• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGELOLAAN PEMBAGIAN ZAKAT TERHADAP 8 ASHNAF PENERIMA ZAKAT DI LEMBAGA AMIL ZAKAT INFAQ DAN SHADAQAH MUHAMMADIYAH (LAZISMU) KOTA SALATIGA SKRIPSI Diajukan Untuk memenuhi Salah Satu Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Hukum (S.H)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "PENGELOLAAN PEMBAGIAN ZAKAT TERHADAP 8 ASHNAF PENERIMA ZAKAT DI LEMBAGA AMIL ZAKAT INFAQ DAN SHADAQAH MUHAMMADIYAH (LAZISMU) KOTA SALATIGA SKRIPSI Diajukan Untuk memenuhi Salah Satu Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Hukum (S.H)"

Copied!
122
0
0

Teks penuh

(1)

PENGELOLAAN PEMBAGIAN ZAKAT TERHADAP 8

ASHNAF

PENERIMA ZAKAT DI LEMBAGA AMIL ZAKAT INFAQ DAN

SHADAQAH MUHAMMADIYAH (LAZISMU) KOTA SALATIGA

SKRIPSI

Diajukan Untuk memenuhi Salah Satu Syarat

Guna Memperoleh Gelar Sarjana Hukum (S.H)

Oleh:

Khoirotun Nisak

21412031

JURUSAN HUKUM EKONOMI SYARI’AH

FAKULTAS SYARI’AH

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)

SALATIGA

(2)
(3)
(4)
(5)

MOTTO

“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah Setiap

diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat); dan

bertakwalah kepada Allah, Sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang kamu

(6)

PERSEMBAHAN

Skripsi ini penulis persembahkan kepada :

1. Kedua orang tuaku tercinta Bapak H. Muhammad Tohir dan Ibu Hj. Istiqamah yang senantiasa memeberiku dukungan, semangat, dan do’a atas segalanya.

2. Pengasuh PPTI Al-Falah Salatiga K.H Zoemri RWS (Alm) serta Hj. Lathifah Zoemri beserta keluarga.

3. Semua kakaku (Umi Mutmainah, Umroh, Syaiful Mujib, Farida Farichah, Irchamuddin, Ali Chamdani) yang selalu memberiku semangat dalam kuliah dan adik-adikku tercinta (Ema Nurrofiana, M. Luthfi Hakim)

4. Sahabat-sahabatku tercinta (Masadah, Dwi Astuti, Rahmatul Ummah, Fatikatul Malikah, Fitrotul Ummah, Ani Maftuchah, Aisyatul Lailiyah, Fitriatuzahro, Titik Iva Mustakimah) yang selalu memberikan arahan dan masukan kepada penulis dalam mengerjakan skripsi.

5. Almamater IAIN Salatiga dan Fakultas Syariah

6. Teman-teman tercinta S1 Hukum Ekonomi Syariah 2012

(7)

KATA PENGANTAR

Rasa syukur yang dalam penulis sampaikan kepada Allah SWT, karena berkat limpahan rahmatNya penelitian ini dapat terselesaikan sesuai dengan yang diharapkan.

Shalawat dan salam selalu penulis panjatkan kehadirat Nabi Muhammad SAW yang telah membawa umat dari zaman kebodohan ke zaman yang tahu akan ilmu. Semoga selalu mendapatkan Syafaat dari beliau di dunia maupun diakhirat nanti.

Skripsi ini disusun untuk memperoleh gelar Sarjana Hukum Program Studi S1 Hukum Ekonomi Syariah yang berjudul “PENGELOLAAN PEMBAGIAN ZAKAT TERHADAP 8 ASHNAF PENERIMA ZAKAT DI LEMBAGA AMIL ZAKAT INFAQ DAN

SHADAQAH MUHAMMADIYAH (LAZISMU) KOTA SALATIGA”. Penulis menyadari bahwa dalam menyelesaikan laporan ini tidak dapat diselesaikan tanpa adanya bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Rektor IAIN Salatiga Dr. Rahmat Hariyadi M.Pd 2. Dekan fakultas syariah Dra. Siti Zumrotun,. M.Ag

3. Ketua Jurusan Hukum Ekonomi Syariah Evi Ariyani S.H,.M.H

4. Pembimbing skripsi Luthfiana Zahriani, S.H,.M.H. yang telah memberikan saran, pengarahan dan masukan sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik dan sesuai yang diharapkan.

(8)

6. Bapak H. Muhammad Tohir dan Ibu Hj. Istiqamah sebagai orang yang bersusah payah dalam membiayai studi penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan studi di IAIN Salatiga.

7. Kakaku Farida Farichah M. Pd yang selalu memberi segala dukungan. 8. Teman-teman S1 Hukum Ekonomi Syariah angkatan 2012

Semoga Allah membalas semua amal kebaikan mereka dengan balasan yang lebih dari yang mereka berikan kepada penulis.

Penulis menyadari bahwa dalam menyusun skripsi ini masih jauh dari kata sempurna.Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis sendiri dan bagi pembaca pada umumnya.

Salatiga, 10 Januari 2017

(9)

ABSTRAK

Nisak, Khoirotun. 2016. Pengelolaan Pembagian Zakat Terhadap 8 Ashnaf Penerima Zakat di Lembaga Amil Zakat Infaq dan Shadaqah Muhammadiyah (LAZISMU) Kota Salatiga. Skripsi. Fakultas Syari’ah Jurusan Hukum Ekonomi Syari’ah. Institut Agama Islam Negeri Salatiga (IAIN). Pembimbing Luthfiana Zahriani S.H. M.H.

Kata Kunci : Pengelolaan Pembagian Zakat, Delapan Ashnaf Penerima Zakat.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana pengelolaan pembagian zakat yang dilakukan oleh LAZISMU Kota Salatiga, untuk mengetahui bagaimana proporsi pembagian zakat terhadap delapan ashnaf penerima zakat di LAZISMU Kota Salatiga dan untuk mengetahui bagaimana tinjauan hukum Islam dan Undang-Undang Nomer 23 Tahun 2011 Tentang Pengelolaan Zakat terhadap pengelolaan pembagian zakat dan proporsi pembagian zakat di LAZISMU Kota Salatiga.

Penelitian ini merupakan penelitian lapangan (field research) dengan menggunakan metode pengumpulan data, observasi, wawancara dan studi pustaka. Sifat penelitian yakni deskriptif analitik, sehingga tertuju pada pemecahan masalah dengan fakta-fakta yang ada.

(10)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

PENGESAHAN KELULUSAN ...iii

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ...iv

HALAMAN MOTO...v

HALAMAN PERSEMBAHAN...vi

KATA PENGANTAR...vii

ABSTRAK...ix

DAFTAR ISI...……..x

BAB I : PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah... 1

B. Rumusan Masalah... 6

C. Tujuan Penelitian... 6

D. Kegunaan Penelitian... 7

E. Penegasan Istilah... 7

F. Tinjauan Pustaka... 9

G. Metode Penelitian... 13

(11)

BAB II : TINJAUAN UMUM TENTANG ZAKAT

A. Zakat Menurut Fiqh... 20

1. Pengertian Zakat... 20

2. Sebab, Syarat dan Rukun Zakat... 22

3. Dasar Hukum Zakat... 26

4. Macam-macam Zakat... 28

5. Barang-barang Yang Wajib Dizakati... 29

6. Pembagian Zakat... 35

7. Hikmah dan Tujuan Zakat... 42

8. Penyaluran Zakat... 46

B. Zakat Menurut UURI No. 23 Tahun 2011 tentang Pengelolaan Zakat……….... 48

1. Pengertian Zakat... 49

2. Dasar Hukum Zakat... 49

3. Asas dan Tujuan Zakat... 49

4. Macam-macam Zakat... 50

5. Pengelolaan Zakat... 51

6. Pengumpulan, Pendistribusian, Pendayagunaan, dan Pelaporan Zakat... 52

7. Pembinaan dan Pengawasan Zakat... 55

(12)

1. Sejarah LAZISMU Kota Salatiga ... 56

2. Visi dan Misi LAZISMU Kota Salatiga... 61

3. Tujuan LAZISMU Kota Salatiga... 61

4. Struktur Organisasi LAZISMU Kota Salatiga... 62

5. Produk Layanan LAZISMU Kota Salatiga... 63

B. Pengelolaan Pembagian Zakat di LAZISMU Kota Salatiga... 65

C. Proporsi Pembagian Zakat di LAZISMU Kota Salatiga... 69

BAB IV : PEMBAHASAN A. Analisis Pengelolaan Pembagian Zakat di LAZISMU Kota Salatiga... 75

B. Analisis Proporsi Pembagian Zakat Terhadap 8 Ashnaf Penerima Zakat di LAZISMU Kota Salatiga...78

C. Tinjauan Hukum Islam dan Undang-Undang Nomer 23 Tahun 2011 tentang Pengelolaan Zakat Terhadap Pengelolan Pembagian Zakat dan Proporsi Pembagian Zakat di LAZISMU Kota Salatiga...80

BAB V : PENUTUP A. Kesimpulan...87

B. Saran...88

DAFTAR PUSTAKA

RIWAYAT HIDUP

(13)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Zakat merupakan salah satu ibadah amaliah yang termasuk dalam rukun Islam ketiga yang wajib dilaksanakan oleh umat muslim. Secara bahasa kata zakat sendiri mempunyai arti tumbuh (numuww) dan bertambah (ziyadah).Sedangkan menurut syara’ zakat berarti hak yang wajib (dikeluarkan dari) harta (Al-Zuhaily, 1995:82-83). Sedangkan secara istilah zakat adalah merupakan bagian dari harta dengan persyaratan tertentu, yang Allah SWTmewajibkan kepadapemiliknya, untuk diserahkan kepada yang berhak menerimanya, dengan persyaratan yangtentu pula (Hafidhuddin, 2002:7).

(14)

Dalam surah at-Taubah:103 dijelaskan bahwa zakat itu diambil (dijemput) dari orang-orang yang berkewajiban untuk berzakat (muzzaki) untuk kemudian diberikan kepada mereka yang berhak menerimanya (mustahik). Yang mengambil dan menjemput tersebut adalah para petugas

(‘amil). Imam Qurthubi ketika menafsirkan ayat tersebut ketika menafsirkan ayat tersebut (at-Taubah:60) menyatakan bahwa ‘amil itu adalah orang-orang yang ditugaskan (diutus oleh imam/ pemerintah) untuk mengambil, menuliskan, menghitung dan mencatatkan zakat yang diambilnya dari para muzzaki kemudian diberikan kepada yang berhak menerimanya (Hafidhuddin,2002:120).

Rasulullah saw pernah memperkerjakan seorang pemuda dari suku Asad, yang bernama Ibnu Lutaibah, untuk mengurus urusan zakat Bani sulaiman. Pernah pula mengutus Ali bin Abi Thalib ke Yaman untuk menjadi ‘amil zakat hingga akhirnya hal demikian telah dilakukan para khulafaurra-rasidin (Hafidhuddin,2002:120).

(15)

manajerial. Maka dari itu Lembaga Amil Zakat harus manage segala yang akan dilakukan agar tercapainya cita cita dari lembaga tersebut.

Menurut mazhab Hanbali, zakat adalah hak yang wajib (dikeluarkan) dari harta yang khusus untuk kelompok yang khusus pula (Al-Zuhaily, 1995:84).Yang dimaksud kelompok khusus adalah delapan kelompok yang disyariatkan oleh Allah swt yang terdapat dalam Al-qur’an surah at-Taubah (10): 60:

Sesungguhnya zakat-zakat itu hanyalah untuk orang-orang fakir, orang-orang miskin, pengurus-pengurus zakat, para mu’allaf yang dibujuk hatinya, untuk (memerdekakan budak), orang-orang yang beruntung, untuk jalan Allah dan orng-orang yang dalam perjalanan, sebagai sesuatu ketetapan yang diwajibkan Allah, dan Allah Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana (QS at-Taubah:60).

(16)

berarti “dan”) yang menunjukkan kesamaan tindakan. Oleh karena itu semua bentuk zakat adalah milik semua kelompok itu, dengan hak yang sama (Al-Zuhaily, 1995:278).

Sedangkan mengenai besarnya para Fuqaha berselisih pendapat terhadap besaran yang diberikan kepada faqir dan miskin. Mazhab Syafi’i dan Hanbali mengatakan kita boleh memberikan zakat kepada masing-masing orang fakir dan miskin sebesar keperluan yang memenuhi semua hajatnya, atau sekedar memberikan sesuatu yang membuatnya dapat bekerja jika mereka masih kuat, atau memberi barang-barang yang dapat diperdagangkan oleh mereka meskipun hal ini memerlukan barang yang cukup banyak sehingga membuatnya layak untuk melakukan perdagangan. Karna bahwa sesungguhnya Allah SWT menetapkan zakat untuk mereka agar tercukupi segala kebutuhannya dan dapat mengubah kondisi mereka kepada yang lebih baik. Karena tujuan dikeluarkannya zakat adalah untuk mencukupi hajat hidup orang fakir miskin (Al-Zuhaily:1995:291)

(17)

pemberian yang diberikan kepada panitia zakat hendaknya tidak melebihi setengah dari bagian zakat yang telah dipungutnya (Al-Zuhaily:1995:291)

Tapi hal ini masih menjadi keraguan kepada masyarakat apakah lembaga tersebut sudah mengatur pengelolan pembagian zakat dengan baik dan bagaimana keadilan proporsi pembagian zakat terhadap delapan ashnafpenerima zakat, dimana lembaga ‘amil zakat juga termasuk dalam mustahik zakat yaitu delapan ashnaf yang berhak menerima zakat besar

kemungkinan ‘amil zakat mendapatkan bagian lebih besar diantara tujuh ashnaf yang berhak menerima zakat tersebut. Dan karena pada hukum Islam juga belum terdapat dalil yang menjelaskan secara rinci akan proporsi terhadap delapan ashnaf penerima zakat.

Dengan adanya pernyataan diatas maka dari itu peneliti akan melakukan penelitian yang berjudul “Pengelolaan Pembagian Zakat Terhadap Delapan Ashnaf Penerima Zakat di Lembaga Amil Zakat

Infaq dan Shodaqoh Muhammadiyah (LAZISMU) Kota Salatiga”. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengelolaan pembagian dan proporsi pembagian zakat terhadap delapan ashnaf penerima zakat apakah sudah sesuai dengan undang-undang dan hukum Islam.

B. Rumusan Masalah

(18)

1. Bagaimana pengelolaan pembagian zakat yang dilakukan oleh LAZISMU Kota Salatiga?

2. Bagaimana proporsi pembagian zakat terhadap delapan ashnaf penerima zakat di LAZISMU Kota Salatiga?

3. Bagaimana tinjauan hukum Islam dan Undang-undang Nomer 23 tahun 2011 tentang Pengelolaan Zakat terhadap pengelolaan pembagian zakat dan proporsi pembagian zakat terhadap delapan ashnaf penerima zakatdi LAZISMU Kota Salatiga ?

C. Tujuan Penelitian

Sesuai permasalahan yang telah dirumuskan, tujuan penelitian yang hendak dicapai adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui pengelolaan pembagian zakat yang dilakukan oleh LAZISMU Kota Salatiga.

2. Untuk mengetahui proporsi pembagian zakat terhadap delapan ashnaf penerima zakat di LAZISMU Kota Salatiga.

3. Untuk mengetahui tinjaun hukum Islam dan Undang-undang Nomer 23 tahun 2011 tentang Pengelola Zakat terhadap pengelolaan pembagian zakat dan proporsi pembagian zakat di LAZISMU Kota Salatiga.

D. Kegunaan Penelitian

(19)

1. Secara teoritis dapat menambah wawasan pengetahuan tentang pengelolaan pembagian dan proporsi pembagian zakat terhadap delapan ashnaf penerima zakat.

2. Secara praktis diharapkan penelitian ini dapat dipergunakan sebagai referensi atau landasan dalam hal yang berhubungan dengan pengelolaan pembagian dan proporsi pembagian zakat terhadap delapan ashnaf penerima zakat.

E. Penegasan Istilah

1. Pengelolaan

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia yang disusun oleh Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa pengelolaan mempunyai arti proses, cara, perbuatan mengelola atau proses melakukan kegiatan tertentu dengan menggerakkan tenaga orang lain (2007:534).

2. Pembagian

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia yang disusun oleh W. J. S. Poerwadarminto pembagian mempunyai arti cara (hal, pembuatan dsb) membagi atau membagikan, hitungan membagi dengan bilangan besar-besaran (1987:73).

3. Zakat

(20)

secara istilah zakat adalah merupakan bagian dari harta dengan persyartan tertentu, yang Allah swt mewajibkan kepada pemiliknya, untuk diserahkan kepada yang berhak menerimanya, dengan persyaratan yang tentu pula (Hafidhuddin, 2002:7).

4. Delapan Ashnaf Penerima Zakat

Delapan ashnaf penerima zakat (mustahiqq al-zakat) yaitu orang-orang fakir, orang-orang miskin, pengurus-pengurus zakat, para mu’allaf yang dibujuk hatinya, untuk (memerdekakan budak), orang-orang berhutang, untuk jalan Allah dan orang-orang yang sedang dalam perjalanan (Al-Zuhailyly, 1995: 280).

5. LAZISMU

Lembaga Zakat Infaq dan Sadaqah Muhammadiyyah (LAZISMU) adalah lembaga zakat tingkat nasional yang berkhidmat dalam pemberdayaan masyarakat melalui pendayagunaan secara produktif dana zakat, infaq, shadaqah, wakaf dan dana kedermawaan lainnya baik dari perseorangan, lembaga, perusahaan dan instansi lainnya.

(http://id.wikipedia.org/wiki/Lembaga_Zakat_Infaq_dan_Shadaqah_Muha

mmadiyah diakses pada tanggal 23 septemeber pukul 15.05)

F. Tinjauan Pustaka

(21)
(22)

mengadukan usulan kepada Bupati/Walikota untuk memesukkan masalah zakat ke APBD, kesadaran para tokoh masyarakat/tokoh agama/pejabat pemerintah maupun swasta untuk membayar zakat di BAZ Kota Semarang, kesadaran masyarakat dalam membayar zakat(http://www.google.com di akses pada tanggal 23 september 2016 pukul: 14.00).

(23)

Nurul Barqi khusus jurusan mekatronika, terdapat pula program pelayanan sosial dan kemanusiaan. Kinerja lazis sudah cukup profesional, zakat profesi dikelola dengan optimal dan pendistribusiannyapun tepat sasaran.

(https://www.google.com di akses pada tanggal 25 september 2016 pukul: 14.00).

(24)

memberikan modal usaha secara kolektif. Pemberian modal usaha secara kolektif dengan mendirikan unit usaha yang dikelola secara kolektif akan lebih mudah memudahkan pengawasan, pelatihan dan juga pengelolaan keuangan sehingga akan lebih cepat menghasilkan perubahan mustahik menjadi muzzaki. Dan dalam tinjauan hukum Islam, praktek pembagian zakat yang dilakukan oleh Bapelurzam Daerah Kendal tidak terkandung pertentangan dengan nilai Islam.Bahkan sebaliknya praktek yang dilaksanakan oleh Bapelurzam Daerah Kendal terkandung nilai kritik membangun demi terciptanya pengelolaan zakat yang maksimal di Kabupaten Kendal oleh lembaga zakat lainnya.Hal ini jika disandarkan pada perintah Allah secara tidak langsung termasuk bentuk saling menasehati dalam kebaikan sebagaimana disebutkan dalam Q.S. al-Ashr ayat 3.

(https://www.google.com di akses pada tanggal 25 september 2016 pukul

14.00).

Dalam penelitian ini penulis memilih obyek penelitian di Lazis Muhammadiyah Kota Salatiga yang berjudul “Pengelolaan Pembagian Zakat Terhadap Delapan Ashnaf Penerima Zakat di Lembaga Amil

(25)

G. Metode Penelitian

1. Jenis Penelitian dan Pendekatan

Jenis penelitian ini adalah jenis penelitian kualitatif yaitu penelitian dengan mengamati orang dalam lingkungan hidupnya, berinteraksi dengan mereka, berusaha memahami bahasa dan tafsiran mereka tentang dunia sekitarnya (Nasution, 2002:5). Peneliti akan ikut serta dalam kegiatan pengelolaan pembagian zakat di LAZISMU Kota Salatiga.

2. Kehadiran Peneliti

Dalam penelitian ini penulis hadir dan ikut serta dalam kegiatan pengelolaan dan pembagian zakat.

3. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di LAZISMU Kota Salatiga. 4. Sumber Data

Dalam penelitian ini sumber data yang dipakai meliputi sumber data primer dan sumber data sekunder.

(26)

b. Sumber data sekunder yaitu data yang diperoleh lewat pihak lain, tidak langsung diperoleh oleh peneliti dari subjek penelitiannya (Azwar, 2001:91). Sumber data sekunder yang digunakan dalam penelitian ini diantara dengan menggunakan dokumen-dokumen yang berkaitan dengan penelitian tentang zakat.

5. Prosedur Pengumpulan Data

Untuk mengumpulkan data guna mendapatkan keterangan yang jelas mengenai obyek yang diteliti, maka penulis menggunakan metode-metode berikut:

a. Wawancara (interview)

Wawancara adalah bentuk komunikasi langsung antara peneliti dan informan.Komunikasi berlangsung dalam bentuk tanya-jawab dalam hubungan tatap muka, sehingga gerak dan mimik responden merupakan pola media yang melengkapi kata-kata secara verbal (Gulo, 2002:119).Pada penelitian ini penulis akan mewawancarai pengurus LAZISMU Kota Salatiga.

b. Pengamatan (Observasi)

(27)

c. Dokumentasi (library research)

Metode atau teknik dokumenter adalah teknik pengumpulan data dan informasi melalui pencarian dan penemuan bukti-bukti.Metode ini merupakan metode pengumpulan data yang berasal dari sumber nonmanusia. Dimana dokumen-dokumen yang dikumpulkan membantu peneliti akan memahami fenomena yang terjadi di lokasi penelitian dan membantu dalam membuat interpretasi data. Selain itu, dokumen dan data-data literer dapat membantu dalam menyusun teori dan melakukan validasi data (Afifuddin, Saebani, 2012:141).

Dalam metode ini penulis menggunakan buku-buku, tulisan yang berkaitan tentang zakat, perundang-undangan tentang zakat, penelitian tentang zakat dan dokumen data yang ada di LAZISMU Kota Salatiga.

6. Analisis Data

(28)

Data hasil penelitian yang telah dikumpulkan dianalisis secara kualitatif dengan cara menjelaskan secara jelas dan mendalam. Mengumpulkan informasi dari pihak LAZISMU Kota Salatiga dan pihak-pihak yang terkait kemudian akan membandingkan antara informan satu dengan informan yang lainnya mengenai kevalidan data. Dan dari data yang diperoleh akan disimpulkan bagaimana pengelolaan pembagian zakat dan proporsi pembagian zakat terhadap delapan ashnaf penerima zakat yang dilakukan oleh LAZISMU Kota Salatiga.

7. Pengecekan Keabsahan Data

Keabsahan data merupakan konsep penting yang diperbaharui dari konsep kesahihan (validitas) dan keandalan (realiblitas) menurut versi positivisme dan disesuaikan dengan tuntutan pengetahuan, kriteria dan

pradigmanya sendiri (Moleong, 2011:321) dan untuk mendapatkan data yang valid diperlukan suatu teknik untuk memeriksa keabsahan data. Tringulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain dalam membandingkan data hasil pengamatan dengan data hasil wawancara, membandingkan apa yang dikatakan orang di depan orang umum dan apa yang dikatakannya secara pribadi, dan membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu dokumen yang berkaitan (Moleong, 2011:330).

8. Tahap-tahap penelitian

(29)

a. Tahap sebelum lapangan, yaitu hal-hal yang dilakukan sebelum melakukan penelitian seperti penulis menentukan topik penelitian, mencari informasi tentang pengelolaan pembagian zakat dan proporsi pembagian zakat terhadap delapan ashnaf penerima zakat di LAZISMU Kota Salatiga, pembuatan proposal penelitian, menetapkan fokus penelitian dan sebagainya yang harus dipenuhi sebelum melakukan penelitian

b. Tahap pekerjaan lapangan yaitu penulis terjun langsung kelapangan untuk mencari data-data yang diperlukan seperti wawancara kepada informan, melakukan observasi dan dokumentasi.

c. Tahap analisa data, apabila semua data telah terkumpul dan dirasa cukup maka tahap selanjutnya adalah menganalisa data-data tersebut dan menggambarkan hasil penelitian sehingga bisa memberi arti pada objek yang diteliti.

(30)

H. Sistematika Penulisan

Adapun sistematika penulisan hasil laporan penelitian ini adalah sebagai berikut:

BAB I Pendahuluan

Bab ini isinya meliputi Latar Belakang Masalah, Rumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Kegunaan Penelitian, Penegasan Istilah, Tinjauan Pustaka, Metode Penelitian, dan Sistematika Penulisan

BAB II Tinjaun tentang Zakat

Bab ini merupakan landasan teoritis yang memaparkan tentang teori-teori tentang zakat. Bab ini berisikan tentang Pengertian Zakat, Dasar Hukum Zakat, Rukun Zakat dan Syarat Zakat, Klasifikasi Zakat, dan Mustahik Zakat.

BAB III Hasil Penelitian

Bab ini terdiri dari tiga sub bab yakni Gambaran Umum LAZISMU Kota Salatiga, Pengelolaan Pembagian Zakat di Lazis Muhammadiyah Kota Salatiga, Proporsi Pembagian Zakat Terhadap Delapan Ashnaf Penerima Zakat di LAZISMU Kota Salatiga.

BAB IV Pembahasan

(31)

LAZISMU Kota Salatiga, Analisis Proporsi Pembagian Zakat di LAZISMU Kota Salatiga, Tinjauan Hukum Islam dan Undang-undang Nomer 23 tahun 2011 tentang Pengelolaan Zakat Terhadap Pengelolaan Pembagian Zakat dan Proporsi Pembagian Zakat di LAZISMU Kota Salatiga.

BAB V Penutup

(32)

BAB II

TINJAUAN UMUM TENTANG ZAKAT

A.Zakat Menurut Fiqh

1. Pengertian Zakat

Secara etimologi zakat berasal dari kata zaka yang berarti berkah, tumbuh, bersih, suci, subur dan baik (Inoed dkk, 2005: 8).

Menurut Yusuf Qardawi secara bahasa zakat merupakan kata dasar (masdar) dari zakat yang berarti berkah, tumbuh, bersih dan baik.Sesuatu ituzaka, berarti tumbuh dan berkembang, dan seorang itu zaka, berarti orang itu baik (1988: 34).

Para ulama banyak yang mengartikan secara singkat arti zakat dengan tumbuh atau suci, tetapi yang terkuat menurut Wahidi dan lain-lain, yang dikutip oleh Yusuf Qardawi dalam Fiqh Zakat, yaitu kata dasar zaka berarti bertambah dan tumbuh, sehingga bisa dikatakan, tanaman, tanaman itu zaka, artinya tumbuh, sedangkan tiap sesuatu yang bertambah disebut zakat artinya bertamabah. Bila satu tanaman tumbuh tanpa cacat, maka kata zaka disini bersih (Qardawi, 1998:34).

(33)

a. Menurut Yusuf al-Qardhawi, zakat adalah sejumlah harta tertentu yang diwajibkan oleh Allah diserahkan kepada orang-orang yang berhak. b. Abdurrahman al-Jaziri berpendapat bahwa zakat adalah penyerahan

pemilikan tertentu kepada orang yang berhak menerimanya dengan syarat- syarat tertentu pula.

c. Muhamad al-Jarjani dalam bukunya al-Ta’rifat mendefinisikan zakat sebagai suatu kewajiban yang telah ditentukan Allah bagi orang-orang Islam mengeluarkan sejumlah harta yang dimiliki (Inoed, 2005: 9)

Wahbah Al-Zuhayly (1995: 83) mendefinisikan zakat menurut syara’ adalah sebagai hak yang wajib (dikeluarkan dari) harta.Sedangkan menurut terminologi para fuqoha zakat adalah sebagai “penunaian” hak yang wajib yang terdapat harta.Zakat juga dimaksudkan sebagai bagian harta tertentu dan yang diwajibkan oleh Allah untuk memberikan kepada orang-oranag fakir.Zakat dinamakan sedekah karena tindakan itu akan menunjukkan kebenaran (shidq) seorang hamba dalam beribadah dan melakukan ketentuan kepada Allah swt (Al-Zuhayly, 1995:85).

(34)

untuk mendapatkan keberkahan atas harta tersebut dimana harta tersebut bertujuan untuk menutup kesenjangan sosial antara sikaya dan simiskindalam masyarakat sehingga terciptalah masyarakat yang damai dan penuh persaudaraan.

2. Sebab, Syarat dan Rukun Zakat

a. Sebab Zakat

Mazhab Hanafi berpendapat bahwa penyebab zakat ialah adanya harta milik yang mencapai nishab dan produktif kendatipun kemampuan produktifitas itu baru berupa perkiraan. Dengan syarat, pemilikan harta tersebut telah berlangsung satu tahun, yakni tahun qamariyah bukan tahun syamsyiyah, dan pemiliknya tidak memiliki utang yang berkaitan dengan hak manusia. Syarat yang lainnya, harta tersebut melebihi kebutuhan pokoknya (Al-Zuhayly,1995: 95).

(35)

b. Syarat Zakat

Adapun syarat wajib dan syarat sah zakat diantaranya adalah: 1) Syarat wajib zakat

a) Merdeka

Zakat tidak wajib atas hamba sahaya karena hamba sahaya tidak memiliki hak milik. Tuannya lah yang memiliki apa yang ada ditangan hambanya.

b) Islam

Menurut ijma’, zakat tidak wajib atas orang kafir karena zakat merupakan ibadah mahdhah yang suci sedangkan orang kafir bukanlah orang yang suci.

c) Baligh dan berakal

Zakat tidak wajib diambil dari harta anak kecil dan orang gila sebab keduanya tidak termasuk dalam ketentuan orang yang wajib mengerjakan ibadah seperti shalat dan puasa.

d) Harta yang dikeluarkan adalah harta yang wajib dizakati, disyaratkan produktif, yakni berkembang sebab salah satu makna zakat adalah berkembang dan produktifitas tidak dihasilkan kecuali dari barang-barang yang produktif.

(36)

syara’sebagai tanda kayanya seseorang dan kadar-kadar berikut yang mewajibkannya zakat.

f) Harta yang dizakati adalah milik penuh. Mazhab Hanafi berpendapat bahwa yang dimaksud harta yang wajib dizakati ialah harta yang dimiliki secara utuh dan berada di tangan sendiri yang benar-benar dimiliki atau harta milik yang hak pengeluarannya berada di tangan seseorang, atau harta yang dimiliki secara asli.

g) Kepemilikan harta telah mencapai setahun atau telah sampai pada jangka waktu yang mewajibkan seseorang mengeluarka zakat misalnya yaitu pada masa panen.

h) Harta tersebut bukan merupakan harta hasil hutang.

Mazhab Hanbali berpendapat bahwa utang mencegah kewajiban zakat untuk harta-harta yang tak terlihat (maksudnya emas, perak, uang, dan barang-barang dagangan).

i) Harta yang akan dizakati melebihi kebutuhan pokok.

(37)

2) Syarat sah zakat a) Niat

Para fuqaha sepakat bahwa niat merupakan syarat pelaksanaan zakat. Pendapat ini berdasarkan sabda Nabi saw berikut; “Pada dasarnya, amalan-amalan itu dikerjakan dengan niat”. Pelaksanaan zakat termasuk salah satu amalan. Ia merupakan ibadah seperti halnya salat. Oleh karena itu, ia memerlukan adanya niat untuk membedakan antara ibadah yang fardu nafilah.

b) Tamlik (memindahkan kepemilikan harta kepada penerimanya) Tamlik menjadi syarat sahnya pelaksanaan zakat yakni harta zakat diberikan kepada mustahiqq. Dengan demikian, seseorang tidak boleh memberikan makan (kepada mustahiqq), kecuali dengan jalan tamlik (Al-Zuhayly, 1995:114-117).

c. Rukun Zakat

(38)

3. Dasar Hukum Zakat

Di dalam al-Quran dan hadist banyak ditemukan dalil-dalil yang membahas tentang zakat. Kata zakat dalam bentuk ma’rifah (definisi) disebut tiga puluh kali di dalam al-qur’an, diantaranya dua puluh tujuh kali disebutkan dalam satu ayat bersama salat, dan hanya satu kali disebutkan dalam konteks yang sama dengan salat tetapi tidak dalam satu ayat (Qardawi, 1988:39)

Adapun ayat yang menjelaskan tentang kewajiban berzakat, diantarannya:

1) Surah Al-Baqarah (1): 43

Dan dirikanlah sholat, tunaikan zakat, dan ruku’ lah beserta orang-orang yang ruku’ (Al-Baqarah: 43) (Depertemen Agama RI, 2008: 7)

(39)

2) Surah At-Taubah ayat (11):103

Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu membersihkan dan menyucikan mereka, dan berdoalah untuk mereka. Sesungguhnya doa kamu itu menjadi ketentraman jiwa buat mereka. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui (At-Taubah:11) (Depertemen Agama RI, 2008: 203).

3) Surah Al-Hajj (17):41



(yaitu) orang-orang yang jika Kami beri kedudukan di bumi, mereka melaksanakan shalat, menunaikan zakat dan menyuruh berbuat yang ma’ruf mencegah yang mungkar, dan kepada Allah-lah kembali segala urusan.(Al-Hajj:41) (Depertemen Agama RI, 2008: 337).

4) Hadist Rasulullah SAW

ﻢﻠﺳو ﻪﻴﻠﻋ ﻪّﻠﻟا ﻰﻠﺻ ﻪّﻠﻟا لوﻮﺳر ﻞﻗﺎﻤﻬﻨﻋ ﻪّﻠﻟا ﻰﺿرﺮﻤﻋ ﻦﺑأ ﻦﻋ

ﲎﺑ

ةدﺎﻬﺷ : ﺲﲬ ﻰﻠﻋﻼﺳﻻا

ﻪﻴﻟﺎﻋﺎﻄﺘﺳا ﻦﳌ ﺖﻴﺒﻟا ﺞﺣو نﺎﻀﻣﺮﻣﻮﺻوةﺎﻛﺰﻟاءﺎﺘﻳاوةﻼﺻاﺎﻣﺎﻗاﻮﻬّﻠﻟاﻮﺳراﺪﻤﳏ ناﻮﻬّﻠﻟاﻻا ﻪﻟاﻻا نا

ﻼﺒﺳ

(40)

shalat, menunaikan zakat, membayar zakat, berpuasa pada bulan Ramadhan, dan berhaji bagi siapa yang mampu (hadist muttafaq ‘alaih) (Qardawi, 1988: 73)

Adapun dalil berupa ijma’ telah dijelaskan oleh Wahbah Al-Zuhayly dalam bukunya berjudul Zakat Kajian Berbagai Mazhab yang menerangkan adanya kesepakatan antara semua (ulama) umat Islam disemua negara kesepakatan bahwa zakat adalah wajib. Bahkan para sahabat Nabi saw sepakat untuk memebunuh orang-orang yang enggan mengeluarkan zakat. Dengan demikian barang siapa mengingkari kefarduannya, berarti dia kafir atau jika sebelumnya dia merupakan seorang Muslim yang dibesarkan di daearah Muslim, menurut kalangan para ulama yaitu murtad. Tetapi barang siapa mengingkari kefarduan zakat karena tidak tahu, baik karna memeluk Islam maupun karena dia hidup di daerah yang jauh dari tempat ulama, hendaknya dia diberitahu tentang hukumnya dan dia tidak dihukumi sebagai orang kafir sebab ia memiliki uzur (1995: 90-91).

4. Macam-macam Zakat

Sebelum menguraikan lebih lanjut tentang barang-barang yang wajib dizakati, perlu diperhatikan dua pembagian zakat secara garis besarnya yaitu Zakat Fitrah dan Zakat Mal:

(41)

yang digunakan zakat fitrah adalah makanan pokok yang kita makan setiap hari. Jumlah yang harus dikeluarkan yaitu minimal sebanyak 2,5 kg atau 3,5 liter dan dpat diganti dengan uang senilai berapa banyak yang akan kita keluarkan. Pembayaran zakat fitrah pada prinsipnya mulai 1 Ramadhan sampai sehari sebelum hari raya, tidak boleh melampaui waktu shalat ied. Hikmah dikeluarkannya zakat fitrah diantaranya sebagai pembersih atau penyuci bagi orang yang berpuasa dan zakat fitrah membantu orang miskin, agar mereka dapat makan dan ikut bergembira di hari raya itu (Daradjat, 1996: 68-72)

b. Zakat mal (harta) adalah zakat yang dikeluarkan untuk menyucikan harta, apabila harta itu telah memenuhi syarat-syarat wajib zakat. Zakat mal terbagi menjadi beberapa klasifikasi berdasarkan jenis yang dimiliki (Djuanda dkk, 2006: 18).

5. Barang-barang Yang Wajib Dizakati

Secara garis besar harta zakat dikelompokkan menjadi dua yaitu hasil pendapatan dan apa-apa yang tumbuh dan keluar dari bumi (Syarifuddin, 2003: 40-41). Secara ekplisit dalam Al-qur’an yang menjadi wajib zakat berikut nishabadalah:

a. Emas dan perak

(42)

surat berharga lainnya, termasuk kedalam katagori emas dan perak, sehingga penentuan nishab dan besarnya zakat disetarakan dengan emas dan perak (Djuanda dkk, 2006: 19).

Menurut Gustian Djuanda, S.E.,M.M dkk, menyebutkan nishab emas yaitu 20 dinar (85 gram emas murni) dan perak adalah 200 dirham (setara 672 gram perak). Artinya bila seseorang telah memiliki emas sebesar 20 dinar atau perak 200 dirham dan sudah stahun, ia telah terkena wajib zakat, yakni sebesar 2,5%. Perhiasan emas atau yang lain tidak wajib dizakati kecuali selebihnya dari jumlah maksimal perhiasan yang layak dipakai. Jika layaknya seseorang memakai perhiasan maksimal 60 gram, yang wajib dizakati hanyalah perhiasan yang selebihnya dari 60 gram (2006: 25-26).

b. Zakat perdagangan atau perniagaan

(43)







Hai orang-orang yang beriman, nafkahkanlah (di jalan Allah) sebagian dari hasil usahamu yang baik-baik dan sebagian dari apa yang Kami keluarkan dari bumi untuk kamu. dan janganlah kamu memilih yang buruk-buruk lalu kamu menafkahkan daripadanya, Padahal kamu sendiri tidak mau mengambilnya melainkan dengan memincingkan mata terhadapnya. dan ketahuilah, bahwa Allah Maha Kaya lagi Maha Terpuji.(Al-Baqarah ayat 267) (Depertemen Agama RI, 2008: 45)

Adapun menurut mazhab Syafi’i, syarat wajib zakat perdagangan ada enam yaitu:

1) Barang dagangan dimiliki melalui penukaran, seperti dengan pembelian, bukan melalui hasil warisan.

2) Pedagang berniat melakukan perdagangan sejak dia membeli barang-barang dagangan, atau masih berada ditempat pembelian. 3) Barang dagangan tidak dimaksudkan sebagai qunyah (yakni,

dimanfaatkan oleh diri sendiri dan tidak diperdagangkan).

4) Mencapai hawl terhitung sejak pemilikan barang dagangan atau sejak pembelian.

(44)

Menurut Gustian Djuanda, S.E.,M.M dkk dalam bukunya yang berjudul Pelaporan Zakat Pengurang Pajak Penghasilan nishab dari harta perniagaan, baik yang bergerak dibidang perdagangan, industri, agroindustri, ataupun jasa, dikelola secara individu maupun badan usaha yaitu 20 dinar (setara dengan 85 gram emas murni). Artinya jika suatu badan usaha pada akhir tahun (tutup buku) memiliki kekayaan (modal kerja dan laba) lebih besar atau setara dengan 85 gram emas (jika per gram Rp25.000,00 = Rp2.125.000,00, maka ia wajib mengeluarkan zakat sebesar 2,5 % (2006: 26).

c. Binatang ternak

Adapun hewan ternak yang wajib dizakati antara lain: unta, sapi, kerbau, kuda (kecuali kuda tunggangan), kambing domba , biri-biri, kecuali hewan yang diharamkanmenurut agama. Adapun perhitungan zakatnya sebagai berikut:

1) Sapi kerbau dan kuda

Nishab kerbau dan kuda disetarakan dengan nishab sapi yaitu 30 ekor. Artinya jika seseorang telah memiliki sapi (kerbau/kuda) ia telah terkena wajib zakat.

(45)

Nishab kambing atau domba adalah 40 ekor, artinya bila seseorang telah memiliki 40 ekor kambing/domba makaia telah terkena wajib zakat.

3) Kuda

Untuk kuda tunggangan dan yang dipergunakan tidak dikenakan zakat, sedangkan kuda yang diperjual-belikan, dianggap sebagai aset perdagangan, maka termasuk pada zakat perdagangan 2,5%. Adapun kuda yang diternak dengan maksud investasi, sebagian ulama mengatakan tidak dikenai zakat. Imam Abu Hanifah berpendapat dikenai zakat sebesar 1 dinar (4,25 gram emas) dengan nishab 5 ekor jika kuda Arab, selain kuda Arab 2,5% dari nilai kuda-kuda tersebut.

4) Unta

Nishab unta adalah 5 ekor, artinya bila seseorang telah memiliki 5

ekor unta, ia terkena kewajiban zakat. Selanjutnya zakat itu bertambah, jika jumlah unta yang dimilikinya juga bertambah. 5) Ternak unggas (ayam, bebek, burung, dan lain-lain)

(46)

apabila seorang beternak unggas atau perikanan, dan pada akhir tahun (tutup buku) ia memiliki kekayaan yang berupa modal kerja dan keuntungan lebih besar atau setara dengan 85 gram emas murni, maka ia terkena kewajiban zakat sebesar 2,5% (Djuanda dkk, 2006: 21-25).

d. Zakat hasil pertanian

Hasil pertanian adalah hasil tumbuh-tumbuhan atau tanaman yang bernilai ekonomis, seperti biji-bijian, umbi-umbian, sayur-mayur, buah-buahan, tanaman hias, dan lain-lain.Adapun nishab hasil pertanian adalah 5 wasaq atau setara dengan 653 kg (gabah kering). Hal tersebut berdasarkan riwayat dari Jabir, dari Rasulullah Saw., “…tidak wajib bayar kurma yang kurang dari 5 ausuq” (HR Muslim). Ausuq adalah bentuk jamak (plural) dari wasaq, diman 1 wasaq=60 sha’, sedangkan 1 sha’=2,176 kg, maka 5 wasaq adalah

5*60*2,176=652,8 kg dibulatkan menjadi 653 kg. Kadar untuk zakat untuk hasil pertanian, yang apabila diari dengan air hujan, atau sungai/mata air adalah 10%, sedangkan apabila diari dengan disirami/irigasi, maka zakatnya 5%(Djuanda dkk, 2006: I20-21). Hal ini sesuai dengan sabda nabi Muhammad saw:

“Apa-apa yang disiram oleh langit (air hujan), harus dikeluarkan sepersepuluhnya sedangkan yang disiram dengan gharb (timba besar) atau daliyah (kincir yang digerakkan oleh air), maka zakatnya adalah seperdua puluh (Al-Zuhayly, 1995: 193).

(47)

Para ulama sepakat menetapkan arti dari ma’din ialah segala yang dikeluarkan dari bumi yang dijadikan Allah di dalamnya dan berharga, seperti timah, besi dan sebagainya (Ash-Shiddieqy, 1984: 161). Sedangkan rikaz adalah harta terpendam dari zaman terdahulu atau biasa disebut dengan harta karun. Termasuk di dalamnya harta yang ditemukan dan tidak ada yang mengaku sebagai pemiliknya (Djuanda, 2006: 20).

Menurut imam mazhab Hanafi dan Maliki zakat yang mesti dikeluarkan dari harta barang tambang ialah seperlima (khumus), sedangkan menurut mazhab Syafi’i dan Hanbali sebanyak seperempat puluh. Mengenai zakat yang mesti dikeluarkan dari rikaz (barang temuan), semua ulama mazhab sepakat bahwa zakatnya seperlima (khumus). Semua ulama mazhab sepakat bahwa nisab menjadi syarat dalam harta barang tambang. Tetapi nishab tidak menjadi, nishab tidak menjadi syarat dalam rikaz (Al-Zuhayly,1995: 147-148).

6. Pembagian Zakat

(48)

Sesungguhnya zakat-zakat itu hanyalah untuk orang fakir, orang-orang miskin, pengurus-pengurus zakat, para mu’allaf yang dibujuk hatinya, untuk (memerdekakan budak), orang-orang yang beruntung, untuk jalan Allah dan orng-orang yang dalam perjalanan, sebagai sesuatu ketetapan yang diwajibkan Allah, dan Allah Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana (QS at-Taubah:60) (Depertemen Agama RI, 2008: 9).

(49)

a. Orang fakir (al-Fuqara)

Menurut mazhab Syafi’i dan Hanbali al-fuqara adalah orang yang tidak memiliki harta benda dan pekerjaan yang mampu mencukupi kebutuhannya sehari-hari.Dia tidak memiliki suami, ayah-ibu, dan keturunan yang dapat membiayainya, baik untuk membeli makanan, pakaian, maupun tempat tinggal (AL-Zuhaily, 1995: 280).

Menurut buku yang diterbitkan oleh IAIN Raden Intan yang berjudul Pengelolaan Zakat Mal Bagian Fakir Miskin menyebutkan bahwa mazhab Syafi’i dan Hanbali berpendapat keadaan fakir lebih buruk dari pada kondisi miskin, fakir dan miskin adalah dua kelompok (bukan satu kelompok) yang masing-masing mempunyai eksistensi tersendiri (1990: 62).

b. Orang miskin

Al-masakin adalah bentuk jama’ dari kata al-miskin.Orang miskin

(50)

mengatakan: “Orang miskin itu lebih sengsara daripada orang fakir” (Al-Zuhayly, 1995: 281-282).

Mazhab Syfi’i dan Hanbali mengatakan;

“Kita boleh memberikan zakat kepada masing-masing orang fakir dan miskin sebesar keperluan yang dapat memenuhi semua hajatnya, atau sekedar memberikan sesuatu yang membuatnya dapat bekerja jika mereka masih kuat, atau memberi barang-barang yang dapat diperdagangkan oleh mereka.

(51)

c. Panitia zakat (Al-Amil)

Panitia zakat adalah orang-orang yang bekerja memungut zakat.Panitia ini disyariatkan harus memiliki sifat kejujuran dan menguasai hukum zakat. Yang boleh dikategorikan sebagai panitia zakat adalah:

1) Orang yang ditugasi mengambil zakat sepersepuluh (al-‘asyir). 2) Penulis (al-kitab).

3) Pembagi zakat untuk para mustahiq-nya

4) Penjaga harta yang dikumpulkan (al-hasyir) (AL-Zuhayly, 1995:282-283).

Tugas ‘amil zakat yaitu melaksanakan pekerjaan pengumpulan zakat, tugas mereka diantaranya melakukan sensus terhadap orang-orang wajib zakat.Kemudian menagihnya dari para wajib zakat lalu menyimpan dan menjaganya, untuk kemudian diserahkan kepada pengurus pembagi zakat. Imam Nawawi berkata:

“Hendaklah imam dan pelaksana serta orang yang diserahi tugas membagikan zakat, melakukan pencatatan para mustahik serta mengetahui jumlah mereka dan besarnya kebutuhan mereka, sehingga seluruh zakat itu diselesaikan setelah diketahui jumlah zakat itu, agar segera diselesaikan hak mereka dan untuk menjaga terjadinya kerusakan barang yang ada padanya (Qardawi, 1998: 546-547).

(52)

selama mengurus zakat. Akan tetapi, mazhab Hanafi memberikan catatan bahwa pemberian yang diberikan kepada panitia zakat hendaknya tidak melebihi setengah dari bagian zakat yang telah dipungutnya (Al-Zuhaily:1995:292).

d. Mu’allaf yang dibujuk hatinya

Yang dimaksud dengan golongan muallaf adalah mereka yang diharapkan kecenderungan hatinya atau keyakinannya dapat bertambah terhadap Islam, atau terhalangnya niat jahat mereka atas kaum Muslimin, atau harapan akan adanya kemanfaatan mereka dalam membela dan menolong kaum Muslimin dari musuh (Qardawi, 1988:563).

Dalam masalah pembagian zakat pada muallaf para ulama berselisih pendapat tetapi menurut Dr. Yusuf Qardawi menjelaskan bahwa jumhur ulama mazhab Hanafi berpendapat, bagian untuk golongan muallaf telah ternasakh, karenanya hilanglah hak mereka setelah Nabi saw wafat, dan demikian pula sekarang dan pendapat tersebut dinyatakan sahih dalam al-Bada’I (1988:570).

e. Para budak (riqab)

(53)

“Dan dalam memerdekakan budak belian.” Artinya, bahwa zakat itu antara lain harus dipergunakan untuk memebebaskan budak belian dan menghilangkan segala bentuk perbudakan (Al-Qardawi, 1998: 587).

f. Orang yang memiliki utang (gharim)

Mereka adalah orang-orang yang memiliki utang, baik hutang itu untuk dirinya sendiri maupun bukan, baik utang itu dipergunakan untuk hal-hal yang baik maupun untuk melakukan kemaksiatan (Al-Zuhayly, 1995: 286).Orang yang berutang karena kemaslahatan dirinya harus diberi bagian sesuai dengan kebutuhannya yaitu kebutuhannya untuk membayar utang. Dan jika ia diberi bagian, tetapi tidak dibayarkan pada utangnya, atau orang lain yang membayar, tetapi bukan dari harta zakat, maka dia harus mengembalikan bagiannya itu, karena ia sudah tidak memerlukan bagiannya itu (Qardawi, 1998: 566).

g. Orang yang berjuang di jalan Allah (Fi Sabilillah)

(54)

h. Orang yang sedang dalam perjalanan (Ibnus Sabil)

Golongan terakhir yang berhak menerima zakat yaitu golongan Ibnu sabil yaitu orang-orangyang bepergian (musafir) untuk melaksanakan suatu hal yang baik (tha’ah) tidak termasuk maksiat (Al-Zuhayly, 1995: 289).Adapun bagian yang diberikan kepadakelompok orang yang sedang dalam perjalanan yaitu sebesar keperluan biaya yang bisa dipakaiuntukkembali ke kampung halamannya (Al-Zuhayli, 1995: 292).

7. Hikmah dan Tujuan Zakat

Dari dimensi sosial kemasyarakatan, zakat telah memberikan hikmah yang besar dalam merealisasikan nilai harta umat Islam. Menurut al-Kasani, seorang fiqh dari Mazhab Hanafi, yang dikutip dari Anwar Ibrahim, mengatakan bahwa:

“Memberi sepersepuluh kepada orang fakir termasuk mensyukuri nikmat, membuat orang yang lemah menjadi mampu, memberikan kekuatan kepadanya melaksanakan kewajiban-kewajiban”.

Ia juga termasuk mensucikan jiwa dengan berkorban dan mengeluarkan harta (Inoeddkk, 2005: 20). Secara khusus hikmah zakat dapat juga dilihat dari beberapa sisi diantaranya yaitu:

a. Bagi para muzzaki (yang memberi)

1) Membersihkan jiwa dari sifat-sifat kikir dan bakhil (tamak)

(55)

3) Mengembangkan rasa dan semangat kesetakwanan dan kepedulian sosial.

4) Membersihkan harta dari hak-hak (bagian kecil) para penerima zakat (mustahik) dan merupakan perintah Allah swt.

5) Menumbuhkan kekayaan si pemilik, jika dalam memberikan zakat, infak, sedekah tersebut dilandasi rasa tulus dan ikhlas.

6) Terhindar dari ancaman Allah swt dari siksaan yang amat pedih. b. Bagi para mustahik (penerima)

1) Menghilangkan perasaan sakit hati, iri hati, benci dan dendam terhadap golongan kaya yang hidup serba cukup dan mewah yang tidak peduli dengan masyarakat bawah (grass root).

2) Menimbulkan dan menambah rasa syukur serta simpati atas partisipasi golongan kaya terhadap kaum dhuafa.

3) Menjadi modal kerja untuk berusaha mandiri dan berupaya mengangkat hidup.

c. Bagi umara (pemerintah)

1) Menunjang keberhasilan pelaksanaan program pembangunan dalam meningkatkan kesejahteraan umat Islam.

2) Memberikan solusi aktif meretas kecemburuan sosial dikalangan masyarakat (Inoed dkk, 2005: 20-23).

(56)

menjadi budaknya. Dan kepentingan tujuan zakat terhadap si pemberi sama dengan kepentingannya terhadap si penerima. Dalam al-Quran tujuan zakat disimpulkan pada dua kalimat yang mengandung aspek yang banyak dari rahasia-rahasia zakat dan tujuan-tujuan yang agung.Dua kalimat tersebut diantaranya yaitu tathhir (membersihkan) dan tazhiriah (mensucikan).Keduanya (tathir dan tazhiriah) meliputi segala bentuk pembersihan dan pensucian, baik material dan spiritual, bagi pribadi orang kaya dan jiwanya atau bagi harta dan kekayaanya (Qardawi, 1988: 848).

Dan untuk lebih jelasnya tujuan zakat diantaranya: a. Zakat mensucikan jiwa dari sifat kikir

Zakat yang dikeluarkan si Muslim semata karena menurut perintah Allah swt dan mencari ridhaNya, akan mensucikannya dari segala kotoran.

b. Zakat mendidik berinfak dan memberi

Sebagaimana halnya zakat mensucikan jiwa si muslimdari sifat kikir, iapun mendidik agar si muslim mempunyai rasa ingin memberi, menyerahkan dan berinfak.

c. Berakhlak dengan akhlak Allah

(57)

Sebagaimana dimaklumi, dapat diterima oleh akal, diakui oleh fitrah manusia, disertai oleh akhlak dan moral serta diperintahkan oleh agama dan syari’at adalah bahwa pengakuan akan keindahan dan syukur atas nikmat itu, merupakan sesuatu keharusan.

e. Zakat mengobati hati dari cinta dunia

Zakat dari segi lain, merupakan suatu peringatan terhadap hati akan kewajibannya kepada tuhannya dan kepada akhirat serta merupakan obat, agar hati jangan tenggelam kepada kecintaan akan harta dan kepada dunia secara berlebih-lebihan.

f. Zakat mengembangkan kekayaan batin

Di antara tujuan pensucian jiwa yang dibuktikan oleh zakat, ialah tumbuh dan berkembangnya kekayaan batin dan perasaan optimisme. g. Zakat menarik rasa simpati atau cinta

Zakat mengikat antara orang kaya dengan mensyaratkannya, dengan ikatan yang kuat, penuh dengan kecintaan, persaudaraan dan tolong menolong.

h. Zakat mensucikan harta

Zakat sebagaimana membersihkan dan mensucikan harta jiwa juga ia mensucikan dan mengembangkan harta orang kaya.

i. Zakat tidak mensucikan harta yang haram

(58)

maka yang kami maksud adalah harta yang halal, yang sampe ke tangan pemiliknya melalui cara yang dibenarkan agama.

k. Zakat mengembangkan harta

Zakat setelah hal-hal tersebut di atas, juga mengembangkan dan memberkahkan harta (Qardawi, 1988: 848-865).

8. Penyaluran Zakat

Zakat yang dikumpulkan oleh lembaga pengelola zakat, harus segera disalurkan kepada para mustahik sesuai dengan surah at-Taubah ayat 60. Bentuk penyaluran zakat kepada orang-orang yang berhak menerimanya menggunakan dua cara:

a. Penyeluran zakat konsumtif

Penyeluran zakat dalam bentuk konsumtif yaitu zakat yang di salurkan kepada kelompok mustahik untuk memenuhi kebutuhan hidupnya seperti makan, tempat tinggal meneruskan perjalanan dan lain-lain.Fungsi zakat ini adalah bentuk dari fungsi zakat yang memberikan zakat dalam bentuk konsumtif (Hafidhuddin, 2002:133). Sebagaimana dinyatakan dalam surah Al-Baqarah: 273 yang berbunyi:

(59)





(Berinfaklah) kepada orang-orang fakir yang terikat (oleh jihad) di jalan Allah, mereka tidak dapat (berusaha) dimuka bumi, orang yang tidak tahu menyangka mereka orang kayak arena memelihara diri dari meminta-minta. Kamu kenal mereka dengan melihat sifat-sifatnya, mereka tidak meminta kepada orang secara mendesak.Dan apa saja harta yang baik yang kamu nafkahkan (di jalan Allah), maka sesungguhnya Allah Maha Mengetahui” (Depertemen Agama RI, 2008: 9).

b. Penyaluran zakat produktif

Penyaluran zakat dalam bentuk produktif adalah zakat yang diberikan kepada fakir miskin dalam bentuk modal usaha atau lainya yang dapat dikembangkan atau disedekahkan lagi dengan harapan dapat meningkatkan taraf hidup mustahik dan para mustahik akan bisa menjadi muzakki (Hafidhuddin, 2002:133).

B.Zakat Menurut UURI No. 23 Tahun 2011 Tentang Pengelolaan Zakat

Zakat sebagai rukun Islam yang ketiga merupakan kewajiban setiap muslim yang mampu untuk membayarkan dan diperuntukkan bagi mereka yang berhak menerimanya. Dengan pengelolaan yang baik, zakat merupakan sumber dana potensial yang dapat dimanfaatkan untuk memajukan kesejahteraan umum bagi seluruh masyarakat.

(60)

pengelolaan zakat secara professional dan bertanggung jawab.Dalam menciptakan hal tersebut sudah selayaknya peran masyarakat dan pemerinta sangat dibutuhkan.Kewajiban pemerintah diantaranya yaitu memberikan perlindungan, pembinaan, pelayanan kepada muzakki, mustahiq, dan pengelola zakat. Untuk maksud tersebut, perlu adanya undang-undang tentang pengelolaan zakat yang berasaskan iman dan taqwa dalam rangka mewujudkan keadilan sosial, kemaslahatan, keterbukaan, dan kepastian hukum sebagai pengamalan Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945.

Undang-undang Pengelolaan Zakat juga mencakup pengelolaan infaq, shadaqah dengan perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, dan pengawasan agar menjadi pedoman bagi muzakki dan mustahik, baik perseorangan, maupun badan hukum dan atau badan usaha

Dengan dibentuknya undang-undang tentang Pengelolaan Zakat, dapat ditingkatkan kesadaran muzakki untuk menunaikan kewajiban zakat dalam rangka mensucikan diri terhadap harta yang dimilikinya, mengangkat mustahiq, dan meningkatkan keprofesionalan pengelola zakat, yang selamanya untuk mendapatkan ridho Allah.

1. Pengertian Zakat

(61)

dikeluarkan oleh seorang muslim atau badan usaha untuk diberikan kepada yang berhak menerimanya sesuai dengan syariat Islam.

2. Dasar Hukum Zakat

Dasar hukum zakat pada Undang-Undang Republik Indonesia Nomer 23 tahun 2011, terdapat pada pasal 1 ayat 5 yang berbunyi muzakki adalah seorang muslim atau badan usaha yang berkewajiban menunaikan zakat.

3. Asas dan Tujuan Zakat

Asas dan tujuan zakat pada Undang-Undang Republik Indonesia Nomer 23 tahun 2011, terdapat pada pasal 2, pasal 5 ayat (1), (2) yang berbunnyi:

Pasal 2, pengelolaan zakat berasaskan syariat Islam, amanah, kemanfaatan, keadilan, kepastian hukum, terintegrasi dan akuntabilitas.

Pasal 5 pengelolaan zakat bertujuan:

a. Meningkatkan efektifitas dan efisiensi pelayanan dalam pengelolaan zakat

b. Meningkatkan manfaat zakat untuk mewujudkan kesejahteraan masyarakat dan penanggulangan kemiskinan.

4. Macam-macam Zakat

Macam-macam zakat yang terdapat pada Undang-Undang Republik Indonesia Nomer 23 tahun 2011, pasal 4 ayat (1), (2), (4) adalah sebagai berikut:

(62)

b. Zakat mal terdiri dari

1) Emas, perak, dan logam mulia lainya 2) Uang dan surat berharga lainya 3) Perniagaan

4) Pertanian, perkebunan, dan kehutanan 5) Peternakan dan perikanan

6) Pertambangan 7) Perindustrian 8) Pendapatan dan jasa 9) Rikaz

c. Syarat dan cara penghitungan zakat mal dan zakat fitrah dilaksanakan sesuai dengan syariat Islam.

5. Pengelolaan Zakat

Pengelolaan zakat yang terdapat pada Undang-Undang Republik Indonesia Nomer 23 tahun 2011, pasal 5 ayat (1), (2), dan (3) adalah sebagai berikut:

a. Untuk melaksanakan pengelolaan zakat, pemerintah membentuk BAZNAS

b. BAZNAS berkedudukan di ibu kota negara

(63)

Adapun penjelasan pengenai BAZNAS yaitu terdapat pada pasal 6 yang bebunyi bahwa BAZNAS merupakan lembaga yang berwenang melakukan tugas pengelolaan zakat secara nasional.

BAZNAS dalam melaksanakan tugasnya sebagaimana pada pasal 6 BAZNAS dibantu oleh LAZ yang dijelaskan pada pasal 17, 18 yaitu:

Menurut pasal 17 menyebutkan untuk membantu BAZNAS dalam melaksanakan pengumpulan, pendistribusian, dan pendayagunaan zakat, masyarakat dapat membentuk LAZ.

Peraturan pembentukan LAZ diatur pada pasal 18 pada ayat (1), (2) yang berbunyi:

a. Pembentukan LAZ wajib mendapat izin Menteri atau pejabat yang ditunjuk oleh Menteri.

b. Izin hanya diberikan apabila memenuhi persyaratan paling sedikit: 1) Terdaftar sebagai organisasi kemasyarakatan Islam yang mengelola

bidang pendidikan, dakwah, dan sosial. 2) Berbentuk lembaga berbadan hukum. 3) Mendapat rekomendasi dari BAZNAS. 4) Memiliki pengawas syariat.

5) Memiliki kemampuan teknis, administrative, dan keuangan untuk melaksanakan kegiatannya.

(64)

7) Memiliki program untuk mendayagunakan zakat bagi kesejahteraan umat.

8) Bersedia diaudit syariat dan keuangan secara berkala.

Pada pasal 19 menyebutkan bahwa LAZ wajib melaporkan pelaksanaan pengumpulan, pendistribusian, dan pendayagunaan, zakat yang telah diaudit kepada BAZNAS secara berkala.

6. Pengumpulan, Pendistribusian, Pendayagunaan, dan Pelaporan Zakat

a. Pengumpulan

Pengumpulan zakat yang terdapat pada Undang-Undang Republik Indonesia Nomer 23 tahun 2011, pasal 21 ayat (1), (2), pasal 22, dan pasal 23 ayat (1), (2) sebagai berikut:

Dalam pasal 21 ayat (1), (2) menyebutkan:

1) Dalam rangka pengumpulan zakat, muzaki melakukan perhitungan, sendiri atas kewajiban zakatnya.

2) Dalam hal tidak dapat menghitung sendiri kewajiban zakatnya, muzaki dapat meminta bantuan BAZNAS.

Dalam pasal 22 menyebutkan zakat yang dibayarkan oleh muzaki kepada BAZNAS atau LAZ dikurangkan dari penghasilan kena pajak.

Dalam pasal 23 ayat (1), (2) menyebutkan:

(65)

2) Bukti setoran zakat kepada setiap muzaki digunakan sebagai pengurang penghasilan kena pajak.

b. Pendistribusian

Pendistribusian zakat yang terdapat pada Undang-Undang Republik Indonesia Nomer 23 tahun 2011, pasal 25, 26 adalah sebagai berikut:

Pada pasal 25 menyebutkan zakat wajib didistribusikan kepada mustahik zakat sesuai dengan syariat Islam.

Adapun penjelasan dari pasal 25 diatas adalah sebagai berikut: Mustahik delapan asnaf ialah fakir, miskin, amil, muallaf, riqab, gharim,sabilillah, dan ibnussabil yang dalam aplikasinya dapat meliputi orang-orang yang paling tidak berdaya secara ekonomi, seperti anak yatim, orang jompo, penyandang cacat, orang yang menuntut ilmu, pondok pesantren, anak terlantar, orang yang terlilit utang, pengungsi yang terlantar dan korban bencana alam.

(66)

c. Pendayagunaan

Pendayagunaan zakat yang terdapat pada Undang-Undang Republik Indonesia Nomer 23 tahun 2011, pasal 27 ayat (1), (2), (3) adalah sebagai berikut:

1) Zakat dapat didayagunakan untuk usah produktif dalam rangka penanganan fakir miskin dan peningkatana kualita umat.

2) Pendayagunaan zakat untuk usaha produktif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan apabila kebutuhan dasar mustahik telah terpenuhi.

3) Ketentuan lebih lanjut mengenai pendayagunaan zakat untuk usah produktif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dengan Peraturan Mentri.

7. Pembinaan dan Pengawasan Zakat

Pembinaan dan pengwasan zakat yang terdapat pada Undang-Undang RepublikIndonesia Nomer 23 tahun 2011, pasal 34 ayat (1), (2) adalah sebagai berikut:

a. Memberi melaksanakan pembinaan dan pengawasan terhadap BAZNAS, BAZNAS provinsi, BAZNAS kabupaten/kota, dan LAZ. b. Gubernur dan bupati/ walikota melaksanakan pembinaan dan

(67)

BAB III

HASIL PENELITIAN

A. Gambaran Umum LAZISMU Kota Salatiga

1. Sejarah LAZISMU Kota Salatiga

(68)

meningkatkan kesejahteraan masyarakat yang berada dibawah kemiskinan dan kesusahan.

LAZISMU didirikan pada tanggal 14 Juli 2002 yang ditandai dengan penandatangan deklarasi oleh Prof. Dr. HA. Syafi’i Ma’arif, MA (Buya Syafi’i) dan selanjutnya dikukuhkan oleh Menteri Agama Replublik Indonesia sebagai Lembaga Amil Zakat Nasional (LAZNAS) dengan Surat Keputusan Nomer 457 tanggal 21 November 2002.

Latar belakang berdirinya LAZISMU terdiri atas dua faktor.Pertama, fakta Indonesia yang berselimut dengan kemiskinan yang masih meluas, kebodohan dan indeks pembangunan manusia yang sangat rendah.Semuanya berakibat dan sekaligus disebabkan tatanan keadilan sosial yang lemah.Kedua, zakat diyakini mampu bersumbangsih dalam mendorong keadilan sosial, pembangunan manusia dan mampu mengentaskan kemiskinan. Sebagai negara berpenduduk muslim terbesar di dunia, Indonesia memiliki potensi zakat, infaq dan wakaf yang terbilang cukup tinggi. Namun, potensi yang ada belum dapat dikelola dan didayagunakan secara maksimal sehingga tidak memberi dampak yang signifikan bagi penyelesaian persoalan yang ada.

(69)

terus berkembang.Dengan budaya kerja amanah, profesional dan transparan.

LAZISMU berusaha mengembangkan diri menjadi Lembaga Zakat terpercaya.Dan seiring waktu, kepercayaan publik semakin menguat.Dengan spirit kreatifitas dan inovasi, LAZISMU senantiasa menproduksi program-program pendayagunaan yang mampu menjawab tantangan perubahan dan problem sosial masyarakat yang berkembang.

Dalam operasional programnya, Lazismu didukung oleh Jaringan Multi Lini, sebuah jaringan konsolidasi lembaga zakat yang tersebar di seluruh provinsi (berbasis kabupaten/kota) yang menjadikan program-program pendayagunaan LAZISMU mampu menjangkau seluruh wilayah Indonesia secara cepat, terfokus dan tepat sasaran.

Dari latar belakang tersebut, berdirinya lembaga Amil Zakat, Infak dan Shadaqah Muhammadiyah (LAZISMU) Kota Slatiga juga tidak terlepas dari perjuangan organisasi Muhammadiyah yang ada di Kota Salatiga sebagai induk organisasi kemasyarakatan yang bersifat sosial, dakwah dan pendidikan. Peran Muhammadiyah dalam mengembangkan potensi warganya sangatlah besar.Hal ini terlihat melalui kegiatan sosial kemasyarakatan, yang meliputi sektor pendidikan, dakwah maupun usaha menciptakan pemberdayaan ekonomi warganya dengan kemandirian.

(70)

untuk menghimpun dana masyarakat (yang meliputi zakat, infak dan shadaqah) dan menyalurkannya kepada masyarakat yang berhak menerimanya sesuai syariah. Kemudian dari pemikiran tersebut, pada tahun 2002 Pimpinan Muhammadiyah Kota Salatiga berinisiatif untuk mendirikan Lembaga Amil Zakat yang diberi nama Lembaga Amil Zakat Infak dan Shadaqah Muhammadiyah (LAZISMU) Kota Salatiga. Secara legal formal, berdirinya LAZISMU Kota Salatiga menginduk kepada LAZIS Muhammadiyah Pusat (PP. Muhammadiyah) sebagai LAZNAS dengan SK Menteri Agama RI Nomer 457 tanggal 21 November 2002. Namun secara structural berada di bawah naungan Pimpinan Daerah Muhammadiyah Kota Salatiga.

Pada awal berdirinya, LAZISMU Kota Salatiga memiliki kantor sekretariat di SD Muhammadiyah Plus Kota Salatiga, Jalan LMU Adisucipto No. 13 Salatiga. Antara rentang waktu dari tahun 2002 sampai dengan tahun 2010 merupakan masa transisi dari berdirinya LAZISMU Kota Salatiga. Artinya kepengurusan LAZISMU Kota Salatiga, masih menjadi satu dengan Pengurus Pimpinan Muhammadiyah Kota Salatiga dan sekarang kantor kesekretariatan bertempat di Jalan Brigjen Sudiarto Nomer 39 Salatiga.

(71)

kepercayaan masyarakat, maka secara tidak langsung mempengaruhi program serta kegiatannya yang berusaha untuk memberdayakan masyarakat sekitar dengan membekali pengetahuan melalui program-program pendayagunaan zakat untuk kesejahteraan masyarakat. Adapun program kerja LAZISMU Kota Salatiga sampai sekarang antara lain: a. Santunan Fakir Miskin

b. Peduli Dhuafa c. Beasiswa

d. Bantuan Usaha Ekonomi Produktif bagi Dhuafa e. Bantuan Operasional Taman Pendidikan Al Quran f. Pesantren Ramadhan

g. Kampung Binaan

h. Santunan Dana Kesehatan Masyarakat

i. Aksi Ramadhan (SantunanSabilillâh, Takjil Gratis, Buka Puasa Bersama Anak Yatim, Bingkisan Lebaran untuk Dhuafa)

j. Pengajian Ahad Pagi k. Tanggap Bencana Alam l. Pengiriman Mubaligh m. Ambulan Gratis

2. Visi dan Misi LAZISMU Salatiga

a. Visi

(72)

“Terwujudnya optimalisasi potensi dan pengelolaan Zakat, Infaq dan Shadaqah dengan professional dan amanah untuk pemberdayaan umat”

2) Visi sebagai Motto

“Mari tunaikan zakat, zakat itu wajib, mulia dan bermanfaat” b. Misi

1) Optimalisasi kualitas pengelolaan Zakat, Infaq dan Shadaqah (ZIS) yang amanah, professional, dan transparan.

2) Optimalisasi pendayagunaan Zakat, Infaq dan Shadaqah(ZIS) yang kreatif, inovatif dan produktif.

3) Optimalisasi pelayanan donator.

3. Tujuan LAZISMU Kota Salatiga

a. Membangkitkan motivasi untuk membantu sesama umat muslim khususnya warga Muhammadiyah yang kurang mampu dari sisi ekonomi.

b. Meningkatkan kualitas dakwah sosial Muhammadiyah agar lebih terasa secara riil oleh masyarakat khususnya kaum dhuafa.

c. Menumbuhkan solidaritas gerakan beramal (zakat, infaq dan Shadaqah) dikalangan warga Muhammadiyah.

(73)

dikelola secara professional dan cerdas pemanfaatannya dalam koridor gerakan dakwah sosial.

e. Melakukan aksi sosial yang tepat sebagaimana visi misi Muhammadiyah dan LAZISMU di Salatiga.

4. Struktur Organisasi LAZISMU Kota Salatiga

Adapun Struktur Organisasi Lembaga Amil Zakat Infaq dan Shadaqah Muhammadiyah (LAZISMU) Kota Salatiga adalah sebagai berikut:

a. Dewan Pertimbangan

1) Prof. Dr. H.M. Muh. Zuhri, M.A 2) Dr. M. Zulfa, M.Ag.

3) Dr. Irfan Helmy, Lc., M.A. b. Dewan Pengawas

1) H. Miftah Adlu Haq, M.M 2) Drs. H. Machasin

3) Amar Maruf Fakhrudin, S.Pd., M.M c. Dewan Pelaksana

Ketua : Marijo, S.Pd.I, M.Pd. Sekretaris : Muttaqin, M.Pd.I Bendahara : Sholeh Mahfud, A.Ma. Pentasyaruf : 1) Sutomo, M.Ag.

2) Muttaqin, M.PdI.

(74)

Penarikan : 1) Fajar Kusyanuardi 2) Suko Wahyudi 3) Agung Setyawan 4) Riyadi, S.Pd.I 5) Kuncoro Broto

5. Produk Layanan LAZISMU Kota Salatiga

Bagi masyarakat yang ingin berpartisipasi mendukung program-program LAZISMU Kota Salatiga yang meliputi program-program pendidikan, dakwah dan sosial ekonomi dapat memilih beberapa produk pilihan antara lain:

a. Zakat Beasiswa Pendidikan

Program untuk meningkatkan beban biaya sekolah bagi anak-anank yang tidak mampu dengan sistem donator rutin tiap bulan atau tiap semester mulai dari pendidikan dasar, menengah maupun tingkat perguruan tinggi.

b. Zakat Peduli Dhuafa

Program ini untuk membantu meringankan beban biaya hidup bagi para kaum dhuafa dengan sistem bulanan maupun triwulan.

c. Infak dan Shadaqah

(75)

dengan besaran yang tidak ditentukan dan bisa dimanfaatkan untuk kemaslahatan umat

d. Kurban Berkah

LAZISMU Kota Salatiga dapat menerima dan menyalurkan hewan kurban yang diprioritaskan pada daerah rawan pangan, rawan bencana maupun rawan pemurtadan.Dapat diterima dalam bentuk uang tunai maupun hewan kurban secara langsung.

e. Solidaritas Kemanusiaan

Program untuk meringankan beban saudara kita yang tertimpa musibah bencana alam seperti banjir, tanah longsor, gempa bumi, dan lain-lain.Bantuan dapat berupa uang tunai, sembako, pakaian pantas pakai, obat-obatan, tenaga medis atau pengiriman relawan dilokasi bencana. f. Zakat Fitrah

(76)

1) Zakat diambil langsung oleh petugas LAZISMU Kota Salatiga, dirumah atau dikantor sesuai dengan kehendak muzakki dan muzakki bisa menentukan sendiri waktu pengambilannya.

2) Melalui transfer ke rekening resmi LAZISMU Kota Salatiga, yaitu padaBank Muamalat Indonesia (BMI), di nomer rekening: 0104285318 atas nama

LAZISMU Kota Salatiga.

B. Pengelolaan Pembagian Zakat di LAZISMU Kota Salatiga

(77)

saldo pada bulan sebelumnya.Fakir, miskin, amil dan sabilillah merupakan kelompok tetap yang mendapatkan bagian zakat sedangkan selain empat golongan tersebut yaitu muallaf, para budak, gharim, dan ibnusabil tidak mendapat bagian dari hasil zakat, infak dan shadaqah yang dihimpun oleh pengurus LAZISMU Kota Salatiga.

Dasar hukum pelaksanaan pengelolaan pembagian zakat di LAZISMU Kota Salatiga pada dasarnya bersumber dari satu dalil naqli yang sama yakni Qur’an surah At-Taubah ayat 60 yang berbunyi:





Sesungguhnya zakat-zakat itu hanyalah untuk orang-orang fakir, orang-orang miskin, pengurus-pengurus zakat, para mu’allaf yang dibujuk hatinya, untuk (memerdekakan budak), orang-orang yang beruntung, untuk jalan Allah dan orng-orang yang dalam perjalanan, sebagai sesuatu ketetapan yang diwajibkan Allah, dan Allah Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana (QS at-Taubah:60).

(78)

melakukan pembagian zakat hanya kepada empat kelompok yang berhak menerima zakat yaitu fakir, miskin, amil, dansabilillah.

Zakat dibagikan setiap akhir bulan dengan rincian bagian fakir miskin diberikan kepada panti asuhan (panti asuhan Abu Hurairah dan panti asuhan ‘Aisyiah) dengan jumlah Rp 750.000,00/bulan, bantuan biaya hidup 23 dhuafa dengan jumlah Rp 1.200.000,00/bulan yang setiap orangnya menadapatkan sebesar Rp 50.000,00. Melalui beasiswa sebesar Rp 5.660.000,00/bulan dan bantuan Usaha Ekonomi Produktif (UEP) dengan diberikan kepada setiap proposal yang masuk ke LAZISMU Kota Salatiga. Bagian amil sebesar Rp 1.050.000,00/bulan yang diberikan kepada pegawai penarik zakat sebesar Rp100.000,00 dan biaya transportasi petugas penarikan zakat. Sabilillah yang diberikan sebagai bantuan operasional Taman Pendidikan AL-Qur’an (TPQ) dengan jumlah setiap bulannya yang tidak menentu disesuaikan dengan situasi dan kondisi.

Hal ini juga berdasarkan pada dalil naqli surat at-Taubah ayat 60. Dalam dalil tersebut tidak hanya mengandung makna zakat dapat diberikan kepada delapan golongan tetapi juga terkandung makna bahwa zakat juga dapat diberikan kepada sebagian ashnaf.Artinya tidak seluruh mustahik di atas diberikan zakat tetapi dapat juga beberapa mustahik saja yang diberikan zakat.

(79)

1. Untuk mempermudah dalam pengelolaan pembagian zakat.

2. Kelompok yang pasti ada disekitar Kota Salatiga adalah fakir, miskin, amil dan sabilillah.

3. Fakir, miskin, amil dan sabilillah merupakan golongan paling mudah dalam mengetahui kritria-kriterianya.

4. Dalam melakukan pembagian zakat di sesuaikan dengan situasi, kondisi dan kebutuhan yang ada di sekitar Kota Salatiga (Hasil wawancara dengan Bapak Marijo, Ketua pelaksana pengelolaan zakat LAZISMU Kota Salatiga, tanggal 27 Oktober 2016).

Berdasarkan penjelasan diatas dapat diketahui bahwa dasar pengelolaan pembagian zakat di LAZISMU Kota Salatiga berpusat pada satu dalil yakni Qur’an Surah at-Taubah ayat 60. Sedangkan untuk perbedaan pembagian zakat terhadap empat golongan fakir, miskin, amil dan sabilillah lebih ditekankan pada penafsiran dalil yang mana dalam tafsiran dalil tersebut, sebab-sebab mustahik tidak hanya diposisikan sebagai sebab persamaan bagian tetapijuga di dasarkan pada tujuan untuk menghilangkan aspek dalam mustahik tersebut dengan berpijak pada kemampuan dan keadaan yang

dimiliki mustahik tersebut.

C. Proporsi Pembagian Zakat di LAZISMU Kota Salatiga

(80)

zakat LAZISMU Kota Salatiga membagi zakat pada setiap akhir bulan dimana seluruh dana zakat, infaq dan shadaqah yang terkumpul dari muzakki dengan menambahka saldo yang setiap bulannya kemudian dibagikan kepada amil, fakir, miskin dan sabilillah pada akhir bulan (Hasil wawancara dengan

Bapak Muttaqin, Sekretaris pelaksana pengelolaan zakat LAZISMU Kota Salatiga, tanggal 15 November 2016).

Pada tahun 2014 zakat yang terkumpul di LAZISMU Kota Salatiga dengan menambahkan saldo pada tahun 2013 dengan jumlah Rp 64.204.109,00 kemudian zakat dibagikan dengan rincian sebagai berikut: (Laporan penerimaan dan pentasrufan zakat, infaq dan shadaqah LAZISMU (LAZIM) PDM Kota Salatiga peride bulan Januari-Desember 2014)

No Tanggal Saldo+ Jumlah Zakat Pentasyaarufan Zakat 1 30-01-2014 Rp64.204.109,00+Rp13

.254.000=Rp77.458.10 9,00

Fakir miskin Rp7.610.000,00 Amil Rp1.050.000,00

Sabilillah Rp750.000,00 2 28-02-2014 Rp68.403.109+Rp13.01

4.000.00=Rp81.417.10 9,00

Fakir miskin Rp7.610.000,00 Amil Rp1.050.000,00

Sabilillah Rp.0 3 30-03-2014 Rp72.757.109,00+Rp9.

975.000,00=Rp 82.732.109,00

Referensi

Dokumen terkait

Hasil pengujian dapat dilihat pada Gambar 9 yang menunjukkan informasi maps wisata berhasil dijalankan pada device pengujian.. Pengujian Informasi

overlay dan disebut sebagai baseline. Ketika kurva log resistivitas dan log sonik tidak overlay atau menunjukkan separasi, dalam hal ini dinamakan dengan ΔlogR. Untuk

Berdasarkan hasil analisis IPA terdapat enam indikator yang termasuk dalam prioritas utama penanganan permasalahan kinerja jaringan prasarana angkutan barang

Besarnya angka koefisien determinasi 0,579 sama dengan 57,9%, yang menunjukkan bahwa kemampuan kerja, motivasi pegawai, kepemimpinan, iklim organisasi, hubungan

Dari hasil perkalian diatas dapat dijelaskan bahwa nilai koefisien regresi Family- Work Conflict terhadap Job Embeddedness sebesar -0,181 sedangkan nilai koefisien

Hasil penelitian ini menun- jukkan bahwa manajemen pembelajaran musik di MIS dalam masa pandemik Covid-19 atau Era Kenormalan Baru dilaksanakan dalam bentuk virtual..

Setelah menceritakan hal tersebut maka terdapat usaha dosen untuk merelevansikan peristiwa yang ada dengan nilai-nilai pancasila, sebagai contoh peristiwa yang

didapatkan formula optimum untuk tablet propranolol hidroklorida yaitu jumlah karbopol yang dapat memberikan respon optimum adalah antara rentang 53,27 mg – 55 mg sedangkan