• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENGANTAR. A. Latar Belakang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENGANTAR. A. Latar Belakang"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

1

A. Latar Belakang

Mahasiswa merupakan bagian penting dari suatu perguruan tinggi yang disiapkan untuk membangun bangsa dan negara di masa depan. Mahasiswa harus memiliki cara pandang yang baik, kepribadian, jiwa, serta mental yang sehat dan kuat. Mahasiswa juga diharapkan mampu menguasai permasalahan yang dialaminya, mempunyai cara berpikir yang positif terhadap dirinya maupun orang lain. Di dalam perkuliahan, selain kegiatan akademik ada juga berbagai kegiatan organisasi yang dapat diikuti mahasiswa. Mulai dari kegiatan organisasi di bidang olahraga, kemahasiswaan, hingga kelompok studi. Menurut Sajadi (2016) Selain pembelajaran di dalam ruangan, mahasiswa juga dihadapkan pada kegiatan kepanitiaan serta keorganisasian. Hal ini menuntut mahasiswa untuk menggunakan lebih banyak waktu dan tenaganya, perilaku berulang yang dilakukan mahasiswa tiap harinya akan dapat mengakibatkan kelelahan pada dirinya. Bukti menunjukkan bahwa sebagian besar mahasiswa mengalami beberapa jenis gangguan kualitas tidur, yang dapat mempengaruhi kinerja akademis mereka. Semakin sering mahasiswa berhubungan dengan tekanan lingkungan dan akademis dapat mengakibatkan kejadian gangguan tidur dan kelelahan, yang dapat mempengaruhi keefektifan akademis mereka.

(2)

Menjadi bagian dari organisasi tidak selalu mudah terutama pada mahasiswa, selain harus menjalankan tugas dari organsiasi, mahasiswa juga dituntut untuk menyelesaikan tugas dari kampus. Menurut Khan, et al (Henle dan Blanchard, 2008) organisasi dipandang sebagai sistem aturan yang dilakukan dari tugas dan tanggung jawab serta motivasi anggota untuk melakukan aturan tersebut. Anggota disosialisasikan sebagai aturan bertujuan, memberikan feedback untuk kesuksesan dalam aturan-aturan tersebut, melakukan koreksi untuk meningkatkan kinerja dan sanksi apabila tidak memenuhi kriteria yang diharapkan. Peneliti memilih subjek mahasiswa organisasi untuk penelitian ini karena dalam lingkungan peneliti banyak mahasiswa organisasi yang mengeluhkan banyaknya tugas yang diemban mahasiswa organisasi baik tugas akademik maupun tugas dari organisasi yang membuat para mahasiswa organisasi merasa stres karena banyaknya tugas tersebut dan berujung pada kelelahan kerja karena batas dari daya berpikir dan daya tahan tubuh dari individu yang sudah terlewati.

Berdasarkan wawancara pada salah satu fungsionaris lembaga eksekutif mahasiswa di salah satu universitas di Yogyakarta terdapat 9 dari 79 anggota organisasi yang mengalami kelelahan kerja termasuk subjek. Subjek menyatakan bahwa dengan banyaknya tanggung jawab yang dibebankan kepada subjek membuat subjek menjadi merasa kelelahan karena banyaknya tugas dari kampus dan banyaknya tanggung jawab dari organisasi yang dibebankan kepadanya sehingga membuat subjek merasa terlalu banyak pikiran yang mengakibatkan timbulnya stress kerja pada dirinya. Subjek juga berpendapat bahwa pentingnya

(3)

membagi tugas dan tanggung jawab yang adil dalam sebuah organisasi agar sebuah tugas dan tanggung jawab tidak hanya dibebankan pada satu orang saja tetapi dapat dikerjakan secara bersama-sama oleh beberapa orang dan dalam organisasi tersebut hanya beberapa orang yang dibebankan banyak tanggung jawab sedangkan fungsionaris yang lain banyak yang hanya mendapat tugas mudah dan kecil tanggung jawabnya.

Berbeda dengan subjek kedua yang menjabat sebagai ketua himpunan mahasiswa teknik sipil pada sebuah universitas di Yogyakarta yang menyatakan bahwa timbulnya kelelahan kerja tidak hanya dari organisasi saja namun subjek berpendapat bahwa tugas-tugas kuliah yang banyak juga membuat munculnya kelelahan kerja. Subjek merasa di dalam organisasi yang lebih membuat stres adalah ketika individu tidak merasa nyaman dengan lingkungan dan budaya organisasi, karena menurut subjek jika individu nyaman dengan lingkungan dan budaya organisasi maka individu akan dapat menyatu dan membagi tugas dengan baik dalam organisasi sehingga tugas dari organisasi bisa teratasi dan tidak menimbulkan kelelahan kerja yang berlebih sehingga stres kerja dapat berkurang bahkan teratasi dan tidak menyebabkan kelelahan kerja.

Kelelahan kerja dapat menimbulkan bermacam-macam dampak yang merugikan mulai dari menurunnya kesehatan sampai pada dideritanya suatu penyakit. Tuntutan pekerjaan yang tidak sesuai dengan kemampuan atau melebihi batas fisik individu dan waktu kerja yang tidak sesuai dapat menyebabkan timbulnya kelelahan kerja. Kelelahan kerja juga terjadi pada individu disebabkan oleh adanya beberapa faktor seperti faktor biologi individu, faktor internal dan

(4)

faktor eksternal pada individu. Faktor internal pada individu yang dimaksud adalah usia, jenis kelamin, status perkawinan, dan sikap terhadap pekerjaan. Kemudian faktor eksternal pada individu adalah kelebihan beban kerja, manajemen perusahaan, dan karakteristik pekerjaan (Maslach, Schaufeli & Leiter, 2001). Kelelahan kerja juga dapat terjadi disebabkan oleh adanya stres kerja yang terjadi secara terus menerus atau berkepanjangan yang membuat agresifitas individu meningkat dan menyebabkan timbulnya kelelahan kerja.

Menurut Freudenberger (Pangesti, 2012) kelelahan kerja adalah suatu kondisi dimana individu akan merasa lelah dan frustasi karena adanya hambatan dalam mencapai harapannya dan individu memiliki idealisme sehingga ketika realitas tidak sesuai dengan idealisme individu maka individu tersebut akan terus berusaha untuk mecapai idealisme hingga tenaga dalam diri individu tersebut terkuras dan akan mengalami kelelahan. Crosby (2012) juga mengatakan bahwa kelelahan kerja juga dapat terjadi akibat kurangnya penghargaan positif atas hasil kerja yang selama ini dikerjakan. Kelelahan kerja di organisasi juga dapat diukur dari banyaknya pengunduran diri dan kurangnya kepuasan anggota organisasi. Masalah kelelahan kerja yang tidak segera diatasi bisa menurunkan tingkat kesehatan. Kelelahan juga menunjukkan kondisi yang berbeda-beda pada setiap individu, tetapi semuanya mengarah pada hilangnya efisiensi dan turunnya kapasitas kerja serta ketahanan tubuh individu (Tarwaka, 2004).

Baron dan Greenberg (Rosyid, 1996) memberikan gambaran dan karakteristik individu yang menderita kelelahan kerja. Individu yang mengalami stres berulang kali dan berkepanjangan, kadang digambarkan akan mengalami

(5)

kelelahan kerja. Karakteristik dapat diobservasi yang pertama adalah individu yang mengalami kelelahan kerja mengalami kelelahan fisik. Mereka akan merasa kekurangan energi dan lelah sepanjang waktu. Ditambah lagi mereka merasakan adanya keluhan-keluhan fisik seperti serangan sakit kepala, mual, susah tidur, dan kehilangan nafsu makan. Kedua, mereka akan mengalami kelelahan emosional, depresi, perasaan tidak berdaya, merasa terperangkap di dalam pekerjaannya. Gejala ketiga adalah individu yang menderita kelelahan kerja sering menunjukkan adanya kelelahan sikap atau mental (mental or attitudinal exhaustion). Mereka juga mulai bersikap sinis terhadap orang lain, bersikap negatif kepada orang lain, dan cenderung merugikan diri sendiri, pekerjaan, organisasi, dan kehidupan pada umumnya. Individu yang menderita kelelahan kerja melihat dunia sekitamya seperti berwama kelabu-gelap, tidak cerah, berbinar-binar, dan hangat. Keempat, kadang penderita kelelahan kerja melaporkan adanya penghargaan diri rendah (feeling of low personal accomplishment). Individu yang menderita kelelahan kerja biasanya menganggap bahwa dirinya tidak mampu menyelesaikan tugasnya dengan baik di masa lalu dan mereka juga menganggap bahwa di masa depan akan sarna saja, tidak berarti.

Ada banyak faktor yang mempengaruhi kelelahan kerja dan salah satunya adalah stres kerja. Kata stres berasal dari bahasa Latin estrictia yang digunakan dalam arti bencana, kesulitan dan kesedihan dan pada abad ke-18 dan ke-19 arti stres berubah dengan arti kekuatan, tekanan dan paksaan terhadap orang-orang atau benda (Adıgüzel 2012). Stres kerja adalah suatu kondisi ketegangan yang dapat mempengaruhi emosi, proses berfikir dan kondisi individu dimana individu

(6)

akan merasa terpaksa memberikan tanggapan yang melebihi kemampuan penyesuaian diri dari individu itu sendiri terhadap suatu tuntutan eksternal (lingkungan). Stres kerja yang terlalu tinggi dapat mengancam kemampuan individu untuk dapat menghadapi lingkungannya, sebagai hasilnya, pada diri para individu berkembang berbagai macam gejala stres kerja yang dapat mengganggu proses pelaksanaan kerja mereka. Lingkungan kerja, kondisi tempat kerja yang buruk akan berpotensi besar menjadi penyebab mudah mengalami stres kerja karena akan sulit untuk berkonsentrasi dan menurunnya produktivitas kerja individu (Ibrahim dkk, 2016). Lingkungan kerja tidak hanya berguna untuk mengetahui apa saja yang menyebabkan stres kerja tetapi juga menjadi dampak bagi stres kerja yang dialami individu dan harus segera dikelola dan diselesaikan dalam organisasi. Faktor yang berdampak pada stres kerja adalah ambiguitas peran yang menjadi dampak negative bagi keadaan psikologis dan biologis dan dapat mempengaruhi ketegangan individu (Mawaranti & Prasetio, 2018).

Menurut Andarini (2017) stres kerja akan berpengaruh terhadap kelelahan kerja dan dengan adanya faktor internal seperti usia, jenis kelamin, status perkawinan, lama bekerja akan menambah tingkat stres dan lebih mendorong terjadinya kelelahan kerja pada individu. Setyowati, Salahuiah & Widjasena (2014) menyatakan bahwa kelelahan kerja dapat ditandai dengan menurunnya performa kerja dan semua kondisi yang memengaruhi semua proses organisme kerja, termasuk beberapa karakteristik seperti perasaan kelelahan bekerja (subjective feeling of fatigue), motivasi menurun, dan penurunan aktivitas mental dan fisik. Apabila individu telah memiliki tingkat stres kerja yang tinggi akan

(7)

menimbulkan adanya suatu perasaan frustasi dan menurunnya aktivitas mental dari individu itu sendiri dan dapat dengan mudah memicu terjadinya kelelahan kerja karena individu tersebut tidak dapat mengontrol tingkat stres kerja yang tinggi pada diri individu tersebut.

B. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara stres kerja dengan kelelahan kerja pada mahasiswa organisasi.

C. Manfaat Penelitian

a. Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dalam psikologi industri dan organisasi, psikologi sosial kedepannya, dan menjadi referensi untuk penelitian sejenis selanjutnya.

b. Manfaat Praktis

1. Bagi Subjek

Penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat kepada anggota organisasi untuk lebih memahami stres kerja dan kelelahan kerja pada mahasiswa organisasi.

(8)

2. Bagi Organisasi

Penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat kepada anggota organisasi untuk lebih memahami stres kerja pada anggota organisasi dan kelelahan kerja yang terjadi di organisasi.

D. Keaslian Penelitian

Penelitian tentang kelelahan kerja telah banyak dilakukan di dalam negeri maupun di luar negeri, namun dengan variabel independen, metode, alat ukur, lokasi, serta subjek yang berbeda-beda. Penelitian yang menjadi acuan utama dalam penelitian ini adalah (Kaiser et al, 2016) yang berjudul The Relationship Between Burnout and Occupational Stress in Genetic Counselors. Stres kerja adalah kontributor yang diketahui untuk kejenuhan dan terjadi sebagai akibat dari persyaratan pekerjaan dan faktor-faktor intrinsik terhadap lingkungan kerja. Penelitian empiris yang memeriksa kejenuhan spesifik konselor genetik terbatas. Namun, data yang ada menunjukkan bahwa konselor genetik memiliki risiko tinggi untuk kelelahan. Untuk menyelidiki hubungan antara stres kerja dan kelelahan di konselor genetik, diberikan survei online kepada anggota tiga organisasi profesional konselor genetik. Langkah-langkah yang divalidasi termasuk Maslach Burnout Inventory — General Survey (sebuah instrumen yang mengukur kejenuhan pada tiga sub-skala: kelelahan, sinisme, dan efikasi profesional) dan Inventarisasi Stres Kejadian — Direvisi (instrumen yang mengukur tekanan kerja pada 14 subskala). Dari 353 responden, lebih dari 40% telah mempertimbangkan meninggalkan atau meninggalkan peran pekerjaan

(9)

mereka karena kelelahan. Analisis regresi berganda menghasilkan prediktor yang signifikan untuk risiko kelelahan. Set prediktor prediktor yang teridentifikasi sekitar 59% dari varian dalam kelelahan, 58% dari varians dalam sinisme, dan 43% dari varians dalam kemanjuran profesional. Data mengkonfirmasi bahwa sejumlah besar konselor genetik mengalami kelelahan dan kelelahan itu berkorelasi dengan aspek spesifik dari stres kerja. Berdasarkan temuan ini, rekomendasi praktek dan penelitian disajikan.

Menurut Iacovides dkk (2003) Kelelahan kerja lebih umum daripada yang diyakini selama ini dan dapat mempengaruhi setiap aspek fungsi individu, memiliki efek buruk pada hubungan interpersonal dan keluarga dan mengarah pada sikap negatif terhadap kehidupan secara umum. Kelelahan kerja mudah menyerang pada individu yang rentan, tingkat kepuasan rendah yang berasal dari pekerjaan sehari-hari mereka.

Penelitian lainnya yang berhubungan dengan kelelahan kerja adalah Relationship between Burnout and Occupational Stress among Nurses in China yang diteliti oleh Siying Wu dkk pada tahun 2007. Mengukur stres kerja dan kelelahan kerja di antara perawat penting karena kesejahteraan mereka berimplikasi pada stabilitas dalam tenaga kerja perawatan kesehatan dan untuk kualitas perawatan yang diberikan.

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh para peneliti sebelumnya, maka peneliti akan melakukan penelitian dengan menggunakan topik, teori, alat ukur, serta subjek yang berbeda. Berdasarkan penelitian

(10)

sebelumnya yang telah di jabarkan maka dapat di tarik kesimpulan keaslian penelitian sebagai berikut :

1. Keaslian Topik

Topik penelitian sebelumnya yang telah dilakukan oleh Siying Wu (2007) yaitu berjudul Relationship between Burnout and Occupational Stress among Nurses in China , (Iacovides et al, 2003) berjudul The relationship between job stress, burnout and clinical depression dan (Kaiser et al, 2016) yang berjudul The Relationship Between Burnout and Occupational Stress in Genetic Counselors.

Topik dari penelitian ini akan menggunakan topik yang berbeda dari penelitian-penelitian sebelumnya, yaitu stres kerja pada mahasiswa organisasi sebagai variabel bebas dan kelelahan kerja sebagai variabel tergantung, dengan judul yaitu hubungan antara kelelahan kerja dengan stress kerja pada mahasiswa organisasi.

2. Keaslian Teori

Penelitian tentang kelelahan kerja sebelumnya sudah banyak dilakukan, sebagian besar menggunakan teori kelelahan kerja dari Pines. Sama dengan penelitian sebelumnya, peneliti akan menggunakan teori Pines dalam penelitian ini. Sedangkan untuk variabel bebas yaitu stres kerja peneliti akan menggunakan teori Beehr dan Newman dalam penelitian ini.

(11)

3. Keaslian Alat Ukur

Penelitian ini menggunakan alat ukur adaptasi yang digunakan dalam penelitian-penelitian sebelumnya. Pada penelitian ini menggunakan alat ukur dengan skala berdasarkan aspek-aspek perilaku kelelahan kerja telah ada di dalam penelitian yang dikembangkan oleh Pines dan Arronson (1989).

4. Keaslian Subjek Penelitian

Subjek dalam penelitian ini memiliki kriteria sebagai berikut berusia 17 - 22 tahun dan merupakan mahasiswa/i yang aktif terlibat serta berperan dalam sebuah organisasi. Kriteria yang ditetapkan peneliti diharapkan mampu mengungkap hubungan antara stres kerja dengan kelelahan kerja.

Referensi

Dokumen terkait

Dengan kata lain hasil penelitian ini juga menunjukkan bahwa tidak selamanya remaja yang memiliki tipe temperamen phlegmatis memiliki resiliensi yang sangat ren- dah

Aplikasi Pencarian Halte BRT Transmusi Palembang dapat menunjukan sebaran halte trans musi yang ada dikota palembang sesuai dengan kebutuhan yang ditunjukkan pada

(2) Camat mempunyai tugas pokok membantu Bupati melalui Sekretaris Daerah melaksanakan tugas umum pemerintahan dalam lingkup kecamatan dan tugasl. pembantuan serta

Tidak ada yang lebih mengesankan dibandingkan melawan boss yang keren, kuat, sakti, besar, dan memiliki magic yang dahsyat.. Menghadapi boss yang kuat dan epic seakan

U grafičkom prikazu 14 iznosi se činjenica da ukupno 24 (60%) ispitanika ima ponešto, puno ili potpuno razrađen pisani priručnik što učiniti u slučaju

• Aplikasi Tenaga Ahli dan Asisten Anggota¸ aplikasi ini berisi data data tentang data Tenaga Ahli dan Asisten Anggota DPR RI, aplikasi ini digunakan oleh Bagian TU TA,

Dengan demikian hipotesis yang menyatakan ada hubungan positif antara bullying yang dialami dengan burnout dapat diterima, artinya semakin tinggi bullying membuat

Hasil penelitian menunjukan bahwa model pembelajaran penemuan (Discovery Learning) yang di terapkan pada pembelajaran Kimia pada materi Laju Reaksi terbukti