• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kondisi fisik kualitas air sungai-sungai di kawasan DAS Brantas Hulu yang diwakili oleh 18 stasiun pengamatan dijelaskan sebagai berikut: Stasiun 1

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Kondisi fisik kualitas air sungai-sungai di kawasan DAS Brantas Hulu yang diwakili oleh 18 stasiun pengamatan dijelaskan sebagai berikut: Stasiun 1"

Copied!
47
0
0

Teks penuh

(1)

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1. Kondisi Fisik Kualitas Air Sungai-sungai di Kawasan DAS Brantas Hulu Malang

Kondisi fisik kualitas air sungai-sungai di kawasan DAS Brantas Hulu yang diwakili oleh 18 stasiun pengamatan dijelaskan sebagai berikut:

Stasiun 1 : Sungai Brantas titik 1 yang terletak di daerah Sumber Brantas Desa Tulungrejo, Kecamatan Bumi Aji, Kabupaten Malang. Sungai ini dangkal, mempunyai kedalaman 10 cm.

Stasiun 2 : Sungai Brantas titik 2 yang terletak di daerah Sumber Brantas Desa Tulungrejo, Kecamatan Bumi Aji, Kabupaten Malang. Kondisinya tidak j x i berbeda dengan stasiun , 1 karena berdekatan narnun letaknya lebih ke hilir.

Stasiun 3 : Sungai Brantas yang terletak di Kelurahan Beji Kecamatan Junrejo Kabupaten Malang. Sungai ini mempunyai kedalaman 10-30 cm dan lebar 1,2 meter. Titik pengambilan sampel pada lokasi ini mempunyai kedalaman

*

20 cm..

Stasiun 4 : Kali Pendem di Kecamatan Junrejo Kabupaten Malang (Sungai Brantas orde 2) yang mempunyai lebar

*

5 meter dan kedalaman 30-50 cm. Titik pengambilan sampel pada lokasi ini mempunyai kedalaman

*

30 cm.

Stasiun 5 : Kali Pendem di Kecamatan Junrejo (Sungai Brantas orde 3), sungai lebih besar daripada orde 2 dengan lebar

*

5,15 meter dan

kedalaman 40-50 cm. Titik pengambilan sampel pada lokasi ini mempunyai kedalaman h 40 cm.

Stasiun 6 : Kali Bango Kelurahan Pandanwangi Kecarnatan Blimbing (Sungai Brantas orde 2) Kota Malang. Sungai ini mempunyai lebar

*

4 meter dan kedalaman

*

70 cm.

Stasiun 7 : Kali Arnprong Kelurahan Kedungkandang Kecamatan Kedungkandang Kota Malang mempunyai lebar

*

5 merer.

(2)

Stasiun 8 Stasiun 9 Stasiun 10 Stasiun 11 Stasiun 12 Stasiun 13 Stasiun 14 Stasiun 15

kedalaman 30-50 cm. Titik pengambilan sampel pada lokasi ini mempunyai kedalaman k 35 cm.

: Sungai Brantas Kelurahan Keduldalem Kecamatan Klojen Kota Malang. Sungai ini mempunyai lebar

*

5,5 meter dan kedalaman 30-70 cm. Titik pengambilan sampel pada lokasi ini mempunyai kedalaman

*

50 cm.

: Kali Bango Kelurahan Kedungkandang Kecamatan Kedungkandang (Sungai Brantas orde 3) Kota Malang. Sungai mempunyai lebar

*

6 meter dan kedalaman 40 cm-1 meter. Titik pengambulan sampel pada lokasi ini mempunyai kedalaman

+

50 cm.

: Kali Lesti Kelurahan Sananrejo yang mempunyai lebar

*

4,5 meter dan kedalaman 40-80 cm. Titik pengambilan sampel pada lokasi ini mempunyai kedalaman h 50 cm.

: Kali Lesti Kelurahan Tolok Kecamatan Turen yang mempunyai lebar

*

4 meter dan kedalaman 50 cm-1 meter. Titik pengambilan sampel pada lokasi ini mempunyai kedalaman

*

50 cm.

: Sungai Brantas Desa Kedung Pedarigan Kecamatan Kepanjen Kabupaten Malang yang mempunyai lebar 5 3 meter dan

kedalaman 40-80 meter. Titik pengambilan sampel mempunyai kedalaman

*

50 cm.

: Kali Lesti Wonokerto Suwaru, sungainya lebar

*

7 meter dan kedalaman

*

1,5-2 meter. Titik pengambilan sampel pada lokasi ini mempunyai kedalaman

*

1 meter.

: Kali Lesti Bermuara Sengguruh, merupakan muara Kali Lesti. Sungai ini mempunyai lebar

+

1,6 meter dan kedalaman 50-70 cm. Titik pengambilan sampel pada lokasi ini mempunyai kedalaman

*

50 cm.

: Waduk Sengguruh Tengah mempunyai lebar 5-7 meter dan kedalaman 50 cm-2,5 meter. Titik pengambilan sampe! pada lokasi ini mempunyai kedalaman 5 50 cm.

(3)

Stasiun 16 : Kali Babar (sungai Metro orde 1) di Desa Karangpandan Kecamatan Pakisaji kabupaten Malang. Sungai ini mempunyai lebar

*

4,5 meter dan kedalaman 30-70 cm, Lokasi pengambilan sampel mempunyai kedalaman

*

30 cm.

Stasiun 17 : Sungai Metro Mojosari-Kedungrnonggo Kecamatan Pakis Kabupaten Malang yang lebarnya

*

4 meter dan kedalaman 30- 60 cm. Lokasi pengambilan sampel mempunyai kedalaman

*

50 cm.

Stasiun 18 : Sungai Metro Kelurahan Talangagung Kecamatan Kepanjen Kabupaten Malang. Sungai ini mempunyai lebar h 5 meter dan kedalaman 40 cm-1 meter. Titik pengambilan sarnpel pada lokasi ini mempunyai kedalaman

*

40 cm.

5.2. Evaluasi Kualitas Air Sungai-sungai di Kawasan DAS Brantas Hulu Malang

5.2.1. Kondisi Kualitas Air Sungai-sungai di Kawasan DAS Brantas Hulu Malang

Sungai-sungai di kawasan DAS Brantas Hulu Malang memiliki peranan yang penting bagi masyarak~t Malang khususnya dan Jawa Timur pada umumnya. Pada awalnya kawasan ini ditetapkan sebagai jalur hijau, namun kenyataan yang terlihat di lapangan menunjukkan bahwa kawasan DAS Brantas Hulu Malang telah berkembang ke arah yang justru melanggar rencana tata ruang tersebut. Hal ini tentu mengakibatkan perubahan kondisi kualitas air pada sungai Brantas secara keseluruhan. Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 82 tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air maka pemantauan kualitas air kawasan Sungai Brantas dan sekitarnya menjadi tanggungjawab Pemerintah Daerah Jawa Timur. Sesuai dengan peraturan tersebut maka Gubemur Kepala daerah Dati I Jawa Timur menetapkan bahwa peruntukan Sungai Erantas termasuk dalam golongan C yaitu air yang dapat digunakan untuk keperluan perikanan dan peternakan. Selanjutnya dalam Keputusan Gubernur Jatim Nomor 4 13 Tahun 1987 ditetapkan juga penggolongan dan baku mutu air di Jawa Timur. Evaluasi kualitas air dilakukan terhadap parmeter fisika yaitu suhu, kekeruhan

(4)

(turbiditas), daya hantar listrik (konduktivitas), dan padatan tersuspensi (TSS) serta parameter kimia yaitu pH, oksigen terlarut (DO), kebutuhan oksigen kimia (COD), kebutuhan oksigen biokimia (BOD), konsentrasi nitrat, total nitrogen, konsentrasi ortofosfat dan total fosfor yang selanjutnya dibandingkan dengan SK Gubernur Jawa Timur Nomor 413 tahun 1987 sesuai dengan peruntukan Sungai Brantas untuk keperluan perikanan dan petemakan. Selain itu kualitas air sungai di kawasan DAS Brantas Hulu Malang juga langsung mengacu pada Peraturan Pemerintah No. 82 tahun 2001 dengan pedoman bahwa pada peruntukan sama maka Sungai Brantas termasuk pada air golongan 111. Kualitas Air juga dievaluasi dengan menentukan status mutu air menggunakan metoda Indeks Pencemaran berdasarkan Kep MenLH no. 1 15 tahun 2003.

5.2.2. Evaluasi Kualitas Air Berdasarkan Masing-masing Karakteristik 5.2.2.1. Suhu

Hasil penelitian menunjukkan bahwa suhu pada stasiun-stasiun pengamatan dari hulu ke hilir cenderung stabil dan tidak berbeda secara nyata. Perbedaan mencolok hanya tarnpak pada stasiun 1 dan 2 yang terletak di daerah Sumber Brantas. Kedua stasiun ini memiliki suhu rendah yaitu 16,7 & 16,5 OC. Hal ini disebabkan karena kawasan ini merupakan daerah sumber air Sungai Brantas yang paling hulu dan merupakan lokasi terdekat dengan sumber air (Gambar 6).

Menurut SK Gubernur Jatim No. 413 tahun 1987, baku mutu air yang peruntukannya untuk keperluan perikanan dan peternakan adalah suhu normal atau suhu alami

*

2 OC. Berdasarkan acuan tersebut terdapat 7 lokasi yang sebenarnya tidak lagi layak untuk peruntukan yang dimaksud karena perubahan suhunya dibandingkan kondisi alami pada daerah tersebut sudah melebihi ambang batas yaitu Sungai Brantas Kedung Pedarigan, Kali Lesti Wonokerto, Kali Lesti yang bermuara di Sengguruh, Waduk Sengguruh tengah, Kali Babar Kecamatan PakisajiSungai Metro Mojosari Kecamatan Pakis, dan Sungai Metro Talangagung.

(5)

Gambar 6. Grafik parameter suhu setiap stasiun pengamatan dari hulu ke hilir Bulan September 2003.

43

Dari 7 (tujuh) lokasi tersebut terdapat stasiun yang suhunya cukup jauh melebihi ambang batas (2 3' C) yaitu Sungai Kedung Pedarigan Kepanjen. Sedangkan 11 lokasi lain masih disebut layak peruntukan. Sumber Brantas memiliki suhu ekstrim karena lokasinya yang dekat dengan sumber namun ha1 ini wajar karena sesuai dengan kondisinya. Suhu alami daerah Sumber Brantas adalah sekitar 18°C. Suhu air sangat berkaitan dengan kenyamanan clan kelangsungan kehidupan di suatu perairan. Disamping itu suhu air juga mempengaruhi kecepatan reaksi proses kimia di dalam perairan. Oleh karena itu perubahan yang besar dari suhu di dalam ekosistem perairan dapat mengakibatkan kerugian bagi biota yang hidup di dalamnya.

Berdasarkan acuan Peraturan Pemerintah No. 82 tahun 2001, air golongan

111 memiliki baku mutu suhu normal

*

3 ' ~ . Stasiun yang suhunya melebihi

ambang batas yaitu Sungai Brantas Desa Kedung Pedarigan dengan suhu 28,3'~. Ini berarti bahwa kawasan tersebut berarti tidak layak lagi untuk peruntukan perikanan dan peternakan.

30 - 25 - 20 -

3

e 3 1 5 - r 3 V) 10 - 5 -

-

v o - - ~ ~ , l ~ , ~ ~ ~ ~ ~ , ~ ! l ~ ~ ~ \ 2 8 b h 8 6 8 2 % 0 \\ 8 b,t \h \6 $+,8

eP eP eP eP eP eP eP eP eP,$'*,&

*'&

& &. & Stasiun

(6)

5.2.2.2. Daya Hantar Listrik (Konduktivitas)

Daya hantar listrik (DHL) suatu perairan menunjukkan banyaknya ion-ion yang terdapat di dalam perairan tersebut. Hal ini merupakan indikasi keberadaan garam-garam terlarut dalam air. Sebagai salah satu sumber air tawar, sungai yang paling ideal tidak dapat menghantarkan arus listrik. Walaupun kenyataannya tidaklah pernah demikian karena sungai biasanya sudah dimasuki oleh bahan- bahan yang mengandung gararn terlarut.

Berdasarkan grafik pada Gambar 7 terlihat bahwa daya hantar listrik pada lokasi penelitian dari hulu ke hilir berfluktuasi, namun terdapat perbedaan mencolok pada stasiun 1 dan 2 yang terletak di Sumber Brantas yang konduktivitasnya sangat rendah. Hal ini kemungkinan disebabkan oleh kondisi kawasan ini yang masih relatif asli dan jauh dari surnber pencemaran.

Hasil pengukuran daya hantar listrik secara in situ di 18 stasiun juga menunjukkan nilai konduktivitasnya rata-rata rendah yaitu seluruhnya dibawah 1. Nilai baku mutu daya hantar listrik untuk sungai golongan C adalah 150-400 mhoslcm. Ini menunjukkan bahwa nilai konduktivitas di seluruh stasiun pengamatan masih jauh di bawah baku mutu namun tidak layak untuk peruntukan sungai golongan C.

Gambar 7. Grafik parameter konduktivitas setiap stasiun pengamatan dari hulu ke hilir Bulan September 2003.

(7)

Gambar 8. Grafik perubahan nilai konduktivitas pada beberapa lokasi penelitian tahun 2002-2003. 0.4 - 0.35 - 0.3 - c.

5

0.25 -

3

=

0.2 E

-

0.15 - 0.1 - 0.05 - 0

Nilai konduktivitas di beberapa lokasi penelitian tahun 2002-2003 seperti yang disajikan dalam Gambar 8 juga tidak memperlihatkan perubahan yang berarti dan nilainya masih sangat jauh dari ambang batas maksimum berdasarkan acuan Kep. Gub. No. 417 tahun 1987 dan PP No. 82 tahun 2001.

5.2.2.3. Total Padatan Tersuspensi (Total Suspended Solid, TSS)

-

Kandungan total padatan tersuspensi di 18 lokasi penelitian dari hulu ke hilir terlihat berfluktuasi. Dalam Surat Keputusan Gubernur Jawa Timur No. 41 3 tahun 1987 tidak disebutkan ambang batas untuk total padatan tersuspensi air golongan C, sedangkan berdasarkam PP No. 82 tahun 2001 ditetapkan nilai ambang batas 400 mg/L untuk air golongan 111. Data dari 18 stasiun pengarnatan menunjukkan bahwa nilai total padatan tersuspensi air sungai di kawasan DAS Brantas Hulu Malang masih jauh dari ambang batas. Total padatan tersuspensi terbesar ditemukan pada stasiun 5 di Kali Pendem (Brantas orde 3) yaitu 88 mg/L dan nilai terkecil terdapat di daerah Sumber Brantas 1 yaitu tanpa nilai total padatan tersuspensi atau 0 mgll. Berdasarkan karakteristik kandungan total padatan tersuspensi maka seluruh lokasi penelitian masih layak bagi peruntukan sungai golongan C dan I11 (Gambar 9).

,

Juni 2002 Juni 2003 Sept.2003 Waktu pengamatan (tahun)

+- Kali Lesti Wonokelto

-m- Kali Metro

t- Sungai Brantas Kedung Pedarigan

(8)

Gambar 9. Grafik parameter total padatan tersuspensi setiap stasiun pengamatan dari hulu ke hilir Bulan September 2003.

90 - 80 - 70 - 60 - $ 5 0 - E

-

40 - + 30 - 20 - 10 - 0 - Juni 2002 Juni 2003

Waktu pengamatan (tahun) +- Kali Lesti Wonokerto

Gambar 10. Grafik perubahan nilai total padatan tersuspensi pada beberapa lokasi penelitian tahun 2002-2003.

Data total padatan tersuspensi tahun 2002-2003 menunjukkan bahwa di Sungai Brantas Kedung Pedarigan, Kali Metro, dan Kali Lesti Wonokerto terlihat perubahan nilai total padatan tersuspensi yang berarti (Gambar 10). Total padatan tersuspensi merupakan parameter yang mempengamhi kekeruhan dan kecerahan air sehingga mempengaruhi proses fotosintesis. Nilai total padatan tersuspensi

(9)

yang besar juga mengakibatkan berkurangnya kemampuan pemurnian alami (self purijication) dengan mengurangi fotosintesis dan menutupi organisme dasar.

5.2.2.4. Turbiditas (kekeruhan)

Kekeruhan merupakan indikasi jernih atau tidaknya air sungai. Grafik kekeruhan dari 18 stasiun menunjukkan bahwa stasiun 17 yaitu Sungai Metro Talangagung merupakan lokasi yang paling tinggi tingkat kekeruhannya. Hal ini memang jelas sekali terlihat di lapangan sedangkan stasiun yang paling jernih airnya adalah stasiun 1 di daerah Surnber Brantas (Gambar 1 1).

b ' Y % " ~ % Q \ ? , b . $ ! + + +

$.?$.7$.'+. +. +. $. +. +. '32 $.? +? +.

&J#

* *

*

Stasiun

Gambar 1 1. Grafik parameter kekeruhan setiap stasiun pengamatan dari hulu ke hlir Bulan September 2003.

Tingkat keasaman air sungai dapat dievaluasi dengan derajat keasarnan atau pH. Naik atau turunnya nilai pH dipengaruhi oleh banyaknya bahan-bahan kimia yang masuk kedalam sungai.

Berdasarkan Surat Keputusan Gubemur Jawa Timur No. 413 tahun 1987 ditetapkan nilai baku pH Sungai golongan C adalah 5-9. Dari 18 stasiun pengamatan diketahui bahwa pH selunrh lokasi sarnpel masih berada dalam rentang nilai baku mutu. Hal yang sama juga terlihat dengan membandingkan pH 18 stasiun tersebut dengan baku mutu Peraturan Pemerintah No. 82 tahun 2001

(10)

yaitu 6-9. Hasil ini menunjukkan bahwa keasaman air sungai di kawasan DAS Brantas Hulu masih normal (Gambar 12). Pada beberapa lokasi penelitian seperti Sumber Brantas dan Sungai Brantas Desa Kedul Dalem memang terlihat adanya peningkatan pH dibandingkan dengan tahun 1997 (Gambar 13), namun di Kali Lesti, Kali Metro dan Sungai Brantas Kedung Pedarigan nilai pHnya berfluktuasi (Gambar 14).

*?

*'

*? *? +b *y

$22

g

g

5,$b*+

*+

*9

g

Stasiun

Gambar 12. Grafik parameter pH setiap stasiun pengamatan dari hulu ke hilir Bulan September 2003.

Mei 1997 Sept.2003 --t SurrberBrantas

Waktu pengamatan -m- Desa Kedul Dalem Gambar 13. Grafik perubahan nilai pH pada 2 (dua) lokasi penelitian.

(11)

Gambar 14. Grafik perubahan nilai pH beberapa lokasi penelitian tahun 2002-

2003

49

5.2.2.6. Oksigen Terlarut (Dissolved Oxygen)

9 - 8 - 7 - 6 - 5 - I P 4 - 3 - 2 - 1 - 0

Secara umum kandungan oksigen terlarut (DO) pada seluruh lokasi penelitian cukup tinggi dan masih memenuhi syarat untuk perikanan dan peternakan baik mengacu pada Kep. Gub. No. 4 17 tahun 1987 ataupun PP No. 82 tahun 200 1.

Dari 18 stasiun pengamatan hanya 2 (dua) stasiun yaitu stasiun 14 (Kali Lesti yang bermuara di waduk sengguruh) dan stasiun 15 (Waduk Sengguruh Tengah) yang nilai oksigen terlarutnya di bawah 4 mgll. Sedangkan 13 stasiun menunjukkan nilai DO yang cukup tinggi (Gambar 15). Oksigen terlarut pada stasiun 16, 17, dan 18 tidak diperlihatkan dalam Gambar 15 karena tidak menunjukkan nilai yang sebenarnya. Oksigen terlarut adalah parameter hidrobiologis karena merupakan penentu hidup matinya organisme di dalam air. Semakin tinggi nilai oksigen terlarut (DO) maka semakin tinggi kemungkinan adanya kehidupan di dalam sungai. Namun, kandungan oksigen terlarut yang sangat tinggi di dalam air sebenarnya tidak baik juga untuk kehidupan organisme di dalarnnya.

-m- Kali Metro

I I

Juni 2002 Juni 2003 Sept.2003 +-Sungai Brantas Kedung Waktu pengamatan (tahun)

(12)

I

Stasiun

1

1

I

Gambar 15. Grafik parameter oksigen terlarut setiap stasiun pengamatan dari hulu ke hilir Bulan September 2003.

Pada daerah Sumber Brantas terlihat adanya penurunan nilai oksigen terlarut pada saat penelitian dibandingkan dengan data tahun 1997, sedangkan di Desa Kedul Dalem nilai oksigen terlarutnya cenderung stabil (Gambar 16).

Mei 1997 Sept. 2003

Waktu pengnmatan -m- Desa Kedul Delem

Gambar 16. Grafik perubahan nilai oksigen terlarut pada 2 (dua) lokasi pengamatan.

(13)

12 - 10 - 8 - M 8

i

6 - 4 - 2 - 0

Gambar 17. Grafik perubahan nilai oksigen terlarut pada beberapa lokasi penelitian tahun 2001 -2003.

Waktu pengamatan

Pada kawasan Sungai Brantas di Kedung Pedarigan dan Kali Metro terdapat I I I I I I I Marigan + Bendungan Sen guruh

+

K ~ L fesb Wonokerto

++-

Kali Metro

kecenderungan peningkatan kadar oksigen terlarut. Kandungan oksigen terlarut di

I

--e Brantas Kedung

/

Kali Lesti berfluktuasi sedangkan di Bendungan Sengguruh menunjukkan p e n m a n nilai DO (Gambar 17).

5.2.2.7. Kebutuhan Oksigen Kimia (COD)

Nilai COD yang diperoleh pada suatu perairan memberikan petunjuk tentang banyaknya senyawa organik baik yang bersifat biodegradable maupun non biodegradable di dalam perairan sehingga dapat dijadikan indikator tinggi rendahnya tingkat pencemaran. COD diperlukan untuk menilai kualitas lingkungan suatu perairan karena banyak senyawa organik tidak dapat diurai secara biologis oleh mikroorganisme.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai COD dari 18 stasiun pengamatan seluruhnya sudah melebihi ambang batas maksimurn

untuk

air golongan C yaitu sebesar 10 mg/L. Dari 1 8 stasiun pengamatan terdapat 14 stasiun mencapai nilai

(14)

Metro Mojosari yaitu 435,913 mg/L. Nilai COD terendah ditemukan pada stasiun 1 (Sumber Brantas I) yaitu 10,557 mg/L. Tingginya rata-rata nilai COD pada seluruh stasiun pengamatan menunjukkan bahwa besarnya kandungan senyawa- senyawa organik baik yang mudah terdegradasi maupun yang sulit temai di kawasan DAS Brantas Hulu Malang dan sekitarnya sekaligus menjadi indikator buruknya kualitas air sungai di kawasan ini.

Bila mengacu pada Peraturan Pemerintah No. 82 tahun 2001 maka nilai baku mutu COD untuk air golongan I11 adalah 50 mg/L. Dengan nilai acuan ini diperoleh bahwa rata-rata COD pada stasiun pengamatan juga sudah melebihi ambang batas maksimum. Dari seluruh stasiun ada 16 stasiun yang melewati ambang batas sedangkan 4 stasiun masih di bawah ambang batas. Nilai COD pada sitiap stasiun pengamatan disajikan dalam Gambar 18.

Gambar 18. Grafik parameter COD setiap stasiun pengamatan dari hulu ke hilir Bulan September 2003.

(15)

'

150-

8

.-

0

-

E

100 0 Wdargan + Bendungan Sengguruh

+

Kali Lesti

Waktu pengamatan Wonokerto

200 1-2003.

Gambar 19. Grafik perubahan nilai COD di beberapa lokasi penelitian tahun

Data pengukuran COD yang diperoleh tahun 2001-2003 menunjukkan adanya kecenderungan peningkatan nilai COD di beberapa lokasi yaitu Bendungan Sengguruh, Sungai Brantas dan Kedung Pedarigan (Gambar 19).

5.2.2.8. Kebutuhan Oksigen Biokimia (BOD)

Kebutuhan oksigen biokimia merupakan parameter yang menunjukkan besarnya oksigen yang dibutuhkan oleh mikroorganisme untuk menguraikan bahan organik dalam proses dekomposisi secara kimia. Nilai BODs juga dapat dijadikan sebagai indikator pencemaran dalam perairan. Berdasarkan Surat Keputusan Gubernur Jawa Timur No. 41 3 tahun 1987 nilai baku mutu BOD untuk air golongan C adalah 6 mg/L. Dari 18 stasiun pengamatan ada 6 stasiun yang nilai BODnya melebihi ambang batas yaitu di stasiun 4 (Kali Pendem Junrejo) sebesar 7,975 mg/L, stasiun 7 (Kali Bango desa Kedungkandang, Sungai Brantas orde 3) 7,532 mg/L, stasiun 12 (Sungai Brantas Desa Kedung Pedarigan Kecamatan Kepanjen) 8,419 mg/L, stasiun 16 (Kali Babar Karangpandan Pakisaji) 6,794 mg/L stasiun 17 (Sungai Metro Mojosari Kecamatan Pakis) 9,748

(16)

mg/L, dan stasiun 18 (Sungai Metro Talangagung Kepanjen) sebesar 8,566 mg/L dengan nilai BOD tertinggi ditemukan pada stasiun 17. Perbandiigan dengan menggunakan PP No. 82 tahun 2001 menunjukkan hasil yang tidak berbeda untuk air golongan I11 karena nilai baku mutunya sama (Gambar 20).

Hasil penelitian juga rnenunjukan bahwa terdapat perbedaan yang sangat jauh antara nilai COD 18 stasiun dengan nilai BODnya. Hal ini berarti bahwa kandungan sampah organik yang bersifat non biodegradable pada sungai-sungai di kawasan DAS Brantas Hulu Malang dan sekitarnya sangat besar. Uji COD yang menghasilkan nilai kebutuhan oksigen yang lebih tinggi dari uji BOD karena bahan-bahan yang stabil terhadap reaksi biologi dan mikroorganisme dapat ikut teroksidaasi dalam uji COD. Nilai BOD untuk beberapa stasiun pada data tahun 2001-2003 menunjukkan nilai berfluktuasi dan sulit ditentukan polanya (Gambar 2 1). Namun dari gambar tersebut terlihat adanya peningkatan yang mencolok pada nilai BOD di Sungai Brantas Kedung Pedarigan Bulan Desember 2002. Hal ini kemungkinan disebabkan oleh adanya buangan sampah organik pada saat itu dari industri yang ada di atasnya yakni industri gula.

I

Stasiun

I

Gambar 20. Grafik parameter nilai BOD setiap stasiun pengamatan Bulan September 2003.

(17)

Gambar 21. Grafik perubahan nilai BOD beberapa lokasi penelitian tahun 2001- 2003. 35 - 30 - 25 - S

a

20 5.2.2.9. Nitrat S

p

I 5 - 10 - 5 0

Senyawa-senyawa nitrat dan nitrit terdapat dalarn perairan alami sebagai

-

garam-garam yang terlarut, tersuspensi atau berupa endapan. Dalam bentuk nitrat,

nitrogen dapat diserap lebih mudah oleh fitoplankton. Kandungan nitrat dapat meningkat dengan masuknya senyawa organik ke dalam air. Berdasarkan Surat Keputusan Gubernur Jawa Timur No. 4 13 tahun 1987 nilai baku mutu konsentrasi nitrat untuk air golongan C adalah 10 mg/L. Hasil penelitian yang diperoleh dari

-m-- Bendungan Senggu~h

+- Kali Lesti Wonokerto

+ Kali Metro

Waktu pengamatan (tahun)

18 stasiun menunjukkan konsentrasi nitrat di seluruh stasiun masih berada di bawah ambang batas maksimum dengan nilai terbesar di stasiun 8 (Sungai Brantas Keduldalem) yaitu 3,790 m g L dan terkecil di stasiun 2 (Sumber Brantas 11) yaitu 0,087 mg/L. Sedangkan dalam PP No. 82 tahun 200 1 tidak diatur tentang baku mutu konsentrasi nitrat dalam air (Gambar 22). Sedangkan data nilai nitrat pada saat penelitian dibandingkan dengan tahun 1997 menunjukkan peningkatan yang cukup besar pada Sungai Brantas di Desa Kedul Dalem dan cenderung stabil pada daerah Sumber Brantas (Gambar 23).

(18)

Gambar 22. Grafik parameter nitrat setiap stasiun pengamatan dari hulu ke hilir Bulan September 2003.

1

":

I-,

1

--+-

Sumber Brantas

I

Waktu pengamatan Mei 1997 Sept.2003

Gambar 23. Grafik perubahan nilai nitrat 2 (dua) lokasi penelitian

+ Desa Kedul Dalem

5.2.2.10. Total Nitrogen

Senyawa nitrogen terdapat dalam bentuk terlarut atau tersuspensi. Senyawa tersebut diperlukan dalam proses reaksi bilogis dalam suatu perairan Nirogen dalam perairan dapat berbentus gas nitrogen (N2), amoniak

(Nl&+),

nitrat (NO3-)

(19)

dan nitrit ( N o d . Total nitrogen merupakan salah satu indikator banyaknya senyawa organik terutarna kandungan unsur pupuk di dalam perairan. Total nitrogen mewakili konsentrasi seluruh ion nitrogen seperti nitrat dan nitrit dalam suatu senyawa organik. Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 82 tahun 2001 ambang batas maksimum untuk total nitrogen untuk air golongan I11 adalah 20 mg/L. Dari hasil pengukuran di 18 stasiun terlihat bahwa konsentrasi total nitrogen di selwuh lokasi masih jauh dari ambang batas dengan nilai terbesar terdapat di stasiun 4 ( Kali Penden Junrejo) yaitu 5,5195 mg/L dan terkecil di stasiun 2 ( Surnber Brantas 11) yaitu 1,3788 mg/L (Gambar 24). Tingginya nilai

total nitrogen pada stasiun 4 karena daerah ini dekat dengan kawasan pertanian yang banyak mengkonsumsi pupuk. Nilai total nitrogen di beberapa lokasi penelitian juga terlihat berfluktuasi berdasarkan data tahun 1998-2003 (Gambar

25).

Garnbar 24. Grafik parameter total nitrogen setiap stasiun pengamatan dari hulu ke hilir Bulan September 2003.

(20)

Waktu pengamatan (tahun)

Gambar 25. Grafik perubahan nilai total nitrogen beberapa lokasi penelitian.

5.2.2.11. Fosfat

Kandungan fosfat di seluruh stasiun pengamatan masih relatif kecil berdasarkan Kep. Gub. No. 41 7 tahun 1987. Sedangkan dalam PP No. 82 tahun 2001 tidak ditetapkan ambang batas untuk parameter fosfat (Gambar 26).

Pada daerah Surnber Brantas terlihat adanya penurunan nilai fosfat dibandingkan dengan data tahun 1997 sedangkan pada Sungai Brantas Desa Kedul Dalem terlihat peningkatan kadar fosfat (Gambar 27).

(21)

Stasiun

Gambar 26. Grafik parameter fosfat setiap stasiun pengamatan dari hulu ke hilir Bulan September 2003.

0 1 r I

Mei 1997 Se t.2003 --e- S u n h r Brantas

Wnktu peopmafao

i

-m- bra w u l ~ebrnl

Garnbar 27. Grafik perubahan nilai fosfat 2 (dua) lokasi penelitian

5.2.2.12. Total Fosfor

Selain total nitrogen, total fosfor juga merupakan indikator kandungan unsur-unsur pupuk di dalam perairan. Total fosfor mewakili seluruh kandungan fosfor di dalam perairan. Peraturan Pemerintah No. 82 tahun 2001 menetapkan baku mutu total fosfor sebesar 1 mg/L untuk air golongan 111. Dari hasil

(22)

ditemukan ada 3 lokasi yang kandungan total fosfornya melebihi ambang batas maksimurn stasiun 4 (Kali Pendem) dengan konsentrasi 1,0797 mg/L, stasiun 7 (Kali Bango Desa Kedungkandang) yaitu 1,0823 mg/L, dan stasiun 8 (Sungai Brantas Keduldalem) dengan nilai 1,0340 mg/L sedangkan 13 stasiun lainnya masih di bawah ambang batas. Gambar 31 menunjukkan perubahan nilai total fosfor pada tiga lokasi yaitu Sungai Brantas Desa Kedung Pedarigan dan Kali Lesti Wonokerto

Gambar 28. Grafik parameter total fosfor setiap stasiun pengamatan dari hulu ke hilir Bulan September 2003.

(23)

2.5 - 2 - 2

2

1.5 -

-

3

8 'C

-

1 -

#

I- 0.5 - 0 -, 1998 1999 2000 2001 2002 2003 Waktu pengamatan (tahun)

Gambar 29. Grafik perubahan nilai total fosfor beberapa lokasi penelitian.

5.2.3. Evaluasi Status Mutu Air Sungai-sungai di Kawasan DAS Brantas Hulu Malang

Banyak faktor yang kemungkinan menyebabkan p e n m a n kualitas air Sungai Brantas di kawasan hulu. Menurut Sunarhadi et al. (2001) pada Rencana Tata Ruang Kota Malang periode 199311 994-2003/2004, lahan DAS Sungai Brantas di Kota Malang direncanakan untuk jalur hijau dan konservasi, namun kenyataannya rencana tata ruang tersebut telah dilanggar. Di sisi kiri dan kanan sungai saat ini telah banyak ditemui bangunan yang sangat bervariasi dan makin meningkat kepadatannya. Perkembangan kawasan ini antara lain disebabkan oleh 1) semakin tumbuhnya pusat pendidikan dan terminal angkutan urnum sehingga mendukung jumlah kos mahasiswa dan pertokoan penyedia kebutuhan sehari-hari, 2) semakin banyaknya pembangunan perumahan yang mendekati sungai, 3) keberadaan pabrik yang menyebabkan semakin banyaknya jumlah tempat hunian karyawan dan saat ini jarak antar bangunan rapat sekali, 4) pembangunan lahan pertanian yang pengaturannya melanggar ketentuan Tata Kota, disamping penebangan hutan

untuk

membuat lahan yang bertujuan

untuk

menanam tanaman semusim juga semakin luas. Hal ini bahkan mengakibatkan puncak perbukitan gundul sehingga terjadi pengikisan lahan yang menyebabkan banjir lumpur bila hujan deras.

(24)

Penurunan kualitas air yang sudah terlihat jelas di kawasan DAS Brantas Hulu Malang akan membawa banyak akibat buruk saat ini dan masa yang akan datang, seperti akan timbulnya penyakit perut karena meminurn air yang kurang sehat atau penyakit kulit yang disebabkan penggunaan air tersebut untuk mandi dan mencuci pakaian. Hal ini besar kemungkinan terjadi karena berdasarkan pengamab', banyak masyarakat yang langsung mengambil air sungai untuk konsurnsi nunah tangga mereka dan anak-anak yang mandi di sungai secara bebas.

Dari hasil penelitian ini di 18 stasiun dapat ditentukan status mutu air sungai di kawasan DAS Brantas Hulu pada 15 stasiun dengan menggunakan Metoda Indeks Pencemaran berdasarkan Kep Men LH No.115 Tahun 2003. Hasil

penentuan status mutu air dari 15 stasiun terbagi menjadi 2 yaitu cpertama mengacu pada baku mutu dari Keputusan Gubernur Jatim No. 413 tahun 1987 dan

kedua mengacu kepada Peratutan Pemerintah No. 82 tahun 2001.

Hasil penentuan status mutu air yang mengacu pada SK Gubernur Jatim No. 413 tahun 1987 menunjukkan bahwa seluruh sungai di kawasan DAS Brantas Hulu Malang sudah tercemar. Harnpir setengah lokasi (7 stasiun) bahkan memiliki status cemar sedang dan 8 lokasi yang masih berstatus cemar ringan. Hal yang cukup mengejutkan adalah daerah Surnber Brantas yang diperkirakan masih alami dan bersih sudah tergolong cemar ringan (Tabel 1 1).

(25)

Tabel 1 1. Hasil penentuan status mutu air sungai-sungai di kawasan DAS Brantas Hulu Malang dengan Metoda Indeks Pencemaran ( Kep Meneg. LH No. 1 15 tahun 2603) berdasarkan Kep. Gub. Jatim No.4 13 ~ a h u n 1987

Stasiun Lokasi Nilai PIj Status Mutu Air

1. Sumber Brantas 1 1,269 Cemar ringan

2. Sumber Brantas 2 2,677 Cemar ringan

3. Sungai Brantas Bej i 5,628 Cemar sedang

4. Kali Pendem Jumejo 5,377 Cemar sedang

5. Kali Pendem ( Brantas Orde 3 ) 5,436 Cemar sedang

8. Sungai Brantas Keduldalem 5,324 Cemar sedang

6. Kali Bango Torongdowo Blimbing 4,540 Cemar ringan ( Brantas orde 2)

9. Kali Bango Kedungkandang 4,404 Cemar ringan 7. Kali Amprong Kedungkandang 4,765 Cemar ringan 12. Sungai Bractas Kedung Pedarigan 3,818 Cernar ringan

Kec. Kepanjen

10. Kali Lesti Sananrejo 4,355 Cemar ringan

11. Kali Lesti Tolok Turen 5,835 Cemar sedang

13. Kali Lesti Wonokerto Suwaru 5,698 Cernar sedang

14. Kali Lesti Bermuara Sengguruh 4,22 1 Cemar ringan

15. Waduk Sengguruh tengah 5,784 Cemar sedang

Berdasarkan hasil penentuan kedua status mutu tersebut jelas sekali terlihat bahwa hampir seluruh sungai di kawasan DAS Brantas Hulu memang telah tercemar. Perbedaaan terdapat pada kondisi stasiun 1 dan 2 di daerah Surnber Brantas yang status mutu airnya masih dalam kondisi baik dari hasil evaluasi dengan mengacu pada PP No. 82 tahun 2001 (Tabel 12). Di samping itu juga terdapat perbedaan tingkat status mutu dari 16 stasiun pengarnatan yang berstatus cemar ringan dengan acuan kedua.

(26)

Tabel 12. Hasil penentuan status mutu air sungai-sungai di Kawasan DAS Brantas Hulu Malang dengan Metode Indeks Pencemaran ( Kep Meneg. LH No. 1 15 tahun 2603) berdasarkan PP No.82 Tahun 200 1

Stasiun Lokasi Nilai PIj Status Mutu Air

1. Sumber Brantas 1 0,414 Kondisi baik

2. Sumber Brantas 2 0,505 Kondisi baik

3. Sungai Brantas Beji 3,079 Cemar ringan 4. Kali Pendem Junrejo 2,842 Cemar ringan 5. Kali Pendem ( Brantas Orde 3 ) 2,886 Cemar ringan 8. Sungai Brantas Keduldalem 2,811 Cemar ringan 6. Kali Bango Torongdowo Blimbing 1,993 Cemar ringan

(Brantas orde 2 )

9. Kali Bango Kedungkandang 1,842 Cemar ringan 7. Kali Arnprong Kedungkandang 2,210 Cemar ringan 12. Sungai Brantas Kedung Pedarigan 1,668 Cemar ringan

Kec. Kepanjen

10. Kali Lesti Sananrejo 1,800 Cemar ringan

11. Kali Lesti Tolok Turen 3,278 Cemar ringan

13. Kali Lesti Wonokerto Suwaru 3,124 Cemar ringan 14. Kali Lesti bermuara sengguruh 1,655 Cemar ringan 15. Waduk Sengguruh tengah 3,223 Cemar ringan

Hasil penelitian ini menunjukkan adanya indikasi bahwa secara keseluruhan sungai-sungai di kawasan DAS Brantas seluruhnya sudah mengalami pencemaran yang mengkhawatirkan karena pencemaran di daerah hulu merupakan indikasi pencemaran yang lebih buruk dibagian hilimya.

Dari dua aliran sungai yang dievaluasi status mutu aimya yaitu Sungai Brantas dan Kali Lesti, terlihat bahwa Kali Lesti merupakan sungai yang paling parah pencemarannya yaitu Kali Lesti Kecamatan Turen Kabupaten Malang. Sedangkan Sungai Brantas yang pencemarannya paling berat adalah Kali Pendem yang merupakan anak sungai Brantas orde 3 di Kecamatan Junrejo Kabupaten Malang.

(27)

5.2.4. Klasifikasi Kondisi Kualitas Air Sungai-sungai di ffiwasan DAS Brantas Hulu Berdasarkan Kegiatan yang Berlangsung di Sekitarnya

Pengarnatan kualitas air di 18 stasiun penelitian menunjukkan kondisi kualitas air sungai-sungai di kawasan DAS Brantas Hulu Malang dapat diklasifikasian berdasarkan kegiatan di sekitar DAS ke dalam 3 (tiga) kategori yaitu:

1. Daerah yang bercirikan kegiatan pertanian terutama buah-buahan dan sayur-sayuran diwakili oleh sungai yang berada di daerah Sumber Brantas Kecamatan Bumiaji Kabupaten Malang. Sungai-sungai di daerah ini memiliki karakteristik parameter kualitas air yang relatif rendah seperti suhu (* 17' C), daya hantar listrik (f 0,9 mhos/cm), total padatan tersuspensi

(< 3 mg/L), oksigen terlarut masih tinggi (> 5 mg/L), BOD, nitrat, fosfat, TN dan TP juga relatif rendah. Air sungai juga tergolong jernih, namun nilai COD di daerah ini ternyata cukup tinggi dan melebihi ambang batas maksimum untuk acuan SK Gubernur Jatim No. 413 tahun 1987. Air sungai tergolong sedikit tercemar namun lebih cenderung masih dalam kondisi baik bila menggunakan acuan peraturan pemerintah terbaru.

2. Daerah yang bercirikan perkotaan dengan banyaknya pemukiman penduduk di tepi sungai. Kondisi fisik sungai juga curarn dan berbatu dan banyak juga terdapat tumbuhan bambu di sekitar sungai. Sungai-sungai di daerah ini memiliki karakteristik tingginya nilai beberapa parameter kualitas air seperti BOD (1,3-7,6 mg/L) bahkan Kali Bango di daerah Kedungkandang Kota Malang nilai BODnya melebihi ambang batas maksimurn. CODnya juga tergolong sangat tinggi ( 100-202 mg/L). Air sungai di daerah ini terlihat kotor dan keruh serta banyak digunakan masyarakat sebagai sarana MCK. Tingkat pencemaran sungai di daerah ini juga cukup mengkhawatirkan antara ringan dan sedang.

3. Daerah yang pemukiman di luar Kota Malang yakni di Kabupaten Malang yaitu Sungai dan anak-anak sungainya ( Kali Babar, Sungai Metro Mojosari. dan Sungai Metro Talangagung). Sungai di kawasan ini sangat keruh dan banyak digunakan oleh masyarakat sebagai sarana MCK. Swgai di kawasm

(28)

ini memiliki karakteristik nilai BOD yang tinggi (seluruhnya di atas bku mutu) dan COD yang sangat tinggi. Nilai COD tertinggi bahkan terdapat di sungai pada kawasan ini yaitu di Sungai Metro Mojosari Kecamatan Pakis Kabupaten Malang. Sungai di kawasan ini juga dijadikan tempat

pembuangan limbah industri gula yaitu PT. Kebonagung yakni Sungai Metro Mojosari Kecamatan Pakis. Sungai Metro di kawasan Talangagung Kepanjen juga dijadikar~ sebagai tempat pembuangan limbah industri tapioka yaitu UD. Singkong Artha Mas.

4. Daerah setelah pusat kota yang bercirikan kegiatan persawahan, banyak terdapat tumbuhan kelapa, perkebunan pisang, dan terdapat turnbuhan bambu di sekitar sungai daerahnya. Daerah ini diwakili oleh sungai yang berada di Kelurahan Sananrejo, Kecamatan Turen, Kedung Pedarigan Kecamatan Kepanjen

,

dan daerah sekitar Waduk Sengguruh. Sungai-sungai di kawasan ini memiliki karakteristik nilai beberapa parameter kualitas air yang mulai naik seperti suhu (24-27,5' C), pH masih relatif normal, COD tinggi (90-250 mg/L), BOD masih rendah (0,8-4 mg/L), nitrat, TN agak

meningkat dibanding kategori pertarna (> 1 m@), fosfat dan TP relatif rendah. Tingkat pencemaran sungai di daerah ini cukup menghawatirkan terutama Kali Lesti di daerah Turen yang memiliki tingkat pencemaran tertinggi di pada penelitian ini.

5.3. Evaluasi Kuaiitas Air Sungai di Kawasan DAS Brantas Hulu Malang dalam Kaitannya dengan Tata Guna Lahan dan Aktivitas di Sekitarnya 5.3.1. Kondisi Tata Guaa Lahan dan Aktivitas di Sekitar Kawasan DAS

Brantas Hulu Malang

Dalam Tata Ruang Wilayah Kota Malang periode 199311994-200312004 selebar 15 meter sepanjang kanan kiri jalur Sungai Brantas ditetapkan sebagai jalur hijau. Namun kenyataan yang terlihat di lapangan adalah jalur hijau tersebut telah dilanggar oleh pembangunan yang berlangsung (Sunarhadi et ai., 2001). Selanjutnya menurut Sunarhadi et al. (2001) pesatnya peckembangan pembangunan di kawasan tersebut dipengaruhi oleh mode pertumbuhan berupa pusat pendidikan d m terminal angkutan m u m . Hai ini mengakibatnya seinakin

(29)

banyaknya fasilitas kos untuk pelajar dan pertokoan penyedia kebutuhan sehari- hari. Di samping Sungai Brantas , kawasan DAS Brantas Hulu secara keseluruhan juga menunjukkan ha1 yang sama. Hasil pengamatan di lapangan menunjukkan banyaknya pembangunan perurnahan mendekati sungai meskipun tidak berada di sempadan sungai. Hal ini turut memicu berkembangnya kawasan artificial menuju

sempadan Sungai Brantas. Kondisi ini diperburuk dengan keberadaan pabrik yang mengakibatkan tumbuhnya kawasan artificial guna hunian karyawan atau pemasoknya juga menjadikan banyak bangunan yang berjarak 0 meter dari

sungai.

Tabel 13. Tata guna lahan DAS Brantas Hulu

No Kecamatan Kawasan Sawah TegaladKebun Hutan Perkebunan Lain-

Batu Bumiaji Junrejo Singosari Karangploso Dau Tumpang Pakis Jabung Poncokusumo Bululang Gondanglegi Pagelaran Wajak Taj inan Turen Dampit Tirtoyudo Sumbermanj ing Kepanjen Pakisaj i Sumberpucung Kromengan Ngaj um Wonosari Wagir Pagak Kalipare Bantur Gedangan Terbangun ( b 2 i 4,66 4,57 3,19 19,83 7,87 7,Ol 11,66 10,59 9,48 18,lO 8,8 1 1 1,94 13,61 6,53 15,78 11,66 4,75 20,32 8,59 1 1,52 0,84 6,40 17,49 6 5 10,:2 6,57 1,12 3,90 0,16 lain 3 1. Kota Malang 62.13 17.26 18.37

-

1779 Jumlah seluruhnya 2210,21

(30)

Ddam tata guna lahan tahun 2001 seperti terdapat dalam Tabel 13 \ disebutkan bahwa jumlah kawasan terbangun mencapai 325,7 km2 dari luas lahan 2210,21 atau 4,54%. Tata guna lahan tiap kawasan DAS Brantas Hulu Malang dan sekitarnya ditunjukkan juga pada Gambar 30

.

I

I I

H2YSG-E llm€

11mm

KAdM SEDIMENTAS YANG MAWK

KE WADUK m O U I U H DAN KARAMKATES

d%?$R&JLA~~ WB w s BRbNTAS CULU - Sung.' M d U k r -J ma., 5"b DPS I -a I s1"h.r W." W." J., @ b u nC-mourn C-J mrl Rmuldman

--

mei3 BPl $sg *mar I T.0.l WLKI Bnnn n u ~ . i 9 9 6

(31)

Berdasarkan tata guna lahan pada Tabel 13 dan Garnbar 30 terlihat bahwa sebenarnya kawasan pemukiman di wilayah DAS Brantas Hulu Malang dan sekitarnya masih banyak didominasi oleh hutan, tegalan dan sawah. Pemukiman penduduk menduduki urutan keempat dalam tata guna lahan di DAS Brantas Hulu. Narnun terlihat pemukiman banyak yang letaknya dekat dengan sungai bahkan di pinggir sungai seperti Kali Bango, Lesti dan Metro. Kawasan terluas merupakan hutan dan tegalan diikuti oleh sawah dan daerah pemukiman

Di sarnping adanya perubahan penggunaan lahan berbagai aktivitas pun dilakukan di sekitar sungai di kawasan DAS Brantas Hulu. Dari hasil pengamatan langsung di lapangan dalam penelitian ini dijumpai masih banyak masyarakat yang menggunakan sungai sebagai tempat mandi, cuci clan kakus (MCK) seperti halnya dijurnpai di Kali Bango, Kali Arnprong dan Sungai Brantas. Selain itu banyak pula berdiri pabrik-pabrik seperti pabrik tapioka, kulit, rokok, makanan dan lain-lain di sepanjang sungai-sungai di kawasan DAS Brantas Hulu. Lokasi industri yang terdapat di sepanjang kawasan DAS Brantas Hulu diperlihatkan dalarn Gambar 3 1.

(32)

Gambar 3 1. Lokasi industri di sepanjang DAS Brantas Hulu.

Keterangan:

MLG030= CV Nasional, produksi karet MLG029= PT. Kebalen Timur, produksi kulit MLG036=Pem.Hewan Malang, produksi daging MLGO 1 O=PG. Kebonagung, produksi gula MLG002=PT. Penamas, produksi rokok

MLG 138=UD. Singkong Artha. M, produksi tapioka

-

MLG006=PT.Kasin, produksi kulit MLG02 1 =CV. Usaha Loka, produksi kulit MLG137=UD. Caragenan Ind., produksi jelly MLG004=PG. Krebet Baru, produksi gula MLGO 19=PT. Sumber Timur, produksi tapioka MLGO 17=PT. Sumber Tani, produksi tapioka MLGOOS=PT.Intaf, produksi tapioka

(33)

5.3.2. Evaluasi Kualitas Air Sungai-sungai di Kawasan DAS Brantas Hulu Malang Berkaitan dengan Tata Guna Lahan dan Aktivitas di Sekitarnya

Hasil evaluasi kualitas air di 18 lokasi penelitian menunjukkan sebagian besar sungai-sungai di kawasan DAS Brantas Hulu buruk kualitasnya. Dari data kualitas yang diperoleh terdapat beberapa stasiun yang memiliki nilai parameter sudah melebihi ambang batas maksirl~ur~ baik mefiggunzkan acuan Keputusan Gubernur Jawa Timur No. 413 tahun 1987 maupun berdasarkan Peraturan Pemerintah No.82 tahun 2001. Daerah Surnber Brantas yang diperkirakan masih memiliki kualitas air yang baik temyata juga tergolong sudah tercemar. Pada lokasi ini baik di stasiun 1 dan stasiun 2 ditemukan nilai COD yang yang sudah melebihi ambang batas maksimurn menwvt acuan Kep. Gubernur Jatim No. 413 tahun 1987. Khusus untuk nilai COD, berdasarkan acuan Kep. Gubernur Jatim No. 413 tahun 1987 ditemukan bahwa seluruh lokasi kadar CODnya sudah melebihi ambang batas maksimurn, sedangkan berdasarkan PP No. 82 tahun 200 1 harnpir seluruh lokasi nilainya diatas baku mutu.

Pencemaran paling berat berdasarkan perhitungan status mutu air terdapat di Kali Lesti Kecamatan Turen Kabupaten Malang (stasiun 1 1). Ini ditunjukkan oleh Indeks Pencemarannya yang tertinggi baik menggunakan acuan pertama yaitu 5,835 (tercemar sedang) maupun acuan kedua sebesar 3,278 (tercemar ringan). Dari hasil pengamatan di lapangan, sungai di kawasan ini merupakan daerah persawahan. Pencemaran yang kemungkinan lebih berat adalah di stasiun 17 yaitu Sungai Metro Mojosari dimana ditemukan nilai COD tertinggi dan peningkatan mencolok nilai parameter tersebut dibandingkan dengan data terakhir bulan Juni 2003. Pencemaran yang tergolong cukup mengkhawatirkan juga terjadi di Sungai Brantas Beji, Kali Pendem Junrejo, Kali Pendem, Sungai Brantas Keduldalem. Sungai Brantas yang bermuara di Waduk Sengguruh, waduk Sengguruh tengah: dan Kali Lesti Wonokerto, yang semuanya berstatus cemar sedang berdasarkan Kep. Gubemur Jatim No.4 13 tahun 1987.

Hasil evaluasi juga menunjukkan bahwa telah tcrjadi penurunan kualitas air sungai di kawasan DAS Brantas Hulu dan sekitarnya. Penurunan kualitas air terlihat dari data-data kualitas air dari tahun 1997-2002. Bila dibandingkan dengan data dari tahun-tahun tersebut terjadi peningkatan kadar parameter kualitas air

(34)

yang mencolok dari nilai COD di beberapa stasiun pengamatan yaitu di Sungai Metro Mojosari, Sungai Brantas Kedung Pedarigan, Bendungan Sengguruh, dan Kali Lesti Wonokerto. Berdasarkan data terakhir bulan Juni 2003 terjadi peningkatan nilai COD yang cukup nyata di Kali Lesti Wonokerto dibandingkan dengan data Desember 2002. Sedangkan untuk parameter lain seperti BOD, Nitrat, TN; fosfat dan total fosfor nilainya cenderung berfluktuasi. Parameter COD menjadi indikator banyaknya sampah organik yang mencemari air sungai di kawasan DAS Brantas Hulu terutarna senyawa organik yang bersifat non biodegradable.

Hasil evaluasi kualitas air di masing-masing sungai selanjutnya dapat dikaji dalam kaitannya dengan tata guna lahan. Hasil penelitian memberikan inforrnasi bahwa dari tiga aliran sungai yang diamati maka Sungai Lesti yang. memiliki tingkat pencemaran terberat adalah Kali Lesti di Kecamatan Turen Kabupaten Malang. dan Sungai Brantas dengan pencemaran paling berat adalah Sungai Brantas Beji di wilayah Kecamatan Junrejo Batu Kabupaten Malang. Sungai Metro Mojosari menunjukkan kemungkinan pencemaran tertinggi bila dilihat dari nilai CODnya yang jauh menyimpang dari baku mutu. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kualitas sungai di kawasan DAS Brantas Hulu Malang kemunglunan dipengaruhi oleh tata guna lahan yang ada di wilayah tersebut. Hal ini didasari oleh Peta Tata Guna Lahan DAS Brantas Hulu tahun 2003 (Gambar 30). Dalarn peta tersebut terlihat kawasan pemukiman sebenarnya tidak terlalu mendominasi tata guna lahan pada DAS tersebut, namun kawasan banyak yang dekat dan melalui daerah aliran sungai Hal ini didukung pula dari hasil pengamatan langsung di lapangan yang menggambarkan bahwa pemukiman tersebut letaknya sangat dekat dengan sungai sehingga kemungkinan menimbulkan pengaruh terhadap penurunan kualitas air. Keberadaan pemukiman ini merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi kualitas air sungai di kawasan ini karena aktivitas yang berlangsung di kawasan pemukiman seperti kegiatan limbah rumah tangga, hotel, asrama dan rumah sakit berpotensi mempengaruhi kualitas air sungai dengan limbah domestik yang dihasilkannya.

Adanya pengaruh penggunaan lahan sebagai kawasan pemukiman terhadap kualitas air sungai di Kav~asan DAS Brantas Hulu menjadi indikator bahwa salah

(35)

satu penyebab banyaknya senyawa organik yang terkandung di dalam air sungai sebenamya dapat berasal dari aktivitas yang ada di sepanjang DAS sehingga dapat dikatakan bahwa aktivitas pertama yang kemungkinan berperan dalam penurunan kualitas air sungai di kawasan DAS Brantas Hulu adalah pemukiman. Berdasarkan pengamatan, pada stasiun-stasiun yang memilii status tercemar sedang memang terlihat adanya penggunaan sungai sebagai tempat MCK dan pembuangan limbah m a h tangga. Sungai-sungai ini semuanya berwarna keruh.

Selanjutnya aktivitas kedua adalah ditemukannya banyak aktivitas industri yang berlangsung di sepanjang DAS Brantas Hulu. Berdasarkan data Perurn Jasa Tirta I (2000) tercatat sekitnya 20 industri di sepanjang DAS Brantas Hulu (Tabel 14) yang berpotensi m e m p e r b d kondisi kualitas air secara keseluruhan. Perusahaan Umurn Jasa Tirta memperlihatkan lokasi 14 industri yang. berdiri di sepanjang sungai di kawasan DAS Brantas Hulu ( Gambar 3 1 ).

Bila dilihat dari tingginya nilai COD pada kawasan ini rnaka ha1 tersebut kemungkinan sangat dipengaruhi oleh banyaknya pabrik-pabrik yang menjadikan sungai sebagai tempat pembuangangan limbah. Pabrik-pabrik ini merupakan produsen dengan jenis limbah yang sulit urai seperti pabrik kulit, karet, kertas clan tepung tapioka. Limbah-limbah organik sulit urai inilah yang menyebabkan tingginya nilai COD hampir di semua lokasi penelitian. Di samping itu terdapat pula RPH, pabrik agar-agar, rokok dan peternakan babi.

(36)

Tabel 14. Daftar industri yang menghasilkan limbah cair pada DAS Brantas Hulu No. Nama Industri Produksi Air Limbah Perairan

PT. Kebalen Timur CV. Nasional CV. Usaha Loka PT. Kasin RPH Kota Malang PT. Penamas UD Caragenan Indonesia PG Kebonagung PG Krebet Baru

PD Singkong Artha Mas PT Intaf Turen

PT Sumber Tani PT Sumber Timur PT Ekamas Fortuna PT Bumi M. Internusa PT Naga Mas Sakti Persh. Delta Peaiwen Persh. Babi Gunawan

Kulit Karet Kulit Kulit Daging sapi Rokok Agar-agar Gula Gula Tapioka Tapioka Tapioka Tapioka Kertas Cold Storage Udang Tapioka Babi Babi Penampung S. Brantas S. Brantas S. Brantas S. Brantas S. Brantas S. Metro S. Brantas S. Metro S. Irigasi Mergan Sal.Irigasi S. Brantas S. Metro S. Lesti S. Lesti S. JuwoWS.Lesti S. Lesti S. Biru S. Biru S. Biru S. Metro 19. Persh. Babi Bang Slamet Babi 50 m3/hr S. Lesti 20. Persh Sempulur Babi 25 m'/hr S. Biru Sumber: 1. Puslit Sumberdaya Air &Perum Jasa Tirta I. 2002

Tingginya pencemar organik cii beberapa lokasi penelitian dapat dikaitkan dengan ke beradaan pabrik-pabrik tersebut. Kali Lesti Tolok Turen yang merupakan Kali Lesti dengan tingkat pencemaran tertinggi pada penelitian irli merupakan perairan tempat pembuangan air limbah dari PT. Intaf Turen, PT Surnber Tani, dan PT. Surnber Timur yang seluruhnya merupakan produsen tapioka. Aliran limbah ketiga pabrik ini &an menjadi faktor yang mempengaruhi kualitas Kali Lesti di sekitarnya karena ketiganya menjadikan Kali Lesti sebagai tempat pembuangan limbahnya (Tabel 14). Di sarnping itu Kali Lesti juga menjadi perairan tempat pembuagan air limbah dari PT. Ekamas Fortuna, sebuah produsen kertas.

Sungai Metro Mojosari Kecamatan Pakis juga merupakan sungai dengan pencemaran berat dilihat dengan nilai parameter COD yang sangat tinggi. Sungai ini menjadi tempat pembungan limbah dari sebuah industri gula yaitu PT. Kebonagung. Disamping itu Sungai Metro Talangagung Kepanjen juga merupakan tempat penampung limbah bagi industri tapioka UD. Singkong Artha Mas.

(37)

Hal yang tidak jauh berbeda juga terjadi pada Sungai Brantas. Beberapa stasiun pada Sungai Brantas juga dilalui oleh beberapa pabrik karet, kulit dan makanan. Dari 20 (duapuluh industri) yang ada di sepanjang sub DAS Brantas Hulu tercatat ada 7 (tujuh) industri yang menjadikan Sungai Brantas sebagai penampungan limbah cairnya yaitu CV Nasional (produsen karet), PT Kebalen Timur (produsen kulit), RPH Kodya Malang, PT Kasin (produsen kulit), CV usaha Loka (produsen kulit), UD. Caragenan Ind (produsen jelly) dn PT. Krebet Baru (produsen gula). Industri-industri ini berada di sepanjang sungai Brantas terutama di Kotarnadya Malang. Hubungan antara keberadaan industri-industri ini dengan pencemaran Kali Brantas dapat dilihat dengan tingkat pencemaran Kali Brantas di Kiduldalem Klojen Kota Malang (stasiun 8) yang letaknya sangat dekat dengan industri-industri ini dan menjadi perairan tempat pembungan limbah terdekat dari CV Nasional (produsen karet), PT. Kebalen Timur (produsen kulit),

RPh

Kota Malang, PT. Kasin (produsen kulit) dan CV Usaha Loka (produsen kulit). Sungai di kawasan ini berstatus cemar sedang. dan airnya juga keruh serta banyak pemukiman penduduk di sekitarnya. Selain itu terdapat pula industri dengan jumlah limbah terbesar yaitu PG Krebet Baru, sebuah pabrik gula tebu dan menjadikan saluran irigasi Sungai Brantas sebagai perairan penampungnya. Sungai Brantas Beji yang merupakan Sungai Brantas dengan tingkat pencemaran tertinggi pada penelitian ini tidak termasuk daerah yang dekat dan dilalui oleh industri, narnun kemungkinan pencemaran tersebut dapat berasal dari aktivitas masyarakat yang banyak bermukim di sekitarnya. Kawasan ini juga merupakan daerah pertanian sayur-sayuran terutama kol dan bayam.

Selain itu sub DAS Amprong yang diwakili dengan Kali Amprong di daerah Kedungkandang Kota Malang yang merupakan percabangan dari aliran Sungai Brantas mendapat pengaruh aliran limbah dari industri terdekat yaitu CV Nasional (produsen karet), PT Kebalen Timur (produsen kulit), RPH Kota Malang, PT Kasin (produsen kulit), CV Usaha Loka (produsen kulit), UD. Caragenan Ind. (produsen jelly) dan PT. Krebet Baru (produsen gula). Sungai di kawasan ini memiliki tingkat pencemaran yang cukup mengkawatirkan dengan nilai Pij 4,765.

Tabel 14 juga menunjukkan daftar industri di sepanjang DAS Brantas Hulu dan jumlah limbah yang dihasilkan oleh masing-masing industri tersebut.

(38)

Berdasarkan jumlah limbah yang dihasilkan maka dapat diidentifikasi bahwa terdapat sedikitnya 7 industri di sepanjang DAS Brantas Hulu yang berpeluang menyurnbangkan limbah terbesar dan melalui aliran sungai yang diamati dalam penelitian ini yaitu 1) PG Krebet Baru (produksi gula), 2) PG Kebonagung (produksi gula), 3) PT Ekamas Fortuna (produksi kertas), 4) PT. Sumber Tani

(produksi tepung tapioka),S) PT. Intaf Turen (produsen tapioka), 6) PT. Sumber Timur (produksi tapioka), dan 7) CV Usaha loka (produksi kulit).

PG Krebet Baru merupakan perusahan gula tebu yang beralamat di Kecamatan Lawang Kabupaten Malang dan memberikan konstribusi limbah cair terbesar yaitu 40.600 m3/hari dengan perairan tempat pembuangan limbah Saluran Irigasi Sungai Brantas. Saluran irigasi ini tentunya melalui daerah aliran sungai.

Tingginya nilai COD di kawasan yang dilalui oleh pabrik ini sepertidi Sungai Brantas Kedul Dalem Kota Malang, Kali Arnprong Kedungkandang Kota Malang, Kali Bango Kedungkandang (Sungai Brantas orde 3) maupun salah satu muara Brantas di Waduk Sengguruh kemungkinan dipengaruhi oleh keberadaan pabrik ini. Bahkan Sungai Brantas di Kedung Pedarigan juga menunjukkan peningkatan nilai COD yang cukup nyata dibandingkan bulan Juni 2003 (Gambar 19). Perusahaan gula terbesar kedua dalam jumlah limbah adalah PG. Kebonagung yang menjadikan Sungai Metro Mojosari sebagai tempat pembuangan limbahnya. Kadar COD yang sangat tinggi dan peningkatan nilai COD di lokasi ini kemungkinan sangat dipengaruhi oleh aliran limbah industri tersebut.

Pabrik gula tebu memiliki peluang besar untuk menyurnbangkan COD karena memiliki karakteristik limbah yang dominan terhadap nilai parameter ini (Tabel 15).

(39)

Tabel 15. Perbandingan komposisi kimia limbah cair industri gula di beberapa negara

Parameter Satuan Brazil India Venezuela

C O D ~ O ~ I d L 22 80- 120 109 BOD d L 15 27-52 43 TS

g / ~

50-140 117 VS g/L 84 TSS g/L I ,48 2-14 14 VSS g/L 1 2 13 pH 395 3 , 4 4 5 3,4 TN g/L 0,4 0,33-1,73 12 N H 4 + - ~ mg/L 5 55-900 600 SO, total g/L 0,4 3-16 6 3 K+ d L 4-10 6,3 Na+

a

0 ca++t~td g/L 0,17 0,5-0,7 1,6 Sumber: Stewart, 2004

Berdasarkan Tabel 15 terlihat bahwa limbah industri gula mempunyai karakteristik nilai COD dan BOD yang dominan. Hal ini mendukung hasil penelitian ini bahwa tingginya nilai COD di beberapa stasiun yang dilalui oleh aliran limbah pabrik ini kemunglunan dapat disebabkan oleh keberadaan industri gula tersebut.

Industri ketiga yang menghasilkan limbah terbesar adalah PT. Ekamas Fortuna, sebuah perusahaan kertas. Pabrik ini me~ijadikan Sungai Lesti sebagai perairan tempat pembuagan limbah cairnya. Keberadaan pabrik ini kemungkinan sangat mempengaruhi kualitas air Sungai Lesti terutama aliran sungai terdekat dengan pabrik tersebut yaitu Kali Lesti Wonokerto Suwaru. Pada lokasi ini terlihat adanya peningkatan nilai COD yang cukup tinggi dibandingkan dengan bulan desember 2002 sebesar 9,3 mgA menjadi 233,3625 mg/l. Industri kertas merupakan jenis industri yang menghasilkan zat pencemar yang mengandung senyawa organik dan anorganik dalam konsentrasi yang relatif tinggi. Selain itu dihasilkan pula limbah dalarn bentuk padatan tersuspensi, koloid dan terlarut. Pada dasarnya karakteristik limbah industri kertas didominasi oleh nilai BOD, COD, dan padatan tersuspensi (Tabel 16).

(40)

Tabel 16. Sifat-sifat air buangan pembuatan pulp pada bermacarn-macam proses dari berbagai negaradi dunia

Proses Kebutuhan BODS Zat padat tersuspensi PH

airljumlah cairan kglton MdL Kglton buangan m a m3/ton pulp Mekanis 15-200 1-24 700- 1450 2-35 280 Semi-kimia 40-370 10-200 650-1 850 4-80 300-900 2,5-6,8 Sulfat 110-355 45-65 780-2850 1 1-90 280-2500 2.9- 12 Soda 150 52-800 750-2350 580-600 380-4000 2,9-12 Sulfit 600 260-540 980-2540 25-60 550-2589 12-6,8

Sumber: Dep. Perindustrian, 1983

Disarnping itu beberapa pabrik kertas di Indonesia mengeluarkan limbah cair dengan karakteristik seperti terlihat dalam Tabel 17. Berdasarkan karakteristik limbah tersebut, maka kualitas air yang terkena aliran lirnbah industri kertas kemungkinan akan mengalami peningkatan BOD, COD, dan penurunan pH. Aliran Lesti seperti Kali Lesti Sananrejo, Kali Lesti Tolok Turen, Kali Lesti Wonokerto Suwaru, dan Kali Lesti yang bermuaran di Waduk Sengguruh menunjukkan nilai COD yang tinggi dan sudah melebihi ambang batas. B a h h Kali Lesti Tolok Turen merupakan lokasi yang tertinggi tingkat pencemarannya dalarn penelitian ini. Sedangkan Kali Lesti Wonokerto menunjukkan penmgkatan nilai COD dan kecenderungan nilai BOD yang berfluktuasi sejak tahun 2001. Nilai padatan tersuspensinya mengalami penurunan dan pH yang relatif stabil. Sehingga kemungkinan industri kertas ini memberikan konstribusi peningkatan COD dan lebih banyak mengeluarkan senyawa organik non biodegradable.

Tabel 17. Buangan polutan yang dikeluarkan oleh pabrik kertas di Indonesia

Jenis Kertas Jumlah air BODS (mg/L) Zat padat COD (mg/L)

buangan (m'lton) tersuspensi

(mg/L) Koran 26- 180 72-535 36-750 1197-1817 Tissue 30-135 230-1098 398-987 1080-2796 Krafi 7-40 250-700 309-1309 1790-3009 Karton 53-240 246- 1735 365-1550 1365-3550 R O ~ O 10-150 700-4000 330-2000 1459-4900 Sumber: Sugiono, 1990

(41)

Pencemaran Sungai Lesti lebih buruk lagi dengan keberadaan PT.Surnber Tani, PT. Intaf Turen, dan PT. Sumber Timur, ketiganya produsen tapioka. Banyaknya limbah dari dari ketiga pabrik ini tentu sangat mempengaruhi kualitas air di daerah aliran Sungai Lesti disamping karakteristik limbah industri tapioka sendiri. Industri tapioka merupakan jenis industri pengolahan singkong yang menghasilkan limbah cair berasal dari proses pencucian, ekstraksi, dan pengendapan. Sebagian besar mengandung pati terlarut, sianida, nitrogen dan fosfor dalam konsentrasi rendah. Karakteristik limbah cair industri tapioka

diperlihatkan pada Tabel 18. A

Berdasarkan karakteristik limbah cair tapioka seperti yang disajikan dalam Tabel 18 terlihat bahwa nilai COD clan BOD merupakan parameter yang dominan akan dipengaruhi oleh adanya limbah ini. Bila dilihat nilai COD pada perairan penampung maka dapat diketahui bahwa peningkatan nilai COD pada Sungai Lesti Wonokerto dan tingginya COD pada Sungai Lesti Tolok Turen dan Sananrejo Kabupaten Malang banyak disebabkan oleh keberadaan industri ini disarnping karena adanya industri kertas di sekitar sungai ini. Untuk nilai BOD tidak terlihat peningkatan pada Sungai Lesti Wonokerto dan nilai yang masih rendah pada Sungai Lesti Tolok Turen dan Sananrejo. Hal yang sama juga te rjadi pada nilai TSS ketiga lokasi ini.

Tabel 18. Karakteristik limbah cair pada berbagai industri tapioka

Karakteristik Satuan Industri Tapioka

Kecil Menengah Besar

Bahan baku tonihari 5 20 200-600

Debit BOD COD SS pH sianida PPm 0,1265 0,117 0,200

(42)

Industri ketujuh adalah CV Usaha Loka, sebuah produsen kulit. Pabrik kulit ini menjadikan Sungai Brantas sebagai perairan penarnpung limbahnya. Aliran Sungai Brantas yang dilalui oleh aliran limbah dari CV Usaha Loka tentu akan mendapat pengaruhnya terutarna Sungai Brantas Kedul Dalem yang dekat sekali dengan aliran limbah ini (Gambar 3 1).

Berdasarkan proses pengolahan bahan baku kulit, maka limbah yang dihasilkan pada umurnnya terdiri dari zat pencemar yang berasal dari zat protein tersuspensi serta bahan kimia penunjang dalam proses pengolahan bahan baku kulit. Secara umum, karakteristik air limbah industri penyamakan . kulit

menghasilkan beberapa parameter kualitas air yang dominan mengandung warna, zat tersuspensi, zat organik, amonium, klorida, kromium serta pH tertentu. Kandungan rata-rata kualitas air limbah tiap tahap produksi industri kulit, disajikan dalam Tabel 19. Berdasarkan karakteristik limbah tersebut terlihat bahwa parameter BOD paling dominan, kemudian padatan tersuspensi dan COD. Hal ini berarti aliran air yang terkena pengaruh dari limbah penyamakan kulit akan memiliki kecenderungan tingginya nilai BOD, padatan tersuspensi dan COD. Bila dilihat dari kualitas air drri sungai yang dilalui oleh limbah industri CV. Usaha

Loka yaitu Sungai Brantas Kedul Dalem Kota Malang, Kali Arnprong Kedungkandang Kota Malang, Kali Bango Kedungkandang (Sungai Brantas orde 3) maupun salah satu muara Brantas di Waduk Sengguruh maka diketahui bahwa parameter BOD pada sungai di kawasan ini cukup tinggi (> 1 mg/L) bahkan di Sungai Brantas Kedul Dalem Kota Malang BODnya sudah melebihi ambang batas maksimum (6 mg/L) yaitu sebesar 5,532 mg/L.

(43)

Tabel 19. Kandungan rata-rata kualitas air limbah tiap tahap proses produksi industri penyamakan kulit di India (Rao and Datta, 1 9 7 9 )

Proses Pengolahan Bahan Baku Parameter

Pem buangan Penyamakan Penyaamakan

Perendaman Pengapuran Pengikisan Pencelupan Gabungan

kapur nabati klorin Air limbah

Debit rata-ratan (cm3kr) 16,4 1,310 176 123 73 13,4 8 2 4 1 pH 8,4 12,s 9,3 9,9 5 ,4 3 ,2 632 899 A lkalinitas CaC03 (mg/L) 260 600 1.600 800 600 Asiditas CaC03 (mg/L) 2.560 5.400 1

.ooo

1 .ooo 4.280 Klorida (mg/L) 16.800 8.900 400 240 3.000 Tdk ada data 4.255 10.505 Total padatan (mg/L) 35.800 38.240 27.450 5.000 34.800 7.480 1.255 10.080 Zar tersuspensi (mglL) 4.500 3.590 445 1.060 2.660 705 6.720 3.700 BOD (mg/L) 3.584 12.000 2.500 2.374 30.240 3.584 1.725 COD (mg/L) 708 7.300 775 887 16.000 t Khrorniuni (mg/L) 2800

(44)

Seperti yang telah disebutkan sebelumnya bahwa aktivitas pertama yang kemungkinan mempengaruhi kondisi kualitas air sungai-sungai di kawasan DAS Brantas Hulu seperti adalah banyaknya pemukiman yang letaknya dekat dengan sungai dan menghasilkan limbah domestik dari berbagai aktivitas yang berlangsung di dalamnya. Aliran limbah domestik ini berpengaruh terhadap kualitas air sungai penarnpungnya. Aktivitas yang berlangsung di pemukiman seperti kegiatan rumah tangga, rumah sakit, asrama, ataupun hotel dapat menghasilkan limbah domestik. Bila dilihat dari karakteristik limbahnya maka faktor ini kemungkinan memang cukup berpengaruh terhadap kondisi kuditas air sungai di kawasan DAS Brantas Hulu. Berdasakan hasil analisis kualitas air dalam penelitian ini ditemukan adznya peningkatan nilai COD di beberapa lokasi dan nilai BOD yang melebihi baku mutu sebagai indikasi pencemaran yang disebabkan oleh banyaknya senyawa organik yang terlarut dalam air. Limbah domestik adalah jenis limbah yang terdiri dari senyawa organil terlarut, koloid dan padatan tersuspensi. Karakteristik limbah domestik digambarkan pada Tabel 20.

Karakterskti limbah domesitik dalarn Tabel 20 menunjukkan domimannya nilai BOD, COD dan padatan tersuspensi di dalam komposisinya. Hal ini menunjukkan bahwa selain keberadaan industri maka pemukiman juga merupakan faktor dominan yang mempengaruhi kualitas air sungai di kawasan DAS Brantas Hulu.

Tabel 20. Karakteristik rata-rata limbah domestik

Parameter Satuan Tinggi Rata-rata Rendah

BOD mg/L 350 200 100 COD mg/L 800 400 200 pH 7,5 7,O 6-5 TS mg/L 1200 700 400 TDS mg/L 850 500 300 TN mg/L 60 40 20 Amoniak bebas mg/L 3 0 15 10 TP mg/L 20 10 5 Klorida mg/L 150 100 50 Sulfat mg/L 40 20 10 Alkalinitas mg/L 350 225 150 Lemak mg/L 150 100 50 Sumber: Stewart, 2004

(45)

Kemudian aktivitas lain yang kemungkinan juga mempengaruhi kualitas air sungai di DAS Brantas Hulu adalah banyaknya dijurnpai kegiatan pertanian hortikultura di sepanjang DAS. Berdasarkan Tata Guna Lahan DAS Brantas Hulu maka daerah tersebut banyak digunakan sebagai daerah pertanian seperti sawah, kebun dan tegal. Kegiatan pertanian ini dapat meningkatkan beban limbah pertanian yang diakibatkan oleh pemakaian pupuk urea, TSP dan lain-lain. Karakteristik limbah pertanian biasanya terdiri dari dominannya nilai TN dan TP yang berasal dari pemakaian pupuk tersebut. Potensi beban pencemaran akibat limbah pertanian diperlihatkan dalam Tabel 2 1. Dalam penelitian ini parameter- paramer tersebut nilainya masih jauh dari baku mutu. dan tidak menunjukkan peningkatan berarti dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya.

Tabel 2 1. Potensi beban pencemaran limbah ~ertanian

Kabupatenl Jenis

Kota Pertanian

Kab. Malang Sawah Tegalkebun Kota Malang Sawah

Tegalkebun Jumlah Sawah Tegallkebun Luas pemupukan (Ha) 37.580 64.655 1.726 1.837 39.309 66.492 Beban Total Nitrogen (TN) (tonlhari) 25,50 19,90 1,17 0,57 26,65 20.49 Beban Total Fosfor (tonkari 0,19 0,32 0,009 0,009 0,19 0.33

Total beban pencemaran 94,28 1,048

Surnber: BPS KotaIKabupaten Malang, 1999

5.3.3. Identifikasi Faktor-faktor Dominan yang Mempengaruhi Kualitas Air

Sungai di Kawasan DAS Brantas Hulu

Berdasarkan analisis yang dilakukan dalarn penelitian ini maka Tata Guna Lahan berpengaruh terhadap penurunan kualitas air pada sungai-sungai di Kawasan DAS Brantas Hulu. Dalam hal ini unsur tata guna lahan yakni pemukiman yang sebenarnya tidak mendominasi ternyata cukup besar pengaruhnya terhadap kualitas air sungai di kawasan DAS Brantas Hulu karena limbah domestik yang dihasilkannya.

Keberadaan industri di sepanjang DAS Brantas Hulu merupakan faktor dominan yang mempengaruhi kualitas air sungai di kawasan ini. Dari 20 (duapuluh) industri yang berlokasi di sepanjang DAS Brantas Hulu ada 5 (lima)

Gambar

Gambar  6.  Grafik  parameter  suhu  setiap  stasiun pengamatan  dari  hulu  ke  hilir  Bulan September 2003
Gambar  7.  Grafik parameter konduktivitas setiap stasiun pengamatan dari hulu  ke hilir Bulan September 2003
Gambar 8. Grafik perubahan  nilai konduktivitas pada beberapa lokasi penelitian  tahun 2002-2003
Gambar 9.  Grafik  parameter total padatan tersuspensi setiap stasiun pengamatan  dari hulu ke hilir Bulan September 2003
+7

Referensi

Dokumen terkait

Dukungan juga diterima informan dari petugas pelayanan kesehatan yang lebih banyak memberikan konseling, edukasi dan informasi tentang penyakit MDR-TB, penularan,

Grafik hubungan antara beban dengan defleksi horizontal (∆p) dan vertikal (∆w) spesimen 2 menunjukkan hubungan antara defleksi horizontal dan defleksi vertikal yang

Evaluasi dapat pula diartikan sebagai proses pengumpulan informasi (data) untuk mengetahui efektivitas (keterlaksanaan dan ketercapaian) kegiatan-kegiatan yang telah

Pemantauan air Sungai Winongo dilakukan pada bulan Mei 2013 dengan sasaran 5 lokasi titik pantau (lokasi yang sama dengan tahun-.. L aporan Status Lingkungan Hidup

*anak yang telah selesai melakukan eksplorasi dalam satu sentra jika masih ada waktu dapat pindah ke sentra lain dengan catatan pendidik mengetahui kegiatan di sentra sebelumnya

Di tengah ruangan utama Masjid Raya Al-Mashun terdapat delapan pilar yang terbuat dari marmer yang berwarna kuning gading yang berasal dari Italia.. Pilar ini berfungsi

Hasil Penelitian didapatkan 3 buah koloni bakteri yaitu bakteri Proteus mirabilis, Escherichia coli dan Salmonella paratyphi B , hasil uji Bioassay bakteri Proteus mirabilis