BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Minat Konseling
1. Pengertian Minat Konseling
a. Minat
Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Ketiga (2007) minat adalah kecenderungan hati yang tinggi terhadap sesuatu, gairah, keinginan. Hurlock (1978) menyatakan bahwa “minat adalah sumber motivasi yang
mendorong orang untuk melakukan apa yang mereka inginkan bila mereka bebas memilih”. Djaali (2011) menyatakan bahwa “minat adalah rasa lebih
suka dan rasa keterikatan pada suatu hal atau aktivitas, tanpa ada yang menyuruh”.
Crow dan Crow, 1989 (dalam Djaali, 2011), mengatakan bahwa “Minat berhubungan dengan gaya gerak yang mendorong seseorang untuk
menghadapi atau berurusan dengan orang, benda, kegiatan, pengalaman yang dirangsang oleh kegiatan itu sendiri”.
menyukai suatu hal daripada hal lainnya, dapat pula dimanifestasikan melalui partisipasi dalam suatu aktivitas. Peserta didik yang memiliki minat terhadap suatu subyek tertentu cenderung untuk memberikan perhatian yang lebih besar terhadap subjek tersebut”.
b. Konseling
Nurihsan (2007) menyatakan bahwa konseling adalah salah satu bentuk hubungan yang bersifat membantu sebagai upaya untuk membantu orang lain agar ia mampu tumbuh ke arah yang dipilihnya sendiri, mampu menyelesaikan masalah yang dihadapinya dan mampu menghadapi krisis-krisis yang dialami dalam kehidupannya.
Prayitno dan Erman (2008) menyatakan bahwa konseling adalah proses pemberian bantuan yang dilakukan melalui wawancara konseling oleh konselor kepada individu yang sedang mengalami sesuatu masalah yang bermuara pada teratasinya masalah yang dihadapi klien.
Latipun (2005) menyatakan bahwa konseling adalah salah satu upaya untuk membantu mengatasi konflik, hambatan, dan kesulitan dalam memenuhi kebutuhan kita, sekaligus upaya peningkatan kesehatan mental.
Hallen (2005) menyatakan bahwa konseling adalah salah satu teknik dalam pelayanan bimbingan dimana proses pemberian bantuan itu berlangsung melalui wawancara dalam serangkaian pertemuan langsung dan tatap muka antara guru pembimbing dengan klien.
Nurihsan (2009) menyatakan bahwa konseling adalah proses belajar yang bertujuan agar peserta didik dapat mengenal diri sendiri, menerima diri sendiri serta realistis dalam proses penyesuaian dengan lingkungannya.
Walgito (2010) menyatakan bahwa konseling adalah bantuan yang diberikan kepada individu unntuk memecahkan masalah kehidupannya dengan cara wawancara dan dengan cara yang sesuai dengan keadaan yang dihadapi individu untuk mencapai kesejahteraan hidupnya.
Berdasarkan uraian diatas, maka dapat disimpulkan minat konseling adalah perhatian lebih besar, rasa suka atau tertarik terhadap kegiatan konseling yang dapat disalurkan melalui partisipasi untuk mendapat bantuan dalam memecahkan masalah dengan cara wawancara melalui tatap muka antara guru pembimbing dengan peserta didik, agar dapat menyelesaikan masalahnya secara mandiri tanpa ada yang mendorong.
2. Aspek-Aspek Minat Konseling
Hurlock (1978) menyatakan bahwa minat mempunyai dua aspek yaitu: 1) Aspek Kognitif
2) Aspek Afektif
Aspek afektif berkembang dari pengalaman pribadi, dari sikap orang yang penting yaitu orang tua, guru, teman sebaya terhadap kegiatan yang berkaitan dengan minat tersebut.
Hurlock (1978) menyatakan bahwa minat tumbuh dari tiga jenis pengalaman belajar yaitu:
1. Dalam belajar coba ralat, dengan cara menemukan sesuatu yang
menarik perhatian.
2. Dalam belajar melalui identifikasi dengan orang yang dicintai atau dikagumi.
3. Melalui bimbingan dan pengarahan seseorang yang mahir menilai kemampuan anak.
Suwardi (2010), Minat dapat dipilah menjadi dua, yaitu a. Minat pembawaan (interest, concentration, hobby)
Minat pembawaan muncul berdasarkan bakat yang ada. Minat yang didasari oleh bakat akan dapat dikembangkan secara maksimal apabila didukung oleh fasilitas penunjang yang diharapkan.
b. Minat yang muncul karena pengaruh dari luar (attention, concretation, consequence, leisure activity)
Winkel (1984) menyatakan bahwa konseling dapat dibedakan menjadi dua aspek yaitu :
1. Aspek proses
Menunjuk pada perubahan-perubahan yang dialami konseli selama berhubungan dengan konselor berlangsung.
2. Aspek pertemuan
Menunjuk pada pertemuan yang sedang diadakan antara konselor dengan konseli. Dalam hal ini pelayanan bimbingan merupakan suatu wawancara konseling.
Djaali (2011) menyatakan bahwa “minat adalah rasa lebih suka dan
rasa keterikatan pada suatu hal atau aktivitas, tanpa ada yang menyuruh”.
Slameto (2010), menyatakan bahwa “minat adalah suatu rasa lebih
George dan Cristiani, 1990 (dalam Latipun, 2005) mengatakan bahwa terdapat enam karakteristik dalam kegiatan konseling yaitu: 1. Afeksi
Hubungan afeksi akan tercermin sepanjang proses konseling, termasuk dalam melakukan eksplorasi terhadap persepsi dan perasaan-perasaan subjektif klien.
2. Intensitas
Hubungan konselor dengan klien yang intensitas ini diharapkan dapat saling terbuka terhadap persepsinya masing-masing.
3. Pertumbuhan dan perubahan
Terjadi pengalaman belajar bagi klien untuk memahami dirinya sekaligus bertanggung jawab untuk mengembangkan dirinya.
4. Dorongan
Konselor perlu memberikan dorongan untuk perubahan perilaku dan member motivasi untuk berani mengambil resiko dari keputusannya.
5. Kejujuran
Berdasarkan pemahaman diatas maka dapat disimpulkan aspek – aspek minat konseling adalah
1. Perhatian terhadap proses afeksi dan intensitas. 2. Rasa suka terhadap proses afeksi dan intensitas.
3. Partisipasi terhadap proses pertumbuhan dan perubahan, dorongan, kejujuran.
3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Minat Konseling
Leoni (2008) menyatakan faktor yang mempengaruhi munculnya minat seseorang tergantung pada :
a. Kebutuhan fisik b. Kebutuhan sosial c. Kebutuhan emosional d. Kebutuhan pengalaman
Menurut Latipun (2005), faktor-faktor yang berhubungan dengan kepribadian klien :
a. Motivasi klien
Motivasi klien datang atau berpatisipasi dalam konseling sangat berpengaruh terhadap hasil konseling. Klien yang datang karena hasil rujukan akan berbeda hasilnya dibandingkan dengan yang datang atas kehendaknya sendiri.
Klien yang berpatisipasi dan memiliki harapan bahwa konseling yang diikuti dapat menyelesaikan masalahnya akan lebih berhasil dibandingkan dengan klien yang tidak memiliki harapan terhadap proses konseling.
c. Kekuatan ego dan kepribadian
Menyangkut cara penanganan terhadap masalah, kecemasan menghadapi resiko, kemampuan mengatasi masalah merupakan faktor kepribadian yang mendukung keberhasilan konseling.
Berdasarkan uraian diatas maka dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi minat konseling yaitu kebutuhan fisik, sosial, emosional, pengalaman, motivasi, harapan, kekuatan ego dan kepribadian klien. Faktor tersebut persepsi masuk kedalam faktor pengalaman.
Menurut Rogers, 1965 (dalam Walgito, 2010) menyatakan bahwa persepsi dapat dikemukakan karena perasaan, kemampuan berfikir, pengalaman-pengalaman individu tidak sama, maka dalam mempersepsi suatu stimulus, hasil persepsi mungkin akan berbeda antara individu yang satu dengan individu yang lain.
B. Persepsi
1. Pengertian Persepsi Terhadap Layanan Bimbingan dan Konseling
a. Persepsi
Menurut Chaplin (2011) persepsi berasal dari kata “perception” yaitu proses mengetahui atau mengenali objek dan
Indonesia (2007), persepsi adalah tanggapan atau penerimaan langsung dari sesuatu, serapan, perlu diteliti.
Sarwono (2010) menyatakan bahwa persepsi adalah objek-objek di sekitar kita, kita tangkap melalui alat-alat indra dan diproyeksikan pada bagian tertentu di otak sehingga kita dapat mengamati objek tersebut.
Walgito (2010) menyatakan bahwa persepsi adalah suatu proses yang didahului oleh proses penginderaan yaitu merupakan proses diterimanya stimulus oleh individu melalui alat indera atau juga disebut proses sensoris.
Rakhmat (2008) menyatakan bahwa persepsi adalah pengalaman tentang objek, peristiwa, atau hubungan-hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan.
Slameto (2010) menyatakan bahwa persepsi adalah proses yang menyangkut masuknya pesan atau informasi ke dalam otak manusia. Melalui persepsi manusia terus-menerus mengadakan hubungan dengan lingkungannya. Hubungan ini dilakukan lewat inderanya, yaitu indera penglihat, pendengar, peraba, perasa dan pencium.
Mahmud (1990) menyatakan bahwa persepsi adalah menafsirkan stimulus yang telah ada di dalam otak.
untuk mengetahui dan memahami dunia sekelilingnya. Persepsi pada dasarnya menyangkut hubungan manusia dengan lingkungannya, bagaiman ia mengerti dan menginterpretasikan stimulus yang ada di lingkungannya dengan menggunakan pengetahuan yang dimilikinya.
Murdoko (2006) menyatakan bahwa persepsi akan muncul pertama kali ketika seseorang menghadapi perubahan. Persepsi yang dibentuk oleh seseorang dapat bernilai positif ataupun negatif, bergantung pada cara pandang seseorang terhadap perubahan. Sikap positif atau mendekati perubahan akan muncul apabila persepsi seseorang positif. Sikap negatif atau menjauhi perubahan akan muncul apabila persepsi seseorang negatif.
Berdasarkan uraian diatas, maka dapat disimpulkan bahwa persepsi adalah proses mengetahui, menanggapi stimulus melalui alat indera dengan menafsirkan pesan.
b. Layanan Bimbingan dan Konseling
Tohirin (2011) menyatakan bahwa masalah-masalah yang bisa dijadikan isi layanan konseling perorangan adalah :
1. Bidang pengembangan pribadi
Bimbingan untuk membantu individu mengatasi masalah-masalah yang bersifat pribadi.
2. Bidang pengembangan kegiatan belajar
3. Bidang pengembangan karier
Bimbingan yang membantu peserta didik dalam menghadapi dan menyelesaikan masalah-masalah yang menyangkut karier tertentu.
4. Bidang pengembangan keluarga
Suatu bimbingan yang diberikan oleh pembimbing kepada peserta didik dalam mengahadapi dan memecahkan masalah kehidupan berkeluarga.
Nurihsan (2007) menyatakan bahwa indikator layanan bimbingan dan konseling yang bermutu oleh adanya peserta didik yang merasa terbantu dalam menyelesaikan masalah :
1. Masalah pribadi
Kemampuan individu dalam menangani masalah-masalah dirinya. 2. Masalah sosial
Masalah hubungan dengan sesama teman, penyesuaian diri dengan lingkungan pendidikan dan masyarakat tempat mereka tinggal.
3. Masalah belajar
Kesulitan belajar, mengembangkan cara belajar yang efektif, membantu agar sukses belajar, dan mampu menyesuaikan diri terhadap semua tuntutan program atau pendidikan.
4. Masalah karier
karier di sekolah atau madrasah kemudian ditafsirkan melalui pesan.
Maka dapat disimpulkan bahwa aspek persepsi terhadap layanan bimbingan dan konseling adalah mengetahui, menanggapi, menafsirkan pesan terhadap layanan bimbingan pribadi, sosial, belajar, karier. Karena berdasarkan latar belakang masalah peserta didik membutuhkan layanan bimbingan dan konseling yang mencakup aspek tersebut.
c. Aspek – aspek Persepsi terhadap Layanan Bimbingan dan Konseling
Menurut Chaplin (2011) persepsi berasal dari kata “perception” yaitu proses mengetahui atau mengenali objek dan kejadian objektif dengan bantuan indera. Kamus Besar Bahasa Indonesia (2007), persepsi adalah tanggapan atau penerimaan langsung dari sesuatu, serapan, perlu diteliti.
Rakhmat (2008) menyatakan bahwa persepsi adalah pengalaman tentang objek, peristiwa, atau hubungan-hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan.
Nurihsan (2007) menyatakan bahwa indikator layanan bimbingan dan konseling yang bermutu oleh adanya peserta didik yang merasa terbantu dalam menyelesaikan masalah :
1. Masalah pribadi
Kemampuan individu dalam menangani masalah-masalah dirinya. 2. Masalah sosial
3. . Masalah belajar
Kesulitan belajar, mengembangkan cara belajar yang efektif, membantu agar sukses belajar, dan mampu menyesuaikan diri terhadap semua tuntutan program atau pendidikan.
4. Masalah karier
Perencanaan, pengembangan, penyelesaian masalah-masalah karier
Berdasarkan pemahaman diatas maka dapat disimpulkan aspek – aspek persepsi terhadap layanan bimbingan dan konseling adalah
1. Mengetahui layanan bimbingan pribadi, sosial, belajar, karier. 2. Menanggapi layanan bimbingan pribadi, sosial, belajar, karier.
3. Menafsirkan pesan terhadap layanan bimbingan pribadi, sosial, belajar, karier.
4. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Persepsi
Krech dan Crutchfield 1982 (dalam Rakhmat, 2008) menyatakan bahwa faktor yang mempengaruhi persepsi:
a. Faktor-faktor fungsional yang menentukan persepsi adalah objek yang mendapat tekanan dalam persepsi kita biasanya objek-objek yang memenuhi tujuan individu yang melakukan persepsi. Misalnya, pengaruh kebutuhan, kesiapan mental, suasana emosional, dan latarbelakang budaya terhadap persepsi.
keanggotaan kelompoknya, dengan efek yang berupa asimilasi atau kontras.
Walgito (2004) menyatakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi adalah:
a. Objek yang dipersepsi
Objek menimbulkan stimulus yang mengenai alat indera atau reseptor.
b. Alat indera, syaraf, dan pusat susunan saraf
Alat indera atau reseptor merupakan alat untuk menerima stimulus. Saraf sensoris sebagai alat untuk meneruskan stimulus yang diterima reseptor ke pusat susunan saraf yaitu otak sebagai pusat kesadaran. Sebagai alat untuk mengadakan respon diperlukan syaraf motoris. c. Perhatian
Untuk menyadari atau atau mengadakan persepsi diperlukan perhatian yaitu merupakan langkah pertama sebagai suatu persiapan dalam rangka mengadakan persepsi. Perhatian merupakan konsentrasi dari seluruh aktivitas individu yang ditujukan kepada seseuatu atau sekumpulan objek.
d. Individu
Keadaan individu pada suatu waktu ditentukan oleh :
2. Sifat temporer dari individu, orang yang sedang dalam keadaan marah akan lebih emosional.
3. Aktivitas yang sedang berjalan pada individu, hal ini juga menentukan apakah sesuatu itu akan diperhatikan atau tidak. Stephen dan Timothy (2008) menyatakan bahwa faktor-faktor persepsi adalah sikap, motif, minat, harapan, pengalaman.
Walgito (2010) menyatakan bahwa salah satu faktor yang mempengaruhi persepsi adalah perhatian. Berdasarkan timbulnya perhatian, perhatian dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu :
a. Perhatian spontan, perhatian ini erat hubungannya dengan dengan minat individu. Apabila individu telah mempunyai minat terhadap suatu objek, secara otomatis perhatian itu akan timbul.
b. Perhatian tidak spontan, perhatian yang ditimbulkan secara sengaja. Maka problem psikologis yang timbul adalah stimulus yang bagaimanakah yang lebih menguntungkan untuk dapat menarik perhatian individu, sehingga kemungkinan dipersepsinya yaitu:
a. Intensitas atau kekuatan stimulus, agar stimulus dapat dipersepsi oleh individu stimulus tersebut harus cukup kuatnya.
b. Ukuran stimulus, pada umumnya ukuran stimulus yang lebih besar lebih menguntungkan dalam menarik perhatian dibandingkan dengan ukuran yang kecil.
d. Ulangan dari stimulus, stimulus yang diulangi pada dasarnya lebih menarik perhatian daripada yang tidak diulangi.
e. Pertentangan atau kontras dari stimulus, stimulus yang kontras dengan sekitarnya akan lebih menarik orang.
Berdasarkan uraian diatas, maka dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor persepsi adalah sikap, motif, minat, harapan, pengalaman.
5. Layanan Bimbingan dan Konseling
Tohirin (2011) menyatakan bahwa jenis-jenis layanan bimbingan dan konseling di sekolah dan madrasah adalah :
a. Layanan orientasi
Layanan orientasi juga akan mengantarkan individu (peserta didik) memasuki suasana atau objek baru agar ia dapat mengambil manfaat berkenaan dengan situasi atau objek yang baru tersebut.
b. Layanan informasi
Layanan informasi juga bermakna usaha-usaha untuk membekali siswa dengan pengetahuan serta pemahaman tentang lingkungan hidupnya dan tentang proses perkembangan anak muda.
c. Layanan penempatan dan penyaluran
d. Layanan penguasaan konten
Layanan bantuan kepada individu (peserta didik) baik sendiri maupun dalam kelompok untuk menguasai kemampuan atau kompetensi tertentu melalui kegiatan belajar.
e. Layanan konseling perorangan
Layanan konseling perorangan bermakna layanan konseling yang diselenggarakan oleh seorang pembimbing (konselor) terhadap seorang klien dalam rangka pengentasan masalah pribadi klien. f. Layanan bimbingan kelompok
Layanan bimbingan kelompok adalah suatu cara memberikan bantuan (bimbingan) kepada individu (peserta didik) melalui kegiatan kelompok.
g. Layanan konseling kelompk
layanan konseling kelompok adalah suatu upaya pemberian bantuan kepada individu (peserta didik) yang mengalami masalah-masalah pribadi melalui kegiatan kelompok agar tercapai perkembangan yang optimal.
h. Layanan konsultasi
yang bisa menjadi konsulti adalah kepala sekolah atau madrasah, guru, orang tua siswa.
i. Layanan mediasi
Layanan mediasi konselor atau pembimbing menghadapi klien (peserta didik) yang terdiri atas dua pihak atau lebih, dua orang atau lebih, dua kelompok atau lebih.
Menurut Nurihsan (2009) menyatakan bahwa jenis layanan bimbingan dan konseling yaitu :
a. Layanan dasar bimbingan
Layanan dasar bimbingan adalah layanan bimbingan yang bertujuan untuk membantu seluruh peserta didik mengembangkan perilaku efektif dan keterampilan-ketrampilan hidupnya yang mengacu pada tugas-tugas perkembangan peserta didik.
b. Layanan responsif
Layanan responsif adalah layanan bimbingan yang bertujuan untuk membantu memenuhi kebutuhan yang dirasakan sangat penting oleh peserta didik saat ini.
c. Layanan perencanaan individual
d. Dukungan sistem
Dukungan sistem adalah kegiatan-kegiatan manajemen yang bertujuan untuk memantapkan, memelihara, meningkatkan program bimbingan secara menyeluruh melalui pengembangan profesional, hubungan masyarakat dan staf, konsultasi dengan guru, staf ahli atau penasehat, masyarakat yang lebih luas, manajemen program, penelitian dan pengembangan.
C. Kerangka Berpikir
Menurut Chaplin (2011) persepsi berasal dari kata “perception” yaitu
proses mengetahui atau mengenali objek dan kejadian objektif dengan bantuan indera. Kamus Besar Bahasa Indonesia (2007), persepsi adalah tanggapan atau penerimaan langsung dari sesuatu, serapan, perlu diteliti.
Rakhmat (2008) menyatakan bahwa persepsi adalah pengalaman tentang objek, peristiwa, atau hubungan-hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan.
Nurihsan (2007) menyatakan bahwa layanan bimbingan dan konseling meliputi layanan pribadi, sosial, belajar, dan karier.
Persepsi terhadap layanan bimbingan dan konseling adalah proses mengetahui, menanggapi stimulus melalui alat indera tentang layanan yang diberikan untuk membantu masalah peserta didik yaitu masalah pribadi, sosial, belajar, karier di sekolah atau madrasah kemudian ditafsirkan melalui pesan.
Crow dan Crow, 1989 (dalam Djaali, 2011), mengatakan bahwa “Minat
berhubungan dengan gaya gerak yang mendorong seseorang untuk menghadapi atau berurusan dengan orang, benda, kegiatan, pengalaman yang dirangsang oleh kegiatan itu sendiri”.
bantuan dalam memecahkan masalah dengan cara wawancara melalui tatap muka antara guru pembimbing dengan peserta didik, agar dapat menyelesaikan masalahnya secara mandiri tanpa ada yang mendorong.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa minat siswa untuk konseling dipengaruhi oleh persepsi terhadap layanan bimbingan dan konseling, semakin positif persepsinya maka semakin menumbuhkan minat untuk konseling.
Berdasarkan penjelasan di atas dapat dibuat bagan sebagai berikut,
Murdoko (2006) menyatakan bahwa persepsi akan muncul pertama kali ketika seseorang menghadapi perubahan. Persepsi yang dibentuk oleh seseorang dapat bernilai positif ataupun negatif, bergantung pada cara pandang seseorang terhadap perubahan. Sikap positif atau mendekati perubahan akan muncul apabila persepsi seseorang positif. Sikap negatif atau menjauhi perubahan akan muncul apabila persepsi seseorang negatif.
Penelitian yang dilakukan oleh Ika dan Retno (2009) menyatakan bahwa ada pengaruh pemberian konseling menggunakan strategi pengubahan pola pikir berhasil mengurangi atau mengubah persepsi negatif siswa tentang seorang konselor.
1. Pribadi 2. Sosial 3. Belajar 4. Karir
MINAT TINGGI (+)
(-)
PERSEPSI
Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa minat konseling terjadi melalui tatap muka antara guru pembimbing dengan peserta didik, agar peserta didik mampu menyelesaikan masalahnya secara mandiri. Minat konseling terjadi karena adanya pengalaman yang dirangsang oleh kegiatan itu sendiri. Akan tetapi, kenyataannya rangsangan berupa sosialisasi tentang layanan bimbingan dan konseling tidak berjalan dengan efektif. Maka hal ini menimbulkan persepsi peserta didik terhadap layanan bimbingan dan konseling.