• Tidak ada hasil yang ditemukan

FENOMENA NIKAH HAMIL DAN STATUS ANAKNYA (STUDI KASUS DI DUSUN KEBONAGUNG DESA JOGOMULYO KECAMATAN TEMPURAN KABUPATEN MAGELANG) SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi Salah Satu Syarat guna Memperoleh Gelar Sarjana Hukum

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "FENOMENA NIKAH HAMIL DAN STATUS ANAKNYA (STUDI KASUS DI DUSUN KEBONAGUNG DESA JOGOMULYO KECAMATAN TEMPURAN KABUPATEN MAGELANG) SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi Salah Satu Syarat guna Memperoleh Gelar Sarjana Hukum"

Copied!
140
0
0

Teks penuh

(1)

FENOMENA NIKAH HAMIL DAN STATUS ANAKNYA

(STUDI KASUS DI DUSUN KEBONAGUNG DESA JOGOMULYO

KECAMATAN TEMPURAN KABUPATEN MAGELANG)

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi Salah Satu Syarat

guna Memperoleh Gelar Sarjana Hukum

Oleh

MASRUROH

NIM :

FAKUL

TAS SYARI’AH

JURUSAN

AHWAL AL-SYAKHSIYYAH

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA (IAIN)

SALATIGA

(2)
(3)

iii

FENOMENA NIKAH HAMIL DAN STATUS ANAKNYA

(STUDI KASUS DI DUSUN KEBONAGUNG DESA

JOGOMULYO KECAMATAN TEMPURAN KABUPATEN

MAGELANG)

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi Salah Satu Syarat

guna Memperoleh Gelar Sarjana Hukum

Oleh

MASRUROH

NIM :

FAKULTAS SYARI’AH

JURUSAN

AHWAL AL-SYAKHSIYYAH

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA (IAIN)

SALATIGA

(4)

iv

NOTA PEMBIMBING

Lamp : (empat) eksemplar

Hal : Pengajuan Naskah Skripsi

Kepada Yth.

Dekan Fakultas Syari‟ah IAIN Salatiga

Di Salatiga

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Disampaikan dengan hormat, setelah dilaksanakan bimbingan, arahan dan koreksi, maka naskah skripsi mahasiswa:

Nama : Masruroh

NIM :

Judul : FENOMENA NIKAH HAMIL DAN STATUS

ANAKNYA (STUDI KASUS DI DUSUN

KEBONAGUNG DESA JOGOMULYO

KECAMATAN TEMPURAN KABUPATEN MAGELANG)

dapat diajukan kepada Fakultas Syari‟ah IAIN Salatiga untuk diajukan dalam sidang munaqasyah.

(5)

v

KEMENTERIAN AGAMA REPUBLIK INDONESIA INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)SALATIGA

FAKULTAS SYARI’AH

Jl. NakulaSadewa V No. Telp.( ) Fax Salatiga Website :www.iainsalatiga.ac.id. E-mail:administrasi@stainsalatiga.ac.id.

PENGESAHAN

Skripsi Berjudul:

FENOMENA NIKAH HAMIL DAN STATUS ANAKNYA (STUDI KASUS DI DUSUN KEBONAGUNG DESA JOGOMULYO

KECAMATAN TEMPURAN KABUPATEN MAGELANG) Oleh:

MASRUROH NIM:

telah dipertahankan di depan sidang munaqasyah skripsi Fakultas Syari‟ah,

Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga, pada hari Selasa tanggal

Dra. Siti Zumrotun, M. Ag.

(6)

vi

PERNYATAAN KEASLIAN

Yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : Masruroh

NIM :

Jurusan : Ahwal Al Syakhsiyyah

Fakultas : Syari‟ah

Judul Skripsi : FENOMENA NIKAH HAMIL DAN STATUS ANAKNYA

(STUDI KASUS DI DUSUN KEBONAGUNG DESA JOGOMULYO KECAMATAN TEMPURAN

KABUPATENMAGELANG)

menyatakan bahwa skripsi ini benar-benar merupakan hasil karya saya sendiri,

bukan jiplakan dari karya tulis orang lain. Pendapat atau temuan orang lain yang

terdapat dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah.

Salatiga, Desember

Yang menyatakan,

Masruroh

(7)

vii

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

MOTTO

Bermanfaatlah untuk orang lain

Percayalah, semua akan indah pada waktunya

And I CAN DO IT !!!

PERSEMBAHAN

Untuk kedua orang tuaku tersayang

Keluargaku

Untuk Lelakiku

Sahabat-sahabatku semuanya

(8)

viii

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum wr. wb.

Segala puji bagi Allah SWT dan puji syukur peneliti panjatkan

kepada-Nya yang telah melimpahkan rahmat dan hidayahnya sehingga peneliti

dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat serta salam semoga dilimpahkan

kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW yang kita nanti syafaatnya di hari

akhir nanti.

Dengan segala kerendahan hati, peneliti menyadari keterbatasan

pengetahuan yang dimiliki, sehingga bimbingan, pengarahan dan bantuan telah

banyak penulis peroleh dari berbagai pihak. Oleh karena itu, peneliti ucapkan

terimakasih yang sebesar-besarnya kepada:

. Bapak Dr. Rahmat Hariyadi, M.Pd. selaku ketua IAIN Salatiga

. Ibu Dra. Siti Zumrotun, M.Ag. selaku ketua Fakultas Syari‟ah

. Bapak Sukron Ma‟mun, S.Hi., M.Si. selaku ketua jurusan Ahwal Al

Syakhsiyyah

. Bapak Drs. Badwan, M. Ag. Selaku pembimbing yang telah meluangkan

waktu, tenaga dan pikirannya guna membimbing terselesaikannya skripsi

ini

. Seluruh penguji munaqosyah dan dosen IAIN Salatiga yang mengajar dari

semester satu sampai delapan telah membagi ilmunya yang bermanfaat

. Bapak Kepala Dusun Kebonagung

(9)

ix

. Bapak Kepala KUA Kecamatan Tempuran

. Para informan yang berkenan membagi informasi nikah hamil di Dusun

Kebonagung

.Ayah dan Ibuku tercinta terimakasih atas doa dan pengorbanan selama ini

.Semua pihak yang tidak bisa peneliti sebutkan satu per satu terimakasih

atas kerjasama dan perhatiannya.

Teriring do‟a dan harapan semoga amal baik semua pihak tersebut di

atas akan mendapat balasan dari Allah SWT.

Wassalamu’alaikum wr. wb

(10)

x

ABSTRAK

Masruroh. . Fenomena Nikah Hamil dan Status Anaknya (Studi Kasus di

Dusun Kebonagung Desa Jogomulyo Kecamatan Tempuran Kabupaten Magelang). Skripsi Fakultas Syari‟ah. Jurusan Ahwal Al Syakhsiyyah. Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga. Pembimbing: Drs.Badwan, M.Ag.

Kata Kunci : Nikah Hamil, Status Anak

Penelitian ini dilakukan guna mengetahui fenomena nikah hamil dan

status anaknya. Pertanyaan yang akan dijawab melalui penelitian ini adalah ( )

Faktor-faktor apa sajakah yang mempengaruhi remaja melakukan pernikahan hamil di Dusun Kebonagung Desa Jogomulyo Kecamatan Tempuran Kabupaten

Magelang? Dan ( ) Bagaimanakah status anak yang lahir kurang dari enam bulan

dan lebih dari enam bulan sejak waktu berlangsungnya akad nikah menurut Hukum Islam?

Untuk menjawab pertanyaan tersebut maka penelitian ini menggunakan metode penelitian lapangan dengan terjun langsung ke masyarakat sehingga diperoleh data yang jelas. Teknik pengumpulan data dilakukan adalah observasi, wawancara dan dokumentasi. Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan yuridis sosiologis yaitu pendekatan yang melihat implementasi riel dalam masyarakat.

(11)

xi

DAFTAR ISI

SAMPUL... i

LEMBAR BERLOGO ... ii

JUDUL ... iii

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iv

PENGESAHAN KELULUSAN ... v

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN... vi

MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... vii

A. Latar Belakang Masalah ...

(12)

xii

BAB III PROFIL PELAKU NIKAH HAMIL DAN FAKTOR-FAKTOR YANG

MEMPENGARUHI REMAJA MELAKUKAN PERNIKAHAN

HAMIL ...

A. Gambaran Umum Dusun Kebonagung Desa Jogomulyo

Kecamatan Tempuran Kabupaten Magelang ...

. Letak Geografis...

C. Faktor-faktor yang mempengaruhi remaja melakukan

(13)

xiii

BAB IV STATUS ANAK YANG LAHIR KURANG DARI ENAM BULAN

DAN LEBIH DARI ENAM BULAN SEJAK WAKTU

BERLANGSUNGNYA AKAD NIKAH MENURUT FIQIH DAN

PERUNDANG-UNDANGAN DI INDONESIA ...

. MENURUT PERSPEKTIF HUKUM FIQIH ...

. MENURUT PERSPEKTIF PERUNDANG-UNDANGAN

DI INDONESIA ...

BAB V PENUTUP ...

A. KESIMPULAN ...

B. SARAN-SARAN ...

DAFTAR PUSTAKA ...

(14)

xiv

DAFTAR TABEL

Tabel I Jumlah penduduk berdasarkan jenis kelamin tahun ...

Tabel II Jumlah penduduk menurut profesi Dusun Kebonagung tahun ....

Tabel III Jumlah penduduk menurut tingkat pendidikan tahun ...

Tabel IV Jumlah penduduk menurut pemeluk agama Dusun Kebonagung tahun

...

(15)

xv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran I Daftar Pertanyaan Wawancara

Lampiran II Daftar Riwayat Hidup

Lampiran III Foto Wawancara

Lampiran IV Kutipan KK pelaku dan Saksi

Lampiran V KTP Para Saksi

Lampiran VI Permohonan Izin Penelitian

Lampiran VII Daftar Nilai SKK

Lampiran VIII Nota Pembimbing Skripsi

(16)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Islam adalah agama yang sempurna, yang di dalamnya mengatur

seluruh aspek kehidupan umat manusia termasuk dalam masalah

pernikahan/perkawinan. Membina maghligai rumah tangga merupakan

perintah agama bagi setiap muslim dan muslimah. Kehidupan umat manusia

tidak akan berlanjut dan berkembang tanpa adanya kesinambungan

pernikahan dari setiap generasi manusia. Terbentuknya sebuah keluarga

adalah menyatukan seorang pria dan wanita diawali dengan ikatan suci yang

sah melalui akad pernikahan untuk mendapatkan ketenangan hidup dengan

penuh cinta, kebahagiaan dunia akhirat serta berkembang biak dengan cara

memperoleh keturunan. Seperti yang tercantum dalam pasal

Undang-undang Perkawinan No. tahun yang berbunyi “Perkawinan ialah

ikatan lahir batin antara seorang pria dengan seorang wanita sebagai suami

istri dengan tujuan membentuk keluarga, rumah tangga yang bahagia dan

kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa”. Adapun tujuan Allah

mensyariatkan pernikahan adalah untuk memelihara kemaslahatan umat

manusia sekaligus menghindari dari perbuatan yang haram yaitu perzinaan.

Islam sangat melarang dan mengharamkan zina. Seperti firman Allah SWT

(17)



perbuatan yang keji. Dan suatu jalan yang buruk.” (Q.S. Al Israa‟: )

Dalam perspektif tujuan pernikahan, Mahkamah Konstitusi

berpendapat bahwa tujuan pernikahan adalah mendapat ketenangan hati

(sakinah). Seorang laki-laki dan seorang perempuan yang hidup dalam

perkawinan akan mendapat ketenangan. Sebelumnya seorang laki-laki atau

seorang perempuan dalam keadaan sendiri mengalami gejolak asmara yang

tidak tersalurkan, karena itu mereka tidak memperoleh ketenangan. Sakinah

itu dapat lestari manakala kedua belah pihak yang berpasangan itu

memelihara mawaddah, yaitu kasih sayang yang terjalin antara kedua belah

pihak tanpa mengharapkan imbalan (pamrih) apapun melainkan

semata-mata karena keinginannya untuk berkorban dengan memberikan kesenangan

kepada pasangannya. (Syahuri, : - )

Pernikahan merupakan jalan dimana seorang laki-laki menyalurkan

hasrat birahinya kepada perempuan dengan sah begitu juga sebaliknya. Oleh

sebab itu, menikah hukumnya wajib bagi seseorang yang khawatir

terjerumus ke dalam perbuatan dosa, sementara ia mampu menikah. Seperti

hadis Rasulullah SAW :

ِرَصَبْلِل ُّضَغَأ ُهَّنِإَف ،ْجَّوَزَتَيْلَف َةَءاَبْلا ُنُكْنِه َعاَطَتْسا ِنَه ،ِباَبَّشلا َرَشْعَه اَي

ءاَجِو ُهَل ُهَّنِإَف ،ِمْوَّصلاِب ِهْيَلَعَف ْعِطَتْسَي ْنَل ْنَهَو ،ِجْرَفْلِل ُنَصْحَأَو

(18)

lebih memelihara kemaluan. Dan barang siapa yang tidak mampu, maka hendaklah ia berpuasa, karena berpuasa dapat menekan syahwatnya (sebagai tameng)”. (Sabiq, : )

Al-Quran juga menjelaskan bahwa manusia diciptakan oleh Allah

SWT. sebagai makhluk berpasang-pasangan, yang tentunya menyatukan

keduanya dengan jalan pernikahan. Sesuai dengan firman Allah SWT dalam

surat Yaasin ayat :

“Maha suci Tuhan yang telah menciptakan pasangan-pasangan semuanya, baik dari apa yang ditumbuhkan oleh bumi dan dari diri mereka maupun dari apa yang tidak mereka ketahui”. (Q.S. Yaasin: ).

Pada kodratnya setiap umat manusia di dunia diciptakan dan

dilengkapi dengan nafsu seksualitas. Nafsu seksualitas merupakan

kebutuhan biologis yang harus dipenuhi, tentunya harus disalurkan dengan

cara yang terhormat, suci dan mulia. Kebutuhan biologis inilah yang

menjadi faktor utama seseorang melakukan perzinaan. Mampu atau

tidaknya seseorang itu menahan syahwat atau nafsu untuk melakukan

hubungan dengan lawan jenis, tergantung kuat tidaknya iman

masing-masing.

Menurut sebagian ulama Hanafiah nikah adalah akad yang

memberikan faedah (mengakibatkan) kepemilikan untuk bersenang-senang

secara sadar (sengaja) bagi seorang pria dan seorang wanita guna

(19)

suami istri harus berbeda dari pada hewan yang mempunyai naluri syahwati

(seksual). Bedanya hewan yang mempunyai naluri seks untuk berketurunan

dan sekaligus sebagai salah satu sarana penghambaan diri kepada Allah.

(Summa, : - )

Setiap manusia pastilah mengalami proses peremajaan sebelum

akhirnya menjadi dewasa. Saat-saat remaja adalah saat dimana mereka

mencari jati diri, mencari hal baru dengan bergaul pada sesama dan lawan

jenis. Dimana kesadaran keagamaannya masih labil, sehingga perlu

pengawasan dari orang tua dalam pergaulan. Tidak dipungkiri remaja

mencari jati diri dengan cara yang tidak baik dan sangat memprihatinkan.

Namun tidak semua manusia menggunakan masa remaja dengan cara yang

seperti itu. Kebebasan pergaulan tanpa batas menyebabkan kenakalan

remaja saat ini, sehingga hal-hal yang seharusnya tidak terjadi seringkali

tidak dapat dielakkan.

Zaman sekarang, pacaran menjadi hal lumrah bagi generasi muda,

baik ia laki-laki ataupun perempuan. Banyak rambu-rambu agama yang

dilanggar karena hubungan percintaan lawan jenis ini. Ada yang seharusnya

tidak boleh dilakukan malah dilakukan. Seperti bercumbu hingga

berhubungan badan layaknya suami istri, padahal belum ada ikatan resmi

pernikahan. Karenanya, tak sedikit anak yang lahir karena hubungan

terlarang ini, baik keduanya berakhir dalam mahligai pernikahan maupun

tidak. (Narulita, : ) Persetubuhan yang dilakukan dianggap sebagai

(20)

Pemerintah juga telah mengatur permasalahan hamil di luar nikah

dalam Kompilasi Hukum Islam (KHI) pasal dijelaskan bahwa seorang

wanita yang hamil di luar nikah, dapat dinikahkan dengan pria yang

menghamilinya. Pernikahan dengan perempuan hamil tersebut dapat

dilangsungkan tanpa menunggu lebih dahulu kelahiran anaknya. Dengan

dilangsungkan pernikahan di saat perempuan sedang hamil, maka tidak

diperlukan pernikahan ulang setelah anak yang dikandung telah lahir.

Namun dalam pemahaman masyarakat ketetapan pemerintah ini sering

disalah pahami, dan dianggap hanya sebagai legalitas semata. Penetapan

tersebut dimaksudkan agar anak-anak hasil dari hubungan di luar nikah

tidak terlantar, dilindungi oleh negara, tidak mendapat mudharat serta tidak

terkena aib dari perbuatan haram yang dilakukan kedua orang tuanya.

Remaja saat ini menganggap hamil di luar nikah sudah biasa dan

tidak menjadi masalah, toh pada akhirnya mereka tetap diperbolehkan

menikah walaupun dalam keadaan hamil. Akhirnya orang tualah yang

menanggung rasa malu atas perbuatan anaknya. Jika mengacu pada salah

satu tujuan pernikahan adalah mendapatkan keturunan yang sholeh

sholekhah yang tentunya melalui cara yang baik. Keturunan yang sholeh

sholekhah bisa membahagiakan kedua orang tua, baik di dunia maupun di

akhirat kelak. Dari anak yang diharapkan oleh orang tua hanyalah ketaatan,

akhlak, ibadah dan sebagainya yang bersifat kejiwaan.

(21)

Permasalahan yang timbul dari anak yang lahir di luar nikah adalah

mengenai pecatatan kelahiraan statusnya, apakah termasuk anak ibu atau

anak ayah ibu. Dalam hukum Islam anak yang lahir sebelum enam bulan

sejak waktu akad nikah maka statusnya adalah anak ibu, sedangkan apabila

anak yang lahir setelah enam bulan dari waktu akad nikah maka anak

tersebut adalah anak ayah dan ibunya.

Untuk mengetahui secara hukum lahir apakah anak dalam

kandungan berasal dari suami ibu atau bukan ditentukan masa

kehamilannya, masa terpendek adalah enam bulan dan masa terpanjang

galibnya adalah satu tahun. Dengan demikian apabila seseorang perempuan

melahirkan dalam keadaan perkawinan sah dengan seorang laki-laki, tetapi

jarak waktu antara terjadinya perkawinan dan saat melahirkan kurang dari

enam bulan, maka anak yang dilahirkannya bukan anak sah bagi suami

ibunya. (Basyir, : - )

Dalam Kompilasi Hukum Islam pasal tidak menjelaskan batas

kelahiran usia bayi dalam kandungan sebagai dasar suami untuk

menyangkal sahnya anak yang dilahirkan istrinya. Batasan hari atau

bulan dalam pasal tersebut tidak menjelaskan batas minimal usia

kandungan, demikian juga hari bukan menunjukkan batas maksimal

usia bayi dalam kandungan. Namun menjelaskan batas waktu untuk

mengajukan persoalannya ke Pengadilan Agama. Batas minimal usia bayi

(22)

dilangsungkan. Ketentuan ini diambil dari firman Allah dalam surat

Al-“... mengandungnya dengan susah payah, dan melahirkannya dengan susah payah (pula). mengandungnya sampai menyapihnya adalah tiga puluh bulan...” (Q.S. Al-Ahqaf: )

“... ibunya telah mengandungnya dalam Keadaan lemah yang bertambah- tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun ...” (Q.S. Luqman : )

Kedua ayat tersebut, oleh Ibn Abbas dan disepakati para ulama,

ditafsirkan bahwa ayat pertama menunjukkan bahwa tenggang waktu

mengandung dan menyapih adalah bulan. Ayat kedua menerangkan

bahwa menyapihnya setelah bayi disusukan secara sempurna membutuhkan

waktu dua tahun atau dua puluh empat bulan. Berarti, bayi membutuhkan

waktu - bulan = bulan dalam kandungan. Oleh sebab itu, apabila bayi

lahir kurang dari (enam) bulan, tidak bisa dihubungkan kekerabatannya

kepada bapaknya kendatipun dalam ikatan pernikahan yang sah. Ia hanya

memiliki hubungan nasab kepada ibu dan keluarga ibunya saja (pasal

KHI). Pelaksanaan dari ketentuan pasal ini, besar kemungkinan akan

mendatangkan kesulitan, setidaknya bagi pihak-pihak yang telah terlanjur

terlebih dahulu, sebelum akad nikah dilaksanakan termasuk dalam hal ini

(23)

disini adalah bagaimana status hukum perkawinan wanita hamil. (Rofiq,

: )

Hubungan biologis tanpa pernikahan namun melahirkan anak, yang

memang ada ibunya, tapi tak tentu ada ayahnya, atau ayahnya itu tidak

disahkan oleh agama. Karena itu Islam mewajibkan nikah dijalankan

berdasarkan iman, yakni mematuhi ketentuan-ketentuan Tuhan untuk

mencapai tujuan kemanusiaan dalam pernikahan. Hubungan biologis tanpa

pernikahan adalah zina. Dan zina itu haram, dihukum oleh agama dan

dihukum oleh kebudayaan agama menjatuhkan dosa dan masyarakat

menjatuhkan hukum rajam. Zina merusak kesucian hubungan biologis dan

menjatuhkan martabat.

Islam telah mengatur hubungan yang benar dalam hal seksualitas

yaitu melalui akad nikah. Hubungan seksual yang dilakukan di luar nikah

adalah haram apabila belum adanya pernikahan yang sah. Namun

kenyataanya di Dusun Kebonagung Desa Jogomulyo Kecamatan Tempuran

Kabupaten Magelang masih banyak terjadi kehamilan di luar pernikahan.

Tanpa adanya ikatan yang sah mereka melakukan hubungan badan layaknya

suami istri. Pelakunya adalah kalangan remaja desa umur sampai

tahun. Pasangan kekasih yang melakukan hubungan terlarang ini, sebagian

besar merupakan tetangga sendiri, namun ada pula pasangan kekasih yang

berlainan dusun. Jarak rumah yang berdekatan membuat intensitas bertemu

semakin sering, entah pagi siang sore ataupun malam walau hanya sekedar

(24)

pacaran. Dengan seringnya bertemu mereka mudah tergoda melakukan

hal-hal yang dilarang oleh agama, sampai ada yang berzina.

Remaja pelaku melakukan hubungan seksual diberbagai tempat, di

antaranya saat rumah dalam keadaan kosong, bahkan ada yang

melakukannya di mushola dekat sawah. Entah dimana moral mereka,

mungkin ini disebabkan karena nafsu yang sudah tak tertahankan dan ingin

segera dilampiaskan sehingga dimana pun tempatnya, yang terpenting nafsu

terpenuhi. Pada akhirnya wanitalah yang menanggung akibatnya yaitu

kehamilan di luar nikah.

Dalam alquran surat An Nur ayat “Laki-laki yang berzina tidak

akan berkawin melainkan dengan perempuan yang berzina atau perempuan

yang musyrik dan perempuan yang berzina tidak akan berkawin dengannya

melainkan dengan laki-laki yang berzina atau laki-laki musyrik, sedang

yang demikian itu diharamkan atas Mukminin”. (Haliman, : )

Membangun fondasi rumah tangga haruslah dengan niat karena

Allah, betapa rapuhnya fondasi rumah tangga yang diawali dengan hal yang

tidak baik yakni pernikahan dengan sebab perzinaan.

Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian lebih

jauh terhadap maraknya remaja yang melakukan hubungan seksual, faktor –

faktor yang mempengaruhi remaja melakukan hubungan pernikahan hamil

dan status anak di luar nikah yang lahir kurang dari enam bulan dan lebih

(25)

Islam. Penelitian ini dengan judul Fenomena Nikah Hamil dan Status

Anaknya (Studi Kasus di Dusun Kebonagung Desa Jogomulyo Kecamatan

Tempuran Kabupaten Magelang.

B. Rumusan Masalah

Berkenaan dengan permasalah di atas peneliti dirasa perlu untuk menelitinya

dengan rumusan masalah sebagai berikut:

. Faktor-faktor apa sajakah yang mempengaruhi remaja melakukan

pernikahan hamil di Dusun Kebonagung Desa Jogomulyo Kecamatan

Tempuran Kabupaten Magelang?

. Bagaimanakah status anak diluar nikah yang lahir kurang dari enam bulan

dan lebih dari enam bulan sejak waktu berlangsungnya akad nikah

menurut hukum Islam?

C. Tujuan Penelitian

Manfaat serta kegunaan penelitian ini adalah:

. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi remaja melakukan

pernikahan hamil di Dusun Kebonagung Desa Jogomulyo Kecamatan

Tempuran Kabupaten Magelang.

. Untuk mengetahui status anak di luar nikah yang lahir kurang dari enam

bulan dan lebih dari enam bulan sejak waktu berlangsungnya akad nikah

(26)

D. Kegunaan Penelitian

Manfaat dan kegunaan dari penelitian ini terbagi menjadi dua yakni sebagai

berikut :

. Secara teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat secara

teoritis, dapat berguna sebagai sumbangan pemikiran bagi dunia

pendidikan khususnya pendidikan dalam bidang pengetahuan agama Islam

tentang pernikahan dan pergaulan islam serta menambah bahan pustaka

bagi kampus Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga.

. Secara Praktis

Dapat memberikan sumber keilmuan tentang agama bagi para

remaja Islam khususnya tentang pernikahan yang sah dalam hukum Islam

dan etika pergaulan sesuai ajaran Islam serta dapat dijadikan referensi

untuk kegiatan seminar dan sejenisnya. Selain itu memberikan

pengetahuan kepada masyarakat khususnya para orang tua agar lebih

mengawasi dan mewaspadai pergaulan anak remajanya mengenai bahaya

pergaulan yang menyebabkan hamil di luar nikah.

E. Penegasan Istilah

. Fenomena : Di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia fenomena

berati hal-hal yang dapat disaksikan dengan panca indra dan dapat

diterangkan serta dinilai secara ilmiah.

. Nikah : Menurut ulama Hanafiah, nikah adalah akad yang

(27)

secara sadar (sengaja) bagi seorang pria dengan seorang wanita, terutama

guna mendapatkan kenikmatan biologis. ( Summa, : )

Jadi yang penulis maksud dengan judul Fenomena Nikah Hamil dan Status

Anaknya Studi Kasus di Dusun Kebonagung Desa Jogomulyo Kecamatan

Tempuran Kabupaten Magelang adalah hal-hal mengenai janin yang

berada di dalam kandungan, terjadi akibat hubungan suami istri tanpa

ikatan pernikahan dan kedudukan anak hasil hubungan di luar pernikahan

dalam keluarga yang terjadi di Dusun Kebonagung Desa Jogomulyo

Kecamatan Tempuran Kabupaten Magelang

F. Kajian Pustaka

Penelitian yang menyangkut tentang status anak di luar nikah telah dilakukan

oleh peneliti yang bernama Abdul Latif dengan judul Status Anak yang Lahir

(28)

keluarkan. Adapun hasil dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa status

anak di luar nikah yang semula hanya bernasab kepada ibunya dan keluarga

ibunya, maka sekarang dapat mempunyai hubungan perdata dengan ayah dan

keluarga ayahnya tanpa mempersoalkan pernikahan orang tuanya sesuai

realitas yang ada.

Dari penelitian yang berkaitan dengan kehamilan sebelum menikah, peneliti

hanya fokus mengupas nikah hamil dan status anaknya yang telah banyak

terjadi di kalangan para remaja saat ini. Oleh karena itu penulis mencoba

membahas sebuah tema yang berkaitan dengan nikah hamil dengan

mengambil judul “Fenomena Nikah Hamil dan Status Anaknya (Studi Kasus

di Dusun Kebonagung Desa Jogomulyo Kecamatan Tempuran Kabupaten

Magelang)”.

G. Metode Penelitian

. Pendekatan dan jenis penelitian.

Pendekatan yang digunakan penulis adalah pendekatan yuridis

sosiologis, pendekatan ini melihat implementasi riel dalam masyarakat.

(Ali, : ) Jenis penelitian yang digunakan adalah field Search yaitu

peneliti yang terjun langsung ke lapangan guna mengadakan penelitian

pada objek yang dibahas.

. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian ini di Dusun Kebonagung Desa Jogomulyo

(29)

mengalami hamil di luar nikah sangat banyak. Maka dari itu penulis

tertarik untuk meneliti dusun tersebut.

. Sumber Data

a. Data Primer

Data primer yaitu data yang diperoleh langsung dari

sumbernya baik melalui wawancara, observasi maupun laporan dalam

bentuk dokumen tidak resmi kemudian diolah oleh peneliti.

b. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh dari

dokumen-dokumen resmi, buku-buku yang berhubungan dengan objek penelitian,

hasil penelitian dalam bentuk laporan, skripsi dan peraturan

perundang-undangan. (Ali, : )

. Metode Pengumpulan Data

a. Observasi

Teknik pengumpulan data yang dilakukan melalui sebuah

pengamatan, dengan disertai pengamatan-pengamatan terhadap keadaan

atau perilaku objek sasaran. (Fathoni, : ) Peneliti menggunakan

observasi secara langsung terhadap objek yang diteliti dengan terjun

langsung ke lapangan dan menyelidiki kasus hamil di luar nikah yang

dilakukan oleh remaja Dusun Kebonagung.

b. Wawancara (interview)

Proses perolehan data secara mendalam dengan menggunakan

(30)

dengan acuan catatan-catatan mengenai pokok masalah yang akan

ditanyakan. Sasaran wawancara yang pertama adalah pelaku hamil

sebelum menikah dengan menanyakan faktor-faktor yang

menpengaruhi remaja hamil sebelum menikah, menanyakan status

anaknya. Kedua adalah saksi (tetangga) dari pelaku, dan yang ketiga

adalah pejabat Dusun Kebonagung.

c. Dokumentasi

Cara mencari data mengenai hal-hal yang dibutuhkan sebagai

bahan pelengkap dalam perolehan data berupa foto, catatan dan

sebagainya. Metode ini digunakan sebagai salah satu pelengkap dalam

memperoleh data.

. Analisa Data

Setelah data terkumpul maka barulah peneliti menentukan bentuk

analisa terhadap data-data tersebut, dengan menggunakan metode:

a. Kualitatif

Yaitu prosedur penelitian yang menghasilkan data diskriptif

berupa kata-kata tertulis maupun lisan dari orang-orang dan perilaku

yang dapat diamati. (Moleong, : ) Peneliti menggunakan prosedur

penelitian kualitatif karena ingin menceritakan hal-hal yang

menyangkut hamil di luar nikah.

b. Deduktif

Yaitu analisa terhadap data yang diperoleh dimulai dari suatu

(31)

berarti ketentuan-ketentuan umum yang ada dalam nas dijadikan

sebagai pedoman untuk menganalisis perspektif hukum Islam tentang

hamil di luar nikah oleh para remaja yang belum menikah di Dusun

Kebonagung Desa Jogomulyo Kecamatan Tempuran Kabupaten

Magelang.

. Pengecekan Keabsahan Data

Dalam menguji keabsahan data peneliti menggunakan teknik

trianggulasi yakni pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan

sesuatu yang lain diluar data untuk keperluan pengecekan atau sebagai

pembanding terhadap data tersebut, dan teknik trianggulasi yang paling

banyak digunakan adalah dengan pemeriksaan melalui sumber yang

lainnya. (Moleong, : ). Menurut Denzin (dalam Moleong, :

) di dalamnya membedakan empat macam trianggulasi sebagai teknik

pemeriksaan yang memanfaatkan penggunaan sumber, metode, penyidik

dan teori. Teknik trianggulasi dilakukan melalui observasi langsung dan

tidak langsung, observasi tidak langsung dimaksudkan dalam bentuk

pengamatan atas beberapa peristiwa yang kemudian dari hasil

pengamatan tersebut diambil kesimpulan yang menghubungkan

keduanya.

H. Sistematika Penulisan

Untuk mempermudah pemahaman isi penelitian ini, maka

(32)

pokok yang dapat dijadikan pijakan dalam memahami pembahasan ini.

Adapun perinciannya adalah sebagai berikut:

BAB I : PENDAHULUAN

Berisi uraian tentang Latar Belakang Masalah, Rumusan

Masalah, Penegasan Istilah, Tujuan Penelitian, Kegunaan

Penelitian, Telaah Pustaka, Metode Penelitian dan

Sistematika Penulisan.

BAB II : KAJIAN PUSTAKA

Berisi pengertian Pernikahan dalam Hukum Islam, Etika

Pergaulan Islam dan Status Anak dalam Perspektif

Hukum Islam.

BAB III : LAPORAN HASIL PENELITIAN

Berisi Paparan Data dan Temuan Penelitian berisi tentang

diskripsi wilayah pada masyarakat di Dusun Kebonagung

Desa Jogomulyo Kecamatan Tempuran Kabupaten

Magelang faktor-faktor yang mempengaruhi remaja

melakukan pernikahan hamil dan status anak di luar nikah

yang lahir kurang dari enam bulan dan lebih dari enam

bulan sejak waktu berlangsungnya akad nikah.

BAB IV : ANALISA

Pembahasan berisi analisis tentang hal-hal mengenai

(33)

hamil di luar nikah di Dusun Kebonagung Desa

Jogomulyo Kecamatan Tempuran Kabupaten Magelang.

Pada bab ini dijelaskan analisa tentang faktor-faktor yang

mempengaruhi remaja melakukan praktek hubungan

seksual yang mengakibatkan kehamilan di luar nikah dan

status anak di luar nikah yang lahir kurang dari enam

bulan dan lebih dari enam bulan sejak waktu

berlangsungnya akad nikah menurut hukum Islam di

Dusun Kebonangung Desa Jogomulyo Kecamatan

Tempuran Kabupaten Magelang.

BAB V : PENUTUP

Berisi tentang kesimpulan dari seluruh hasil peneliti

saran-saran atau rekomendasi dalam rangka meningkatkan

pengetahuan tentang hukum-hukum Islam khususnya

(34)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

PERNIKAHAN, ETIKA PERGAULAN ISLAM DAN STATUS ANAK DILUAR NIKAH DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM

A. Pernikahan

. Pengertian Pernikahan

Adapun yang dimaksud dengan nikah dalam kontek syar‟i seperti

diformulasikan para ulama fiqih, terdapat berbagai rumusan yang satu

sama lain berbeda-beda. Jangankan antara madzhab fiqih yang berbeda

aliran politik dan madzhab teologisnya. Antara madzhab fiqih yang sama

aliran teologis dan aliran politiknya pun tidak jarang diwarnai perbedaan.

(Summa, : ) Adapun pengertian pernikahan itu secara definitif,

masing-masing ulama fiqih berbeda pendapat, antara lain sebagai berikut:

a. Ulama Hanafiyah, mendefinisikan pernikahan sebagai suatu akad

yang berguna untuk memiliki mut‟ah dengan sengaja. Artinya

seorang laki-laki dapat menguasai perempuan dengan seluruh

anggota badannya untuk mendapatkan kesenangan atau kepuasan.

b. Ulama syafi’iyah, menyebutkan bahwa pernikahan adalah suatu

akad dengan menggunakan lafal nikah atau zauj. Artinya dengan

pernikahan seseorang dalam memiliki atau mendapat

(35)

c. Ulama Malikiyah, menyebutkan pernikahan adalah suatu akad

yang mengandung arti mut’ah untuk mencapai kepuasan dengan

tidak mewajibkan adanya harga.

d. Ulama Hanabilah, menyebutkan bahwa pernikahan adalah akad

dengan menggunakan lafal inkah atau untuk mendapatkan

kepuasan, artinya seorang laki-laki dapat memperoleh kepuasan

dari seorang perempuan atau sebaliknya. (Abidin&Aminudin,

: - )

Secara umum pernikahan adalah suatu cara yang dipilih Allah

sebagai jalan bagi manusia untuk menambah keturunan demi

kelangsungan dan kelestarian hidupnya dengan membentuk suatu keluarga

yang terdiri dari ayah, ibu dan anak sebagai buah cinta keduanya.

Dilihat dari sejarah umat manusia, keluarga merupakan bentuk

masyarakat yang mula-mula sekali dan dipandang dari masa kini,

masyarakat keluarga merupakan kesatuan masyarakat terkecil, yang

menjadi asas setiap masyarakat. Posisi keluarga terhadap masyarakat,

semisal dengan kedudukan batu bata terhadap bangunan gedung atau

sebagai kedudukan sel terhadap bangunan tubuh. Tubuh tidak akan ujud

tanpa sel-sel yang kecil itu membentuknya. Demikian juga masyarakat

tidak mungkin ujud tanpa adanya keluarga. (Gazalba, : - )

Masalah mengenai pernikahan menempati posisi yang sangat

(36)

keturunannya, demi mewujudkan masa depan masyarakat muslim yang

baik.

Dalam Islam, pernikahan bukan hanya sebatas akad antara dua

belah pihak, seperti halnya pernikahan dalam kebudayaan modern atau

pada sejumlah kebudayaan klasik. Baik akad itu tertulis, dicatat, atau

diucapkan. Pernikahan dalam Islam adalah kesepakatan antara dua

keluarga. Disaksikan oleh segenap kaum Muslimin yang hadir. Orang

yang yang hadir ini berkewajiban menyampaikan pada yang tidak hadir.

(Abud, : )

Keluarga bisa dikatakan sebagai institusi sosial terkecil.

Sebagaimana layaknya institusi, keluarga seharusnya memiliki visi dan

misi, perencanaan, dan pembagian tugas dalam peran masing-masing

anggotanya. Demikian itu karena dari keluargalah lahir individu yang

menjadi komponen pembentuk masyarakat. Dari keluarga pula diharapkan

lahir SDM yang bisa mewarnai kehidupan bermasyarakat, para tokoh dan

para pemimpin. Maka masyarakat yang pada keluarga-keluarga

pembentuknya terjadi proses pembinaan SDM yang baik dan

berkelanjutan, akan menjadi masyarakat yang berkualitas. Sebaliknya,

masyarakat yang keluar hal keluarga penghuninya tidak melakukan proses

pembinaan SDM anggotanya maka masyarakat itu potensial menjadi

masyarakat persoalan. Untuk itu, peran masing-masing anggota keluarga

harus dioptimalkan. Mereka harus dapat ihsan dalam menjalankan

(37)

baik di tengah keluarga besarnya. Seorang ayah harus menjadi ayah yang

bertanggung jawab terhadap kelangsungan hidup anak-anak dan keluarga

yang menjadi tanggungannya. Seorang ibu harus menjadi ratu rumah

tangga yang membuat suasana internal rumah tangga menyejukkan hingga

membuat betah penghuninya, selain mendidik anak-anaknya di rumah dan

memenuhi kebutuhan suaminya. (Ahmadi, : )

Sekilas, keluarga adalah kumpulan pribadi yang hidup di bawah

satu atap. (Abud, : ) Sebagai masyarakat kecil, keluarga pasti

memiliki elemen masyarakat itu sendiri. Seperti perbedaan anggota dan

peran tiap anggotanya. Oleh sebab itu seiring dengan berjalannya peranan

masing-masing anggota, maka akan terciptalah rasa tanggung jawab.

Peranan pada tiap anggota harus ditingkatkan pada seluruh sisi demi

terciptanya kebahagiaan dan kesuksesan sebuah keluarga di dunia akhirat.

Manusia dikaruniai hasrat atau nafsu seksualitas terhadap lawan

jenisnya. Hubungan seksual dalam Islam dipandang sebagai ritual suci

dalam rumah tangga. Seorang istri harus berkewajiban memenuhi tuntutan

seksual suaminya. Seperti tercantum dalam firman Allah SWT dalam surat

Al-Baqarah ayat :

(38)

kehendaki. Dan kerjakanlah (amal yang baik) untuk dirimu ... “ (Q.S. Al

Baqarah : )

. Rukun dan Syarat Sah Pernikahan

Rukun adalah sesuatu yang harus ada yang menentukan sah tidaknya suatu

pekerjaan. Rukun pernikahan sebagai berikut:

a. Calon pengantin

Pasangan pengantin harus seorang laki-laki dan seorang

perempuan, hal ini berarti tidak diperbolehkan menikah dengan

sesama jenis.

b. Wali dari pengantin perempuan

Wali dari pihak mempelai perempuan harus ada, karena wali

merupakan seseorang yang memberi izin kepada mempelai

laki-laki untuk menikahi seorang perempuan. Syaratnya adalah Islam,

laki-laki, baligh, merdeka, berakal, dan tidak sedang dalam keadaan

ihram.

c. Saksi

Pernikahan saksi berjumlah dua orang laki-laki. Dalam pedoman

Pembantu Pegawai Pencatat Nikah yang diterbitkan oleh

Departemen Agama RI Syaratnya beragama islam, laki-laki, baligh,

berakal, adil, mendengar (tidak tuli), melihat (tidak buta), bisa

bercakap-cakap (tidak bisu), tidak pelupa (mughoffal), menjaga

harga diri (menjaga muru‟ah), mengerti maksud ijab dan qabul,

(39)

d. Sighat ijab kabul

Ijab kabul merupakan pernyataan yang diungkapkan oleh

pengantin laki-laki kepada pengantin perempuan sebagai

kemauan untuk membentuk hubungan suami istri yang kemudian

dijawab dengan pernyataan setuju dari pihak pengantin

perempuan. Dalam pelaksanaan ijab kabul harus menggunakan

kata-kata yang jelas dan mudah dipahami oleh kedua belah pihak.

Bagi calon pengantin cacat atau berkebutuhan khusus

menggunakan bahasa isyarat yang bisa dimengerti.

Mengenai syarat sah pernikahan pada garis besarnya ada dua, yaitu:

a. Laki-laki dan perempuan sah untuk dinikahi. Artinya kedua calon

pengantin adalah orang yang bukan haram dinikahi, baik karena

haram untuk sementara atau selamanya.

b. Akad nikahnya dihadiri oleh para saksi. (Abidin&Aminudin, :

)

. Hukum Pernikahan

a. Wajib

Menikah hukumnya wajib bagi orang yang telah mampu dan nafsunya

telah mendesak serta takut terjerumus kedalam perzinaan.

b. Sunah

Pernikahan hukumnya sunah apabila seseorang yang nafsunya telah

(40)

c. Haram

Bagi orang yang tidak menginginkannya karena tidak mampu memberi

nafkah, baik nafkah lahir maupun nafkah batin kepada istrinya serta

nafsunya tidak mendesak, atau dia mempunyai keyakinan bahwa

apabila ia menikah ia akan keluar dari Islam, maka hukum menikah

adalah haram. (Abidin&Aminudin, : )

d. Makruh

Apabila seseorang telah mampu secara materiil untuk menikah dan

mampu menahan nafsunya dari perzinaan namun apabila menikah

ditakutkan kewajibannya akan terbengkalai.

e. Mubah

Mubah disini berarti boleh ketika seseorang tidak mempunyai dorongan

atau larangan untuk menikah yaitu sudah memiliki harta dan tidak takut

terjerumus ke dalam perzinaan.

. Asas-asas Hukum Pernikahan

Dalam ikatan pernikahan sebagai salah satu bentuk perjanjian (suci) antara

seorang pria dan seorang wanita, yang mempunyai segi-segi perdata,

berlaku beberapa asas di antaranya:

a) Kesukarelaan

Asas 'kesukarelaan' merupakan asas terpenting perkawinan Islam.

Kesukarelaan itu tidak hanya harus terdapat antara kedua calon

suami-istri, tetapi juga antara kedua orang tua kedua belah pihak.

(41)

merupakan sendi asasi perkawinan. Dalam berbagai hadis nabi, asas

ini dinyatakan dengan tegas.

b) Persetujuan kedua belah pihak

Asas persetujuan kedua belah pihak merupakan konsekuensi logis

asas pertama tadi. Ini berarti bahwa tidak boleh ada paksaan dalam

melangsungkan perkawinan. Persetujuan seorang gadis untuk

dinikahkan dengan seorang pemuda. Misalnya, harus diminta lebih

dahulu oleh wali atau orang tuanya. Menurut sunnah Nabi dapat

diketahui bahwa perkawinan yang dilangsungkan tanpa persetujuan

kedua belah pihak, dapat dibatalkan oleh pengadilan.

c) Kebebasan memilih pasangan

Asas „kebebasan memilih pasangan‟ juga disebutkan dalam sunnah

Nabi. Diceritakan oleh Ibnu Abbas bahwa pada suatu ketika seorang

gadis bernama Jariyah menghadap Rasulullah dan menyatakan bahwa

ia telah dikawinkan oleh ayahnya dengan seseorang yang tidak

disukainya. Setelah mendengar pengaduan itu, Nabi menegaskan

bahwa ia (Jariyah) dapat memilih untuk meneruskan perkawinan

dengan orang yang tidak disukainya itu atau meminta supaya

pernikahannya dibatalkan untuk dapat memilih pasangan dan kawin

dengan orang lain yang disukainya.

d) Kemitraan suami-istri

Asas „kemitraan suami-istri‟ dengan tugas dan fungsi yang berbeda

(42)

Alquran surat Al-Nisa' ( ) ayat dan surat Al-Baqarah ( ) ayat .

Kemitraan ini menyebabkan kedudukan suami istri dalm beberapa hal

sama, dalam hal yang lain berbeda: suami menjadi kepala keluarga,

istri menjadi kepala dan penanggung jawab pengaturan rumah tangga,

misalnya.

e) Untuk selama-lamanya

Asas untuk „selama-lamanya‟ menunjukkan bahwa perkawinan

dilaksanakan untuk melangsungkan. Keturunan dan membina cinta

serta kasih sayang selama hidup. (QS Al-Rum ( ): ) Karena asas

ini pula maka pernikahan mut'ah yakni pernikahan sementara untuk

bersenang-senang selama waktu tertentu saja, seperti yang terdapat

dalam masyarakat Arab Jahiliyah dahulu dan beberapa waktu setelah

islam, dilarang oleh Nabi Muhammad.

f) Monogami terbuka

Asas „monogami terbuka‟ disimpulkan dari Alquran surat Al-Nisa'

( ) ayat jo ayat . Di dalam ayat dinyatakan bahwa seorang

pria muslim dibolehkan atau boleh beristri lebih dari seorang, asal

memenuhi beberapa syarat tertentu, di antaranya adalah syarat

mampu berlaku adil terhadap semua wanita yang menjadi istrinya.

Dalam ayat surat yang sama Allah menyatakan bahwa manusia

tidak mungkin berlaku adil terhadap istri-istrinya walaupun ia ingin

berbuat demikian. Oleh karena itu ketidakmungkinan berlaku adil

(43)

laki-laki lebih baik kawin dengan seorang wanita saja. Ini berarti

bahwa beristri lebih dari seorang merupakan jalan darurat yang baru

boleh dilalui oleh seorang laki-laki Muslim kalau terjadi bahaya,

antara lain, untuk menyelamatkan dirinya dari berbuat dosa, kalau

istrinya misalnya tidak mampu memenuhi kewajiban sebagai istri.

(Ali, : - ).

. Tujuan dan Hikmah Pernikahan

Manusia dilahirkan dengan membawa naluri, yang terbentuk dalam

proses pewarisan urutan nenek-moyangnya. Naluri ialah kemauan tak

sadar, yang dapat melahirkan perbuatan mencapai tujuan tanpa terfikir

sebelumnya ke arah tujuan tersebut dan tanpa didahului oleh latihan

berbuat. Naluri merupakan asas laku perbuatan manusia. Ia jadi pendorong

tindakan. Laku perbuatan sehari-hari atau sesekali dapat ditunjukkan

naluri sebagai pendorongnya. (Gazalba, : ) Manusia berlaku dan

berbuat, karena ada yang hendak dicapainya menuju suatu tingkat

kepuasan. Begitu pula dengan perkawinan, kepuasan seseorang dengan

melangsungkan perkawinan mempunyai tujuan sebagai berikut :

a. Beribadah kepada Allah

Pernikahan merupakan sunatullah bagi setiap makhluk hidup baik

manusia, hewan, maupun tumbuhan, maka barang siapa

melangsungkan pernikahan ia telah beribadah kepada Allah.

b. Melestarikan kelangsungan hidup manusia dengan memperoleh

(44)

Hadirnya keturunan di tengah keluarga merupakan bentuk buah

cinta dari pasangan suami istri

c. Menyalurkan hasrat birahi kepada lawan jenis agar terjaga dari

perbuatan maksiat atau perzinaan.

Sesungguhnya naluri sex merupakan naluri yang paling kuat dan

keras yang selamanya menuntut adanya jalan keluar. Bilamana

jalan keluar tidak dapat memuaskannya, maka banyaklah manusia

yang mengalami goncang dan kacau serta menerobos jalan yang

jahat. Dan kawinlah jalan alami dan biologis yang paling baik dan

sesuai untuk menyalurkan naluriah sex ini. (Thalib, : )

d. Menumbuhkan rasa tanggung jawab terhadap masing-masing

kewajibannya.

Pernikahan adalah suatu bentuk pelatihan kemandirian untuk

seseorang yang dalam pelaksanaannya harus dijalankan dengan

penuh kesiapan, terutama kesiapan mental pada diri sendiri yang

akan menanggung dan memikul beberapa tanggung jawab terhadap

posisinya pasca pernikahan. Setiap elemen mempunyai peran

masing-masing. Seiring berjalannya peran tersebut maka akan

tercipta rasa tanggung jawab. Laki-laki adalah kepala rumah tangga

yang akan memimpin wanita yang dinikahinya dan kelak untuk

anak-anaknya. Peran ini bertanggung jawab dengan mencari nafkah

untuk keperluan hidup sehari-hari dan membawa keluarganya

(45)

adalah sebagai ibu yang bertanggung jawab atas suami dan

anaknya dengan memberikan pelayanan yang baik kepada suami,

mengurus rumah tangga, memelihara dan mendidik anak.

e. Menjaga silaturahmi antar umat manusia dengan menyatukan dua

keluarga.

Dengan pernikahan dapat membuahkan di antaranya tali

kekeluargaan, memperteguh kelanggengan rasa cinta antar keluarga

dan memperkuat hubungan kemasyarakatan yang memang oleh

Islam direstui, ditopang dan ditunjang. Karena masyarakat yang

saling menunjang lagi saling menyayangi merupakan masyarakat

yang kuat lagi bahagia. (Thalib, : - )

f. Membangun keluarga yang bahagia dunia akhirat.

Pernikahan adalah jalan yang baik bagi seseorang yang telah

mampu menikah dengan disertai niat yang baik pula yakni

membentuk keluarga sakinah, mawaddah dan warrahmah serta

memperoleh keturunan sholeh/ sholekhah yang kelak akan menjadi

penerus generasi yang berkualitas sesuai tuntunan agama.

Islam adalah agama yang penuh kesempurnaan. Allah menciptakan

manusia berpasang-pasangan agar manusia hidup dengan rasa cinta dan kasih

sayang dengan pasangannya yang kemudian dari cinta dan kasih sayang itu

lahirlah keturunan sebagai buah cinta dari sebuah pernikahan. Menurut

Muhamad Ali lembaga perkawinan ini adalah dasar daripada peradaban, sebab

(46)

ikatan kekeluargaan, yang dengan kuatnya memperkuat anasir-anasir dalam

umat manusia, sedangkan peradaban pun hanya bisa berdiri di atas umat

manusia yang terikat oleh ikatan kekeluargaan yang erat. (Wibisono. : )

B. Etika Pergaulan Islam

Rumusan tersingkat dari kata “etika” : etika ialah ilmu pengetahuan

tentang kesusilaan (moral). Yang dinamakan kesusilaan ialah keseluruhan

aturan, kaidah atau hukum yang mengambil bentuk amar dan larangan.

Kesusilaan mengatur perilaku manusia serta masyarakat, yang di dalamnya

manusia itu terdapat. Berhubung dengan itu manusia tidak boleh semaunya

sendiri berbuat, atau tidak berbuat sesuatu. Perilaku diatur atau ditentukan

oleh norma kesusilaan. (Vos, : )

Manusia adalah makhluk sosial yang tidak bisa hidup seorang diri

dalam kehidupannya. Sebagai makhluk sosial tentu saja manusia harus

berinteraksi dengan yang lain untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari,

kebutuhan jasmani maupun rohani. Tanpa bantuan orang lain, manusia tidak

mungkin bisa berjalan dengan baik karena saling bergantung dan

membutuhkan satu sama lain. Kesadaran manusia sebagai makhluk sosial,

justru memberikan rasa tanggung jawab untuk mengayomi individu yang jauh

lebih lemah dari pada wujud sosial yang besar dan kuat. Kehidupan sosial,

kebersamaan, baik itu non formal (masyarakat) maupun dalam bentuk-bentuk

(47)

Sebagai makhluk sosial, manusia mengharuskan untuk saling

berinteraksi dengan cara bergaul dengan yang lain melalui norma yang

berlaku. Allah menciptakan laki-laki dan perempuan agar saling mengasihi

dengan jalan yang benar.

Cinta kasih sudah mengandaikan suatu hubungan pribadi yang

jarang terdapat antara manusia yang satu dengan manusia yang lain,

sedangkan kita dapat memikul tanggug jawab terhadap manusia yang

jumlahnya jauh lebih banyak dibanding dengan jumlah manusia yang dapat

kita cintai. (Vos, : )

Hidup di dunia ini, manusia mempunyai tujuan yang tidak dapat

dihindari yakni mendapat kenikmatan hidup. Entah kenikmatan dalam hal

jasmani ataupun rohani. Kenikmatan disini adalah dimana seseorang mampu

mencapai titik puas terhadap apa yang diinginkannya.

Manusia bersifat Hedonisme. Hedonisme bertolak dari pendirian

bahwa menurut kodratnya manusia mengusahakan kenikmatan, yang dalam

bahasa Yunaninya disebut “hedone”; dari kata inilah timbul istilah

“hedonisme”. Secara negatif usaha ini terungkap dalam sikap menghindari

rasa sakit, dan secara positif terungkap dalam sikap mengejar apa saja yang

dapat menimbulkan rasa nikmat. Namun hedonisme tidak sekedar

menetapkan kenyataan kejiwaan ini, melainkan juga berpendapat bahwa

kenikmatan benar-benar merupakan kebaikan yang paling berharga atau yang

tertinggi bagi manusia, sehingga dengan demikian adalah baik baginya

(48)

perilakunya dibiarkan ditentukan oleh kenikmatan sebesar-besarnya dengan

bersikap demikian itu bukan hanya hidup sesuai dengan kodratnya, melainkan

juga memenuhi tujuan hidupnya. (Vos, : )

Remaja adalah masa-masa dimana ia akan bergaul dengan siapa saja

yang mampu membuatnya merasa nyaman. Masa remaja berlangsung pada

usia , sampai , tahun yang memiliki fase, yaitu :

. Masa Pra Remaja (Early Adolescence)

Fase ini berlangsung dari usia , sampai dengan , tahun. Fase

ini merupakan kelanjutan fase/periode perkembangan sebelumnya dari

perjalanan hidup manusia. Gejala yang menonjol adalah meningkatnya

perkembangan sikap sosial, berupa munculnya sikap ekstraverts

(perhatian ke dunia luar). Gejala itu pada dasarnya merupakan

lanjutan, yang sebelumnya ditampilkan berupa sikap avonoturir di

lingkungan sekitar usianya. Gejala itu menyebabkan fase ini disebut

masa plural, yang ditampilkan berupa sikap dan tingkah laku

anak-anak yang semakin berorientasi ke luar. Orientasi dalam dirinya

sebagai sikap dan tingkah laku intraverts, semakin berkurang.

. Masa pubertas

Fase ini berlangsung pada usia , sampai dengan , tahun.

dalam kehidupan modern terutama di kota-kota, pada umumnya

anak-anak masih bersekolah, di samping banyak juga yang sudah memasuki

(49)

perjalanan hidup manusia, untuk mempersiapkan diri memasuki dunia

kedewasaan.

. Akhir masa remaja (Late Adolescence)

Masa ini berlangsung dari usia , sampai dengan , tahun dan

disebut Masa Awal Kedewasaan. Pada fase ini sebagian remaja dalam

perjalanan hidupnya telah memasuki lapangan kerja. Remaja kelompok

ini cenderung telah bersikap, berpikir, dan berbuat sebagaimana orang

dewasa pada umumnya. Di antara remaja itu terdapat juga yang telah

memasuki kehidupan berumah tangga, yang dalam kenyataannya lebih

banyak dialami oleh perempuan dari pada lelaki. (Nawawi, :

)

Pergaulan yang dianjurkan Islam adalah pergaulan yang sesuai norma

agama. Di dalamnya terdapat batasan-batasan apa yang harus dilakukan terhadap

lawan jenis ketika bergaul. Berikut adalah etika bergaul yang baik berdasarkan

tuntunan agama:

. Menahan atau menundukkan pandangan dari lawan jenis

Setiap muslim dan muslimah harus menjaga kesucian matanya dari

pandangan terhadap lawan jenis secara bebas. Maksudnya ialah tidak

boleh melihat dengan pandangan yang terlalu dalam. Nabi Isa a.s.

bersabda, “Takutlah memandang, karena dengan memandang itu dapat

menumbuhkan syahwat dalam hati. Dan cukuplah fitnah terjadi

disebabkan pandangan itu”. (An-Nawawi, : ) Firman Allah surat

(50)

“Katakanlah kepada orang laki-laki yang beriman: "Hendaklah mereka menahan pandanganya, dan memelihara kemaluannya; yang demikian itu adalah lebih suci bagi mereka, Sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang mereka perbuat".

. Berpakaian dengan menutup aurat secara sempurna

Pakaian yang sopan bagi setiap muslim dan muslimah adalah wajib.

Menggunakan pakaian tidak tipis sehingga tidak menampakkan warna

kulit, tidak tembus pandang dan memperlihatkkan lekuk tubuh. Islam

menganjarkan umatnya untuk berpakaian yang sederhana dan tidak

bermewah-mewahan agar tidak menarik perhatian siapapun yang

melihatnya. Hal ini berarti mencegah seseorang dari sifat pamer dan

sombong. Begitu pula dengan cara berjalan seorang wanita tidak

diperbolehkan berjalan dengan berlenggak-lenggok di hadapan laki-laki.

Aurat laki-laki adalah antara pusar dan lutut, sedangkan aurat bagi

perempuan adalah seluruh badan kecuali muka dan telapak tangan. Aurat

adalah bagian yang tidak boleh ditampakkan kepada siapa saja yang

bukan mhram, apabila ditampakkan maka akan menyebabkan rasa malu.

. Dilarang berdua-duaan (berkholwat)

Apabila seorang laki-laki dan perempuan berdua-duaan maka yang ketiga

sebagai pendampingnya adalah setan. Bedua-duaan adalah sesuatu yang

(51)

laki-laki dan perempuan adalah haram. Firman Allah surat Al Israa‟ ayat

:

“Dan janganlah kamu mendekati zina. Sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji dan suatu jalan yang buruk”. (QS. Al Israa‟ : )

. Dilarang bersentuhan kulit dengan lawan jenis

Islam sangat menjaga kesucian terhadap lawan jenisnya. Laki-laki dan

perempuan tidak boleh berjabat tangan dan saling menyentuh antara

keduanya dan yang semacamnya. Sebab, yang haram dipandang itu juga

haram disentuh, karena menyentuh itu lebih kuat menimbulkan rasa

nikmat dan menyenangkan, dengan alasan kalau laki-laki menyentuh

wanita lalu mengeluarkan sperma, maka batallah puasanya. Tetapi kalau

memandang lalu mengeluarkan sperma, maka tidak batal puasanya.

(An-Nawawi, : )

. Hindari pembicaran yang bisa membangkitkan hasrat untuk melakukan

perbuatan zina. Misalnya berbicara dengan lawan jenis dengan

mengeraskan suaranya dan dengan cara bicara yang disertai sebuah

desahan.

. Menjaga kemaluan

Tidaklah mudah menjaga kemaluan terutama bagi perempuan.

Perempuan adalah objek yang indah bagi laki-laki untuk dengan

(52)

pemerkosaan dan pelecehan seksual lain. Berbeda lagi dengan orang

yang melakukan perbuatan seksual atau berzina dengan kemauan sendiri

atas dasar cinta (suka sama suka). Meskipun si perempuan telah

berpakaian menutup aurat secara sempurna namun belum bisa menjaga

kemaluannya dari pasangannya, tidak menutup kemungkinan hal yang

tidak diinginkan seperti berzina akan terjadi. Zina adalah hubungan

badan antara seorang laki-laki dan perempuan dengan memasukkan alat

kelamin laki-laki ke dalam alat kelamin perempuan tanpa adanya ikatan

pernikahan yang sah.

Zina terbagi menjadi dua macam :

. Zina muhson yaitu zina yang dilakukan oleh seorang laki-laki

dan perempuan yang telah menikah.

. Zina Ghairu Muhson yaitu zina yang dilakukan oleh seorang

laki-laki dan perempuan yang belum pernah menikah.

Pembagian jenis zina diatas adalah pembagian menurut pelakunya.

Pelaku zina muhson adalah mendapat hukuman rajam. Sedangkan bagi pelaku

ghairu muhson adalah hukuman cambuk kali cambukan di depan umum

dan setelah itu diusir dari dari daerah/negeri tersebut selama satu tahun.

Setiap masyarakat mempunyai perbedaan kuantitas sanksi terhadap

penyimpangan tertentu terhadap hukum. Sebagai contoh dapat diungkapkan,

bagi masyarakat Muslim di Mekah, orang yang berzina dikenai hukuman

cambuk kali bagi pezina pemuda/pemudi dan hukuman rajam bagi pezina

(53)

ditemukan sanksi hukum yang demikian, baik bagi pezina pemuda/pemudi

maupun pezina duda/janda. Dengan demikian, tingkah laku yang menyimpang

merupakan tindakan yang tergantung dari kontrol sosial masyarakat atau sanksi

hukum yang dijadikan acuan untuk menerapkan hukuman. (Ali, : - )

Hal ini diperjelas dalam firman Allah SWT surat An Nuur ayat :







keduanya mencegah kamu untuk (menjalankan) agama Allah, jika kamu beriman kepada Allah, dan hari akhirat, dan hendaklah (pelaksanaan) hukuman

mereka disaksikan oleh sekumpulan orang-orang yang beriman”.

Menjadi seorang remaja yang mampu menjaga dirinya dari pengaruh

perkembangan zaman saat ini adalah tidak mudah. Banyak godaan negatif silih

berganti menghampiri dan menggoda nafsu serta keinginan untuk berbuat

hal-hal yang melampui batas. Dimulai dari pergaulan bebas, memakai obat-obatan

terlarang, merokok, perkelahian dan lain sebagainya. Remaja muslim dan

muslimah sebagai generasi penerus bangsa harus bisa menjaga dirinya dari

hal-hal yang cenderung merugikan dirinya sendiri dan keluarganya. Maraknya

pelaku zina di kalangan para remaja akan menghancurkan masa depan,

keluarga serta nasab atau keturunannya. Ditambah dampak penyakit-penyakit

(54)

C. Status Anak dalam Persepektif Hukum Islam

Anak adalah anugerah yang dititipkan Allah kepada setiap orang tua

untuk selayaknya dijaga dan dipelihara dengan baik. Berbagai upaya dilakukan

orang tua agar tumbuh kembang anak berjalan sesuai dengan harapan. Dalam

alquran, anak disebutkan dalam berbagai istilah :

. Perhiasan atau kesenangan

“Harta dan anak-anak adalah perhiasan kehidupan dunia tetapi amalan-amalan yang kekal lagi saleh adalah lebih baik pahalanya di sisi Tuhanmu serta lebih baik untuk menjadi harapan”. (QS. Al Kahfi : )

“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengkhianati Allah dan Rasul (Muhammad) dan (juga) janganlah kamu mengkhianati amanat-amanat yang dipercayakan kepadamu, sedang kamu mengetahui. Dan ketahuilah, bahwa hartamu dan anak-anakmu itu hanyalah sebagai cobaan

dan Sesungguhnya di sisi Allah-lah pahala yang besar. (QS. Al Anfal :

(55)

. Penentram dan penyejuk hati

Firman Allah surat Al Furqon ayat :

“Dan orang orang yang berkata: "Ya Tuhan Kami, anugrahkanlah kepada Kami isteri-isteri Kami dan keturunan Kami sebagai penyenang hati (Kami), dan jadikanlah Kami imam bagi orang-orang yang bertakwa. (QS.

Al Furqon : )

“Hai orang-orang mukmin, sesungguhnya di antara isteri-isterimu dan anak-anakmu ada yang menjadi musuh bagimu. Maka berhati-hatilah kamu terhadap mereka dan jika kamu memaafkan dan tidak memarahi serta mengampuni (mereka). Maka sesungguhnya Allah Maha Pengampun

lagi Maha Penyayang. (QS. Ath-Thagobun: )

Maksud dari ayat ini adalah terkadang seorang istri atau anak dapat

menjerumuskan ayahnya untuk melakukan perbuatan-perbuatan buruk,

misalnya karena minimnya ekonomi, seorang istri menyuruh suaminya

mencuri sesuatu untuk memenuhi kenutuhan sehari-hari.

. Fitnah

(56)

“Sesungguhnya hartamu dan anak-anakmu hanyalah cobaan (bagimu), dan di sisi Allah-lah pahala yang besar.

Setiap anak pastilah menginginkan jelas asal usulnya. Hal ini merupakan

dasar untuk menunjukkan hubungan nasab dengan ayah kandungnya. Nasab

adalah salah satu pondasi kuat yang menopang berdirinya sebuah keluarga, karena

nasab mengikat antar anggota keluarga dengan pertalian darah. Penentuan nasab

adalah hak setiap anak dan menjadi sangat penting untuk keperluan di masa

depan. Apalagi bagi anak perempuan yang membutuhkan wali ketika ia akan

menikah. Sering kali banyak pasangan suami istri yang memiliki anak hasil

perzinaan kedua orangtuanya tidak memahami kedudukan hukum anaknya, baik

secara hukum Islam ataupun hukum positif Indonesia. Termasuk di dalamnya

mengenai pembagian warisan.

Undang-undang Perkawinan No. tahun pasal menentukan

bahwa anak yang sah adalah anak yang dilahirkan dalam atau sebagai akibat

perkawinan yang sah. Dari ketentuan undang-undang ini kita lihat adanya dua

kemungkinan sahnya anak, yaitu anak yang dilahirkan dalam perkawinan yang

sah atau anak yang dilahirkan sebagai akibat dari perkawinan yang sah. Pada

kemungkinan kedua tidak menjadi masalah sebab hukum Islam pun menentukan

demikian. Tetapi pada kemungkinan pertama hanya dipandang sesuai dengan

ketentuan hukum Islam apabila diperhatikan syarat bahwa terjadinya anak

(57)

hamil dan tidak diketahui dengan jelas bahwa anak telah terjadi sebelum

perkawinan dilaksanakan.

Dalam UU Perkawinan tahun pasal juga disebutkan bahwa

“Anak yang dilahirkan di luar perkawinan hanya mempunyai hubungan perdata

dengan ibunya dan keluarga ibunya”. Rumusan tersebut sejalan dengan Kompilasi

Hukum Islam (KHI) pasal yang menyatakan anak sah adalah:

a. Anak yang lahir dalam atau sebagai akibat perkawinan yang sah

b. Hasil pembuahan suami istri yang sah di luar rahim dan dilahirkan oleh

istri tersebut.

Sejalan juga dengan Kompilasi Hukum Islam (KHI) pasal yaitu “Anak

yang lahir di luar pernikahan hanya mempunyai nasab dengan ibunya dan

keluarga ibunya”. Pada kasus Machicha Mochtar dalam uji materi UU No. tahun

pasal ayat yang mengabulkan permohonan tersebut, saat ini anak di luar

nikah tetap akan mendapat hubungan keperdataan dengan ayahnya, walaupun

ayahnya itu tidak mengakui sebagai anak kandungnya, selama dapat dibuktikan

berdasarkan ilmu pengetahuan dan teknologi atau alat bukti lain menurut hukum

salah satunya dengan tes DNA.

Terkait anak hasil hubungan perzinaan, Islam menyatakan bahwa anak

tersebut tidak akan mendapatkan hak waris dan perwalian dari ayah biologisnya.

Namun bukan berarti anak tersebut tidak diperdulikan oleh negara, karena negara

menyatakan bahwa hak pengasuhan berada pada pihak ibu kandung dan

keluarganya. Anak dari hasil hubungan zina agar tidak dijadikan sasaran hukuman

(58)

ayah biologisnya. Akibat hukum dari anak diluar nikah yakni hubungan nasab,

hak-hak waris dan hak perwalian. Hal mengenai perlindungan dari anak hasil zina

ini dipertegas dalam UU Perkawinan tahun pasal ayat ( ) diatas

disebutkan “Anak yang lahir di luar perkawinan hanya mempunyai hubungan

perdata dengan ibunya dan keluarga ibunya”.

Imam Ishaq bin Rawawih, Ibnu Taimiyah dan Ibnul Qayyim berpendapat

bahwa anak yang lahir karena perbuatan zina adalah keturunan yang mengakui,

sebab pada kenyataannya ia memang berbuat zina dengan ibu si anak,

sebagaimana penetapan nasab anak itu kepada ibunys. Penetapan itu dimaksudkan

agar si anak tidak terlantar, tidak mendapat mudharat dan tidak terkena aib karena

perbuatan yang tidak ia lakukan. Sebab, orang yang tidak berdosa tidak akan

memikul dosa orang lain. (Narulita, : - )

Apabila telah terang bahwa seseorang itu melahirkan anak, pastilah anak

itu, anaknya. Tak ada jalan membantahnya, karena hubungannya (si ibu) dengan

anak, ialah dengan jalan wiladah (melahirkan). Mengenai orang laki-laki ada dua

kemungkinan: (Ash-Shiddieqy, : - )

a. Ada yang mungkin diingkari

b. Ada yang tidak mungkin diingkari

Yang tidak mungkin diingkari ada dua kemungkinan pula, pertama

yang dapat dinafikan dengan jalan li‟an (nasab anak ummul walad) dan

yang kedua yang dinafikan dengan jalan lian yaitu anak yang

(59)

memiliki saksi dalam hal tersebut. Misalnya seorang istri telah hamil

tiga bulan namun suaminya menyangkal bahwa anak tersebut bukan

hasil dari perbuatannya dan menuduh istrinya berzina dengan laki-laki

lain.

c. Anak syubhat adalah anak yang kedudukannya tidak ada hubungan

nasab dengan laki yang menggauli ibunya, kecuali apabila

laki-laki itu mengakuinya.

Dalam perspektif fiqih mengenai anak sah, Islam menegaskan bahwa

seorang anak agar dianggap sebagai anak yang sah dari ayahnya, maka anak itu

harus lahir sekurang-kurangnya enam bulan sejak berlangsungnya akad nikah.

Dengan demikian, apabila anak lahir kurang dari enam bulan sejak

berlangsungnya akad nikah, maka hubungan nasab anak tersebut adalah dengan

ibunya walaupun lahir dari pernikahan sah dengan ayah kandungnya.

Jika dilihat dari sisi kehamilan seorang wanita, fikih Islam telah memuat

ketentuan-ketentuan terhadap ketetapan nasab dengan batas kehamilan tersebut

Gambar

Tabel  .  Jumlah penduduk berdasarkan jenis kelamin tahun
Tabel  .   Jumlah penduduk menurut profesi Dusun Kebonagung tahun
Tabel  .  Jumlah penduduk menurut tingkat pendidikan tahun
Tabel  .  Jumlah penduduk menurut pemeluk agama Dusun Kebonagung
+2

Referensi

Dokumen terkait

siklus I baru mencapai 68,01%, siklus II mencapai 86,26%, dan pada siklus III meningkat mencapai 90,91%. Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa hasil kinerja guru

(Studi Komprehensif Kinerja Power Generation Ditinjau dari Nilai Entropi Siklus Uap dengan Melihat Pengaruh Jumlah Udara Pembakaran).. Diajukan Untuk Memenuhi Syarat

Dengan demikian dapat dikatakan bahwa instrumen yang berjumlah 27 butir pernyataan inilah yang akan digunakan sebagai instrumen final untuk mengukur variabel minat beli..

Di samping itu, pengamatan dan analisis mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi penawaran uang (M2) merupakan variabel kunci bagi otoritas moneter untuk menetapkan

Ketika pemerintah menerapkan liberalisasi perdagangan beras maka pasar beras Indonesia terintegrasi dengan pasar beras internasional dan harga beras dalam negeri akan

Pada sekolah SMA N 14 Semarang, siswa yang memiliki sikap negatif (cenderung kurang merespon atau tertarik dengan hal-hal berkaitan dengan kesehatan reproduksi)

belajar yaitu dengan melihat kebiasaan siswa dalam; membaca buku,. mengatur waktu belajar, mengulang pelajaran, dan membuat catatan. b)

Masalah yang akan didefinisikan dalam aplikasi ini yaitu bagaimana membuat aplikasi penyisipan dan pengambilan data dari file carier yang digunakan untuk mengamankan