PEMANFAATAN ALAT PEMANAS OTOMATIS UNTUK
MENGOPTIMALKAN PRODUKSI VCO DI DESA AAN KABUPATEN
KLUNGKUNG
Nyoman Santiyadnya1, I Gede Nurhayata2, Komang Gede Sukawijana3
13PTE FTK UNDIKSHA; 2 TE FTK UNDIKSHA
Email: Santiyadnya@undiksha.ac.id ABSTRACT
The purpose of the implementation of training and assistance in the use of this automatic heating device is to assist the PKK group of women in Desa Aan in optimizing VCO production. This is necessary because AAn Village is a plateau with quite high rainfall. So that when it rains, the PKK women cannot produce VCO because in the production process the PKK women rely on hot sunlight. For that we need a heating device that can be adjusted according to the heat caused by the sun. In the implementation of this training, it involved PKK women who are members of the Sari Amerta group of 15 people. All participants were very enthusiastic about participating in the training and paid close attention. Furthermore, the PKK women practiced using the heating device. However, previously the PKK women had already carried out the initial process of making santang using 5 old coconuts. After the coconut milk is ready, then put it in the automatic heating device. Then the temperature in the heating chamber is set to 390 and waited for 8 hours. However, the results obtained were not satisfactory because the VCO produced was very little. On the following day, assistance was provided for 3 times and it turned out that after setting it to 420, it could produce VCO according to the expectations of the Sari Amerta PKK women. From this activity, it can be said that this heating device can produce VCO optimally at a temperature of 420 Celsius.
Keywords: automatic heater, VCO, Sari Amerta
ABSTRAK
Tujuan dari pelaksanaan pelatihan dan pendampingan pemanfaatan alat pemanas otomatis ini adalah untuk membantu kelompok ibu-ibu PKK di Desa Aan dalam meengoptimalkan produksi VCO. Hal ini diperlukan karena Desa AAn merupakan dataran tinggi dengan curah hujan yang cukup tinggi. Sehingga pada saat hujan ibu-ibu PKK ini tidak dapat memproduksi VCO karena dalam proses produksi ibu-ibu PKK ini mengandalkan panas sinar matahari. Untuk itu diperlukan satu alat pemanas yang bisa diatus sesuai dengan panas akibat sinar matahari. Dalam pelaksanaan pelatihan ini melibatkan ibu-ibu PKK yang tergabung dalam kelompok Sari Amerta yang berjumlah 15 orang. Semua peserta sangat antusias mengikuti pelatihan dan memperhatikan dengan seksama. Selanjutknya ibu-ibu PKK tersebut mempraktikkan menggunakan alat pemanas tersebut. Namun sebelumnya ibu-ibu PKK tersebut sudah melakukan proses awal pembuatan santang dengan menggunakan 5 butir kelapa yang sedah tua. Setelah santan siap lalu dimasukkan ke dalam alat pemanas otomatis tersebut. Selanjutnya suhu dalam ruang pemanas di setel 390 dan ditunggu
selama 8 jam. Namun hasil yang diperoleh kurang memuaskan karena VCO yang dihasilkan sangat sedikit. Pada hari berikutnya dilakukan pendampingan selama 3 kali dan ternyata setelah disetel pada 420 baru bisa menghasilkan VCO
sesuai harapan dari ibu-ibu PKK kelompok Sari Amerta tersebut. Dari kegiatan ini dapat disampaikan bahwa alat pemanas ini dapat menghasilkan VCO secara optimal pada suhu 420 Celcius.
Kata kunci: alat pemanas otomatis, VCO, Sari Amerta
PENDAHULUAN
Desa aan adalah satu dari tiga belas desa di wilayah kecamatan banjarangkan. Desa aan memiliki luas + 398 Ha, dengan jarak + 8 km
arah kota dari semarapura ibu kota Kabupaten klungkung. Berdasarkan luas daeran tersebut di atas, maka desa Aan terbagi menjadi 4 wilayah
dusun, 12 banjar, dan dua desa adat ( desa Adat Aan dan Desa adat Sengkiding). Struktur kelembagaan di desa Aan disamping kelembagaan administratif Pemerintahan Desa dan kelembagaan dari Desa Adat/Pekraman, juga kelembagaan yang muncul atau yang didorong keberadaannya dari motif ekonomi, budaya, kesehatan, pendidikan dan sosial politik. Kelembagaan dari pemerintahan Desa antara lain, Pemerintah Desa, BPD, LPM, PKK desa, PKK dusun. Dari ekonomi, misalnya, koperasi, LPD, kelompok usaha kecil, kelompok tani, gabungan kelompok tani (Gapoktan).
Struktur perekonomian Desa Aan masih bercorak agraris yang menitikberatkan pada sektor pertanian. Hal ini didukung oleh penggunaan lahan pertanian masih mempunyai porsi yang terbesar sebanyak kurang lebih 70 % dari total penggunaan lahan desa. Juga
60% mata pencaharian penduduk
menggantungkan hidup pada sektor pertanian. Pada sektor ini komoditi yang menonjol sebagai hasil andalan adalah padi. Beberapa sektor ekonomi yang tergolong economic base dan menonjol di samping sektor pertanian adalah peternakan, perikanan, perkebunan, perdagangan, serta industri rumah tangga. Pada sektor pertanian di Desa Aan yang menonjol adalah Padi, Palawija, sayur hijau, dan juga bunga pacah. Disektor Peternakan yang banyak dipelihara warga masyarakat yaitu ternak Sapi, Babi, Kambing, Itik, dan Ayam, baik ayam kampung maupun broiler.
Sedangkan sektor perikanan yang ada di desa Aan berupa Lele, Nila dan Udang. Hasil Perkebunan yang dihasilkan adalah Kelapa, Coklat, Pisang, Cengkeh, Kopi dan Durian. Pada wilayah perkebunan saat ini juga banyak diusahakan tanaman kehutanan seperti kayu Sengon, Kayu Jati, dan Kejimas. Pada sektor perdagangan di Desa Aan fasilitas pasar yang ada yaitu pasar desa 1 buah, namun kondisinya belum begitu ramai dan juga pasar banjar, yaitu dibanjar Pasek. Pada sektor industri rumah tangga dan
pengolahan termasuk didalamnya adalah kerajinan, ukir, jahit serta pengolahan hasil pertanian maupun perkebunan. Pada sektor jasa,
yang menonjol adalah tumbuhnya
lembaga/institusi keuangan mikro berupa Koperasi, LPD, program CBD, sebagai pendukung ekonomi desa. Hal ini diharapkan akan membawa dampak positif dalam perkembangan ekonomi desa secara keseluruhan. Disamping itu sektor jasa yang lain adalah angkutan umum pedesaan.
Beberapa potensi yang ada telah dicoba dikembangkan seperti Koperasi Unit Desa (KUD) yang bergerak dibidang usaha simpan pinjam, usaha dagang dan gabungan kelompok tani (Gapoktan) sebagai motor penggerak badan usaha desa (Bumdes). Adanya badan usaha desa diharapkan mampu menjadi salah satu penggerak perekonomian masyarakat dengan memanfaatkan sumberdaya manusia dan sumber daya alam yang ada di Desa Aan. Namun upaya yang dibangun oleh Pemerintah Desa untuk membangun KUD di Desa Aan ini menemui berbagai kendala, yaitu; (1) tingkat pendidikan masyararakat pengelola yang sebagian besar belum memiliki kualifikasi pendidikan/keterampilan yang memadai, (2) sebagain besar pengelola KUD belum memiliki kemampuan pola manajemen usaha yang memadai, (3) sebagian besar pengelola KUD belum memiliki kemampuan dan keterampilan untuk mengoperasikan teknologi komputer, (4) sebagian besar pengelola KUD belum memiliki
kemampuan untuk membuat laporan
pertangungjawaban keuangan yang memadai, (5) belum tampak kesiapan yang memadai para aparat desa dalam melakukan pendampingan, dan (6) belum tampak sinergisitas antar program yang mampu memberdayakan masyarakat secara komprehensip. Sehingga cenderung bersifat sektoral, cenderung dilakukan untuk memenuhi tuntutan “projek/administrasi”, masih minim proses pemberdayaan dan penguatan pada keterampilan masyarakat, jaminan keberlanjutan program dan dampak program terhadap
peningkatan keterampilan serta kemampuan ekonomi masyarakat.
Sebagai desa yang memiliki sumber daya alam (SDA) dan sumber daya manusia (SDM) yang sangat potensial, Desa Aan berniat untuk mengembangkan desa Aaan sebagai desa wisata berbasis ekonomi kerakyatan. Hal ini sejalan dengan hasil wawancara dengan Kepala Desa Aan bapak I Wayan Wira Adnyana, bahwa desa Aan memiliki potensi dalam mengembangkan desa Aan sebagai desa wisata dengan memanfaatkan potensi alam yang ada menjadi pilar-pilar pendukung ekonomi kerakyatan sebagai pondasi pengembangan Desa Aan sebagai desa wisata.
Desa Aan sebagian besar penduduknya bermata pencaharian pada sektor pertanian dan perkebunan, hasil perkebunan yang tergolong banyak adalah kelapa. Sampai saat ini sebagian besar buah kelapa dijuan mentah atau dalam bentuk kopra yang harganya tergolong murah yaitu Rp. 2.000,- per kilo kopra. Halini sangat menyurutkan minat masyarakat untuk berkebun kelapa. Padahal buah kelapa dapat diolah menjadi
VCO yang memiliki harga yang cukup pantastik yaitu Rp. 2.500,- per mL. Ada salah satu kelompok Ibu-ibu PKK yang sedang berusaha mengembangkan VCO namun hasilnya belum maksimal karena suhu udara yang cenderung dingin sehingga VCO yang dihasilkan tidak maksimal. Kelompok ini adalah kelompok Sari Amerta yang beranggotakan 20 orang.
Berdasarkan hal tersebut diatas, terdapat permasalahan yang harus segera ditangani guna meningkatkan hasil VCO yang sebagai usaha ibu-ibu PKK untuk menopang ekonomi keluarga. Berdasarkan pada permasalahan tersebut, tampaknya kegiatan yang layak diprogramkan yaitu: pelatihan dan pendampingan penggunaan alat pemanas otomatis untuk mengoptimalkan produksi VCO, pada kegiatan ini kelompok yang akan digunakan sebagai pilot project adalah kelompok “Sari Amerta”. Hal ini dilakukan karena dari keterangan bapak kepala desa, diantara kelompok ibu-ibu PKK yang ada di desa Aan kelompok tani “Sari Amerta” termasuk paling kompak.
METODE
Pelaksanaan kegiatan pengabdian mayarakat ini akan dilakukan dengan dua metode yaitu pelatihan dan pendampingan. Pada pelatihan pembuatan VCO dengan bantuan alat pemanas otomatis dilatihkan cara menggunakan alat
pemanas otomatis dalam rangkan
mengoptimalkan produksi VCO. Peserta kegiatan pelatihan tesebut merupakan ibu-ibu PKK anggota kelompok Sari Amerta. Semua peserta sangat antusias mengikuti kegiatan tersebut. Diawali dengan mengenalkan alat tersebut kepada para peserta dan dilanjutkan dengan melatih
menggunakaa alat pemanas otomatis sampai para peserta paham cara penggunaan alat tersebut. Setelah dirasa para peserta paham dengan cara menggunakan alat pemanas tersebut baru dilanjutkan dengan proses pembuatan VCO yang diawali dengan proses pembuatan santan dari kelapa yang sudah tua. Setelah santan disaring dan ditempatkan dalam satu wadah baru di tempatkan didalam alat pemanas yang sudah disiapkan. Setelah selesai pelatihan dilakukan pendampingan sebanya 3 kali dalam penggunaan alat pemanas otomatis oleh ibu-ibu PKK.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Kegiatan pelatihan ini melibatkan 3 orang dosen: 1 orang ketua dan 2 orang anggota yang memiliki kualifikasi dan kompetensi sesuai
dengan kegiatan pengabdian masyarakat yang dilakukan. Kegiatan ini dilaksanakan pada bulan Juni 2020 diikuti oleh ibu-ibu PKK yang
berjumlah 15 orang dan merupakan anggota kelompok sari amerta yang memproduksi minyak VCO untuk kebutuhan membuat sabun kelle. Para peserta tampak sangat senang dengan adanya alat pemanas otomatis tersebut karena pada saat cuaca mendung atau hujan biasanya mereka tidak dapat membuat VCO karena mereka mengandalkan sinar matahari dalam membuat VCO. Namun dengan adanya alat pemanas otomatis ini. Kelompok pengrajin VCO ini dapat tetap memproduksi VCO walau dalam kondisi hujan sekalipun. Kegiatan pelatihan ini diawali dengan memperkenalkan alat pemanas kepada ibu-ibu peserta dan selanjutnya dilatih cara menggunakan alat tersebut. Setelah ibu-ibu tersebut paham cara menggunakan alat, baru dilanjutkan denga
pelatihan membuat VCO dengan menggunakan alat pemanas tersebut yang diawali dengan proses pembuatan santan dan selanjutnya santan tersebut ditaruh didalam alat pemanas tersebut. Kemudian suhu didalam ruang alat disetel pada suhu 390 Celcius. Namun hasilnya kurang memuaskan karena VCO yang dihasilkan sangat sedikit. Setelah dilakukan pendampingan dan suhu dinaikkan menjadi 420 Celcius baru bisa menghasilkan VCO yang optimal. Adapun pelaksanaan kegiatan tersebut seperti foto berikut.
Gambar 1. Alat pemanas otomatis Gambar 2. Pelaksanaan Kegiatan
Gambar 3. Proses pemerasan santan Gambar 4. Persiapan menaruh santan kedalam alat
SIMPULAN
Kegiatan pelatihan pemanfaatan alat pemanas otomatis ini dapat dilakukan dengan lancer dan diikuti oleh ibu-ibu PKK anggota kelompok Sari Amertha yang berjumlah 15 orang. Pelatihan ini dilakukan dalam satu hari dan dilanjutkan dengan pendampingan sebanyak 3 kali. Pada saat
pelatihan dimana suhu didalam ruang alat disetel 390 Celcius ternyata VCO yang dihasilkan sangat sedikit. Namus setelah suhu dinaikkan menjadi 420 Celcius pada saat pendampingan baru bisa menghasilakn VCO secara optimal. Dari kegiatan ini dapat disimpulkan bahwa untuk dapat
menghasilkan VCO secara optimal maka alat pemanas otomatis ini harus disetel pada suhu 420
Celcius.
DAFTAR RUJUKAN
Andi Nur A. S. 2005.Virgin Coconut Oil, Minyak Penakluk Aneka Penyakit. Agromedia pustaka.
Barlina R, Danny T. 2018. Diversifikasi Produk
Virgin Coconut Oil (VCO).
Ejurnal.litbang.pertanian. go.id. Diakses pada tanggal 18 September 2020. Era Purwanto, dkk. 2019. Pengaturan Otomatis.
Salemba Teknika.
Handoko, OT., Nurfauzia S., 2017. Virgin Coconut Oil, Minyak Ajaib yang Multifungsi. Diakses pada tanggal 18 September 2020.
Yulisdin M. Any K. Y., Pemanas dengan Sistem Pendeteksi Suhu Otomatis dan
Pengaman Kebocoran Panas
http://repository.gunadarma.ac.id/peman as dengan sistem pendeteksi suhu otomatis dan pengaman kebocoran panas. Diakses pada tanggal 18 September 2020.