• Tidak ada hasil yang ditemukan

1. Apakah kita manusia? - Tips dan tools untuk modul 2

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "1. Apakah kita manusia? - Tips dan tools untuk modul 2"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

Tips untuk Modul 2

Modul 2: Siapakah Kita?

Di sini diberikan beberapa latihan yang menurut kami bermanfaat untuk memfasilitasi modul ini. Karena anda akan memperoleh pengalaman dalam fasilitasi pada langkah ini, anda akan menemukan latihan-latihan terbaik untuk anda.

1. Apakah kita manusia?

Kami bertanya kepada para peserta atau anggota komunitas, “apakah kita manusia?” untuk

merangsang mereka untuk melihat satu dengan lainnya sebagai manusia. Pertanyaan provokatif ini dapat memunculkan beberapa respons yang keras. Ya, tentu kita adalah manusia. Tetapi apakah esensi dari kemanusiaan kita? Apa sebab hal itu kita bagikan? Begitu kelompok mendiskusikan alasan-alasan kita berdiskusi tentang kemanusiaan kita, perdebatan akan mengarah pada apa yang kita miliki secara umum, ketimbang apa yang membuat kita berbeda. Ini merupakan perspektif yang luar biasa bagusnya yang dari situlah kita mulai belajar untuk mengalami Proses Kompetensi Hidup Komunitas (CLCP).

2. Mendorong Sharing yang setara

Lingkaran berbagi adalah sebuah metode yang memungkinkan setiap individu mengekspresikan dirinya dalam satu kelompok secara apa adanya, setara dan aman. Lingkaran itu membantu peseta dan fasilitator berada pada pijakan yang sama dan mendorong untuk mendengarkan secara aktif. Didukung oleh sebuah objek simbolis. “tongkat bicara”, kami mendorong satu proses tukar-menukar cerita dan mendengarkan secara mendalam. Hanya orang yang memegang “tongkat bicara” yang boleh berbicara, yang lainnya mendengarkan secara mendalam. Biasanya akan lebih baik untuk menggilirkan menurut arah jarum jam. Fasilitator, dan hanya fasilitator, yang dapat mengintervensi sewaktu-waktu dan meminta untuk memegang tongkat bicara misalnya untuk menjelaskan sesuatu, mengatasi konflik dan lainya.

Perkenalan tanpa titel . Untuk hal ini, kami menggunakan teknik-teknik yang berbeda tergantung pada konteks dan komunitas:

“Jika saya adalah…”

Secara berkeliling meja: tiap peserta memperkenalkan diri mereka dengan menyebutkan salah satu pahlawan mereka (tokoh bersejarah, pahlawan fiktif, hewan, dll) dan

menerangkan qualities yang mereka kagumi dari pahlawan mereka itu dan dalam hal apakah hal-hal baik itu bermanfaat bagi mereka secara personal juga/atau kehidupan profesional mereka.

(2)

ide-ide baru, saya senang untuk mengamati alam dan saya mendapatkan ide-ide melalui analogy.

“If Iwere…”

Go around the table: each participant introduces themselves through one of their heroes (historical figure, fictional hero, animal, etc.) and explains the qualities that they admire in their hero and the extent to which such qualities could be useful to them in their personal and/or professional life.

Kata sifat yang merepresetasikan diri anda:

Dalam lingkaran, tanyakan setiap anggota komunitas untuk memperkenalkan diri mereka; pertama-tama nama dan salah satu kata sifat, mulai dengan huruf pertama dari nama yang merepresentasi diri mereka masing-masing.

Sebagai contoh: Laurie – Loquacious

(namanya Laurie – kata sifat yang dipilih dimulai dengan hurup L: Loquacious; artinya: Cerewet)

Presentasi sebagai manusia …Presentation as human beings:

Dalam lingkaran, mintalah peserta untuk mempresentasikan diri mereka dengan nama pertama, hal yang membuat mereka bersemangat hidup dan hal yang mereka senang lakukan. Di akhir lingkaran, minta mereka untuk merefleksikan apa yang terlihat sebagai keterkaitan satu dengan lainnya di antara mereka. Tanyakan kepada peserta, apakah cara melihat keterkaitan seperti ini bersesuaian dengan cara yang biasa digunakan untuk memperkenalkan diri.

3. Mendorong koneksi hati ke hati.

Latihan jejarring laba-laba Spider web exercice.

The quality game: Setiap orang diminta memikirkan 2 benda atau apa saja yang menggambarkan pikiran mereka pagi ini dan letakan kedua ha itu setiap hal itu di telapak tangan terbuka. Seorang relawan berdiri merenggangkan satu tangan dan katakan benda (atau hal apa) yang ada di telapak tangannya itu. Setiap orang yang memegang hal yang sama dengan yang dikatakan itu berdiri dan tangannya diletakan di atas tangan relawan tadi. Hal yang sama dilakukan dengan tangan yang lainnya atau tangan yang kedua dari relawan. Apabila setelah itu tidak ada yang berdiri relawan yang lain membagikan benda (atau apa saja) yang dipegang di tangannya, seterusnya dilanjutkan untuk peserta yang lain sampai semua tangan saling terhubung.

(3)

Peserta berpasangan dengan orang yang bersebelahan dalam lingkaran. Fasilitator memintakan pasangan-pasangan yagn terbetnuk untuk saling melihat ke pasangan mereka dan menemukan kemiripan fisik di antara separuh dari tubuhnya sendiri dan separuh lagi dari separuh orang terdekat di sebelahnya (contohnya, separuh kanan saya dan separuh kiri anda). Setelah beberapa menit, ….

Lakukan lagi latihan yang sama, tetapi kali ini the resemblance bukanlah yang fisik, kita bicarakan dengan orang lain dan mencoba menemukan sesuatu yang kita miliki umum dengan mereka, misalnya sesuatu yang sama-sama kita berdua kerjakan, atau sesuatu yang sama sama kita ebrdua suka.

Lingkaran sharing: apakah latihan ini mudah atau sulit? Kemiripan apa yang kita temukan? Apakah kita kaget?

Halves:

Participants get in pairs with their circle neighbour. The facilitator asks the pairs to look at one another and find physical similarities between one half of their own body and the half of their neighbour’s body that is closest to it (eg. my right half and your left half). After a couple of minutes, we go around the circle once and each pair shares one physical resemblance.

Same exercise, but this time the resemblance is not physical, we talk to the person and try to find something we have in common with them, for instance something we have both done, or something we both love.

Sharing circle: was this exercise easy or difficult? What are the similarities that we found? Were we surprised?

4. Stimulate appreciation of individual and collective strengths:

Berbagi cerita berpasang-pasangan Share stories in pairs.

Secara berpasangan, setiap orang menceritakan kepada orang lain sesuatu tentang kehidupan mereka (atau cerita hidup mereka) yang selalu mereka syukuri atau merasa bersyukur ( atau yang membanggakan bagi mereka).

Setelah tahapan ini, fasilitator menginstruksikan kelompok untuk membuat refleksi secara individu tentang kekuatan-kekuatan yang mereka deteksi dalam diri orang yang berbicara ketika

dengarkannya. Setiap orang menggunakan beberapa menit untuk merefleksi dan bila perlu menuliskan beberapa kata di kertas. Setelah itu mereka kembali ke pasangan mereka dan menyampaikan kepada pasangannya kekuatan-kekuatan yang mereka pilih. Pasangannya dapat menyampaikan apakah dia nyaman atau tidak dengan kata-kata yang dibagikan dalam pleno (beberapa kata mungkin saja dirubah)

After this phase, the facilitator instructs the group to reflect individually on the strengths they have detected in the person while listening to them. Everyone takes a couple of minutes to reflect and jot a few words on paper if necessary. They then go back to their partner and tell them the strengths they have chosen. The partner can say whether they feel comfortable or not with those words being shared in plenary (some words may be changed) .

(4)

diri mereka sendiri. Ketika sau orang berbicaram yang lain mendengarkan dengan serius dan selanjutnya bergantian peran.

Pada akhirnya, dalam pleno, setiap orang memperkenalkan orang yang mereka dengarkan dan menerangkan kekuatan-kekuatan yang mereka hargai yang ada pada orang lain.

Diskusikan : bagaimana perasaan mereka selama melakukan latihan ini? Apa yang mereka pelajari tentang diri sendiri, juga tentang orang lain.

5. Menciptakan spirit komunitas Create community spirit

Kadang-kadang tidak cukup menjadi tetangga atau tidak cukup tinggal di satu wilayah untuk merasakan bahwa kita adalah bagian dari komunitas yang sama. Setiap situasi adalah berbeda, tetapi itu mungkin membantu untuk bekerja dalam semangat komunitas untuk menciptakan “kita” yang kuat.

Kita telah mempelajari metode-metode menarik yang membantu kita menciptakan atau membangun spirit komunitas. Berikut ini adalah beberapa pemikiran.

Siap, tarik!

Dasar pikir dari latihan ini adalah mengstimulasi sebuah pola pikir yang akan membuat peserta relax dan membuat mereka merasa nyaman satu dengan yang lain bersama. Peserta ditempatkan secara berkelompok dan diberikan secarik kertas yang cukup besar yang setiap orang akan mampu

menahannya pada saat yang sama. Di training di Poste Lafayette kami menggunakan kertas berukuran A4.

Ketika semua anggota kelompok sudah memegang kertasnya, fasilitator akan memberikan aba-aba kapan mereka SEMUA harus menarik kertas itu. Ini akan diulang dua atau tiga kali, menggunakan kertas yang paling besar hasil tarikan sebelumnya.

Selanjutnya Permintaan besar Then the BIG REQUEST! Mohon letakkan potongan-potongan kertas bersama!

Semua anggota tiap kelompok berusaha menata kembali potongan-potongan kertas untuk menjadi bentuknya semula.

Selanjutnya diskusikan apa yang telah dikontribusikan sehingga kelompok sukses dalam menata semua potongan kertas tadi kembali. Sementara itu beberapa kekuatan ditandai, yang paling sering muncul dalam diskusi adalah bahwa sebagai sekelompok orang kita dapat bekerja sama sebagai sebuah tim. Kelaurga di Poste La Fayette mendapatkan bahwa ada inspirasi untuk bekerja secara kooperatif.

(5)

disatukan kembali dan penyatuan kembali itu tidak akan pernah sempurna.

6. Reveal the shared interest of the community

Kita tentu menghargai kekuatan-kekuatan dari komunitas. Tetapi itu tidak berarti bahwa kita mengabaikan diskusi-diskusi seputar concern dan tantangan yagn dihadapi oleh komunitas. Sebagai fasilitator, peran anda adalah memunculkan pertanyaan-pertanyaan pengarah yang mendorong komunitas. Setiap fasilitator mempunyai metodenya sendiri, tetapi ini adalah beberapa ide untuk mendorong percakapan:

Harapan dan …. Hopes and concerns

Setiap peserta diberikan sepotong kertas berbentuk hati dan mintakan mereka untuk menulis sesuatu yang menjadi concern dan harapan mereka, dengan menghargai diri mereka sendiri, kelaurga dan komunitas mereka. Dalam melakukannya, mereka didorong untuk merefleksikan hati itu adalah pribadi mereka dan hati itu adalah tempat bersemayamnya motivasi.

Hati itu kemudian diletakan untuk dilihat oleh smua orang. Beberapa harapan yang pernah ada, adalah:

“ kami mengharapkan kesempatan yang lebih baik untuk pendidikan anak-anak kami” “kami mengharapkan lebih banyak ..amenities dalam komunitas”

“kami mengharapkan a decent life dan kesetaraan untuk semua” Dan

“kami mengharapkan bahwa komunitas kami dapat menjadi contoh akan apa yang komunitas yang bersatu dapat capai bersama”

Tantangan

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan Penelitian ini adalah untuk mengetahui (1) manakah yang memberikan prestasi belajar yang lebih baik, model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two

Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari baik administrasi perpajakan, kualitas layanan fiskus, dan perilaku wajib pajak secara langsung memiliki pengaruh yang

Responden yang menilai pelayanan kesehatan mudah diakses cenderung memilih tenaga kesehatan sebagai penolong persalinannya dibandingkan dengan responden yang

Vinyl acetate dari Acetylene dan Acetic acid dengan proses liquid phase. Vinyl acetate dari Acetylene dan Acetic acid dengan proses

kelas V.A SD Negeri 002 Muara Lembu. Aktivitas guru pada pertemuan pertama siklus I sebesar 64.2% sedangkankan pada pertemuan kedua meningkat menjadi 75%. Siklus II

Metode yang digunakan untuk menyusun sistem parkir mobil di gedung bertingkat dengan pohon prioritas adalah mendesain sebuah tanda parkir dan papan penunjuk jalan

Keberhasilan LAPAN dalam penguasaan Iptek penerbangan dan antariksa (pengembangan model/informasi sains antariksa dan atmosfer, rancang bangun satelit mikro dan