pesantren yang didirikannya di luar kota. Data ini oleh sebagian penulis
sejarah pesantren dijadikan sebagai alasan untuk membuktikan asal usul
pesantren adalah karena pengaruh dari India.
Pandangan seperti itu belum mempertimbangkan keberadaan Islam di
Aceh atau Minangkabau yang kedatangannya lebih awal atau pun belum
mempertimbangkan keberadaan lembaga pendidikan Islam serupa yang ada
di Timur Tengah pada masa klasik seperti Masjid Khan ataupun Madrasah
Nang sistemnya kurang lebih menyerupai pesantren di Jawa.
Pada permulaan berdirinya, bentuk pesantren sangatlah sederhana.
Kegiatan pengajian diselenggarakan di dalam masjid oleh seorang kyai
sebagai guru dengan beberapa orang santri sebagai muridnya. Kyai tadi
biasanya sudah pernah mukim bertahun-tahun untuk mengaji dan mendalami
pengetahuan agama Islam di Makkah atau Madinah. Atau pernah berguru
suatu desa dengan mendirikan langgar yang dipergunakan sebagai tempat
untuk shalat berjamaah.12
Pada awalnya jamaah hanya terdiri dari beberapa orang saja. Pada
setiap menjelang atau selesai shalat berjamaah, sang kyai biasanya
memberikan ceramah pengajian sekedarnya. Isi pengajian biasanya berkisar
pada soal rukun iman, rukun Islam serta akhlak yang lebih banyak
menyangkut kehidupan sehari-hari. Berkat caranya yang menarik dan
keikhlasannya yang tinggi serta prilakunya yang shaleh, lama kelamaan
jamaahnya menjadi banyak. Yang datang tidak lagi hanya penduduk desa
tersebut, tetapi juga orang-orang dari jauh, dari luar desanya. Sebagian dari
mereka yang ikut mengaji itu ingin tinggal menetap, dekat dengan kyai atau
ustadz dan bahkan mulai ada beberapa orang tua yang ingin menitipkan
anaknya kepada kyai tadi untuk menampung. Karena semua itu, dibentuklah
pondok atau asrama. Dengan demikian, terbentuklah sebuah pesantren yang
didalamnya terdapat pondok, masjid, kyai serta santri.
Beberapa alumni yang setelah selesai dan pulang dari pesantren
kemudian mendirikan pesantren yang baru sehingga bertambah banyaklah
jumlah pesantren yang tumbuh dan berkembang masa itu. Keadaan ini terus
berlanjut hingga masa sekarang. Pesantren yang didirikan belakangan itu
banyak yang telah menyesuaikan dengan perubahan dan keburuhan di
masyarakatnya. Namun demikian, pada dasarnya tetap melanjutkan tradisi
dan fungsi utama pesantren.
12
Departemen Agama RI, Pola pembelajaran di Pesantren, (Jakarta: Dipekapontren Ditjen kelembagaan Agama Islam Departemen Agama 2003), h. 5
Sejarah perkembangannya, fungsi pokok pesantren adalah mencetak
ulama dan ahli agama. Hingga dewasa ini fungsi pokok itu tetap terpelihara
dan dipertahankan. Namun seiring dengan perkembangan zaman, selain
kegiatan pendidikan dan pengajaran agama beberapa pesantren telah
melakukan pembeharuan dengan mengembangkan komponen-komponen
pendidikan lainnya, seperti ditambahkannya pendidikan system sekolah,
adanya pendidikan kesenian, pendidikan bahasa asing (Arab dan Inggris),
pendidikan jasmani serta pendidikan keterampilan.13
6. Tujuan Pesantren
Pada hakikatnya setiap usaha tentu mempunyai tujuan yang ingin
dicapai, tanpa tujuan suatu usaha tidak akan berarti. Tujuan merupaka
ketetapan yang telah digariskan, agar berusaha dan berupaya untuk mencapai
tujuan.
Dalam sebuah organisasi ada sekelompok orang yang bekerja sama dan
berproses untuk mencapai tujuan yang sama. Maka organisasi pondok
pesantren dapat diartikan sebagai wadah dari sekelompok orang yang saling
bekerja sama dengan pembagian kerja yang tertentu dalam mencapai tujuan
pondok pesantren.
Jadi tujuan pesantren adalah membentuk manusia yang memiliki
kesadaran tinggi bahwa ajaran agama Islam merupakan ajaran yang bersifat
menyeluruh. Selain itu produk pesantren ini diharapkan memiliki kemampuan
tinggi untuk mengadakan responsi terhadap tantangan-tantangan dan
13
Departemen Agama RI, Pola pembelajaran di Pesantren, (Jakarta: Dipekapontren Ditjen kelembagaan Agama Islam Departemen Agama 2003), h. 7
tuntutan-tuntutan hidup dalam konteks ruang dan waktu yang ada (Indonesia
dan dunia abad sekarang).14
Sedangkan menurut M. Arifin bahwa tujuan didirikanya pendidikan
pesantren ada dua yaitu :
a. Tujuan Umum
Membina warga negara agar berkepribadian muslim dengan
ajaran-ajaran agama Islam dan menanamkan rasa keagamaan tersebut dalam
semua segi kehidupannya serta menjadikannya sebagai orang yang
berguna bagi agama, masyarakat, dan negara.
b.Tujuan Khusus
1) Mendidik santri anggota masyarakat untuk menjadi orang
muslim yang bertaqwa kepada Allah swt., berakhlak mulia,
memiliki kecerdasan, ketrampilan dan sehat lahir dan batin
sebagai warga negara yang berpancasila.
2) Mendidik siswa atau santri untuk menjadi manusia muslim
selaku kader-kader ulama dan muballigh yang berjiwa ikhlas,
tabah, tangguh, wiraswasta dalam mengembangkan
syariat-syariat Islam secara utuh dan dinamin.
3) Mendidik siswa atau santri untuk memperoleh kepribadian dan
mempertebal semangat kebangsaan agar dapat menumbuhkan
manusia-manusia pembangunan bangsa dan negara.
14
Nurcholish Majid, Bilik-Bilik Pesantren (Sebuah Potret Perjalanan) (Jakarta: Paramadina, 1997), h. 18
4) Mendidik siswa atau santri untuk membangun meningkatkan
kesejahteraan sosial masyarakat dalam rangka usaha
pembangunan bangsanya.15
7. Unsur-unsur dan Pola Pondok Pesantren
Di Indonesia ada ribuan lembaga pendidikan Islam yang terletak di
seluruh Nusantara. Pondok Pesantren membentuk macam-macam jenis.
Perbedaan jenis-jenis pondok pesantren dapat dilihat dari segi ilmu yang di
ajarkan, jumlah santri, pola kepemimpinan atau perkembangan ilmu
teknologi. Namun demikian, ada unsur-unsur pokok pesatren yang harus
dimiliki setiap pondok Pesantren, yaitu:
a. Kyai
Peran penting Kyai dalam pembangunan, pertumbuhan,
perkembangan dan pengurusan sebuah pesantren berarti dia merupakan
unsur yang paling esensial. Sebagai pemimpin pesantren, watak dan
keberhasilan pesantren banyak bergantuk pada keahlian dan kedalaman
ilmu, kharismatik dan wibawa, serta ketrampilan Kyai. dalam kontek
ini, pribadi Kyai sangat menentukan sebab dia adalah tokoh sentral
persantren.16 Istilah Kyai bukan berasal dari bahasa Arab, melainkan
15
Hayim H. Farid, Visi Pondok Pesantren dalam Pegembangan SDM: Studi Kasus di Pondok Pesantren Mahasiswa Al-Hikam, (UMM, Program Pasca Sarjana, 1998,) h. 38
16
Hasbullah, Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia: Lintaasan Perkembangan dan
berasal dari bahasa Jawa.17 Dalam bahasa Jawa, kata Kyai dipakai
untuk tiga jenis gelar yang berbeda, yaitu:
1) Sebagai gelar kehormatan bagi barang-barang yang dianggap
keramat; contonya “Kyai Garuda Kencana” dipakai untuk
sebutan kereta emas yang ada di kraton Yogyakarta;
2) Gelar kehormatan bagi orang-orang tua pada umumnya;
3) Gelar yang diberikan oleh masyarakat kepada orang yang ahli
agama Islam yang memiliki atau menjadi pimpinan pesantren
dan pengajar kitab-kitab Islam klasik kepada pada santrinya.
Adanya kyai dalam pesantren meruakan hal yang sangat mutlak
bagi sebuah pesantren, sebab dia adalah tokoh sentral yang memberikan
pengajaran, karena kyai menjadi satu-satunya yang paling dominan
dalam kehidupan suatu pesantren.
Menurut Syaiful Akhyar Lubis meyatakan bahwa, “ Kyai adalah
tokoh sentral dalam suatu pondok pesantren, maju mundurnya pondok
pesantren ditentukan oleh wibawa dan kharisma sang kyai”.18
b. Masjid
Menurut bahasa, Masjid merupakan izim makan (nama tempat)
yang diambil dari fiil (kata kerja) bahasa Arab Sajadah, yang artinya
tempat untuk sujud. Pada mulanya yang dimaksud masjid adalah bagian
(tempat) di muka bumi yang dipergunakan untuk bersujud, baik di
17
Manfed Ziemek, Sejarah Dalam Perusahaan Sosial, (Jakarta: Bina aksara, 1986) h. 130
18
Syaiful Akhyar Lubis, Konseling Islami Kyai dan Pesantren (Yogyakarta: Elsaq Press, 2007) h. 169
halaman, lapangan, ataupun di pasir yang luas. Akan tetapi, pengertian
masjid ini lama kelamaan tumbuh dan berubah sehingga pengertiannya
menjadi satu bangunan yang menghadap kiblat dan dipergunakan
sebagai tempat sholat baik sendiri ataupun jamaah.
Sangut paut pendidikan Islam dan masjid sangat dekat dan erat
dalam tradisi Islam di seluruh dunia. Dahulu, kaum muslimin selalu
memanfaatkan masjid untuk tempat beribadah dan juga sebagai tempat
lembaga pendidikan Islam. Sebagai pusat kehidupan rohani, sosial dan
politik dan pendidikan Islam, masjid merupakan aspek kehidupan
sehari-hari yang sangat penting bagi masyarakat. Dalam rangka
pesantren, masjid dianggap sebagai tempat yang tepat untuk mendidik
para santri, terutama dalam praktek shalat lima waktu, khutbah dan
shalat jumat, dan pengajaran kitab-kitab Islam klasik. Biasanya yang
pertama-tama didirikan oleh seorang Kyai yang ingin mengembangkan
sebuah pesantren adalah masjid.
c. Santri
Santri merupakan unsur yang penting sekali dalam perkembangan
sebuah pesantren karena langkah pertama dalam tahap-tahap
membangun pesantren adalah bahwa harus ada murid yang datang
untuk belajar dari seorang alim. Kalau murid itu sudah menetap
dirumah seorang alim, baru seorang alim itu bisa disebut Kyai dan
Santri biasanya terdiri dari dua kelompok santri kalong dan santri
mukim, yaitu:
a) Santri kalong merupakanbagian santri yang tidak menetap
dalam pondok, tetapi pulang kerumah masing-masing
sesudah selesai mengikuti suatu pelajaran di pesantren. Santri
kalong biasanya berasal dari daerah-daerah sekitar pesantren
jadi tidak keberatan kalau sering pergi dan pulang.
b) Satri mukim ialah putra atau putri yang menetap dalam
pondok pesantren yang biasanya berasal dari daerah jauh.
Kesempatan untuk pergi dan menetap di sebuah pesantren
yang jauh merupakan suatu keistimewaan untuk santri karena
dia harus penuh cita-cita, memiliki keberanian yang cukup
dan siap menghadapi sendiri dan tantangan yang akan di
alaminya di pesantren.19
d. Pondok
Defenisi singkat “pondok” adalah tempat sederhana yang
merupakan tempat tinggal kyai bersama para santrinya.
Pondok merupakan elemen lanjutan setelah pesantren mengalami
perkembangan, santri yang belajar semakin bertambah, bahkan banyak
yang berasal dari luar daerah. Kesederhanaan para santri didukung oleh
kesederhanaan sarana dan prasarana yang tersedia bahkan kepemilikan
19
Hasbullah, Sejarah Pendidikan Islam Di Indonesia: Lintasan Perkembangan dan Pertumbuhan, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1999) h. 142.
para santri dibatasi dalam kesederhanaan. Secara umum keberadaan
pondok pesantren.
Adapun secara spesifik, karakteristik pondok pesantren dalam
bentuknya yang masih murni adalah sebagai berikut:
a) Adanya hubungan yang akrab antara santri dengan kiainya.
b) Adanya kepatuhan santri yang sangat tinggi kepada kiainya
c) Adanya pembiasaan hidup hemat dan sikap sederhana dalam
kehidupan duniawi.
d) Adanya penanaman sikap kemandirian yang sangat terasa
dalam memenuhi segala keperluan.
e) Adanya jiwa tolong menolong dan persaudaraan yang sangat
mewarnai dipondok pesantren.
Adanya penekanan dan penanaman kedisiplinan dalam ketepatan
waktu sholat, kegiatan pendidikan, kegiatan pelatihan dan sebagainya.20
e. Kitab-kitab Islam Klasik
Pengajaran kitab-kitab kuning berbahasa Arab dan tanpa harakat
atau sering disebut dengan kitab gundul. Kitab ini merupakan
satu-satunya metode yang secara formal diajarkan dalam komunitas
pesantren di Indonesia. Selain beberapa alasan diatas, kedudukan
pondok pesantren juga sangat besar manfaatnya. Dengan sistem
pondok, santri dapat konsentrasi belajar sepanjang hari. Kehidupan
20
Zamakhari Dhofier, Tradisi Pesantren: Studi Tentang Pandangan Hidup Kyai (Jakarta: LP3ES, 2000), h. 54
dengan model pondok/asrama juga sangat mendukung bagi
pembentukan kepribadian santri, baik dalam tatacara bergaul dan
bermasyarakat dengan sesama santri lainnya. Pelajaran yang di kelas,
dapat sekaligus diimplementasikan di dalam kehidupan sehari-hari di
lingkungan pesantren. Pengajaran kitab-kitab kuning berbahasa Arab
dan tanpa harakat atau sering disebut dengan kitab gundul. Kitab ini
merupakan satu-satunya metode yang secara formal diajarkan dalam
komunitas pesantren di Indonesia.
Selain beberapa alasan diatas, kedudukan pondok pesantren juga
sangat besar manfaatnya. Dengan sistem pondok, santri dapat
konsentrasi belajar sepanjang hari. Kehidupan dengan model
pondok/asrama juga sangat mendukung bagi pembentukan kepribadian
santri, baik dalam tatacara bergaul dan bermasyarakat dengan sesama
santri lainnya. Pelajaran yang di kelas, dapat sekaligus
diimplementasikan di dalam kehidupan sehari-hari dilingkungan
pesantren.21
B. Tinjauan Tentang Pemahman
1. Pengertian Pemahaman
Beberapa definisi tentang pemahaman telah diungkapkan oleh para ahli.
Menurut Nana Sudjana, pemahaman adalah hasil belajar.22 Benjamin S.
21
Ahmad Supeno dkk, Pembelajaran Pesantren; Suatu Kajian Komparatif, Proyek Pelapontren Depag RI (tidak disebutkan tahun terbit),h. 12.
22
Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 1995), h. 24
Bloom mengatakan bahwa pemahaman (comprehension) adalah kemampuan sesorang untuk mengerti atau memahami sesuatu setelah sesuatu itu
diketahui dan diingat. Dengan kata lain pemahami dapat diartikan mengerti
tentang sesuatu dan dapat melihatnya dari berbagai segi. Jadi, dapat
disimpulkan bahwa sesorang siswa dikatan memahami sesuatu apabila dia
dapat memberikan penjelasan atau uraian yang lebih rinci tentang hal yang
telah dipelajari dengan menggunakan bahasanya sendiri.
Hasil belajar pada pemahaman lebih tinggi satu tingkat dari tipe hasil
belajar pengetahuan yang sifatnya hafalan. Karena pada tingkat pemahaman
memerlukan kemampuan untuk menangkap makna atau arti dari sebuah
konsep. Oleh karena itu diperlukan adanya hubungan antara konsep dengan
makna yang ada dalam konsep tersebut. Namun, bukan berarti pengetahuan
tidak perlu ditanyakan, sebab untuk memahami perlu terlebih dahulu
mengetetahui atau mengenal.23
2. Tingkatan-Tingkatan dalam Pemahaman
Menurut Bloom, kemampuan pemahaman berdasarkan tingkat
kepekaan dan derajat penyerapan materi dapat dibagi ke dalam tiga tingkatan
yaitu:24
23
Nana Sudjana, Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar, (Bandung: Sinar Baru Algensindo, 2013), h. 51
24
Wowo Sunaryo Kuswana, Taksonomi Kognitif, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2012), h. 44
a. Menerjemahkan (translation)
Menerjemahkan diartikan sebagai pengalihan arti dari bahasa
yang satu ke dalam bahasa yang lain sesuai dengan pemahaman yang
diperoleh dari konsep tersebut. Dapat juga diartikan dari konsepsi
abstrak menjadi suatu model simbolik untuk mempermudah orang
mempelajarinya. Dengan kata lain, menerjemahkan berarti sanggup
memahami makna yang terkandung di dalam suatu konsep. Contohnya
yaitu menerjemahkan dari bahasa Inggris kedalam bahasa Indonesia,
mengartikan arti Bhineka Tunggal Ika, mengartikan suatu istilah, dan
lain-lain.
b. Menafsirkan (interpretation)
Kemampuan ini lebih luas dari pada menerjemahkan, kemampuan
ini untuk mengenal dan memahami. Menafsirkan dapat dilakukan
dengan cara menghubungkan pengetahuan yang lalu dengan
pengetahuan lain yang diperoleh berikutnya. Contohnya:
menghubungkan antara grafik dengan kondisi yang dijabarkan
sebenarnya, serta membedakanyang pokok dan tidak pokok dalam
pembahasan.
c. Mengeksplorasi (extrapolation)
Ekstrapolasi menuntut kemampuan intelektual yang lebih tinggi
karena seseorang harus bisa melihat arti lain dari apa yang tertulis.
Membuat perkiraan tentang konsekuensi atau mempeluas presepsi
Ketiga tingkatan pemahaman terkadang sulit dibedakan, hal ini
tergantung dari isi dalam pelajaran yang dipelajari. Dalam proses
pemahaman, seseorang akan melalui ketiga tingkatan secara berurutan.
C. Tinjauan Tentang Ajaran Islam
1. Pengertian Ajaran
Ajaran berasal dari kata dasar ajar. Ajaran adalah sebuah homonim
karena arti-artinya memiliki ejaan dan pelafalan yang sama tetapi maknanya
berbeda. Ajaran memiliki arti dalam kelas nomina atau kata benda sehingga
ajaran dapat menyatakan nama dari seseorang, tempat, atau semua benda dan
segala yang dibendakan.
Arti kata ajaran adalah segala sesuatu yang diajarkan. Ajaran juga
berarti nasihat. Ajaranjuga berarti petuah. Ajaranjuga berarti petunjuk.
Contoh: Ia senantiasa memegang teguh ajaran orang tuanya.
Ajaran adalah segala sesuatu yang diajarkan; nasihat; petuah;
petunjuk.25
2. Pengertian Islam
kata Islam merupakan turunan dari kata assalmu, as-salamu, atau
as-salamatu yang berarti bersih dan selamat dari kecacatan lahir dan batin. Islam berarti suci, bersih tanpa cacat. Islam berarti “menyerahkan sesuatu”. Islam
adalah memberikan keseluruhan jiwa raga seseorang kepada Allah SWT, dan
25
Setiawan Ebta, KBBI Online, diakses dari https://kbbi.web.id/ajaran, pada 15 Februari 2020 Jam 22:15 WITA
mempercayakan jiwa raga seseorang kepada Allah semata. Makna lain dari
turunan kata Islam adalah “damai” atau “perdamaian” (al-salmu/ peace) dan
“keamanan”. Dalam hal ini, Islam adalah agama yang mengajarkan kepada
pemeluknya, orang Islam, untuk menyebarkan benih kedamaian, keamanan,
dan keselamatan untuk diri sendiri, sesama manusia (Muslim dan non
Muslim) dan kepada lingkungan sekitarnya (rahmatan lil’alamin).
Perdamaian, keamanan dan keselamatan ini hanya dapat diperoleh jika setiap
Muslim taat dan patuh, mengetahui dan mengamalkan aturan-aturan,
menjalankan perintah dan menjauhi larangan Allah SWT. yang dijelaskan
dalam sumber ajaran agama, yaitu kitab Allah (al-Qur‟an) dan sunnah Rasul
(al-Hadist).26
Agama Islam mempunyai pengertian yang lebih luas dari pengertian
agama pada umumnya. Di sini, kata Islam berasal dari Bahasa Arab yang
mempunyai bermacam-macam arti, diantaranya sebagai berikut:27
a. Salam yang artinya selamat, aman sentosa dan sejahtera, yaitu aturan hidup yang dapat menyelamatkan manusia di dunia dan
akhirat. Kata salam terdapat dalam al-Qur‟an Surah al-An‟am ayat
54; Surah al-A‟raf ayat 46; dan surah an-Nahl ayat 32.
b. Aslama yang artinya menyerah atau masuk Islam, yaitu agama yang mengajarkan penyerahan diri kepada Allah, tunduk dan taat
kepada hukum Allah tanpa tawar- menawar. Kata aslama terdapat
26
Rois Mahfud, Al- Islam Pendidikan Agama Islam, (Penerbit: Erlangga, 2011), h. 3-5
27
dalam al-Qur‟an surah al-Baqarah ayat 112; surah alImran ayat 20
dan 83; surah an-Nisa ayat125; dan surah alAn‟am ayat 14.
c. Silmun yang artinya keselamatan atau perdamaian, yakni agama yang mengajarkan hidup yang damai dan selamat.
d. Sulamun yang artinya tangga, kendaraan, yakni peraturan yang dapat mengangkat derajat kemanusiaan yang dapat mengantarkan
orang kepada kehidupan yang bahagia.
Islam adalah agama yang diturunkan Allah SWT. Kepada Nabi
Muhammad SAW sebagai Nabi dan Rasul terlahir untuk menjadi pedoman
hidup seluruh manusia hingga akhir zaman.28
Dilihat dari segi misi ajarannya, Islam adalah agama sepanjang sejarah
manusia sejak Nabi Adam As. hingga Muhammad SAW., atau masa
sekarang. Islam adalah agama dari seluruh Nabi dan Rasul yang pernah
diutus oleh Allah SWT. Islam merupakan agama bagi Adam As., Nabi Ibrahim, Nabi Ya‟qub, Nabi Musa, Nabi Daud, Nabi Sulaiman, Nabi Isa As.,
dan rasul terakhir, yaitu Nabi Muhammad SAW. Hal demikian ditegaskan
dari ayat-ayat yang terdapat di dalam al-Qur‟an.29
Ajaran Islam mencangkup seluruh sisi kehidupan manusia dengan tujuan
mencapai kebahagiaan dunia dan akhirat. Ajaran Islam meliputi:
28
Kompasiana, Apa Itu Islam?, diakses dari https://www.kompasiana.com/ apa-itu-islam#, pada 10 September 2020 Jam 21:50 WITA
29
1. Kepercayaan dalam Agama Islam
Kepercayaan dalam agama Islam ditemukan dalam dua kalimat syahadah yang artinya “Saya bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah SWT, dan saya
bersaksi bahwa Nabi Muhammad SAW adalah utusan Allah SWT”.
Esensi dari prinsip ini adalah adanya keesaan Tuhan dan pengakuan
kenabian terhadap Nabi Muhammad SAW. Apabila seseorang meyakini dan
mengucakan dua kalimat syahadah tersebut, maka ia dianggap telah menjadi
seorang muslim dan berstatus sebagai mualaf atau orang yang baru masuk
Islam dari kepercayaan awal yang dianutnya. Dalam agama Islam, terdapat
suatu hal yang hendaknya diimani dan diyakini keberadaannya, yaitu :
a. Rukun Islam
Para umat Islam hendaknya memegang teguh 5 rukun Islam ini,
dimana kelima Rukun Islam ini dijadikan pilar untuk menyatukan
muslim sebagai sebuah komunitas.
Isi kelima Rukun Islam tersebut adalah mengucapkan dua kalimat
syahadah dan meyakini bahwa tidak ada yang berhak ditaati dan
disembah dengan benar serta sungguh-sungguh kecuali Allah SWT saja
dan juga meyakini bahwa Nabi Muhammad SAW adalah hamba dan
rasul Allah SWT, mendirikan salah wajib 5 kali sehari, berpuasa pada
bulan Ramadhan, membayar zakat bila terdapat kelebihan harta, dan
b. Rukun Iman
Sebagai umat muslim, hendaknya juga mempercayai dan mengimani
6 rukun iman yang menyangkut perkara berikut , yaitu iman kepada
Allah SWT, iman kepada malaikat-malaikat Allah SWT, iman kepada
kitab-kitab Allah SWT yaitu Al-Qur’an, Injil, Taurat, dan Zabur, iman
kepada Nabi dan Rasul Allah SWT, iman kepada hari kiamat, dan iman
kepada Qada dan Qadar.
2. Ruang Lingkup Agama Islam
Secara garis besar, agama Islam terdiri atas 3 ruang lingkup, yaitu
hubungan manusia dengan penciptanya yaitu Allah SWT., hubungan manusia
dengan manusia, dan hubungan manusia dengan makhluk lainnya ataupun
lingkungannya.30
Secara garis besar ruang lingkup ajaran Islam meliputi tiga hal pokok, yaitu
Iman melahirkan konsep kajian aqidah, konsep Islam melahirkan konsep kajian
syariah; dan konsep Ihsan melahirkan konsep kajian Akhlaq.
30
Belajargiat, Pengertian Ajaran Islam, diakses dari https://belajargiat.id/islam/#: =Definisi atau pengertian Islam, pada 13 November 2020 Jam 16:15 WITA.
28
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis dan Pendekatan Penelitian
1. Jenis Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian kualitatif, yaitu suatu penelitian
kontekstual yang menjadikan manusia sebagai instrumen, dan disesuaikan
dengan situasi yang wajar dalam kaitannya dengan pengumpulan data yang
pada umumnya bersifat kualitatif.31
Metode kualitatif ini merupakan prosedur penelitian yang menghasilkan
data deskripsi berupa kata-kata tertulis atau lisan dan prilaku yang dapat
diamati. Penelitian kualitatif bertujuan untuk menjelaskan kondisi dan
fenomena dengan sedalam-dalamnya melalui pengumpulan data. Penelitian
ini tidak mengutamakan besarnya populasi atau sampel bahkan populasi atau
sampel sangat terbatas. Jika data sudah terkumpul sudah mendalam dan bisa
menjelaskan kondisi dan fenomena yang diteliti, maka tidak perlu mencari
sampling lainnya, karena yang ditekankan adalah kualitas data.32
Metode penelitian kualitatif adalah metode yang digunakan untuk
meneliti kondisi objek yang alami, (sebagai lawannya adalah eksperimen)
dimana peneliti adalah sebagai instrumen kunci, teknik pengumpulan data
31
Lexy. J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: Rosdakarya, 2001), h. 3.
32
Rachmat Kriantono, Teknik Praktis Riset Komunikasi (Cet I:Jakarta: Kencana, 2009), h. 56-57.
dilakukan secara trianggulasi (gabungan), analisi data bersifat induktif, dan
hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna daripada generalisi.33
Menurut Bogdan dan Taylor dalam bukunya Lexy J. mendefinisikan metode
penelitian kualitatif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan
perilaku yang dapat diamati.34 Dasar penelitian yang digunakan dalam
penelitian ini adalah studi kasus yaitu penelitian yang melihat objek
penelitian sebagai kesatuan yang terintegrasi, yang penelahannya kepada satu
kasus dan dilakukan secara intensif, mendalam, mendetail, dan komprehensif.
Penelitian ini merupakan bentuk penelitian sosial yang menggunakan
format deskriptif kualitatif yaitu penelitian yang bertujuan untuk
menggambarkan, meringkas berbagai kondisi, sebagai situasi atau berbagai
fenomena.35
2. Pendekatan Penelitian
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan
ilmu dakwah. Pendekatan ilmu dakwah yang dimaksud yakni bagaimana
metode Dakwah yang diterapkan bisa efektif serta dapat meningkatkan
pemahaman masyarakat mengenai ilmu agama yang diajarkan.
33
Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif, (Bandung: Alfabeta, 2009), h. 1.
34
Lexy. J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif. h. 23.
35
Burhan Bungin, Peneliti Kualitatif: Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan Publik, dan Ilmu sosial, (Jakarta: Kencana, 2007), h. 68.
B. Lokasi dan Objek Penelitian
Penelitian ini berlokasi di Kota Enrekang, Sulawesi Selatan. Terkhusus di
Pondok Pesantren Modern Darul Falah Enrekang. Yang beralamat di Jalan Jendral
Sudirman No. 02, Kelurahan Galonta, Kecamatan Enrekang, Kabupaten
Enrekang.
C. Fokus dan Deskripsi Fokus Penelitian
1. Fokus Penelitian
Fokus penelitian ini adalah:
a. Strategi Dakwah
b. Penigkatan pemahaman ajaran Islam
2. Deskripsi Fokus Penelitian
Fokus penulisan dalam penelitian kualitatif ini adalah strategi dakwah
eksternal Pesantren Darul Falah Enrekang terhadap masyarakat kota
Enrekang, serta dampak terhadap peningkatan pemahaman ajaran Islam di
kota Enrekang. Peningkatan pemahaman ajaran Islam yang dimaksud adalah
pemahaman tentang aqidah masyarakat kota Enrekang.
D. Sumber Data
1. Data Primer
Data primer adalah data yang diperoleh secara langsung dari informan
yang erat kaitannya dengan masalah yang akan diteliti yaitu peningkatan
moral dan pemahaman keislaman masyarakat dengan pendekatan metode
adalah hasil wawancara dengan pengurus Pesantren, dan masyarakat
setempat sebagai informan mengenai pengaruh PPM Darul Falah di
kalangan masyarakat kota Enrekang.
2. Data sekunder
Data sekunder yaitu pustaka-pustaka yang memiliki relevansi dan bisa
menunjang penelitian ini, yaitu dapat berupa: buku, majalah, koran, internet,
serta sumber data lain dapat dijadikan sebagai data pelengkap.
E. Instrumen Penelitian
Menurut Suharsimi Arikunto, instrument penelitian merupakan alat bantu
dalam mengumpulkan data. Pengumpulan data pada prinsipnya merupakan suatu
aktivitas yang bersifat operasional agar tindakannya sesuai dengan pengertian
penelitian yang sebenarnya. Data merupakan perwujudan dari beberapa informasi
yang sengaja dikaji dan dikumpulkan guna mendeskripsikan suatu peristiwa atau
kegiatan lainnya. Data yang diperoleh melalui penelitian akan diolah menjadi
suatu informasi yang merajuk pada hasil penelitian nantinya. Oleh karena itu
dalam pengumpulan data dibutuhkan beberapa instrument sebagai alat untuk
mendapatkan data yang cukup valid dan akurat.
Tolak ukur keberhasilan penelitian juga tergantung pada instrumen yang di
gunakan. Oleh karena itu penelitian lapangan (field research) yang meliputi
observasi dan wawancara dengan daftar pertanyaan yang telah disediakan,
dibutuhkan kamera, alat perekam (recorder) dan alat tulis menulis berupa buku
F. Teknik Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini, peneliti berencana menggunakan metode pengumpulan
data sebagaiberikut:
1. Observasi
Yaitu pengamatan dan pencatatan yang sistematis terhadap
gejala-gejala yang diselidiki.36 Observasi menjadi salah satu teknik pengumpulan
data apabila sesuai dengan tujuan penelitian, direncanakan, dan dicatat
secara sistematis dapat dikontrol keandalan (reabilitas) dan kesahihannya
(validitasnya).37
Metode penelitian yang digunakan untuk mengumpulkan data tentang
gambaran umum mengenai Pondok Pesantren Darul Falah dan kelurahan
Gontala kecamatan Enrekang. Selain itu juga untuk mengetahui peningkatan
kualitas pemahaman keislaman masyarakat sejak berdirinya PPM Darul
Falah.
2. Metode Wawancara
Metode wawancara yaitu suatu metode dalam penelitian yang
bertujuan mengumpulkan keterangan secara lisan dari seorang responden
secara langsung atau bertatap muka untuk menggali informasi dari
responden. Wawancara itu dilakukan oleh dua belah pihak, yaitu
pewawancara yang mengajukan pertanyaan dan terwawancara yang
36
Cholid Narbuko dan Abu Achmadi, MetodologiPenelitian, (Cet. VIII; Jakarta: PT. Bumi Aksar, 2007), h. 70.
37
Husaini Usma dan Purnomo Setiady Akbar, Metodologi Penelitian Sosial, (Cet. I; Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2008), h. 52.
memberikan jawaban atas pertanyaan. Adapun data yang akan diungkapkan
dalam metode wawancara ini tentunya data yang bersifat valid terhadap
penelitian yang dilakukan.
Dengan teknik wawancara peneliti mengajukan beberapa pertanyaan
kepada sumber informasi guna mendapatkan informasi mengenai Peranan
PPM Darul Falah terhadap peningkatan Pemahaman Ajaran Islam
Masyarakat kota Enrekang.
3. Dokumentasi
Data-data pendukung lain melalui dokumen-dokumen penting seperti
dokumen lembaga yang diteliti. Di samping itu, foto maupun sumber tertulis
lain yang mendukung juga digunakan untuk penelitian.
G. Teknik Pengolahan dan Analisis Data
Teknik pengolahan data yang digunakan adalah deskriftif kualitatif. Data
yang akan disajikan dalam bentuk narasi kualitatf yang dinyatakan dalam bentuk
verbal yang diolah menjadi jelas akurat dan sistematis.38 Peneliti akan melakukan
pencatatan dan berupaya mengumpulkan informasi megenai keadaan suatu gejala
yang terjadi saat penelitian dilakukan.
Analisa data merupakan upaya untuk mencapai dan menata secara sistematis
catatan hasil wawancara, observasi, dokumentasi. Dan lainnya untuk
meningkatkan pemahaman peneliti tentang kasus yang diteliti dan menjadikannya
sebagai temuan bagi orang lain.39 Analisis data adalah proses pengorganisasian
38
Pawito, Penelitian Komunikasi Kualitatif (Cet. I; Yogyakarta: PT Lkis, 2008), h. 89.
39
dan pengurutan data kedalam pola, kategori dan satuan uraian dasar.40 Tujuan
analisis data adalah untuk menyederhanakan data kedalam bentuk yang mudah
dibaca. Metode yang digunakan adalah metode survey dengan pendekatan
kualitatif, yang artinya setiap data terhimpun dapat dijelaskan dengan berbagai
persepsi yang tidak menyimpang dan sesuai dengan judul penelitian. Teknik
pendekatan deskriptif kualitatif merupakan suatu proses menggambarkan keadaan
sasaran yang sebenarnya, penelitian secara apa adanya, sejauh ini yang peneliti
dapatkan dari hasil observasi, wawancara, maupun dokumentasi.
Analisis deskriptif digunakan untuk menggambarkan (mendeskripsikan)
populasi yang sedang diteliti. Analisis deskriptif dimaksudkan untuk memberikan
data yang diamati agar bermakna dan komunikatif.41
Langkah-langkah analisis data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu:
1. Reduksi Data (Data Reduction)
Reduksi data merupakan bentuk analisis yang menajamkan,
menggolongkan, mengarahkan, membuang yang tidak perlu
mengorganisasikan data dengan cara sedemikian rupa sehingga kesimpulan
akhir dapat diambil. Peneliti mengelola data dengan bertolak dari teori
untuk mendapatkan kejelasan pada masalah, baik data yang terdapat di
lapangan maupun yang terdapat pada kepustakaan. Data dikumpulakan,
40
Lexy. J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif , h.103.
41
dipilih secara selektif dan disesuaikan dengan permasalahan dirumuskan
dalam penelitian. Kemudian dilakukan pengelolahan dengan meneliti ulang.
2. Penyajian Data (Data Display)
Display data adalah penyajian dan pengorganisasian data kedalam satu
bentuk tertentu sehingga terlihat sosoknya secara utuh. Dalam penyajian
data dilakukan secara induktif yakni menguraikan setiap permasalahan
dalam permasalah penelitian dengan memaparkan secara umum kemudian
menjelaskan secara ekspesifik.
3. Analisis Perbandingan (Comparative)
Dalam teknik ini peneliti mengkaji data yang telah diperoleh dari
lapangan secara sistematis dan mendalam kemudian membandingkan data
tersebut satu sama lain.
4. Penarikan Kesimpulan (Conclusion Drawing/Verification)
Langkah terakhir dalam menganalisis data kualitatif adalah penarikan
kesimpulan dan verifikasi, setiap kesimpulan awal masih kesimpulan
sementara yang akan berubah bila diperoleh data baru dalam pegumpulan
data berikutnya. Kesimpulan-kesimpulan yang diperoleh selama dilapangan
diverifikasi selama penelitian berlangsung dengan cara memikirkan kembali
dan meninjau ulang catatan lapangan sehingga berbentuk penegasan
36
BAB IV
PEMBAHASAN DAN HASIL PENELITIAN
A. Gambaran Umum PPM Darul Falah Enrekang
1. Profil PPM Darul Falah Enrekang
Nama Pondok Pesantren: Pesantren Modern Darul Falah Enrekang Nomor Statistik Pesantren (NSPP): 510073160001
Alamat Lengkap: Jalan Jendral Sudirman Nomor 02, Kelurahan/Desa Galonta/Batili, Kecamatan Enrekang, Kabupaten Enrekang, Propinsi
Sulawesi Selatan Nomor Telpon (0420) 21373
Tipe Pondok Pesantren: Kombinasi Tahun Berdiri: 1394 H/1974 M
Nama Tokoh Pendiri: H. Muhammadong, Prof. DR. Ir. H. Beddu Amang, M.A
Penyelenggara: Yayasan Pendidikan Islam Enrekang (YPIE)
Akte Notaris: Taufiq Arifin, SH Nomor 8 Tanggal 21 Juli 2014 (terbaru)
Badan Hukum: Keputusan Menkumham Nomor
AHU-04071.50.10.2014 tertanggal 22 Juli 2014
Pesantren Modern Darul Falah Enrekang adalah lembaga pendidikan
keagamaan Islam yang bertipe kombinasi karena menerapkan sistem
pendidikan yang bersifat integratif dengan memadukan ilmu agama Islam dan
ilmu umum yang bersifat komprehensif dengan memadukan intra, ekstra dan
dalam kerangka pendidikan nasional memegang peran yang sangat penting
dan strategis sehingga dengan Visi dan Misi yang terarah dan dengan
pengelolaan kelembangaan secara profesional, kekeluargaan dan kerjasama
yang baik antara pihak di internal pesantren, dengan pemerintah, orang tua,
stakeholder dan masyarakat luas InsyaAllah capaian tujuan pendidikan dan
pembinaan di Pesantren dapat tercapai.
Dalam proses pendidikan dan pembinaan, santri SMP, MTs dan SMA
Pesantren Modern Darul Falah Enrekang wajib bermukim di asrama dengan
tujuan untuk lebih mengintensifkan proses pendidikan baik yang menyangkut
pengamalan ibadah, pemahaman keagamaan, penguasaan bahasa asing,
internalisasi nilai-nilai keagamaan dan akhlakul karimah, serta peningkatan
ketrampilan santri. Semua kegiatan pendidikan/pembinaan terencana,
terprogram dan terkoordinasi antara personil di Sekolah/Madrasah,
Kepesantrenan, Pengembangan Bahasa dan Kekampusan.42
Dengan program dan metode pendidikan yang diusahakan oloeh PPM
Darul Falah Enrekang, maka diharapkan para lulusan PPM Darul Falah
memiliki profil sebagai berikut:
a. Faham berbagai disiplin ilmu dasar Agama Islam dan mendadi insan
tafaqquh diddin.
b. Memiliki bekal hafalan sesuai program tahfiz yang diikuti, tahfiz
khusus 30 juz, tahfiz reguler 18 juz, dan tahfiz wajib 4 juz.
42
Pondok Pesantren Modern Darul Falah, Profil, diakses dari
c. Memiliki potensi dan keterampilan dasar berdakwah dengan hikmah
dalam bingkai aqidah dan akhlak mulia
d. Berbahasi Arab dan Inggris aktif
e. Memiliki keterampilan dan pengetahuan dasar bidang iptek untuk
memperluas peran dan peluang berdakwah di berbagai profesi dan
disiplin ilmu.
2. Visi Misi PPM Darul Falah Enrekang
a. “Terwujudnya generasi Islami yang bernuansa tiga dimensi; Iman,
Ilmu dan Amal dengan Imtaq dan Ipteks yang seimbang, Berkearifan Lokal, Berwawasan Lingkungan Dan Global”
b. Misi
1) Mengefektifkan pelaksanaan proses pembelajaran dan bimbingan
dengan pengintegrasian nilai-nilai Iman Taqwa (Imtaq) dan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (Iptek) melalui Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif Dan Menyenangkan (PAIKEM).
2) Membina, melatih dan menumbuhkan pemahaman dan
penghayatan terhadap ajaran agama Islam untuk membentuk peserta didik yang ber akhlak mulia dan berbudi luhur.
3) Meningkatkan pembinaan Tahsinul Qur’an dan Tahfidzul Qur’an
peserta didik.
5) Meningkatkan kemampuan ber Bahasa Arab Dan Inggris peserta
didik.
6) Mengintensifkan Pelaksanaan Ekstrakurikuler/Pengembangan
Diri serta peningkatan prestasi peserta didik.
7) Memberdayakan kemitraan masyarakat melalui peran komite.
8) Membina karakteristik kemampuan siswa melalui kelompok
pencinta mata pelajaran.
9) Meningkatkan usaha pemeliharaan, pencegahan kerusakan dan
pelestarian lingkungan hidup.
10)Mewujudkan warga Sekolah/Madrasah yang bertanggung jawab
terhadap perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup.
11)Menumbuhkan budaya cinta lingkungan sebagai kebutuhan
adiwiyata sekolah/madrasah.
3. Sejarah Singkat PPM Darul Falah Enrekang43
a. Masa Perintisan
Pada tanggal 1 Januari 1967 di Makassar, Bapak H. Muhammadong,
Pendiri dan Pemilik P.T Bank Masyarakat mendirikan Yayasan Kiyai
Hadji Ahmad Dahlan yang diterbitkan dengan Akta Notaris Sitske Liem
Nomor 45 tertanggal 28 Maret 1967 dengan maksud dan tujuan
menyelenggarakan kegiatan di bidang pendidikan dan penggalian ilmu
pengetahuan yang bermanfaat bagi perkembangan Islam.
43
Pondok Pesantren Modern Darul Falah, Sejarah Singkat, diakses dari
http://ppmdarulfalahenrekang.blogspot.com/p/struktur-organisasi.html, pada 19 November 2020 Jam 22:15 WITA.