• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Pengertian Pendidikan Karakter - UPAYA MENINGKATKAN SIKAP TANGGUNG JAWAB DAN PRESTASI BELAJAR IPS MATERI KEGIATAN EKONOMI DALAM MEMANFAATKAN SUMBER DAYA ALAM MENGGUNAKAN MODEL KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE (

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Pengertian Pendidikan Karakter - UPAYA MENINGKATKAN SIKAP TANGGUNG JAWAB DAN PRESTASI BELAJAR IPS MATERI KEGIATAN EKONOMI DALAM MEMANFAATKAN SUMBER DAYA ALAM MENGGUNAKAN MODEL KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE ("

Copied!
21
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A.Landasan Teori

1. Pengertian Pendidikan Karakter

Menurut Muslich (2011: 29), Pendidikan karakter adalah pendidikan budi pekerti plus, yaitu yang melibatkan aspek teori pengetahuan (cognitive), perasaan (feeling), dan tindakan (action). Menurut Samani, dan Hariyanto (2012: 45), pendidikan karakter adalah proses pemberian tuntunan kepada peserta didik untuk menjadi manusia seutuhnya yang berkarakter dalam dimensi hati, pikir, raga, serta rasa, dan karsa. Pendidikan karakter dapat dimaknai sebagai pendidikan nilai, pendidikan budi pekerti, pendidikan moral, pendidikan watak, yang bertujuan mengembangkan kemampuan peserta didik untuk memberikan keputusan. Menurut Benninga (1991: 4), moral education is a conscious effort shared by parents, society, and professional educators to help “shape the character of less well educated

people. Benninga (1991: 4) menyatakan bahwa Karakter anak dapat dibentuk melalui pendidikan moral yang dilakukan secara sadar oleh orang tua, masyarakat, dan guru.

(2)

karakter kepada warga sekolah yang meliputi komponen pengetahuan, kesadaran atau kemauan, dan tindakan untuk melaksanakan nilai-nilai tersebut yang bertujuan untuk membentuk manusia yang bermoral, cerdas dan rasional, suka bekerja keras, percaya diri, memiliki rasa tanggung jawab serta memiliki jiwa patriot, rasa hormat, dan kejujuran.

2. Pengertian Tanggung Jawab a. Pengertian Tanggung Jawab

Mustari (2011: 21), mengemukakan bahwa bertanggung jawab adalah, sikap dan perilaku seseorang untuk melaksanakan tugas dan kewajibannya sebagaimana yang seharusnya dilakukan, terhadap diri sendiri, masyarakat, lingkungan (alam, sosial, dan budaya), negara dan Tuhan. Menurut Elfendri, dkk (2012: 96), karakter tanggung jawab berarti sifat berani menanggung segala resiko akibat perilaku/tindakan/segala sesuatu yang dilakukan. Orang yang memiliki karakter ini senantiasa mempertimbangkan dampak dan resiko yang akan terjadi dari apa yang dia ucapkan, dia lakukan atau yang dia putuskan.

Aunillah (2011: 83), mengemukakan bahwa rasa tanggung jawab merupakan pelajaran yang tidak hanya perlu diperkenalkan dan diajarkan, namun juga perlu ditanamkan kepada para peserta didik, baik pada masa pra sekolah maupun sekolah.

(3)

thing just because it is right and not because we will get credit or praise for doing it.

Menurut Gruber dan Huston (2003: 367), karakter orang yang bertanggung jawab mampu menunjukan pengendalian diri dan dapat mengejar keunggulan. Orang yang bertanggung jawab akan bersungguh-sungguh ketika mereka mengatakan “anda dapat mengandalkan saya”. Menjadi bertanggung jawab adalah bagian dari karakter seseorang. Bertanggung jawab memiliki arti bahwa kita melakukan hal yang benar bahkan ketika tidak ada yang melihat. kita melakukan hal yang benar hanya karena hal itu benar dan bukan karena akan mendapatkan kredit atau pujian.

Menurut Aunillah, dkk (2011: 83), ada beberapa hal yang dapat dilakukan oleh guru dalam menanamkan rasa tanggung jawab yang tinggi pada diri setiap peserta didik, diantaranya adalah sebagai berikut :

1) Memulai dari tugas-tugas sederhana

Di sekolah, tentu saja sudah ada peraturan-peraturan yang ditetapkan, seperti tata tertib di dalam kelas, jadwal kebersihan, serta beberapa ketentuan lainnya yang baik mengenai cara bertanggung jawab.

2) Menebus kesalahan saat berbuat salah

Cara lain untuk menumbuhkan sikap tanggung jawab dalam diri peserta didik adalah mengajarkan kepadanya agar siap menebus kesalahan ketika ia berbuat salah.

(4)

Guru harus menjelaskan kepada peserta didik bahwa segala sesuatu yang dilakukan pasti memiliki konsekuensi, dan dia harus siap dengan segala konsekuensi yang ditimbulkan dari semua tindakannya.

4) Sering berdiskusi tentang pentingnya tanggung jawab

Hendaknya guru sering kali berdiskusi mengenai pentingnya tanggung jawab dalam kehidupan.

b. Indikator Tanggung jawab

Menurut Fitri (2012:43), indikator keberhasilan dari tanggung jawab adalah sebagai berikut:

1) Mengerjakan tugas dan pekerjaan rumah dengan baik. 2) Bertanggung jawab terhadap setiap perbuatan.

3) Melakukan piket sesuai dengan jadwal yang telah ditetapkan. 4) Mengerjakan tugas kelompok secara bersama-sama.

Dari beberapa indikator keberhasilan tanggung jawab yang telah dipaparkan di atas, jika dihubungkan dengan proses pembelajaran kegiatan ekonomi dalam memanfaatkan sumber daya alam dengan menggunakan metode Think Pair Share, serta kondisi siswa maka indikator tanggung jawab yang juga diharapkan dapat dicapai siswa kelas IV SD N 1 gununglangit adalah:

a) Memperhatikan materi yang disampaikan guru b) Melakukan diskusi dengan pasangan

c) Mempresentasikan hasil diskusi di depan kelas

(5)

Dengan demikian dapat diambil kesimpulan bahwa tanggung jawab merupakan suatu sikap seseorang yang berani untuk memegang resiko, melakukan dan menjalankan segala sesuatu yang menjadi kewajibannya, taat terhadap aturan yang ada. Orang yang memiliki sikap tanggung jawab akan melakukan segala sesuatu dengan penuh pertimbangan dengan resiko yang akan didapatnya dari tindakan yang telah dilakukannya. Seorang pelajar memiliki tanggung jawab untuk belajar dengan baik dan mentaati segala tata tertib dan peraturan-peraturan yang ada di sekolah.

3. Pengertian Belajar

Darmadi (2010: 186), menyatakan bahwa belajar pada hakekatnya merupakan usaha sadar yang dilakukan individu untuk memenuhi kebutuhannya. Slameto (2003: 2), menyatakan bahwa belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.

Dari beberapa teori yang dikemukakan di atas dapat diambil kesimpulan bahwa belajar merupakan suatu usaha sadar yang dilakukan seseorang untuk memperoleh perubahan tingkah laku secara menyeluruh yang dilakukan melalui pembelajaran dan dalam jangka waktu tertentu.

4. Pengertian Prestasi Belajar a. Pengertian prestasi belajar

(6)

Menurut Arifin (2009: 12), kata prestasi berasal dari bahasa Belanda yaitu prestatie. Kemudian dalam bahasa Indonesia menjadi “prestasi” yang berarti “hasil usaha”. Prestasi belajar pada umumnya berkenaan dengan

aspek pengetahuan.

Menurut Morris (1978: 69) “Even if you decide to construct your own achievement test, suited to the particulars of the program you are evaluating, it is important to take advantage of the experience of other”.

Menurut Morris (1978: 69), sekalipun seseorang telah memutuskan untuk menyususn tes prestasi dari seseorang tersebut, maka sesuaikan dengan program atau materi tertentu yang akan dievaluasi, hal tersebut penting untuk memperoleh keuntungan yaitu pengalaman Belajar. Dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar merupakan hasil dari proses belajar yang telah dilakukan yang dapat diukur melalui tes maupun non tes. Tinggi rendahnya prestasi seseorang tidaklah sama. Dari hasil kerja keras yang telah dilakukan selama kegiatan pembelajaran pada akhirnya akan menghasilkan suatu hasil yang baik dan memuaskan sesuai dengan yang diinginkan dan dicita-citakan. Demi mendapatkan hasil prestasi yang memuaskan maka dibutuhkan adanya perjuangan dan kerja keras.

b. Faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar

(7)

1) Faktor Interen

Faktor internal adalah faktor yang berasal dari siswa. Faktor ini antara lain: a) Kecerdasan (Intelegensi), b) Sikap, c) Minat, d) Bakat.

2) Faktor eksteren

Faktor eksternal terdiri atas dua macam, yaitu lingkungan sosial dan lingkungan non sosial.

Menurut Slameto (2003: 60), faktor ekstern yang dapat mempengaruhi belajar dapat digolongkan menjadi 3 faktor :

a) Faktor Keluarga

Siswa yang belajar akan menerima pengaruh dari keluarga berupa: cara orang tua mendidik, relasi antara anggota keluarga, suasana rumah tangga, dan keadaan ekonomi keluarga.

b) Faktor Sekolah

Faktor sekolah yang mempengaruhi belajar ini mencakup metode mengajar, kurikulum, relasi guru dengan siswa, relasi siswa dengan siswa, disiplin sekolah, pelajaran dan waktu sekolah, standar pelajaran, keadaan gedung, metode belajar, dan tugas rumah.

c) Faktor Masyarakat

(8)

Dapat diambil kesimpulan bahwa faktor yang mempengaruhi prestasi belajar terdiri dari faktor ekstrenal dan faktor internal, dan kedua faktor tersebut memiliki andil besar terhadap prestasi belajar siswa.

c. Fungsi Prestasi Belajar

Menurut Arifin (2009: 12-13), prestasi belajar mempunyai beberapa fungsi utama, antara lain:

1) Prestasi belajar sebagai indikator kualitas dan kuantitas pengetahuan yang telah dikuasai peserta didik

2) Prestasi belajar sebagai lambang pemuasan hasrat ingin tahu. 3) Prestasi belajar sebagai bahan informasi dalam inovasi pendidikan. 4) Prestasi belajar sebagai indikator intern dan ekstern dari suatu institusi

pendidikan.

Dapat disimpulkan bahwa, prestasi belajar dapat dijadikan tolak ukur untuk dapat lebih meningkatkan belajar siswa, dan sebagai pendorong maupun penyemangat siswa dalam menuntut ilmu. Prestasi belajar juga berfungsi sebagai pemuas rasa ingin tahu tingkat kemampuan siswa terhadap penguasaan materi yang dipelajarinya.

5. Pengertian Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) a. Pengertian Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)

(9)

diturunkan dari isi materi cabang-cabang ilmu-ilmu sosial: sosiologi, sejarah, geografi, ekonomi, politik, antropologi, filsafat, dan psikologi sosial.

Menurut Sapriya (2007: 3), Istilah IPS di Sekolah Dasar merupakan nama mata pelajaran yang berdiri sendiri sebagai integrasi dari sejumlah konsep disiplin ilmu sosial, humaniora, sains bahkan berbagai isu dan masalah sosial kehidupan. Materi IPS untuk jenjang Sekolah Dasar tidak terlihat aspek disiplin ilmu karena yang lebih dipentingkan adalah dimensi pedagogik dan psikologis serta karakteristik kemampuan berpikir peserta didik yang bersifat holistik.

Menurut Parker (2010: 1), social studies is at the center of a good school curriculum because it is where students learn to see and interpret the world its peoples, places, cultures, systems, and problems; its dreams and calamities now and long ago.

Parker (2010: 1), berpendapat bahwa ilmu sosial merupakan pusat dari kurikulum sekolah yang baik karena siswa belajar untuk melihat dan menafsirkan dunianya masyarakat, tempat, budaya, sistem, masalah, impian dan bencana terdahulu dan sekarang.

(10)

b. Tujuan Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)

Menurut Trianto (2010: 176), tujuan Ilmu Pengetahuan Sosial adalah untuk mengembangkan potensi peserta didik agar peka terhadap masalah sosial yang terjadi di masyarakat, memiliki sikap mental positif terhadap perbaikan segala ketimpangan yang terjadi, dan terampil mengatasi setiap masalah yang terjadi sehari-hari, baik yang menimpa dirinya sendiri maupun yang menimpa masyarakat. Tujuan tersebut dapat dicapai manakala program-program pelajaran IPS di sekolah diorganisasikan secara baik.

Dapat disimpulkan bahwa tujuan ilmu pengetahuan sosial adalah untuk memberi bekal kepada siswa agar kelak dapat menghadapi persoalan-persoalan yang ada dalam masyarakat lingkungannya, maupun persoalan-persoalan yang ada pada dirinya sendiri, dan mendidik siswa untuk menjadi warga masyarakat yang baik di lingkungannya.

c. Konsep Ilmu Pengetahuan Sosial

(11)

6. Pembelajaran IPS di SD

Pembelajaran IPS di SD meliputi berbagai bidang kajian yang salah satunya adalah tentang kegiatan ekonomi dalam memanfaatkan sumber daya alam sebagai berikut:

a. Pengertian Kegiatan Ekonomi

Suparmoko (1997: 1), menyatakan bahwa pada umumnya ilmu ekonomi (ekonomika) diartikan sebagai ilmu yang mempelajari tentang bagaimana tingkah laku manusia baik secara perorangan maupun sebagai masyarakat berusaha memenuhi kebutuhan dari berbagai alat pemuas kebutuhan atau sumber daya yang terbatas adanya. Oleh karena itu manusia atau masyarakat harus melakukan pilihan dalam menggunakan alat pemuas kebutuhan atau sumber daya itu dan juga memilih antara kebutuhan yang harus dipenuhinya. Menurut Hisnu dan Winardi (2008: 133), kegiatan ekonomi adalah kegiatan yang dilakukan orang untuk menghasilkan pendapatan dalam rangka memenuhi kebutuhan hidup. b. Macam-Macam Kegiatan Ekonomi

(12)

c. Kegiatan Ekonomi Kaitannya Dengan Sumber Daya Alam

Suparmoko (1997: 6), menyatakan bahwa kita hidup di planet bumi yang tetap ukurannya, dengan tingkat penggunaan sumber daya alam yang relatif meningkat, dan tingkat penyerapan limbah yang relatif tetap. Apabila manusia memulai proses teknologi, dan kota-kota industri serta pertanian mulai membuang limbah sebagai produk sampingan proses kehidupan dan produksi, maka akan ada tekanan terhadap kemampuan membersihkan secara otomatis yang dipunyai lingkungan alamiah, dan keseimbangan ekologi akan lenyap. Pengguanaan sumber daya alam untuk masa datang secara langsung perlu dihubungkan dengan apa yang disebut sebagai imbangan antara penduduk dengan sumber daya alam.

Menurut Hisnu dan Winardi (2008: 133), kekayaan sumber daya alam mendukung kegiatan ekonomi masyarakat. Memang kekayaan sumber daya alam boleh dimanfaatkan untuk mencukupi kebutuhan hidup. Namun, dalam pemanfaatan itu kita tidak boleh merusak lingkungan sekitar.

d. Pengaruh kondisi alam terhadap kegiatan ekonomi

(13)

perkebunan seperti, kopi dan cengkeh, berternak, dan berdagang hasil pertanian. Jenis tanaman pertanian di dataran rendah dan dataran tinggi berbeda. Hasil pertanian dataran rendah antara lain padi, jagung, dan palawija. Hasil pertanian dataran tinggi antara lain sayuran, buah-buahan, kopi, teh, dan cengkeh.

7. Pengertian Cooperative Learning a. Pengertian Cooperative Learning

Menurut Isjoni (2010: 12), cooperative learning merupakan strategi belajar dengan sejumlah siswa sebagai anggota kelompok kecil yang tingkat kemampuannya berbeda. Menurut Daryanto, dan Rahardjo (2012: 241), model pembelajara kooperatif merupakan suatu model pembelajaran yang mengutamakan adanya kelompok-kelompok. Setiap siswa yang ada dalam kelompok mempunyai tingkat kemampuan yang berbeda-beda (tinggi, sedang, dan rendah), dan jika memungkinkan anggota kelompok berasal dari ras, budaya, suku, yang berbeda serta memperhatikan kesetaraan jender.

Rusman (2011: 204), menyatakan bahwa cooperative learning adalah teknik pengelompokan yang di dalamnya siswa bekerja terarah pada tujuan belajar bersama dalam kelompok kecil yang umumnya terdiri dari 4-5 orang.

(14)

Jones dan Jones (dalam Borich, 2011: 194), berpendapat bahwa pembelajaran kooperatif adalah cara untuk membuat kelas menjadi tempat yang diinginkan peserta didik. Mereka percaya ruang kelas yang menekankan pembelajaran kooperatif memotivasi semua anak untuk terlibat dalam kegiatan belajar dan instruksi seluruh kelompok, siswa bersaing satu sama lain untuk hadiah yang terbatas.

Dapat disimpulkan bahwa cooperative learning merupakan strategi pembelajaran yang mengharuskan siswa membentuk kelompok-kelompok kecil, dan tiap kelompok tersebut terdiri dari siswa yang memiliki berbagai tingkat kemampuan, melakukan berbagai kegiatan belajar untuk meningkatkan pemahaman mereka tentang materi pelajaran yang sedang dipelajari. Setiap anggota kelompok bertanggung jawab untuk tidak hanya belajar apa yang diajarkan tetapi juga untuk membantu rekan-rekan belajar, sehingga bersama-sama mencapai keberhasilan.

8. TPS (Think-Pair-Share)

a. Pengertian TPS (Think-Pair-Share)

(15)

delapan kali lebih banyak kepada setiap siswa untuk menunjukan partisipasi mereka kepada orang lain.

Lie (2008: 57), menyatakan bahwa teknik belajar TPS atau berpikir-berpasangan-berempat dikembangkan oleh Frank-Lyman dan Spancer Kagan sebagai struktur kegiatan pembelajaran cooperative learning. Teknik ini memberi siswa kesempatan untuk bekerja sendiri serta bekerja sama dengan orang lain. Keunggulan lain dari teknik ini adalah optimalisasi partisipasi siswa.

b. Langkah-langkah TPS

Menurut Huda (2012:136-137), langkah-langkah pembelajaran dengan menggunakan TPS adalah sebagai berikut :

1) Guru membagi siswa ke dalam kelompok, dan setiap kelompok terdiri dari 4 anggota/siswa.

2) Guru memberikan tugas pada setiap kelompok.

3) Masing-masing anggota memikirkan dan mengerjakan tugas tersebut sendiri-sendiri terlebih dahulu.

4) Kelompok membentuk anggota-anggotanya secara berpasangan. Setiap pasangan mendiskusikan hasil pekerjaan individunya.

5) Kedua pasangan kemudian bertemu kembali dalam kelompoknya masing-masing untuk men-share hasil diskusinya.

(16)

a) Langkah 1: Berpikir (Thinking)

Guru mengajukan suatu pertanyaan atau masalah yang dikaitkan dengan pelajaran, dan meminta siswa menggunakan waktu beberapa menit untuk perpikir sendiri jawaban atau masalah. Siswa membutuhkan penjelasan bahwa berbicara atau mengerjakan bukan bagian berpikir. b) Langkah 2: Berpasangan (pairing)

Guru meminta siswa untuk berpasangan dan mendiskusikan apa yang mereka peroleh. Interaksi selama waktu yang disediakan dapat menyatukan jawaban jika suatu pertanyaan yang diajukan atau menyatukan gagasan apabila suatu masalah khusus yang diidentifikasi. Secara normal guru memberi waktu tidak lebih dari 4 atau 5 menit untuk berpasangan.

c) Langkah 3: Berbagi (Sharing)

Pada langkah akhir pasangan-pasangan untuk berbagi dengan keseluruhan kelas yang telah mereka bicarakan hal ini efektif untuk berkeliling ruangan dari pasangan ke pasangan dan melanjutkan sampai sekitar sebagian pasangan mendapat kesempatan untuk melaporkan.

Menurut Borich (2011: 285), there are four steps to think, pair, share, and a time limit on each step is signaled by teacher:

1) The teacher poses a question. The process of think, pair, share begins when the teacher poses a tought-provoking question for the entire class. Questions with single right answers are avoided. Questions must pose problems or dilemmas that students willing and able to think about.

(17)

decided by the teacher on the basis of knowledge of the students, the nature of the question, and the demands of the schedule.

3) Each student discusses his or her answer with a fellow student. The end of the “Think” step signals to the students that it is time to begin working with another student to reach consensus on an answer to the questions. Each student now has a chance to try out possibilities. Together each pair of students can reformulate a common answer based on their collective insights to possible solutions to the problem.

4) Students share their answers with the whole class. In this final step, individuals present solutions individually or cooperatively to the whole class. Where pairs of students have constructed displays of their answers, as in a chart or diagram, each member of the pair can take credit for his or her specific contribution.

Borich (2011: 285), berpendapat bahwa ada empat langkah untuk berpikir, berpasangan, berbagi, dan tepat waktu pada setiap langkah didampingi /dibimbing oleh guru:

1) Guru memberikan pertanyaan. Proses Berpikir pasangan dan berbagi, dimulai ketika guru memberikan pertanyaan hingga mempengaruhi/memprofokasi kelas. Hindari Pertanyaan dengan jawaban tunggal yang benar. Pertanyaan harus menimbulkan masalah atau dilema bahwa siswa bersedia dan mampu untuk berpikir tentang pertanyaan tersebut.

(18)

3) Setiap siswa membahas jawabannya bersama-sama dengan siswa yang lain. Akhir konsensus "Pikirkan" pada jawaban pertanyaan. Setiap siswa memiliki kesempatan untuk mencoba menjawab. Secara bersama-sama setiap siswa yang berpasangan dapat merumuskan jawaban umum berdasarkan wawasan kolektif mereka untuk memberikan solusi terhadap masalah tersebut.

4) Siswa mencocokkan jawaban mereka dengan jawaban seluruh kelas. Pada langkah terakhir, individu menyajikan solusi secara individu atau sama untuk seluruh kelas. Pasangan siswa dapat menjelaskan jawaban mereka, seperti dalam grafik atau diagram. setiap anggota pasangan dapat mengambil keuntungan atas kerjasamanya.

(19)

B.Penelitian Yang Relevan

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Kadir Tiya (2008), dengan judul peningkatan prestasi belajar matematika melalui model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share (TPS) pada siswa SMP Satria Kendari. Menunjukan peningkatan hasil belajar matematika siswa setelah diterapkan model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share. Hal ini dibuktikan pada siklus I secara klasikal, siswa yang memperoleh nilai ≥ 60, sebanyak 18 orang siswa atau sebesar 60%, dengan nilai rata-rata 57,87, yang berarti mengalami peningkatan dari hasil tes awal siswa yang memperoleh nilai ≥ 60, sebanyak 7 orang siswa atau sebesar 23,33%. Pada siklus II, hasil belajar matematika siswa mengalami peningkatan. Secara klasikal siswa yang memperoleh nilai ≥ 60 sebanyak 26 atau

sebesar 86,67%, dengan nilai rata-rata 71,53, ini berarti prestasi belajar matematika siswa setiap siklusnya mengalami peningkatan. Dari hasil penelitian tersebut dapat diambil kesimpulan, bahwa penggunaan model kooperatif tipe Think Pair Share pada siswa kelas VII SMP Satria Kendari memberikan dampak positif terhadap hasil belajar matematika siswa.

(20)

C.Kerangka Berpikir

Kegiatan belajar-mengajar mata pelajaran IPS peneliti lakukan dengan menggunakan model cooperative learning tipe Think Pair Share. Penelitian yang akan dilaksanakan didasarkan atas kondisi awal yang ada pada siswa kelas IV SD Negeri 1 Gununglangit yakni rendahnya tanggung jawab dan prestasi belajar siswa pada pembelajaran IPS, yang kemudian dilakukan penelitian dengan menggunakan metode Think Pair Share. Penelitian direncanakan dua siklus, apabila pada siklus dua belum menunjukkan keberhasilan maka akan dilanjutkan pada siklus berikutnya. Kemudian untuk mengukur kemampuan siswa dalam menguasai materi pelajaran akan diadakan evaluasi dalam bentuk tes di setiap akhir pertemuan dan akhir siklus. Selain itu juga disebarkan angket tanggung jawab untuk mengetahui tingkat tanggung jawab belajar siswa. Dari hasil tersebut akan terlihat peningkatan tanggung jawab dan prestasi belajar siswa.

Gambar 2.1 Kerangka berpikir penelitian

Kondisi awal Tanggung jawab dan

prestasi siswa rendah

Tindakan: Guru menggunakan metode TPS

Siklus 1 Menerapkan TPS

Siklus II Menerapkan TPS

Tanggung jawab dan prestasi belajar siswa

(21)

D.Hipotesis Tindakan

Berdasarkan kerangka berpikir di atas, maka hipotesis tindakan kelas dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Pembelajaran dengan menggunakan model kooperatif tipe Think Pair Share (TPS) dapat meningkatkan tanggunng Jawab belajar siswa pada pembelajaran IPS materi kegiatan ekonomi dalam memanfaatkan sumber daya alam siswa kelas IV SD Negeri 1 Gununglangit.

Gambar

Gambar 2.1 Kerangka berpikir penelitian

Referensi

Dokumen terkait

lain yang menentukan efektivitas pendekatan jaringan pada integrasi kawasan Uni. Eropa, yaitu faktor penghasilan (income) dan faktor dasar hukum

maju dan negara-negara berkembang. Hal ini menjadi aspek esensial karena sifat korupsi yang semakin kompleks. dan canggih serta melibatkan aktor lintas negara. Misalnya

Dalam menganalisa biaya penggunaan kontruksi kayu penulis menggunakan SNI-3434-2008 tentang tata cara perhitungan harga satuan pekerjaan kayu untuk kontruksi

Dana Alokasi Khusus (DAK) adalah dana yang bersumber dari pendapatan APBN yang dialokasikan kepada daerah tertentu dengan tujuan untuk membantu mendanai kegiatan khusus yang

Siwabessy (RSG-GAS), maka litbang ini perlu dilakukan. Dalam penelitian ini dilakukan analisis perhitungan dengan memakai program komputer terpilih yaitu WIMSD4 untuk

Melaksanakan bimbingan belajar untuk siswa SD/MI di Padukuhan Bobok Tempel, Desa Seloharjo, Kecamatan Pundong, Kabupaten Bantul, dengan

To identify what kinds of games based on Multiple Intelligence Theory can be used to introduce English vocabulary to the students of TK Negeri 2 Yogyakarta.. To discover how the

Use of a Free Radical Method to Evaluate Antioxidant Activity.. Kimia Pangan