16
KONSELING KOMUNITAS
A. Definisi Konseling Komunitas
A.1.Konseling
Pengertian konseling secara umum adalah “…hubungan timbal balik antara dua individu yaitu, konselor yang berusaha menolong serta membimbing dan konseli yang membutuhkan bimbingan untuk mengatasi persoalan yang dihadapinya.”1
Secara etimologi, Van Beek dalam Engel memberikan definisi Konseling berasal dari bahasa Inggris to Counsel artinya memberi arahan.2 Kemudian Wiryasaputra menambahkan, bahwa konseling adalah sebuah kata benda yang berasal dari kerja bahasa Inggris kuno “Counsil” atau dalam bahasa Perancis “consil” kata kerja tersebut berasal dari kata Latin “Consilium” atau “consulere” yang berarti ”merundingkan” atau “memberi nasihat”.3
Konseling adalah proses memusatkan perhatian pada klien untuk memberikan pertolongan secara psikologis.4 John McLeod, mendefinisikan konseling adalah bentuk pertolongan yang memiliki fokus terhadap kebutuhan dan tujuan hidup seseorang.5
1
Garry R. Collins, Konseling Kristen yang Efektif (Malang: SAAT, 1989), 13.
2
Jacob Daan Engel, Pastoral dan Kebutuhan Dasar Konseling (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2016), 1.
3
Totok S. Wiryasaputra, Pengantar Konseling Pastoral (Yogyakarta: Diandra Pustaka Indonesia, 2014), 74.
4
Aart Martin Van Beek, Konseling Pastoral Sebuah buku Pegangan Bagi Para Penolong di Indonesia, (Semarang: Satya Wacana, 1992), 3.
5
John McLeod, Pengantar Konseling Teori dan Studi Kasus (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2006), 43.
Berdasarkan pendapat tersebut, konseling memposisikan konselor selalu menjalin relasi dengan sesamanya dan memberikan pertolongan secara psikologis pada kebutuhan terkait permasalahan konseli. Menanggapi hal tersebut, Engel mendefinisikan bahwa konseling adalah proses pertolongan antara seorang penolong (konselor) dan yang ditolong (konseli) dengan maksud meringankan penderitaan bahkan memberdayakan konseli.6 Selain itu, konseling adalah proses perjumpaan eksistensial artinya perjumpaan pertolongan antara dua orang sebagai subyek, yakni konselor dan konseli, dimana terjadi proses interelasi, interaksi dan intertransaksi yang berkesinambungan antara konselor dan klien.7 Selanjutnya Wiryasaputra mengungkapkan bahwa proses perjumpaan eksistensial tersebut memiliki tujuan yaitu untuk menolong klien agar dapat menghayati keberadaannya dan pengalamannya secara penuh dan utuh, artinya “penuh” terkait dengan kerangka waktu yang diperlukan oleh klien untuk pengalaman dan cerita hidupnya, sedangkan “utuh” terkait seluruh isi keberadaan, pengalaman, perasaan yang harus dialami oleh klien.8 Kemudian proses perjumpaan yang dilakukan tahap demi tahap klien diharapkan dapat menolong dirinya sendiri dalam menyelesaikan masalahnya pada masa kini dan yang akan datang, selain itu klien juga dapat menolong orang lain dalam menyelesaikan masalah.9
Dengan demikian, dari pengertian secara etimologis terkait dengan definisi konseling tersebut di atas, penulis memberikan kesimpulan bahwa konseling adalah sebuah proses perjumpaan komunikasi secara eksistensial yang
6
Jacob Daan Engel, Pastoral dan Kebutuhan Dasar Konseling… 2.
7
Totok S. Wiryasaputra, Pengantar Konseling ....64.
8
Totok S. Wiryasaputra, Pengantar Konseling Pastoral… 64.
dilakukan oleh dua atau lebih manusia yang merupakan subjek, yaitu yang bertindak sebagai penolong disebut konselor dan yang ditolong adalah konseli (klien). Dalam proses perjumpaan tersebut, konselor memusatkan perhatian kepada klien serta memberikan pertolongan secara psikologis dengan maksud untuk meringankan penderitaan klien, bahkan lebih dari itu agar klien dapat menghayati keberadaannya secara totalitas, sehingga akhirnya klien dapat menolong dirinya sendiri dan mengambil sebuah keputusan yang konkret terhadap permasalahan yang dialaminya.
A.2. Komunitas
Secara umum pengertian komunitas adalah kelompok organisme (orang) yang hidup dan saling berinteraksi di dalam daerah tertentu; masyarakat; paguyuban.10 Menurut Cholil Mansyur,11 kata “komunitas” berasal dari bahasa Latin Cum artinya kebersamaan; munus ialah memberi antara satu dengan lainnya. Komunitas berarti sekelompok individu atau orang yang saling berbagi satu dengan lainnya. Berbagi di maksud ialah berbagi masalah, berbagi perhatian, kegemaran. Kemudian menurut Lewis kata komunitas berarti hal yang berbeda untuk orang yang berbeda, terkait dengan hal tersebut komunitas merupakan sekelompok orang atau masyarakat dalam keanekaragaman seperti budaya, etnis atau ras tinggal disuatu tempat.12 Komunitas yang dimaksudkan oleh Lewis dalam hal ini kelompok atau kumpulan orang yang memiliki kesamaan
10
Kamus Besar Bahasa Indonesia, sv “Komunitas”
11
M. Cholil Mansyur, Sosiologi Masyarakat Kota dan Desa (Surabaya: Usaha Nasional, n.d), 69.
12Judith A. Lewis, Michael D. Lewis, Judy A. Daniels, Michael J. D’Andrea,
Counseling Community a Multicultural Social Justice Perspective, Fourth Edition (Belmont: Brooks Cole, 2011), 10.
kepentingan dan kebutuhan.13 Kelompok tersebut dapat berupa keluarga dan lingkungan seperti sekolah, rumah sakit, koperasi, kantor, tempat kerja dan seterusnya. Dengan demikian seseorang dapat memiliki lebih dari satu komunitas pada suatu waktu tertentu. Berdasarkan pengertian tersebut di atas, penulis menyimpulkan bahwa komunitas adalah kumpulan sekelompok orang yang hidup dan tinggal pada suatu tempat atau daerah, sehingga terjadi interaksi antara individu yang beranekaragam etnis atau ras, sosial, budaya, dengan kebutuhan, kepercayaan, kegemaran, sumber daya yang sama. Selanjutnya dalam kelompok tersebut, terdapat sebuah visi kedepan yang dikerjakan secara bersama.
Adapun dalam penelitian ini penulis menggunakan istilah komunitas dan bukan Masyarakat dengan alasan sebagaimana Mansyur menjelaskan community dan society.14 Pertama: (Community) komunitas, memiliki faktor-faktor yaitu: a) lokalitas (tempat tinggal) artinya komunitas menempati suatu daerah tertentu dan terbentuk oleh ikatan solidaritas yang kuat, b) sentiment community (perasaan komunitas) artinya memiliki perasaan yang sama, senasib sepenanggungan, merasa orang dalam, perasaan saling tolong menolong, dan seterusnya. Kedua: (society) masyarakat atau hubungan sosial, memiliki faktor-faktor yaitu: hasrat sosial, hasrat meniru, hasrat berjuang, hasrat bergaul, hasrat untuk mencari tahu, hasrat mendapat kebebasan. Selain itu ada juga dorongan seksual, untuk menyumbangkan keturunan dan mencari kekuatan bersama. Dengan demikian, berdasarkan pendapat tersebut, penulis memilih arti komunitas karena teori yang digunakan ini adalah Counseling Community a Multicultural Social Justice Perspective.
13
Judith A. Lewis, Michael D. Lewis Community Counseling A Multicultural… 10.
14
A.3. Konseling Komunitas
Berdasarkan etimologi tentang konseling dan komunitas di atas, penulis menyimpulkan bahwa konseling komunitas adalah sebuah proses perjumpaan komunikasi secara eksistensial yang dilakukan konselor pada sebuah komunitas orang yang hidup dan tinggal pada suatu daerah, terjadi interaksi antara individu yang beranekaragam etnis atau ras, sosial, budaya, dengan kebutuhan, kepercayaan, kegemaran, sumber daya yang sama. Dalam proses perjumpaan tersebut, konselor memusatkan perhatian kepada komunitas serta memberikan pertolongan secara psikologis dengan maksud untuk meringankan penderitaan konseli. Bahkan lebih dari itu agar konseli dapat menghayati keberadaannya secara totalitas, sehingga akhirnya konseli dapat menolong dirinya sendiri dan mengambil sebuah keputusan yang konkret terhadap permasalahan yang dialaminya.
Konseling komunitas didirikan pada tahun 1995 di North Yorkshire dan menyediakan berbagai layanan terhadap pendidikan orang dewasa dan masyarakat pada umumnya.15 Gerald Corey menjelaskan.16 Seorang ahli dalam konseling komunitas mencoba membantu peserta untuk menyelesaikan kembali permasalahan hidup yang umum dan sulit seperti: permasalahan pribadi, sosial, belajar/akademik, dan karir. Konseling komunitas atau kelompok lebih memberikan perhatian secara umum pada permasalahan-permasalahan jangka pendek dan tidak terlalu memberikan perhatian pada treatmen gangguan perilaku
15Andika Ari Saputra “Peran Konselor dalam memberikan Layanan Konseling Komunitas
bagi Korban Bencana Alam di Indonesia” Prosiding Seminar Nasional ”Konseling Krisis”
(Jogyakarta: Universitas Ahmad Dahlan, Agustus 2016), 18
16
Gerald Corey, Theory And Practice of Group Counseling, Eighth Edition (Belmont: Brooks Cole, 2010), 2-3.
dan psikologis. Konseling kelompok memfokuskan diri pada proses interpersonal dan strategi penyelesaian masalah yang berkaitan dengan pemikiran, perasaan, dan perilaku yang disadari. Selanjutnya menurut Lewis,17 bahwa asumsi ini mengarah pada sebuah definisi secara komprehensif dari peran konselor komunitas. Konseling komunitas adalah sebuah bantuan kerangka kerja komprehensif yang didasarkan pada komunitas, kompetensi multikultural dan berorientasi atas keadilan sosial sehingga terjadi perkembangan yang sehat pada komunitas tersebut. Definisi ini memerlukan program terkait dengan konseling komunitas seperti berikut: a) dalam memfasilitasi pembangunan manusia, b) memberikan intervensi langsung dengan klien dan anggota komunitas serta, c) memfasilitasi pengembangan masyarakat dengan menggunakan advokasi intervensi, untuk membangun lingkungan yang positif dan memecah hambatan dari luar untuk kesejahteraan klien. Oleh sebab itu, terkait dengan definisi tersebut, maka pelaksanaan Konseling komunitas dalam penelitian ini terbatas pada komunitas suku dayak yang menempuh pendidikan di STT Simpson Ungaran.
B. Tujuan Konseling Komunitas
George & Cristiani dalam Gunarsa merumuskan tujuan konseling yaitu bahwa konseling berhubungan dengan tujuan menolong orang lain dalam menentukan pilihan dan tindakannya, sehingga terjadi proses belajar yang menyebabkan terjadinya perubahan dan perkembangan kepribadian.18 Selanjutnya
17
Judith A. Lewis, Michael D. Lewis Community Counseling A Multicultural… 19.
18
Singgih D. Gunarsa, Konseling dan Psikoterapi (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2017), 21.
dari pendapat tersebut, Andika menulis terkait dengan tujuan layanan konseling komunitas yaitu memperhatikan keadaan individu dan kelompok dalam setiap pelaksanaannya. Selain itu konseling komunitas memberikan bantuan bagi individu maupun kelompok masyarakat yang memerlukan layanan secara fisik dan psikologis untuk memperbaiki keadaan komunitas atau masyarakat.19 Selanjutnya Lewis mengungkapkan bahwa salah satu tujuan konseling komunitas ialah menggali potensi individu maupun komunitas untuk mengintervensi kemampuan mereka yang dapat aplikasikan melalui pendekatan-pendekatan sesuai dengan kondisi komunitas, intervensi kemampuan dimaksud ialah mencakup melakukan pemberdayaan masyarakat atau komunitas.20
Dengan demikian, menurut penulis berdasarkan kedua pernyataan tersebut, tujuan konseling komunitas adalah supaya anggota dalam komunitas dapat berpikir cerdas dan kreatif dalam kegiatan komunitas terutama saat menghadapi masalah, situasi stress, serta mampu menjalin hubungan komunikasi dengan lingkungan diluar komunitas. Selanjutnya memiliki kontribusi dalam perubahan lingkungan serta mampu berpikir positif. Ketika anggota komunitas mengalami hal tersebut maka ia juga dapat berfungsi sebagai konselor dalam mengarahkan orang-orang di sekitarnya.
C. Fungsi Konseling Komunitas
Fungsi konseling secara umum ialah untuk membantu klien supaya dapat memiliki konsep diri yang benar. Sebuah asumsi muncul bahwa perkembangan
19Andika Ari Saputra “Peran Konselor dalam memberikan Layanan Konseling
Komunitas… 19
20
Judith A. Lewis., Michael D. Lewis., Judy A. Daniel Community Counseling: AMulticultural-Social, Justice Perspective. (Belmont, USA: Brooks/Cole, 2010), 92.
pribadi dan komunitas merupakan perkembangan yang tak terpisahkan. Dengan demikian, konselor perlu memperhatikan beberapa hal terkait fungsi konseling komunitas, sebagaimana yang diungkapkan oleh Lewis adalah sebagai berikut:21 a) Memfasilitasi Pembangunan Manusia: Strategi Terfokus; b) Memfasilitasi Pembangunan Manusia: Strategi Berbasis Luas; c) Memfasilitasi Pengembangan Masyarakat: Strategi Terfokus; d) Memfasilitasi Pengembangan Masyarakat: Strategi Berbasis Luas.
C.1. Memfasilitasi Pembangunan Manusia: Strategi Terfokus.
Fungsi pertama dari konseling komunitas ialah untuk memfasilitasi pembangunan manusia. Konseling komunitas memperhatikan semua bidang kehidupan, baik lingkungan masyarakat atau komunitas maupun individu yang ada dalam komunitas tersebut. Lewis menjelaskan bahwa,22 strategi yang terfokus untuk memfasilitasi pembangunan manusia tidak hanya mencakup konseling berbasis kantor saja tetapi perlu kegiatan penjangkauan, artinya konselor harus melihat persoalan yang dihadapi oleh individu atau manusia di dalam komunitas tersebut. Selanjutnya konselor mengetahui bahwa orang mengalami masa-masa sulit dalam kehidupan mereka dimana mereka menghadapi masalah yang menyebabkan stres. Lewis menambahkan bahwa sumber kesusahan yang di alami oleh orang dalam komunitas mungkin saja berasal dari situasi krisis atau pengalaman langsung tentang penindasan atau mengalami marginalisasi.23
21
Judith A. Lewis., Michael D. Lewis., Judy A. Daniel Community Counseling: AMulticultural-Social, Justice Perspective. (Belmont, USA: Brooks/Cole, 2010), 15-18.
22
Judith A. Lewis., Michael D. Lewis., Judy A. Daniel Community Counseling,... 16.
23
Dari kasus tersebut konselor menggunakan metode penjangkauan yang aktif yaitu memastikan bahwa manusia dalam komunitas mengalami kesulitan mendapatkan bantuan. Menangani situasi ini, Lewis mengambil contoh kasus ketika bencana tornado menghancurkan rumah konseli.24 Dalam hal ini Lewis berpendapat bahwa penting layanan konseling komunitas membantu konseli untuk mengatasi stres, memahami situasi serta reaksi mereka, meninjau kembali pilihan mereka, menangani emosional, serta mencegah efek kesehatan mental yang berkepanjangan.
C.2. Memfasilitasi Pembangunan Manusia: Strategi Berbasis Luas.
Fungsi selanjutnya ialah memfasilitasi pembangunan manusia artinya konselor komunitas melatih semua anggota yang ada dalam komunitas. Lewis menjelaskan,25 bahwa tindakan pencegahan memungkinkan konselor untuk mendidik atau melatih anggota komunitas pada umumnya. Konselor pada kondisi tertentu memberikan intervensi atau pelatihan secara langsung kepada komunitas, namun intervensi atau pelatihan ini berkembang karena ditawarkan kepada anggota komunitas yang melakukannya tanpa harus mereka menghadapi masalah. Dengan demikian, Tujuan dari Strategi berbasis luas dengan memfasilitasi pembangunan manusia adalah untuk membantu anggota komunitas mendapatkan pengetahuan, serta keterampilan baru yang bermanfaat untuk menghadapi tantangan yang belum diketahui dalam kehidupan mereka. Konselor
24
Judith A. Lewis., Michael D. Lewis., Judy A. Daniel Community Counseling, 17.
25
meningkatkan kesadaran akan tantangan hidup dan mengembangkan keterampilan yang dapat membantu komunitas mengatasi tantangan ini dengan lebih kompeten. Program seperti ini dapat mengembangkan kemampuan anggota komunitas untuk menjalankan keseluruhan nilai hingga pelatihan, ketegasan, dalam pengambilan keputusan, serta perencanaan kehidupan dalam pemahaman lintas budaya. Selanjutnya, konselor telah mengembangkan teknik, konsep, dan bahkan garis besar saja. Merupakan tantangan bagi praktisi adalah menerapkan program, teknik, dan konsep di antara berbagai individu dalam komunitas, dengan menggunakan tindakan preventif konselor memenuhi kebutuhan komunitas. C.3. Memfasilitasi Pengembangan Masyarakat: Strategi Terfokus.
Dalam banyak situasi, pendekatan fokus pemberdayaan konselor sangat dibutuhkan untuk mempersiapkan klien untuk menjadi pendukung mereka sendiri. Seringkali, individu konseli atau keluarga membutuhkan suara tambahan untuk berbicara atas nama mereka.26 Dengan demikian, pendampingan merupakan bagian integral dari proses konseling. Saat konselor menjadi sadar akan faktor eksternal yang bertindak sebagai penghalang bagi pembangunan diri, mereka mungkin memilih untuk merespons melalui pendampingan. Peran pendampingan kepada konseli sangat penting saat individu atau kelompok rentan tidak memiliki akses terhadap layanan yang sangat dibutuhkan. Lewis memberikan Keluarga Townsend sebagai contoh kasus di mana kompleksitas yang terlibat dalam mengakses layanan mungkin memerlukan bantuan tambahan,27 antara Townsend
26
Judith A. Lewis., Michael D. Lewis., Judy A. Daniel Community Counseling, ...18.
27
dan kesejahteraan mereka mungkin terlalu besar untuk diatasi tanpa bantuan. Selanjutnya, keluarga ini membutuhkan sosial, ekonomi, karir, pendidikan, dan krisis.
Ketika konselor mengidentifikasi faktor sistemik yang bertindak sebagai penghalang bagi mereka pengembangan konseli atau klien, konselor sering berharap bisa melakukannya mengubah lingkungan dan mencegah beberapa masalah yang mereka lihat setiap hari. Konselor yang memandang diri mereka sebagai agen perubahan serta memahami prinsip-prinsip perubahan sistemik mampu mewujudkan keinginan ini.
C.4. Memfasilitasi Pengembangan Masyarakat: Strategi Berbasis Luas.
Berdasarkan pengalaman konselor komunitas dalam melaksanakan pendampingan akan mempengaruhi kliennya. Hal ini merupakan langkah yang diperlukan untuk mengenali pendampingan kepada komunitas di tingkat yang lebih luas. Lewis mengungkapkan:28 konselor secara teratur bertindak sebagai agen perubahan dalam sistem yang mempengaruhi siswa dan klien mereka sendiri secara langsung. Pengalaman ini sering mengarah pada pengakuan dan beberapa kekuatiran yang mereka hadapi ditujukan untuk mempengaruhi orang di arena yang jauh lebih besar. Bila hal ini terjadi, konselor menggunakan keterampilan mereka untuk melakukan pendampingan sosial atau politik.
Selanjutnya, kompetensi dalam arena publik yang lebih luas berfokus pada kemampuan konselor membedakan masalah yang paling dapat diselesaikan melalui sosial/politik tindakan dan mengidentifikasi mekanisme, serta cara
28
penanganan yang tepat terhadap masalah ini.29 Berdasarkan pendapat tersebut, Konselor komunitas atau masyarakat dapat secara unik memenuhi syarat untuk mengenali dan bertindak kebutuhan akan perubahan, yaitu: Pertama, praktik konseling komunitas membuat konselor khususnya peka terhadap masalah lingkungan yang mempengaruhi perkembangan manusia. Kedua, Sifat profesi konseling sendiri berarti bahwa konselor memiliki pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan untuk berkomunikasi tentang perlunya perubahan dan untuk memulai tindakan kolaboratif.
D. Pendekatan Konseling Komunitas
Dalam melaksanakan tugas konseling yang begitu kompleks, seorang konselor pasti berhadapan dengan berbagai latarbelakang budaya yang berbeda. Dengan demikian menanggapi situasi ini, konselor memerlukan sebuah pendekatan yang efektif dan efisien. Terkait dengan konseling komunitas, pendekatan yang dilakukan oleh Lewis yaitu pendekatan Multikultural atau multibudaya.30 McLeod berpendapat, Pendekatan Multikultural adalah pendekatan integratif yang diambil dari berbagai ide dan teknik yang berasal dari teori konseling yang telah ada dan menyatukannya dalam sebuah model praktik yang berpengetahuan kultur serta peka kultur.31 Pendekatan Multikultural atau multibudaya, hal ini berkembang setelah pengaruh etnosenstrisme mulai memudar sehingga para ahli menyadari terjadinya konseling dalam konteks banyak budaya.
29
Judith A. Lewis., Michael D. Lewis., Judy A. Daniel Community Counseling, ...19.
30
Judith A. Lewis., Michael D. Lewis., Judy A. Daniel Community Counseling.... 11.
31
John McLeod, Pengantar Konseling Teori dan Studi Kasus (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2006), 300.
Hal ini terjadi sekitar tahun 1960-an sampai 1970-an.32 Selanjutnya, dalam pendekatan ini ada beberapa kelas variabel yang menjadi panduan konseptual ketika proses konseling yaitu: reaksi terhadap tekanan sosial, pengaruh budaya mayoritas, pengaruh budaya tradisional.33 Demikian juga Palmer menegaskan:34 bahwa kunci keberhasilan konseling ialah penilaian yang tepat terhadap pengalaman-pengalaman budaya tradisional sebagai suatu sumber perkembangan individu. Budaya tradisional yang dimaksud disini ialah segala pengalaman yang dialami oleh tiap individu dalam perkembangan, baik secara disadari maupun tidak. Karena itu kekuatan pendekatan ini terletak pada kemampuan menganalisa nilai-nilai budaya tradisional yang dimiliki oleh individu. Kemudian Indah Lestari dalam Seminar Nasional “Konseling Berbasis Multikural” UNNES Semarang, menambahkan bahwa penerapan konseling multikultural mengharuskan konselor peka dan tanggap terhadap perbedaan dan keragaman budaya antara konselor dan klien.35
Kemudian Ramirez, Dyche; Holland; dan Ridley dalam McLeod menjelaskan,36 pendekatan multikultural dapat menggunakan bentuk penyampaian yang beragam, mulai dari individu, pasangan, keluarga atau kelompok dan memanfaatkan intervensi tertentu, dalam tiap kesempatan, konselor harus terus-menerus mempertimbangkan kesesuaian kultural dari apa yang ditawarkannya.
32
Totok S. Wiryasaputra Konseling Antarbudaya Konteks Indonesia (Yogyakarta: Grafika Indah, 2009), 36-37.
33
Supriyatna, M. Bimbingan dan Konseling Berbasis Kompetensi, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2011), 170.
34
Stephen Palmer & Pittu Laungani, Counseling In a Multicultural Society (London: Sage Publisher, 2008), 97-98.
35Indah Lestari, “Konseling Berbasis Multikultural”
Seminar Nasional, Bimbingan dan Konseling FIP UNNES, (Semarang: 2015) :103-104.
36
Konseling komunitas dengan Pendekatan multibudaya ini tidak asal mengambil secara asal pendekatan aliran pada umumnya dalam konseling, melainkan hanya mengambil yang diperlukan dari semua pendekatan tersebut. Selanjutnya, pendekatan multikultural juga di sebut pendekatan integratif karena menggunakan teori kultural dasar sebagai landasan untuk memilih ide dan teknik konseling. Menurut Engel dalam bukunya Konseling Pastoral dan Isu-isu Kontemporer,37 menjelaskan, pendekatan integratif adalah bentuk pelayanan secara utuh dan menyeluruh yang diberikan kepada orang yang mengalami sakit, gangguan jiwa dan frustasi, ketegangan dan gangguan dalam relasi baik secara horizontal maupun vertikal, secara fisik, mental, sosial maupun spiritual. Kemudian, pendekatan multikultural menurut Lewis ada beberapa bidang utama, yaitu: (1) Kesadaran Konselor terhadap nilai dan bias budaya, (2) Kesadaran konselor tentang pandangan dunia konseli, (3) Strategi intervensi yang sesuai secara budaya dalam hal: sikap dan keyakinan, pengetahuan, dan keterampilan.38 Dari penjelasan tersebut pendekatan multikultural atau pendekatan integrasi adalah pendekatan yang menggunakan lebih dari satu metode yang digabungkan.
D.1. Kesadaran konselor terhadap nilai dan bias budaya.
Berbicara mengenai kesadaran akan nilai dan bias budaya komunitas, Sue dalam Lewis menjelaskan bahwa seorang konselor yang aktif dalam konseling secara budaya menyadari asumsinya sendiri tentang perilaku, nilai, bias, Praduga serta keterbatasan konselor dalam memahami budaya konseli. Konselor
37
J.D. Engel, Konseling Pastoral dan Isu-isu Kontemporer (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2016), 18.
38
dalam melaksanakan tugasnya harus bersifat objektif, sebab dalam komunitas terdapat anekaragam perilaku, nilai dan bias budaya yang terintegrasi.39 Selanjutnya dengan strategi multibudaya ini, konselor komunitas mengakui perbedaan kebudayaan lain, namun konselor sendiri tidak membuat generalisasi serta menganggap seolah-olah komunitas memiliki budaya yang sama, melainkan melihat integrasi budaya yang ada sebagai sebuah realita yang terjadi dalam komunitas.40 Kemudian Ramirez dalam McLeod menjelaskan,41 konseling multikultural mencakup isu konkret dan praktis, misalnya membahas kehidupan sehari-hari dan seterusnya. Berdasarkan pendapat di atas, penulis menyimpulkan bahwa pendekatan multibudaya atau multikultural merupakan pendekatan yang melihat kepada budaya konseli secara objektif, konkret dan praktis serta menyadari akan perbedaan antara budaya konselor dan konseli.
D.2. Kesadaran konselor tentang pandangan dunia konseli
Seorang konselor yang melakukan konseling pada komunitas seharusnya memiliki kesadaran tentangan pandangan konseli dalam hal ini komunitas tentang dunia (world view), pandangan dunia disini berkaitan dengan pandangan mengenai alam sekitar. Lewis menjelaskan bahwa seorang konselor yang aktif mencoba memahami pandangan dunia klien yang berbeda dengan dirinya secara budaya. Hal ini akan menolong konselor menganalisis masalah yang dihadapi oleh klien.42 Menurut Beek,43 salah satu contoh pandangan hidup orang dayak ialah
39
Judith A. Lewis., Michael D. Lewis., Judy A. Daniel Community Counseling:…
40
Totok S. Wiryasaputra, Konseling Antarbudaya Konteks Indonesia (Yogyakarta: Grafika Indah, 2009), 75.
41
John McLeod, Pengantar Konseling Teori … 286
42
mengenai pandangan mengenai alam lingkungan. Menurut orang dayak tradisional, lingkungan merupakan tempat penuh dengan komponen, manusia adalah salah satu komponen didalamnya. Komponen yang lain dari alam lingkungan sebagai ia sendiri seperti berperasaan, berpikir dan seterusnya alam lingkungan penuh dengan roh-roh dan kekuatan-kekuatan.
D.3. Strategi intervensi yang sesuai dengan budaya: sikap dan keyakinan, pengetahuan, keterampilan.
Dalam menyelesaikan masalah yang dihadpi oleh komunitas, konselor perlu memiliki strategi dan pendekatan yang berbeda untuk menolong mereka. Lewis menjelaskan seorang konselor harus mengembangkan dan mempraktikkan strategi intervensi yang tepat, relevan serta keterampilan sensitif dalam bekerja dengan komunitas yang berbeda secara kultural.44 Konselor mengandalkan pengetahuan, pengalaman, keahlian, analisis dan keterampilan intervensinya. Konselor berperan dan bertumpu pada teknik yang dianggap tepat untuk melaksanakan intervensi.45 Selanjutnya, keterampilan dasar dalam intervensi adalah kemampuan pribadi konselor untuk melibatkan klien dalam menyelesaikan masalah. Berdasarkan pendapat tersebut di atas, dalam pendekatan intervensi seorang konselor dapat menggunakan beberapa aliran pendekatan seperti psikodinamis, transaksional, berpusat pada klien, kemudian berusaha memadukan cara-cara tersebut dalam menangani masalah komunitas secara efektif dan sesuai dengan situasi.
43
Aart Martin van Beek, Konseling Pastoral sebuah buku pegangang Bagi para penolong di Indonesia (Semarang: Satya Wacana, 1992), 118.
44
Judith A. Lewis., Michael D. Lewis., Judy A. Daniel Community Counseling:…11
45
E. Karakteristik Konselor dalam Konseling Komunitas
Dalam konseling komunitas, seorang konselor memiliki karakteristik dalam melaksanakan konseling diharapkan konselor memahami kliennya. McLeod menjelaskan tentang karakteristik Konseling sebagai berikut:46 a) Konselor sebagai asimilator yang mendekatkan secara budaya, b) konselor juga sebagai fasilitator yang memberi perkembangan secara pribadi, c) selanjutnya, konselor penerjemah atau mediator antar budaya, c) konselor sebagai pakar dalam budaya. Corey dalam Engel menjelaskan karakteristik sebagai konselor yang efektif yaitu:47 Konselor memiliki identitas serta menghargai diri sendiri dan terbuka atas perubahan; mengenal dan menerima kekuatan sendiri serta memiliki minat yang tulus terhadap kesejahteraan orang lain; mengalami dan memahami dunia konseli dan menghargai budayanya; memperluas kesadaran diri sendiri dan orang lain.
Berdasarkan pendapat para ahli di atas, maka penulis menyimpulkan: Konselor komunitas yang efektif ialah konselor yang mampu mengasilimasi bahasa, tradisi, budaya, namun ia juga menyadari akan terjadinya bias budaya, konselor memfasilitasi pendekatan secara budaya dan menjadi mediator antar budaya. Selanjutnya konselor memiliki pengetahuan tentang budaya komunitas agar lebih memahami komunitas serta memberikan kesimpulan yang tepat, dan mampu menerapkan serta menyesuaikan keterampilan dalam konseling serta intervensi yang efektif dengan komunitas yang beraneka ragam.
46
John McLeod, Pengantar Konseling Teori … 472.
47
J.D. Engel, Konseling Pastoral dan Isu-isu Kontemporer (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2016), 85.