• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II LANDASAN TEORI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II LANDASAN TEORI"

Copied!
30
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

LANDASAN TEORI

II.1. Perencanaan Karir II.1.1. Pengertian Karir

Sebelum mengenal karir, harus terlebih dahulu mengenal konsep bekerja, pekerjaan, jabatan, lalu karir. Bekerja ialah konsep dasar yang menunjuk pada sesuatu yang kita lakukan karena kita menginginkannya, dan dengan harapan dapat kita nikmati. Pekerjaan adalah posisi ketenagakerjaan dalam suatu jabatan, mungkin kita dapat melakukan banyak pekerjaan dalam suatu jabatan, sebab pekerjaan itu menghasilkan uang yang kita butuhkan dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari ataupun untuk melakukan serta membeli hal-hal yang kita sukai. Jabatan adalah lapangan kerja kita, profesi kita, yang mungkin saja berganti-ganti selama beberapa waktu sepanjang hidup kita. Karir adalah seluruh kehidupan kerja kita. Setiap jenjang karir yang kita tempuh mungkin terdiri dari satu atau beberapa jabatan, yang semakin meningkat seiring dengan pengalaman kerja kita (Corey & Corey, 2006).

Menurut Wilson (2006), karir adalah keseluruhan pekerjaan yang kita lakukan selama hidup kita, baik itu dibayar maupun tidak. Selanjutnya Collin (dalam Kristanto, 2003) menambahkan bahwa karir muncul akibat interaksi seseorang dengan organisasi dan lingkungan sosialnya.

Gibson dkk (1995) merumuskan karir sebagai rangkaian sikap dan perilaku yang berkaitan dengan pengalaman dan aktivitas kerja selama rentang waktu kehidupan seseorang dan rangkaian aktivitas kerja yang terus

(2)

berkelanjutan. Dengan demikian karir seorang individu melibatkan rangkaian pilihan dari berbagai macam kesempatan. Sedangkan menurut Soetjipto (2002), karir merupakan bagian dari perjalanan hidup seseorang, bahkan bagi sebagian orang merupakan suatu tujuan hidup.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa karir adalah rangkaian aktivitas kerja yang terus berkelanjutan dan melibatkan pilihan dari berbagai macam kesempatan yang terjadi akibat interaksi individu dengan organisasi dan lingkungan sosialnya.

II.1.2. Pengertian Perencanaan Karir

Menurut Rosari (2002) perencanaan karir adalah proses yang sengaja dibuat agar individu menjadi sadar akan atribut-atribut yang berkenaan dengan

karir personal (personal career related) dan serangkaian panjang tahap-tahap

yang menyumbang pada pemenuhan karirnya. Dapat dikatakan juga perencanaan karir adalah proses seseorang memilih sasaran karir dan jalur ke sasaran itu.

Menurut Corey & Corey (2006), perencanaan karir adalah suatu proses yang mencakup penjelajahan pilihan dan persiapan diri untuk sebuah karir. Selanjutnya menurut Kleineckht & Hefferin (dalam Gail, Janice, Linda & Mary, 2004), perencanaan karir adalah proses penilaian diri dan penetapan tujuan karir yang selalu berkesinambungan.

Witko, Bernes, Magnusson, Bardick (2005) menyatakan bahwa perencanaan karir adalah proses yang harus dilewati sebelum melakukan pengambilan keputusan karir. Perencanaan karir menjadi suatu hal yang penting karena dengan adanya perencanaan karir maka akan mengurangi ketegangan dan

(3)

kekalutan individu dalam mencari informasi karir pengambilan keputusan akan karir yang diinginkan.

Menurut Triana (2004, dalam Wati, 2005) perencanaan karir merupakan salah satu komponen yang penting dalam mempersiapkan diri untuk memilih pendidikan lanjutan atau pekerjaan yang diinginkan. Perencanaan karir terdiri dari persiapan diri dan menyusun daftar pilihan karir dengan lebih baik, yang dapat dilakukan dengan cara memperbanyak informasi tentang persyaratan dunia kerja yang dibutuhkan, menambah keterampilan, dan lain sebagainya.

Kleinknecht & Hefferin (dalam Donner & Wheeler, 2001) menyatakan bahwa yang dimaksud dengan perencanaan karir adalah suatu proses berkelanjutan dari penilaian diri dan penetapan tujuan. Sedangkan menurut Crane (1986), perencanaan karir adalah proses individual dalam memilih pekerjaan dan merencanakan langkah-langkah yang akan dilakukan untuk mendapatkan pekerjaan itu.

Parsons (dalam Winkel & Hastuti, 2006) merumuskan perencanaan karir sebagai proses yang dilalui sebelum melakukan pemilihan karir. Proses ini mencakup tiga aspek utama yaitu pengetahuan dan pemahaman akan diri sendiri, pengetahuan dan pemahaman akan pekerjaan, serta penggunaan penalaran yang benar antara diri sendiri dan dunia kerja.

Menurut Harris-Bowlsbey (1992) perencanaan karir adalah cara dalam memutuskan apa yang ingin individu lakukan dalam hidupnya. Dengan adanya perencanaan karir akan membantu individu dalam melihat gambaran pekerjaan apa yang ideal bagi dirinya. Perencanaan karir akan menentukan apa yang menjadi minat, potensi, dan kemampuan kita, membantu memutuskan apa yang

(4)

terbaik, dan mengarahkan kepada pekerjaan apa yang paling kita sukai untuk dilakukan. Perencanaan karir akan membantu efektivitas keputusan ketika harus memilih karir atau mengubah karir yang berubah sesuai dengan tuntutan jaman.

Menurut Simamora (2001) perencanaan karir adalah suatu proses dimana individu dapat mengidentifikasi dan mengambil langkah-langkah untuk mencapai tujuan karirnya. Perencanaan karir melibatkan pengidentifikasian tujuan-tujuan yang berkaitan dengan karir dan penyusunan rencana-rencana untuk mencapai tujuan tersebut. Perencanaan karir merupakan proses untuk: (1) menyadari diri sendiri terhadap peluang-peluang, kesempatan-kesempatan, kendala-kendala, pilihan-pilihan, dan konsekuensi-konsekuensi; (2) mengidentifikasi tujuan-tujuan yang berkaitan dengan karir; (3) penyusunan program kerja, pendidikan, dan yang berhubungan dengan pengalaman-pengalaman yang bersifat pengembangan guna menyediakan arah, waktu, dan urutan langkah-langkah yang diambil untuk meraih tujuan karir. Melalui perencanaan karir, setiap idividu mengevaluasi kemampuan dan minatnya sendiri, mempertimbangkan kesempatan karir alternatif, menyusun tujuan karir, dan merencanakan aktivitas-aktivitas pengembangan praktis. Fokus utama dalam perencanaan karir haruslah sesuai antara tujuan pribadi dan kesempatan-kesempatan yang secara realistis tersedia.

Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa perencanaan karir adalah proses berkelanjutan dimana individu melakukan penilaian diri dan penilaian dunia kerja, merencanakan langkah-langkah yang harus dilakukan untuk mencapai pilihan karir tersebut, dan membuat penalaran yang rasional sebelum mengambil keputusan mengenai karir yang diinginkan.

(5)

II.1.3. Aspek-Aspek Perencanaan Karir

Menurut Parsons (dalam Winkel & Hastuti, 2006), ada tiga aspek yang harus terpenuhi dalam membuat suatu perencanaan karir, yaitu:

1) Pengetahuan dan pemahaman diri sendiri, yaitu pengetahuan dan pemamahan

akan bakat, minat, kepribadian, potensi, prestasi akademik, ambisi, keterbatasan-keterbatasan, dan sumber-sumber yang dimiliki.

2) Pengetahuan dan pemahaman dunia kerja, yaitu pengetahuan akan

syarat-syarat dan kondisi-kondisi yang dibutuhkan untuk sukses dalam suatu pekerjaan, keuntungan dan kerugian, kompensasi, kesempatan, dan prospek kerja di berbagai bidang dalam dunia kerja.

3) Penalaran yang realistis akan hubungan pengetahuan dan pemahaman diri

sendiri dengan pengetahuan dan pemahaman dunia kerja, yaitu kemampuan

untuk membuat suatu penalaran realistis dalam merencanakan atau memilih bidang kerja dan/atau pendidikan lanjutan yang mempertimbangkan pengetahuan dan pemahaman diri yang dimiliki dengan pengetahuan dan pemahaman dunia kerja yang tersedia.

II.1.4. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perencanaan Karir

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi seorang individu dalam membuat perencanaan karir (dalam Winkel & Hastuti, 2006), antara lain:

1) Nilai-nilai kehidupan, yaitu ideal-ideal yang dikejar oleh seseorang

dimana-mana dan kapan juga. Nilai-nilai menjadi pedoman dan pegangan dalam hidup dan sangat menentukan gaya hidup. Refleksi diri terhadap nilai-nilai kehidupan akan memperdalam pengetahuan dan pemahaman akan diri sendiri

(6)

yang berpengaruh terhadap gaya hidup yang akan dikembangkan termasuk didalamnya jabatan yang direncanakan untuk diraih.

2) Keadaan jasmani, yaitu ciri-ciri fisik yang dimiliki seseorang. Untuk

pekerjaan-pekerjaan tertentu berlakulah berbagai persyaratan yang menyangkut ciri-ciri fisik.

3) Masyarakat, yaitu lingkungan sosial-budaya dimana orang muda dibesarkan.

Lingkungan ini luas sekali dan berpengaruh besar terhadap pandangan dalam banyak hal yang dipegang teguh oleh setiap keluarga, yang pada gilirannya menanamkannya pada anak-anak. Pandangan ini mencakup gambaran tentang luhur rendahnya aneka jenis pekerjaan, peranan pria dan wanita dalam kehidupan masyarakat, dan cocok idaknya suatu pekerjaan untuk pria dan wanita.

4) Keadaan sosial ekonomi negara atau daerah, yaitu laju pertumbuhan ekonomi

yang lambat atau cepat, stratifikasi masyarakat dalam golongan sosial ekonomi, serta diversifikasi masyarakat atas kelompok-kelompok yang terbuka atau tertutup bagi anggota dari kelompok lain.

5) Posisi anak dalam keluarga. Anak yang memiliki saudara kandung yang lebih

tua tentunya akan meminta pendapat dan pandangan mengenai perencanaan karir sehingga mereka lebih mempunyai pandangan yang lebih luas dibandingkan anak yang tidak mempunyai saudara yang lebih tua.

6) Pandangan keluarga tentang peranan dan kewajiban anak laki-laki dan

perempuan yang telah menimbulkan dampak psikologis dan sosial-budaya. Berdasarkan pandangan masyarakat bahwa ada jabatan dan pendidikan

(7)

tertentu yang melahirkan gambaran diri tertentu dan mewarnai pandangan masyarakat tentang peranan pria dan wanita dalam kehidupan masyarakat.

7) Orang-orang lain yang tinggal serumah selain orangtua sendiri dan kakak-adik

sekandung dan harapan keluarga mengenai masa depan anak akan memberi pengaruh besar bagi anak dalam menyusun dan merencanakan karirnya. Orangtua, saudara kandung orangtua, dan saudara kandung sendiri menyatakan segala harapan mereka serta mengkomunikasikan pandangan dan sikap tertentu terhadap perencanaan pendidikan dan pekerjan. Orang muda harus menentukan sendiri sikapnya terhadap harapan dan pandangan tersebut, hal ini akan berpengaruh pada perencanaan karirnya. Bila dia menerimanya maka dia akan mendapat dukungan dalam perencanaan karirnya, sebaliknya bila dia tidak menerima maka dia akan menghadapi situasi yang sulit karena tidak adanya dukungan dalam perencanaan masa depan.

8) Taraf sosial-ekonomi kehidupan keluarga, yaitu tingkat pendidikan orangtua,

tinggi rendahnya pendapatan orangtua, jabatan ayah atau ayah dan ibu, daerah tempat tinggal dan suku bangsa. Anak-anak berpartisipasi dalam status sosial ekonomi keluarganya. Status ini akan ikut menentukan tingkat pendidikan sekolah yang dimungkinkan, jumlah kenalan pegangan kunci bagi beberapa jabatan tertentu yang dianggap masih sesuai dengan status sosial tertentu.

9) Pergaulan dengan teman-teman sebaya, yaitu beraneka pandangan dan variasi

harapan tentang masa depan yang terungkap dalam pergaulan sehari-hari. Pandangan dan harapan yang bernada optimis akan meninggalkan kesan dalam hati yang jauh berbeda dengan kesan yang timbul bila mendengarkan keluhan-keluhan.

(8)

10)Pendidikan sekolah, yaitu pandangan dan sikap yang dikomunikasikan kepada anak didik oleh staf petugas bimbingan dan tenaga pengajar mengenai nilai-nilai yang terkandung dlaam bekerja, tinggi rendahnya status sosial jabatan-jabatan, dan kecocokan jabatan tertentu untuk anak laki-laki dan perempuan.

11)Gaya hidup dan suasana keluarga, serta status perkawinan orangtua, yaitu

dlaam kondisi keluaarga yang bagaimana anak dibesarkan. Apakah mendukung atau tidak mendukung, semua itu akan mempengaruhi anak dalam merencakan dan membuat keputusan tentang pendikan lanjutan maupun pekerjaan di masa mendatang.

II.2. Bimbingan

II.2.1. Pengertian Bimbingan

Rumusan tentang bimbingan muncul sejak dimulainya bimbingan yang pertama kali diprakarsai oleh Frank Parsons tahun 1909. Menurut Parsons (dalam Winkel & Hastuti, 2006) bimbingan ialah bantuan yang diberikan kepada individu untuk dapat memilih, mempersiapkan diri, dan memangku suatu jabatan serta mendapat kemajuan dalam jabatan yang dipilihnya.

Menurut Gunawan (2001), bimbingan adalah proses bantuan individual untuk membantu siswa mengerti diri mereka dan dunianya. Menurut Schmidt (1993), bimbingan adalah sebuah istilah yang digunakan untuk menjelaskan suatu kurikulum pendidikan yang berhubungan dengan area afektif dan psikologis. Kurikulum bimbingan ini memiliki tujuan yang tepat dan objektif bagi setiap tingkatan kelas dan idealnya diberikan secara terpadu di dalam kelas oleh guru yang bekerja bersama-sama dengan konselor (guru pembimbing) sekolah.

(9)

Menurut Rahman (2003), bimbingan adalah proses bantuan yang diberikan kepada seseorang agar ia mampu memahami diri, menyesuaikan diri dan mengembangkan diri sehingga mencapai kehidupan yang sukses dan bahagia.

Menurut Miller (dalam Willis, 2004), bimbingan adalah proses bantuan terhadap individu untuk mencapai pemahaman diri dan pengarahan diri yang dibutuhkan bagi penyesuaian diri secara baik dan maksimum di sekolah, keluarga, dan masyarakat.

Menurut Yusuf & Nurihsan (2005), bimbingan merupakan serangkaian tahapan kegiatan yang sistematis dan berencana yang terarah kepada pencapaian tujuan. Bimbingan merupakan pemberian bantuan yang menunjukkan bahwa yang aktif dalam mengembangkan diri, mengatasi masalah, atau mengambil keputusan adalah individu atau peserta didik itu sendiri.

Mengacu pada Peraturan Pemerintah No.29/1990 tentang Pendidikan Menengah Pasal 27 Ayat 1, dikatakan bahwa bimbingan merupakan bantuan yang diberikan kepada siswa dalam rangka upaya menemukan pribadi, mengenal lingkungan, dan merencanakan masa depan (Bandono, 2007).

Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa bimbingan adalah suatu proses bantuan kepada individu untuk dapat memahami diri dan lingkungan yang terarah kepada pencapaian tujuan yaitu mencapai kehidupan yang sukses dan bahagia.

II.2.2. Tujuan Bimbingan

Sebagaimana telah dijelaskan dalam definisi bimbingan diatas bahwa bimbingan merupakan proses bantuan kepada individu dengan demikian

(10)

bimbingan menempati bidang pelayanan pribadi dalam keseluruhan proses dan kegiatan pendidikan. Dalam hubungan ini, menurut Prayitno (dalam Hallen, 2005) pelayanan bimbingan diberikan kepada siswa dalam rangka upaya agar siswa dapat menemukan pribadi, mengenal lingkungan, dan merencanakan masa depan.

Menurut Prayitno (dalam Hallen, 2005) bimbingan dalam rangka menemukan pribadi, dimaksudkan agar peserta didik mengenal kekuatan dan kelemahan dirinya sendiri serta menerimanya secara positif dan dinamis sebagai modal pengembangan diri lebih lanjut. Sementara, bimbingan dalam rangka mengenal lingkungan dimaksudkan agar peserta didik mengenal lingkungannya secara objektif, baik lingkungan sosial-ekonomi, lingkungan budaya yang sangat sarat dengan nilai-nilai dan norma, maupun lingkungan fisik dan menerima berbagai kondisi lingkungan itu secara positif dan dinamis pula. Sedangkan bimbingan dalam rangka merencanakan masa depan dimaksudkan agar peserta didik mampu mempertimbangkan da mengambil keputusan tentang masa depan dirinya, baik yang menyangkut bidang pendidikan, bidang karir, maupun bidang budaya, keluarga, dan masyarakat. Melalui perencanaan masa depan ini individu diharapkan mampu mewujudkan dirinya sendiri dengan bakat, minat, intelegensi, dan kemungkinan-kemungkinan yang dimilikinya.

II.2.3. Fungsi Bimbingan

Pelayanan bimbingan mengemban sejumlah fungsi yang hendak dipenuhi melalui kegiatan pelaksanaan bimbingan konseling. Menurut Hallen (2005), fungsi-fungsi yang dimaksud mencakup:

(11)

1. Fungsi Pencegahan, yaitu fungsi bimbingan yang akan menghasilkan tercegahnya atau terhindarnya peserta didik dari berbagai permasalahan yang mungkin timbul yang akan dapat mengganggu, menghambat ataupun menimbulkan kesulitan, kerugian-kerugian tertentu dalam proses perkembangannya.

2. Fungsi Pemahaman, yaitu fungsi bimbingan yang akan menghasilkan

pemahaman tentang sesuatu oleh pihak-pihak tertentu sesuai dengan kepentingan pengembangan peserta didik.

3. Fungsi Pengentasan yaitu pelayanan bimbingan berusaha membantu

memecahkan masalah-masalah yang dihadapi oleh peserta didik, baik dalam sifatnya, jenisnya, maupun bentuknya.

4. Fungsi Pemeliharaan dan Pengembangan, yaitu fungsi bimbingan dan

koseling yang akan menghasilkan terpeliharanya dan terkembangkannya berbagai potensi dan kondisi positif peserta didik dalam rangka perkembangan dirinya secara terarah, mantap, dan berkelanjutan.

5. Fungsi Advokasi yaitu fungsi bimbingan yang akan menghasilkan teradvokasi

atau pembelaan terhadap peserta didik dalam rangka upaya pengembangan seluruh potensi secara maksimal.

Fungsi-fungsi tersebut diwujudkan melalui diselenggarakannya berbagai

jenis layanan dan kegiatan bimbingan untuk mencapai hasil sebagaimana yang terkandung di dalam masing-masing fungsi tersebut.

(12)

II.2.4. Bidang Layanan Bimbingan

Pelayanan bidang bimbingan di sekolah merupakan kegiatan yang sistematis, terarah, dan berkelanjutan. Oleh karena itu pelayanan bimbingan selalu memperhatikan karakteristik tujuan pendidikan, kurikulum, dan peserta didik (Hallen, 2005).

Menurut Rahman (2003), kegiatan bimbingan secara keseluruhan mencakup empat bidang, yaitu bimbingan pribadi, bimbingan sosial, bimbingan belajar, dan bimbingan karier. Berikut akan diuraikan masing-masing bidang bimbingan.

1. Bimbingan Pribadi. Bimbingan pribadi adalah layanan bimbingan yang diberikan kepada siswa untuk menemukan dan mengembangkan diri pribadinya sehingga menjadi pribadi yang mantap dan mandiri serta mampu mengoptimalkan potensi yang di miliki.

2. Bimbingan Sosial. Bimbingan sosial adalah layanan bimbingan yang diberikan kepada siswa untuk mengenal lingkungannya sehingga mampu bersosialisasi dengan baik dan menjadi pribadi yang bertanggung jawab.

3. Bimbingan Belajar. Bimbingan belajar adalah layanan bimbingan yang diberikan kepada siswa untuk dapat membentuk kebiasaan belajar yang baik, mengembangkan rasa ingin tahu dan menumbuhkan motivasi untuk mengembangkan ilmu pengetahuan.

4. Bimbingan Karir. Bimbingan karir adalah layanan bimbingan yang diberikan kepada siswa untuk dapat merencanakan dan mengembangkan masa depannya, berkaitan dengan dunia pendidikan maupun dunia karir.

(13)

Realisasi pelayanan dari keempat bidang bimbingan tersebut dilaksanakan melalui tujuh jenis layanan yang relevan, yaitu layanan orientasi, informasi, penempatan dan penyaluran, pembelajaran, konseling pribadi, bimbingan kelompok, dan konseling kelompok.

II.2.5. Jenis Layanan Bimbingan

Menurut Hallen (2005), ada tujuh jenis layanan bimbingan yang semuanya mengacu pada bidang-bidang bimbingan, sedangkan bentuk dan isi layanan disesuaikan dengan karakteristik dan kebutuhan peserta didik.

1. Layanan Orientasi, yaitu layanan bimbingan yang memungkinkan peserta

didik (klien) memahami lingkungan (seperti sekolah) yang baru dimasukinya. Layanan orientasi ditujukan pada siswa baru dan pihak-pihak lain (terutama orang tua/wali siswa) guna memberikan pemahaman dan penyesuaian diri terutama penyesuaian diri siswa terhadap lingkungan (sekolah) yang baru dimasukinya. Fungsi utama layanan ini adalah fungsi pemahaman dan pencegahan.

2. Layanan Informasi, yaitu layanan bimbingan yang memungkinkan peserta

didik (klien) menerima dan memahami berbagai informasi (seperti informasi pendidikan, informasi jabatan) yang dapat dipergunakan sebagai bahan pertimbangan dan pengambilan keputusan untuk kepentingan peserta didik (klien) dalam merencanakan dan mengembangkan pola kehidupan sebagai siswa, anggota keluarga, dan masyarakat. Fungsi utama dalam layanan ini adalah fungsi pemahaman dan pencegahan.

(14)

3. Layanan Penempatan dan Penyaluran, yaitu layanan bimbingan yang memungkinkan peserta didik (klien) memperoleh penempatan dan penyaluran yang tepat (misalnya penempatan dan penyaluran di dalam kelas, kelompok belajar, jurusan, kegiatan co-ekstrakurikuler, pilihan pekerjaan/karir, program latihan dan pendidikan yang lebih tinggi) sesuai dengan potensi, bakat, dan minat serta kondisi pribadi secara fisik dan psikis. Layanan ini berfungsi dalam hal pencegahan, pemeliharaan, dan advokasi.

4. Layanan Pembelajaran, yaitu layanan bimbingan yang memungkinkan peserta

didik (klien) mengembangkan diri dengan sikap dan kebiasaan belajar yang baik, materi belajar dengan kecepatan dan kesulitan belajar, serta berbagai aspek tujuan dan kegiatan belajar lainnya.

5. Layanan Konseling Individual, yaitu layanan bimbingan yang memungkinkan

peserta didik (klien) mendapat layanan langsung tatap muka (secara perseorangan) dengan guru pembimbing dalam rangka pembahasan dan pengentasan masalah pribadi yang dideritanya. Layanan ini dilaksanakan untuk seluruh masalah siswa secara individual (dalam berbagai bidang bimbingan, yaitu bimbingan pribadi, sosial, belajar, dan karir).

6. Layanan Bimbingan Kelompok, yaitu layanan bimbingan yang memungkinkan

sejumlah peserta didik secara bersama-sama melalui dinamika kelompok memperoleh berbagai bahan dari nara sumber tertentu (terutama dari Guru Pembimbing) dan/atau membahas secara bersama-sama pokok bahasan (topik) tertentu yang berguna untuk menunjang pemahaman dan kehidupannya sehari-hari dan/atau untuk perkembangan dirinya baik sebagai individu maupun sebagai pelajar, dan untuk pertimbangan dalam pengambilan keputusan

(15)

dan/atau tindakan tertentu dalam berbagai bidang bimbingan (pribadi, sosial, belajar, karir). Fungsi utama layanan ini adalah fungsi pemahaman dan pengembangan.

7. Layanan Konseling Kelompok, yaitu layanan bimbingan yang memunginkan

peserta didik (klien) memperoleh kesempatan untuk pembahasan dan pengentasan permasalahan yang dialaminya melalui dinamika kelompok; permasalahan yang dibahas itu adalah masalah pribadi yang dialami masing-masing anggota kelompok yang meliputi berbagai masalah dalam segenap bidang bimbingan (yaitu bmbingan pribadi, sosial, karir, dan belajar). Fungsi utama dalam layanan ini adalah fungsi pengentasan masalah.

Untuk selanjutnya dalam penelitian ini bimbingan hanya akan berfokus pada bidang karir dan bentuk serta isi layanan yang diberikan juga mengacu pada bidang karir. Dari definisi ketujuh jenis layanan tersebut, layanan yang sesuai untuk bimbingan karir adalah layanan informasi, layanan penempatan/penyaluran, layanan bimbingan kelompok, layanan konseling individual, dan layanan konseling kelompok.

II.3. Pemanfaatan Layanan Bimbingan Karir II.3.1. Definisi Bimbingan Karir

Bimbingan karir merupakan kegiatan bimbingan yang pertama, yang dimulai oleh Frank Parsons tahun 1909 di Boston, Amerika Serikat, dengan tujuan agar kaum muda mempunyai bekal untuk terjun ke masyarakat. Konsep model Parsons sangat sederhana, yaitu sekedar membandingkan dan mengkombinasikan antara hasil analisis individual dan hasil analisis dunia kerja (Gunawan, 2001).

(16)

Menurut Winkel (1991), bimbingan karir (vocational guidance) ialah bimbingan dalam memilih pekerjaan atau jabatan atau profesi dalam mempersiapkan diri untuk memasuki lapangan itu dan dalam menyesuaikan diri dengan tuntutan-tuntutan dalam bidang pekerjaan tertentu.

Yusuf dan Nurihsan (2005) mendefinisikan bimbingan karir sebagai bimbingan untuk membantu individu dalam perencanaan, pengembangan, dan pemecahan masalah-masalah karir seperti pemahaman terhadap jabatan dan tugas-tugas kerja, pemahaman kondisi dan kemampuan diri, pemahaman kondisi lingkungan, perencanaan dan pengembangan karir, penyesuaian pekerjaan, dan pemecahan masalah-masalah karir yang dihadapi. Sedangkan menurut Hallen (2005), dalam bidang bimbingan karir, pelayanan bimbingan ditujukan untuk mengenal potensi diri, mengembangkan dan memantapkan pilihan karir.

Dengan adanya bimbingan karir di sekolah, diharapkan para siswa mendapatkan bantuan dalam: (1) Mendapat pemahaman yang lebih baik dan akurat mengenai dirinya; (2) Memanfaatkan lebih banyak lagi sumber-sumber kehidupan; (3) Persiapan diri memasuki dunia kerja dan dunia kehidupan umumnya; (4) Pemilihan yang adekuat sesuai dengan lapangan kehidupan yang sesuai; (5) Menyelesaikan masalah spesifik yang berkaitan dengan kerja dan kehidupan sehari-hari; dan (6) Memuat penilaian yang sehat dan objektif terhadap karir (Surya, 2001).

Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa bimbingan karir adalah bimbingan yang bertujuan untuk membantu individu dalam perencanaan, pengembangan dan pemecahan masalah-masalah karir.

(17)

II.3.2. Definisi Layanan Bimbingan Karir

Layanan bimbingan karir adalah pemberian upaya bantuan dalam bentuk bimbingan yang diberikan kepada siswa untuk dapat merencanakan dan mengembangkan masa depannya, berkaitan dengan dunia pendidikan maupun dunia karir (Rahman, 2003). Sedangkan menurut Gunawan (2001), layanan bimbingan karir adalah strategi dan cara-cara yang digunakan dalam bimbingan karir untuk mencapai tujuan dari pemberian bimbingan karir.

II.3.3. Jenis Layanan Bimbingan Karir

Menurut Hallen (2005), ada tujuh jenis layanan bimbingan yang semuanya mengacu pada bidang-bidang bimbingan, sedangkan bentuk dan isi layanan disesuaikan dengan karakteristik dan kebutuhan peserta didik. Dalam bidang bimbingan karir, layanan yang diberikan adalah layanan informasi, layanan penempatan/penyaluran, layanan konseling individual, layanan bimbingan kelompok, dan layanan konseling kelompok.

1) Layanan Informasi

Layanan informasi yaitu layanan dalam bimbingan yang memungkinkan peserta didik menerima dan memahami berbagai informasi yang dapat dipergunakan sebagai bahan pertimbangan dan pengambilan keputusan untuk kepentingan peserta didik. Dalam bidang bimbingan karir, materi yang dapat diangkat melalui layanan ini antara lain informasi pendidikan tinggi, informasi jabatan, informasi keberagaman sosial budaya dan lingkungan yang berkaitan dengan lingkungan kerja.

(18)

2) Layanan Penempatan/Penyaluran

Melalui layanan penempatan dan penyaluran, siswa diberi kemungkinan untuk berada pada posisi dan pilihan yang tepat, yaitu berkenaan dengan penjurusan, kelompok belajar, pilihan pekerjaan/karir, kegiatan ekstra kurikuler, program pelatihan dan pendidikan yang lebih tinggi sesuai kondisi fisik dan psikisnya. Materi yang dapat diangkat antara lain penempatan di dalam kelas, penempatan dan penyaluran kelompok belajar, penyaluran pada kegiatan ekstra dan kokurikuler, penempatan jurusan dan program studi.

3) Layanan Konseling Individual

Layanan konseling individual dalam bimbingan karir memungkinkan siswa mendapatkan layanan langsung secara tatap muka dengan Guru Pembimbing bertujuan untuk membahas dan mengentaskan permasalahan yang dialami peserta didik sehubungan dengan bidang karir.

4) Layanan Bimbingan Kelompok

Melalui layanan bimbingan kelompok akan melahirkan dinamika kelompok, yang dapat membahas berbagai hal yang beragam yang berguna bagi peserta didik dalam bidang bimbingan karir. Dalam bimbingan kelompok ini, peserta didik akan diajak bersama-sama mengemukakan pendapat tentang sesuatu dan membicarakan topik-topik penting, mengembangkan nilai-nilai tentang hal tersebut, dan mengembangkan langkah-langkah bersama untuk menangani permasalahan yang dibahas dalam kelompok. Bimbingan kelompok lebih

(19)

merupakan diskusi mengenai suatu topik tertentu dalam kelompok. Materi yang dapat diangkat dalam bimbingan kelompok bidang karir antara lain:

a. Pemahaman tentang dunia kerja,

b. Pemahaman tentang pilihan dan pengembangan karir

c. Pemahaman tentang pilihan dan persiapan diri memasuki jabatan/program

studi lanjutan dan pendidikan lanjutan

d. Pengaturan dan penggunaan waktu secara efektif

e. Pemahaman dan penerimaan diri sendiri dan orang lain apa adanya.

5) Layanan Konseling Kelompok

Layanan konseling kelompok dalam bimbingan karir akan memungkinkan peserta didik memperoleh kesempatan bagi pembahasan masalah mengenai karir/pendidikan lanjutan melalui dinamika kelompok. Dalam layanan konseling kelompok masalah yang dibahas adalah masalah pribadi yang dialami masing-masing anggota kelompok meliputi berbagai masalah dalam segenap bidang bimbingan termasuk permasalahan dalam bidang karir/pendidikan lanjutan. Masalah-masalah tersebut dilayani melalui pembahasan yang intensif dalam kelompok, satu persatu tanpa terkecuali, sehingga semua masalah terbicarakan.

II.3.4. Tujuan Layanan Bimbingan Karir

Kasim (2001) menyatakan bahwa secara umum tujuan bimbingan karir di sekolah adalah untuk membantu siswa memiliki keterampilan dalam pengambilan keputusan mengenai karir di masa depan.

(20)

Menurut Winkel & Hatuti (2006), tujuan bimbingan karir adalah untuk

membantu siswa berefleksi atas gaya hidup (life style) dalam berbagai dimensi

yang didambakan bagi diriny sendiri yang kerap berkaitan dengan nilai-nilai kehidupan yang menjadi pegangan dalam hidup; membantu siswa untuk memilih bidang atau golongan jabatan tertentu dan memulai memandang dirinya sebagai calon pemegang jabatan yang harus memiliki konstelasi kualifikasi tertentu; membantu siswa untuk menyadari berbagai faktor eksternal dan faktor internal yang berpengaruh terhadap perkembangan karir serta mengidentifikasikan senua faktor itu dalam pribadinya sendiri, dalam keluarga, dan dalam masyarakat; membantu siswa untuk menghubungkan aneka faktor itu satu sama lain sehingga mampu membuat pilihan karir secara bijaksana dan bertanggung jawab; serta membantu siswa untuk mengimplementasikan pilihannya dalam suatu rencana persiapan jangka waktu pendek dan jangka waktu panjang.

Rahman (2003), menyatakan bahwa tujuan pemberian layanan bimbingan karir adalah untuk membantu siswa agar dapat merencanakan dan mengembangkan masa depannya, berkaitan dengan dunia pendidikan maupun dunia karir. Sedangkan Hallen (2005) mengemukakan tujuan pelayanan bimbingan karir adalah untuk mengenal potensi diri, mengembangkan, dan memantapkan pilihan karir.

II.3.5. Fungsi Layanan Bimbingan Karir

Menurut Winkel & Hastuti (2006), fungsi dari bimbingan karir ialah:

1. Fungsi penyaluran, yaitu fungsi bimbingan dalam membantu siswa

(21)

pengajaran yang disediakan di sekolah; memilih kegiatan ektrakurikuler yang cocok baginya selama menjadi peserta didik di sekolah yang bersangkutan; menentukan program studi lanjutan yang sesuai bagi dirinya setelah tamat dan merencanakan bidang pekerjaan yang cocok baginya di masa mendatang.

2. Fungsi penyesuaian, yaitu fungsi bimbingan dalam membantu siswa

menemukan cara menempatkan diri secara tepat dalam berbagai keadaan dan situasi yang dihadapi.

II. 3.6. Pemanfaatan Layanan Bimbingan Karir

Menurut kamus pintar Bahasa Indonesia (1995), kata pemanfaatan berasal dari kata dasar manfaat yang artinya guna atau faedah. Dengan demikian kata pemanfaatan berarti menggunakan sesuatu untuk mendapatkan kegunaan atau faedah dari objek tersebut.

Menurut Kasim (2001), secara umum tujuan dari pemberian bimbingan karir di sekolah adalah untuk membantu siswa memiliki keterampilan dalam pengambilan keputusan mengenai karir di masa depan. Sedangkan menurut Rahman (2003), tujuan pemberian layanan bimbingan karir adalah untuk membantu siswa agar dapat merencanakan dan mengembangkan masa depannya, berkaitan dengan dunia pendidikan maupun dunia karir.

Dari pengertian diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa yang dimaksud dengan pemanfaatan layanan bimbingan karir adalah penggunaan layanan-layanan dalam bimbingan karir untuk mencapai tujuan pemberian bimbingan karir, yaitu mengenal dan pemahaman diri agar dapat melakukan perencanaan,

(22)

pengembangan, pemantapan pilihan dalam melakukan pengambilan keputusan karir atau pendidikan lanjutan.

Pemanfaatan layanan ini dapat dilakukan siswa pada guru BK yang memberikan layanan dengan berbagai cara. Pada guru BK, siswa dapat melakukan diskusi, konsultasi, konseling, bertanya, debat kelompok, menyuarakan ide dan pikiran, meminta brosur, membaca buku-buku panduan BK, dan lain sebagainya yang berhubungan dengan materi-materi bimbingan karir (Winkel & Hastuti, 2006). Selanjutnya, menurut Hallen (2005), ada lima jenis layanan-layanan yang dapat dimanfaatkan oleh siswa, yaitu:

1) Pemanfaatan Layanan Informasi

Dalam bidang bimbingan karir, layanan informasi yang dapat dimanfaatkan oleh siswa antara lain informasi pendidikan tinggi, informasi jabatan, informasi keberagaman sosial budaya dan lingkungan yang berkaitan dengan lingkungan kerja.

2) Pemanfaatan Layanan Penempatan/Penyaluran

Pemanfaatan layanan ini berarti siswa dapat bertanya atau berkonsultasi pada Guru BK mengenai penempatan di dalam kelas, penempatan dan penyaluran kelompok belajar, penyaluran pada kegiatan ekstra dan kokurikuler, penempatan jurusan dan program studi yang sesuai dengan diri siswa tersebut.

(23)

3) Pemanfaatan Layanan Konseling Individual

Pemanfaatan terhadap layanan ini berarti siswa bebas untuk melakukan konseling secara pribadi (individual) bersama Guru BK untuk membahas dan mengentaskan segala permasalahan yang dialami siswa sehubungan dengan bidang karir.

4) Pemanfaatan Layanan Bimbingan Kelompok

Pemanfaatan layanan bimbingan kelompok berarti siswa menggunakan dinamika kelompok yang dibentuk Guru BK dalam kelas untuk mengemukakan pendapat tentang sesuatu dan membicarakan topik-topik penting, mengembangkan nilai-nilai tentang hal tersebut, dan mengembangkan langkah-langkah bersama untuk menangani permasalahan yang dibahas dalam kelompok. Adapun hal-hal yang didiskusikan bersama antara lain:

a) Pemahaman tentang dunia kerja,

b) Pemahaman tentang pilihan dan pengembangan karir

c) Pemahaman tentang pilihan dan persiapan diri memasuki jabatan/program

studi lanjutan dan pendidikan lanjutan

d) Pengaturan dan penggunaan waktu secara efektif

e) Pemahaman dan penerimaan diri sendiri dan orang lain apa adanya.

5) Pemanfaatan Layanan Konseling Kelompok

Pemanfaatan layanan konseling kelompok mengandung arti siswa dapat menceritakan masalah yang dialaminya dalam sesi konseling bersama Guru BK dan beberapa siswa lain melalui pertemuan (konseling) khusus. Dalam konseling

(24)

kelompok, siswa dapat berperan aktif untuk membantu memecahkan masalah siswa lain dengan menyumbangkan pemikirannya.

II.4. Siswa Sekolah Menengah Umum (SMU) II.4.1. Siswa SMU Sebagai Remaja 

Siswa SMU sebagai kelompok sosial menurut fase perkembangannya masuk dalam kelompok remaja akhir, yaitu berusia 16-18 tahun. Siswa SMU sebagai remaja secara psikologis, adalah usia dimana individu berintegrasi dengan masyarakat dewasa, usia dimana anak tidak lagi merasa dibawah tingkatan orang-orang yang lebih tua melainkan berada dalam tingkatan yang sama, sekurang-kurangnya dalam masalah hak, termasuk juga perubahan intelektual yang mencolok, transformasi intelektual yang khas dari cara berpikir remaja, memungkinkannya untuk mencapai integrasi dalam hubungan sosial yang dewasa, yang kenyataannya merupakan ciri khas yang umum dari periode perkembangan ini (Hurlock, 2004).

II.4.2. Minat Remaja

Menurut Hurlock (2004), pada masa remaja terjadi perubahan minat seiring dengan pertumbuhan dan perkembangannya. Ada tujuh minat utama pada masa remaja, yaitu (1) minat rekreasi; (2) minat sosial; (3) minat-minat pribadi; (4) minat pendidikan; (5) minat pekerjaan; (6) minat pada agama; dan (7) minat pada simbol dan status.

Dalam kaitanya dengan perencanaan karir remaja, ada dua minat remaja yang penting, yaitu:

(25)

1. Minat pendidikan. Minat remaja terhadap pendidikan sangat dipengaruhi oleh minat mereka terhadap pekerjaan. Kalau remaja mengharapkan pekerjaan yang memerlukan pendididkan tinggi, maka mereka akan mengangap pendidikan sebagai batu loncatan. Faktor-faktor yang mempengaruhi sikap remaja pada pendidikan antara lain: sikap teman sebaya, sikap orangtua, nilai-nilai, sikap terhadap guru, keberhasilan remaja dalam mengikuti berbagai kegiatan ekstrakurikuler, dan derajat dukungan sosial.

2. Minat pada pekerjaan. Anak sekolah menengah mulai memikirkan masa depan

mereka secara sungguh-sungguh. Pada akhir masa remaja, minat pada karir seringkali menjadi pikiran. Hal ini disebabkan karena pada masa remaja, individu belajar membedakan anatara pilihan pekerjaan yang disukai dan pekerjaan yang dicita-citakan. Remaja yang lebih tua akan lebih memikirkan apa yang akan dilakukan dan apa yang mampu dilakukan. Semakin mereka mendengar dan membicarakan berbagai jenis pekerjaan, semakin ia kurang yakin mengenai apa yang akan dilakukan. Selain itu remaja juga memikirkan cara untuk memperoleh pekerjaan yang diinginkan. Karena sikap terhadap perkejaan lambat kaun menjadi realistik, sebagian besar remaja mengubah pandangannya tentang penjajakan dan mungkin bekerja sambilan sesudah pulang sekolah. Pengalaman kerja akan memberikan informasi lebih banyak sehingga dapat dijadikan dasar dalam membuat keputusan akhir mengenai karir.

(26)

II.4.3. Perencanaan Karir Remaja

Winkel & Hastuti (2006) mengemukakan bahwa tugas-tugas perkembangan yang dihadapi oleh siswa remaja antara lain adalah mengembangkan rasa tanggung jawab, sehingga dapat melepaskan diri dari ikatan emosional yang kekanak-kanakan dan membuktikan diri pantas diberi kebebasan yang sesuai dengan umurnya; mempersiapkan diri untuk memasuki corak kehidupan orang dewasa; memantapkan diri dalam memainkan peranan sebagai

pria dan wanita (sexual role); merencanakan masa depannya di bidang studi dan

pekerjaan sesuai dengan nilai-nilai kehidupan yang dianut dan keadaan masyarakat yang nyata. Tantangan pokok bagi siswa remaja terletak dalam hal membentuk diri sendiri dan menginternalisasi seperangkat nilai dasar kehidupan (value) yang patut diperjuangkan.

Selanjutnya Super (dalam Winkel & Hastuti, 2006) menyatakan bahwa ketika berada di usia remaja individu mulai merumuskan ide mengenai pekerjaan yang sesuai dan mulai mengembangkan konsepsi diri mengenai pekerjaan yang berimplikasi terhadap keputusan tentang pilihan studi lanjutan. Remaja mulai mengenal dan menerima hal-hal yang diperlukan untuk membuat keputusan karir dan memperoleh keputusan lain yang relevan. Remaja mulai menyadari minat dan bakatnya dan bagaimana bakat dan minat itu nantinya berhubungan dengan kesempatan kerja. Remaja juga mulai mampu mengidentifikasi kemungkinan-kemungkinan yang ada sehubungan dengan bakat dan minat ini serta mengikuti pelatihan untuk mengembangkan dan meningkatkan bakat dan minat mereka agar lebih optimal saat bekerja nanti.

(27)

Menurut Super (dalam Winkel & Hastuti, 2006) perencanaan garis besar

masa depan (crystallizaion) terjadi antara umur 14 sampai 18 tahun, yang

terutama bersifat kognitif dengan meninjau diri sendiri dan situasi hidupnya. Perencanaan karir merupakan tugas perkembangan karir pada fase eksplorasi

(exploration), dari umur 15 sampai 24 tahun, dimana orang muda memikirkan

berbagai alternatif jabatan, tetapi belum mengambil keputusan yang mengikat. Fase ini merupakan fase paling penting sesudah fase paling awal yang harus

dilalui pertama kali, yaitu fase pengembangan (growth), dari saat lahir sampai

umur lebih kurang 15 tahun, dimana anak mengembangkan berbagai potensi, pandangan khas, sikap, minat, dan kebutuhan-kebutuhan yang dipadukan dalam

struktur gambaran diri (self-concept structure).

II.4.4. Tipe Perencanaan Karir Remaja

Menurut Kerr & Lally (2005), ada dua tipe perencanaan karir bagi siswa yang duduk di bangku sekolah menengah, yaitu:

1) Early Career Plans, adalah siswa yang telah mampu memahami dirinya

sendiri, mengetahui karir profesional seperti apa yang dicita-citakannya, mengetahui langkah apa yang sebaiknya diambil dan memiliki perencanaan yang baik untuk mencapai karir tersebut.

2) Late Career Plans,adalah siswa yang tidak mampu juga mengenali bakat dan minatnya, tidak mempunyai rencana tentang kerja dan karir di masa depan, dan kalaupun mereka merencanakan, maka yang direncanakan itu tidak sesuai dengan tujuan karir yang ingin dicapai.

(28)

II.5. Hubungan Antara Pemanfaatan Layanan Bimbingan Karir Dengan Perencanaan Karir

Mappiare (2001) menyatakan bahwa salah satu tugas perkembangan remaja adalah memilih dan mempersiapkan diri ke arah suatu pekerjaan atau jabatan.

Menurut Witko et.al. (2005), perencanaan karir menjadi suatu hal yang

penting karena dengan adanya perencanaan karir maka akan mengurangi ketegangan dan kekalutan siswa dalam mencari informasi karir untuk pengambilan keputusan akan karir yang diinginkan. Penelitian yang dilakukan

oleh Witko et.al (2005) menemukan bahwa perencanaan karir ternyata penting

bagi siswa SMU. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Triana (dalam Wati, 2005) bahwa perencanaan karir merupakan salah satu komponen yang penting dalam mempersiapkan diri untuk memilih pendidikan lanjutan atau pekerjaan yang diinginkan.

Menurut Corey & Corey (2006), perencanaan karir adalah suatu proses yang mencakup penjelajahan pilihan karir dan persiapan diri untuk sebuah karir. Selanjutnya Triana (2004, dalam Wati, 2005) menyatakan bahwa perencanaan karir terdiri dari persiapan diri dan menyusun daftar pilihan karir dengan lebih baik, yang dapat dilakukan dengan cara memperbanyak informasi tentang persyaratan dalam dunia kerja yang dibutuhkan, menambah keterampilan, dan lain sebagainya.

Dalam perencanaan karir, remaja membutuhkan bimbingan dari guru, konselor, orangtua, atau orang dewasa lainnya dalam merencanakan masa depan yang sesuai dengan bakat, minat, atau kemampuan yang dimilikinya.

(29)

Kosteck-Bunch (dalam Turner & Lapan, 2002) menyatakan bahwa dasar program bimbingan karir di sekolah bertujuan untuk memberi bantuan kepada siswa mengenai informasi pendidikan dan perencanan karir serta memberikan bantuan materiil dan sumber-sumber yang diperlukan.

Menurut Rahman (2003), inti dari pemberian layanan bimbingan adalah pengembangan diri. Dengan demikian seluruh peserta didik berhak mendapatkan layanan guna optimalisasi potensi. Sependapat dengan pernyataan diatas, Wati (2005) menyatakan bahwa pemahaman diri menjadi hal yang penting bagi individu supaya dapat berperilaku secara realistis, baik dalam pemilihan pendidikan maupun pemilihan karir.

Bimbingan karir di sekolah diarahkan untuk membantu siswa dalam memahami dirinya dalam perencanaan dan pengarahan kegiatan serta dalam pengambilan keputusan yang membentuk pola karir tertentu dan pola hidup yang memberikan kepuasan bagi dirinya dan lingkungannya. Agar siswa dapat mengambil keputusan yang tepat, maka layanan dalam bimbingan karir membantu siswa memahami diri, tidak hanya bakat tetapi juga minat, nilai-nilai, dan kepribadiannya. Pemahaman diri menjadi hal yang penting dalam perencanaan karir supaya individu dapat berpikir realistis, baik dalam pemilihan maupun pemilihan karir. Walaupun pemahaman diri tidak menjadi jaminan bagi pengambilan keputusan yang baik, tetapi keputusan yang baik tidak mungkin dapat dicapai tanpa adanya gambaran yang realistis tentang kemampuan, bakat, dan minat yang dimiliki (Wati, 2005).

Akan tetapi, belum dimanfaatkannya layanan bimbingan karir yang diberikan guru pembimbing di sekolah oleh siswa mengakibatkan tidak jarang

(30)

dijumpai mahasiswa yang mengalami kesulitan di Perguruan Tinggi karena bidang yang dipilih ternyata kurang sesuai dengan minat, bakat, dan kemampuannya. Apabila layanan bimbingan karir dimanfaatkan sebaik mungkin, hal ini dapat mengurangi kecemasan peserta didik dalam merencanakan masa depannya, karena dengan bimbingan karir peserta didik dibantu untuk memahami dirinya dan potensinya serta memahami dunia kerja yang berguna dalam perencanaan sebelum mengambil keputusan penting mengenai karir masa depan atau pendidikan lanjutan yang diinginkan (Wati, 2005).

Dari uraian diatas dapat dilihat bahwa melalui pemanfaatan layanan bimbingan karir maka siswa akan terbantu untuk memahami dan mengenal potensi dirinya dan hal ini akan memudahkan mereka dalam perencanaan karir. Semakin dini perencanaan karir dilakukan maka akan mengurangi kekalutan dan kesalahan pengambilan keputusan di masa depan mengenai pilihan karir dan pendidikan lanjutan yang diinginkan.

II.6. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan uraian diatas, maka hipotesis dalam penelitian ini adalah: Ada hubungan positif antara pemanfaatan layanan bimbingan karir dengan perencanaan karir. Diasumsikan bahwa semakin sering pemanfaatan layanan bimbingan karir maka semakin terarah perencanaan karir siswa. Sebaliknya, semakin jarang pemanfaatan layanan bimbingan karir maka semakin tidak terarah perencanaan karirnya.

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini bertujuan mengetahui: 1. Perbandingan faktor produksi industri kerajinan sapu rayung. Hambatan industri kerajinan sapu rayung dan upaya mengatasi. Total pendapatan

• Perlu dilakukan penelitian yang lebih detail mengenai sampah organik yang dihasilkan sentra ikan dan industri tempe untuk diolah menjadi biogas, agar memenuhi syarat dari

Spesifikasi Perangkat Lunak dalam menerapkan rancangan yang telah dibuat, dibutuhkan beberapa perangkat lunak untuk membuat aplikasi media pembelajaran ini, yaitu

Segala syukur dipanjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas limpahan berkat dan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dengan judul “Penerapan

Menganalisis produktivitas perusahaan sangat penting guna mengetahui seberapa besar tingkat rasio input dan output perusahaan, untuk menganalisis serta mengetahui hal

• Pembayaran terkait operasional kantor (antara lain: honor terkait operasional kantor, bahan makanan, penambah daya tahan tubuh (hanya diberikan kepada pegawai yang bekerja di

Pemerintah Indonesia sendiri di dalam program RPJM memiliki program harus membangun 100 kawasan Techno Park, dengan adanya kawasan Techno Park ini diharapkan akan

Komposit membran-elektrolit keramik-fatty imidazolinium yang akan dikembangkan pada penelitian ini diharapkan dapat menjadi komposit membran- elektrolit lokal yang ekonomis,