• Tidak ada hasil yang ditemukan

PROVINSI SELAWESI SELATAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PROVINSI SELAWESI SELATAN"

Copied!
85
0
0

Teks penuh

(1)

i

STRATEGI DAKWAH PONDOK PESANTREN MODERN DARUL FALAH ENREKANG DALAM MENINGKATKAN PEMAHAMAN AJARAN ISLAM MASYARAKAT KOTA ENREKANG

PROVINSI SELAWESI SELATAN

Skripsi

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Sosial (S.Sos) Pada Program Studi Komunikasi dan Penyiaran Islam

Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Makassar

Oleh: MANSUR NIM:105271104016

PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM FAKULTAS AGAMA ISLAM

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR 1442 H/2020 M

(2)
(3)
(4)
(5)

v

ABSTRAK

MANSUR, NIM 105271104016, Strategi Dakwah Pondok Pesanren Modern Darul Falah dalam Meningkatkan Pemahaman Ajaran Islam Masyarakat Kota Enrekang. Skripsi Program Studi Komunikasi dan Penyiaran Islam Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Makassar. Dibimbing oleh pembimbing I Dr. Abbas Baco Miro, Lc., Ma. Dan Pembimbing II Dr. Sudir Koadhi, SS., M.Pd.I.

Pokok permasalahan penelitian ini adalah bagaimana strategi dakwah Pondok Pesantren Modern Darul Falah Enrekang dalm meningkatkan pemahaman masyarakat kota Enrekang terhadap ajaran Islam dan kemudian mengemukakan 2 subtansi permasalahan yaitu: 1) Bagaimana strategi dakwah yang dilakukan PPM Darul Falah Enrekang dalam meningkatkan pemahaman ajaran islam masyrakat kota Enrekang. 2) Apa faktor pendukung dan faktor penghambat dalam meningkatkan pemahaman masyarakat kota Enrekang terhadap ajaran Islam?.

Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan pendekatan penelitian yang digunakan adalah pendekatan strategi dakwah.

Sumber data penelitian ini adalah data primer dan data skunder. Selanjutnya teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan melalui empat tahapan, yaitu:

reduksi data, penyajian data, analisis perbandingan, dan penarikan kesimpulan.

Metode pengumpulan data yang digunakan adalah observasi, wawancara, dan dokumentasi.

Hasil penelitan ini menunjukkan bahwa strategi dakwah Pondok Pesantren Darul Falah Enrekang telah menggunakan strategi yang sangat baik, karena beberapa strategi peningkatan dakwah sudah dilaksanakan dengan cara Mengidentifikasi kebutuhan dalam peningkatan dakwah, menganalisa kekuatan, menganalisa lelemahan, menganalisa peluang, dan menganalisa ancaman atau tantangan. Selain itu, PPM Darul Falah juga mengunakan tiga strategi dakwah

yang menujang keberhasilan dakwahnya, yaitu strategi sentimentil, strategi

rasional, dan strategi indrawi.

Adapun faktor pendukung dalam peningkatan dakwah eksternal PPM Darul Falah, yaitu: kekuatan Sumber Daya Manusia (SDM) dan sumber dana. Selain itu letak pesantren yang strategis, fasilitas yang memadai, juga adanhya dukungan dari masyarakat dan pemerintah. adapun faktor penghambat, yaitu: Dinamika zaman dan efek perkembangan teknologi komunikasi dan informasi yang bebas dan dijadikannya upacara adat sebagai agenda pariwisata kabupaten.

Implikasi penelitian ini yaitu: 1). Dalam meningkatkan kualitas santri, pembinda dan ustaz harus lebih memperhatikan santri dalam membuat materi dakwahnya, harus lebih dekat dengan santri dan mengetahui kendala yang dihadapi oleh santri dalam penyampaian dakwah maupun dalam membuat materi dakwah. 2). Apabila terdapat santri yang belum tahu atau belum lancar dalam membaca Al-Qur’an, hendaknya pembina dan para ustaz menfokuskan untuk mengajar santri tersebut sampai ia lancar dalam membaca Al-Qur’an. 3). Perlunya kesadaran dari para santri untuk lebih giat dan lebih aktif lagi dalam usaha meningkatkan kualitas dirinya.

(6)

vi

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kehadirat Allah swt. Yang telah mencurahkan segala

rahmat dan hidayah-Nya kepada peneliti sehingga dapat menyelesaikan penulisan

skripsi ini. Shalawat dan salam semoga tercurah kepada Nabi dan Rasul yang

telah membimbing umatnya ke arah kebenaran yang diridoi oleh Allah swt. dan

keluarga serta para sahabat yang setia kepadanya.

Alhamdulillah berkat hidayah dan pertolongan-Nya, peneliti dapat menyelesaikan tugas dan penyusunan skripsi ini, yang berjudul: “Strategi Dakwah

Pondok Pesantren Modern Darul Falah Enrekang dalam Meningkatkan Pemahaman Ajaran Islam Masyarakat Kota Enrekang.” Upaya peneliti untuk

menjadikan skripsi ini mendekati sempurna telah penulis lakukan, namun

keterbatasan yang dimiliki penulis maka akan dijumpai kekurangan baik dalam

segi penulisan maupun dari segi ilmiah.

Penulis menyadari, tanpa adanya bantuan dan partisipasi dari berbagai

pihak, skripsi ini tidak mungkin dapat terselesaikan seperti yang diharapkan. Oleh

karena itu penulis patut menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya

kepada :

1. Prof. Dr. H. Ambo Asse, M.Ag. Rektor Universitas Muhammadiyah

Makassar.

2. Syekh Dr. Mohammad MT. Khoory, Donatur AMCF beserta jajarannya

(7)

vii

3. Drs. Mawardi Pewangi, M.Pd.I. Dekan Fakultas Agama Islam Universitas

Muhammadiyah Makassar.

4. H. Lukman Abdul Shamad, Lc. Mudir Ma’had Al-Birr Universitas

Muhammadiyah Makassar.

5. Dr. Abbas Baco Miro, Lc., MA. Ketua Prodi Komunikasi dan Penyiaran

Islam Universitas Muhammadiyah Makassar.

6. Dr. Abbas Baco Miro, Lc., MA. Pembimbing I yang dengan ikhlas

meluangkan waktunya untuk membimbing dan mengarahkan penulis

hingga terwujudnya skripsi ini.

7. Dr. Sudir Koadhi, S.S., M.Pd.I. Pembimbing II yang dengan ikhlas

meluangkan waktunya untuk membimbing dan mengarahkan penulis

hingga terwujudnya skripsi ini.

8. Para dosen yang tidak dapat penulis sebut satu per satu atas segala ilmu

yang di berikan dan diajarkan kepada penulis selama di bangku kuliah

serta bimbingannya yang begitu membekas di diri penulis.

9. Ustaz Lukman Latif, M.Pd. Selaku direktur Ma’had Darul Falah Enrekang

dan seluruh pembina, asatizah, para santri PPM Darul Falah Enrekang.

10.Ayahanda Sinariptah Aswad, S.STP. Selaku lurah di kelurahan Galonta

dan seluruh jajaran aparat kelurahan atas dukungan dan kerja samanya.

11.Masyrakat Kelurahan Galonta dengan dukungan dan kerja samanya serta

rekan-rekan sejawat dan seperjuangan yang telah memberikan kerja sama

dan semangat kepada kami. Serta semua pihak yang terlalu banyak untuk

(8)

viii

12. Teristimewa penulis ucapkan banyak-banyak terima kasih untuk ayah dan

Ibu Rahimahallah, atas segala jasanya yang tak terbalas, doa dan cinta kasihnya yang senantiasi mengiringi setiap langkah penulis.

Akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat adanya, baik

terhadap penulis maupun para pembaca.

Makassar, Penulis Mansur Nim:105271104016 5 Rabiul Akhir 1442 H 21 November 2020 M

(9)

ix

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

PERSETUJUAN PEMBIMBING... Error! Bookmark not defined. SURAT PERNYATAAN ... i ABSTRAK ... v KATA PENGANTAR ... vi BAB I PENDAHULUAN ... 1 A. Latar Belakang ... 1 B. Rumusan Masalah ... 3 C. Tujuan Penelitian ... 4 D. Manfaat Penelitian ... 4 1. Secara Teoritis ... 4 2. Secara Praktis ... 4

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 6

A. Tinjauan Tentang Strategi Dakwah Pondok Pesantren ... 6

1. Pengertian Strategi... 6

2. Pengertian Dakwah ... 6

3. Pengertian Pondok Pesantren ... 9

4. Sejarah Pesantren... 11

(10)

x

6. Unsur-unsur dan Pola Pondok Pesantren ... 17

B. Tinjauan Tentang Pemahman ... 22

1. Pengertian Pemahaman ... 22

2. Tingkatan-Tingkatan dalam Pemahaman ... 23

C. Tinjauan Tentang Ajaran Islam ... 25

1. Pengertian Ajaran ... 25

2. Pengertian Islam ... 25

BAB III METODE PENELITIAN ... 6

A. Jenis dan Pendekatan Penelitian ... 6

1. Jenis Penelitian ... 6

2. Pendekatan Penelitian ... 29

B. Lokasi dan Objek Penelitian ... 30

C. Fokus dan Deskripsi Fokus Penelitian ... 30

1. Fokus Penelitian ... 30

a. Strategi Dakwah ... 30

b Penigkatan pemahaman ajaran Islam ... 30

2. Deskripsi Fokus Penelitian ... 30

D. Sumber Data ... 30

1. Data Primer ... 30

(11)

xi

E. Instrumen Penelitian ... 31

F. Teknik Pengumpulan Data ... 32

1. Observasi ... 32

2. Metode Wawancara ... 32

3. Dokumentasi ... 33

G. Teknik Pengolahan dan Analisis Data ... 33

1. Reduksi Data (Data Reduction)... 34

2. Penyajian Data (Data Display) ... 35

3. Analisis Perbandingan (Comparative) ... 35

4. Penarikan Kesimpulan (Conclusion Drawing/Verification) ... 35

BAB IV PEMBAHASAN DAN HASIL PENELITIAN ... 36

A. Gambaran Umum PPM Darul Falah Enrekang... 36

1. Profil PPM Darul Falah Enrekang ... 36

3. Sejarah Singkat PPM Darul Falah Enrekang... 39

4. Amal Usaha PPM Darul Falah Enrekang ... 42

B. Gambaran Umum Kelurahan Galonta ... 49

C. Peran PPM Darul Falah Terhadap Peningkatan Pemahaman Ajaran Islam Ajaran Islam masyarakat kelurahan Galonta ... 50

(12)

xii

E. Faktor Penghambat dan Pendukung Peningkatan Pemahaman Ajaran

Islam Masyarakat Kota Enrekang ... 57

1. Faktor Pendukung ... 57 2. Faktor Penghambat ... 59 BAB V ... 61 PENUTUP ... 61 A. Kesimpulan ... 61 B. Implikasi ... 62 DAFTAR PUSTAKA ... 63 LAMPIRAN ... 61 RIWAYAT HIDUP ... 66

(13)

1

BAB I PENDAHULUAN

A.Latar Belakang

Islam adalah agama dakwah yang selalu mendorong pemeluknya untuk

senantiasa aktif melaksanakan dakwah. Kegiatan dakwah biasanya dilakukan oleh

seorang muballigh. Sekalipun demikian, dakwah dapat saja disampaikan oleh

setiap muslim dan muslimat. Bila ibadah merupakan kewajiban yang berlaku bagi

setiap manusia, maka dakwah hanya khusus diwajibkan bagi umat Islam.

Dakwah dalam praktiknya merupakan kegiatan yang sudah cukup tua, yaitu

sejak adanya tugas dan fungsi yang harus diemban oleh manusia di kehidupan

dunia ini. Oleh sebab itu, eksistensi dakwah tidak dapat dipungkiri oleh siapa pun,

karena kegiatan dakwah sebagai proses penyelamatan umat manusia dari berbagai

persoalan yang merugikan kehidupannya, merupakan bagian dari tugas dan fungsi

manusia yang sudah direncanakan sejak awal penciptaan manusia sebagai khalifah

di bumi.1

Ilmu dakwah tidak lepas dari urgensi, kegunaan dan manfaat dakwah.

Dakwah dibutuhkan oleh manusia karena dakwah merupakan upaya memberikan

jawaban atas pertanyaan dan persoalan yang dihadapi umat manusia. Bahkan

dakwah merupakan proses penyelamatan umat manusia dari berbagai belenggu

pemikiran, pemahaman, sikap, serta perilaku yang merugikan agar manusia mau

dan mampu berbuat baik kepada sesama. Dengan demikian, manusia meman

1

Enjang dan Aliyudin, Dasar-Dasar Ilmu Dakwah, (Bandung: Widya Padjadjaran, 2009), h.11

(14)

membutuhkan dakwah, antara lain karena:2

1. Dakwah dibutuhkan untuk iman tetap tumbuh subur, tanpa dakwah hati

akan mengeras dan mati. Karena nafsu manusia menyukai (condong)

kepada hal-hal yang dilarang.

2. Dakwah melahirkan kebaikan terhadap individu, masyarakat, dan Negara.

3. Dakwah menjadikan manusia lebih mulia.

4. Dakwah menuju jalan bahagia.

5. Dakwah menjauhkan manusia dari kehancuran.

6. Dakwah adalah investasi amal tanpa batas.

7. Dakwah menjadikan manusia lebih produktif dalam beramal.

Dalam kemajuan pergerakan dakwah Islam, lembaga-lembaga pesantren

yang ada sangat berperan di dalamnya. Bergerak dalam membangun intelektual

musilim milenial. Berjuang siang dan malam untuk menciptakan karakter para

generasi bangsa yang unggul. Pesantren diharapkan mampu memberikan

kontribusi terhadap lahirnhya khasanah intelektual-intelektual muslim. Peranan

pesantren tidak hanya pada dataran sosial religius, tetapi juga sebagai upaya untuk

menciptakan masyarakat intelektual yang mampu mandiri.

Peran pesantren dalam mengembangkan dakwahnya telah dijadikan alat

untuk mengilhami kemampuan berfikir masyarakat, santri dan juga menjadikan

pengembangan dakwahnya tersebut sebagai media penyampaian tentang

2

Enjang A.S., Filsafat Dakwah (Sebuah Upaya Keluar dari Kemelut Mempermasalahkan

(15)

pemahaman keilmuan yang dipelajari, dengan tuajuan memcipatakan tatanan

masyarakat santri yang berjiwa ilmiyah dan berakhlakul karimah.

Begitu besar peran pesantren dalam membangun pemahaman masyarakat

terhadap agama. Pergerakan dakwah yang terstruktur dengan beragam strategi

yang digunakan setiap pesantren begitu mampu merubah tatanan masyrakat

islami.

Berangkat dari sinilah peneliti menjadikan pesantren sebagai obyek

penelitian, dimana pesantren sebagai lembaga pendidikan Islam memiliki peranan

yang strategis dalam membina akhlak dan moral bangsa dan negara. Karena

pendidikan akhlak merupakan jiwa dari pendidikan Islam itu sendiri. Dan untuk

mencapai akhlak yang sempurna juga merupakan tujuan yang sebenarnya dari

pendidikan.

Atas dasar itulah yang mendorong peneliti untuk mengkaji lebih jauh, dalam

sebuah paper ilmiah yang berjudul ”Strategi Dakwah Pesantren Modern Darul

Falah Enrekang dalam Meningkatkan Pemahaman Ajaran Islam Masyarakat Kota Enrekang”.

B.Rumusan Masalah

Dari latar belakang yang dipaparkan diatas penulis dapat merumuskan

permasalahan yang dapat dikaji sebagai berikut:

1. Bagaimana strategi dakwah PPM Darul Falah dalam meningkatkan

pemahaman terhadap ajaran Islam masyarakat kota Enrekang?

2. Apa faktor pendukung dan penghambat peningkatan pemahaman ajaran

(16)

C.Tujuan Penelitian

1. Untuk mendeskripsikan strategi dakwah PPM Darul Falah dalam

meningkatkan pemahaman terhadap ajaran Islam masyarakat kota

Enreknag.

2. Untuk mendeskripsikan faktor pendukung dan penghambat peningkatan

pemahaman terhadap ajaran Islam masayrakat kota Enrekang.

D.Manfaat Penelitian

Hasil dari penelitian ini diharapkan mampu memberikan konstribusi sebagai

berikut.

1. Secara Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan akan berguna sebagai sumbangan

pemikiran bagi dunia pendidikan Islam.

2. Secara Praktis

a. Bagi penulis, dapat menambah wawasan pengalaman tentang

pendidikan Islam.

b. Bagi pondok pesantren Darul Falah Enrekang, dapat memberi

motivasi untuk lebih meningkatkan perannya dalam meningkatkan

pendidikan masyarakat.

c. Bagi peneliti berikutnya dapat dijadikan sebagai bahan

pertimbangan atau dikembangkan lebih lanjut serta sebagai

(17)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Tinjauan Tentang Strategi Dakwah Pondok Pesantren

1. Pengertian Strategi

Istilah strategi berasal dari bahasa yunani “stratego” yang terdiri dari

kata “strato” yang artinya tentara dan “ego” yang artinya pemimpin. Dalam

pengertiannya strategi dapat bermakna sebagai siasat/cara untuk mencapai

suatu tujuan. Oleh karena itu secara jelas strategi dapat diartikan sebagai

serangkaian manuver umum yaitu siasat/cara yang dilakukan untuk

menghadapi musuh di medan pertempuran.3

Dari definisi tersebut jelas bahwa strategi pada mulanya berawal dari

peristiwa peperangan, yaitu sebagai suatu siasat untuk mengalahkan musuh,

namun perkembangan selanjutnya, istilah ini berkembang bukan hanya dalam

pertempuran saja melainkan pada yang lainnya seperti aktivitas kegiatan

manajemen, organisai, termasuk keperluan ekonomi, sosial ataupun budaya.

2. Pengertian Dakwah

Secara etimologis, kata dakwah merupakan bentuk masdar dari kata yad‟u (fi‟il mudhari‟) dan da‟a (fi‟il madli) yang artinya adalah memanggil, mengundang, mengajak, menyeru, mendorong, dan memohon. Selain kata “dakwah”, al-Qur’an juga menyebutkan kata yang memiliki

3

(18)

pengertian yang hampir sama dengan “dakwah”, yakni kata “tabligh” yang

berarti penyampaian, dan “bayan” yang berarti penjelasan.

Secara istilah (terminologi) da’wah dirumuskan oleh para Ulama

dengan rumusan yang berbeda-beda diantara mereka dan dengan perspektif

yang berbeda pula.

H. M. Thoha Yahya Umar, membagi pengertian dakwah menjadi dua

bagian yakni, dakwah secara umum dan dakwah secara khusus. Secara umum

dakwah adalah ilmu pengetahuan yang berisi cara-cara dan tuntunan

bagaimana seharusnya menarik perhatian manusia untuk menganut,

menyetujui, melaksanakan suatu ideologi dan pendapat dan pekerjaan

tertentu. Sementara itu, secara khusus dakwah adalah mengajak manusia

dengan cara bijaksana kepada jalan yang benar sesuai dengan perintah Tuhan

untuk kemaslahatan dan kebahagiaan mereka didunia dan diakhirat.

Syaikh Ali Mahfudz menyatakan bahwa dakwah adalah mendorong

manusia untuk melakukan kebaikan dan mengikuti petunjuk, memerintahkan

mereka berbuat makruf dan mencegah dari perbuatan mungkar agar mereka

memperoleh kebahagiaan mereka di dunia dan di akhirat.

Muhammad Quraish Shihab merumuskan bahwa Dakwah aadalah

seruan atau ajakan kepada keinsafan dan usaha mengubah situasi kepada

situasi yang lebih baik dan sempurna, baik pada kehidupan pribadi maupun

kehidupan masyarakat4

4

Moh. Ardani, Memahami Permasalahan Fikih Dakwah (Jakarta: PT Mitra Cahaya Utama, 2006), h. 10.

(19)

3. Pengertian Strategi Dakwah

Strategi dakwah adalah suatu cara atau metode yang dipakai untuk

mengaktualisasikan iman masyarakat sehingga mempengaruhi cara berfikit,

sikap dan tindakan dalam rangka mengusahakan terwujudnya ajaran islam

dalam semua segi kehidupan, sebagai tujuan tercapainya kebahagiaan dunia

akhirat.

Menurut Muhammad Ali Al-bayanuni berpendapat bahwa strategi

dakwah dibagi dalam tiga bentuk, yaitu: (Muh. Ali, 2009: 351).

a. Strategi sentimentil (al manhaj al-athifi). Strategi sentimentil

(al-manhaj al-athifi) adalah dakwah yang memfokuskan aspek hati dan

menggerakkan perasaan dan batin mitra dakwah. Memberi mitra

dakwah nasihat yang mengesankan, memanggil dengan kelembutan,

atau memberikan pelayanan yang memuaskan merupakan beberapa

metode yang dikembangkan dari strategi ini. Metode ini sesuai untuk

mitra dakwah yang terpinggirkan (marginal) dan dianggap lemah,

seperti kaum perempuan, anak-anak yatim dan sebagainya.

b. Strategi Rasional (manhaj aqli). Strategi Rasional (manhaj

al-aqli) adalah dakwah dengan beberapa metode yang memfokuskan

pada aspek akal pikiran. Strategi ini mendorong mitra dakwah untuk

berfikir, merenungkan dan mengambil pelajaran. Penggunaan hukum

logika, diskusi atau penampilan contoh dan bukti sejarah merupkan

beberapa metode dari strategi rasional. 17 Al-Qur’an mendorong

(20)

lain: tafakkur, tadzakkur, nazhar, taammul, i’tibar, tadabbur dan

istibshar. Tafakkur adalah menggunakan pemikiran untuk

mencapainya dan memikirkannya; tadzakkur merupakan

menghadirkan ilmu yang harus dipelihara setelah dilupakan; nazhar

ialah mengarahkan hati untuk berkonsentrasi pada objek yang

sedang diperhatikan; taamul berarti mengulang-ulang pemikiran hingga menemukan kebenaran dalam hatinya; i’tibar bermakna

perpindahan dari pengetahuan yang sedang dipikirkan menuju

pengetahuan yang lain; tadabbur adalah suatu usaha memikirkan

akibat-akibat setiap masalah; istibshar ialah mengungkap sesuatu

atau menyingkapnya, serta memperlihatkannya kepada pandangan

hati.

c. Strategi Indriawi (al-manhaj al-hissi). Strategi indriawi juga dapat

dinamakan dengan strategi ilmiah. Ia didefinisikan sebagai sistem

dakwah atau kumpulan metode dakwah yang berorientasi pada panca

indra dan berpegang teguh pada hasil penelitian dan percobaan.

Metode yang dihimpun oleh strategi ini adalah praktik keagamaan,

keteladanan, dan pentas drama.5

4. Pengertian Pondok Pesantren

Kata pesantren berasal dari kata santri, dengan awalan pe dan akhiran

en yang berarti tempat tinggal para santri.6 Menurut Dawam Raharjo, Pondok

5

Moh. Ali Aziz, Ilmu Dakwah (Jakarta: Prenada Media Grup, 2004), h. 351

6

Ghazali, M. Bahri, Pendidikan Pesanten Berwawasan Lingkungan, (Jakarta: CV. Prasasti, 2004), h. 53.

(21)

Pesantren merupakan tempat dimana anak-anak muda dan dewasa belajar

secara lebih mendalam dan lebih lanjut agama Islam yang diajarkan secara

sistematis, langsung dari bahasa Arab berdasarkan pembacaa nkitab-kitab

klasik karangan ulama-ulama besar.7

Pondok Pesantren merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari

penyiaran agama Islam di Indonesia, Malik Ibrahim yang terkenal denga

nama lain Sunan Ampel, salah seorang dari Wali Singo, banyak disebut dalam

sejarah sebagai pendiri pesantren yang pertama pada abad ke-15. Pada waktu

itu, pesantren memperoleh fungsi yang penting sebagai pusat pendidikan dan

penyiaran agama Islam. Ia mendidik sejumlah muridnya yang sudah selesai

dari pendidikannya, lalu pulang ketempat asal masing-masing, dan mulailah

menyebarkan Islam. Antara lain dengan mendirikan pesantren-pesantren

baru.8

Menurut M. Arifin, Pondok Pesantren adalah suatu lembaga pendidikan

agama Islam yang tumbuh serta diakui masyarakat sekitar dengan sistem

asrama. Para santri menerima pendidikan agama melalui sistem pengajian

atau madrasah yang sepenuhnya berada di bawah kedaulatan kepemimipinan

seorang atau beberapa orang kiai. Kemudian Lembaga Research Islam

mendefinisikan Pondok Pesantren adalah suatu tempat yang tersedia untuk

7

Dawam Raharjo, Pesantren dan Pembaharuan, (Jakarta:LP3ES, 1995), h. 2.

8

(22)

para santri dalam menerima pelajaran-pelajaran agama Islam sekaligus tempat

berkumpul dan tempat tinggal para santri tersebut.9

Mujammil Qomar,menyatakan bahwa Pondok Pesantren memiliki

persepsi yang plural. Pondok Pesantren dapat dipandang sebagai lembaga

ritual, lembaga pembinaan moral, lembaga dakwah, dan yang paling populer

adalah sebagai institusi pendidikan Islam yang mengalami proses romantika

kehidupan dalam menghadapi berbagai tantangan internal maupun

eksternal.10

5. Sejarah Pesantren

Pesantren merupakan lembaga pendidikan dan pengajaran Islam dimana

di dalamnya terjadi interaksi antara Kyai atau Ustadz sebagai guru dan para

santri sebagai murid dengan mengambil tempat di masjid dan di

halaman-halaman asrama (pondok) untuk mengaji dan membahas buku-buku teks

keagamaan karya ulama masa lalu. Buku-buku teks ini lebih dikenal dengan

sebutan Kitab Kuning. Karena di masa lalu kitab-kitab itu pada umumnya

ditulis atau dicetak diatas kertas berwarna kuning. Hingga sekarang

penyebutan itu tetap lestari walaupun banyak diantaranya yang dicetak ulang

dengan menggunakan kertas putih. Dengan demikian unsur terpenting bagi

sebuah pesantren adalah adanya Kyai, para santri, masjid, tempat tinggal

(pondok) serta buku-buku atau kitab-kitab teks.

9

M. Arifin, Kapita Selekta Pendidikan (Islam dan Umum), (Jakarta: Bumi Aksara, 1991), h. 200

10

Mujamil Qomar, Pesantren Dari Transformasi Metodologi Menuju Demokratisasi Institusi, (Jakarta: Erlangga, 2005), h. 2.

(23)

Jauh sebelum masa kemerdekaan Pesantren telah menjadi sistem

pendidikan Nusantara. Hampir di seluruh pelosok Nusantara, khususnya di

pusat-pusat kerajaan Islam telah terdapat lembaga pendidikan yang kurang

lebih serupah walaupun menggunakan nama yang berbeda-beda, seperti

Meunasah di Aceh, Surau di Minangkabau dan Pesantren di Jawa. Namun demikian, secara historis awal kemunculan dan asal usul semua itu masih

kabur.

Banyak penulis sejarah pesantren berpendapat bahwa institusi ini

merupakan hasil adopsi dari model perguruan yang diselenggarakan

orang-orang Hindu dan Budha. Sebagaimana diketahui, sewaktu Islam datang dan

berkembang di pulau Jawa telah ada lembaga perguruan Hindu dan Budha

yang menggunakan sistem biara dan asrama sebagai tempat para pendeta dan

bhiksu melakukan kegiatan pembelajaran kepada para pengikutnya. Bentuk

pendidikan seperti ini kemudian menjadi contoh model bagi para wali dalam

melakukan kegiatan penyiaran dan pengajaran Islam kepada masyarakat luas,

dengan mengambil bentuk sistem biara dan asrama dengan merubah isinya

dengan pengajaran agama Islam yang kemudian dikenal dengan sebuah

pondok pesantren. Sejalan dengan pandangan ini pesantren lahir semenjak

masa awal kedatangan Islam di Jawa, masa Wali Songo. Diduga kuat bahwa

pesantren pertama kali didirikan di desa Gapura Gresik Jawa Timur dan

dihubungkan dengan usaha Maulana Malik Ibrahim (Sunan Ampel).11

11

Departemen Agama RI, Pola pembelajaran di Pesantren, (Jakarta : Dipekapontren Ditjen kelembagaan Agama Islam Departemen Agama 2003), h. 4

(24)

Istilah pesantren itu sendiri seperti halnya mengaji bukanlah berasal dari istilah bahasa Arab, melainkan dari India. Demikian juga istilah Pondok

langgar, surau di Minangkabau dan Meunasah di Aceh.

Di samping berdasarkan alasan terminologi yang dipakai oleh pesantren

persamaan bentuk antara pendidikan pesantren dan pendidikan milik Hindu

dan Budha di India ini dapat dilihat juga pada beberapa unsur yang tidak

dijumpai pada sistem pendidikan Islam yang asli di Makkah. Unsur tersebut

antara lain seluruh sistem pendidikannya berisi murni ilmu-ilmu agama, kyai

tidak mendapatkan gaji, penghormatan yang tinggi kepada guru serta letak

pesantren yang didirikannya di luar kota. Data ini oleh sebagian penulis

sejarah pesantren dijadikan sebagai alasan untuk membuktikan asal usul

pesantren adalah karena pengaruh dari India.

Pandangan seperti itu belum mempertimbangkan keberadaan Islam di

Aceh atau Minangkabau yang kedatangannya lebih awal atau pun belum

mempertimbangkan keberadaan lembaga pendidikan Islam serupa yang ada

di Timur Tengah pada masa klasik seperti Masjid Khan ataupun Madrasah

Nang sistemnya kurang lebih menyerupai pesantren di Jawa.

Pada permulaan berdirinya, bentuk pesantren sangatlah sederhana.

Kegiatan pengajian diselenggarakan di dalam masjid oleh seorang kyai

sebagai guru dengan beberapa orang santri sebagai muridnya. Kyai tadi

biasanya sudah pernah mukim bertahun-tahun untuk mengaji dan mendalami

pengetahuan agama Islam di Makkah atau Madinah. Atau pernah berguru

(25)

suatu desa dengan mendirikan langgar yang dipergunakan sebagai tempat

untuk shalat berjamaah.12

Pada awalnya jamaah hanya terdiri dari beberapa orang saja. Pada

setiap menjelang atau selesai shalat berjamaah, sang kyai biasanya

memberikan ceramah pengajian sekedarnya. Isi pengajian biasanya berkisar

pada soal rukun iman, rukun Islam serta akhlak yang lebih banyak

menyangkut kehidupan sehari-hari. Berkat caranya yang menarik dan

keikhlasannya yang tinggi serta prilakunya yang shaleh, lama kelamaan

jamaahnya menjadi banyak. Yang datang tidak lagi hanya penduduk desa

tersebut, tetapi juga orang-orang dari jauh, dari luar desanya. Sebagian dari

mereka yang ikut mengaji itu ingin tinggal menetap, dekat dengan kyai atau

ustadz dan bahkan mulai ada beberapa orang tua yang ingin menitipkan

anaknya kepada kyai tadi untuk menampung. Karena semua itu, dibentuklah

pondok atau asrama. Dengan demikian, terbentuklah sebuah pesantren yang

didalamnya terdapat pondok, masjid, kyai serta santri.

Beberapa alumni yang setelah selesai dan pulang dari pesantren

kemudian mendirikan pesantren yang baru sehingga bertambah banyaklah

jumlah pesantren yang tumbuh dan berkembang masa itu. Keadaan ini terus

berlanjut hingga masa sekarang. Pesantren yang didirikan belakangan itu

banyak yang telah menyesuaikan dengan perubahan dan keburuhan di

masyarakatnya. Namun demikian, pada dasarnya tetap melanjutkan tradisi

dan fungsi utama pesantren.

12

Departemen Agama RI, Pola pembelajaran di Pesantren, (Jakarta: Dipekapontren Ditjen kelembagaan Agama Islam Departemen Agama 2003), h. 5

(26)

Sejarah perkembangannya, fungsi pokok pesantren adalah mencetak

ulama dan ahli agama. Hingga dewasa ini fungsi pokok itu tetap terpelihara

dan dipertahankan. Namun seiring dengan perkembangan zaman, selain

kegiatan pendidikan dan pengajaran agama beberapa pesantren telah

melakukan pembeharuan dengan mengembangkan komponen-komponen

pendidikan lainnya, seperti ditambahkannya pendidikan system sekolah,

adanya pendidikan kesenian, pendidikan bahasa asing (Arab dan Inggris),

pendidikan jasmani serta pendidikan keterampilan.13

6. Tujuan Pesantren

Pada hakikatnya setiap usaha tentu mempunyai tujuan yang ingin

dicapai, tanpa tujuan suatu usaha tidak akan berarti. Tujuan merupaka

ketetapan yang telah digariskan, agar berusaha dan berupaya untuk mencapai

tujuan.

Dalam sebuah organisasi ada sekelompok orang yang bekerja sama dan

berproses untuk mencapai tujuan yang sama. Maka organisasi pondok

pesantren dapat diartikan sebagai wadah dari sekelompok orang yang saling

bekerja sama dengan pembagian kerja yang tertentu dalam mencapai tujuan

pondok pesantren.

Jadi tujuan pesantren adalah membentuk manusia yang memiliki

kesadaran tinggi bahwa ajaran agama Islam merupakan ajaran yang bersifat

menyeluruh. Selain itu produk pesantren ini diharapkan memiliki kemampuan

tinggi untuk mengadakan responsi terhadap tantangan-tantangan dan

13

Departemen Agama RI, Pola pembelajaran di Pesantren, (Jakarta: Dipekapontren Ditjen kelembagaan Agama Islam Departemen Agama 2003), h. 7

(27)

tuntutan-tuntutan hidup dalam konteks ruang dan waktu yang ada (Indonesia

dan dunia abad sekarang).14

Sedangkan menurut M. Arifin bahwa tujuan didirikanya pendidikan

pesantren ada dua yaitu :

a. Tujuan Umum

Membina warga negara agar berkepribadian muslim dengan

ajaran-ajaran agama Islam dan menanamkan rasa keagamaan tersebut dalam

semua segi kehidupannya serta menjadikannya sebagai orang yang

berguna bagi agama, masyarakat, dan negara.

b.Tujuan Khusus

1) Mendidik santri anggota masyarakat untuk menjadi orang

muslim yang bertaqwa kepada Allah swt., berakhlak mulia,

memiliki kecerdasan, ketrampilan dan sehat lahir dan batin

sebagai warga negara yang berpancasila.

2) Mendidik siswa atau santri untuk menjadi manusia muslim

selaku kader-kader ulama dan muballigh yang berjiwa ikhlas,

tabah, tangguh, wiraswasta dalam mengembangkan

syariat-syariat Islam secara utuh dan dinamin.

3) Mendidik siswa atau santri untuk memperoleh kepribadian dan

mempertebal semangat kebangsaan agar dapat menumbuhkan

manusia-manusia pembangunan bangsa dan negara.

14

Nurcholish Majid, Bilik-Bilik Pesantren (Sebuah Potret Perjalanan) (Jakarta: Paramadina, 1997), h. 18

(28)

4) Mendidik siswa atau santri untuk membangun meningkatkan

kesejahteraan sosial masyarakat dalam rangka usaha

pembangunan bangsanya.15

7. Unsur-unsur dan Pola Pondok Pesantren

Di Indonesia ada ribuan lembaga pendidikan Islam yang terletak di

seluruh Nusantara. Pondok Pesantren membentuk macam-macam jenis.

Perbedaan jenis-jenis pondok pesantren dapat dilihat dari segi ilmu yang di

ajarkan, jumlah santri, pola kepemimpinan atau perkembangan ilmu

teknologi. Namun demikian, ada unsur-unsur pokok pesatren yang harus

dimiliki setiap pondok Pesantren, yaitu:

a. Kyai

Peran penting Kyai dalam pembangunan, pertumbuhan,

perkembangan dan pengurusan sebuah pesantren berarti dia merupakan

unsur yang paling esensial. Sebagai pemimpin pesantren, watak dan

keberhasilan pesantren banyak bergantuk pada keahlian dan kedalaman

ilmu, kharismatik dan wibawa, serta ketrampilan Kyai. dalam kontek

ini, pribadi Kyai sangat menentukan sebab dia adalah tokoh sentral

persantren.16 Istilah Kyai bukan berasal dari bahasa Arab, melainkan

15

Hayim H. Farid, Visi Pondok Pesantren dalam Pegembangan SDM: Studi Kasus di Pondok Pesantren Mahasiswa Al-Hikam, (UMM, Program Pasca Sarjana, 1998,) h. 38

16

Hasbullah, Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia: Lintaasan Perkembangan dan

(29)

berasal dari bahasa Jawa.17 Dalam bahasa Jawa, kata Kyai dipakai

untuk tiga jenis gelar yang berbeda, yaitu:

1) Sebagai gelar kehormatan bagi barang-barang yang dianggap

keramat; contonya “Kyai Garuda Kencana” dipakai untuk

sebutan kereta emas yang ada di kraton Yogyakarta;

2) Gelar kehormatan bagi orang-orang tua pada umumnya;

3) Gelar yang diberikan oleh masyarakat kepada orang yang ahli

agama Islam yang memiliki atau menjadi pimpinan pesantren

dan pengajar kitab-kitab Islam klasik kepada pada santrinya.

Adanya kyai dalam pesantren meruakan hal yang sangat mutlak

bagi sebuah pesantren, sebab dia adalah tokoh sentral yang memberikan

pengajaran, karena kyai menjadi satu-satunya yang paling dominan

dalam kehidupan suatu pesantren.

Menurut Syaiful Akhyar Lubis meyatakan bahwa, “ Kyai adalah

tokoh sentral dalam suatu pondok pesantren, maju mundurnya pondok

pesantren ditentukan oleh wibawa dan kharisma sang kyai”.18

b. Masjid

Menurut bahasa, Masjid merupakan izim makan (nama tempat)

yang diambil dari fiil (kata kerja) bahasa Arab Sajadah, yang artinya

tempat untuk sujud. Pada mulanya yang dimaksud masjid adalah bagian

(tempat) di muka bumi yang dipergunakan untuk bersujud, baik di

17

Manfed Ziemek, Sejarah Dalam Perusahaan Sosial, (Jakarta: Bina aksara, 1986) h. 130

18

Syaiful Akhyar Lubis, Konseling Islami Kyai dan Pesantren (Yogyakarta: Elsaq Press, 2007) h. 169

(30)

halaman, lapangan, ataupun di pasir yang luas. Akan tetapi, pengertian

masjid ini lama kelamaan tumbuh dan berubah sehingga pengertiannya

menjadi satu bangunan yang menghadap kiblat dan dipergunakan

sebagai tempat sholat baik sendiri ataupun jamaah.

Sangut paut pendidikan Islam dan masjid sangat dekat dan erat

dalam tradisi Islam di seluruh dunia. Dahulu, kaum muslimin selalu

memanfaatkan masjid untuk tempat beribadah dan juga sebagai tempat

lembaga pendidikan Islam. Sebagai pusat kehidupan rohani, sosial dan

politik dan pendidikan Islam, masjid merupakan aspek kehidupan

sehari-hari yang sangat penting bagi masyarakat. Dalam rangka

pesantren, masjid dianggap sebagai tempat yang tepat untuk mendidik

para santri, terutama dalam praktek shalat lima waktu, khutbah dan

shalat jumat, dan pengajaran kitab-kitab Islam klasik. Biasanya yang

pertama-tama didirikan oleh seorang Kyai yang ingin mengembangkan

sebuah pesantren adalah masjid.

c. Santri

Santri merupakan unsur yang penting sekali dalam perkembangan

sebuah pesantren karena langkah pertama dalam tahap-tahap

membangun pesantren adalah bahwa harus ada murid yang datang

untuk belajar dari seorang alim. Kalau murid itu sudah menetap

dirumah seorang alim, baru seorang alim itu bisa disebut Kyai dan

(31)

Santri biasanya terdiri dari dua kelompok santri kalong dan santri

mukim, yaitu:

a) Santri kalong merupakanbagian santri yang tidak menetap

dalam pondok, tetapi pulang kerumah masing-masing

sesudah selesai mengikuti suatu pelajaran di pesantren. Santri

kalong biasanya berasal dari daerah-daerah sekitar pesantren

jadi tidak keberatan kalau sering pergi dan pulang.

b) Satri mukim ialah putra atau putri yang menetap dalam

pondok pesantren yang biasanya berasal dari daerah jauh.

Kesempatan untuk pergi dan menetap di sebuah pesantren

yang jauh merupakan suatu keistimewaan untuk santri karena

dia harus penuh cita-cita, memiliki keberanian yang cukup

dan siap menghadapi sendiri dan tantangan yang akan di

alaminya di pesantren.19

d. Pondok

Defenisi singkat “pondok” adalah tempat sederhana yang

merupakan tempat tinggal kyai bersama para santrinya.

Pondok merupakan elemen lanjutan setelah pesantren mengalami

perkembangan, santri yang belajar semakin bertambah, bahkan banyak

yang berasal dari luar daerah. Kesederhanaan para santri didukung oleh

kesederhanaan sarana dan prasarana yang tersedia bahkan kepemilikan

19

Hasbullah, Sejarah Pendidikan Islam Di Indonesia: Lintasan Perkembangan dan Pertumbuhan, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1999) h. 142.

(32)

para santri dibatasi dalam kesederhanaan. Secara umum keberadaan

pondok pesantren.

Adapun secara spesifik, karakteristik pondok pesantren dalam

bentuknya yang masih murni adalah sebagai berikut:

a) Adanya hubungan yang akrab antara santri dengan kiainya.

b) Adanya kepatuhan santri yang sangat tinggi kepada kiainya

c) Adanya pembiasaan hidup hemat dan sikap sederhana dalam

kehidupan duniawi.

d) Adanya penanaman sikap kemandirian yang sangat terasa

dalam memenuhi segala keperluan.

e) Adanya jiwa tolong menolong dan persaudaraan yang sangat

mewarnai dipondok pesantren.

Adanya penekanan dan penanaman kedisiplinan dalam ketepatan

waktu sholat, kegiatan pendidikan, kegiatan pelatihan dan sebagainya.20

e. Kitab-kitab Islam Klasik

Pengajaran kitab-kitab kuning berbahasa Arab dan tanpa harakat

atau sering disebut dengan kitab gundul. Kitab ini merupakan

satu-satunya metode yang secara formal diajarkan dalam komunitas

pesantren di Indonesia. Selain beberapa alasan diatas, kedudukan

pondok pesantren juga sangat besar manfaatnya. Dengan sistem

pondok, santri dapat konsentrasi belajar sepanjang hari. Kehidupan

20

Zamakhari Dhofier, Tradisi Pesantren: Studi Tentang Pandangan Hidup Kyai (Jakarta: LP3ES, 2000), h. 54

(33)

dengan model pondok/asrama juga sangat mendukung bagi

pembentukan kepribadian santri, baik dalam tatacara bergaul dan

bermasyarakat dengan sesama santri lainnya. Pelajaran yang di kelas,

dapat sekaligus diimplementasikan di dalam kehidupan sehari-hari di

lingkungan pesantren. Pengajaran kitab-kitab kuning berbahasa Arab

dan tanpa harakat atau sering disebut dengan kitab gundul. Kitab ini

merupakan satu-satunya metode yang secara formal diajarkan dalam

komunitas pesantren di Indonesia.

Selain beberapa alasan diatas, kedudukan pondok pesantren juga

sangat besar manfaatnya. Dengan sistem pondok, santri dapat

konsentrasi belajar sepanjang hari. Kehidupan dengan model

pondok/asrama juga sangat mendukung bagi pembentukan kepribadian

santri, baik dalam tatacara bergaul dan bermasyarakat dengan sesama

santri lainnya. Pelajaran yang di kelas, dapat sekaligus

diimplementasikan di dalam kehidupan sehari-hari dilingkungan

pesantren.21

B. Tinjauan Tentang Pemahman

1. Pengertian Pemahaman

Beberapa definisi tentang pemahaman telah diungkapkan oleh para ahli.

Menurut Nana Sudjana, pemahaman adalah hasil belajar.22 Benjamin S.

21

Ahmad Supeno dkk, Pembelajaran Pesantren; Suatu Kajian Komparatif, Proyek Pelapontren Depag RI (tidak disebutkan tahun terbit),h. 12.

22

Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 1995), h. 24

(34)

Bloom mengatakan bahwa pemahaman (comprehension) adalah kemampuan sesorang untuk mengerti atau memahami sesuatu setelah sesuatu itu

diketahui dan diingat. Dengan kata lain pemahami dapat diartikan mengerti

tentang sesuatu dan dapat melihatnya dari berbagai segi. Jadi, dapat

disimpulkan bahwa sesorang siswa dikatan memahami sesuatu apabila dia

dapat memberikan penjelasan atau uraian yang lebih rinci tentang hal yang

telah dipelajari dengan menggunakan bahasanya sendiri.

Hasil belajar pada pemahaman lebih tinggi satu tingkat dari tipe hasil

belajar pengetahuan yang sifatnya hafalan. Karena pada tingkat pemahaman

memerlukan kemampuan untuk menangkap makna atau arti dari sebuah

konsep. Oleh karena itu diperlukan adanya hubungan antara konsep dengan

makna yang ada dalam konsep tersebut. Namun, bukan berarti pengetahuan

tidak perlu ditanyakan, sebab untuk memahami perlu terlebih dahulu

mengetetahui atau mengenal.23

2. Tingkatan-Tingkatan dalam Pemahaman

Menurut Bloom, kemampuan pemahaman berdasarkan tingkat

kepekaan dan derajat penyerapan materi dapat dibagi ke dalam tiga tingkatan

yaitu:24

23

Nana Sudjana, Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar, (Bandung: Sinar Baru Algensindo, 2013), h. 51

24

Wowo Sunaryo Kuswana, Taksonomi Kognitif, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2012), h. 44

(35)

a. Menerjemahkan (translation)

Menerjemahkan diartikan sebagai pengalihan arti dari bahasa

yang satu ke dalam bahasa yang lain sesuai dengan pemahaman yang

diperoleh dari konsep tersebut. Dapat juga diartikan dari konsepsi

abstrak menjadi suatu model simbolik untuk mempermudah orang

mempelajarinya. Dengan kata lain, menerjemahkan berarti sanggup

memahami makna yang terkandung di dalam suatu konsep. Contohnya

yaitu menerjemahkan dari bahasa Inggris kedalam bahasa Indonesia,

mengartikan arti Bhineka Tunggal Ika, mengartikan suatu istilah, dan

lain-lain.

b. Menafsirkan (interpretation)

Kemampuan ini lebih luas dari pada menerjemahkan, kemampuan

ini untuk mengenal dan memahami. Menafsirkan dapat dilakukan

dengan cara menghubungkan pengetahuan yang lalu dengan

pengetahuan lain yang diperoleh berikutnya. Contohnya:

menghubungkan antara grafik dengan kondisi yang dijabarkan

sebenarnya, serta membedakanyang pokok dan tidak pokok dalam

pembahasan.

c. Mengeksplorasi (extrapolation)

Ekstrapolasi menuntut kemampuan intelektual yang lebih tinggi

karena seseorang harus bisa melihat arti lain dari apa yang tertulis.

Membuat perkiraan tentang konsekuensi atau mempeluas presepsi

(36)

Ketiga tingkatan pemahaman terkadang sulit dibedakan, hal ini

tergantung dari isi dalam pelajaran yang dipelajari. Dalam proses

pemahaman, seseorang akan melalui ketiga tingkatan secara berurutan.

C. Tinjauan Tentang Ajaran Islam

1. Pengertian Ajaran

Ajaran berasal dari kata dasar ajar. Ajaran adalah sebuah homonim

karena arti-artinya memiliki ejaan dan pelafalan yang sama tetapi maknanya

berbeda. Ajaran memiliki arti dalam kelas nomina atau kata benda sehingga

ajaran dapat menyatakan nama dari seseorang, tempat, atau semua benda dan

segala yang dibendakan.

Arti kata ajaran adalah segala sesuatu yang diajarkan. Ajaran juga

berarti nasihat. Ajaranjuga berarti petuah. Ajaranjuga berarti petunjuk.

Contoh: Ia senantiasa memegang teguh ajaran orang tuanya.

Ajaran adalah segala sesuatu yang diajarkan; nasihat; petuah;

petunjuk.25

2. Pengertian Islam

kata Islam merupakan turunan dari kata assalmu, as-salamu, atau

as-salamatu yang berarti bersih dan selamat dari kecacatan lahir dan batin. Islam berarti suci, bersih tanpa cacat. Islam berarti “menyerahkan sesuatu”. Islam

adalah memberikan keseluruhan jiwa raga seseorang kepada Allah SWT, dan

25

Setiawan Ebta, KBBI Online, diakses dari https://kbbi.web.id/ajaran, pada 15 Februari 2020 Jam 22:15 WITA

(37)

mempercayakan jiwa raga seseorang kepada Allah semata. Makna lain dari

turunan kata Islam adalah “damai” atau “perdamaian” (al-salmu/ peace) dan

“keamanan”. Dalam hal ini, Islam adalah agama yang mengajarkan kepada

pemeluknya, orang Islam, untuk menyebarkan benih kedamaian, keamanan,

dan keselamatan untuk diri sendiri, sesama manusia (Muslim dan non

Muslim) dan kepada lingkungan sekitarnya (rahmatan lil’alamin).

Perdamaian, keamanan dan keselamatan ini hanya dapat diperoleh jika setiap

Muslim taat dan patuh, mengetahui dan mengamalkan aturan-aturan,

menjalankan perintah dan menjauhi larangan Allah SWT. yang dijelaskan

dalam sumber ajaran agama, yaitu kitab Allah (al-Qur‟an) dan sunnah Rasul

(al-Hadist).26

Agama Islam mempunyai pengertian yang lebih luas dari pengertian

agama pada umumnya. Di sini, kata Islam berasal dari Bahasa Arab yang

mempunyai bermacam-macam arti, diantaranya sebagai berikut:27

a. Salam yang artinya selamat, aman sentosa dan sejahtera, yaitu aturan hidup yang dapat menyelamatkan manusia di dunia dan

akhirat. Kata salam terdapat dalam al-Qur‟an Surah al-An‟am ayat

54; Surah al-A‟raf ayat 46; dan surah an-Nahl ayat 32.

b. Aslama yang artinya menyerah atau masuk Islam, yaitu agama yang mengajarkan penyerahan diri kepada Allah, tunduk dan taat

kepada hukum Allah tanpa tawar- menawar. Kata aslama terdapat

26

Rois Mahfud, Al- Islam Pendidikan Agama Islam, (Penerbit: Erlangga, 2011), h. 3-5

27

(38)

dalam al-Qur‟an surah al-Baqarah ayat 112; surah alImran ayat 20

dan 83; surah an-Nisa ayat125; dan surah alAn‟am ayat 14.

c. Silmun yang artinya keselamatan atau perdamaian, yakni agama yang mengajarkan hidup yang damai dan selamat.

d. Sulamun yang artinya tangga, kendaraan, yakni peraturan yang dapat mengangkat derajat kemanusiaan yang dapat mengantarkan

orang kepada kehidupan yang bahagia.

Islam adalah agama yang diturunkan Allah SWT. Kepada Nabi

Muhammad SAW sebagai Nabi dan Rasul terlahir untuk menjadi pedoman

hidup seluruh manusia hingga akhir zaman.28

Dilihat dari segi misi ajarannya, Islam adalah agama sepanjang sejarah

manusia sejak Nabi Adam As. hingga Muhammad SAW., atau masa

sekarang. Islam adalah agama dari seluruh Nabi dan Rasul yang pernah

diutus oleh Allah SWT. Islam merupakan agama bagi Adam As., Nabi Ibrahim, Nabi Ya‟qub, Nabi Musa, Nabi Daud, Nabi Sulaiman, Nabi Isa As.,

dan rasul terakhir, yaitu Nabi Muhammad SAW. Hal demikian ditegaskan

dari ayat-ayat yang terdapat di dalam al-Qur‟an.29

Ajaran Islam mencangkup seluruh sisi kehidupan manusia dengan tujuan

mencapai kebahagiaan dunia dan akhirat. Ajaran Islam meliputi:

28

Kompasiana, Apa Itu Islam?, diakses dari https://www.kompasiana.com/ apa-itu-islam#, pada 10 September 2020 Jam 21:50 WITA

29

(39)

1. Kepercayaan dalam Agama Islam

Kepercayaan dalam agama Islam ditemukan dalam dua kalimat syahadah yang artinya “Saya bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah SWT, dan saya

bersaksi bahwa Nabi Muhammad SAW adalah utusan Allah SWT”.

Esensi dari prinsip ini adalah adanya keesaan Tuhan dan pengakuan

kenabian terhadap Nabi Muhammad SAW. Apabila seseorang meyakini dan

mengucakan dua kalimat syahadah tersebut, maka ia dianggap telah menjadi

seorang muslim dan berstatus sebagai mualaf atau orang yang baru masuk

Islam dari kepercayaan awal yang dianutnya. Dalam agama Islam, terdapat

suatu hal yang hendaknya diimani dan diyakini keberadaannya, yaitu :

a. Rukun Islam

Para umat Islam hendaknya memegang teguh 5 rukun Islam ini,

dimana kelima Rukun Islam ini dijadikan pilar untuk menyatukan

muslim sebagai sebuah komunitas.

Isi kelima Rukun Islam tersebut adalah mengucapkan dua kalimat

syahadah dan meyakini bahwa tidak ada yang berhak ditaati dan

disembah dengan benar serta sungguh-sungguh kecuali Allah SWT saja

dan juga meyakini bahwa Nabi Muhammad SAW adalah hamba dan

rasul Allah SWT, mendirikan salah wajib 5 kali sehari, berpuasa pada

bulan Ramadhan, membayar zakat bila terdapat kelebihan harta, dan

(40)

b. Rukun Iman

Sebagai umat muslim, hendaknya juga mempercayai dan mengimani

6 rukun iman yang menyangkut perkara berikut , yaitu iman kepada

Allah SWT, iman kepada malaikat-malaikat Allah SWT, iman kepada

kitab-kitab Allah SWT yaitu Al-Qur’an, Injil, Taurat, dan Zabur, iman

kepada Nabi dan Rasul Allah SWT, iman kepada hari kiamat, dan iman

kepada Qada dan Qadar.

2. Ruang Lingkup Agama Islam

Secara garis besar, agama Islam terdiri atas 3 ruang lingkup, yaitu

hubungan manusia dengan penciptanya yaitu Allah SWT., hubungan manusia

dengan manusia, dan hubungan manusia dengan makhluk lainnya ataupun

lingkungannya.30

Secara garis besar ruang lingkup ajaran Islam meliputi tiga hal pokok, yaitu

Iman melahirkan konsep kajian aqidah, konsep Islam melahirkan konsep kajian

syariah; dan konsep Ihsan melahirkan konsep kajian Akhlaq.

30

Belajargiat, Pengertian Ajaran Islam, diakses dari https://belajargiat.id/islam/#: =Definisi atau pengertian Islam, pada 13 November 2020 Jam 16:15 WITA.

(41)
(42)

28

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Pendekatan Penelitian

1. Jenis Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian kualitatif, yaitu suatu penelitian

kontekstual yang menjadikan manusia sebagai instrumen, dan disesuaikan

dengan situasi yang wajar dalam kaitannya dengan pengumpulan data yang

pada umumnya bersifat kualitatif.31

Metode kualitatif ini merupakan prosedur penelitian yang menghasilkan

data deskripsi berupa kata-kata tertulis atau lisan dan prilaku yang dapat

diamati. Penelitian kualitatif bertujuan untuk menjelaskan kondisi dan

fenomena dengan sedalam-dalamnya melalui pengumpulan data. Penelitian

ini tidak mengutamakan besarnya populasi atau sampel bahkan populasi atau

sampel sangat terbatas. Jika data sudah terkumpul sudah mendalam dan bisa

menjelaskan kondisi dan fenomena yang diteliti, maka tidak perlu mencari

sampling lainnya, karena yang ditekankan adalah kualitas data.32

Metode penelitian kualitatif adalah metode yang digunakan untuk

meneliti kondisi objek yang alami, (sebagai lawannya adalah eksperimen)

dimana peneliti adalah sebagai instrumen kunci, teknik pengumpulan data

31

Lexy. J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: Rosdakarya, 2001), h. 3.

32

Rachmat Kriantono, Teknik Praktis Riset Komunikasi (Cet I:Jakarta: Kencana, 2009), h. 56-57.

(43)

dilakukan secara trianggulasi (gabungan), analisi data bersifat induktif, dan

hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna daripada generalisi.33

Menurut Bogdan dan Taylor dalam bukunya Lexy J. mendefinisikan metode

penelitian kualitatif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan

perilaku yang dapat diamati.34 Dasar penelitian yang digunakan dalam

penelitian ini adalah studi kasus yaitu penelitian yang melihat objek

penelitian sebagai kesatuan yang terintegrasi, yang penelahannya kepada satu

kasus dan dilakukan secara intensif, mendalam, mendetail, dan komprehensif.

Penelitian ini merupakan bentuk penelitian sosial yang menggunakan

format deskriptif kualitatif yaitu penelitian yang bertujuan untuk

menggambarkan, meringkas berbagai kondisi, sebagai situasi atau berbagai

fenomena.35

2. Pendekatan Penelitian

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan

ilmu dakwah. Pendekatan ilmu dakwah yang dimaksud yakni bagaimana

metode Dakwah yang diterapkan bisa efektif serta dapat meningkatkan

pemahaman masyarakat mengenai ilmu agama yang diajarkan.

33

Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif, (Bandung: Alfabeta, 2009), h. 1.

34

Lexy. J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif. h. 23.

35

Burhan Bungin, Peneliti Kualitatif: Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan Publik, dan Ilmu sosial, (Jakarta: Kencana, 2007), h. 68.

(44)

B. Lokasi dan Objek Penelitian

Penelitian ini berlokasi di Kota Enrekang, Sulawesi Selatan. Terkhusus di

Pondok Pesantren Modern Darul Falah Enrekang. Yang beralamat di Jalan Jendral

Sudirman No. 02, Kelurahan Galonta, Kecamatan Enrekang, Kabupaten

Enrekang.

C. Fokus dan Deskripsi Fokus Penelitian

1. Fokus Penelitian

Fokus penelitian ini adalah:

a. Strategi Dakwah

b. Penigkatan pemahaman ajaran Islam

2. Deskripsi Fokus Penelitian

Fokus penulisan dalam penelitian kualitatif ini adalah strategi dakwah

eksternal Pesantren Darul Falah Enrekang terhadap masyarakat kota

Enrekang, serta dampak terhadap peningkatan pemahaman ajaran Islam di

kota Enrekang. Peningkatan pemahaman ajaran Islam yang dimaksud adalah

pemahaman tentang aqidah masyarakat kota Enrekang.

D. Sumber Data

1. Data Primer

Data primer adalah data yang diperoleh secara langsung dari informan

yang erat kaitannya dengan masalah yang akan diteliti yaitu peningkatan

moral dan pemahaman keislaman masyarakat dengan pendekatan metode

(45)

adalah hasil wawancara dengan pengurus Pesantren, dan masyarakat

setempat sebagai informan mengenai pengaruh PPM Darul Falah di

kalangan masyarakat kota Enrekang.

2. Data sekunder

Data sekunder yaitu pustaka-pustaka yang memiliki relevansi dan bisa

menunjang penelitian ini, yaitu dapat berupa: buku, majalah, koran, internet,

serta sumber data lain dapat dijadikan sebagai data pelengkap.

E. Instrumen Penelitian

Menurut Suharsimi Arikunto, instrument penelitian merupakan alat bantu

dalam mengumpulkan data. Pengumpulan data pada prinsipnya merupakan suatu

aktivitas yang bersifat operasional agar tindakannya sesuai dengan pengertian

penelitian yang sebenarnya. Data merupakan perwujudan dari beberapa informasi

yang sengaja dikaji dan dikumpulkan guna mendeskripsikan suatu peristiwa atau

kegiatan lainnya. Data yang diperoleh melalui penelitian akan diolah menjadi

suatu informasi yang merajuk pada hasil penelitian nantinya. Oleh karena itu

dalam pengumpulan data dibutuhkan beberapa instrument sebagai alat untuk

mendapatkan data yang cukup valid dan akurat.

Tolak ukur keberhasilan penelitian juga tergantung pada instrumen yang di

gunakan. Oleh karena itu penelitian lapangan (field research) yang meliputi

observasi dan wawancara dengan daftar pertanyaan yang telah disediakan,

dibutuhkan kamera, alat perekam (recorder) dan alat tulis menulis berupa buku

(46)

F. Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini, peneliti berencana menggunakan metode pengumpulan

data sebagaiberikut:

1. Observasi

Yaitu pengamatan dan pencatatan yang sistematis terhadap

gejala-gejala yang diselidiki.36 Observasi menjadi salah satu teknik pengumpulan

data apabila sesuai dengan tujuan penelitian, direncanakan, dan dicatat

secara sistematis dapat dikontrol keandalan (reabilitas) dan kesahihannya

(validitasnya).37

Metode penelitian yang digunakan untuk mengumpulkan data tentang

gambaran umum mengenai Pondok Pesantren Darul Falah dan kelurahan

Gontala kecamatan Enrekang. Selain itu juga untuk mengetahui peningkatan

kualitas pemahaman keislaman masyarakat sejak berdirinya PPM Darul

Falah.

2. Metode Wawancara

Metode wawancara yaitu suatu metode dalam penelitian yang

bertujuan mengumpulkan keterangan secara lisan dari seorang responden

secara langsung atau bertatap muka untuk menggali informasi dari

responden. Wawancara itu dilakukan oleh dua belah pihak, yaitu

pewawancara yang mengajukan pertanyaan dan terwawancara yang

36

Cholid Narbuko dan Abu Achmadi, MetodologiPenelitian, (Cet. VIII; Jakarta: PT. Bumi Aksar, 2007), h. 70.

37

Husaini Usma dan Purnomo Setiady Akbar, Metodologi Penelitian Sosial, (Cet. I; Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2008), h. 52.

(47)

memberikan jawaban atas pertanyaan. Adapun data yang akan diungkapkan

dalam metode wawancara ini tentunya data yang bersifat valid terhadap

penelitian yang dilakukan.

Dengan teknik wawancara peneliti mengajukan beberapa pertanyaan

kepada sumber informasi guna mendapatkan informasi mengenai Peranan

PPM Darul Falah terhadap peningkatan Pemahaman Ajaran Islam

Masyarakat kota Enrekang.

3. Dokumentasi

Data-data pendukung lain melalui dokumen-dokumen penting seperti

dokumen lembaga yang diteliti. Di samping itu, foto maupun sumber tertulis

lain yang mendukung juga digunakan untuk penelitian.

G. Teknik Pengolahan dan Analisis Data

Teknik pengolahan data yang digunakan adalah deskriftif kualitatif. Data

yang akan disajikan dalam bentuk narasi kualitatf yang dinyatakan dalam bentuk

verbal yang diolah menjadi jelas akurat dan sistematis.38 Peneliti akan melakukan

pencatatan dan berupaya mengumpulkan informasi megenai keadaan suatu gejala

yang terjadi saat penelitian dilakukan.

Analisa data merupakan upaya untuk mencapai dan menata secara sistematis

catatan hasil wawancara, observasi, dokumentasi. Dan lainnya untuk

meningkatkan pemahaman peneliti tentang kasus yang diteliti dan menjadikannya

sebagai temuan bagi orang lain.39 Analisis data adalah proses pengorganisasian

38

Pawito, Penelitian Komunikasi Kualitatif (Cet. I; Yogyakarta: PT Lkis, 2008), h. 89.

39

(48)

dan pengurutan data kedalam pola, kategori dan satuan uraian dasar.40 Tujuan

analisis data adalah untuk menyederhanakan data kedalam bentuk yang mudah

dibaca. Metode yang digunakan adalah metode survey dengan pendekatan

kualitatif, yang artinya setiap data terhimpun dapat dijelaskan dengan berbagai

persepsi yang tidak menyimpang dan sesuai dengan judul penelitian. Teknik

pendekatan deskriptif kualitatif merupakan suatu proses menggambarkan keadaan

sasaran yang sebenarnya, penelitian secara apa adanya, sejauh ini yang peneliti

dapatkan dari hasil observasi, wawancara, maupun dokumentasi.

Analisis deskriptif digunakan untuk menggambarkan (mendeskripsikan)

populasi yang sedang diteliti. Analisis deskriptif dimaksudkan untuk memberikan

data yang diamati agar bermakna dan komunikatif.41

Langkah-langkah analisis data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu:

1. Reduksi Data (Data Reduction)

Reduksi data merupakan bentuk analisis yang menajamkan,

menggolongkan, mengarahkan, membuang yang tidak perlu

mengorganisasikan data dengan cara sedemikian rupa sehingga kesimpulan

akhir dapat diambil. Peneliti mengelola data dengan bertolak dari teori

untuk mendapatkan kejelasan pada masalah, baik data yang terdapat di

lapangan maupun yang terdapat pada kepustakaan. Data dikumpulakan,

40

Lexy. J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif , h.103.

41

(49)

dipilih secara selektif dan disesuaikan dengan permasalahan dirumuskan

dalam penelitian. Kemudian dilakukan pengelolahan dengan meneliti ulang.

2. Penyajian Data (Data Display)

Display data adalah penyajian dan pengorganisasian data kedalam satu

bentuk tertentu sehingga terlihat sosoknya secara utuh. Dalam penyajian

data dilakukan secara induktif yakni menguraikan setiap permasalahan

dalam permasalah penelitian dengan memaparkan secara umum kemudian

menjelaskan secara ekspesifik.

3. Analisis Perbandingan (Comparative)

Dalam teknik ini peneliti mengkaji data yang telah diperoleh dari

lapangan secara sistematis dan mendalam kemudian membandingkan data

tersebut satu sama lain.

4. Penarikan Kesimpulan (Conclusion Drawing/Verification)

Langkah terakhir dalam menganalisis data kualitatif adalah penarikan

kesimpulan dan verifikasi, setiap kesimpulan awal masih kesimpulan

sementara yang akan berubah bila diperoleh data baru dalam pegumpulan

data berikutnya. Kesimpulan-kesimpulan yang diperoleh selama dilapangan

diverifikasi selama penelitian berlangsung dengan cara memikirkan kembali

dan meninjau ulang catatan lapangan sehingga berbentuk penegasan

(50)

36

BAB IV

PEMBAHASAN DAN HASIL PENELITIAN

A. Gambaran Umum PPM Darul Falah Enrekang

1. Profil PPM Darul Falah Enrekang

Nama Pondok Pesantren: Pesantren Modern Darul Falah Enrekang Nomor Statistik Pesantren (NSPP): 510073160001

Alamat Lengkap: Jalan Jendral Sudirman Nomor 02, Kelurahan/Desa Galonta/Batili, Kecamatan Enrekang, Kabupaten Enrekang, Propinsi

Sulawesi Selatan Nomor Telpon (0420) 21373

Tipe Pondok Pesantren: Kombinasi Tahun Berdiri: 1394 H/1974 M

Nama Tokoh Pendiri: H. Muhammadong, Prof. DR. Ir. H. Beddu Amang, M.A

Penyelenggara: Yayasan Pendidikan Islam Enrekang (YPIE)

Akte Notaris: Taufiq Arifin, SH Nomor 8 Tanggal 21 Juli 2014 (terbaru)

Badan Hukum: Keputusan Menkumham Nomor

AHU-04071.50.10.2014 tertanggal 22 Juli 2014

Pesantren Modern Darul Falah Enrekang adalah lembaga pendidikan

keagamaan Islam yang bertipe kombinasi karena menerapkan sistem

pendidikan yang bersifat integratif dengan memadukan ilmu agama Islam dan

ilmu umum yang bersifat komprehensif dengan memadukan intra, ekstra dan

(51)

dalam kerangka pendidikan nasional memegang peran yang sangat penting

dan strategis sehingga dengan Visi dan Misi yang terarah dan dengan

pengelolaan kelembangaan secara profesional, kekeluargaan dan kerjasama

yang baik antara pihak di internal pesantren, dengan pemerintah, orang tua,

stakeholder dan masyarakat luas InsyaAllah capaian tujuan pendidikan dan

pembinaan di Pesantren dapat tercapai.

Dalam proses pendidikan dan pembinaan, santri SMP, MTs dan SMA

Pesantren Modern Darul Falah Enrekang wajib bermukim di asrama dengan

tujuan untuk lebih mengintensifkan proses pendidikan baik yang menyangkut

pengamalan ibadah, pemahaman keagamaan, penguasaan bahasa asing,

internalisasi nilai-nilai keagamaan dan akhlakul karimah, serta peningkatan

ketrampilan santri. Semua kegiatan pendidikan/pembinaan terencana,

terprogram dan terkoordinasi antara personil di Sekolah/Madrasah,

Kepesantrenan, Pengembangan Bahasa dan Kekampusan.42

Dengan program dan metode pendidikan yang diusahakan oloeh PPM

Darul Falah Enrekang, maka diharapkan para lulusan PPM Darul Falah

memiliki profil sebagai berikut:

a. Faham berbagai disiplin ilmu dasar Agama Islam dan mendadi insan

tafaqquh diddin.

b. Memiliki bekal hafalan sesuai program tahfiz yang diikuti, tahfiz

khusus 30 juz, tahfiz reguler 18 juz, dan tahfiz wajib 4 juz.

42

Pondok Pesantren Modern Darul Falah, Profil, diakses dari

(52)

c. Memiliki potensi dan keterampilan dasar berdakwah dengan hikmah

dalam bingkai aqidah dan akhlak mulia

d. Berbahasi Arab dan Inggris aktif

e. Memiliki keterampilan dan pengetahuan dasar bidang iptek untuk

memperluas peran dan peluang berdakwah di berbagai profesi dan

disiplin ilmu.

2. Visi Misi PPM Darul Falah Enrekang

a. “Terwujudnya generasi Islami yang bernuansa tiga dimensi; Iman,

Ilmu dan Amal dengan Imtaq dan Ipteks yang seimbang, Berkearifan Lokal, Berwawasan Lingkungan Dan Global”

b. Misi

1) Mengefektifkan pelaksanaan proses pembelajaran dan bimbingan

dengan pengintegrasian nilai-nilai Iman Taqwa (Imtaq) dan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (Iptek) melalui Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif Dan Menyenangkan (PAIKEM).

2) Membina, melatih dan menumbuhkan pemahaman dan

penghayatan terhadap ajaran agama Islam untuk membentuk peserta didik yang ber akhlak mulia dan berbudi luhur.

3) Meningkatkan pembinaan Tahsinul Qur’an dan Tahfidzul Qur’an

peserta didik.

(53)

5) Meningkatkan kemampuan ber Bahasa Arab Dan Inggris peserta

didik.

6) Mengintensifkan Pelaksanaan Ekstrakurikuler/Pengembangan

Diri serta peningkatan prestasi peserta didik.

7) Memberdayakan kemitraan masyarakat melalui peran komite.

8) Membina karakteristik kemampuan siswa melalui kelompok

pencinta mata pelajaran.

9) Meningkatkan usaha pemeliharaan, pencegahan kerusakan dan

pelestarian lingkungan hidup.

10)Mewujudkan warga Sekolah/Madrasah yang bertanggung jawab

terhadap perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup.

11)Menumbuhkan budaya cinta lingkungan sebagai kebutuhan

adiwiyata sekolah/madrasah.

3. Sejarah Singkat PPM Darul Falah Enrekang43

a. Masa Perintisan

Pada tanggal 1 Januari 1967 di Makassar, Bapak H. Muhammadong,

Pendiri dan Pemilik P.T Bank Masyarakat mendirikan Yayasan Kiyai

Hadji Ahmad Dahlan yang diterbitkan dengan Akta Notaris Sitske Liem

Nomor 45 tertanggal 28 Maret 1967 dengan maksud dan tujuan

menyelenggarakan kegiatan di bidang pendidikan dan penggalian ilmu

pengetahuan yang bermanfaat bagi perkembangan Islam.

43

Pondok Pesantren Modern Darul Falah, Sejarah Singkat, diakses dari

http://ppmdarulfalahenrekang.blogspot.com/p/struktur-organisasi.html, pada 19 November 2020 Jam 22:15 WITA.

Gambar

Tabel 1. Tabel Data Penduduk 2020
Gambar 1. PPM Darul Falah Enrekang
Gambar 3. Wawancara dengan Bapak Adi Warsito, S.Si, M.Pd.
Gambar 5. Pengajian Umum Masyarakat Galonta oleh dai Darul Falah
+3

Referensi

Dokumen terkait

Penentuan identifikasi sehat ataupun sakit seperti dijelaskan diatas sekaligus menjawab pertanyaan mengapa dalam penentuan batas nilai ambang untuk jumlah

Hubungan Ekspresi Protein ERK Secara Semi Kuantitatif Terhadap Respon Kemoradioterapi Dari data Tabel 1 diperoleh data indeks ERK sebelum pengobatan kemoradioterapi dan

Terdapat beberapa permasalahan umum seperti jumlah bit total yang dikompresi, bagaimana mengembalikan ke bentuk string atau bit asli dan berapa banyak redundasi di

Hal tersebut berdasarkan dari data pengeboran dan carbon dating pada endapan-endapan disekitar cekungan Limboto yang dilakukan oleh BWS Sulawesi II (2018a), serta di

Kualitas pembubutan kayu punak, mempisang, dan pasak linggo termasuk sangat baik (kelas I) dengan persentase bebas cacat berturut-turut sebesar 83%, 83%, dan 82%, sedangkan

Sedangkan skripsi penulis dengan judul Strategi Pembinaan Pondok Pesantren Miftahul Falah dalam Meningkatkan Kualitas kreativitas Santri bahasan pokoknya adalah bagaimana

Selanjutnya secara regresi linear untuk hipotesis ketiga, secara bersama-sama terdapat hubungan yang signifikan antara latar belakang pendidikan dan persepsi pemanfaatan

“Penanaman Nilai-nilai Kesederhanaan di Pondok Pesantren Modern, Tradisional, dan Kombinasi di Kalimantan Selatan (studi kasus pada Pondok Modern Al-Islam Kambitin Tabalong, Pondok