• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB II KAJIAN PUSTAKA"

Copied!
27
0
0

Teks penuh

(1)

Penelitian sejenis yang akan penulis sampaikan dan yang penulis pilih dalam penelitian ini ada beberapa penelitian sejenis yang akan disampaikan sebagai berikut:

Pertama, penelitian yang dilakukan oleh Dwi Ari Lestari, Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Bhayangkara Jakarta Raya

“PERSEPSI SERIKAT PEKERJA SELURUH INDONESIA (SPSI) LOGAM ELEKTRONIK MESIN (L.E.M) DALAM MENANGGAPI PERATURANG PERUNDANG-UNDANGAN KETENAGA KERJAAAN (Studi Deskriptif Kualitatif Pada Peraturan Pemerintah Nomor 78 Tahun 2015 Tentang Pengupahan dan Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan).

Penelitian tersebut dilakukan pada Tahun 2018, Dalam temuan di lapangan, Penelitian tersebut menjelaskan bagaimana pekerja yang tergabung dalam (SPSI) memberikan persepsinya terhadap Peraturan Pemerintah Nomor 78 Tahun 2015 Tentang Pengupahan dan Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan, dimana persepsi antara pekerja satu dengan pekerja lainnya berbeda dikarenakan berbeda pula dalam pemaknaan terhadap Peraturan Pemerintah Nomor 78 Tahun 2015 Tentang Pengupahan dan Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan hal tersebut dikarenakan adanya perbedaan faktor-faktor yang muncul pada saat proses pembentukan persepsi.

Kedua penelitian yang dilakukan oleh Ekmil Lana Dina, Fakultas Dakwah Dan Komunikasi Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta “PERSEPSI PEKERJA PEREMPUAN TERHADAP HAK KESEJAHTERAAN TENAGA KERJA MELALUI PROGRAM KESEJAHTERAAN OLEH PT. DJARUM”

(Studi Kasus PT. Djarum, Kudus Jawa Tengah), Penelitian tersebut dilakukan pada Tahun 2017. Penelitian tersebut menggunakan pendekatan kualitatif dengan

7

(2)

metode logis dan deskriptif. Dalam penelitian tersebut peneliti menjelaskan bahwa yang menjadi acuan atau objek dalam penelitian tersebut adalah penerimaan upah sesuai keinginan, memperoleh cuti hamil, melahirkan dan haid. Memperoleh jaminan kesehatan, lingkungan kerja yang nyaman, dan hubungan kerja yang baik antar tenaga kerja. Pemilihan informan dalam penelitian ini menggunakan teknik non probality sampling artinya Teknik pengambilan dengan tidak memberi kesempatan yang sama bagi unsur anggota populasi untuk untuk dipilih sebagai sampel, infroman dalam penelitian ini adalah 1 koordinator PT. Djarum di Unit Megawon 2 dan 5 tenaga kerja borongan perempuan yang sudah menikah dan mempunyai anak. Dalam temuan di lapangan peneliti menjelaskan bahwa ada dua faktor yang mempengaruhi pekerja dalam membangun persepsi, fator pertama adalah faktor internal yang meliputi pengalaman/pengetahuan, harapan, motivasi nilai dalam diri, dan emosi. Lalu faktor kedua adalah faktor eksternal yang meliputi lingkungan dalam hal ini adalah lingkungan kerja.

Ketiga penelitian yang dilakukan oleh Onny Mayasari Ismail Jurusan Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Universitas Halu Oleo Kampus Hijau Bumi Tridharma, Anduonohu, Kendari. “PERSEPSI KARYAWAN TETAP TENTANG FUNGSI PUBLIC RELATIONS (Studi Kasus pada Implementasi Corporate Social Responsibility PT. Kelola Mina Laut di Pelabuhan Perikanan Samudera Kota Kendari), penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif dengan mengunakan purposive sampling dalam menentukan informan, artinya peneliti telah menentukan kriteria-kriteria yang akak menjadi narasumber dalam penelitian ini narasumbernya adalah karyawan tetap yang bekerja di PT Kelola Mina Laut yang masa kerjanya lebih dari 5 tahun. Dalam penelitian ini peneliti menjelaskan bahwa faktor yang mempengaruhi persepsi karyawan tetap di PT. Kelola Mina Laut dipengaruhi oleh pengalaman dan motivasi. Berdasarkan hasil wawancara dan observasi dari seluruh informan yang berjumlah 10 orang masing-masing menuturkan persepsinya berdasarkan pengalamannya selama bekerja di perusahaan tersebut, selain itu faktor lain yang mempengaruhi dari persepsi karyawan adalah motivasi,

(3)

dihadapinya. Tingkat motivasi yang ditunjukkan karyawan satu akan berbeda dengan karyawan lain dalam menghadapi situasi yang sama.

Tabel 2.1

Tabel Penelitian Sejenis

NO NAMA

PENELITI

JUDUL

PENELITIAN PERSAMAAN PERBEDAA

N

SUMBE R

1 Dwi Ari

Lestari Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu

Komunikasi Universitas Bhayangkara Jakarta Raya

“PERSEPSI SERIKAT PEKERJA SELURUH INDONESIA (SPSI) LOGAM

ELEKTRONIK MESIN (L.E.M)

DALAM MENANGGAPI PERATURANG PERUNDANG- UNDANGAN

KETENAGA KERJAAAN (Studi Deskriptif

Kualitatif Pada Peraturan Pemerintah

Nomor 78 Tahun 2015

Tentang Pengupahan dan Undang-Undang

Nomor 13 Tahun 2003

Tentang Ketenagakerjaan

)

Menggunakan deskriptif kualitatif dalam

penelitian objek dalam penelitian ini

sama yakni mencari tahu

bagaimana persepsi dari pekerja terhadap

suatu kebijakan pemerintah.

menjelaskan faktor-faktor yang

mempengaruhi karyawan dalam membentuk suatu

persepsi.

Narasumber dalam penelitian

ini hanya mencakup

pada pekerja

yang tergabung

dalam serikat buruh (SPSI).

Menggunaka n teknik non

probality sampling artinya Teknik pengambilan dengan tidak

memberi kesempatan

yang sama bagi unsur anggota populasi untuk untuk

dipilih sebagai sampel.

Repostor y.ubharaj aya.ac.id

2 Ekmil Lana Dina,

“PERSEPSI PEKERJA PEREMPUAN

Menjelaskan persepsi dari karyawan beserta

Menggunaka n logis &

deskriptif

Digilib.u in suka.ac.i

(4)

NO NAMA

PENELITI JUDUL

PENELITIAN PERSAMAAN PERBEDAA

N SUMBE

R Fakultas

Dakwah Dan Komunikasi Universitas Islam Negeri

Sunan Kalijaga Yogyakarta

TERHADAP HAK KESEJAHTER AAN TENAGA

KERJA MELALUI PROGRAM KESEJAHTER AAN OLEH PT.

DJARUM”

(Studi Kasus PT. Djarum, Kudus Jawa Tengah),

dengan faktor- faktor yang mempengaruhiny

a yang terbagi kedalam dua faktor yakni:

-faktor internal -faktor external.

kualitatif dalam penelitian Objek dalam penelitian ini

ingin mengetahui

persepsi namun bukan

tentang penetapan

UMK, melainkan

tentang program kesejahteraan

tenaga kerja oleh PT.

Djarum.

d

3 Onny

Mayasari Ismail Jurusan Ilmu

Komunikasi Fakultas Ilmu

Sosial Dan Ilmu Politik

Universitas Halu Oleo

Kampus Hijau Bumi

Tridharma, Anduonohu,

Kendari.

“PERSEPSI KARYAWAN

TETAP TENTANG

FUNGSI PUBLIC RELATIONS

(Studi Kasus pada Implementasi Corporate Social

Responsibility PT. Kelola Mina

Laut di Pelabuhan Perikanan Samudera Kota

Kendari)

Menggunakan metode deskriptif Kualitatif dengan

Mengunakan Purposive sampling dalam

menentukan informan Purposive sampling artinya

peneliti telah menentukan kriteria-kriteria

yang akan menjadi narasumber dalam

penelitian Menjelaskan persepsi dari karyawan beserta

dengan faktor- faktor yang mempengaruhiny

Objek dalam penelitian ini

ingin mengetahui

persepsi namun bukan

tentang penetapan

UMK, melainkan

tentang FUNGSI PUBLIC RELATIONS

pada Implementasi

Corporate Social Responsibilit

y PT. Kelola Mina Laut di Pelabuhan

Perikanan Samudera

Ojs.uho.

ac.id

(5)

NO NAMA

PENELITI JUDUL

PENELITIAN PERSAMAAN PERBEDAA

N SUMBE

R

a Kota Kendari

(6)

2.2 Pengertian Komunikasi

Carl I. Hovland dalam Effendy (2005: 2) mendefinisikan komunikasi sebagai proses dimana seseorang (komunikator) mengoperkan perangsang- perangsang (biasanya lambing-lambang dalam bentuk kata-kata) untuk merubah tingkah laku orang lain (komunikan). Dari definisi tersebut Effendy (2005: 46) menerangkan tampak adanya penekanan bahwa komunikasi adalah bukan sekedar menyampaikan pesan, tetapi “untuk merubah tingkah laku orang lain”. Jelas adanya faktor tujuan (purpose, intention).

2.3 Pengertian Persepsi

Menurut Desiderato dalam Jalaluddin Rakhmat 2018:63. Persepsi adalah pengalaman individu mengenai suatu objek, peristiwa, atau hubungan-hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan. Persepsi ialah pemberian makna pada stimulus inderawi (sensory stimuli). Proses terjadinya persepsi didahului oleh penginderaan, yaitu merupakan proses diterimanya stimulus oleh individu melalui alat indera. Alat indera tersebut merupakan penghubung antara individu dengan dunia luarnya. Stimulus yang diterima melalaui indera itu kemudian diorganisasikan dan diinterpretasikan, oleh individu, sehingga individu menyadari, mengerti tentang apa yang diindera itu, dan proses ini disebut persepsi. Dengan demikian dapat dikemukakan bahwa stimulus diterima oleh indera, yaitu yang dimaksud dengan penginderaan, dan melalui proses penginderaan tersebut stimulus itu menjadi sesuatu yang berarti setelah diorganisasikan dan diinterpretasikan.

(7)

Menurut Jalalludin Rakhmat dalam buku Psikologi Komunikasi (2001:51) mengungkapkan bahwa persepsi adalah pengalaman tentang objek, peristiwa, atau hubungan-hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan.

Pengertian persepsi menurut para ahli diatas berbeda-beda. Namun, dari beberapa pengertian diatas dapat ditarik kesimpulannya bahwa persepsi adalah proses pemberian makna, interpretasi dari stimuli dan sensasi yang di terima oleh individu, disesuaikan dengan karakteristik masing-masing individu tersebut.

2.4 Persepsi Dalam Komunikasi

Dalam konteks komunikasi, persepsi sebagai suatu proses seorang individu memilih, mengorganisasikan dan menafsirkan masukan-masukan informasi untuk menciptakan gambar yang bermakna tentang suatu pesan.

Persepsi merupakan hasil dari proses pengamatan atau pengetahuan mengenai suatu obyek, kejadian atau suatu pesan tertentu dengan menggunakan alat-alat indera tertentu sebagai perantaranya.

Menurut Mulyana (2000:168) persepsi adalah inti komunikasi, sedangkan penafsiran (interprestasi) adalah inti persepsi, yang identik dengan penyandian balik (decoding) dalam proses komunikasi.

(8)

Selanjutnyapersepsilah yang menentukan kita memilih suatu pesan dan mengabaikan pesan lain.

Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa Persepsi disebut inti komunikasi, karena jika persepsi kita tidak akurat, tidak mungkin kita berkomunikasi dengan efektif. Persepsilah yang menentukan kita memiliki suatu pesan dan mengabaikan pesan yang lain. Semakin tinggi derajat kesamaan persepsi antar individu dan sebagai konsekuensinya semakin cenderung membentuk kelompok budaya atau kelompok identitas.

2.4 S-O-R Theory (Teori S-O-R)

Teori S-O-R sebagai singkatan dari dari Stimulus – Organism – Response ini semula berasal dari psikologi. Kalau kemudian menjadi juga teori komunikasi, tidak mengherankan, karena objek material dari psikologi dan ilmu komunikasi adalah sama, yaitu manusia yang jiwanya meliputi komponen- komponen: sikap, opino, perilaku, kognisi, afeksi dan konasi.

Menurut stimulus response ini, efek yang ditimbulkan adalah reaksi khusus terhadap stimulus khusus, sehingga seseorang dapat mengharapkan dan memperkirakan keseuaian antara pesan dan reaksi komunikan. Jadi unsur-unsur dalam model ini adalah:

a. Pesan (stimulus, S)

(9)

b. Komunikan (Organism, O) c. Efek (Response, R)

Dalam proses komunikasi berkenaan dengan perubahan sikap adalah aspek “how” bukan “what” dan “why” Jelasnya how to communicate, dalam hal ini how to change the attitude, bagaimana mengubah sikap komunikan.

Dalam proses perubahan sikap tampak bahwa sikap dapat berubah, hanya jika stimulus yang menerpa benar-benar melebihi semula.

Prof. Dr. Mar”at dalam bukunya yang berjudul sikap manusia, perubahan serta pengukurannya, mengutip pendapat Hovland, Janis, dan Kelley yang menyatakan bahwa dalam menelaah sikap yang baru ada tiga variabel penting yaitu:

a. Perhatian b. Pengertian c. Penerimaan

Gambar 2.1 Teori S-O-R

Stimulus Organisme:

 Perhatian

 Pengertian

 penerimaan

Response (Perubahan Sikap)

(10)

Sumber: Prof. Dr. Mar’at

Gambar di atas menunujukan bahwa perubahan sikap bergantung pada proses yang terjadi pada individu, stimulus atau pesan yang disampaikan kepada komunikan mungkin diterima mungkin ditolak. Komunikasi akan berlangsung jika ada perhatian dari komunikan. Proses berikutnya komunikan mengerti, kemampuan komunikan inilah yang melanjutkan proses berikutnya.

Setelah komunikan mengolahnya dan menerimanya, maka terjadilah kesediaan untuk mengubah sikap.

2.5 Proses Pementukkan persepsi

Persepsi lahir melalui beberapa proses, proses pertama dalam pembentukan persepsi yang disebut sebagai pengindraan atas suatu stimulus/rangsangan, yang kemudian stimulus tersebut diteruskan ke otak agar terbentuk persepsi.

Persepsi terbentuk bila ada perhatian dari individu yang sesuai dengan kebutuhannya, kemapuan individu untuk mempersepsikan stimulus yang sama akan ditafsirkan berbeda dari masing-masing individu. Proses penafsiran tergantung dari pengalaman masing-masing.

Tahap terpenting dalam persepsi adalah interpretasi atau penafsiran atas informasi yang diperoleh oleh individu. Namun individu tidak dapat menginterpretasikan makna dari setiap objek secara langsung, melainkan menginterpretasikan makna dari informasi yang diperoleh melalui persepsi bukan pengetahuan mengenai bagaiamana tampakan objek tersebut. Akan tetapi

(11)

kemampuan setiap orang akan berbeda dalam mengindera lingkungannya, karena berbeda juga secara genetic, berbeda pengalaman dan pembelajaran, atau karena sebagian alat inderanya kurang berfungsi kerena usia tua atau kecelakaan. Berikut gambaran proses terbentuknya persepsi.

Gambar 2.2

Proses terbentuknya persepsi

Sumber: Jalaluddin Rakhmat, Psikologi Komunikasi Suatu Pengantar

Gambar diatas menjelaskan bahwa proses terbentuknya persepsi diawali dengan penginderaan atas stimulus yang kemudian menjadi perhatian, setelah melewati proses perhatian dan atensi, individu akan menginterpretasikan melalui pengalamannya yang kemudian akan terbentuk sebuah persepsi. Kennet E.

Anderson dalam buku Rakhmat Jalaluddin mendefinisikan perhatian sebagai proses mental ketika stimuli atau rangkaian stimuli menjadi menonjol dalam kesadaran stimuli lainnya melemah. Kemudian atensi atau perhatian itu diinterpretasikan atau ditafsirkan dengan tanggapan/respon yang berbeda-beda.

Pemberian Arti Stimulasi:

Penglihatan, Suara, Bau

Sensasi

Tanggapan Indera

Penerima

Perhatian Interpretasi

Persepsi

(12)

2.6 Jenis-jenis persepsi

Menurut Mulyana (2000:171) persepsi terbagi dua yaitu persepsi terhadap objek (lingkungan fisik dan persepsi terhadap manusia). Persepsi terhadap manusia lebih sulit dan kompleks, karena manusia bersifat dinamis.

Perbedaan kedua tersebut yaitu:

1. Persepsi terhadap objek melalui lambang-lambang fisik, sedangkan persepsi terhadap manusia melalui lambing-lambang verbal dan nonverbal. Orang lebih aktif daripada kebanyak objek dan lebih sulit diramalkan.

2. Persepsi terhadap objek menanggapi sifat-sifat luar, sedangkan persepsi terhadap terhadap orang menanggapi sifat-sifat luar dan dalam (perasaan, motif, harapan dan sebagainya).

Persepsi sosial adalah sebagai berikut, proses menangkap arti objek- objek sosial dan kejadian-kejadian yang kita alami dalam lingkungan kita. Setiap orang memiliki gambaran yang berbeda mengenai realitas disekelilingnya. Beberapa prinsip mengenai persepsi sosial sebagaimana dikemukakan oleh Mulyana (2000:75) sebagai berikut:

3. Persepsi berdasarkan pengalaman yaitu persepsi manusia terhadap seseorang, objek atau kejadian dan reaksi mereka terhadap hal-hal ini berdasarkan pengalaman dan pembelajaran masa lalu mereka berkaitan dengan orang, objek atau kejadian serupa.

(13)

4. Persepsi bersifat selektif. Setiap manusia sering mendapat rangsangan yang penting. Untuk ini atensi suatu rangsangan merupakan faktor utama menentukan selektifitas kita atas rangsangan tersebut.

5. Persepsi bersifat dugaan. Persepsi bersifat dugaan terjadi oleh karena data yang kita peroleh mengenai objek lewat penginderaan tidak pernah lengkap.

6. Persepsi bersifat evaluatif. Persepsi bersifat evaluatif maksudnya adalah kadangkala orang menafsirkan pesan sebagai suatu proses kebenaran, akan tetapi terkadang alat indera dan persepsi kita menipu kita, sehingga kita juga ragu seberapa dekat persepsi kita dengan realitas yang sebenarnya.

7. Persepsi bersifat konsektual. Persepsi bersifat konsektual merupakan pengaruh paling kuat dalam mempersepsi suatu objek. Konteks yang melingkungi kita ketika melihat seseorang, sesuatu objek atau suatu kejadian sangat mempengaruhi struktur kognitif, pengharapan prinsipnya yaitu: kemiripan atau kedekatan dan kelengkapan, kecenderungan mempersepsi suatu rangsangan atau kejadian yang terdiri dari struktur dan latar belakangnya.

(14)

2.7 Faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi

Dalam proses persepsi, banyak rangsangan yang masuk ke panca indera namum tidak semua rangsangan tersebut memiliki daya tarik yang sama. Ada faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan persepsi orang.

Menurut Miftah Toha (2014:154), faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi seseorang adalah sebagai berikut:

1. Faktor eksternal: latar belakang keluarga, informasi yang diperoleh, pengetahuan dan kebutuhan sekitar, intensitas, ukuran, keberlawanan, pengulangan gerak, hal-hal baru dan familiar atau ketidak asingan suatu objek.

2. Faktor internal: perasaan, sikap dan kepribadian individu, prasangka, keinginan atau harapan, perhatian, proses belajar, keadaan fisik, gangguan kejiwaan, nilai dan kebutuhan juga minat, dan motivasi.

2.8 Pengertian Buruh

Pada zaman feodal atau zaman penjajahan Belanda dahulu yang dimaksudkan buruh adalah orang-orang pekerja kasar seperti kuli, tukang, dan lain-lain. Orang-orang ini oleh pemerintah Belanda dahulu disebut dengan blue collar (berkerah biru), sedangkan orang-orang yang mengerjakan pekerjaan halus seperti pegawai administrasi yang bisa duduk dimeja di sebut dengan white collar (berkerah putih). Biasanya orang-orang yang termasuk dalam golongan ini adalah

(15)

para bangsawan yang bekerja di kantor dan juga orang-orang Belanda dan Timur Asing lainnya. Setelah merdeka tidak lagi mengenal perbedaan antara buruh halus dan buruh kasar tersebut, semua orang yang bekerja di sektor swasta baik pada orang lain maupun badan hukum disebut buruh. Dalam perkembangan hukum perburuhan di Indonesia, istilah buruh diupayakan untuk diganti dengan istilah pekerja, sebagaimana yang diusulkan oleh pemerintah (Depnaker) pada waktu kongres FBSI II Tahun 1985. Alasan pemerintah karena istilah buruh kurang sesuai dengan kepribadian bangsa, buruh lebih cenderung menunjuk pada golongan yang selalu ditekan dan berada dibawah pihak lain yakni majikan.

Menurut Abdul Rachmad Budiono, terdapat tiga Undang-Undang yang berkaitan dengan buruh dan tenaga kerja, yaitu Undang-Undang No. 21 Tahun 2000, Undang-Undang No. 13 Tahun 2003 dan Undang- Undang No. 2 Tahun 2004. Undang-Undang tersebut menggunakan istilah yang sama untuk menunjuk konsep “setiap orang yang bekerja dengan menerima upah atau imbalan dalam bentuk lain”, yaitu pekerja atau buruh. Dipadankannya istilah pekerja dengan buruh merupakan kompromi setelah dalam kurun waktu yang amat panjang dua istilah tersebut bertarung untuk dapat diterima oleh masyarakat.

Dalam Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan dijelaskan bahwa, pekerja/buruh adalah setiap orang yang bekerja dengan menerima upah atau imbalan dalam bentuk lain. Tenaga kerja adalah setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan guna mengahsilkan barang dan jasa baik untuk

(16)

memenuhi kebutuhan sendiri atau masyarakat. Sedangkan pemberi kerja adalah perorangan, pengusaha badan hukum atau badan lainnya yang mempekerjakan tenaga kerja dengan membayar upah atu imbalan dalam bentuk lain.

Tenaga pekerja atau buruh yang menjadi kepentingan pengusaha merupakan sesuatu yang sedemikian melekatnya pada pribadi pekerja/buruh sehingga pekerja atau buruh itu selalu mengikuti tenaganya ketempat dimana dipekerjakan, dan pengusaha kadangkala seenaknya memutuskan hubungan kerja pekerja/buruh karena tenaganya sudah tidak diperlukan lagi. Oleh karena itu, pemerintah dengan mengeluarkan peraturan perundang-undangan, turut serta melindungi pihak yang lemah (pekerja/buruh) dari kekuasaan pengusaha, guna menempatkan pada kedudukan yang layak sesuai dengan harkat dan martabat manusia.

2.9 Bentuk-Bentuk Buruh

Buruh adalah mereka yang berkerja pada usaha perorangan dan di berikan imbalan kerja secara harian maupun borongan sesuai dengan kesepakatan kedua belah pihak, baik lisan maupun tertulis, yang biasanya imbalan kerja tersebut diberikan secara harian.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia buruh adalah orang yang bekerja untuk orang lain dengan mendapat upah atau imbalan. Buruh terdiri dari yaitu macam, yaitu:

(17)

A. Buruh harian, buruh yang menerima upah berdasarkan hari masuk kerja.

B. Buruh kasar, buruh yang menggunakan tenaganya karena tidak mempunyai keahlian di bidang tertentu.

C. Buruh pabrik, buruh yang bekerja di pabrik

D. Buruh tambang, orang yang bekerja di perusahaan tambang.

E. Buruh terlatih, buruh yang sudah mendapatkan latihan atau pendidikan keterampilan tertentu.

Pada dasarnya, buruh, Pekerja, Tenaga Kerja maupun karyawan adalah sama. Namun dalam kultur Indonesia, "Buruh" berkonotasi sebagai pekerja rendahan, hina, kasaran dan sebagainya. Sedangkan pekerja, Tenaga kerja dan Karyawan adalah sebutan untuk buruh yang lebih tinggi, dan diberikan cenderung kepada buruh yang tidak memakai otot tetapi otak dalam melakukan kerja. Akan tetapi pada intinya sebenarnya keempat kata ini sama mempunyai arti satu yaitu Pekerja. Hal ini terutama merujuk pada Undang-undang Ketenagakerjaan, yang berlaku umum untuk seluruh pekerja maupun pengusaha di Indonesia. Buruh dibagi atas 2 klasifikasi besar yaitu:

a. Buruh profesional (buruh kerah putih) yaitu buruh yang menggunakan tenaga otak dalam bekerja.

b. Buruh kasar biasa (kerah biru) yaitu buruh yang menggunakan tenaga otot dalam bekerja.

(18)

Buruh rosok merupakan jenis buruh kasar biasa yang sehari- harinya bekerja menggunakan otot dalam memilih-milih dan mengangkat barang-barang bekas. Buruh rosok dapat dikategorikan tenaga kerja tetap harian dan tenaga kerja borongan. Buruh rosok yang merupakan pekerja tetap harian mendapatkan upah sesuai waktu kerja mereka dan penerimaan upahnya dapat dilakukan perhari, perminggu, dan perbulan. Sedangkan buruh yang merupakan pakan tenaga kerja borongan, adalah buruh yang bekerja borongan membersihkan barang-barang bekas dan akan mendapatkan upah berdasarkan timbangan dari barang rosok yang telah diselesaikannya.

2.10 Pengertian Upah

Berdasarkan Undang-undang Nomor 13 Tahun 2003 pasal 1 ayat 30 tentang ketenagakerjaan menyebutkan bahwa:

“Upah adalah hak pekerja/buruh yang dalam bentuk uang sebagai imbalan dari pengusaha atau pemberi kerja kepada pekerja/buruh yang ditetapkan dan dibayarkan menurut suatu perjanjian kerja, kesepakatan, atau peraturan perundang-undangan, termasuk tunjangan bagi pekerja/buruh dan keluarga atau suatu pekerja dan/atau jasa yang telah atau akan di lakukan”

Dalam hal ini dapat diakatakan bahwa upah merupakan hak pekerja atau jasa yang telah dilakukan. Pemberian upah sangatlah penting bagi pekerja maupun pengusaha. Dengan adanya pemberian upah yang memang sesuai dengan kemampuan pekerja maka pekerja akan merasa puas dan hal ini dapat meningkatkan kedisiplinan serta motivasi kerja pada karyawan dalam mencapai tujuan perusahaan. Sedangkan bagi pekerja sendiri, upah sangatlah berarti karena

(19)

dengan upah mereka dapat memenuhi kebutuhan hidupnya serta menjamin kelangsungan hidup keluarganya.

Berdasarkan Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor 7 Tahun 2003 Pasal 1 ayat 1,

“upah minimum adalah upah bulanan terendah yang terdiri dari upah pokok termasuk tunjangan tetap yang ditetapkan oleh Gubernur Sebagai jaring pengaman”.

2.11 Jenis-jenis Upah

Jenis-jenis upah dalam berbagai keputusan Hukum Ketenagakerjaan Bidang Hubungan Kerja menurut Asyhadie (2007:70) dapat dikemukakan sebagai berikut:

1. Upah Nominal

Upah nominal adalah sejumlah uang yang dibayarkan secara tunai kpada pekerja/buruh yang berhak sebagai imbalan atas pengerahan jasa-jasa atau pelayanannya sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang terdapat dalam pejanjian kerja.

2. Upah Nyata

Upah nyata (Rill Wages) adalah uang nyata, yang mana upah tersebut harus benar-benar diterima seorang pekerja/buruh yang berhak. Upah nyata ini ditentukan oleh daya beli upah tersebut yang tergantung dari:

a. Besar atau kecilnya uang yang diterima

b. Besar atau kecilnya biaya hidup yang diperlukan

(20)

3. Upah Hidup

Upah hidup, yaitu upah yang diterima pekerja/buruh cukup untuk membiayai keperluan hidupnya secara luas, yang bukan hanya kebutuhan pokoknya, melainkan juga kebutuhan sosial keluarganya, seperti pendidikan. asuransi, rekreasi, dan lain-lain.

4. Upah Minimum

Upah minimum adalah upah terendah yang dijadikan standar, oleh pengusaha untuk menentukan upah yang sebenarnya untuk pekerja/buruh yang bekerja di perusahaannya. Upah minimum ini umumnya ditentukan oleh pemerintah (Gubernur dengan memperhatikan rekomendasi dari dewan pengupahan provinsi dan/bupati/walikota), dan setiap tahun kadangkala berubah sesuai dengan ditetapkannya upah minimum yaitu:

a. Untuk menonjolkan arti dan peranan pekerja/buruh sebagai subsistem dalam suatu hubungan kerja

b. Untuk melindungi kelompok kerja dari adanya sistem pengupahan yang sangat rendah yang secara materil kurang memuaskan

c. Untuk mendorong kemungkinan diberikannya upah yang sesuai dengan nilai pekerjaan yang dilakukan oleh pekerja

d. Untuk menciptakan ketenangan dan kedamaian kerja di dalam perusahaan

(21)

e. Mengusahakan adanya dorogan peningkatan dalam standar hidup secara normal.

5. Upah Wajar

Upah wajar adalah adalah upah yang secara relative cukup wajar yang diberikan oleh perusahaan kepada pekerja/buruh sebagai imbalan atas jasa- jasanya pada perusahaan. Upah wajar ini sangat bervariasi dan selalu berubah-ubah antar upah minimum dan upah hidup sesuai dengan faktor- faktor yang memengaruhinya. Faktor-faktor tersebut adalah:

a. Kondisi perekonomian Negara

b. Nilai rupiah rata-rata di daerah tempat perusahaan itu berada c. Peraturan perpajakan

d. Standar hidup para pekerja/buruh itu sendiri

e. Posisi perusahaan dilihat dari struktur perekonomian Negara.

2.12 Asas Pengupahan

Asas pengupahan menurut Fariana (2012:43) terdiri dari:

a. Hak menerima upah timbul pada saat adanya hubungan kerja dan pada saat berakhirnya hubungan kerja.

b. Pengusaha tidak boleh mengadakan dikriminasi upah bagi pekerja/buruh laki-laki maupun wanita untuk jenis pekerjaan yang sama.

(22)

c. Upah tidak dibayar apabila pekerja/buruh tidak melakukan pekerjaan.

d. Pengusaha dilarang membayar upah lebih rendah dari ketentuan upah minimum.

e. Komponen upah terdiri dari upah pokok dan tunjangan tetap, dengan formulasi upah pokok minimal 75% (tujuh puluh lima persen) dari jumlah pokok dan tunjangan tetap.

f. Pelanggaran yang dilakukan pekerja baik secara kesengajaan atau kelalaian dapat dikenakan denda.

g. Pengusaha yang karena kesengajaannya atau kelalaiannya mengakibatkan keterlambatan pembayaran upah, diekanakan denda sesuai dengan presentase tertentu dari upah pekerja.

h. Dalam hal perusahaan dinyatakan pailit atau dilikuidasi berdasarkan peraturan yang berlaku, maka upah dan hak-hak lainnya dari pekerja merupakan hutang yang didahulukan pembayarannya.

i. Tuntutan pembayaran upah pekerja dan segala pembayaran yang timbul dari hubungan kerja menjadi kadaluarsa setelah melampai jangka waktu dua tahun setelah timbulnya hak.

(23)

2.13 Upah Minimum Kota

Menurut pasal 1 angka 1 Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor 7 Tahun 2013 menjelaskan bahwa upah minimum adalah upah bulanan terendah yang teridiri atas upah pokok termasuk tunjangan tetap yang ditetapkan oleh Gubernur sebagai jaring pengaman. Dalam pasal 97 Undang- Undang Nomor 13 Tahun 2003 menentukan bahwa Pemerintah dalam hal ini Gubernur dengan memperhatikan rekomendasi dari Dewan Pengupahan Provinsi dan/atau bupati/walikota, menetapkan upah minimum berdasarkan KHL dan dengan memperhatikan produktivitas dan pertumbuhan ekonomi. Sedangkan ketentuan mengenai penghasilan yang layak, kebijakan pengupahan, kebutuhan hidup layak dan perlindungan pengupahan, penetapan upah minimum dan pengendaan denda terhadap pekerja/buruh yang melakukan pelanggaran Karena kesengajaan atau kelalaian diatur dengan peraturan pemerintah.

Upah miminum diarahkan kepada pencapaian KHL (Kebutuhan Hidup Layak) yaitu setiap penetapan upah minimum harus disesuaikan dengan tahapan pencapaian perbandingan upah minimum dengan kebutuhan hidup layak.

Pencapaian KHL perlu dilakukan secara bertahap karena kebutuhan hidup minimum yang sangat ditentukan oleh kemampuan dunia usaha. Menurut Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang ketenagakerjaan, upah minimum terdiri atas:

a. Upah minimum berdasarkan wilayah provinsi atau kabupaten/kota.

(24)

b. Upah minimum berdasarkan sektor pada wilayah provinsi atau kabupaten/kota.

c. Upah minimum sektoral dapat ditetapkan untuk kelompok lapangan usaha beserta pembagiannya menurut klasifikasi lapangan usaha Indonesia untuk kabupaten/kota, provinsi, beberapa provinsi atau nasional, dan tidak boleh rendah dari upah minimum regional daerah yang bersangkutan.

Penetapan upah minimum perlu mempertimbangkan beberapa hal secara komprehensif. Dasar pertimbangan menurut pasal 6 Peraturan Menteri Tenaga Kerja Republik Indonesia Nomor PER-01/MEN/1999 sebagai berikut:

a. Penetapan Upah Minimum Provinsi (UMP) dan Upah Minimum Kabupaten/Kota (UMK) dengan mempertimbangkan:

b. Kebutuhan Hidup Minimum (KHM) c. Indeks Harga Konsumen (IHK)

d. Kemampuan, perkembangan, dan kelangsungan perusahaan

e. Upah pada umunnya yang berlaku didaerah tertentu dan antar daerah f. Kondisi pasar kerja

g. Tingkat perkembangan perekonomian dan pendapat perkapita.

Pengertian Upah Minimum Kota Menurut pasal 1 angka 2 Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No.KEP-226/MEN/2000 tentang perubahan pasal 1, pasal 3, pasal 4, pasal 8, pasal 11, pasal 20, pasal 21 Peraturan

(25)

Menteri Tenaga Kerja PER-01/MEN/1999 tentang upah minimum, upah minimum Kabupaten/Kota adalah upah yang berlaku di daerah Kabupaten/Kota.

2.14 Besaran Kenaikan UMK di Provinsi Jawa Barat

Besaran kenaikan UMK Provinsi Jawa Barat Tahun 2020 Berdasarkan SK UMK Gubernur Jawa Barat Nomor 561/Kep983-Yanbangsos/2019.

Tabel 2.2

Data besaran UMK Jawa Barat NO

KABUPATEN/KOTA

UMK TAHUN 2019

UMK TAHUN 2020 1 Kabupaten Karawang Rp 4,234,010 Rp 4,594,324 2 Kabupaten Purwakarta Rp 3,722,299 Rp 4,039,067 3 Kabupaten Subang Rp 2,732,899 Rp 2,965,468 4 Kabupaten Cianjur Rp 2,336,004 Rp 2,534,798 5 Kabupaten Cirebon Rp 2,024,160 Rp 2,196,416

6 Kota Cirebon Rp 2,045,422 Rp 2,219,487

7 Kota Sukabumi Rp 2,331,752 Rp 2,530,182 8 Kota Tasikmalaya Rp 2,086,529 Rp 2,264,093 9 Kabupaten Bekasi Rp 4,146,126 Rp 4,498,961 10 Kabupaten Kuningan Rp 1,734,994 Rp 1,882,642 11 Kabupaten Garut Rp 1,807,285 Rp 1,961,085 12 Kabupaten Majalengka Rp 1,791,693 Rp 1,944,166 13 Kota Bandung Rp 3,339,580 Rp 3,623,778 14 Kabupaten Bogor Rp 3,763,405 Rp 4,083,670 15 Kabupaten

Tasikmalaya Rp 2,075,189 Rp 2,251,787

16 Kabupaten Ciamis Rp 1,733,162 Rp 1,880,654 17 Kabupaten

Pangandaran Rp 1,714,673 Rp 1,860,591

18 Kabupaten Indramayu Rp 2,117,713 Rp 2,297,931 19 Kabupaten Bandung Rp 2,893,074 Rp 3,139,275 20 Kabupaten Bandung

Barat Rp 2,898,744 Rp 3,145,427

21 Kabupaten Sumedang Rp 2,893,074 Rp 3,139,275

22 Kota Cimahi Rp 2,893,074 Rp 3,139,274

23 Kota Depok Rp 3,872,551 Rp 4,202,105

24 Kota Bogor Rp 3,842,785 Rp 4,169,806

25 Kabupaten Sukabumi Rp 2,791,016 Rp 3,028,531

26 Kota Bekasi Rp 4,229,756 Rp 4,589,708

27 Kota Banjar Rp 1,688,217 Rp 1,831,884

(26)

Berdasarkan SK Gubernur Jawa Barat Nomor 561/Kep983- Yanbangsos/2019, UMK Kabupaten Subang naik di Tahun 2020, dari yang semula Rp 2,732,899 menjadi Rp 2,965,468 atau ada kenaikan sekitar Rp 235,468 2.15 Kerangka Pemikiran

Dalam proses penggalian data mengenai proses terbentknya persepsi pada Buruh Pabrik di Kabupaten Subang tentang penetapan UMK Kabupaten Subang Tahun 2020 peneliti membuat sebuah kerangka pemikiran guna memperjelas focus penelitian ini. Dimana kerangka pemikiran dalam penelitian ini akan menggali masalah mengenai proses terbentknya persepsi pada Buruh Pabrik di Kabupaten Subang tentang penetapan UMK Kabupaten Subang Tahun 2020. Dan dalam penelitian ini peneliti menggunakan jenis pendekatan kualitatif karena objek dari penelitian ini berupa persepsi dan proses pembentukannya.

Adapun instrumen yang digunakan diantaranya adalah teori S-O-R dan Persepsi yang telah dijelaskan seelumnya. Selain itu, penelitian ini menggunakan pendekatan metode penelitian fenomenologi dari Maurice Merleau Ponty atau biasa disebut fenomenologi persepsi. Dimana penggalian data untuk menemukan proses pembentukan persepsi dari Buruh dilakukan melalui beberapa faktor yang mempengaruhi persepsi itu sendiri diantaranya faktor internal dan faktor eksternal, untuk mempertegas bahwa penelitian ini adalah penelitian komunikasi

(27)

bukan penelitian Psikologi, maka peneliti memperanyak konten-konten komunikasi didalamnya.

Gambar 2.3 Kerangka Pemikiran

PENETAPAN UMK KABUPATEN SUBANG

TAHUN 2020

PEKERJA/BURUH

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PROSES PEMBENTUKAN PERSEPSI

PROSES PEMBENTUKAN PERSEPSI

PERSEPSI BURUH PABRIK TENTANG PENETAPAN UMK KABUPATEN SUBANG

TAHUN 2020

Referensi

Dokumen terkait

yang bekerja di suatu perusahaan dan menerima gaji atau upah, atau setiap orang yang menghasilkan barang atau jasa yang mempunyai nilai ekonomis baik yang menerima gaji

Sedangkan pengertian pekerja atau buruh adalah ”setiap orang yang berkerja dengan menerima upah atau imbalan dalam bentuk lain” (Pasal 1 angka 3 Undang–Undang No.

Kompensasi atau upah adalah hak pekerja atau buruh yang diterima dan dinyatakan dalam bentuk uang sebagai imbalan dari pengusaha atau pemberi kerja kepada buruh

Tenaga Kerja Sektor Jasa Konstruksi adalah Setiap orang yang bekerja dengan menerima upah atau imbalan dalam bentuk lain pada sektor jasa konstruksi yang meliputi

Dalam pasal 1 Undang-Undang tersebut dikatakan bahwa upah adalah hak pekerja yang diterima dan dinyatakan dalam bentuk uang sebagai imbalan dari pengusaha atau pemberi kerja

pekerja outsourcing adalah setiap orang yang bekerja pada perusahaan penyedia tenaga outsourcing dengan menerima upah atau imbalan yang kemudian oleh perusahaan

"Kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang-undang, dengan tidak mendapatkan 'imbalan

Pekerja Bukan Penerima Upah PBPU PBPU adalah setiap orang yang bekerja atau berusaha atas risiko sendiri, yang terdiri dari: 1 Pekerja di luar hubungan kerja atau pekerja mandiri 2