• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 4. ANALISIS SOSIAL, EKONOMI DAN LINGKUNGAN - DOCRPIJM 1478165529Bab 4 ANALISIS SOSIAL DAN EKNOMI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB 4. ANALISIS SOSIAL, EKONOMI DAN LINGKUNGAN - DOCRPIJM 1478165529Bab 4 ANALISIS SOSIAL DAN EKNOMI"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 4. ANALISIS SOSIAL, EKONOMI DAN LINGKUNGAN

4.1. ANALISIS SOSIAL

Komponen safeguard sosial dalam hal ini terkait pengadaan tanah dan keresahan

masyarakat karena rencana investasi tidak sesuai dengan harapan masyarakat.

Pengadaan tanah biasanya terjadi jika kegiatan investasi berlokasi di atas tanah yang

bukan milik pemerintah atau telah ditempati oleh swasta/masyarakat selama lebih dari

satu tahun. Prinsip utama pengadaan tanah adalah bahwa semua langkah yang

diambil harus dilakukan dengan kesepakatan kedua belah pihak terutama terkait

dengan ganti rugi atau ganti untung dan bertujuan untuk meningkatkan pendapatan

dan standar kehidupan warga yang terkena dampak akibat kegiatan pengadaan tanah

ini.

Pengadaan tanah dan permukiman kembali atau land acquisition and resettlement

untuk kegiatan RPIJM mengacu pada prinsip-prinsip sebagai berikut:

a. Transparan : Sub proyek dan kegiatan yang terkait harus diinformasikan secara

transparan kepada pihak-pihak yang akan terkena dampak. Informasi harus

mencakup, antara lain, daftar warga dan aset (tanah, bangunan, tanaman, dan

lainnya) yang akan terkena dampak.

b. Partisipatif : Warga yang berpotensi terkena dampak/dipindahkan (DP) harus

terlibat dalam seluruh perencanaan proyek, seperti: penentuan batas lokasi proyek,

jumlah dan bentuk kompensasi, serta lokasi tempat permukiman kembali.

c. Adil : Pengadaan tanah tidak boleh memperburuk kondisi kehidupan masyarakat.

Masyarakat tersebut memiliki hak untuk mendapatkan ganti rugi yang memadai,

seperti tanah pengganti dan/atau uang tunai yang setara dengan harga pasar tanah

dan asetnya. Biaya terkait lainnya, seperti biaya pindah, pengurusan surat tanah,

dan pajak, harus ditanggung oleh pemrakarsa kegiatan. Masyarakat harus diberi

kesempatan untuk mengkaji rencana pengadaan tanah ini secara terpisah di antara

mereka sendiri dan menyetujui syarat-syarat dan jumlah ganti rugi dan/atau

permukiman kembali.

Untuk masalah ketidaksetujuan atau tidak sesuainya rencana investasi dengan

harapan masyarakat harus segera diselesaikan melalui sosialisasi mengenai

pentingnya proyek, keuntungan dan manfaat proyek bagi kesehatan lingkungan dan

kesehatan masyarakat setempat serta meningkatkan kesejahteraan masyarakat

(2)

Untuk aspek sosial ekonomi dan budaya prakiraan besarnya dampak dilakukan

dengan 2 (dua) cara yaitu dengan metode formal dan dengan metode informal.

Metode formal digunakan untuk memprakirakan besarnya perubahan dari

variabel-variabel yang dapat terukur secara kuantitatif, diantaranya keresahan masyarakat,

konflik sosial, perubahan pendapatan, adanya kesempatan kerja, perubahan mata

pencaharian.

Sedangkan metode informal yang digunakan adalah teknik analogi. Metode ini

digunakan untuk memprakirakan besarnya dampak dari variabel-variabel yang

bersifat kualitatif misalnya, keresahan masyarakat. Berikut ini disajikan cara yang

digunakan untuk perhitungan prakiraan dampak komponen sosial.

Metode Prakiraan

(3)

4.2. ANALISIS EKONOMI

4.3. ANALISIS LINGKUNGAN

4.3.1. Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS)

A. Kaidah KLHS

Prinsip dalam penyusunan KLHS agar tercapai tujuan yang ingin dicapai untuk mengukur

dampak terhadap lingkungan yaitu:

• Keterkaitan (interdependency)

• Keseimbangan (equilibrium)

• Keadilan (justice)

Keterkaitan (interdependency) menekankan pertimbangan keterkaitan antara satu

komponen dengan komponen lain, antara satu unsur dengan unsur lain, atau antara satu

variabel biofisik dengan variabel biologi, atau keterkaitan antara lokal dan global, keterkaitan

antar sektor, antar daerah, dan seterusnya.

Keseimbangan (equilibrium) menekankan aplikasi keseimbangan antar aspek, kepentingan,

maupun interaksi antara makhluk hidup dan ruang hidupnya, seperti diantaranya adalah

keseimbangan laju pembangunan dengan daya dukung dan daya tampung lingkungan

hidup, keseimbangan pemanfaatan dengan perlindungan dan pemulihan cadangan sumber

daya alam, keseimbangan antara pemanfaatan ruang dengan pengelolaan dampaknya,dan

lain sebagainya.

Keadilan (justice) untuk menekankan agar dapat dihasilkan kebijakan, rencana dan program

yang tidak mengakibatkan pembatasan akses dan kontrol terhadap sumber-sumber alam,

modal dan infrastruktur, atau pengetahuan dan informasi kepada sekelompok orang

tertentu.

Atas dasar kaidah diatas, maka penerapan KLHS terhadap KRP bertujuan untuk mendorong

(4)

• Apa manfaat langsung atau tidak langsung dari usulan sebuah KRP?

• Bagaimana dan sejauh mana timbul interaksi antara manfaat KRP dengan lingkungan

hidup dan keberlanjutan pengelolaan sumberdaya alam?

• Apa lingkup interaksi tersebut? Apakah interaksi tersebut akan menimbulkan kerugian atau

meningkatkan kualitas lingkungan hidup? Apakah interaksi tersebut akan mengancam

keberlanjutan dan kehidupan masyarakat?

• Dapatkah efek-efek yang bersifat negatif diatasi, dan efek-efek positifnya dikembangkan?

• Apabila KRP mengintegrasikan seluruh upaya pengendalian atau mitigasi atas efek-efek

tersebut dalam muatannya, apakah masih timbul pengaruh negatif KRP tersebut terhadap

lingkungan hidup dan keberlanjutan secara umum?

B. Metode Penyusunan KLHS

Ruang lingkup yang menjadi kajian dalam penyusunan KLHS harus meliputi hal hal sebagai

berikut :

a. Kapasitas daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup untuk pembangunan;

b. Perkiraan mengenai dampak dan risiko lingkungan hidup;

c. Kinerja layanan/jasa ekosistem;

d. Efisiensi pemanfaatan sumber daya alam;

e. Tingkat kerentanan dan kapasitas adaptasi terhadap perubahan iklim; dan

f. Tingkat ketahanan dan potensi keanekaragaman hayati.

KLHS adalah proses untuk mempengaruhi penentuan pilihan-pilihan pembangunan yang

diusulkan dalam KRP yang terutama dilakukan melalui kegiatan konsultasi dan dialog

secara tepat dan relevan. Hal ini menyebabkan pelaksanaan KLHS harus sesuai dengan

kebutuhan tanpa terpaku dalam metoda dan prosedur yang baku. Melalui penyusunan

KLHS maka semua kebijakan, rencana dan program yang akan dilakukan oleh Pemerintah

Kabupaten akan mendorong lahirnya pemikiran untuk alternatif –alternatif baru

pembangunan melalui tahapan atau proses sebagai berikut :

a. Identifikasi isu-isu utama lingkungan atau pembangunan berkelanjutan yang perlu

dipertimbangkan dalam KRP;

(5)

isu-isu yang relevan dan memberikan masukan untuk optimalisasi;

c. Mengkaji paling tidak dampak kumulatif yang mendasar dari KRP dan memberi masukan

untuk optimalisasi.;

d. Memaparkan proses KLHS, kesimpulan dan usulan rekomendasi kepada para pengambil

keputusan.

Metode pendekatan yang digunakan dalam pelaksanaan penyusunan KLHS adalah sebagai

berikut :

a. Melakukan seluruh persiapan dan mobilisasi sumberdaya yang diperlukan.

b. Melakukan pengumpulan data, peta dan informasi terkait

c. Melakukan pekerjaan yang terkoordinasi untuk menjaring masukkan mengenai

pengembangan infrastruktur di Kota Banjarbaru

d. Melakukan survey dan observasi untuk kelengkapan data.

e. Melakukan evaluasi dan analisis terhadap hasil survey dan observasi.

f. Menyelenggarakan presentasi hasil evaluasi dan analisisnya.

Mekanisme penyusunan KLHS sesuai dengan ketentuan yang berlaku, dilakukan dengan

tahapan atau proses sebagai berikut :

1. Penapisan;

Penapisan adalah rangkaian langkah-langkah untuk menentukan apakah suatu KRP perlu

dilengkapi dengan KLHS atau tidak. Penentuan KRP telah memenuhi kriteria pelaksanaan

KLHS dilakukan melalui kesepakatan pihak-pihak yang berkepentingan.

2. Pelingkupan;

Pelingkupan adalah rangkaian langkah-langkah untuk menetapkan nilai penting KLHS,

tujuan KLHS, isu pokok, ruang lingkup KLHS, kedalaman kajian dan kerincian penulisan

dokumen, pengenalan kondisi awal, dan telaah awal kapasitas kelembagaan. Kegiatan ini

dilakukan melalui pendekatan sistematis dan metodologis yang memenuhi kaidah ilmiah.

Mengingat terbatasnya waktu dan sumber daya yang tersedia, dalam kajian ini tidak

dilakukan proses konsultasi publik.

3. Pengkajian;

Pengkajian adalah rangkaian langkah-langkah untuk melakukan kajian ilmiah, pemetaan

kepentingan, dialog dan konsultasi serta penemuan pilihan-pilihan alternatif rumusan

maupun perbaikan dan penyempurnaan terhadap rumusan yang sudah ada. Tim kajian

melakukan serangkaian diskusi dan konsultasi dengan para pihak (stakeholders) terkait,

(6)

4. Perumusan dan pengambilan keputusan

Perumusan dan pengambilan keputusan adalah rangkaian langkah-langkah persetujuan

rekomendasi hasil KLHS dan interaksi antar pihak berkepentingan dalam rangka

mempengaruhi hasil akhir KRP.

Keseluruhan hasil pengkajian ini secara lengkap dituangkan dengan jelas dan sistematis

sehingga dapat dijadikan pedoman pembangunan berkelanjutan yang berwawasan

lingkungan.

Pada tahap analisa atau pengkajian, harus dilakukan serangkaian kajian dengan

menerapkan daftar uji pada setiap langkah proses KRP, meliputi :

1. Uji Kesesuaian Tujuan dan Sasaran KRP.

Kepentingan pengujian adalah untuk memastikan bahwa :

a) tujuan dan sasaran umum KRP memang jelas,

b) berbagai isu keberlanjutan maupun lingkungan hidup tercermin dalam tujuan dan sasaran

umum KRP,

c) sasaran terkait dengan keberlanjutan akan bisa dikaitkan langsung dengan

indikator-indikator pembangunan berkelanjutan,

d) keterkaitan KRP dengan KRP-KRP lain bisa dijelaskan dengan baik,

e) konflik kepentingan antara KRP dengan KRP-KRP lain segera bisa teridentifikasi.

2. Uji Relevansi Informasi yang Digunakan.

Kepentingan utama pengujian ini adalah bukan menilai kelengkapan dan validitas data,

tetapi identifikasi kesenjangan antara data yang dibutuhkan dengan yang tersedia serta cara

mengatasinya. Hal ini terasa penting ketika KRP diharuskan memperhatikan kesatuan fungsi

ekosistem dan wilayah-wilayah rencana selain wilayah administratifnya sendiri.

Selanjutnya pengujian juga lebih mengutamakan relevansi informasi dan sumbernya agar

proses kerja bisa efektif namun tetap memperhatikan kendala-kendala setempat.

3. Uji Pelingkupan Isu-isu Lingkungan Hidup dan Keberlanjutan dalam KRP.

Pengujian ini ditujukan untuk memandu penyusun KRP memperhatikan isu-isu lingkungan

hidup maupun keberlanjutan di tingkat lokal, regional, nasional, maupun internasional, dan

melihat relevansi langsung isu-isu tersebut terhadap wilayah perencanaannya.

4. Uji Pemenuhan Sasaran dan Indikator Lingkungan Hidup dan Pembangunan

Berkelanjutan.

(7)

atau pengembangan dari uji yang dilakukan di awal proses penyusunan KRP sebagaimana

dijelaskan pada nomor 1.

5. Uji Penilaian Efek-efek yang Akan Ditimbulkan.

Pengujian ini membantu penyusun KRP untuk dapat memperkirakan dimensi besaran dan

waktu dari efek-efek positif maupun negatif yang akan ditimbulkan. Bentuk pengujian ini

dapat disesuaikan dengan kemajuan konsep maupun ketersediaan data, sehingga

pengujian dapat bersifat kuantitatif atau kualitatif. Pengujian secara kuantitatif maupun

kualitatif sama-sama bernilai apabila diikuti dengan verifikasi berupa proses konsultasi

maupun diskusi dengan pihak-pihak yang terkait.

6. Uji Penilaian Skenario dan Pilihan Alternatif.

Pengujian ini membantu penyusun KRP untuk memperoleh pilihan alternatif yang beralasan,

relevan, realistis dan bisa diterapkan. Keputusan pemilihan alternatif bisa dilakukan dengan

sistem pengguguran (memilih satu opsi dan menggugurkan yang lainnya) atau

mengkombinasikan beberapa pilihan dengan penyesuaian.

7. Uji Identifikasi Timbulan Efek atau Dampak dampak Turunan maupun Kumulatif.

Pengujian ini merupakan pengembangan dari jenis pengujian nomor 5, dimana jenis-jenis

KRP tertentu diperkirakan juga akan menimbulkan efek-efek atau dampak-dampak lanjutan

yang lahir dari dampak langsung yang ditimbulkan, maupun akumulasi efek dalam jangka

waktu panjang dan pada skala ruang yang besar.

Kelompok-kelompok pengujian ini bisa dilakukan dengan cara :

• mengemasnya dalam berbagai model daftar pertanyaan, misalnya model daftar uji untuk

menilai mutu dokumen, model daftar uji untuk menilai konsistensi muatan KRP terhadap

prinsip-prinsip keberlanjutan, model daftar uji untuk menuntun pengambil keputusan

mempertimbangkan kriteria-kriteria dan opsi-opsi yang mendukung keberlanjutan, dan lain

sebagainya

• melakukannya secara berurut sejalan dengan proses persiapan, pengumpulan data,

kompilasi data, analisis dan penyusunan rencana

• melakukannya secara berulang/iteratif

• mengembangkan atau memodifikasi jenis pertanyaan-pertanyaannya sesuai dengan

kepentingan pengujian atau kemajuan pengetahuan.

Dalam pelaksanaannya, penyusunan KLHS dilakukan terhadap 3 kondisi KRP, yaitu KRP

yang sudah disusun atau dilaksanakan sebelumnya, KRP yang masih dalam proses

(8)

penyusunan. Pendekatan pelaksanaan KLHS terhadap ketiga kondisi KRP tersebut berbeda

satu dengan lainnya, dengan skema pendekatan sebagai berikut :

(9)

4.1.2.

Amdal, UKL UPL dan SPPLH

Dokumen Upaya Pengelolaan Lingkungan (UKL) rencana kegiatan pembangunan

merupakan dokumen yang memuat upaya-upaya mencegah, mengendalikan, dan

menanggulangi dampak lingkungan hidup yang bersifat negatif dan meningkatkan dampak

positip yang timbul sebagai akibat dari rencana suatu kegiatan tersebut. Penyusunan Upaya

Pengelolaan Lingkungan merupakan upaya peduli serta rasa tanggung-jawab pemrakarsa

untuk mengupayakan pelestarian lingkungan dan mengembangkan konsep pembangunan

berwawasan lingkungan.

Dampak-dampak yang muncul tersebut perlu dikelola oleh pemrakarsa sehingga

keseimbangan ekosistem lingkungan tetap terjaga dan kualitas daya dukung lingkungan

akan meningkat.

Upaya pengelolaan lingkungan hidup mencakup empat kelompok aktivitas yaitu :

1. Pengelolaan lingkungan yang bertujuan untuk menghindari atau mencegah dampak

negatif lingkungan hidup melalui pemilihan alternatif, tata letak lokasi dan rancang bangun

proyek.

2. Pengelolaan lingkungan yang bertujuan untuk menanggulangi, meminimasi atau

mengendalikan dampak dampak negatip baik yang timbul di saat usaha atau kegiatan

beroperasi maupun hingga saat usaha atau kegiatan tersebut berakhir.

3. Pengelolaan lingkungan hidup yang bersifat meningkatkan dampak positip sehingga

dampak tersebut dapat memberikan manfaat yang lebih besar baik kepada pemrakarsa

maupun pihak lain terutama masyarakat yang turut menikmati dampak positip tersebut.

4.

Pengelolaan lingkungan hidup yang bersifat memberikan pertimbangan ekonomi

lingkungan sebagai dasar untuk memberikan kompensasi atas sumber daya tidak dapat

pulih, hilang atau rusak sebagai dasar untuk memberikan kompensasi sebagai akibat usaha

atau kegiatan.

Referensi

Dokumen terkait

7.Berapa banyak perintah yang dapat dituliskan ke file history saat anda keluar dari sesi Shell sekarang. 8.Pastikan Shell bash anda nanti akan mampu mengingat 5000 perintah yang

Metode analisis yang digunakan pada penelitian ini adalah analisis kualitatif berupa deskripsi dari hasil survei primer yang dilakukan pada pihak bank dan nasabah yang digunakan

Musyawarah Daerah KNPI Provinsi Luar Biasa dapat diadakan apabila dipandang perlu atas permintaan secara tertulis lebih dari ½ (setengah) Organisasi

Terkait dengan hal di atas jawaban responden mengenai somasi yang diberikan pihak Rumah Sakit Woodward Palu, dapat diketahui setelah somasi atau surat teguran

Kebanyakan daripada pesantren tersebut menjadi pusat orientasi (anutan) orang ramai. Sebelum komunikasi berkembang pesat seperti sekarang, institusi ini menjadi pusat

6) Membimbing peserta didik dalam melaksanakan praktik interpretasi dan digitasi citra. 7) Melakukan verifikasi hasil praktik interpretasi citra dari masing- masing

Tapi juga keperluan Junaedi, kadang sayajarang bisa memenuhi, masalahnya ya kebutuhan keluarga, Bapaknya kan waktu itu nggak ada, jadi saya buat makan sama adik-adiknya,

Mengacu pernyataan Tjokroaminoto bahwa etos kerja berbeda antarberbagai segmen masyarakat, maka perilaku ekonomi pedagang dalam bingkai ‘gusjigang’ ini juga akan difokuskan