• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kabupaten Boyolali merupakan salah satu dari 35 Kabupaten di Provinsi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kabupaten Boyolali merupakan salah satu dari 35 Kabupaten di Provinsi"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

1 BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kabupaten Boyolali merupakan salah satu dari 35 Kabupaten di Provinsi Jawa Tengah terletak antara 110° 22' - 110° 50' Bujur Timur dan 7° 7' - 7° 36' Lintang Selatan, dengan ketinggian antara 75 - 1500 meter di atas permukaan air laut. Jarak bentang dari barat sampai timur 48 km dan dari utara sampai selatan 54 km. Gambaran batasan wilayah Kabupaten Boyolali seperti tercantum pada Gambar 1 sebagai berikut :

Gambar 1.2. Batasan Wilayah Kabupaten Boyolali

a. Sebelah Utara : Kabupaten Grobogan dan Kabupaten Semarang b. Sebelah Timur : Kabupaten Karanganyar, Sragen dan Sukoharjo

(2)

2 c. Sebelah Selatan : Kabupaten Klaten dan Kabupaten Sleman Daerah

Istimewa Jogjakarta

d. Sebelah Barat : Kabupaten Magelang dan Kabupaten Semarang

Salah satu pendapatan Kabupaten Boyolali berasal dari industri mebelair dengan bahan baku yang digunakan adalah kayu jati, mahoni, akasia. Seiring dengan menurunnya produksi hasil hutan kayu jati, maka para pengusaha mebel selain menggunakan kayu jati hutan mulai mengembangkan bahan baku kayu jati rakyat yang dipilih dari kecamatan Andong, Wonosegoro, Kemusu, Juwangi dengan jenis tanah regosol dan grumosol. Khusus Kecamatn Kemusu dan Juwangi banyak mengandung kapur. Kayu jati hasil hutan telawa Juwangi mengalami penurunan produksi selama tiga tahun terakhir. Pada tahun 2005 menghasilkan jumlah produksi 2.758 m³, pada tahun 2006 jumlah produksi 2.478 m³ dan pada tahun 2007 jumlah produksi 2.301 m³.

Guna memenuhi permintaan pasar dan guna meningkatkan produktifitas pengusaha lokal serta memberikan lapangan kerja, Pemerintah Kabupaten Boyolali menetapkan Kecamatan Nogosari dan Ngemplak sebagai sentra industri mebel yang dipusatkan di Desa Sembungan, Ketitang, Manggung. Adapun jenis usaha yang ada adalah penggergajian kayu, pengolahan kayu untuk bahan bangunan serta mebel untuk pasar lokal dan eksport. Peningkatan produksi olahan kayu berakibat pada peningkatan limbah produksi yang berupa gergajian, sebetan kayu, balok-balok kecil dan limbah serutan kayu. Limbah yang dihasilkan di atas sementara ini hanya untuk memenuhi kebutuhan bahan bakar rumah tangga dan bahan bakar industri tahu di daerah setempat, selebihnya terbuang. Guna

(3)

3 meningkatkan pemanfaatan limbah kayu hasil pengolahan industri mebel, maka perlu dipikirkan teknologi pengolahan limbah bahan dasar kayu untuk bahan bangunan.

Selain kayu, Kabupaten Boyolali memiliki jenis tanah yang bervariasi dan hampir sebagian besar tanah yang ada dapat ditanami bambu, baik daerah lereng gunung Merapi-Merbabu sampai daerah kering di Kemusu-Juwangi. Dari data yang ada industri anyaman bambu di Boyolali mengalami penurunan drastis karena masuknya bahan bangunan dari luar, dan apabila hal ini tidak segera dicarikan jalan keluar, maka bambu akan menjadi bahan yang tak digunakan lagi. Tahun 2006 industri anyaman bambu di Boyolali ada 3.760 dan pada tahun 2007 menurun menjadi 1.560.

Bambu wulung merupakan salah satu bahan yang biasa untuk anyaman bambu selain bambu apus karena memiliki kelebihan mudah dikerjakan, warna khas, lebih lurus, rapi. Bertolak dari kelebihan inilah, maka jenis bambu wulung dipilih sebagai bahan komposit bersama limbah serutan kayu jati sebagai papan partikel. Adapun kelebihan yang dimiliki bambu antara lain pembudidayaan yang relatif mudah, cepat tumbuh berkembang dan memiliki kekuatan tarik cukup tinggi yang dapat dipersaingkan dengan baja.

Papan partikel (particle board) adalah salah satu papan buatan yang dapat dibuat dengan pemanfaatan limbah serutan kayu jati. Papan partikel lantai merupakan bahan bangunan non struktural tetapi menerima beban paling besar bila dibandingkan dengan elemen interior lain dalam elemen bangunan. Papan lantai harus mempunyai daya dukung beban dan ketahanan terhadap rayap dan

(4)

4 kumbang bubuk. Guna mendukung kekuatan papan partikel akibat gaya lateral, maka bambu dapat dijadikan bahan perkuatan sehingga menjadi matrial komposit bersama dengan partikel serutan kayu jati.

Keawetan bahan bangunan adalah hal yang harus menjadi perhatian. Kayu jati kayu dalam penelitian ini tidak diperlukan pengawetan (masuk kelas awet 1), sedangkan bambu wulung yang digunakan diawetkan dengan boraks mengingat bambu wulung rentan terhadap serangan kumbang bubuk terutama apabila penebangan tidak dilaksanakan saat waktu (Jawa; mongso) yang tepat.

B. Perumusan Masalah

Dengan pertumbuhan penduduk yang begitu cepat menyebabkan kebutuhan akan bahan bangunan dari kayu meningkat dan hal ini tidak diikuti petumbuhan tanaman kayu, sehingga kayu akan semakin langka, khususnya kayu jati.

Atas dasar pertimbangan di atas, maka timbul pemikiran melakukan penelitian tentang pembuatan papan partikel dengan memanfaatkan limbah serutan kayu jati dengan laminasi dari bambu wulung sebagai perkuatan. Harapannya akan menambah produk baru bahan bangunan ramah lingkungan yang dihasilkan oleh industri lokal di sekitar industri mebel.

Adapun Penelitian dilakukan dengan menguji dan membandingkan kekuatan antara papan partikel tanpa perkuatan bilah bambu dengan papan

(5)

5 partikel yang dilapisi bilah bambu wulung melalui berbagai variasi susunan dan ketebalan bilah bambu.

C. Keaslian Penelitian

Pembuatan papan partikel lantai dari partikel kayu telah diteliti oleh Budi Rahmawati (2004) yang meneliti tentang pengaruh kerapatan dan komposisi partikel kayu terhadap sifat papan lantai. Adapun bahan partikel yang digunakan adalah limbah serutan kayu jati dari PT. Wisanka Klaten dan partikel acasia curisuliformis dengan perekat urea formaldehyde dan paengawet lentrek *400ec.

Pembuatan papan laminasi dari bambu telah dimulai oleh Sulastiningsih et al.(1998) dalam Barly (2005) yang meneliti tetang kerapatan papan laminasi menggunakan bilah dan galar (pelupuh) dari bambu petung dan bambu andong, dengan perekat Tanin- Resorsinol Formaldehida (TRF).

Penelitian dengan pembuatan papan lantai dari bahan partikel serutan kayu jati dan laminasi bambu diharapkan dapat tercipta produk bahan bangunan yang ramah lingkungan, murah, kuat serta memiliki nilai estetika tersendiri. Dari berbagai sumber literatur dan laporan hasil penelitian yang pernah dibaca dapat dijadikan dasar untuk dapat dikembangkan penelitian ini dengan menggabungkannya, dan dengan penggabungan dua jenis bahan kayu/bambu ini dapat dikatakan penelitian ini relatif baru.

(6)

6 D. Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Pembuatan papan partikel laminasi bambu wulung sebagai material komposit

alternatif bahan bangunan papan lantai dengan memanfaatkan limbah produksi dari industri mebel melalui teknologi pengempaan dan laminasi.

2. Mengetahui sifat fisik dan mekanik papan partikel laminasi bambu wulung yaitu kadar air dan kerapatan, geser sejajar serat dan kuat lentur.

3. Mengetahui pengaruh variasi susunan dan ketebalan bilah bambu terhadap sifat fisika dan mekanika papan partikel yang meliputi kerapatan (density), kadar air (moisture content) kekuatan lentur, kekuatan geser (shearing strength)

4. Mengetahui perbandingan kekuatan antara papan partikel tanpa perkuatan bambu dengan papan partikel yang diperkuat lapisan bilah bambu.

E. Manfaat Penelitian

Manfaat yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah:

1. Memberikan informasi yang berkaitan pemanfaatan limbah serutan kayu jati dipadukan dengan bilah bambu wulung sebagai perkuatan dimana keduanya merupakan potensi lokal yang dapat dijadikan salah satu temuan baru dalam bidang bahan bangunan sehingga dapat digunakan sebagai alternatif pengganti bahan banguan konvensional yang sudah ada.

(7)

7 2. Diketahuinya sifat fisika dan mekanika papan partikel untuk dapat dijadikan

dasar perencanaan dalam bidang arsitektur dan konstruksi.

F. Batasan Masalah

Pelaksanaan dan pengkajian penelitian dilakukan dengan batasan antara lain :

1. Serutan yang dipakai adalah serutan kayu jati yang berasal dari limbah Industri Kecil Eko Jati Subur Desa Sembungan Kecamatan Nogosari Kabupaten Boyolali

2. Serutan lolos saringan 6 mm x 6 mm dan tertahan saringan 3 mm x 3 mm 3. Bambu wulung yang digunakan didapatkan dari Desa Mojo Kecamatan

Andong Kabupaten Boyolali.

4. Pengawet bambu yang dipakai adalah borak 5% (5 ml borak dalam 100 ml air) dengan perebusan.

5. Kerapatan partikel 0,8 (dalam gr/cm³)

6. Pengempaan pada pengempaan panas dengan suhu 170˚ C

7. Ketebalan papan partikel dengan variasi 16 mm; 12 mm; dan 8 mm 8. Ketebalan bilah bambu dengan variasi 2 mm; 4 mm dan 6 mm

9. Tebal total susunan papan partikel laminasi bambu wulung dengan 2 lapis bilah bambu di atas dan di bawah adalah 20 mm

Gambar

Gambar 1.2. Batasan Wilayah Kabupaten Boyolali

Referensi

Dokumen terkait

1. Pembelajaran kooperatif tipe investigasi kelompok memiliki langkah- langkah pembelajaran yaitu 1) Pada awal pembelajaran siswa akan diberikan

Skripsi ini termasuk penelitian yang bersifat deskriptif analitis, yaitu suatu metode yang menggambarkan masalah yang kemudian menganalisa permasalahan yang ada

Kegiatan penelitian tentang Korelasi antara Pergeseran Perilaku Masyarakat dalam Pengembangan dan Pembangunan Permukiman Swadaya terhadap Upaya Konservasi Bangunan Cagar

Layar account receivable Pivot Table akan muncul apabila user memilih fitur account receivable pivot table yang tersedia pada menu pivot table & pivot chart. Pada layar account

Ketika orang-orang yang berdosa itu merasa putus asa untuk mendapatkan keringanan dari siksaan yang pedih, mereka berseru kepada Mâlik, malaikat penjaga neraka, dengan

perusahaan dalam memelihara data produk yang ada dan memungkinkan pencarian produk secara interaktif tetapi belum sampai kepada pembayaran

Terkait dengan uraian latar belakang tersebut penulis tertarik untuk melakukan penelitian “Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Pengetahuan Kader Tentang Pelayanan Posyandu Lansia

Bandung, 1978.. tahun berjalan berdasarkan penilaian Lembaga/Tim Penilai Harga Tanah yang ditunjuk oleh Panitia. Disamping itu, bentuk dan besarnya ganti rugi ditetapkan