• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III UPAH BORONGAN DI PT INTEGRA INDOCABINET BETRO SEDATI SIDOARJO

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB III UPAH BORONGAN DI PT INTEGRA INDOCABINET BETRO SEDATI SIDOARJO"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

42 A. Gambaran Singkat Perusahaan

PT. Integra Indocabinet pertama kali didirikan pada tahun 1989, berlokasi di desa Betro kecamatan Sedati Sidoarjo. PT. Integra Indocabinet merupakan perusahaan salah satu perusahaan yang bergerak di bidang pengolahan kayu (Furniture). Produk yang dihasilkan oleh PT. Integra Indocabinet yaitu: meja, kursi, rak-rak kaset atau drawer rack dan lain-lain. PT. Integra Indocabinet sejak semula diorientasikan untuk pasar ekspor terutama ke pasar Eropa yaitu sebanyak 60%, lalu pasar Amerika Serikat sebesar 30%, dan pasar lainnya sebesar 30%.1

Pada tahun 1994 terjadi kebakaran yang melahap habis semua asset PT. Integra Indocabinet ini. Kejadian ini tidak membuat PT. Integra Indocabinet putus asa melainkan memacu semangatnya untuk menjadikan perusahaan ini menjadi lebih baik dan besar. Tahun 1995 menjadi tonggak sejarah kebangkitan PT. Integra Indocabinet, dengan dioperasikannya pabrik baru maka kegiatan di pabrik PT. Integra Indocabinet berjalan kembali. Bahkan PT. Integra Indocabinet meluaskan usahanya menjadi perusahaan yang memproduksi produk-produk dari kayu untuk semua jenis barang perabotan indoor.

(2)

Jumlah karyawan di PT. Integra Indocabinet pada mulanya hanya berkisar 200 orang. Akan tetapi per januari 1997 berjumlah 845 orang yang terdiri dari:2

1. Komisaris: 1 orang 2. Direksi: 3 orang

3. Kabag (kepala bagian): 11 orang 4. Administrasi: 33 orang

5. Kepala seksi (kasi): 67 orang 6. Karyawanan bulanan: 73 orang 7. Karyawan harian; 157 orang 8. Karyawan borongan: 500 orang

B. Ketentuan Upah Borongan

Pengupahan yang berlaku di PT. Integra Indocabinet dimaksudkan untuk memberi imbalan yang layak kepada pekerja, sehingga imbalan yang diberikan perusahaan kepada pekerja nilainya seimbang dengan kemampuan dan tenaga yang dikeluarkan.

Di dalam memberikan upah juga perlu memperhatikan prinsip keadilan. Keadilan disini dihubungkan antara pengorbanan dengan penghasilan. Semakin tinggi pengorbanan semakin tinggi penghasilan yang diharapkan. Ketentuan upah di PT. Integra Indocabinet diharapkan seimbang dengan kemampuan para

(3)

pekerja. Ketentuan upah borongan di PT. Integra Indocabinet diatur dalam sistem perjanjian kerja antara para buruh dengan perusahaan berdasarkan pada: 1. Masa percobaan

Sebelum melakukan masa percobaan para calon pekerja harus memenuhi persyaratan yang diajukan untuk menjadi pekerja di PT Integra Indocabinet yaitu:3

a) Warga negara Indonesia, Pria atau Wanita. b) Usia minimal 18 tahun.

c) Tidak terikat hubungan dinas atau pekerjaan pada suatu instansi Pemerintahan atau Swasta lainnya.

d) Mengajukan surat lamaran yang ditulis atau diketik sendiri dengan lampiran seperti yang ditentukan oleh pihak perusahaan.

e) Sanggup mentaati peraturan yang berlaku di perusahaan.

Setelah diterima sebagai pekerja dan telah ditentukan jenis pekerjaannya baik jenis pekerjaan dengan sistem borongan, pekerjaan dengan sistem harian dan pekerjaan yang menggunakan sistem bulanan diwajibkan untuk mengikuti perkembangan dan kemajuan teknologi, khususnya dalam lingkungan industri, maka peningkatan pengetahuan dan skill pekerja mutlak diperlukan selama 3 bulan dalam hal on the job training.4 Pada saat pekerja

melakukan on the job training, pekerja yang berstatus borongan, harian dan

3 Dokumen prusahaan PT. Integra Indocabinet 2012. 4 Irawan, Wawancara, Sidoarjo, 19 September 2012.

(4)

bulanan tidak diberikan fasilitas pengobatan atau jaminan kesehatan, kecuali dalam hal kecelakaan kerja atau sakit mendadak pada saat bekerja. Pelatihan dan pemagangan dapat bersifat pengarahan/pembinaan, pengembangan dan pelaksanaan proses produksi/operasional perusahaan.

2. Jenis pekerjaan

Aktifitas kerja di perusahaan PT Integra Indocabinet ini pada dasarnya masih membutuhkan tenaga kerja yang berpengalaman karena dengan semakin besar persaingan produksi di pasaran belum dapat mengimbangi perusahaan-perusahaan lain dengan kualitas tenaga yang proporsional. Menurut penuturan Bapak Suhendi (staff HRD) jenis pekerjaan di PT. Integra dibagi menjadi 3 jenis pekerjaan yaitu pekerjaan dengan sistem borongan, pekerjaan dengan sistem harian dan pekerjaan dengan sistem bulanan.

a. Sistem Borongan

Dalam hal ini pekerjaan dengan sistem borongan adalah jenis pekerjaan yang dihitung keseluruhannya, maksudnya pekerjaan itu tidak dihitung secara satu-persatu, akan tetapi dihitung menurut hasil dari waktu yang telah disepakati. Pekerja yang menggunakan sistem borongan hasil ini ditempatkan pada Departemen Processing karena pada departemen inilah proses pembuatan furniture itu dibuat. Pada departemen inilah dibutuhkan banyak tenaga kerja sehingga dibuatlah

(5)

jenis pekerjaan borongan agar dalam penyelesaian furniture dapat selesai tepat waktu dan menghasilkan furniture yang lebih banyak. Pekerja dengan sistem borongan akan dibayarkan upahnya pada saat akhir setelah mereka selesai melakukan pekerjaannya.

b. Sistem harian

Pekerja yang menggunakan sistem harian upahnya telah ditetapkan oleh pemerintah. Upah per harinya adalah Rp 4000,- dan apabila telah bekerja selama lebih dari satu tahun ditambah Rp 150 ,- per hari (hal ini termasuk tunjangan). Selain itu ditambah pula dengan adanya beban kerja atau tunjangan jabatan yang berkisar antara Rp 500,- / Rp 1000,- dan selain itu juga pekerja mendapatkan insentif sebagai perangsang yaitu adanya premi kehadiran dengan ketentuan dua minggu masuk berturut-turut tanpa adanya absensi akan mendapat upah sebesar Rp 6000,- Upah ini akan diberikan kepada pekerja setiap dua minggu sekali.

c. Sistem Bulanan

Pekerja yang menggunakan sistem bulanan akan diberikan upahnya sesuai dengan golongan dan jabatannya berdasarkan peraturan yang berlaku dan dibayrkan pada akhir bulan. Selain itu juga pekerja mendapatkan insentif sebagai perangsang yaitu adanya premi kehadiran

(6)

dengan ketentuan dua minggu masuk berturut-turut tanpa adanya absensi akan mendapat upah sebesar Rp 20.000.

3. Standar Operasional Pekerjaan

Barang yang dianggap telah mencapai standar yang di tentukan oleh perusahaan dapat dilihat dari proses finishingnya, dikarenakan pada saat proses finishing inilah dapat diketahui barang tersebut layak untuk diditribusikan atau tidak. Standar Operasional pekerjaan dikerjakan melalui dua tahap yaitu:

a. Finishing Melamine adalah dengan metode penyemprotan cairan melamine sebagai finishing akhir pada permukaan furniture dapat berupa dof atau glossy. Warna dapat bervariasi, biasanya terdiri dari warna-warna kayu natural, karena finishing sistem melamine dalam interior design digunakan untuk furniture yang ingin menampilkan kesan natural pada serat kayu.

Tahapan kerja melamine:

1. Permukaan kayu harus kering dan bebas dari debu, dan kotoran kemudian amplas permukaan kayu dengan kertas gosok searah dengan serat kayu sampai permukaan kayu menjadi halus.

2. Isi pori-pori kayu dengan wood filler, usahakan warna wood filler sesuai dengan warna yang diinginkan. Setelah kering gosok dengan amplas no 240 sampai permukaan kayu terlihat halus lagi.

(7)

3. Warnai dengan woodstain sesuai dengan warna yang diinginkan, aplikasikan dengan kuas kemudian lap dengan kain majun putih sebelum kering.

4. Kemudian semprotkan dengan spray sanding sealer. Tunggu sanding sealer sampai kering. Mungkin kering sekitar 2–3 jam. Kemudian gosok sampai halus.

5. Setelah itu lapisi dengan clear. Dalam lapisan akhir ini kita bisa memilih clear gloss atau dof sesuai dengan selera kita.

b. Finishing duco adalah dengan metode penyemprotan cairan Cat Solid sebagai finishing akhir pada permukaan furniture dapat berupa dof atau glossy. Warna dapat bervariasi, biasanya terdiri dari warna-warna solid, karena finishing sistem duco dalam interior design digunakan untuk furniture yang ingin menampilkan kesan elegan pada tahap akhirnya. Tahapan kerja Duco:

1. Permukaan kayu harus kering dan bebas dari debu, dan kotoran kemudian amplas permukaan kayu dengan kertas gosok no 1,5 searah dengan serat kayu sampai permukaan kayu menjadi halus.

2. Permukaan kayu di kuas dengan resin hingga rata, setelah kering di gosok dengan kertas amplas no 1 hingga halus.

3. Setelah halus permukaan kayu dilapis dengan dempul. Setelah dempul kering kemudian di gosok lagi dengan kertas gosok no 1.

(8)

4. Kemudian permukaan kayu tersebut dispray atau semprot dengan epoxy, baru di gosok dengan kertas gosok no 240 sampai halus. 5. Setelah itu semprotkan dengan cat / duco dasar. Agar pengerjaannya

menjadi halus. Usahakan warna dasar sesuai dengan warna yang diinginkan. Apabila masih ada permukaan yang kelihatan kasar bisa digosok dengan kertas gosok no 600.

6. Semprotlah dengan warna yang sesuai selera kita hingga rata.

7. Akhirnya permukaan yang sudah di duco tadi kita coating dengan clear. Sesuaikan clear yang diinginkan clear gloss atau dof atau semi.

4. Waktu kerja

Waktu kerja normal yang dijalankan di PT Integra Indocabinet adalah 8 jam perhari dan dibagi menjadi 2 kelompok kerja yakni kelompok 1 shift pagi dan kelompok 2 shift sore. Seperti penuturan dari salah satu pekerja borongan bahwa:

“Pembagian kelompok ini dilakukan agar para pekerja lebih fokus lagi dengan pekerjaannya dan setiap 1 minggunya akan bergiliran. Dengan pembagian kelompok kerja ini sangat meringankan beban para pekerja”.5

Adapun peraturannya adalah sebagai berikut:

(9)

TABEL 3.1 Jam Kerja Normal

Keterangan Shift pagi Shift sore

Jam kerja 08.00-16.00 17.00-24.00

Istirahat 12.00-13-00 20-00-21-00

Waktu kerja pada hari biasa dan waktu kerja lembur pasti berbeda. Pada hari biasa hanya 8 jam perhari sedangkan pada waktu lembur akan ditambah 2 jam per hari sehingga total waktu lembur menjadi 10 jam per hari maka perbedaan waktunya dapat dilihat pada tabel 3.2 sebagai berikut:

TABEL 3.1 Jam Kerja Lembur

Keterangan Shift pagi Shift sore

Jam kerja 08.00-18.00 17.00-02.00

Istirahat 12.00-13-00 20-00-21-00

Kerja lembur mulai dihitung dari jam yang kesembilan dan upah lembur diberikan sesuai dengan peraturan dari pemerintah. Pada dasarnya kerja lembur adalah sukarela bagi pekerja kecuali hal-hal berikut:6

1. Dalam hal ada pekerjaan yang apabila tidak segera diselesaikan akan menimbulkan kerugian bagi perusahaan atau mengganggu kelancaran pelayanan.

(10)

2. Dalam hal perusahaan harus memenuhi pesanan barang.

C. Mekanisme Upah Borongan

Upah yang diberikan oleh pengusaha untuk sistem borongan dibayar sesuai dengan jumlah barang yang dihasilkan. Seperti penuturan Setiawan yang mengatakan:

“upah yang diberikan oleh pihak PT. Integra Indocabinet dibayar sesuai dengan jumlah hasil yang telah dikerjakan. Dengan begitu saya (pekerja) lebih giat untuk mengerjakan furniture karena mendapatkan hasil yang lebih banyak sehingga saya (pekerja) dapat memenuhi kebutuhan keluarga.” 7

Tarif yang digunakan perusahaan untuk memberikan upah kepada pekerja yakni:8

TABEL 3.2

No Jenis barang Tarif

1 Rak sepatu Rp 4000,-

2 Almari Rp 5000,-

3 Rak buku Rp 4000,-

4 Meja makan Rp 8000,-

7 Setiawan, Wawancara, Sidoarjo, 24 September 2012. 8 Dokumen perusahaan PT. Integra Indocabinet.

(11)

5 Meja belajar Rp 6000,-

6 Gamma Rp 7000,-

7 Tempat tissue Rp 4000,-

8 Dipan Rp 6500,-

Para pekerja mendapatkan upah sesuai dengan jenis barang beserta tarif yang telah diatur oleh perusahaan. Pekerja borongan mendapatkan upah sesuai jumlah barang yang dihasilkan kemudian dikalikan sesuai dengan jenis barang yang dikerjakannya. Lama waktu pengerjaan dalam satu hari sekitar 8 jam, dengan kalkulasi jika seorang pekerja mengerjakan jenis barang seperti tempat tissue dan menghasilkan 100 tempat tissue, maka jumlah upah yang dibawa pulang oleh pekerja adalah Rp 4.000.000 yang akan dibagi sama rata sesama pekerja borongan yang membuat tempat tissue. Hal ini sangat menguntungkan bagi para pekerja karena para pekerja dapat memberikan kehidupan yang layak bagi keluarganya. Ketentuan tersebut dikecualikan jika ada lembur, dimana selain tarif upah seperti dalam tabel 3.2, juga ditentukan dengan penambahan upah sebesar Rp 1500,- per jam yang akan dihitung mulai dari jam kesembilan.

Menurut penuturan staf di bagian keuangan bahwa pendapatan pekerja dapat diperoleh dari dua macam jenis, yaitu:9

a. Pendapatan dari upah

(12)

Pendapatan dari upah adalah pendapatan yang diperoleh dari upah pokok dan tunjangan tetap serta tunjangan tidak tetap yang diberikan oleh perusahaan. Upah pokok adalah suatu imbalan yang dibayarkan kepada pekerja menurut tingkat atau jenis pekerjaan yang besarnya berdasarkan kesepakatan.

Beliau juga menuturkan tunjangan di perusahaan ini terbagi menjadi dua yaitu: pertama, tunjangan tetap adalah suatu pembayaran yang teratur berkaitan dengan pekerjaan yang diberikan secara tetap untuk pekerja dan keluarganya serta dibayarkan dalam satuan waktu yang sama menerima upah pokok. Yang termasuk dalam kategori tunjangan tetap adalah: Tunjangan jabatan.

Kedua, Tunjangan tidak tetap adalah pembayaran secara langsung atau tidak langsung berkaitan dengan pekerja yang diberikan secara tidak tetap serta dibayarkan dalam satuan waktu yang tidak sama dengan waktu pembayaran upah pokok. Yang termasuk dalam kategori tunjangan tidak tetap adalah:

a. Tunjangan makan b. Tunjangan transport b. Pendapatan dari non upah

Pendapatan non upah terbagi menjadi 2 macam yaitu: pertama, fasilitas adalah kenikmatan dalam bentuk yang nyata yang diberikan oleh

(13)

perusahaan karena adanya hal-hal yang bersifat khusus. Misalnya pemberian makan secara cuma-cuma, koperasi, kantin, sarana ibadah, dll. Kedua, Bonus. Bonus bukanlah bagian dari upah melainkan pembayaran yang diterima pekerja dari hasil keuntungan atau karena pekerja menghasilkan hasil kerja yang lebih besar dari target produksi.

Pekerja yang bekerja dengan menggunakan sistem borongan, sebagaimana dimaksud dalam bab ini adalah pekerja yang menerima upah dengan sistem terakhir yaitu diberi upah pada waktu pekerjaannya telah selesai sesuai dengan barang yang dihasilkan oleh pekerja. Upah yang diberikan oleh perusahaan tidak hanya dari upah pokok saja melainkan juga dari tunjangan tetap, tunjangan tidak tetap dan pendapatan non upah seperti fasilitas serta bonus.

Permasalahan yang timbul dalam pembahasan ini adalah para pekerja tidak mendapatkan upah pada saat barang terjadi return. Pertama-tama untuk mengungkap kejanggalan yang terjadi pada perusahaan harus dimulai dari tahap pengerjaannya terlebih dahulu. Menurut penuturan Hartono (HRD) tahap dalam proses produksi adalah pekerja harus mengambil bahan baku di gudang setelah itu pekerja melakukan pemotongan sesuai dengan ukuran yang ditentukan kemudian pekerja merangkai barang menjadi satu dan melakukan pengecetan. Ketika barang telah jadi saatnya pekerja menyetorkan ke bagian QC yaitu bagian pengecekan yang mana pada bagian ini menetukan apakah barang

(14)

tersebut layak atau tidak. Apabila barang dinyatakan layak oleh QC adalah barang tersebut tidak ada kerusakan dalam pengerjaannya (cacat produksi) dan tidak perlu diperbaiki lagi sedangkan pada saat bagian QC menyatakan tidak layak maka pekerja harus melakukan perbaikan pada barang yang telah dikerjakannya. Pada saat inilah pekerja tidak akan mendapatkan upah dikarenakan pekerja telah lalai.10 Kemudian barang yang dianggap layak akan disetorkan ke bagian pengepakan untuk ditata ulang agar tidak terjadi kerusakan pada saat ekspor. Bagian shipping inilah bagian akhir dalam proses produksi. Bagian ini bertugas menyediakan jasa angkut barang yang menggunakan transportasi laut.

Ketika pada saat barang telah dikirim oleh bagian shipping untuk di ekspor ke luar negeri dan ternyata terjadi return (barang kembali) maka pekerja harus memperbaikinya sesuai dengan standart perusahaan. Pekerja yang mengalami kondisi return, tentunya akan merugikan bagi pihak pekerja dikarenakan pada saat kondisi ini pekerja tidak mendapatkan upah, sedangkan mereka pada saat proses pembuatan pertama telah melewati tahap QC (pengecekan barang) dimana pada tahap ini barang-barang yang siap produksi akan diteliti terlebih dahulu sebelum dikirimkan ke luar negeri dan lolos untuk dikirimkan. Hal ini tidak sesuai dengan perjanjian kontrak kerja yang menjelaskan bahwa tidak diberi upah ketika kecacatan diakibatkan oleh diri

(15)

pekerja.11 Dan telah dijelaskan oleh penuturan Hartono (HRD) bahwa pada saat bagian QC menyatakan tidak layak maka pekerja harus melakukan perbaikan pada barang yang telah dikerjakannya. Pada saat inilah pekerja tidak akan mendapatkan upah dikarenakan pekerja telah lalai. Dan juga dalam Undang-Undang RI No. 13 tahun 1981 tentang ketenagakerjaan dalam pasal 95 ayat (1) menjelaskan bahwa: “Pelanggaran yang dilakukan oleh pekerja/buruh karena kesengajaan atau kelalaiannya dapat dikenakan denda”. Hal ini dibenarkan oleh penuturan Ferdy yang mengatakan:

“pada saat terjadi return kami selaku pekerja borongan tidak mendapatkan upah, padahal dalam pengerjaannya kami sudah melewati proses QC (pengecekan). Dalam kontrak kerja pun dijelaskan bahwa tidak diberi upah ketika kecacatan diakibatkan oleh diri pekerja. Permasalahan ini sering meresahkan para pekerja”.12

Lalu peneliti bertanya, tidak mencari pekerjaan yang lebih menguntungkan daripada pekerjaan ini

“sebenarnya ingin sekali mencari pekerjaan lagi tetapi kalau mencari pekerjaan yang lainnya belum tentu juga langsung diterima. Saya juga harus memikirkan keluarga kalau saya keluar dari pekerjaan ini siapa yang akan mencukupi kebutuhan hidup”.13

11 Dokumen perusahaan PT. Integra Indocabinet. 12 Ferdy,Wawancara, Sidoarjo, 01 0ktober 2012. 13Ibid.

(16)

Mekanisme pengupahan pekerja pada saat return itu tidak mendapatkan upah pokok melainkan hanya tunjangan tetap, tunjangan tidak tetap dan pendapatan dari non upah yang telah dijelaskan di atas. Berdasarkan permasalahan ini, para pekerja merasa dirugikan karena pada saat barang return pekerja mengorbankan untuk tidak mendapatkan upah atas hasil kerjanya dan pekerja melakukan pengulangan kembali dari awal untuk memperbaiki sesuai dengan standar. Permasalahan return bisa terjadi karena dapat diakibatkan oleh dua hal. Pertama, barang return yang dikembalikan kepada pekerja bisa disebabkan adanya kecacatan produksi yang mengakibatkan barang tersebut menjadi rusak. Untuk kecacatan produksi barulah pihak pekerja bertanggung jawab atas kinerjanya yang kurang bagus. Kedua, barang yang dikembalikan (return) bisa disebabkan oleh persediaan bahan baku dan bahan baku penolong tidak berkualitas bagus. Sehingga pekerja tidak mempunyai tanggung jawab untuk memperbaikinya karena bukan kesalahan dari pekerjanya sendiri.

Gambar

TABEL 3.1  Jam Kerja Normal

Referensi

Dokumen terkait