• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perlawanan tokoh Gie terhadap pemerintahan orde lama dan awal pemerintahan orde baru dalam naskah skenario Gie karya Riri Riza sebuah tinjauan sosiologi sastra - USD Repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Perlawanan tokoh Gie terhadap pemerintahan orde lama dan awal pemerintahan orde baru dalam naskah skenario Gie karya Riri Riza sebuah tinjauan sosiologi sastra - USD Repository"

Copied!
0
0
0

Teks penuh

(1)

PERLAWANAN TOKOH GIE TERHADAP PEMERINTAHAN ORDE LAMA DAN AWAL PEMERINTAHAN ORDE BARU DALAM NASKAH

SKENARIOGIEKARYA RIRI RIZA SEBUAH TINJAUAN SOSIOLOGI SASTRA

Skripsi

Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Sastra Indonesia

Program Studi Sastra Indonesia

Disusun Oleh LIA YULIYANTI

NIM : 034114038

PROGRAM STUDI SASTRA INDONESIA

JURUSAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS SASTRA UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(2)
(3)
(4)

Seseorang tidak akan berputus asa jika menyadari bahwa ia memiliki penolong yang

mahakuasa

(Jeremy Taylor)

Aku melayangkan mataku ke gunung-gunung, dari manakah akan datang pertolonganku?pertolonganku ialah dari Tuhan yang menjadikan langit dan

bumi. (Mzm 121:1,2)

Ia membuat segala sesuatu indah pada waktunya

(Pengkotbah 3:11)

(5)
(6)
(7)

ABSTRAK

Yuliyanti, Lia. 2008. Perlawanan Tokoh Gie terhadap Pemerintahan Orde Lama dan Awal Pemerintahan Orde Baru dalam Naskah Skenario Gie Karya Riri Riza: Tinjauan Sosiologi Sastra. Skripsi S1. Yogyakarta: Sastra Indonesia, Universitas Sanata Dharma.

Penelitian ini mengkaji perlawanan tokoh Gie terhadap pemerintahan orde lama dan awal pemerintahan orde baru dalam naskah skenario Gie karya Riri Riza dengan pendekatan sosiologi sastra. Peneliti menganalisis unsur intrinsik cerita yang kemudian mengkaji perlawanan tokoh Gie dalam menyikapi pemerintahan Indonesia.

Metode yang digunakan untuk penelitian ini adalah metode deskriptif. Langkah-langkah yang ditempuh adalah (1) menganalisis unsur intrinsik yang terdiri atas alur, tokoh, dan latar, dan (2) secara sosiologi sastra menganalisis perlawanan tokoh Gie terhadap pemerintahan orde lama dan awal pemerintahan orde baru.

Kesimpulan hasil penelitian unsur intrinsik berupa alur yang terdiri atas tiga tahapan, yaitu tahap awal, tahap tengah, dan tahap akhir. Pembagian tokoh menurut peranan tokoh dalam perkembangan alur menjadi tokoh utama dan tokoh tambahan. Pembagian latar meliputi latar tempat, latar waktu, dan latar sosial; serta analisis perlawanan tokoh Gie dalam naskah skenarioGie.

Tokoh utama adalah Gie dan tokoh tambahan adalah Herman, Ira, Soe Hok Djin, dan Tan Tjin Han. Latar tempat yang sebagian besar digunakan meliputi daerah Kebun Jeruk, rumah keluarga Soe, SMP Strada, SMA Kanisius, Lembah Mandalawangi, Kampus Sastra Rawamangun, Jalan sempit di Salemba, Istana Negara, depan kantor Kementerian Minyak dan Gas Bumi, ruang kantor menteri urusan bank sentral, rumah Han, pantai berpasir, daerah Kramat, rumah Ira, dan markas angkatan darat. Latar waktu sebagian besar adalah pagi, siang, senja, malam, tahun 1956, 1959, 1963, 1965, dan Desember 1969. Latar sosial berupa perbedaan antara penguasa dengan rakyat dan keadaan kehidupan rakyat Indonesia pada saat itu. Perlawanan terhadap pemerintahan yang dilakukan oleh Gie pada dasarnya disebabkan ketidakadilan yang dialami masyarakat Indonesia, pemimpin pemerintah orde lama yang diktator. Perlawanan Gie tidak berhenti pada pemerintah orde lama, tetapi juga pemerintah orde baru dan intelektual muda yang menjadi anggota parlemen. Ini disebabkan adanya keraguan terhadap pemerintahan yang baru.

(8)
(9)

ABSTRACT

Yuliyanti, Lia. 2008. The Resistance of the Character of Gie to the Old Order Government and the Early New Order Government in the Scenario Script of

Gie created by Riri Riza: Literature Sociology Review. Mini thesis used for Bachelor degree. Yogyakarta: Sastra Indonesia, Sanata Dharma University. This research reviews the resistance of the character of Gie to the old order government and early new order government in the scenario scriptGiecreated by Riri Riza using literature sociology approach. Researcher analyzes the intrinsic factor of the story and examines the resistance of the character of Gie in response to the Indonesia Government.

This research uses descriptive method. The steps are (1) analyzing the intrinsic factors that consist of plot, character and background; and (2) literature sociologically analyzing the resistance of the character of Gie to the old order government and early new order government.

The research results in the finding of three-step plots consisting of the beginning, middle and final plot. The classification of character along with the development of the plot produces main and additional character. The research on the background results in the classification of place, time and social background; and the analysis on the resistance of the character of Gie in the scenario scriptGie.

The main character is Gie and the additional characters are Herman, Ira, Soe Hok Djin, and Tan Tjin Han. The background of place mostly are in Kebun Jeruk area, Soe’s residence, Strada Junior High School, Kanisius Senior High School, Mandalawangi Valley, Sastra Rawamangun University, narrow street in Salemba, State Palace, in front of Gas and Petroleum Ministry office, central bank minister’s office, Han’s residence, sandy beach, Kramat area, Ira’s residence, and army base camp. The background of time mostly occurs in the morning, afternoon, dusk, at night, in 1956, 1959, 1963, 1965, and December 1969. The social background is the social class difference between the authority and citizen and the condition of Indonesian citizen at that moment.

The resistance of the character of Gie to the government basically is caused by the injustice situation felt by the Indonesian citizen due to the dictatorship of the old order government. The resistance of the character of Gie does not end up only to the old order government but also to the new order government and young intellectuals who become the parliament members. This is caused by the distrust ness to the new order government.

(10)
(11)

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus atas berkat rahmatnya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Penulis menyusun skripsi ini sebagai salah satu syarat memperoleh gelar sarjana sastra di Fakultas Sastra, jurusan Sastra Indonesia, Program Studi Sastra Indonesia, Universitas Sanata Dharma. Skripsi yang disusun penulis berjudul ” Perlawanan Tokoh Utama dan Tokoh Tambahan terhadap Pemerintah Indonesia dalam naskah skenarioGiekarya Riri Riza , Tinjauan Sosiologi Sastra.”

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna dan mempunyai beberapa kekurangan karena keterbatasan kemampuan dan pengalaman penulis. Oleh karena itu, penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun demi kesempurnaan dan perbaikan skripsi ini.

Dalam menyusun skripsi ini penulis telah banyak memperoleh bimbingan, pengarahan, saran, serta dorongan yang bermanfaat dan mendukung penyelesaian skripsi ini. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada:

1. Ibu Peni Adji, S.S., M.Hum dan Bapak Drs. B. Rahmanto, M.Hum selaku dosen pembimbing. Terimakasih atas perhatian dan kesabarannya sehingga skripsi ini akhirnya terselesaikan.

(12)

3. Mbak Yus+Mas Dwi, dan Mbak Sari. Terimakasih atas kesabarannya dan dukungannya selama pengerjaan skripsiku.

4. Keluarga besar mbah Somo dan mbah Sapon yang selalu memberikan semangat dan yang selalu mengingatkan “gek dirampungke skripsine”.

5. Mas Luis ‘bayonk’ yang selalu mengganggu dalam pengerjaan skripsiku namun tetap memberi semangat.

6. Bapak Drs. Hery Antono, M.Hum dan Ibu Dra. Tjandrasih Adji, M.Hum selaku dosen pembimbing akademik angkatan 2003 yang selalu rajin mengingatkan anak-anaknya untuk segera menyelesaikan skripsi.

7. Dosen-dosen Sastra Indonesia atas bimbingan dan pengajaran yang diberikan. Pak Prap, Pak Yapi, Pak San, dan Pak Ari terimakasih untuk senyumnya setiap bertemu.

8. Segenap karyawan perpustakaan USD dan staf sekretariat Fakultas Sastra untuk pelayanannya yang ramah.

9. Yuni, Rini, Tuti, Djati, Sr. Martha, dan Tere. Terimakasih untuk persahabatannya, cerita-cerita bahagia dan mengharukan, serta waktu luang untuk nongkrong bareng di realino.

(13)

11. Jo-One, C-tro, Debonx, Depit, dan Danang, teman-teman seperjuanganku di SMA Bobayo. Terimakasih atas semangat yang kalian berikan selama pengerjaan skripsi.

12. Semua pihak yang telah membantu dan mendukung kelancaran penulisan skripsi ini.

Semoga Tuhan Yang Maha Esa membalas semua kebaikan yang telah diberikan. Akhir kata, penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi semua pihak yang membutuhkan.

(14)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING... ii

HALAMAN PENGESAHAN... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN... iv

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA... v

HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN... vi

ABSTRAK... vii

ABSTRACT... ix

KATA PENGANTAR... xi

DAFTAR ISI... xiv

BAB I PENDAHULUAN... ... 1

1.1 Latar Belakang... 1

1.2 Rumusan Masalah... 5

1.3 Tujuan Penelitian... 5

1.4 Manfaat Penelitian... 6

1.5 Landasan Teori... 6

1.5.1 Teori Unsur Intrinsik... 6

1.5.1.1 Alur... 7

1.5.1.2 Tokoh... 8

1.5.1.3 Latar... 9

1.5.2 Teori Sosiologi Sastra... 10

1.5.3 Teori Perlawanan... 11

1.5.4 Kondisi Politik di Indonesia Tahun 1956-1969... 12

(15)

1.6.1 Pendekatan... 14

1.6.2 Metode Penelitian……….. 15

1.6.3 Teknik Pengumpulan Data……… 15

1.7 Sistematika Penyajian………... 15

1.8 Sumber Data………. 16

BAB II ANALISIS ALUR, TOKOH, DAN LATAR NASKAH SKENARIOGIE KARYA RIRI RIZA... 17

2.1 Alur... 17

2.1.1 Tahap Awal... 17

2.1.2 Tahap Tengah……….………... 20

2.1.3 Tahap Akhir………... 24

2.2 Tokoh……… 32

2.2.1 Tokoh Utama... 32

2.2.2 Tokoh Tambahan.……….. 51

2.3 Latar... 72

2.3.1 Latar Tempat... 73

2.3.2 Latar Waktu………….……….. 95

2.3.3 Latar Sosial……… 105

BAB III PERLAWANAN GIE TERHADAP PEMERINTAHAN ORDE LAMA DAN AWAL PEMERINTAHAN ORDE BARU DALAM NASKAH SKENARIO GIEKARYA RIRI RIZA... 111

3.1 Bentuk Perlawanan Tokoh Gie Terhadap Pemerintahan Orde Lama... 112

(16)

3.2 Akibat Perlawanan Tokoh Gie... 128

BAB IV PENUTUP ... 130

4.1 Kesimpulan Hasil Analisis Naskah SkenarioGie... 130

4.1.1 Kesimpulan Hasil Analisis Alur, Tokoh, dan Latar... 4.1.2 Kesimpulan Hasil Analisis Perlawanan Tokoh Gie terhadap Pemerintahan Orde Lama dan Awal Pemerintahan Orde baru……… 131

4.2 Saran... 133

DAFTAR PUSTAKA... 134

(17)

BAB I PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Bagi penyair Toeti Heraty, fiksi adalah “sebuah moment” yang unik dan khas, bukan hanya karena peristiwanya tapi juga pemaknaan yang terjadi padanya. Artinya seorang pengarang yang memiliki rasa seni tinggi atau kreatif tidak akan melihat kenyataan begitu saja. Kenyataan yang ia lihat tidak ia beri makna umum sebagaimana masyarakat kebanyakan mengartikannya. Namun, ia dapat melihatnya dengan sudut pandang yang berbeda, menciptakan dunia makna yang tersendiri sehingga kenyataan atau pengalaman tersebut menjadi suatu hal yang mengesankan bahkan memberi banyak pelajaran (Dahana, 2001: 59-60). Dalam hal ini karya sastra dapat dianggap sebagai dokumen sejarah pemikiran dan filsafat (Wellek via Budianta, 1990: 135).

Karya sastra yang dapat dianggap sebagai suatu dokumen sejarah salah satunya ialah naskah skenario Gie karya Riri Riza. Naskah skenario Gie

(18)

(Lutters, 2004: 90). Sebuah skenario film merupakan alat bantu bagi para pembuat film untuk mewujudkan karyanya di layar lebar (Sasono, 2005: viii). Agar naskah skenario dapat dipahami oleh pembaca maka digunakanlah scene. Biasanya pada

scene terdapat keterangan mengenai tempat terjadinya adegan yang sedang berlangsung, apakah di dalam ruangan atau di luar ruangan. Scene sedang berlangsung di dalam ruangan cukup ditulis EXT (exterior) dan scene yang berlangsung di luar ruangan ditulis INT (interior).

Sekalipun karya skenario merupakan sebuah karya yang literer, ia berbeda secara asli dengan karya literer utuh seperti novel atau cerita pendek. Pada dasarnya karya berupa naskah skenario bukan merupakan sebuah karya akhir yang hadir ke hadapan pembaca sebagai bentuk final, sebab ia hanya dinilai ketika sudah berwujud film (Sasono, 2005: ix).

Namun demikian, Ajidarma via Jujur Prananto (http://www.kutukutubuku.com), skenario yang baik sama pentingnya dengan film dan sama berharga dengan karya sastra manapun, sehingga layak untuk dibukukan. Pembacanya bisa mengembangkan imajinasi secara lebih kreatif dari sang sutradara. Skenario adalah karya tekstual yang mandiri.

(19)

Bagus tidaknya hasil sebuah tontonan sinetron atau film tergantung dari kualitas skenario yang ditulis oleh penulis skenario (Lutters,2004: xiv). Dhakidae (2005: 1), beranggapan bahwa untuk menulis tentang seseorang tidak perlu mengenal orangnya secara pribadi tetapi karyanyalah yang menjadi lahan yang harus digarap dan dinilai karena orangnya menjelma seutuhnya dalam karyanya. Hal itulah yang dilakukan oleh Riri Riza dalam melakukan penulisan naskah skenarionya. Naskah skenario Gie yang ditulis Riri Riza merupakan pengembangan dari tulisan-tulisan atau catatan harian Soe Hok Gie.

Proses penulisan naskah skenarioGie yang dilakukan oleh Riri Riza telah mengalami banyak perubahan treatment dan penulisan ulang sebanyak delapan

draft. Treatmentadalah hasil pengembangan yang lebih detail dan lebih rinci dari sebuah sinopsis (Asura, 2005: 97). Oleh karena itulah jumlah halaman skenario

Gie hanya setengah dari panjang filmnya. Ini dikarenakan naskah skenario film yang diterbitkan, telah mengalami proses penambahan nilai literer sehingga skenario yang diterbitkan terlepas dari filmnya.

Dapatlah disimpulkan bahwa skenario merupakan kerangka awal dari sebuah film sebelum film itu sendiri terbentuk yang lengkap dengan deskripsi dan dialog.

(20)

Soekarno). Mira Lesmana dalam Dhakidae (2005: xxviii) mengatakan bahwa Soe Hok Gie merupakan potret anak muda Indonesia pada sebuah masa yang berani mengambil sebuah sikap. Dia menjadi saksi sejarah di sebuah masa yang begitu

buram bagi kita hinga kini. John Maxwell

(http://www.Nordha.multiply.com/journal/item/4-25k) melukiskan bahwa sosok Soe Hok Gie merupakan intelektual muda yang berani menegakkan kebenaran, keadilan, dan kemanusiaan yang tidak mempedulikan siapa pun yang mesti dihadapinya dan resiko yang akan menimpanya.

Meski ia selalu melawan pemerintahan Soekarno, Gie dan teman-teman yang mendukungnya tidak mau bergabung dalam salah satu organisasi politik yang ada pada saat itu. Dia dan teman-temannya mempunyai cara tersendiri untuk melawan pemerintahan Soekarno.

Perlawanan Gie terhadap pemerintahan yang berkuasa, berawal ketika umurnya empat belas tahun dan masih sekolah di SMP Strada. Peristiwa itu terjadi saat seorang guru SMPnya yang bernama Arifin dengan seenaknya menurunkan nilai ulangannya. Gie di usianya yang masih belia mengalami ketidakadilan sehingga ia berani untuk melakukan perlawanan.

(21)

penelitian ini menggunakan pendekatan sosiologi sastra yang bertolak dari asumsi bahwa sastra merupakan cermin dari masyarakat dan juga berdasarkan dari fungsi sastra itu sendiri yang mencoba untuk menunjukkan kenyataan historis kepada masyarakat.

Ada dua alasan mengapa peneliti memilih naskah sknario Gie untuk diteliti. Pertama karena kegigihan seorang bernama Gie dalam melakukan perlawanan terhadap pemerintahan yang berkuasa saat itu, tepatnya pemerintahan masa Soekarno. Kegigihan itu tampak ketika banyaknya orang-orang yang ditangkap karena melakukan perlawanan terhadap pemerintahan yang berkuasa namun Gie dan kelompoknya tetap maju terus untuk melawan pemerintahan yang berkuasa. Alasan kedua ialah setahu peneliti naskah sknario Gie belum ada yang meneliti.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang maka permasalahan yang akan diangkat dalam penelitian ini adalah:

1.2.1 Bagaimanakah unsur intrinsik naskah skenarioGieyang meliputi alur, tokoh dan latar ?

1.2.2 Bagaimanakah perlawanan tokoh Gie terhadap pemerintahan Orde Lama dan Awal Pemerintahan Orde Baru dalam naskah skenarioGiekarya Riri Riza?

1.3 Tujuan Penelitian

(22)

1.3.1 Mendeskripsikan unsur intrinsik naskah skenario Gie yang meliputi tokoh dan penokohan, latar, dan alur.

1.3.2 Menganalisis perlawanan tokoh Gie terhadap pemerintahan Orde Lama dan Awal Pemerintahan Orde Baru dalam naskah skenarioGiekarya Riri Riza.

1.4 Manfaat Penelitian

Kajian penelitian ini bermanfaat untuk :

1.4.1 Perkembangan wawasan studi sastra khususnya studi yang berkaitan dengan bidang sosiologi sastra.

1.4.2 Pengembangan bahan kajian sastra khususnya naskah skenario yang berlatar belakang sejarah.

1.4.3 Pengkayaan pustaka kajian sastra Indonesia, terutama karya sastra naskah skenario yang bertemakan politik dengan tinjauan sosiologi sastra.

1.5 Landasan Teori 1.5.1 Unsur Intrinsik

(23)

1.5.1.1 Alur Cerita/Plot

Tidak ada cerita tanpa jalan cerita atau plot. Plot adalah hal yang wajib dalam membuat sebuah cerita, termasuk cerita untuk skenario film atau sinetron. Plot yang berkaitan dengan naskah skenario dibagi menjadi plot lurus dan plot bercabang. Plot lurus disebut juga plot linier. Plot ini banyak digunakan dalam membuat skenario untuk cerita-cerita lepas semacam telesinema, FTV, film, atau juga serial lepas. Plot linier adalah plot yang alur ceritanya terfokus hanya pada konflik seputar tokoh sentral. Plot bercabang atau multiplot adalah plot yang jalan ceritanya sedikit melebar ke tokoh lain. Meski begitu melebarnya tidak boleh terlalu jauh harus masih berhubungan dengan tokoh sentral. Dengan demikian cerita tetap terfokus, meskipun bercabang, sebab akhirnya cerita akan kembali lagi pada inti permasalahan utamanya (Lutters, 2004: 50-51).

(24)

1.5.1.2 Tokoh

Tokoh merupakan unsur yang penting dalam karya naratif. Membahas tokoh dengan segala perwatakannya dengan berbagai citra jati dirinya, dalam banyak hal lebih menarik perhatian orang daripada berurusan dengan pemplotannya. Hal ini tak berarti unsur plot dapat diabaikan begitu saja Karena kejelasan mengenai tokoh dan penokohan tergantung pada plot (Nurgiyantoro, 1995: 164). Tokoh adalah orang atau pelaku cerita. Untuk sebuah skenario film atau jenis telesinema/FTV, kerangka tokoh tidak terlalu dibutuhkan, mengingat tokohnya tidak terlalu banyak (Lutters, 2004: 67)

(25)

Peranan masing-masing tokoh tidaklah sama. Dilihat dari segi peranannya atau tingkat pentingnya tokoh dalam sebuah cerita, ada tokoh yang tergolong penting dan ditampilkan terus-menerus sehingga terasa mendominasi sebagian besar cerita. Ada pula tokoh yang hanya dimunculkan sekali atau beberapa kali dalam cerita (Nurgiyantoro, 1995: 177). Tokoh yang pertama disebut tokoh utama dan tokoh yang kedua disebut tokoh tambahan. Tokoh utama ialah tokoh yang diutamakan penceritaannya dalam karya yang bersangkutan. Ia merupakan tokoh yang paling banyak dimunculkan, baik sebagai pelaku kejadian ataupun yang dikenai kejadian.

Tokoh tambahan, yaitu tokoh yang lebih sedikit muncul, tidak dipentingkan, dan kehadirannya hanya jika ada keterkaitannya dengan tokoh utama baik secara langsung maupun tidak langsung (Nurgiyantoro, 1995: 177).

1.5.1.3 Latar

Latar merupakan segala keterangan, petunjuk, pengacuan yang bekaitan dengan waktu, ruang, dan suasana terjadinya peristiwa dalam suatu karya sastra (Sudjiman, 1991: 44). Latar dalam sebuah cerita berfungsi untuk memberikan informasi tentang situasi ( ruang dan waktu ) sebagaimana adanya. Latar dapat juga menciptakan suasana.

(26)

kapan scene itu dibuat. Dengan demikian akan terlihat jelas penggambaran mengenai latar yang terdapat dalam sebuah naskah skenario. Dalam penelitian ini, latar berfungsi untuk menganalisis segala tempat atau lokasi peristiwa itu terjadi, menganalisis waktu peristiwa itu terjadi, dan untuk menganalisis keadaan sosial masyarakat.

1.5.2 Teori Sosiologi Sastra

Segi-segi kemasyarakatan dalam sebuah karya sastra dapat ditelaah dengan sosiologi sastra. Damono (1978: 1), mengemukakan bahwa sastra menampilkan gambaran kehidupan dan kehidupan itu sendiri adalah kenyataan sosial. Ratna (2003: 2), mengemukakan beberapa pengertian sosiologi sastra, antara lain pemahaman terhadap totalitas karya yang disertai dengan aspek-aspek kemasyarakatan yang terkandung di dalamnya atau pemahaman terhadap karya sastra dengan mempertimbangkan aspek-aspek kemasyarakatannya. Jadi, sosiologi sastra dengan sendirinya mempelajari hubungan yang terjadi antara masyarakat dengan sastra.

Sebuah karya sastra diharapkan dapat menjadi cermin kehidupan masyarakatnya atau renungan bagi pembacanya. Dalam hal ini karya sastra tidak hanya menampilkan masyarakat seperti apa yang biasa dilihat oleh pembaca, tapi juga ikut ke dalam atau menelusuri hubungan yang terjadi kehidupan sosial dalam masayarakat.

(27)

maupun tidak langsung, peristiwa sejarah telah melatarbelakangi suatu konstruksi kesadaran intelektual, suatu ideasi kerangka literer, yang pada dasarnya merupakan indikator penting terhadap kreativitas. Dalam hal ini fakta sosiohistoris telah dimanfaatkan sebagai mediasi proses kreatif (Ratna, 2003: 274).

Menurut Kuntowijoyo (2006: 175), peristiwa sejarah dapat menjadi pangkal tolak bagi sebuah karya sastra, menjadi bahan baku, tetapi tidak perlu dipertanggungjawabkan terlebih dahulu. Bagi karya sastra yang menggunakan peristiwa sejarah sebagai bahan baku, ada ketentuan-ketentuan di samping kebebasannya. Karya sastra yang sengaja menggunakan peristiwa sejarah sebagai bahan, mempunyai ikatan kepadahistorical truth,sekalipun kebenaran sejarah itu juga bersifat relatif (Kuntowijoyo, 2006: 178).

1.5.3 Perlawanan

(28)

Dalam setiap represi selalu menghadirkan resistensi. Setiap dominasi selalu saja memunculkan kekuatan lain yang melawan dominasi. Sehingga munculnya pemikiran yang ‘melawan’ dari pemikiran yang dominan harus dianggap sebagai keniscayaan sejarah yang boleh saja ada. Resistensi pemikiran adalah simbol dari mereka yang ‘tersisih’, atau mereka yang selalu ‘gelisah’ atas keadaan yang mapan (Santoso dan Sunarto, 2003: 31). Hal ini pula yang coba dilakukan oleh Riri Riza dalam menuliskan naskah skenarionya. Dalam skenarionya ia mencoba untuk mengungkapkan perlawanan yang dilakukan oleh Gie dan teman-temannya terhadap ketidakadilan, pemerintah orde lama, pemerintah orde baru, dan intelektual muda yang sudah dinilai tidak lagi bisa memperjuangkan keadilan bagi masyarakat indonesia yang dinilai telah berkhianat pada nilai perjuangan.

Menurut Poerwadarminta (1976: 572), perlawanan adalah 1. perbuatan melawan; 2. pertentangan, kebalikan, sesuatu yang berlawanan. Jadi, perlawanan adalah perbuatan untuk melawan atau menentang sesuatu yang sudah berlawanan.

1.5.4 Kondisi Politik di Indonesia Sekitar Tahun 1956-1969

(29)

Indonesia, di masa pemerintahan orde lama diwarnai dengan ketidakstabilan politik yang disebabkan sistem demokrasi parlementer yang bersifat liberal. Sistem ini, didominasi oleh partai-partai politik yang menguasai parlementer. Hanya ada empat partai politik yang saat itu mendapatkan lebih dari delapan kursi, yaitu Masyumi, Partai Nasional Indonesia (PNI), Nahdlatul Ulama (NU), dan Partai Komunis Indonesia (PKI). Dengan dikuasainya parlemen oleh emapat partai tersebut, kabinet Indonesia sering mengalami jatuh bangun. Selain ketidakstabilan politik yang disebabkan penguasaan empat partai besar terhadap parlemen dan jatuh bangunnya kabinet Indonesia, tahun 1956-1965 juga terjadi konflik antara militer dengan PKI. Konflik militer-PKI sendiri sudah berawal dari peristiwa Madiun yang pada akhirnya memuncak dengan adanya peristiwa 1965. Pada tahun 1965, di Jakarta terjadi percobaan kudeta, selain percobaan kudeta, juga terjadi penculikan para jenderal-jenderal di mana Soekarno dan PKI dianggap telah mengetahui dan bekerjasama dalam peristiwa tersebut. Peristiwa-peristiwa 1965 membuat militer, khususnya angkatan darat menginginkan untuk segera memusnahkan PKI (Rickfles, 2005: 141-156).

(30)

Soekarno dinilai telah melakukan kerja sama dengan PKI sehingga tidak mampu memeberantas PKI. Perlawanan para mahasiswa berlangsung hingga tahun 1966, sehingga gerakan para mahasiwa ini dikenal dengan istilah angkatan’66 (http://id.wikipedia.org/wiki/Gerakan_Mahasiswa_di_Indonesia).

Seiring dengan runtuhnya pemerintahan orde lama dan PKI berhasil dibasmi, muncul pemerintahan baru yang disebut orde baru. Tahun 1969 merupakan tahun transisi dari orde lama ke orde baru. Namun pemerintahan yang baru juga tak lepas dari koreksi para mahasiswa sebab banyak dari para mahasiswa yang pernah ikut berjuang masuk dalam parlemen dengan mudahnya. Bahkan perlawanan terhadap pemerintah yang dilakukan para mahasiswa hingga sekarang masih terjadi.

Dengan demikian perlawanan tokoh Gie terhadap pemerintahan adalah perlawanan yang dilandasi adanya tindak ketidakadilan bagi rakyat kecil dan kediktatoran pemimpin sehingga mereka menginginkan perubahan bagi bangsa Indonesia terutama masalah keadilan bagi rakyat Indonesia, dan keinginan dibubarkannya PKI. Dalam melakukan perlawan tersebut Gie dan rekan-rekannya berani melakukan gebrakan demi meruntuhkan rezim yang dipimpin oleh Soekarno.

1.6 Metode Penelitian 1.6.1 Pendekatan

(31)

dari sudut sosiologisnya. Damono (1978: 2) menjelaskan bahwa pendekatan sosiologi sastra merupakan pendekatan yang mengutamakan teks sastra sebagai bahan penelitian. Pendekatan ini berdasarkan anggapan bahwa sastra sebagai cermin kehidupan masyarakat.

1.6.2 Metode

Metode yang digunakan dalam penelitian ini ialah metode deskriptif analisis. Metode ini dilakukan dengan cara mendeskripsikan fakta-fakta yang ada yang kemudian disusul dangan analisis (Ratna, 2004: 53).

1.6.3 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini ialah teknik pustaka, teknik kartu, dan teknik catat. Teknik pustaka dilakukan dengan cara mencari sumber-sumber data yang mendukung penelitian. Teknik kartu digunakan untuk mengklasifikasikan data-data. Sedangkan teknik catat digunakan untuk mencatat data-data yang sudah diklasifikasikan.

1.7 Sistematika Penyajian

Penelitian ini akan disajikan dalam empat bagian, yaitu :

(32)

BAB II Pembahasan mengenai unsur intrinsik penceritaan naskah skenario Gie

yang meliputi alur, tokoh, dan latar.

BAB III Pembahasan mengenai perlawanan tokoh Gie terhadap pemerintahan Orde Lama dan Awal Pemerintahan Orde Baru dalam naskah skenarioGie.

BAB IVPenutup, yang berisi kesimpulan dari pembahasan dan saran.

1.8 Sumber Data

Sumber data dari penelitian ini adalah naskah skenario Gie, dengan identitas sebagai berikut.

Judul Buku : Gie : Naskah Skenario Pengarang : Riri Riza

Penerbit : Nalar ; Jakarta Tahun Terbit : 2005

Tebal Buku :144 halaman

(33)

BAB II

ANALISIS ALUR, TOKOH, DAN LATAR NASKAH SKENARIOGIEKARYA RIRI RIZA

Pada bab ini akan dibahas mengenai analisis unsur intrinsik yang terdapat dalam naskah skenarioGie.Unsur intrinsik yang diteliti adalah alur, tokoh, dan latar. Ketiga unsur tersebut diambil karena berhubungan dengan perlawanan yang dilakukan tokoh Gie.

2.1 Alur

Dalam sebuah cerita, peristiwa yang satu dengan peristiwa yang lain haruslah saling berkaitan. Keterkaitan peristiwa tersebut harus jelas dan dapat digambarkan melalui tahapan-tahapan (awal-tengah-akhir). Cerita ini diawali dengan penggambaran latar suasana keramaian di Kebun Jeruk yang menceritakan sekelompok pemuda yang sedang menulis pesan propaganda Revolusi dan iring-iringan pengantin Arab. Latar ini digunakan untuk pemunculan tokoh Gie dan Han pada masa remaja.

2.1.1 Tahap Awal

(34)

(1). EXT.SEKITAR KEBUN JERUK – SIANG

Sekelompok pemuda sedang menulis slogan di sebuah dinding tua- bidang yang menjadi kanvas cukup besar, hingga mereka harus membagi-bagi kerja-menulis setiap huruf satu demi satu.

GIE, 14 tahun, mengintip dari sebuah pojokan, kemudian muncul seorang anak seusianya bernama HAN, lalu muncul pula tiga orang anak-anak seusia mereka.

Salah seorang diantara mereka kemudian berjalan. Gie dan Han saling memandang. Anak itu menarik sebuah kayu pengaduk dari kaleng cat. Ia pamer keberanian pada Gie dan kawan-kawan hingga kaleng cat itu terpeleset jatuh.

...

Tampak pesan propaganda itu:...REVOLUSI. Jelas tak akan selesai karena cat tumpah

(hlm. 3) (2). EXT.SEKITAR KEBUN JERUK – SIANG

GIE( V.O )

Saya dilahirkan di Jakarta, 17 Desember 1942, ketika perang tengah berkecamuk di Pasifik. Kira – kira pada umur lima saya masuk sekolah Xin

Hwa... Di SMP Strada dari kelas satu saya naik ke kelas dua. Angka saya untuk kwartal pertama rata – rata 5 ½...

(hlm. 4) Kutipan (1) menunjukkan pengenalan jati diri tokoh Gie dan Han. Gie dan Han diceritakan sedang memperhatikan sekelompok pemuda yang sedang menulis slogan di tembok daerah sekitar Kebun Jeruk. Namun tulisan yang berpesan Revolusi tersebut tidak terselesaikan. Pemunculan pengenalan tokoh di atas digambarkan dalam suasana Indonesia yang menginginkan revolusi. Dalam memunculkan pengenalan tokoh pengarang menggunakan V.O (suara karakter yang tak bersumber dari adegan yang sedang berlangsung) (2).

(35)

Di dalam kelas Gie dengan antusias mengikuti gerakan seorang guru yang berjalan berkeliling membagikan kertas, ia menunggu gilirannya. Mengantisipasi penuh harap.

….

BEBERAPA WAKTU KEMUDIAN. Gie berdebat intens dengan guru Arifin, yang berusaha tenang dan berjalan pelan mondar – mandir di depan kelas.

GIE

Bukankan ada perbedaan antara pengarang dengan penerjemah…? ARIFIN

Tapi dia bisa dikatakan pengarang karena sang pengarang asli tidak dikenal di sini. Jadi dapatlah dikatakan Chairil sebagai pengarangPulanglah Dia si Anak

Hilang.

GIE

(mulai ngotot, memotong Arifin)

Tidak bisa. Tetap saja kita katakan kalau dia penerjemah bukan pengarang. Dan Andre Gide pengarang aslinya, dikenal di sini…semua anak SMA tentu

mengenal. ARIFIN

Kamu tau, tapi yang lain…

Arifin memandang berkeliling, melihat ke anak – anak lain, pandangannya berhenti pada seorang anak lain. GIAM.

ARIFIN

(pada Giam)

Giam, kamu kenal Andre Gide? Giam hanya diam menatap Arifin

GIE (nyeletuk sinis)

Tukang becak juga tidak mengenal Chairil ARIFIN

(ke arah Gie, mulai marah)

Kamu tukang becak…!! GIE

(36)

Ya. saya sama dengan tukang becak sebagai manusia…

(hlm. 7-8) Kutipan (3) menggambarkan pengenalan karakter tokoh Gie. Digambarkan karakter tokoh Gie yang masih duduk di bangku SMP sudah mulai berani melawan gurunya dalam mengeluarkan sebuah pendapat.

2.1.2 Tahap Tengah

Tahap tengah sebuah cerita disebut juga dengan tahap pertikaian. Tahap ini menampilkan pertentangan atau peningkatan konflik yang sudah muncul pada tahap sebelumnya. Konflik yang muncul bisa berupa konflik yang terjadi dalam diri tokoh itu sendiri maupun konflik yang terjadi antartokoh utama dengan tokoh tambahan.

(4).EXT.DI DALAM BUS KOTA – SIANG GIE( V.O )

Hari ini adalah hari ketika dendam mulai membatu. Nilai ulanganku 8 tapi oleh guruku dikurangi 3. Aku tidak senang dengan itu.

( hlm. 9) GIE(V.0)

Aku iri karena di kelas hanya menjadi orang ketiga yang terpandai dari ulangan tersebut. Aku yakin aku yang terpandai dibanding seluruh kelas.

(hlm. 11). (5).EXT. SMP PEMBANGUNAN – PAGI

GIE(V.O)

Kalau angkaku ditahan oleh model guru yang tak tahan kritik, aku akan mengadakan koreksi habis-habisan, aku tak mau minta maaf. Memang demikian, kalau dia bukan guru pandai. Tentang karangan saja dia lupa. Guru

yang tak tahan kritik boleh masuk keranjang sampah. Guru bukan Dewa dan selalu benar, dan murid bukan kerbau…

(37)

Kutipan (4), (5), menjelaskan konflik yang terjadi antara Gie dengan orang yang berkuasa di dalam kelasnya, yaitu gurunya. Sikap Gie yang membangkang pada gurunya, membuat nilainya dikurangi. Dia merasa tidak senang dengan sikap gurunya tersebut sebab Gie merasa dialah yang terpandai di kelasnya. Setelah Gie memasuki bangku kuliah, konflik dialaminya dengan orang-orang yang berkuasa berlanjut. Memasuki kuliah, Gie mengalami konflik dengan pemerintahan yang dipimpin Soekarno.

(6). INT. KAMPUS SASTRA RAWAMANGUN, SEBUAH KELAS – MALAM

...

GIE

...sekarang keadaan makin parah. Pergulatan militer dan PKI harus menuju kepada titik-titik penentuan. Apakah titik itu berupaclashatau hanya di dalam, entahlah. Tapi kita berharap bahwa hanya di dalam saja. Sekarang harga-harga makin membumbung, kaum kapitalis makin lahap memakan rakyat. Dalam keadaan inilah seharusnya kaum intelegensia bertindak, berbuat

sesuatu. Tentu saja kita tidak berarti berbuat sesuatu yang konyol. Bidang seorang sarjana adalah berpikir dan mencipta yang baru.

... GIE

Kelompok intelektual terus berdiam dalam keadaan yang mendesak telah melunturkan semua kemanusiaannya. Ketika Hitler telah membuas, maka kelompok ’Inge School’ berkata tidak. Mereka punya keberanian untuk

berkata tidak. Mereka, walaupun masih muda, telah berani menentang pemimpin-pemimpin gang-gang bajingan, rezim Nazi. Bahwa mereka mati,

itu bukan soal... Mereka telah memenuhi panggilan seorang pemikir. Tidak ada indahnya penghukuman mereka, tetapi apa yang lebih puitis selain bicara

tentang kebenaran... GIE

(suara mengeras)

Saya rasa, kita di Indonesia sudah sampai saatnya untuk mengatakan tidak pada Soekarno.

(38)

(7).EXT. HALAMAN ISTANA – SIANG GIE(V.0)

Sukarno mempunyai 3 aspek. Gelar raja-raja Jawa juga sama dengan gelar politik:”kawula ing tanah jawi”, tentara:”Senapati ing ngalaga”, dan agama:”Syekh SabidinNgabdulrachmad”. Presiden Sukarno adalah lanjutan

daripada raja-raja tanah Jawa.

(hlm. 48). (8).INT. RUMAH KELUARGA SOE – MALAM

GIE(V.O)

Karena itu dalam tindakan-tindakannya ia bersikap seperti raja-raja dahulu. Ia beristeri banyak, mendirikan keraton-keraton dan lain-lain.

(hlm. 48). Kutipan (6),(7),(8) menjelaskan awal puncak konflik yang dialami Gie dengan pemerintahan Soekarno. Gie merasa bahwa bangsa Indonesia seharusnya mulai berani untuk melawan Soekarno dan orang-orang yang ada dalam pemerintahan. Gie membenci sikap Soekarno yang beristerikan banyak seperti raja-raja Jawa. Tak hanya masalah yang berkaitan dengan pemerintahan Soekarno saja yang bisa menyebabkan konflik pada diri Gie. Masalah kecil pun bisa menyebabkan pertikaian.

(9).EXT.KAMPUS SASTRA RAWAMANGUN – SIANG

Sebuah forum, mirip persidangan. Herman duduk di tengah bak terdakwa pengadilan. Gie dan beberapa teman berada di antara ketegangan itu dengan dua orang pimpinan GMNI dan HMI. Dua orang itu berhadapan satu dengan yang lain. Sementara sekelompok mahasiswa lain duduk di depannya. DEKAN FSUI dan beberapa dosen tampak ada.

ORANG GMNI

(pada Dekan)

Kami menuntut agar panitia Mapram ini dibubarkan!Bahkan susunan senat ini harus dibubarkan!!

(pada Herman)

jelas sekali ada intrik yang dilakukan senat untuk menyingkirkan GMNI. Sejak awal senat ini terbentuk, kami sudah mengutarakan keberatan kami.

(39)

Herman dan ketua HMI berdiri bersamaan seolah siap menyerang. Gie mencegahnya dan mencoba menetralisir suasana.

GIE

(kepada Dekan)

Pak Dekan, kalau boleh saya bicara... Dekan mengangguk

GIE

Saya ingin tekankan bahwa tidak ada HMI dan GMNI dalam senat ini. Tidak ada Golongan apapun. Individu – individu yang terpilih dalam susunan senat bukanlah wakil ormas-ormas, melainkan individu-individu yang cakap,yang...

PENDUKUNG GMNI Aaah...Cina banyak omong lu!!

Tiba-tiba pendukung GMNI lain menyerang Gie dari belakang. Herman menariknya. Seseorang kemudian memukul Herman. Gie mendorong lalu memukul orang itu. Terjadi perkelahian...suasana jadi kacau...Jaka ada di belakang keramaian itu, ia menarik nafas.

(hlm. 64-65) Kutipan (9), menunjukkan bahwa konflik yang sering terjadi tak jarang menyebabkan adanya pertikaian. Pertikaian tersebut terjadi karena Gie dan kawan-kawannya menginginkan adanya sebuah senat di kampusnya, tetapi kelompok GMNI merasa tidak perlunya ada senat karena mereka merasa senat hanya ingin menyingkirkan GMNI di kampus UI. Perbedaan pendapat itu menyebabkan kericuhan di dalam sebuah ruangan.

(10).INT. RUMAH PENDUDUK DI LERENG MERAPI – MALAM ...

HERMAN

Gie gue lama pengen nanya sama lu... untuk apa sih sebenarnya perlawanan kita ini semua...?

(40)

GIE

Ya... gue jadi ingat teman kecil gue Man, di Kebun Jeruk dulu… dia juga tanya kenapa gue selalu jadi tukang protes, padahal hidup gue lebih baik dari

dia… GIE

Sekarang gini Man, kita punya pemimpin.. kita punya bapak yang kita akui sebagaifounding fathernegeri ini... tapi Man, buat gue itu tidak berarti dia punya kekuasaan absolut untuk menetukan hidup, nasib kita. Apalagi kalau

kita sadar bahwa ada ketidakadilan. Kalau kita hanya menunggu dan menerima nasib, kita tidak akan pernah tau kesempatan apa yang sebenarnya

kita miliki dalam hidup ini. GIE

Man... sederhananya, gue cuma ingin perubahan, supaya kita bisa hidup lebih baik... Satu-satunya cara adalah Soekarno harus jatuh...

(hlm. 66-67) Kutipan (10) menjelaskan konflik yang dialami Gie dengan pemerintahan yang dipimpin oleh Soekarno. Gie merasa perlunya sebuah perubahan dalam negaranya karena Soekarno tidak bisa menjalankan tugasnya sebagai pemimpin negara sehingga ia menginginkan Soekarno turun dari jabatannya. Konflik Gie dengan pemerintahan Soekarno memuncak takkala ia dengan didukung teman-temannya melakukan perlawanan dengan gaya demo yang berbeda.

2.1.3 Tahap Akhir

(41)

(11).EXT. SEBUAH JALAN SEMPIT DI PUSAT KOTA – SIANG

Gie dan kawan-kawan bersepeda, beriring-iringan tiga puluhan sepeda yang agak ramai. Orang-orang mengamati mereka dengan wajah keheranan.

Kita mulai mendengar suara Ira yang menyanyikan lagu-lagu rakyat dengan keras.

IRA

kami menilai Dorna itu, Dorna itu haji peking, kami menilai Dorna itu, Dorna itu plintat-plintut.

(hlm.83) (12).EXT.DEKAT SALEMBA – SIANG

Gie dan kawan – kawan melewati kelompok besar mahasiswa yang berdemonstrasi dan duduk – duduk di depan kampus Salemba. Mereka kembali menjadi perhatian. Seoarang pria muncul di antara keramaian mengamati kelompok Gie, berbagi senyum dengan teman di sebelahnya. Ia adalah DJIN dewasa.

Suara Ira yang disambut oleh teman-temannya terus berlanjut. IRA

Kami menilai Dorna itu, Dorna itu bagai lalat. Kami menilai Dorna itu, Dorna itu antek gestapu. Hai, dor jing tet tet...

GIE(V.O)

Dengan dukungan dari beberapa mahasiswa yang juga tidak mau punya haluan, kami membuat gebrakan kecil, dengan humor, nyanyian spontan

penuh tawa...

(hlm. 83) (13). EXT. DI DEPAN KANTOR KEMENTERIAN MINYAK DAN GAS BUMI – SIANG

Di depan kantor menteri minyak dan gas bumi, Roeli sedang berorasi. Gie tampak mnegamati kelompok teman-teman. Jumlah mahasiswa tampak sedikit lebih besar. Teriakkan Roeli disambut dengan sahutan balik teman-teman mahasiswa.

ROELI

(teriak keras)

Siap yang gemuk dan pengecut?... Siapa yang kerjanya makan dan lupa pada yang kurus dan lapar?... Siapa yang suka dansa dan main perempuna?...

(42)

(14).INT. RUANGAN MENTERI URUSAN BANK SENTRAL – SIANG Gie, Roeli, Yossy, dan Herman, berjalan memasuki kantor kementerian. Bersama beberapa mahasiswa lain ia duduk berhadapan dengan Menteri dan wakilnya. Gie bicara intens. Menteri dan beberapa staf tenggelam dalam serangan kata-kata Gie yang tajam.

GIE

Kami hanya meminta Bapak menandatangani ini... Menteri itu mengamati surat yang diberikan Gie,

MENTERI Oh tidak mungkin ini.

GIE

(memotong)

Mungkin saja. Ini sederhana. Kami menuntut harga-harga segera diturunkan. Bapak tandatangani lalu bapak serahkan ke Bapak Presiden bahwa ini

keinginan kami. Salah satu ajudan menyela,

AJUDAN Anda KAMI?

(hlm. 84-85). Kutipan (11),(12),(13),(14), menjelaskan konflik yang semakin memuncak antara Gie dan kelompoknya dengan pemerintahan Soekarno. Gie dan kawan-kawannya mulai turun ke jalan untuk melakukan perlawanan terhadap pejabat pemerintah, termasuk Soekarno. Dengan gaya yang berbeda dalam melakukan orasi, Gie dan para mahasiswa lainnya menyanyi dengan teriakan keras yang mengkritik pemerintahan. Tak hanya dengan berorasi saja Gie melakukan perlawanannya, tapi juga melalui tulisan yang mengkritik pemerintahan.

(43)

Di dalam rumah. Seorang pria 50-an tahun keturunan Cina, SURYA WINATA, duduk di sebuah meja makan membaca koran. Tampak judul tulisan itu “Politikus dan Kedjantanan oleh Soe Hok Gie”.

(hlm. 95-96) Kutipan (15) menjelaskan bahwa tak hanya berorasi saja Gie melakukan perlawananya. Lewat tulisannya Gie mengkritik pejabat pemerintahan yang sudah tidak berjuang lagi demi nama rakyatnya.

Seiring dengan berjalannya waktu, perlawanan yang ia lakukan membawa ketakutan dalam dirinya sendiri. Gie mengalami konflik dengan dirinya sendiri. Ia merasa ada beberapa orang yang selalu megikutinya. Gie merasa beberapa orang yang mengikutinya itu mengancam nyawanya. Dalam ketakutanya itulah Gie menemui Soenarto untuk menanyakan tentang apa yang terjadi pada dirinya.

(16).EXT. DI DALAM BUS KOTA – FAJAR ....

Dua orang berbadan tegap naik dengan pakaian gelap naik. Orang itu berjalan pelan sekali, dua-duanya melihat ke Gie, Gie menegakkan duduknya. Orang itu duduk di belakangnya.

Gie yang gelisah berusaha tenang.

(hlm. 122) (17).EXT. DEKAT LAPANGAN BANTENNG – MALAM

Gie berjalan di tepian jalan, baru akan menyeberang ketika sebuah mobil berwarna gelap, dengan lampu yang sangat terang mendekatinya dengan cepat. Dalam hitungan detik Gie melompat mundur, saat mobil itu menjauh ia melihat segumpal kertas tak jauh darinya. Ia membuka kertas itu.

(hlm. 122) (18).INT. SEBUAH RUMAH DI SEKITAR SENAYAN – MALAM

Gie dan Soenarto duduk berhadapan, mereka saling diam, saling tatap.

Gie menunjuk kertas yang kini terletak di meja, tak lain adalah tulisan Gie di

(44)

GIE

Narto aku diikuti orang, aku diteror. Dari dulu kau selalutau apa pun tentang aku. Narto kau tau apa tentang ini?

(hlm. 122-123) Dari kutipan (16), (17), (18) terlihat konflik batin yang dialami oleh Gie makin meningkat dengan adanya beberapa orang yang mengikutinya. Konflik yang dialami Gie semakin memuncak saat orang-orang yang dulu mencintainya dan mendukungnya mulai pergi. Ini terlihat ketika gadis yang ia cintai memutuskan untuk pergi dari kehidupannya.

(19).INT.RESTORAN DI MEGARIA – MALAM

Gie dan Sinta makan bakmi, dua botol Coca Cola. Gie melihat ke arah Sinta yan terus melihat keluar. Sesaat kemudian Sinta menatap ke arah Gie, menarik nafas.

GIE

‘Ta, kamu kenapa...?

Sinta hanya menggelengkan kepala. Pelan sekali Sinta menunduk. Matanya berkaca-kaca. Air mata itu jatuh juga. Sinta menyenderkan kepalanya di pundak Gie. Gie menahan emosinya.

SINTA

(berbisik)

Maafkan aku Gie...maaf Gie...

(hlm. 126-127) Kutipan (19) menunjukkan sikap Sinta yang tidak sanggup lagi untuk menjalin hubungan dengan Gie. Sinta yang sudah tidak tahan dengan hubungannya bersama Gie memutuskan untuk meninggalkan Gie. Gie benar-benar mengalami konflik yang sangat berat. Ditambah lagi, ia tidak boleh menemui Ira, satu-satunya sahabat perempuan dalam hidupnya yang selalu mendukungnya.

(45)

Gie mengetuk pintu, setelah beberapa kali akhirnya pintu dibuka. Tante Fatima membuka pintu lalu sedikit menahannya.

GIE Ira ada tante??

Tante Fatima diam sebentar, mengatur nafasnya sebentar... TANTE FATIMA

Ira sedang istirahat dan tidak bisa diganggu.

Gie hanya diam. Tante Fatima menggerakkan daun pintu sedikit lebih rapat supaya Gie tidak dapat melihat ke dalam rumah. Wajah Tante Fatima seolah bertanya ”mau apa lagi?“

(hlm. 138) (21).EXT.RUMAH IRA – SENJA

Berjalan keluar pagar, lalu berhenti di depan rumah Ira, tiba-tiba ia tersenyum lalu mulai tertawa sendiri. Tertawa hingga tergelak...matanya mulai basah... Gie kembali berjalan.

(hlm. 138) Dari kutipan (20), (21) terlihat Gie yang tidak boleh lagi mendekati Ira mulai merasakan kesepian. Ia hanya bisa menahan tangis dalam tertawanya. Konflik yang dialami Gie mulai mereda tatkala ia bertemu kembali dengan sahabatnya Herman yang datang dari Irian.

(22).INT.KAMPUS SASTRA RAWAMANGUN – SIANG

Gie duduk sendiri di ruang dosen Fakultas Sastra. Ia sedang merapihkan beberapa dokumen. Seorang dosen lain baru saja keluar ruangan, membanting pintu dengan keras. Gie melongos nafas. Beberapa saat kemudian, terdengar pintu terbuka pelan, Herman Lantang diam-diam masuk ke ruangan itu.

HERMAN

Doktorandus Soe Hok Gie.

(46)

Hah? Herman...!!!Kapan datang..?? HERMAN

Haha.. sebenarnya minggu lalu tapi gue harus urus banyak sekali barang yang gue bawa.

Gie dan Herman berpelukan, Gie tampak bahagia sekali.

(hlm. 134) Kutipan (22) menjelaskan konflik yang dialami Gie sendiri mulai mereda setelah Herman kembali ke Jakarta. Gie begitu bahagia saat temannya ini kembali lagi setelah beberapa tahun tidak pernah bertemu. Konflik yang dialami Gie mulai menurun ketika Gie bersama teman-temannya pergi naik gunung dan dalam kebahagiannya naik gunung Gie mengalami halusinasi bertemu kembali dengan teman kecilnya Han.

(23).EXT.GIE MENUJU PANGRANGO/MONTAGE– SENJA – MALAM Gie berdiri di tepi jalan menuju Bandung. Beberapa mobil terus melintas. ...

Sebuah pick up akhirnya berhenti, Gie melompat naik. Di atas bak pick up itu Gie melamun lurus ke depan.

Turun di tepi sebuah jalan di Cipanas, menyeberangi jalan itu. Gelap malam. Gie kembali menghentikan mobil, sebuah truk mini berhenti, sekelompok pekerja tani membantunya naik.

Gie berjalan mendaki cepat sekali, ia menyusul serombongan anak-anak muda pendaki gunung. Terus mendaki, melewati beberapa kelompok lain yang berjalan pelan.

(hlm. 139) (24).EXT.LEMBAH MANDALAWANGI – SENJA

(47)

Gie berjalan sendiri di lembah Mandalawangi, ia mengeluarkan buku catatan dari dalam tasnya. Gie menulis dalam gelap, Gie menggigil, dingin menembus baju tipisnya.

Gie diam sendiri, ketika tiba – tiba ia menoleh ke belakang. Ia merasa ada seseorang mendekat namun tidak tampak di belakangnya. Kembali ia melihat lurus ke depan.

Tiba – tiba seorang melompatinya dari belakang. Gie terguling jatuh ke depan, ia terkejut bukan main. Namun kemudian tertawa ketika sadar adalah TJIN HAN yang tiba – tiba muncul di hadapannya.

Kedua teman itu tertawa, berpelukan, saling tunjuk. Gie tampak bahagia luar biasa melihat Han. Mereka lalu bergulingan di bukit itu... saat kembali berdiri, mereka menjadi Gie dan Han kecil.

Sesuatu menarik perhatian mereka, mereka melangkah mendekat...

(hlm. 139 – 140) (25).EXT. PANTAI BERPASIR KELABU – SENJA

Gie dan Han kecil berada di sebuah pantai berpasir gelap yang luas. Han tampak gembira berlari menuju pantai. Gie menyusul sahabatnya itu. Mereka menabrak ombak. Di satu sapuan ombak mereka berdua terjatuh. Gie menertawakan Han yang terbatuk – batuk menelan air laut.

Mereka berlarian basah kuyup di pantai kelabu itu… Matahari menyusul naik. Gie dewasa muncul kembali, ia tertawa bahagia melihat mereka.

(hlm. 149) Kisah ini berakhir dengan kabar kematian Gie yang diterima oleh orang– orang dari surat kabar.

(26).INT.JAKARTA DAN SEKITARNYA / MONTAGE – SIANG Jakarta yang murug, hujan telah selesai turun namun hari masih mendung. DI SEKITAR GAJAH MADA. Seorang anak berusia 16-an tahun menghampiri sebuah warung, membeli koran. Hujan mulai turun rintik – rintik ketika ia berjalan di tengah keramaian, ia kemudian berhenti melihat

(48)

DI SEBUAH WARUNG BAKMI. Dua orang tua keturunan Cina dengat sangat intens berbagi baca sebuah koran. Lalu meletakkannnya di atas meja tampak headline ” Musibah Pecinta Alam UI di Semeru“. Keduanya memandang kosong ke depan.

DI SEBUAH PEREMPATAN. Pejabat pensiunan melamun melihat keluar jendela mobilnya, tangan kanannya masih memegang sebuah surat kabar. DI FAKULTAS SASTRA RAWAMANGUN. Beberapa kelompok mahasiswa membaca koran, mereka lalu tampak menunduk. Mereka kembali melihat koran itu seolah tak percaya apa yang dibacanya.

(hlm. 143 – 144) Berdasarkan analisis tahapan alur di atas dapat disimpulkan bahwa alur dalam naskah skenario Gie adalah alur lurus atau linier. Sebab pada plot ini fokus permasalahannya terletak pada diri Gie yang mengalami konflik dengan orang lain maupun dengan dirinya sendiri.

2.2 Tokoh

Skenario film mengenal istilah tokoh dengan karakter. Tokoh utama naskah skenario Gie diwakili dengan karakter protagonis dan tokoh tambahan meliputi karakter sidekick, dan antagonis. Dalam skenario karakter dituangkan dalam dialog-dialog antartokoh. Skripsi ini, akan mendeskripsikan tokoh dengan pengkarakterisasian tokoh utama dan tokoh tambahan.

2.2.1 Tokoh Utama

(49)

remajanya Gie begitu yakin bahwa ia termasuk anak yang paling pandai dibandingkan dengan teman-temannya. Dalam cerita ini Gie adalah tokoh dengan karakter protagonis karena ia menjadi inti cerita.

(27).EXT. DI DALAM BUS KOTA - SIANG GIE (V.O)

Hari ini adalah hari ketika dendam mulai membatu. Nilai ulanganku 8 tapi oleh guruku dikurangi 3. Aku tidak senang dengan hal itu.

(hlm.9).

(28).INT. RUMAH KELUARGA SOE - PETANG GIE (V.O)

Aku iri karena di kelas hanya menjadi orang ketiga yang terpandai dari ulangan tersebut. Aku yakin aku aku yang terpandai dibanding seluruh kelas.

(hlm.10). (29). INT. RUMAH KELUARGA SOE – SIANG

Gie marah, ia hampir menangis,

GIE

Nggak bisa Ma, aku gak terima, aku yakin nilaiku baik, aku lebih pintar dari banyak anak-anak lain. Ini pasti karena guru-guru dendam sama aku.

NIO

Sudahlah Gie, kamu mengulang saja. Menurut pak Tjan kamu masih bisa mengulang, belum rugi umur. Terus jadi anak yang lebih nurut.

GIE

Gak bisa... Sekarang gini, Mama percaya gak aku bisa, aku pintar, aku banyak membaca... Mama percaya gak?

(50)

(30). INT. SMP STRADA – SIANG

...BEBERAPA WAKTU KEMUDIAN. Gie berdebat intens dengan guru Arifin, yang berusaha tenang dan berjalan pelan mondar-mandir di depan kelas.

GIE

Bukankah ada perbedaan antara pengarang dengan penerjemah? ARIFIN

Tapi dia bisa dikatakan pengarang karena sang pengarang asli tidak dikenal di sini. Jadi dapatlah dikatakan Chairil sebagai pengarangPulanglah Dia si Anak

Hilang

GIE

(mulai ngotot, memotong Arifin)

Tidak bisa. Tetap saja kita katakan kalau dia penerjemah bukan pengarang. Dan Andre Gide, pengarang aslinya, dikenal di sini…, semua anak SMA tentu

mengenal.

(hlm. 8). (31). INT. KELAS DI KANISIUS – SIANG

Sebuah diskusi di kelas sejarah, tampak tertib. Seorang GURU SEJARAH (berpakaian seorang frater) berdiri di depan kelas.

GURU

Jadi menurutmu Demokrasi Terpimpin sebenarnya sama sekali tidak demokratis, Soe?

GIE

Jelas...lihat apa yang terjadi dengan pers hari hari ini,Indonesia Raya,atau

Harian Rakyat.Saya bukan simpatisan komunis tapi apa yang terjadi terhadap

Harian Rakyatadalah contoh pelanggaran terhadap demokrasi Pak... Gie diam sebentar, Guru seperti menanti, dan Gie melanjutkan,

GIE

Kita seolah-olah merayakan demokrasi, tetapi memotong lidah seseorang kalau berani menyatakan pendapat yang merugikan pemerintah. Mereka yang

berani menyerang koruptor lalu ditahan... Menurut saya, itu adalah tanda-tanda kediktatoran...

(51)

Gie bukanlah orang yang bisa terpengaruh dengan keadaan di sekitarnya. Di saat orang-orang keturunan Cina, termasuk saudaranya mengurus penggantian nama Cinanya dengan nama yang berbau Indonesia, Gie tidak lantas ikut mengganti namanya. Dia tetap memakai nama Cinanya.

(32).INT. RUMAH SOE HOK DJIN - SIANG

Rumah Djin adalah sebuah paviliun sederhana. Djin dan Gie melangkah pelan keluar dari rumah lalu duduk di pagar teras. Djin menghadap ke dalam rumah, Gie menghadap keluar. Seorang wanita manis keluar dari rumah, ia adalah LEILA, Istri Djin.

...

GIE

Hmm Djin, aku dengar kamu mengurus penggantian nama, Djin diam sebentar

GIE

Apa nama barumu? LEILA (O.S)

(dari dalam rumah)

Arief Budiman GIE

(mengangguk seakan setuju)

Wow... LEILA(O.S)

Gie..., kamu?, GIE kenapa?

LEILA

Kamu nggak mengganti nama? GIE

(52)

Gie mengambil sepotong mangga, mengunyahnya lalu menggeleng tersenyum pada Arief dan Leila.

(hlm 124-125). Gie merupakan sosok tokoh yang cepat merasa kasihan atau iba terhadap orang lain, sekalipun orang itu ia benci. Ia tidak tega melihat kondisi orang-orang yang ada di sekitarnya begitu memprihatinkan. Hatinya cepat tersentuh bila melihat orang lain menderita.

(33).EXT. PEMUKIMAN KUMUH RUMAH ARIFIN- SIANG

Mereka sampai di sebuah perumahan kumuh di tepi sungai. Arifin tiba di rumah, disambut oleh seorang istri yang tersenyum riang, dan tiga anak kecil yang kurus tak berbaju.

Gie mengamati kejadian itu dari jauh, Han mengambil lagi sebongkah batu. Namun wajah Gie berubah, ia mengajak Han menjauh.

(hlm.16). (34).INT. RUMAH KELUARGA SOE – MALAM

Hujan terdengar turun di luar. Pintu rumah itu tertutup rapat, diketuk keras. Setelah beberapa saat, seseorang mendekati pintu itu. Soe Hok Gie membuka pintu.

GIE

(tampak heran)

Tjin Han?

Anak itu sebaya Gie, bernama TJIN HAN. Tubuhnya basah kuyup. Ia hanya bengong melihat ke Gie.

BEBERAPA SAAT KEMUDIAN. Gie melap rambut Tjin Han, dengan diperhatikan oleh seluruh anggota keluarganya. Mereka semua mengamati memar membiru di kepala Tjin Han. SOE LIE PIET, ayah Gie, melongos nafas lalu berjalan meninggalkan mereka. Salah satu kakak perempuan Gie, DIEN, berkata,

DIEN

(53)

GIE

(tegas)

Lu tinggal di sini. Lu tidur di situ, tempat gue!

Lalu maju seorang anak lelaki yang sedikit lebih besar dari Gie, kakaknya yang bernama SOE HOK DJIN

DJIN

Gie, lu dengerin omongan Dien! Lu anterin si Han balik ke rumahnya... Ini bukan urusan lu, Gie... bukan urusan kita...

GIE

Kalo dia pulang, dia bisa dihajar habis-habisan... Lu tega??

(hlm. 4-5). (35). EXT. HALTE DI DEKAT ISTANA – SIANG

Gie tertarik dengan sesuatu di luar jendela bus. Tampak seorang pria bertelanjang dada, kurus dan kotor, mengaduk-aduk sebuah wadah sampah. Gie mengamatinya. Pria itu menemukan sesuatu, kulit mangga dengan sedikit sisa-sisa daging mangga, Gie tampak meringis. Lalu pria itu memakan kulit mangganya sekaligus, ia tampak betul-betul lapar.

....

Gie kembali melihat ke pria pemakan kulit mangga. Buru-buru ia turun dari bus dan mendekati pria itu sambil merogoh kantung celananya.

Saat itu pula arus mulai bergerak, Gie kembali berlari mengejar bus, saat bus berjalan menjauh. Gie kembali melihat pria itu dari kejauhan, ia melihat recehan uang di tangannya, lalu melihat ke arah bus yang ditumpangi Gie.

(hlm. 22-23 ).

(54)

ia dapat dari sang ayah, yang juga seorang penulis terkenal pada zamannya. Kegemaran Gie yang satu ini, membuat tulisannya dipasang di papan pengumuman bahkan diterbitkan di media.

(36).INT. PERPUSTAKAAN MUSEUM – SIANG

Gie mengembalikan buku di perpustakaan, sebuah biografi Gandhi. Ia lalu menerima buku sebuah biografi TAGORE

Gie mencatat banyak hal dari buku-buku yang dibacanya. Gie duduk membaca di perpustakaan....

(hlm. 17). (37). EXT. KORIDOR SEKOLAH KANISIUS – BEBERAPA WAKTU KEMUDIAN

Gie berjalan membawa selembar kertas mencari-cari sebuah ruangan.

POV: Tulisan Gie ditempel bersebelahan dengan tulisan Djin. KENAPA MOCHTAR LUBIS DI PENJARA? Djin berdiri di situ membaca tulisan Gie, sempat ia menengok ke arah Gie yang mengamatinya di ujung koridor.

(hlm. 21). (38).INT. RUMAH KELUARGA SOE – SIANG

Gie di rumah, menulis catatan hariannya. Seekor anjing bersandar di kakinya. Gie mengambilsebuah buku, ia lallu membaca. Buku itu berjudul On Religion, by Marx/Engels....

(hlm. 45). (39).INT. PUSAT SEJARAH ABRI – SIANG

.... Tampak dua orang berusia 50an tahun, berseragam militer. Salah satu dari mereka mendorong selebaran Mahasiswa Indonesia yang terletak di atas meja, pada seseorang yang hadapannya. Soenarto mengambil koran itu mengambil koran itu membacanya cepat.

(55)

termasuk pemuda yang menyukai tantangan karena dibanding pergi ke pantai, Gie lebih memilih pergi ke gunung. Hampir semua gunung yang ada di Jawa sudah pernah ia daki.

(40).EXT.MONTAGE PERJALANAN NAIK GUNUNG – SIANG

Mereka di pinggir jalan menghentikan truk. Mereka di atas sebuah truk mini. Gie tersenyum pada Han yang tampak khawatir.

HAN

Gie, kita ke gunung atau ke pantai? GIE

Han, ke Gununglah..., ke pantai gampang...

(hlm. 18). (41).INT. KANTOR SINAR HARAPAN – SIANG

Duduk di belakang meja kerja yang sederhan. Aris membaca manuskrip tulisan Gie...

ARIS

Trus kapan kita pergi lagi..., lebih bener kita naik gunung lah... GIE

Semeru... kau mau...?? ARIS

Semeru? GIE

Ya. 3600 meter. Tertinggi di Jawa. Merapi kita sudah, Salak sudah, ya tinggal Semeru kan?

Aris terlihat senang,

ARIS

Boleh, boleh, kau kumpulkan lah anak-anak, kita bikin rencana…. (hlm. 117). (42).INT. KAMPUS SASTRA RAWAMANGUN – SIANG

....

GIE

(56)

HERMAN

(kaget)

Hah, Semeru??Gila lu... GIE

Hampir semua gunung di Jawa udah kita naikin, Man... tinggal Semeru.. (hlm. 135). Awal mulanya, Gie adalah pengagum Soekarno. Ia menganggap Soekarno sebagai founding father Indonesia. Namun, seiring perkembangan waktu Gie membenci sikap yang dilakukan oleh Soekarno. Bahkan Gie cenderung tidak menyukai politik yang dijalankan Soekarno pada pemerintahan ini.

(43).INT. KAMPUS SASTRA RAWAMANGUN, SEBUAH KELAS – MALAM

...

GIE

(suara mengeras)

Saya rasa, kita di Indonesia sudah sampai saatnya untuk mengatakan tidak pada Soekarno.

(hlm28). (44).EXT. HALAMAN ISTANA – SIANG

GIE(V.0)

Sukarno mempunyai 3 aspek. Gelar raja-raja Jawa juga sama dengan gelar politik:”kawula ing tanah jawi”, tentara:”Senapati ing ngalaga”, dan agama:”Syekh SabidinNgabdulrachmad”. Presiden Sukarno adlah lanjutan

daripada raja-raja tanah Jawa.

(hlm. 48). (45).INT. RUMAH KELUARGA SOE – MALAM

GIE(V.O)

Karena itu dalam tindakan-tindakannya ia bersikap seperti raja-raja dahulu. Ia beristeri banyak, medirikan keraton-keraton dan lain-lain.

(hlm. 48). (46).EXT.SEBUAH DAERAH PEMUKIMAN – MALAM

(57)

Bagiku sendiri politik adalah barang yang paling kotor, lumpur-lumpur yang kotor...

(hlm. 53). Gie merupakan mahasiswa yang aktif dalam mengikuti demo melawan pemerintahannya. Tetapi ia kurang setuju dengan gaya demo demo para mahasiswa yang main gebrak rame-rame. Bersama kelompoknya Gie membuat gebrakan dalam melakukan orasinya terhadap pemerintahan.

(47).INT.KAMPUS SASTRA RAWAMANGUN – MALAM

Gie memasuki ruangan auditorium, diikuti oleh Herman, Ira, Roeli, dan Yossy. Gie menarik kursi auditorium yang kosong itu.

GIE

Bukannya gue ragu sama apa pun... gue gak suka sama gaya gebrak rame-rame orang-orang itu. Jangan salah sangka dulu, gue Cuma merasa kalau kita

tidak boleh atau lebih tepatnya boleh tidak mewakili organisasi siapa-siapa... iya kan? Gue sepakat dengan misi gerakan ini. Ini gerakan bersama kita, tapi...

gue gak merasa jadi bagian dari kelompok mereka... ...

IRA

Gie, gue setuju..., kita bisa bikin gaya sendiri... cara kita sendiri... HERMAN

Gue juga setuju!

(hlm. 82).

(48).EXT. SEBUAH JALAN SEMPIT DI PUSAT KOTA – SIANG

Gie dan kawan-kawan bersepeda, beriring-iringan tiga puluhan sepeda yang agak ramai. Orang-orang mengamati mereka dengan wajah keheranan.

(hlm. 83). (49).EXT. DEKAT SALEMBA

Gie dan kawan-kawan melewati kelompok besar mahasiswa yang berdemonstrasi dan duduk-duduk di depan kampus Salemba. Mereka kembali menjadi perhatian. Seorang pria muncul di antara keramaian mengamati kelompok Gie, berbagi senyum dengan teman di sebelahnya.

...

(58)

Dengan dukungan dari beberapa mahasiswa yang juga tidak mau punya haluan, kami membuat gebrakan kecil, dengan humor, nyanyian spontan

penuh tawa...

(hlm. 83). Sebagai pemuda yang mempunyai darah keturunan Cina tidaklah membuat Gie tidak meyukai seni tradisional Indonesia justru ia begitu menyukai dan menikamati budaya Indonesia. Bersama sahabat-sahabatnya, dia sering meluangkan waktu untuk menonton pertunjukan kesenian tradisional.

(50).EXT. DI SEKITAR TIM – MALAM

Gie, Ira, Herman, dan teman-teman menonton sebuah pertunjukkan Lenong, mereka tertawa-tawa.

(hlm.34). (51).INT. SEBUAH PERTUNJUKAN WAYANG BALI – MALAM

Pertunjukan wayang kulit Bali, di sebuah ruangan terbuka di TIM. Gie datang terlambat dan melihat berkeliling mencari teman-temannya. Ira melambaikan tangan padanya.

(hlm.111). Di kalangan para mahasiswa UI sosok Gie tidaklah asing bagi mereka. Gie sering diundang dalam sebuah diskusi untuk menjadi pembicara baik dalam sebuah forum maupun dalam sebuah siaran di radio. Dalam diskusi-diskusi yang dilakukannya bersama para mahasiswa, para dosen maupun para aktivis, dia selalu mengkritik pemerintahan yang dipimpin Soekarno.

(52).INT. KAMPUS SASTRA RAWAMANGUN, SEBUAH KELAS – MALAM

(59)

Sekitar 25 orang, terdiri dari mahasiswa dan dosen, berkumpul. Tampak pula Herman, Ira dan Denny. Gie sedang menjadi pembicara. Walau tidak keras, suaranya terdengar jelas dan antusias.

GIE

... sekarang keadaan makin parah. Pergulatan Militer dan PKI harus menuju kepada titik-titik pergulatan. Apakah titik itu berupaclashatau hanya di dalam, entahlah. Tapi kita berharap bahwa hanya di dalam saja. Sekarang harga-harga makin membubung, kaum kapitalis makin lahap memakan rakyat.

Dalam keadaan inilah seharusnya kaum inteligensia bertindak, berbuat sesuatu. Tentu saja tidak berbuat sesuatu yang konyol. Bidang seorang sarjana

adalah berpikir dan mencipta yang baru.

Mereka harus bisa bebas di segala arus-arus masyarakat yang kacau. Tetapi mereka tidak bisa terlepas dari fungsi sosialnya, ialah bertindak demi

tanggung jawab sosialnya bila keadaan telahh mendesak...

Herman, Denny, Ira, Jaka dan seluruh mata di ruang diskusi memandang Gie dengan kekaguman...

GIE

Kelompok intelektual yang terus berdiam dalam keadaan yang mendesak telah melunturkan semua kemanusiannya. Ketika Hitler telah membuas, maka kelompok ’Inge School’ berkata tidak. Mereka punya keberaniaan untuk berkata tidak. Meraka walaupun masih muda, telah berani menentang pemimpin-pemimpin gang-gang bajingan, rezim Nazi. Bahwa mereka mati,

itu bukan soal... Mereka telah memenuhi panggilan seorang pemikir. Tidak ada indahnya penghukuman mereka, tetapi apa yang lebih puitis selain bicara

tentang kebenaran. ...

GIE

(suara mengeras)

Saya rasa, kita di Indonesia sudah sampai saatnya untuk mengatakan tidak pada Soekarno.

Gie mencoba mengontrol suaranya. GIE

Memang Soekarno bukanlah Hitler, bahkan dia adalah orang yang begitu tragis dan harus dikasihani. Tetapi orang-orang di sekitarnya, baik militer

maupun sipil, adalah bajingan-bajingan...

(hlm.28). (53).INT. PUSAT SEJARAH ABRI – SIANG

(60)

PENYIAR (O.S)

Hok Gie, kalau menurut anda ke mana lagi kita akan dibawa, ka mana lagi pemerintahan ini akan berjalan.

GIE (O.S)

Terus terang saya khawatir sekali. Ini pernah diramalkan oleh seorang teman. Dominasi militer akan semakin kuat, karena militer adalah pahlawan baru.

Kini mereka berkuasa dan kekuasaan kembali menjadi setir... Saya juga melihat bahwa ormas Islam akan kembali muncul dan memegang kendali,

sementara parlemen hari ini diisi oleh orang-orang yang membawa kepentingan politik penguasa. Tidak mungkin mengawasi jalannya kekuasaan.

(hlm.119-120). Gie merupakan sosok pemuda yang peduli akan keselamatan orang lain, terutama sahabat kecilnya. Ketika ia bertemu kembali dengan teman lamanya, Gie seolah tidak percaya bahwa teman kecilnya bergabung dalam sebuah organisasi. Dia begitu mencemaskan keadaan temannya tersebut karena organisasi tersebut merupakan organisasi yang terlarang di Indonesia. Kepedulian Gie terhadap teman kecilnya itu membuat ia terus mencari informasi tentang keberadaan temannya kepada seorang kolonel.

(54).EXT. SEBUAH WARUNG DI DEKAT PABRIK – SIANG

Gie duduk di warung tepi jalan itu, sementara pandangannya melihat ke arah Han yang sedang sangat serius bicara dengan beberapa pemuda lain. Gie lalu menatap ke arah tumpukan bendera partai komunsi yang kini terduduk di salah satu kursi di dekatnya. Han datang mendekat dan dengan bersemangat meminum teh manis yang tampak di atas meja.

HAN

Gie, dengar gue sebentar…lu mestinya inget dan ngerti kenapa gue pengen hidup gue berubah, kenapa gue pengen hidup gue layak. Dan seperti lu, gue

juga merasa punya tugas untuk memastikan rakyat kita yang miskin hidup layak. Ini akan tercapai, Gie…

(61)

Dan lu Gie...lu mustinya tau itu... GIE

( memelan )

Tolong dengar omongan gue, tolong…Keluar dari organisasi. Percaya sama gue Han…

(hlm. 49-51). (55).INT. RUMAH TJIN HAN DI ROXI – MALAM

Poster Soekarno tergantung di dinding dalam kegelapan. Hanya ada celah cahaya sedikit dari luar. Pintu diketuk perlahan. Seseorang berjalan cepat berkelabat. Ia mengintip dari celah jendela. Pintu itu dibuka pelan. Gie masuk…

GIE

Lu ikut gue Han, elu ikut gue sekarang, lu sembunyi di rumah teman gue… (hlm. 74). (56).INT. MARKAS ANGKATAN DARAT – SIANG

Sebuah koridor panjang dengan banyak pintu. Gie mengetuk salah satunya. Kolonel Wjono membuka pintu, sebentar melihat kanan kiri, lalu mempersilahkan Gie masuk.

Wijono memberi sebuah dokumen bersi foto-foto. Gie mengamati beberapa foto, foto-foto eksekusi orang-orang PKI di berbagai daerah. Beberapa kali ia menggelengkan kepalanya.

(hlm.112). (57).INT. MARKAS ANGKATAN DARAT – SIANG

Wijono mengeluarkan sebuah buku besar yang berisi daftar nama-nama orang. Tangannya mengikuti deretan nama yang terketik itu hingga sampai pada abjad T, Tan Tjin Han. Mata Gie berhenti pada nama itu, wajah Gie memucat.

(62)

dalam mengkritik pemerintahan Soekarno. Mereka takut dengan apa yang ditulis oleh Gie. Mereka yang dulu mendukung hubungan anak mereka dengan Gie menjadi tidak menyetujui hubungan tersebut. Bahkan seorang gadis yang pernah dekat dengan Gie memilih untuk meninggalkannya.

(58).INT. RUMAH SINTA – SIANG

Di dalam rumah. Seorang pria 50an tahun keturunan Cina, SURYA WINATA, duduk di sebuah meja makan membaca koran. Tampak judul tulisan itu “Politikus dan Kedjantanan oleh Soe Hok Gie”.

…. Surya melipat koran, mengangguk sebentar lalu mengangkat cangkir kopi. SURYA

Berani... tajam...

(pelan)

Anak hebat.

(hlm. 95-96). (59).EXT. SEKITAR GAJAH MADA – SIANG

Gie berhenti di tempat dimana ia biasa membeli surat kabar. Saat ia membayar, seorang ANAK REMAJA berseragam sekolah mendekatinya.

ANAK ITU Hok Gie ya?

Gie tersenyum melihat anak itu, GIE

Ya..., ANAK ITU

Saya suka baca tulisan anda....

(hlm. 107). (60).INT. PUSAT SEJARAH ABRI – SIANG

.... Tampak dua orang berusia 50an tahun, berseragam militer. Salah satu dari mereka mendorong selebaran Mahasiswa Indonesia yang terletak di atas meja, pada seseorang yang hadapannya. Soenarto mengambil koran itu mengambil koran itu membacanya cepat.

(63)

To, kamu bisa tidak mengontrol orang ini? Soenarto meletakkan koran itu.

SOENARTO

Begini, dia orang bebas. Aku bisa bicara dengan dia, tapi mengontrol dia...,

MILITER II

Tapi dia bekerja untukmu Narto, SOENARTO

Pernah bekerja bersama saya, tapi seperti saya bilang dia orang bebas...

MILTER II

Oke, kalau begitu kita bisa berbuat bebas padanya? Soenarto menatap tajam kedua orang itu, wajahnya berubah tegang.

MILITER I

Bagaimana Narto? Kami atau kau...

(hlm. 120-121). (61).EXT. KAMPUS SASTRA RAWAMANGUN – SIANG

Gie berjalan di selasar kampus. Ia melihat wajah-wajah yang berjalan berlawanan arah dengannya. Banyak yang acuh, ada yang sinis. Sekelompok mahasiswa duduk di selasar membaca koran yang memuat tulisan Gie, melirik sinis ketika Gie melintas.

(hlm. 134). (62).INT.KAMPUS SASTRA RAWAMANGUN – SIANG

Gie duduk sendiri di ruang dosen Fakultas Sastra. Ia sedang merapihkan beberapa dokumen. Seorang dosen lain baru saja keluar ruangan, membanting pintu dengan keras.

(hlm. 143).

(63).INT. RESTORAN DI MEGARIA – MALAM

(64)

Sinta hanya menggelengkan kepala. Pelan sekali Sinta menunduk. Matanya berkaca-kaca. Air matanya itu jatuh juga. Sinta menyenderkan kepalanya di pundak Gie. Gie menahan emosinya.

SINTA

(berbisik)

Maafkan aku Gie... maaf Gie...

(hlm. 126-127). (64).INT. RUMAH IRA – SENJA

Gie mengetuk pintu, setelah beberapa kali akhirnya pintu dibuka. Tante Fatima membuka pintu lalu sedikit menahannya.

GIE Ira ada tante??

Tante Fatima diam sebentar, mengatur nafasnya sebentar... TANTE FATIMA

Ira sedang istirahat dan tidak bisa diganggu.

Gie hanya diam. Tante Fatima menggerakkan daun pintu sedikit lebih rapt supaya Gie tidak dapat melihat ke dalam rumah. Wajah Tante Fatima seolah bertanya ”mau apa lagi?“

(hlm.138). Dalam menulis, Gie sering melakukan kritikan tajam terhadap jalannya pemerintahan yang dipimpin oleh Soekarno. Selain mengkritik pemerintahan Soekarno Gie juga membuat tulisan yang isinya mengkritik kampus tempat ia menimba ilmu dan juga kampus-kampus yang ada di Indonesia.

(65). EXT. KAMPUS SASTRA RAWAMANGUN, WARUNG SENGGOL – SIANG

Tergeletak di atas meja, terbitan itu diambil oleh mahasiswa. Anak-anak sastra membaca Pembaharuan. Mereka berada dalam beberapa kelompok, beberapa tampak manggut-manggut.

Referensi

Dokumen terkait

BOPO secara parsial mempunyai pengaruh negatif yang signifikan terhadap ROA dan berkontribusi sebesar 69,56 persen terhadap ROA. Jika hasil penelitian ini dibandingkan

Stasiun Meulaboh yang memiliki tipe hujan ekuatorial menunjukkan penurunan tren pada indeks hujan sangat lebat(R95p) dan ekstrim(R99p) sedangkan terjadi peningkatan

Akurasi data hasil pengukuran dengan metode pasip ini telah dilakukan dengan uji student yang diperoleh informasi bahwa tidak ada perbedaan nyata antara metode

Dari Tabel 3 dan 4 dapat disimpulkan bahwa hal ini disebabkan unsur hara pada masing-masing jenis bahan organik berbeda jumlah kandungannya, sehingga memberikan respon

Tanah tanpa kangkung menerima lebih banyak - siflutrin pada saat aplikasi, walaupun pada tanah yang ditanami kangkung masih mendapat tambahan dari tanaman di

Metodologi penelitian ini terdiri dari 6 tahapan yaitu penelitian awal, desain sampling, penyusunan dan penyebaran kuesioner, analisis perilaku konsumen roti atau

Dalam hal ini dihasilkan kesimpulan bahwa deteksi tepi dengan metode Canny menghasilkan tepian citra yang lebih optimal dibandingkan Robert dan Sobel .Penelitian lain

Untuk mencegah terjadinya oksidasi antara produk obat dengan oksigen bebas (biasanya terjadi pada produk obat cair). Maka biasanya pada waktu pengemasan dibuat sedemikian