• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV PROFIL KOTA BONTANG - DOCRPIJM 341ad2d521 BAB IV6. BAB IV Profil Kota Bontang Final

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB IV PROFIL KOTA BONTANG - DOCRPIJM 341ad2d521 BAB IV6. BAB IV Profil Kota Bontang Final"

Copied!
49
0
0

Teks penuh

(1)

IV-1

BAB IV

PROFIL KOTA BONTANG

4.1 Geografi dan Administratif Wilayah

Kota Bontang merupakan salah satu kota di Provinsi Kalimantang Timur yang terletak sekitar 120 km dari Kota Samarinda Ibukota Provinsi Kalimantan Timur. Kota Bontang terletak diantara 0001’ Lintang Utara – 0012’ Lintang Utara dan 117028’ Bujur Timur dengan luas wilayah seluas 49.757 ha yang didominasi oleh lautan, yaitu seluas 34.977 ha (70,30%) sedangkan wilayah daratannya hanya seluas 14.780 ha (29,70%). Wilayah Kota Bontang terletak di bagian tengah wilayah Provinsi Kalimantan Timur, berada di pesisir pantai timur. Batas wilayah Kota Bontang sebagai berikut :

 Batas Utara : Kecamatan Teluk Pandan, Kabupaten Kutai Timur  Batas Timur : Selat Makassar

 Batas Selatan : Kecamatan Marang Kayu, Kabupaten Kutai Kertanegara  Batas Barat : Kecamatan Teluk Pandan, Kabupaten Kutai Timur

Wilayah administratif Kota Bontang terdiri dari 3 (tiga) Kecamatan yaitu Kecamatan Bontang Utara, Kecamatan Bontang Selatan dan Kecamatan Bontang Barat. Kecamatan Bontang Utara terdiri dari 6 Kelurahan yaitu Kelurahan Guntung, Kelurahan Loktuan, Kelurahan Gunung Elai, Kelurahan Api-api, Kelurahan Bontang Baru, dan Kelurahan Bontang Kuala. Kecamatan Bontang Selatan terdiri dari 6 Kelurahan yaitu Kelurahan Satimpo, Kelurahan Tanjung Laut, Kelurahan Berbas Pantai, Kelurahan Berebas Tengah, Kelurahan Tanjung Laut Indah dan Kelurahan Bontang Lestari. Kecamatan Bontang Barat terdiri dari 3 Kelurahan yaitu Kelurahan Belimbing, Kelurahan Gunung Telihan dan Kelurahan Kanaan. Berdasarkan prosentasi tersebut wilayah adimistratif berdasarkan Kecamatan bahwa Kecamatan Bontang Selatan memiliki luasan terbesar 10.440 ha di bandingkan Kecamatan Bontang Utara 2.620 ha dan Bontang Barat 1.720 ha.

Gambar 4.1

(2)

IV-2 Gambar 4.2

(3)

IV-3 4.2 Demografi

Sebagai kota yang sedang berkembang terutama dengan keberadaan dua perusahaan besar berskala nasional yakni PT Badak LNG dan PT.Pupuk Kaltim menjadi daya tarik utama bagi para pendatang, maka setiap tahun jumlah penduduk Kota Bontang semakin meningkat. Pertambahan tersebut tidak hanya disebabkan faktor alami pertumbuhan penduduk yakni kelahiran dan kematian tetapi juga faktor lain yang tidak kalah pentingnya yakni migrasi. Profil demografi Kota Bontang yang akan dijabarkan meliputi jumlah penduduk secara keseluruhan, jumlah penduduk menurut jenis kelamin, jumlah penduduk miskin, laju pertumbuhan penduduk dan persebaran penduduk.

Pada tahun 2014 jumlah penduduk Kota Bontang tercatat 159.885 jiwa yang tersebar di tiga kecamatan. Penyebaran penduduk dari 3 kecamatan tidak merata yaitu Kecamatan Bontang Selatan sebesar 63.348 jiwa sedangkan di Kecamatan Bontang Utara adalah 69.176 jiwa dan di Kecamatan Bontang Barat 27.316 jiwa.

Tabel 4.1

Luas Wilayah, Penduduk dan Kepadatan Penduduk Kota Bontang

Kecamatan Luas Wilayah

(Km2)

(4)

IV-4 Tabel 4.2

Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin Menurut Kecamatan Tahun 2009-2013

Kecamatan Laki-laki Perempuan Jumlah

Bontang Selatan 33.000 30.348 63.348

Bontang Utara 36.204 32.702 68.906

Bontang Barat 14.436 12.924 27.360

2014 83.641 75.974 159.614

2013 81.718 74.162 155.880

2012 79.723 72.366 152.089

2011 77.714 70.697 148.412

2010 75.422 68.261 143.683

Sumber: Bontang Dalam Angka, 2015

Dalam kurun waktu 5 tahun terakhir yakni dari tahun 2010 sampai dengan tahun 2014, pertumbuhan penduduk Kota Bontang tercatat rata-rata sebesar 2,66% pertahun atau terjadi penambahan jumlah penduduk rata-rata setiap tahunnya sebesar 3.983 jiwa. Struktur umur penduduk pada tahun 2014 memperlihatkan penduduk usia 0-4 tahun mempunyai persentase tertinggi (10,80%) dibandingkan persentase penduduk di struktur umur lainnya. Penduduk usia produktif Kota Bontang usia 15 - 64 tahun sebesar 108.124 jiwa. Dilihat dari komposisi penduduk menurut umur, Kota Bontang dapat dikatakan sebagai daerah dalam transisi komposisi penduduk dari kategori penduduk usia muda ke arah pada usia tua. Komposisi penduduk tersebut dapat diasumsikan karena Kota Bontang sebagai daerah terbuka dimana mobilitas penduduk tinggi, sehingga pertumbuhan penduduk Kota Bontang juga tinggi. Faktor migrasi tersebut terutama pada faktor umur produktif 15 - 64 tahun.

Tabel 4.3

Struktur Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin dan Umur 2014 Kelompok Umur Laki-laki Perempuan Jumlah

0-4 9.133 8.109 17.242

(5)

IV-5 Tabel 4.4

Indikator Kependudukan Kota Bontang Tahun 2014

Indikator Penduduk Laki-Laki Perempuan Jumlah

(1) (2) (3) (4)

1. Datang 2.996 2.551 5.547

2. Pindah 2.370 1.950 4.320

3. Kematian 201 154 355

4. Kelahiran 1.497 1.365 2.862

Sumber: Bontang Dalam Angka, 2015

Pada tahun 2014, jumlah keluarga miskin yang termasuk dalam Pra Sejahtera sebesar 134 keluarga, yang terbagi dalam 50 keluarga bertempat tinggal di Bontang Selatan, 67 keluarga bertempat tinggal di Bontang Utara dan 17 keluarga yang bertempat tinggal di Bontang Barat. Sedangkan keluarga miskin yang termasuk dalam kategori Sejahtera I pada tahun 2014 jumlahnya 163, dengan sebaran 60 keluarga di Bontang Selatan, 83 keluarga di Bontang Utara dan 20 keluarga di Bontang Barat.

Di Kota Bontang garis kemiskinan menunjukkan perkembangan yang semakin membaik, artinya secara relatif dapat dikatakan kemiskinan berangsur-angsur berkurang dari tahun ketahun. Pada tahun 2007 hingga 2013 menunjukkan persentase yang terus menurun dari kisaran 7,87 % terus menurun hingga 5,16 % penduduk miskin dari total penduduk Kota Bontang. Sedangkan garis kemiskinan juga menunjukkan perkembangan yang semakin positif atau terus meningkat dari tahun ketahun. Jika pada tahun 2007 berada pada kisaran 215.107 maka pada tahun 2013 angkanya sudah menjadi 422.951.

Tabel 4.5

Banyaknya Keluarga Pra Sejahtera Dan Sejahtera I Menurut Kecamatan Di Kota Bontang Tahun 2014

Kecamatan Pra Sejahtera

(KK)

(6)

IV-6 Tabel 4.6

Garis Kemiskinan dan Penduduk Miskin Kota Bontang Tahun 2007-2013

Tahun Garis Kemiskinan (Rp/kapita/bulan)

Sumber: Badan Pusat Statistik Kota Bontang *)Kondisi Sampai Bulan September 2013 4.3 Morfologi dan Topografi

Morfologi wilayah Kota Bontang berupa permukaan tanah yang datar, landai dan berbukit dan bergelombang. Topografi kawasan Bontang memiliki ketinggian antara 1-120 meter dpl dengan kemiringan lereng yang bervariasi dari Pantai Timur dan Selatan hingga bagian Barat. Kemiringan lahan Kota Bontang dengan kemiringan 0-2% (datar) mempunyai luasan 7.211 ha atau 48,79 %. Kemiringan lahan bergelombang (3-15%) seluas 4.001 ha atau 27,07%. Proporsi luas lahan dengan kemiringan yang curam (16-40%) hampir sama dengan yang bergelombang yaitu 24,14 % atau 3.568 ha.

Tabel 4.7

Luas Kemiringan Lahan (Rata-Rata) Kota Bontang

(7)

IV-7 Gambar 4.3

(8)

IV-8 Gambar 4.4

(9)

IV-9 4.4.Geologi

Ditinjau dari aspek geologi, Kota Bontang termasuk dalam sub bagian cekungan Kutai dengan batas fisik di sebelah Timur Selat Makasar, sebelah Selatan Sungai Santan, sebelah Barat Gunung Lobang Batik dan sebelah Utara Sungai Temputuk. Dari aspek litologi, formasi batuan di Kota Bontang terdiri dari :

- Endapan Alluvium, yang tersusun oleh kerakal, kerikil, lempung, dan lumpur sebagai endapan sungai, rawa, pantai dan delta.

- Formasi Kampung baru, yang tersusun atas batu pasir kuarsa dengan sisipan lempung, lanau dan serpih dengan sifat lunak dan mudah hancur. Formasi ini memiliki aquifer potensial di daerah Bontang dengan jenis batuan yang bertindak sebagai aquifer berupa kerikil, pasir kuarsa yang bersifat lepas, batu pasir dan pasir lempung.

- Formasi Balikpapan, yang terdiri atas perselingan batu pasir kuarsa, batu lempung lanauan dan serpih dengan sisipan napal, batu gamping dan batu bara. Formasi Balikpapan merupakan formasi terbesar di Kawasan Pesisir Bontang dengan arah Utara Selatan.

- Formasi Pulau balang, merupakan perselingan batu pasir kuarsa, batu pasir dan batu lempung dengan sisipan batu bara.

- Formasi Bebulu, merupakan formasi batuan kecil-kecil di Kawasan Pesisir Bontang yang tersusun atas batu gamping dengan sisipan lempung, lanauan dan sedikit napal.

- Formasi Pamaluan, tersusun atas batu lempung dan serpih dengan sedikit napal, batu pasir dan batu gamping.

Jenis tanah didominasi oleh podsolid merah kuning, aluvial dan komplek latosol. Jenis tanah ini memiliki lapisan kuning (top soid) yang tipis, peka erosi dan miskin unsur hara. Untuk pemanfaatan lahan pertanian dan perkebunan dibutuhkan pengolahan awal berupa perbaikan tanah (soil stabilization) dan pengamanan hutan, sehingga kestabilan tanah dan ketersediaan air tanah tetap terjaga.

Gambar 4.5

(10)

IV-10 Gambar 4.6

(11)

IV-11 Gambar 4.7

(12)

IV-12 4.5. Geohidrologi

Daerah Aliran Sungai (DAS) yang menempati wilayah Kota Bontang merupakan bagian dari Sub DAS Santan Ilir. Sungai-sungai yang mengalir di wilayah adalah Sungai Guntung, Sungai Bontang, Sungai Busuh, Sungai Nyerakat Kanan dan Sungai Nyerakat Kiri yang semuanya bermuara di Selat Makasar. Sungai-sungai tersebut berhulu di bagian barat wilayah Kota Bontang atau di wilayah Kabupaten Kutai Timur. Sungai-sungai tersebut juga mengalirkan air yang berasal dari mata air, terutama air yang keluar dari batuan pasir halus, pasir kasar dan lempung pasiran yang berasal dari formasi Balikpapan.

Secara administratif DAS Bontang terletak di Kecamatan Sangatta Kabupaten Kutai Timur (DAS Bontang hulu), Kecamatan Bontang Barat (DAS Bontang Tengah), Kecamatan Bontang Selatan (DAS Bontang Tengah), Kecamatan Bontang Utara (DAS Bontang Tengah) dan Kecamatan Bontang Baru (DAS Bontang Hilir). DAS Bontang memiliki luas 59,710 km2 dan panjang sungai utama 41,173 km dengan alur berkelok-kelok (meandering). DAS Bontang yang melintasi Kota Bontang memiliki luas kurang lebih 300 Km2 dan panjang sungai utama 17 km.

Gambar 4.8 Kondisi DAS Bontang

Gambar 4.9 Kondisi Hidrologi (DAS)

(13)

IV-13 Tabel 4.8

Sistem Hidrologi (DAS) di Kota Bontang

No DAS Luas (m2) Panjang Sungai (m) Keterangan

1 Guntung 23,612 15,879 86,37% Masuk

Wilayah Kutim

2 Belimbing 15,627 11,300

3 Semputuk 20,002 20,590 86,11% Masuk

Wilayah Kutim

4 Kenibung 5,190 4,892 92,70% Masuk

Wilayah Kutim

5 Tanjung Limau 1,478 3,480

6 Bontang 59,710 41,173 68,27% Masuk

Wilayah Kutim

7 Busuk 25,798 11,010

8 Budak 20,468 9,650

9 Nyerakat 29,388 22,295

10 Tanjung Limau 2 1,110 -

Sumber : Laporan Perencanaan Relokasi Bantaran Sungai, 2010

(14)

IV-14 Gambar 4.10

(15)

IV-15 Gambar 4.11

(16)

IV-16 4.6. Klimatologi

Secara klimatologi, Kota Bontang memiliki iklim tropis yang sama dengan wilayah lainnya di Indonesia pada umumnya. Wilayah Kota Bontang termasuk daerah khatulistiwa dan dipengaruhi iklim tropis basah dengan ciri-ciri khas hujan terjadi di sepanjang tahun dengan suhu rata-rata 24°-33°C. Oleh karena itu, hampir tidak memiliki perbedaan pergantian musim hujan dan kemarau. Angin musim Barat pada umumnya terjadi pada bulan November-April dan musim angin timur terjadi pada bulan Mei-Oktober.

Curah hujan dipengaruhi oleh bertiupnya angin muson barat yang basah pada bulan Desember-Februari yang menyebabkan hujan, sedangkan pada bulan Juni-September bertiup angin muson timur yang menyebabkan terjadinya kemarau. Pada bulan Maret-Mei dan September-Nopember merupakan bulan-bulan peralihan. Pada bulan-bulan peralihan terjadi cuaca yang sama yaitu adanya arus angin konveksi yang memungkinkan hujan walaupun pada saat musim kemarau. Curah hujan selama tahun 2013 sangat beragam, dimana curah hujan tertinggi terjadi pada bulan Januari (curah hujan 306,0 mm dan 16 hari hujan), terendah pada bulan Maret (curah hujan 89,3 mm dengan 19 hari hujan). Sedangkan rata-rata curah hujan dan hari hujan pada tahun 2013 lebih tinggi dibandingkan dengan tahun 2012.

Tabel 4.9

Curah Hujan di Kota Bontang

(17)

IV-17 Tabel 4.10

Kelembaban dan Suhu Udara di Kota Bontang Tahun 2013

Bulan Suhu Udara (

0

C) Rata-rata Kelembaban

(% Rh) Minimum Maksimum Rata-rata

(1) (2) (3) (4) (5)

Tabel 4.11Tekanan Udara dan Kecepatan Angin di Kota Bontang Tahun 2013

Bulan Tekanan Udara (InHg) Rata-rata Kecepatan Angin (Mph) Minimum Maksimum Rata-rata

(18)

IV-18 4.7. Sosial dan Ekonomi

Masyarakat Kota Bontang apabila kita tinjau dari kondisi sosial, sebagian besar merupakan masyarakat pendatang yang berasal dari berbagai provinsi di sekitarnya. Para pendatang tiap tahun makin bertambah dengan makin pesatnya pembangunan khususnya di sektor industri, jasa dan perdagangan. Hal tersebut berimbas dengan semakin meningkatnya pembangunan kota.

A. Aspek Sosial dan Budaya A.Pendidikan

Salah satu cara mendapatkan sumber daya manusia yang berkualitas adalah melalui pendidikan. Pendidikan yang dimaksudkan disini adalah pendidikan formal mulai dari jenjang SD sampai dengan Perguruan Tinggi.

Pada tahun 2013 ada penambahan 1 unit SD dan 3 unit SLTA. Jumlah gedung sekolah SD, SLTP dan SLTA baik yang negeri maupun swasta berturut-turut banyaknya adalah 60, 37 dan 25 unit.

Perbandingan atau rasio antara guru dan murid akan menggambarkan rata-rata jumlah guru yang mengajar di sebuah sekolah. Rasio ini menggambarkan ketersediaan guru sebagai penunjang kegiatan belajar mengajar pada sebuah sekolah. Ini penting diketahui karena ada relevansinya dengan terlaksananya proses belajar mengajar yang baik sehingga pada akhirnya mampu menciptakan bibit-bibit Sumber Daya Manusia yang berkualitas.

Pada tahun ajaran 2013/2014, setiap guru SD di Kota Bontang menangani 19 murid. Pada jenjang SLTP, rasionya 15 murid untuk setiap guru, sementara itu untuk tingkat SLTA setiap guru hanya menangani 14 murid.

Tabel 4.12

Angka Partisipasi Murni (APM), Angka Partisipasi Kasar (APK) dan Angka Partisipasi Sekolah (APS) di Kota Bontang Tahun 2014

(19)

IV-19 Tabel 4.13

Banyaknya Sekolah, Murid, Guru dan Rasio Murid-Guru Taman Kanak-Kanak/Roudlotul Adhfal (TK/RA) di Kota Bontang Tahun 2014

(20)

IV-20 Tabel 4.14

Banyaknya Sekolah, Murid, Guru dan Rasio Murid-Guru Sekolah Dasar (SD) Negeri Di Kota Bontang 2014

Laki Perempuan Jumlah

Negeri

Sumber : Bontang Dalam Angka 2015

Tabel 4.15

Banyaknya Sekolah, Murid, Guru dan Rasio Murid-Guru Sekolah Dasar (SD) Swasta Di Kota Bontang 2014

Kecamatan Sekolah

Murid Guru Rasio

Murid-Guru

Laki-Laki Perempuan Jumlah

Negeri/

(21)

IV-21 Tabel 4.16

Banyaknya Sekolah, Murid, Guru dan Rasio Murid-Guru Madrasah Ibtidaiyah (MI) Swasta Di Kota Bontang 2014

Kecamatan Sekolah

Murid Guru Rasio

Murid-Guru

Laki-laki Perempuan Jumlah

Negeri/

Sumber : Bontang Dalam Angka 2015

Tabel 4.17

Banyaknya Sekolah, Murid, Guru dan Rasio Murid-Guru Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri di Kota Bontang 2014

Kecamatan Sekolah

Murid Guru Rasio

Murid-Guru

Laki-laki Perempuan Jumlah

Negeri/

(22)

IV-22 Tabel 4.18

Banyaknya Sekolah, Murid, Guru dan Rasio Murid-Guru Sekolah Menengah Pertama (SMP) Swasta di Kota Bontang 2014

Kecamatan Sekolah

Murid Guru Rasio

Murid-Guru

Laki-Laki Perempuan Jumlah

Negeri/

Sumber : Bontang Dalam Angka 2015

Tabel 4.19

Banyaknya Sekolah, Murid, Guru dan Rasio Murid-Guru Madrasah Tsanawiyah (MTs) Swasta di Kota Bontang 2014

Kecamatan Sekolah

Murid Guru Rasio

Murid-Guru

Laki-laki Perempuan Jumlah

Negeri/

(23)

IV-23 Tabel 4.20

Banyaknya Sekolah, Murid, Guru dan Rasio Murid-Guru Sekolah Menengah Tingkat Atas (SMA) di Kota Bontang 2014

Kecamatan Sekolah

Murid Guru Rasio

Murid-Guru

Laki-Laki Perempuan Jumlah

Negeri/

(24)

IV-24 Perbandingan atau rasio antara guru dan sekolah akan menggambarkan rata-rata jumlah guru yang mengajar di sebuah sekolah. Rasio ini menggambarkan ketersediaan guru sebagai penunjang sarana belajar mengajar pada sebuah sekolah. Ini penting diketahui karena ada relevansinya dengan terlaksananya proses belajar mengajar yang baik sehingga pada akhirnya mampu menciptakan bibit-bibit Sumber Daya Manusia yang berkualitas.

Sejalan dengan pencanangan misi Kota Bontang untuk Meningkatkan Kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) Kota Bontang yang Berakhlak Mulia dan Profesional, maka pemerintah Kota Bontang merumuskan sasaran pembangunan :

1. Berkembangnya Penyelenggaraan Pendidikan Masyarakat, yang ditandai : a. Angka partisipasi murni SD/MI menjadi 100%

b. Angka Partisipasi Murni SMP/MTS menjadi 73.38%

c. Angka Partisipasi Murni SMA/MAN/SMK menjadi 63.26% 2. Meningkatkan kualitas layanan pendidikan yang ditandai oleh:

a. Tersedianya sarana dan prasarana pendidikan menjadi 60%

b. Angka kelulusan Sekolah Dasar hingga menengah mencapai 100%. c. Kualifikasi pendidikan guru mencapai menjadi 100%

d. Guru bersertifikat menjadi 100%

3. Meningkatnya kurikulum mata pelajaran yang terintegrasi dengan pendidikan karakter pada satuan pendidikan, bobot kurikulum pendidikan agama dan budi pekerti pada sekolah negeri maupun swasta menjadi 100%.

B.Kesehatan

Pada dasarnya pembangunan di bidang kesehatan bertujuan untuk memberikan pelayanan kesehatan secara mudah, merata, dan murah. Dengan meningkatnya pelayanan kesehatan, pemerintah berupaya meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Salah satu upaya pemerintah dalam rangka memeratakan pelayanan kesehatan kepada masyarakat adalah dengan menyediakan fasilitas kesehatan terutama puskesmas dan puskesmas pembantu karena kedua jenis fasilitas tersebut dapat menjangkau segala lapisan masyarakat hingga ke daerah terpencil.

Jumlah fasilitas penunjang kesehatan yang ada di Kota Bontang pada tahun 2013 mengalami peningkatan dibandingkan tahun sebelumnya. Begitu pula dengan jumlah praktek dokter dibanding tahun sebelumnya.

(25)

IV-25 dalam lingkungan dan perilaku sehat dan memiliki kemampuan untuk menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu secara merata melalui kesadaran tinggi.

Sejalan dengan hal tersebut, Pemerintah Kota Bontang mencanangkan kebijakan untuk merevitalisasi peran puskesmas dalam rangka peningkatan kualitas pelayanan. Mulai tahun 2012 telah dibuka puskesmas 24 jam yang terletak di Kelurahan Bontang Lestari. Peningkatan kualitas pelayanan kesehatan dan upaya Pemerintah Kota untuk melakukan peningkatan akses dan cakupan serta mutu pelayanan kesehatan yang berkualitas dan terjangkau bagi masyarakat merupakan strategi dan arah kebijakan dalam rangka mencapai tujuan yaitu mewujudkan masyarakat Kota Bontang yang sehat.

Gambar 4.12

Fasilitas di Bidang Kesehatan

Tabel 4.21

Banyaknya Fasilitas Kesehatan di Kota Bontang 2014

(26)

IV-26 Tabel 4.22

Banyaknya Apotik, Toko Obat dan Gudang Farmasi di Kota Bontang Tahun 2014

Kecamatan Apotek Toko Obat Gudang

Farmasi Jumlah

Banyaknya Tenaga Kesehatan di Kota Bontang Tahun 2009-2014

Tenaga Kesehatan 2009 2010 2011 2012 2013 2014

Sumber : Bontang Dalam Angka 2015 C.Agama

(27)

IV-27 Tabel 4.24Jumlah Penduduk Menurut Jenis Agama yang Dianut di Kota Bontang

2012-2014

Kecamatan Islam Protestan Katolik Hindu Budha Kong

Huchu

Sumber : Bontang Dalam Angka 2015

Tabel 4.25

Banyaknya Tempat Peribadatan di Kota Bontang 2012-2014

Kecamatan Masjid Mushola Gereja

Protestan

Gereja

Katholik Pura Vihara

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)

Sumber : Kementerian Agama Kota Bontang D.Karakteristik Masyarakat Bontang

Wilayah Kota Bontang sekitar 34.977 Ha atau 70,29% merupakan wilayah perairan laut, sehingga karakteristik masyarakat Kota Bontang sangat dipengaruhi oleh ekosistem laut. Interaksi masyarakat Kota Bontang dengan pesisir laut memiliki intensitas yang berbeda-beda. Indikator dari besarnya interaksi ini dapat dilihat dari besarnya jumlah penduduk yang tinggal di pesisir laut atau di atas air, jumlah penduduk nelayan dan besar produksi perikanan. Beberapa wilayah permukiman yang memiliki interaksi besar dengan pesisir laut yaitu Bontang Kuala, Tanjung Laut Indah, Berbas Pantai, Berbas Tengah dan Loktuan (Potret Lingkungan Hidup Kota Bontang 2003).

(28)

IV-28 atas air. Dalam rangka pengembangan wisata di Bontang Kuala, dilaksanakan upacara adat secara rutin dan berhubungan dengan laut yaitu Pesta Laut.

Tanjung Laut Indah juga terkenal memiliki interaksi yang tinggi terhadap pesisir. Aktifitas pesisir yang berkembang meliputi pengolahan produkasi perikanan seperti pengeringan ikan, pengeringan rumput laut, dan pembuatan dodol rumput laut. Hal ini ditandai dengan adanya usaha peningkatan keterampilan penduduk dalam pemanfaatan potensi pesisir. Sebagian besar penduduk di Tanjung Laut Indah merupakan penduduk pendatang dan memiliki sikap yang relatif terbuka terhadap pengaruh dari luar. Selain itu tingkat partisipasi masyarakat juga cukup baik yang ditandai dengan partisipasi penduduk dalam pembangunan misalnya pembangunan jalan dan tempat ibadah.

Meskipun sebagian besar penduduk Berbas Pantai memiliki mata pencaharian sebagai karyawan kontrak di sektor industri, namun jumlah penduduk yang tekait dengan aktifitas pesisir juga cukup besar, seperti pedagang atau pengumpul ikan hasil tangkapan nelayan dan sebagai nelayan.

Penduduk Lhoktuan memiliki mata pencaharian sebagai nelayan, petani dan buruh. Secara umum pola ekonomi masyarakat di Lok Tuan dipengaruhi oleh kedudukan kawasan Lok Tuan sebagai kawasan pelabuhan dan permukiman (nelayan) serta perdagangan dan jasa. Pola permukiman pada umumnya adalah permukiman tepi pantai, dengan ciri rumah panggung di atas air. Penduduk Lok Tuan memiliki kebudayaan yang tetap dilestarikan yakni Pesta Laut.

E.Heterogenitas Etnis

Masyarakat Kota Bontang merupakan masyarakat majemuk yang terbentuk secara ganeakologis (perkawinan) dan teritorial (sama-sama menempati suatu daerah dalam mencari penghidupan) dari berbagai etnis nusantara mulai dari Sumatera, Jawa, Sulawesi, Nusa Tenggara, Maluku, Papua, dan etnis lokal Kalimantan seperti Banjar, Kutai, Melayu dan Dayak. Selain masyarakat Kutai, Banjar dan Melayu yang dapat dikategorikan sebagai masyarakat setempat, tercatat hampir 60-70% penduduk Kota Bontang adalah pendatang yang berasal dari Sulawesi Selatan, (seperti etnis Bugis, Bone, dsb). Pada umumnya mereka tinggal di sepanjang pesisir pantai Kota Bontang dan hidup sebagai nelayan.

Meskipun berbeda etnis dan kebudayaan, penduduk lokal dan para pendatang yang mencari pekerjaan berupaya untuk memelihara budaya kerukunan bersama. Berbagai kelompok kerukunan atau paguyuban telah terbentuk dikalangan masyarakat. Kerukunan atau paguyuban tersebut selain untuk menjaga kekerabatan juga kelestarian budaya (Potret Lingkungan Hidup Kota Bontang, 2003).

(29)

IV-29 para pendatang dengan keterbatasan pendidikan dan keterampilan akan memasuki sektor tersier seperti perdagangan, jasa atau sektor informal lainnya.

F. Kesejahteraan

Pada tahun 2014, jumlah keluarga miskin yang termasuk dalam Pra Sejahtera sebesar 134 keluarga, yang terbagi dalam 50 keluarga bertempat tinggal di Bontang Selatan, 67 keluarga bertempat tinggal di Bontang Utara dan 17 keluarga yang bertempat tinggl di Bontang Barat. Sedangkan keluarga miskin yang termasuk dalam kategori Sejahtera I pada tahun 2014 jumlahnya 161, dengan sebaran 60 keluarga di Bontang Selatan, 83 keluarga di Bontang Utara dan 20 keluarga di Bontang Barat.

Di Kota Bontang garis kemiskinan menunjukkan perkembangan yang semakin membaik, artinya secara relatif dapat dikatakan kemiskinan berangsur-angsur berkurang dari tahun ketahun. Pada tahun 2007 hingga 2013 menunjukkan persentase yang terus menurun dari kisaran 7,87 % terus menurun hingga 5,16 % penduduk miskin dari total penduduk Kota Bontang. Sedangkan garis kemiskinan juga menunjukkan perkembangan yang semakin positif atau terus meningkat dari tahun ketahun. Jika pada tahun 2007 berada pada kisaran 215.107 maka pada tahun 2013 angkanya sudah menjadi 422.951.

Berdasarkan karakteristiknya penduduk miskin Kota Bontang umumnya pendidikan yang memadai (relatif rendah), tidak memiliki modal usaha, terkendala faktor budaya (malas dan tidak kreatif) serta memiliki kesehatan yang rendah.

Menyadari kompleksitas masalah kemiskinan di Kota Bontang yang tidak hanya semata berkaitan dengan rendahnya pendapatan dan tingkat konsumsi masyarakat, akan tetapi berkaitan pula dengan rendahnya tingkat pendidikan dan kesehatan, maka sebagai wujud komitmen Pemerintah Kota Bontang dalam penanggulangan kemiskinan di daerah ini.

Tabel 4.26

Jumlah Penduduk Miskin di Kota Bontang

Kecamatan Pra Sejahtera (KK) Sejahtera I (KK)

(1) (2) (3)

(30)

IV-30 B. Aspek Ekonomi

Perkembangan pembangunan Kota Bontang dapat dilihat dari sisi pertumbuhan ekonomi dan pengembangan pembangunan fisik. Sebagai daerah otonom yang baru terbentuk, Kota Bontang banyak melakukan pembangunan fisik terutama infrastruktur untuk pelayanan masyarakat. Dalam kurun waktu sampai dengan tahun 2013, Kota Bontang melakukan pembangunan jalan, pelabuhan dan sarana prasarana lainnya termasuk pembangunan perumahan, baik yang dilakukan oleh perorangan maupun pengusaha real estate (swasta). Peningkatan pembangunan fisik kota ini merupakan penyebab utama tingginya pertumbuhan sektor ekonomi.

Kota Bontang dapat dikatakan sebagai daerah dalam transisi komposisi penduduk dari kategori penduduk usia muda menuju usia tua. Komposisi penduduk tersebut dapat diasumsikan karena Kota Bontang sebagai daerah terbuka dimana mobilitas penduduknya relatif tinggi, sehingga pertumbuhan penduduk Kota Bontang juga tinggi. Keberadaan dua perusahaan besar berskala nasional yakni PT. Badak NGL dan PT. Pupuk Kalimantan Timur, menjadi salah satu faktor bertambahnya jumlah penduduk Kota Bontang. Pertambahan tersebut tidak hanya disebabkan faktor alami pertumbuhan penduduk tetapi juga faktor migrasi.

Untuk menunjang perkembangan Kota Bontang kedepan, prasarana dan sarana wilayah yang ada perlu ditingkatkan guna dapat memenuhi tuntutan dinamika perkembangan kota dan pemenuhan kebutuhan masyarakat. Hal ini tentunya sangat logis dan mendasar bahwa dengan adanya perkembangan pembangunan fisik, pertumbuhan ekonomi dan pertumbuhan penduduk yang tinggi di Kota Bontang maka memerlukan penyediaan sarana prasarana dan infrastruktur yang memadai.

Kota Bontang selain mengalami pertumbuhan dan perkembangan pembangunan baik fisik, sosial maupun ekonomi, juga tidak lepas dari berbagai kendala-kendala yang masih dihadapi seiring perkembangan kota. Masalah yang terkait dengan proses pembangunan di Kota Bontang adalah masalah mobilitas penduduk dan ketenagakerjaan. Tingginya angka mobilitas penduduk akan menjadi beban kota untuk menampung mereka. Apabila kaum pendatang tidak mempunyai bekal pendidikan dan skill yang memadai maka akan menambah angka pengangguran di Kota Bontang. Pada sisi lain jika kaum pendatang mempunyai skill dan bekal pendidikan yang memadai maka akan menjadi pesaing baru bagi tenaga kerja terdidik lokal yang jumlahnya dari waktu ke waktu terus meningkat. Hal tersebut tentu akan menimbulkan masalah sosial baru yang kurang menguntungkan bagi perkembangan Kota Bontang di waktu yang akan datang.

(31)

IV-31 Konsekuensi sebagai daerah yang baru berkembang, pemerintah kota masih dihadapkan pada persoalan rendahnya kapasitas SDM dan tingkat pendidikan tenaga kerja lokal. Kondisi ini sebagai dampak dari belum terpenuhinya fasilitas pendidikan, baik secara kualitas maupun kuantitas dan merata dengan skala pelayanannya. Persoalan lain yang masih menjadi kendala adalah terkait pembangunan sarana dan prasarana kota. Secara umum permasalahan pembangunan sarana dan prasarana kota adalah :

- Kebutuhan belum diimbangi dengan penyediaan baik secara kualitas maupun kuantitas.

- Distribusi fasilitas/sarana belum merata baik jenis maupun skala pelayanannya. - Kebutuhan ruang untuk mengakomodasikan penyediaan fasilitas/sarana tidak dapat

dipenuhi di kawasan pusat kota sekarang.

- Tingkat pelayanan prasarana yang belum memadai di luar kawasan PKT dan NGL Badak.

A.Kondisi perkembangan PDRB (Produk Domestik Regional Bruto)

Hingga saat ini sector industri pengolahan migas masih merupakan andalan bagi pembentukan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kota Bontang, dengan kontribusi sebesar 73,67% pada tahun 2014 dan laju pertumbuhan PDRB (dengan migas) 1,99% sedangkan tanpa migas sebesar -1,37%. Penurunan laju pertumbuhan PDRB (dengan migas) seiring dengan penurunan produksi gas yang diolah oleh PT Badak NGL.

Sedangkan sektor ekonomi lainnya mengalami pertumbuhan diatas laju pertumbuhan agregat. Diantaranya adalah sektor Jasa Pendidikan sebesar 13,05%, sektor Pengadaan Listrik dan Gas 10,69%, Sektor Transportasi dan Pergudangan 3,94%, sektor Konstruksi 2,07%. Sementara itu sektor Pertanian, kehutanan dan perikanan mengalami pertumbuhan sebesar 20,28%%.

Laju pertumbuhan ekonomi Kota Bontang dari tahun ke tahun jika dilihat tanpa migas ternyata cukup berfluktuasi, dengan pertumbuhan 4,85% tahun 2011, 15,62% tahun 2012, 8,64% tahun 2013 dan 3,71% tahun 2014.

(32)

IV-32 Tabel 4.27

Perkembangan PDRB Menurut Harga Berlaku, Harga Konstan Tahun 2010, Indeks Implisit dan Pertumbuhan Kota Bontang Dengan Migas 2010-2014

Tahun

2010 54.258.700,03 54.258.700,03 100,00

2011 55.625.376,47 50.234.499,27 110,73 -7,42

2012 54.511.513,81 45.623.745,46 119,48 -9,18

2013*) 56.278.044,12 43.012.308,83 130,84 -5,72

2014*) 58.775.497,18 41.544.442,36 141,48 -3,41

*) Angka Sementara

Sumber : Bontang Dalam Angka 2015

Tabel 4.28

Pertumbuhan PDRB Menurut Lapangan Usaha di Kota Bontang

Lapangan Usaha 2012 2013*) 2014*)

(1) (2) (3) (5)

1. Pertanian, Kehutanan & Perikanan 15,67 17,91 20,28

2. Pertambangan dan Penggalian 47,95 -30,78 -39,06

3. Industri Pengolahan -12,09 -6,39 -3,83

4. Listrik dan Gas 14,69 7,56 10,69

5. Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan

Daur Ulang 6,15 0,84 3,21

6. Konstruksi 2,71 2,01 2,07

7. Perdagangan Besar dan Eceran, Reparasi Mobil dan

Motor 4,17 3,93 3,98

14. Administrasi Pemerintah, Pertahanan dan Jaminan

Sosial Wajib 6,97 5,76 5,32

(33)

IV-33 Tabel 4.29

Perkembangan PDRB Menurut Harga Berlaku, Harga Konstan Tahun 2010, Indeks Implisit dan Pertumbuhan Kota Bontang Dengan Migas

Tahun

2010 54.258.700,03 54.258.700,03 100,00

2011 55.625.376,47 50.234.499,27 110,73 -7,42

2012 54.511.513,81 45.623.745,46 119,48 -9,18

2013*) 56.278.044,12 43.012.308,83 130,84 -5,72

2014*) 58.775.497,18 41.544.442,36 141,48 -3,41

*) Angka Sementara

Sumber : Bontang Dalam Angka 2015

Tabel 4.30

Perkembangan PDRB Menurut Harga Berlaku, Harga Konstan Tahun 2000, Indeks Implisit dan Pertumbuhan Kota Bontang Tanpa Migas

Tahun PDRB Perkapita Pendapatan Perkapita

Rupiah Pertumbuhan (%) Rupiah Pertumbuhan (%)

(1) (2) (3) (4) (5)

2010 12.587.203,08 12.587.203,08 100,00

2011 14.542.329,79 13.197.097,22 110,19 4,85

2012 17.760.358,37 15.258.929,27 116,39 15,62

2013*) 20.800.675,46 16.576.750,80 125,48 8,64

2014*) 21.006.716,35 17.190.924,14 122,20 3,71

*) Angka Sementara

Sumber : Badan Pusat Statistik Kota Bontang B.Laju Investasi dan Inflasi

(34)

IV-34 Tabel 4.31

Pertumbuhan Investasi di Kota Bontang

Indikator 2009 2010 2011 2012 2013

(1) (3) (4) (5) (6) (7)

1. Realisasi Investasi

PMDN (Juta Rupiah) 11.283 471.712 4.393.468 7.744.650 7.841.835

2. Realisasi Investasi PMA

(US $) 200.000 182.082.141 46.202.400 1.743.766.933 1.442.296.943

3. Jumlah Proyek - - 5 5 5

4. Jumlah Usaha PMDN - - 3 5 5

5. Jumlah Usaha PMA - - 2 7 8

6. Jumlah Tenaga Kerja

Lokal (orang) 21 - 3.594 5.704 9.717

7. Jumlah Tenaga Kerja

Orang Asing (orang) 5 - 113 211 134

Sumber : Badan pelayanan Perijinan $ Penanaman Modal Daerah Kota Bontang

Gambar 4.13 Perkembangan Inflasi

C.Potensi Ekonomi

Kota Bontang memiliki banyak potensi investasi yang masih terbuka untuk terus dikembangkan, diantaranya dalam bidang pertanian, pertambangan, industri, perdagangan, jasa, dan pariwisata.

0 2 4 6 8 10 12

(35)

IV-35 C.1. Bidang Pertanian

Bidang pertanian dapat kita bagi dalam 3 (tiga) jenis, yaitu : (1) Padi, palawija dan hortikultura; (2) Perkebunan dan peternakan; dan (3) Perikanan.

1. Padi, Palawija dan Hortikultura

Potensi pertanian tanaman pangan di Kota Bontang tidak terlalu menonjol, mengingat Bontang adalah daerah perkotaan. Selama ini Kota Bontang masih mengandalkan suplai bahan-bahan makanan dari daerah lain.

Untuk tahun 2014 produksi padi di Kota Bontang mengalami peningkatan jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya yaitu sebesar 2.789,38 kwintal dengan luas panen mencapai 62 Ha.

Untuk tanaman sayur-sayuran pada tahun 2014 luas panennya juga mengalami peningkatan terutama tanaman jamur dan sawi.

Produksi buah-buahan pada tahun 2014 tertinggi adalah mangga, diikuti pisang dan pepaya.

Tabel 4.32

Luas Panen, Produksi dan Produktivitas Jagung dan Kedelai di Kota Bontang Tahun 2013-2014

Sumber : Dinas Perikanan, Kelautan dan Pertanian Kota Bontang Tabel 4.33

Luas Panen, Produksi dan Produktivitas Kacang Tanah dan Kacang Hijau di Kota Bontang Tahun 2013-2014

Kecamatan

District

Kacang Tanah Kacang Hijau

Luas

(36)

IV-36 Tabel 4.34

Luas Panen, Produksi dan Produktivitas Ubi Kayu dan Ubi Jalar di Kota Bontang Tahun 2013-2014

Sumber : Dinas Perikanan, Kelautan dan Pertanian Kota Bontang Tabel 4.35

Produksi Tanaman Sayuran Menurut Kecamatan dan Jenis Sayuran di Kota Bontang Tahun (Kuintal) 2013-2014

Sumber : Dinas Perikanan, Kelautan dan Pertanian Kota Bontang Tabel 4.36

Produksi Buah-Buahan di Kota Bontang Tahun 2013-2014

Kecamatan Mangga Pisang Pepaya Rambutan Nangka Sukun Salak Semangka

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9)

(37)

IV-37 2. Perkebunan dan Peternakan

Populasi ternak di Kota Bontang tahun 2013 didominasi oleh hewan ternak Babi, yaitu sebanyak 3.343 ekor, diikuti oleh populasi sapi sebanyak 712 ekor dan kambing 493.

Sedangkan populasi unggas yang paling dominan adalah ayam Kampung, yaitu sebanyak 76.673 ekor, diikuti oleh populasi itik 5.030 ekor.

Tabel 4.37

Produksi Tanaman Perkebunan di Kota Bontang Tahun 2012-2013

Kecamatan Karet

Sumber : Dinas Perikanan, Kelautan dan Pertanian Kota Bontang Tabel 4.38

Populasi Ternak di Kota Bontang Tahun 2013-2014

Kecamatan

Sumber : Dinas Perikanan, Kelautan dan Pertanian Kota Bontang Tabel 4.39

Populasi Unggas di Kota Bontang Tahun 2013-2014

Kecamatan

(38)

IV-38 3. Perikanan

Wilayah laut di Kota Bontang lebih luas daripada wilayah daratan, oleh karena itu wajar jika hasil produksi perikanan didominasi oleh perikanan laut. Hasil produksi perikanan laut yang paling banyak adalah ikan baronang lingkis (1.690,4 ton) diikuti ikan layang (1.505,5 ton). Sedangkan produk olahan hasil perikanan laut yang terbanyak adalah Baronang Lingkis yang diasinkan yaitu sebanyak 845,2 ton.

Produksi perikanan budidaya tambak yang diusahakan di Kota Bontang terbanyak adalah bandeng (6,2 ton), diikuti udang putih (4,8 ton), dan udang windu (4,2 ton). Ikan lele merupakan produk budidaya kolam yang terbanyak yaitu 29,6 ton, dan ikan nila dengan 3,9 ton.

Tabel 4.40

Produksi Perikanan Tangkap di Kota Bontang Tahun 2013-2014

Kecamatan

Sumber : Dinas Perikanan, Kelautan dan Pertanian Kota Bontang Tabel 4.41

Produksi Ikan/Tumbuhan/Hewan Laut di Kota Bontang Tahun 2013-2014

Jenis Ikan/Tumbuhan/Hewan Produksi (Ton)

(39)

IV-39

Jenis Ikan/Tumbuhan/Hewan Produksi (Ton)

2013 2014

(40)

IV-40 Tabel 4.42

Produksi Perikanan Budidaya Karamba dan Rumput Laut di Kota Bontang Tahun 2014

Jenis Ikan/Tumbuhan/Hewan Produksi

(1) (2)

1. Kerapu 18,3

2. Kakap 9,7

3. Kuwe 9,0

4. Ikan Lainnya 3,25

5. Rumput Laut 14.616,9

Sumber : Dinas Perikanan, Kelautan dan Pertanian Kota Bontang Tabel 4.43

Produksi Perikanan Budidaya Tambak di Kota Bontang Tahun 2013-2014

Jenis Ikan/Tumbuhan/Hewan Produksi

2013 2014

(1) (2) (3)

1. Bandeng 6,2 6,2

2. Udang Windu 4,0 4,2

3. Udang Putih 5,4 4,8

Sumber : Dinas Perikanan, Kelautan dan Pertanian Kota Bontang Tabel 4.44

Produksi Perikanan Budidaya Kolam di Kota Bontang Tahun 2013-2014

Jenis Ikan/Tumbuhan/Hewan Produksi

2013 2014

(1) (2) (3)

1. Ikan Mas 2,7 2,4

2. Mujair 0,2 0,1

3. Nila 3,9 3,9

4. Gurami 1,2 1,4

5. Lele 30,5 29,6

6. Ikan Lainnya 0,8 0,8

(41)

IV-41 C.2. Bidang Pertambangan

Wilayah Kota Bontang tidak memiliki Sumber Daya Alam (SDA) pertambangan yang potensial, khususnya pertambangan skala besar. Selain karena luas wilayah daratannya lebih kecil dari luas lautan, juga karena kondisi geologinya yang membuat Kota Bontang tidak memiliki kandungan bahan tambang. Lokasi pertambangan skala besar ada di sekitar Kota Bontang, yaitu Kabupaten Kutai Timur dan Kabupaten Kutai Kartanegara. Adapun pertambangan skala kecil yang ada di Kota Bontang hanya pada tambang galian C, yang menghasilkan pasir (tanah urug).

C.3. Bidang Industri

Banyaknya Industri Logam, Mesin, Elektronika dan Aneka industri kecil di tahun 2013 menunjukkan peningkatan jika dibandingkan tahun sebelumnya, dari 383 unit usaha menjadi 400 unit usaha. Sedangkan untuk Industri Kimia, Agro, dan Hasil Hutan mengalami pengurangan jumlah unit usaha dari tahun sebelumnya. Di tahun 2013 tercatat ada 389 unit usaha dengan nilai investasi sebesar 13.718,824 juta rupiah.

Gas alam cair merupakan komoditi utama yang menopang perekonomian Kota Bontang dari tahun ke tahun. Pada tahun 2014 produksi LNG, yang dikelola oleh PT Badak NGL, mengalami penurunan jika dibandingkan dengan tahun 2013. Tercatat produksi total LNG pada tahun 2014 sebesar 22.244.537 m3 dengan produksinya tertinggi sebesar 2.119.998 m3 pada bulan Januari 2014. Untuk nilai ekspor LNG tertinggi terjadi pada bulan Juni 2014 sebesar 1.823.228 m3. Total eksporpada tahun 2014 sebesar 19.328.825 m3.

(42)

IV-42 Tabel 4.45

Banyaknya Industri Logam, Mesin, Elektronika dan Aneka Industri serta Tenaga Kerja dan Investasi Di Kota Bontang Bontang Tahun 2010-2014

Uraian 2010 2011 2012 2013 2014

(1) (2) (3) (4) (5) (6)

1. Industri Logam, Mesin, Elektronika dan Aneka (ILMEA)

 Unit Usaha 474 355 383 400 400

 Tenaga Kerja 337 956 963 1.027 1.027

 Investasi (000 000 Rp) 10.749,95 14.725.962 14.821.442 15.626.215 15.626.215 2. Industri Logam, Mesin, Elektronika dan Aneka (ILMEA) Formal

 Unit Usaha 63 40 41 30 30

 Tenaga Kerja 124 165 169 97 97

 Investasi (000 000 Rp) 1.004,88 1.980.050 2.005.050 1.024.850 1.024.850 3. Industri Logam, Mesin, Elektronika dan Aneka (ILMEA) Non Formal

 Unit Usaha 411 315 342 370 370

 Tenaga Kerja 213 791 794 930 930

 Investasi (000 000 Rp) 9.745,07 12.745.912 12.816.392 14.601.365 14.601.365

Sumber : Disperindakop UMKM Kota Bontang Tabel 4.46

Produksi, Ekspor dan Pengapalan LNG Menurut Bulan Tahun 2012-2014

Bulan Produksi

Pebruari 1.834.389 1.725.861 16

Maret 2.032.991 1.602.084 15

September 1.811.197 1.425.691 12

Oktober 1.447.735 1.297.369 12

November 1.666.626 1.539.501 15

Desember 1.650.343 1.559.890 15

Tahun 2014 22.244.537 19.328.825 177 Tahun 2013 23.904.326 23.828.165 209 Tahun 2012 23.999.916 25.272.599 223

(43)

IV-43 Tabel 4.47

Produksi dan Penyaluran Amoniak (dapat dijual) Tahun 2009-2014

Bulan Produksi Penyaluran

Dalam Negeri Luar Negeri

(1) (2) (3) (4)

Tahun 2014 662.823 313.550 343.931 Tahun 2013 219.150 237.766 233.648 Tahun 2012 148.375 75.180 78.647 Tahun 2011 179.972 142.585 24.006 Tahun 2010 224.937 136.341 88.596 Tahun 2009 218.276 137.528 109.549

Sumber : PT. Pupuk Kaltim

Tabel 4.48

Produksi Urea Curah dan Urea Kantong Tahun 2014

Bulan Produksi (Ton)

Urea Curah Urea Kantong

(1) (3) (4)

Januari 98.950 151.877

Februari 77.911 160.791

Maret 152.450 123.814

April 97.264 137.583

Mei 85.985 168.407

Juni 77.799 153.539

Juli 153.955 113.340

Agustus 71.490 206.989

September 92.724 165.626

Oktober 98.233 176.606

November 62.106 201.411

Desember 148.330 133.818

Jumlah 1.217.197 1.893.801

(44)

IV-44 Tabel 4.49

Penyaluran/Distribusi Urea Curah dan Urea Kantong Tahun 2014

Bulan

Urea Curah Urea Kantong

Dalam Negeri Hukum adalah sejumlah 384 perusahaan. Sedangkan banyaknya usaha menurut kategori perdagangan besar sebanyak 13, perdagangan menengah sebanyak 62 dan perdagangan kecil sebanyak 216.

Sementara itu Kota Bontang memiliki sarana perdagangan seperti pasar umum sebanyak 3 tempat dan toko sebanyak 209 tempat.

Jumlah koperasi pada tahun 2014 sebanyak 112 unit atau bertambah dari tahun sebelumnya, dengan volume usaha mencapai 328 Miliar rupiah lebih.

Tabel 4.50

Jumlah Perusahaan Berbadan Hukum di Kota Bontang Tahun 2008-2014

BadanHukum 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014

(45)

IV-45 Tabel 4.51

Jumlah Usaha di Kota Bontang Tahun 2009-2014

Kecamatan Perdagangan

Sumber : Disperindakop UMKM Kota Bontang Tabel 4.52

Jumlah Sarana Perdagangan di Kota Bontang Tahun 2007-2013

Jenis Sarana

(46)

IV-46 Tabel 4.53

Jumlah Koperasi di Kota Bontang Tahun 2010-2014

Kecamatan

Jenis Koperasi

KUD KPN KOPKAR KOPPAS KOPWAN KOPNEL TKBM KOP. AD

KEPOLISIAN

KSP & KJKS

KOPPON

TREN KSU Lainnya Jumlah

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13) (14)

Bontang Selatan 1 1 2 1 - 4 1 - 4 - 4 20 38

Bontang Utara - 6 25 - 1 2 2 3 3 1 1 23 67

Bontang Barat - - 1 1 - - - - 1 - - 4 7

Tahun 2014 1 7 27 2 1 6 3 3 8 1 5 47 112 Tahun 2013 1 7 27 2 1 6 2 3 8 1 4 47 109 Tahun 2012 1 7 27 2 1 6 2 3 8 1 4 47 109 Tahun 2011 1 7 27 2 2 6 2 3 8 1 6 56 121 Tahun 2010 1 7 29 2 2 - - - - - - 73 114

(47)

IV-47 C.5. Bidang Jasa

Perkembangan dan Potensi dalam lingkup bidang jasa di Kota Bontang cukup luas dan terus berkembang, antara lain : jasa telekomunikasi, jasa kelistrikan, jasa air bersih, jasa transportasi dan angkutan, pos dan ekspedisi pengiriman, jasa keuangan dan bank, jasa boga/catering, jasa konsultan dan konstruksi, jasa security (keamanan), dan lain-lain. C.6. Bidang Pariwisata dan Perhotelan

Kota Bontang memiliki potensi wisata yang beragam, antara lain Wisata Alam, Wisata Seni dan Budaya, Wisata Kuliner, Wisata Belanja, Wisata Bahari, dan Wisata Religi. Potensi wisata yang beragam tersebut terbentuk karena faktor letak geografis Kota Bontang, juga dipengaruhi pula oleh faktor heterogenitas enis dari masyarakat Kota Bontang yang berada di dalamnya.

a. Wisata Alam dan Kawasan Wisata Wisata Pulau Beras Basah

Pulau Beras Basah merupakan pulau yang terletak di perairan selatan Kota Bontang dengan luas ± 2 ha. Panorama pantai serta perairan di sekitarnya direncanakan menjadi sebuah kawasan wisata antara lain menyelam/diving, snorkling, memancing, fotografi dan bersantai.

Daya tarik lainnya adalah Pulau Kedindingan yang berpotensi untuk pengembangan daya tarik wisata menyelam, snorkeling dan bersantai. Di sekitar pulau ini akan direncanakan sebuah kawasan wisata anjungan dengan fasilitas antara lain : area jetski, banana boat, water boom, diving, snorkeling, area hayati seperti terumbu karang dan ikan.

Gambar 4.14

Obyek Wisata Pulau Beras Basah  Wisata Bawah Laut

(48)

IV-48 Gambar 4.15

Wisata Bawah Laut  Wisata Mangrove (Hutan Bakau)

Potensi terbesar Bontang adalah wilayah pesisir dan laut yang kaya akan sumber daya laut. Bontang memiliki wilayah laut yang luas, yakni 70,29 persen dari luas Bontang. Ikan laut, rumput laut, padang lamun, hutan mangrove, teripang, dan biota laut lainnya banyak terdapat di pesisir dan laut. Menurut hasil survei Marine Resources Evaluation Project (MREP) pada 1995, diketahui bahwa sumber pesisir dan laut di Kota Bontang meliputi: hutan mangrove sekitar 600 ha, padang lamuh 13.990.8 ha, terumbu karang 8.744 ha dan rumput laut sekitar 16 ha. Potensi tersebut dapat dikembangkan pemberdayaan sumberdaya alam yang akan menjadi salah satu sektor unggulan di Kota Bontang. Adapun potensi tersebut, berupa ekosistem terumbu karang di sepanjang perairan laut, terutama terumbu karang tepi. Sedangkan eskosistem padang lamun dan hutan mangrove berada di sekitar Pulau Melahing, Agar-agar Panjang, Karang Segajah, Badak-badak, Tanjung Paukung, Nyerekat, Tanjung Laut, dan Teluk Sekambing.

b. Wisata Seni dan Budaya Pesta Laut, Bontang Kuala

(49)

IV-49 Gambar 4.16

Pesta Laut di Bontang Kuala  Erau Pelas Benua, Guntung

Guntung merupakan satu-satunya bagian Kota Bontang yang sebagian besar warganya masih keturunan Kutai. Letaknya pun didekat perbatasan wilayah Kutai Timur. Namun seiring perkembangan, wilayah ini mulai bercampur dengan suku-suku lainnya, baik dari Kalimantan maupun luar Kalimantan. Tak heran kalau di Bontang, upacara Erau hanya diadakan di Guntung setiap tahunnya.

Erau berasal dari kata Eroh, yaitu ramai dan penuh suka cita. Pelas berarti membersihkan wilayah mereka dari unsur-unsur negatif. Caranya dengan melakukan penyembelihan binatang yang kemudian darahnya dipercikan ke permukaan bumi, sebagai tanda syukur atas rejeki yang diberikan oleh Maha Pencipta. Karena itu pelaksanaannya biasanya dilakukan setelah panen.

Gambar 4.17

Gambar

Gambar 4.6 Peta Geologi Kota Bontang
Gambar 4.7
Gambar 4.8 Gambar 4.9
Gambar 4.10
+7

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian pada tikus jantan yang diturunkan kinerja reproduksinya menunjukan bahwa ekstrak rumput kebar dapat mengembalikan berat testis mulai perlakuan hari ke-7.. Untuk

Rumusan masalah yang diambil peneliti adalah “Bagaimanakah pengaruh penggunaan media slide terhadap penguasaan kosakata kata kerja bahasa Jepang siswa kelas X

Penelitian ini bertujuan untuk menyumbangkan gagasan dan ide pemikiran tentang perlunya penenerapan sistem informasi Administrasi di Kantor Kelurahan Peneleh, yang notabene adalah

Jika luka terjadi pada area mata akibat benda tumpul, benda tajam, terpapar bahan-bahan kimia, atau masuknya benda asing, penanganan pertama yang harus dilakukan

Regional branding ‘Solo, The Spirit of Java’ ditujukan sebagai alat pemasaran dalam segala upaya pemasaran wilayah Subosukowonosraten ( Kabupaten Boyolali, Sukoharjo,

Pengukuran kinerja di rumah sakit saat ini merupakan hal yang sangat penting dan perlu dilakukan terutama dalam kondisi persaingan pelayanan kesehatan di rumah sakit sangat

Serbuk gergaji dengan berat 0 g dan 300 g dicampur ke dalam tanah yang akan dimasukkan ke dalam masing-masing plot simulator, parameter yang diamati adalah limpasan

Teknologi ini akan diuji menjadi solusi alternatif NG-PON2 karena mempunyai prinsip kerja yang sama dengan TWDM-PON, hanya dibedakan pada penggunaan lebar panjang gelombangnya,