• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS PENETAPAN BATAS LANDAS KONTINEN BERDASARKAN GEOLOGIK, UNCLOS I dan UNCLOS III

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ANALISIS PENETAPAN BATAS LANDAS KONTINEN BERDASARKAN GEOLOGIK, UNCLOS I dan UNCLOS III"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS PENETAPAN

BATAS LANDAS KONTINEN

BERDASARKAN GEOLOGIK, UNCLOS I

dan UNCLOS III

(2)
(3)

Pemerintah Republik Indonesia meratifikasi Konvensi Hukum Laut PBB III tahun 1982 (UNCLOS III) dengan Undang Undang nomor 17 tahun 1985. Hal ini berarti bahwa Indonesia terikat dan harus mengimplementasikan hukum laut yang berlaku secara internasional tersebut dalam pembuatan Hukum Laut Nasional.

Salah satu ketetapan hukum laut yang harus segera disusun adalah penetapan batas landas kontinen. Untuk itu diperlukan pemahaman untuk menerapkan istilah landas kontinen yang dimaksudkan dalam UNCLOS III, sebab mempunyai pengertian yang berbeda dengan pengertian secara geologik maupun hasil Konvensi Hukum Laut PBB I tahun 1958 (UNCLOS I). Pemahaman terhadap landas kontinen menjadi lebih penting karena menyangkut hak kedaulatan atas kekayaan alam di dalamnya

Tesis ini membahas pengertian dan penetapan batas landas kontinen berdacarkan kajian secara geologik, UNCLOS I dan UNCLOS III. Dengan wilayah studi dipilih Paparan Pulau Jawa.

(4)

Indonesia is an archipelago country, therefore its sea boundary must refer to a valid International Sea Law that is the result of United Nation Convention Law of Sea III 1982 (UNCLOS III) which ratified by Indonesian Government in UU No. 17 Year 1985.

One of sea boundary which needs to resolve immediately is continental shelf boundary. In order to do this, we will need to understand the term continental shelf in UNCLOS III thoroughly, because it has a different meaning in geological and UNCLOS I point of view. Understanding continental shelf become important because it involve one of Sea territorial in Indonesian Jurisdiction over natural resources within.

This thesis will discuss the term and resolution of continental shelf for Indonesian Continental Shelf Boundary based on Geological point of view, UNCLOS I and UNCLOS III procedure, with Java Island as study area.

(5)

DAFTAR ISI Kata Pengantar Abstrak v Abstract vi Daftar Isi vu Daftar Gambar x Daftar Tabel Xu BAB L Pendahuluan 1 1.1 Tatar Belakang 1 1.2 Permasalahan 3 1.3 Ruang Lingkup 5

1.4 Pendekatan Pemecahan Masalah 7

1.5 Tujuan Penelitian 8

1.6 Manfaat Penelitian 8

1.7 Sistematika Penulisan 9

BAB U. Penetapan Landas Kontinen 11

2.1 Pengertian Landas Kontinen 11

2.2 Definisi Landas Kontinen Berdasarkan Geologik 13 2.3 Penetapan Landas Kontinen Berdasarkan Geologik 17 2.4 Definisi Landas Kontinen Berdasarkan UNCLOS I 18 2.5 Penetapan Landas Kontinen Berdasarkan UNCLOS I 18 2.6 Definisi Landas Kontinen Berdasarkan UNCLOS III 19 2.7 Penetapan Landas Kontinen Berdasarkan UNCLOS III 19

(6)

BAB III. Implementasi Landas Kontinen Indonesia 21

3.1 Penetapan Titik Dasar 21

3.1.1 Penetapan Titik Dasar Berdasarkan Geologik 22 3.1.2 Penetapan Titik Dasar Berdasarkan UNCLOS I 22 3.1.3 Penetapan Titik Dasar Berdasarkan UNCLOS III 23

3.2 Penetapan Garis Pangkal 24

3.2.1 Penetapan Garis Pangkal Berdasarkan Geologik 25 3.2.2 Penetapan Garis Pangkal Berdasarkan UNCLOS I 25 3.2.3 Penetapan Garis Pangkal Berdasarkan UNCLOS III 25

3.3 Penetapan Titik Tepian Kontinen 32

3.3.1 Penetapan Titik Tepian Kontinen Berdasarkan Geologik 32 3.3.2 Penetapan Titik Tepian Kontinen Berdasarkan UNCLOS I 33 3.3.3 Penetapan Titik Tepian Kontinen Berdasarkan UNCLOS III 34

3.4 Penggambaran Profil 41

3.4.1 Sumber Data 41

3.4.2 Datum Referensi yang Digunakan 43

3.4.3 Data Penunjang 44

3.5 Realisasi Penetapan Batas Landas Kontinen 44 3.5.1 Realisasi Penetapan Batas Landas Kontinen Berdasarkan

Geologik 50

3.5.2 Realisasi Penetapan Batas Landas Kontinen Berdasarkan

UNCLOS I 52

3.5.3 Realisasi Penetapan Batas Landas Kontinen Berdasarkan

UNCLOS III 54

BAB IV. Analisis Penetapan Landas Kontinen Indoneia 59 4.1 Analisis Ketentuan Yuridis dalam Penetapan Landas

Kontinen 59

4.2 Analisis Ketentuan Teknis dalam Penetapan Landas

Kontinen 61

4.3 Analisis Kontribusi Terhadap Penetapan Landas Kontinen 66 4.4 Analisis Realisasi Penetapan Landas Kontinen Indonesia di

Paparan Pulau Jawa 68

(7)

BAB V. Kesimpulan dan Saran 71

5.1 Kesizapulan 71

5.2 Saran 72

Daftar Pustaka 75

Lampiran 77

1. Geomorfologi dasar laut Paparan Pulau Jawa 77

2. Profit Morfologi Model ke: I 79

3. Profit Morfologi Model ke: II 86

4. Profil Morfologi Model ke: III 99

5. PeEbandingan Batas Lambs Kontinen menurut Geologik, UNCLOS I dan UNCLOS III 124

(8)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan unuan serta analisis yang telah dilakukan dan diuralkan dalam bab-bab sebelumnya, n a b terdapat beberapa kesimpulan dan saran yang berkaitan dengan penetapan batas landas kontinen, khususnya di wilayah studi di Paparan Pulau Jawa Hal tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut :

6.1 Kesimpulan

Beberapa kesimpulan yang dapat diperoleh dalam tesis ini, dapat dijelaskan sebagai berikut:

1. Pengertian landas kontinen berdasarkan pengertian geologik, yang untuk kemudian menjadi acuan dalam UNCLOS I, sangat berbeda dengan pengertian hukum yang berlaku sekarang, yaitu UNCLOS III dan telah diratifikaci oleh melalui Undang Undang No.17 tahun 1985. Untuk itu Indonesia perlu merevisi Undang Undang No.1 tahun 1973 tentang Iandas Kontinen Indonesia supaya mempunyai dacar hukum yang kuat untuk mengatur Landas Kontinen Indonesia.

2. Penentuan batas landas kontinen pads UNCLOS DI selain digunakan formula horisontal, yaitu batas terluar 200 mil laut atau 350 mil laut, juga digunakan formula vertikal, yaitu isobath 2500 meter untuk penetapan batas terluar landas kontinen. Selanjutnya dalam ketentuan UNCLOS III masih memberikan kebebasan pads negara pantai untuk memilih formula-formula

(9)

yang akan digunakan sesuai dengan kondisi geologik dasar laut masing-masing. Dengan demildan penentuan batas landas kontinen dengan mengikuti UNCLOS III akan lebih rumit dibandingkan dengan menggunakan ketentuan menurut UNCLOS I ataupun secara geologik, namun kondisi tersebut lebih menjamin prinsip keadilan bagi semua negara pants.

3. Penentuan batas landas kontinen Indonesia, khususnya di Paparan Pulau Jawa, dengan mengikuti ketentuan-ketentuan pada UNCLOS III, akan diperoleh wilayah perairan yang lebih luas daripada mengikuti ketentuan-ketentuan UNCLOS I maupun secara geologik.

4. Batas landas kontinen yang balk, yaitu yang sesuai dengan kondisi topografi dasar laut, akan diperoleh dari profil yang dibuat tegak-lurus pantai dengan jarak antar profil disesuaikan dengan skala peta dasar yang dipergunakan.

6.2 Saran

Untuk kesinambungan penelitian ini, sehingga dapat dicapai kesempurnaan dan bermanfaat bagi para pemerhati, maka saran yang dapat disampaikan adalah sebagai berikut :

1. Ketentuan-ketentuan dalam UNCLOS III yang potensial untuk menimbulkan penafsiran ganda, perlu diperjelas lagi sehingga dapat dicapai suatu kesamaan pendapat. Hal ini dapat dilakukan dengan lebih melibatkan kerja-sama pars ahli kelautan, khususnya yang berkaitan dengan hukum laut.

2. Penetapan batas landas kontinen yang sesuai dengan ketentuan hukum internasional yang berlaku, akan tergantung pada

(10)

kelengkapan data yang tersedia. Dalam hal ini kelengkapan dan pengoiahan data geodetik dan geologik perlu untuk mendapatkan perhatian utama.

3. Sebagai negara kepulauan yang diharuskan menetapkan batas wilayah perairan, sebaiknya Indonesia mengikuti ketentuan yang telah ditetapkan di dalam UNCLOS III untuk menentukan batas landas kontinen, karena akan memperoleh klaim terhadap wilayah perairan yang lebih luas, sehingga akan mempunyai kewenangan yang lebih besar untuk mengelola sumberdaya alam yang terkandung di dalamnya.

4. Agar penetapan batas landas kontinen secara geologik, UNCLOS I dan UNCLOS III dapat disusun dengan baik, maka digunakan peta dasar yang mempunyai sistem yang sama dengan peta batimetri.

5. Mengingat bahwa untuk penentuan batas landas kontinen, UNCLOS III menetapkan hanya satu cars yaitu melalui persetujuan dengan tujuan untuk mencapai suatu pemecahan yang adil, maka dalam upaya penetapan batas landas kontinen diperlukan kerjasama dengan negara yang beibatasan langsung. 6. Perlu dilakukan pengkajian lebih Ian jut akibat dari pengaruh

dinamika pantai dan pergerakan lempeng tektonik terhadap : a. Titik dasar.

b. Kaki lereng

Kedua hal tersebut, masing-masing dapat dijelaskan sebagai berikut :

(11)

a. Titik & car

Proses abrasi dan akresi mengakibatkan adanya perubahan pads konfigurasi garis pantai, yang pads gilirannya akan merubahi posisi titik dasar yang akan digunakan untuk penetapan jarak horisontal.

b. Kaki lereng

Kaki lereng pads dasarnya merupakan bagian dari lempeng tektonik yang selalu bergerak. Pergerakan lempeng tektonik berlangsung oleh karena adanya pertumbuhan lempeng samudra di kedua sisi pematang tengah samudra. Kelangsungan pergerakan lempeng tektonik di bagian tepi yang berbatasan - dengan litosfer akan lebih bersifat menyempit, karena subduksi lebih menonjol daripada pemekaran dengan laju kecepatan rata-rata hingga beberapa cm setiap tahun. Keadaan tersebut mengaldbatkan terjadinya perubahan geologi yang tinggi, termasuk pada bagian yang akan ditetapkan sebagai kaki lereng

(12)

DAFTAR PUS TAKA

1. Anwar, C., 1989. Horizon Baru Hukum Laut Internasional. Penerbit Djambatan. Jakarta.

2. Dewantara, T., 2002. Kajian Landas Kontinen Indonesia. Skripsi. Jurusan Teknik Geodesi. ITB.

3. Djalal, H., 2003. Mengelola Potensi Laut Indonesia. Makalah disajikan pads Diskusi Panel Reaktualisasi Wawasan Nusantara Dalam Pn spektif Kesatuan Wilayah Negara Republik Indonesia. Kerjasanra Unpad ITB. Bandung. Februari. 15.

4. Djunarsjah, E., 2000-a Hukum Laut. Diktat Kuliah. Jurusan Teknik Geodesi ITB.

5. Djunarsjah, E., 2000-b. Berbagai Garis Pangkal Yang Digunakan

Dalam Penetapan Batas Wilayah taut. Prosiding. Forum Ilmiah

Tahunan. Ilcatan Surveyor Indonesia.2000.

6. Djunarsjah, E. dan Dewantara,T., 2003. Penetapan Batas Landas

Kontinen Indonesia. Departemen Teknik Geodesi FTSP-ITB.

Penerbit ITB. Bandung.

7. Hess, H.H., 1960. Drowned Ancient Island of the Pacific Basin. American Journal Scientific. 244: 722-911

8. Kennett, J.P., 1982. Marine Geology. Prentice Hall, Inc. Engelwood Cliffs. New Jersey.

9. National Geophysical Data Center www.nQdc.

noaa.gov.mgg/gobal/seltopo.html

(13)

10. Plummer, C.C. dan Geary, D. 1991. Physical Geology. Wm.C.Brown. Publishers. Kerper Boulevard, Dubuque. USA. 11. Rais, J., 2003. Komunikasi Pribad!. Jurusan Teknik Geodesi. ITB. 12. SULASDI, W.N., 2000. Komunikasi Pribadi. Jurusan Teknik

Geodesi. ITB.

13. Symonds, Philip. A. et. AL 2000. Characteristics of Continental

Margin. Dalam. Continental Shelf Limits. the Scientific and Legal

Interface. Peter J Cook dan Christ M. Carleton. Oxford University Press Oxford New York.

14. Willyie, P.J. 1971. The Dinamic Earth : Textbook in Geosciences. John Wiley and sons, Inc. New York.

Referensi

Dokumen terkait

Keteran'an= tanda : berar penilaian dilakukan 1 > seta-un pada bulan anuari ta-un berikutn;a. Keikutsertaan dokter

Ketika mempertimbangkan komputer modern, sifat mereka yang paling penting yang membedakan mereka dari alat menghitung yang lebih awal ialah bahwa,

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan anugerah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan draft dengan judul “Kajian Sedimentasi dan

Abstrak. Tujuan penelitian ini adalah 1) Menghitung dan membandingkan besarnya pendapatan yang diterima oleh petani saat musim hujan dan musim kemarau, 2)

Ide peredaman noise secara aktif (atau lebih dikenal dengan istilah Active Noise Control / ANC) dengan mempertemukan dua buah gelombang yang berbeda phase tetapi memiliki

GIS sangat membantu dalam percobaan pertanian pada lahan miring (< 1km) dan memprediksi tentang kehilangan tanah dengan model terdistribusi. Model ini juga mampu

Tanpa keberadaan serangga, dunia akan menjadi tempat yang mungkin berbeda dari apa yang kita lihat sekarang, dibutuhkan penglihatan yang sangat teliti terhadap serangga agar dapat

Permasalahan yang terjadi adalah perusahaan ini berencana untuk mengganti peralatan yang digunakan tersebut, karena dinilai kinerja alat-alat tersebut sudah menurun, namun