• Tidak ada hasil yang ditemukan

EXECUTIVE SUMMARY PEMERINTAH KABUPATEN BANYUWANGI BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN BANYUWANGI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "EXECUTIVE SUMMARY PEMERINTAH KABUPATEN BANYUWANGI BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN BANYUWANGI"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

EXECUTIVE SUMMARY

PEMERINTAH KABUPATEN BANYUWANGI BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH

KABUPATEN BANYUWANGI

PEMBERDAYAAN EKS-TENAGA KERJA WANITA (TKW) MELALUI KERAJINAN HANDICRAFT

DI DESA KRADENAN KECAMATAN PURWOHARJO KABUPATEN BANYUWANGI

Tim Peneliti:

M. Amir Mahmud, SHI, MA (Ketua) Iis Ni’matul Jannah, S.Pd, M.Sc (Anggota)

Aliya Fatimah, M.Pd (Anggota) Sunaryo, M.Pd (Anggota)

LEMBAGA PENELITIAN DAN PENGABDIAN PADA MASYARAKAT UNIVERSITAS BAKTI INDONESIA

(2)

ABSTRAK

Banyuwangi merupakan salah satu Kabupaten dengan jumlah Tenaga Kerja Wanita (TKW) yang besar. Kebanyakan para TKW tersebut berasal dari keluarga dengan tingkat kesejahteraan dan tingkat pendidikan yang rendah. Banyak para TKW selepas bekerja diluar negeri tidak memperoleh ketrampilan kusus sehingga kurang bisa bersaing di dunia kerja akibatnya banyak para mantan TKW hanya menjadi pengangguran sepulang dari luar negeri. Untuk itu perlu adanya pemberdayaan kepada para mantan TKW sehingga para mantan TKW ini memiliki ketrampilan dan kemandirian serta dapat membantu meningkatan perekonomian keluarganya.

Banyak hal yang dapat digunakan untuk memberdayakan mantan TKW ini salah satunya adalah dengan kerajinan Handicraft. Kerajinan Handicraft ini dirasa cocok dengan para mantan TKW yang merupakan seorang wanita karena dalam pembuatan kerajinan handicraft ini membutuhkan ketelatenan dan kesabaran. Selain hal tersebut kerajinan handicraft juga potensial untuk dijadikan sebagai produk unggulan daerah Banyuwangi karena hasil dari kerajinan Handicraft ini memiliki nilai seni dan memiliki jual tinggi. Bahan baku yang digunakan untuk kerajinan ini juga banyak ditemukan di seluruh wilayah Kabupaten Banyuwangi.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memberdayakan para mantan TKW melalui kerajinan handicraft supaya para mantan TKW memiliki ketrampilan dan mampu mandiri, perekonomian dan kesejahteraan keluarga dapat meningkat dan juga mengurangi ketergantungan menjadi TKW di luar negeri.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Parcipatory Action Research (PAR) atau penelitan tindakan parsipatori. Pada Penelitian ini lebih memposisikan masyarakat sebagai bagian dari pelaku perubahan sosial yang diharapkan. Penelitian ini berlangsung dalam dua siklus selama empat bulan. Siklus pertama kegiatannya berupa workshop kewirausahaan dan siklus kedua berupa in house training.

Hasil penelitian ini adalah setelah dilakukan pemberdayaan melalui kerajinan handicraft, para mantan TKW menjadi lebih berdaya dan memiliki kekuatan untuk mandiri karena mereka telah dibekali dengan wawasan berwirausaha dan ketrampilan membuat kerajinan handicraft dari bambu. Para mantan TKW mayoritas telah mampu mengirat, menganyam dan membentuk menjadi produk yang siap untuk dipasarkan. Kata kunci: Pemberdayaan, TKW, Handicraft

I. PENDAHULUAN

Indonesia merupakan salah satu negara “pengekspor” Tenaga Kerja Wanita (TKW) yang paling besar selain Filipina, Birma, Vietnam dan negara berkembang lainnya di Asia Tenggara. Kebanyakan para TKW bekerja di sektor non formal yaitu dipekerjakan sebagai pembantu rumah tangga dengan masa kontrak minimal 2 tahun. Nasution (1999) mengatakan bahwa alasan utama calon TKW meninggalkan kampung halamannya untuk bekerja diluar negeri adalah karena sulitnya mendapat pekerjaan di dalam negeri. Hal ini dapat dimengerti karena pada umumnya para TKW ini kebanyakan lulusan Sekolah Menengah Pertama (SMP), Sekolah Dasar (SD), bahkan banyak pula yang tidak pernah mengenyam bangku sekolah sama sekali (putus sekolah) sehingga mereka kurang mampu untuk bersaing di dunia kerja.

Perempuan-perempuan yang ada di Desa Kradenan pada umumnya mempuyai pengalaman kerja menjadi TKW. Bagi para mantan TKW di Desa Kradenan ini sebagian

(3)

masih berniat ingin kembali menjadi TKW dengan alasan di Indonesia sulit mencari pekerjaan dan mendapatkan uang. Mantan TKW yang ada di Desa Kradenan saat ini kondisinya sangat memprihatinkan. Sepulang dari luar negeri, kebanyakan para mantan TKW kembali bekerja di sektor non formal seperti menjadi buruh di sawah atau menganggur. Apalagi mereka masih memiliki pola pikir konsumtif dalam memanfaatkan hasil kerjanya diluar negeri. Kondisi ini tentunya akan merangsang mantan TKW untuk kembali pergi lagi ke luar negeri. Hal ini dibuktikan dengan keberangkatan mereka yang rata-rata lebih dari sekali.

Kurangnya lapangan pekerjaan dan rendahnya tingkat kesejahteraan keluarga memaksa para ibu-ibu rumah tangga ini harus meninggalkan kampung halamannya untuk mengais rizki di luar negeri dengan harapan bisa membantu mencari nafkah. Salah satu peluang yang dapat digunakan untuk membuka lapangan kerja baru, juga berpotensi untuk meningkatkan ekonomi keluarga adalah dengan memberikan mereka keterampilan. Novian (2010) mengatakan bahwa ketrampilan memiliki peran penting agar sumber daya manusia menjadi lebih berkualitas. Dengan memberikan ketrampilan kepada para mantan TKW diharapkan mereka mampu untuk mandiri dan memperoleh pendapatan sendiri (Sudewo, 2003). Kerajinan yang digunakan untuk memberdayakan para mantan TKW di Desa Kradenan adalah kerajinan handicraft bambu. Kerajinan handicraft bambu merupakan kerajinan tangan berupa anyaman yang berbahan dasar dari bambu. Bambu yang biasa digunakan untuk membuat anyaman adalah bambu Apus. Bambu ini banyak ditemukan di dusun-dusun di wilayah Kabupaten Banyuwangi dan biasanya hidup di tegalan, di pinggir sungai atau di belakang rumah. Kerajinan handicraft bambu diberikan karena kerajinan bambu handicraft yang ada di Banyuwangi berpotensi menjadi produk unggulan kebanggaan daerah Banyuwangi yang memiliki nilai jual tinggi di pasaran. Untuk menjadikan kerajinan handicraft menjadi produk unggulan kabupaten Banyuwangi, maka perlu pengelolaan yang baik, ketersediaan modal dan tenaga kerja. Para mantan TKW ini berpotensi menjadi tenaga kerja potensial pembuat kerajinan Handicraft bambu.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat keberhasilan pemberdayaan yang dilakukan kepada para mantan TKW khususnya yang ada di Desa Kradenan Kecamatan Purwoharjo melalui kerajinan handicraft. Pentingnya dilakukan penelitian ini dimaksudkan agar para mantan TKW ini memiliki ketrampilan, dengan ketrampilan yang dimilikinya tersebut mereka dapat mandiri dan dapat membuka lapangan pekerjaannya sendiri sehingga tidak menambah beban pemerintah untuk menyediakan lapangan pekerjaan (mengurangi pengangguran).

II. PROSEDUR PENELITIAN

Penelitian ini dilakukan di Dusun Kaliboyo dan dusun Kopen Desa Kradenan Kecamatan Purwoharjo Kabupaten Banyuwangi. Di desa ini terdapat banyak mantan Tenaga Kerja Wanita. Penelitian ini berlangsung mulai bulan Juni sampai bulan September 2012. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara: Focus Group Discussion (FGD, wawancara mendalam (indepth interview), dan observasi partisipatif. Upaya pemberdayaan ini merupakan bagian dari penelitian tindakan partisipasi (PAR) yang lebih memposisikan masyarakat sebagai bagian dari pelaku perubahan sosial yang diharapkan. Terdiri atas 2 siklus, siklus pertama pemberian workshop kewirausahaan dan siklus kedua pemberian pelatihan (in house training). Analisis data dilakukan secara deskriptif yaitu dengan menggunakan data kualitatif sebagai dasar deskripsi.

(4)

III. HASIL PENELITIAN

Desa Kradenan memiliki potensi strategis karena merupakan Desa yang dilalui jalur pariwisata Nasional baik yang menuju Taman Nasional Alas Purwo, wisata pantai Grajagan, pantai Pancer, pantai Pancur, pantai Triangggulasi, pantai indah Plengkung dan pantai Bedul. Oleh karena itu Desa Kradenan merupakan desa yang sangat strategis untuk mengembangkan bisnis seperti jasa dan pertokoan. Wirausaha yang ada dan berkembang saat ini di Desa Kradenan berupa usaha rongsokan (penampungan besi tua), pertokoan, pedagang jeruk, pedagang mi kering, industri kecap, perbengkelan, pedagang kain, pakaian, dan mebel. Selain wirausaha sebagian besar pekerjaan penduduk Desa Kradenan adalah sebagai buruh tani.

Desa Kradenan merupakan desa yang secara umum sudah baik tingkat perekonomiannya. Hanya saja kesejahteraan warganya belum merata, ada daerah yang tingkat perekonomiannya menengah ke atas namun ada juga yang masih menengah kebawah. Bagi daerah yang memiliki tingkat kesejahteraan rendah (khususnya dusun Kaliboyo dan dusun Kopen) kebanyakan warganya bermata pencarian sebagai petani dan pedagang kecil. Sebagai petani, hasil bertani baru bisa dirasakan setelah waktu 3 bulan hal ini dirasa masih belum cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarga. Biaya sekolah anak, kebutuhan akan sandang, pangan dan papan merupakan hal utama yang menjadi persoalan. Salah satu alternatif pekerjaan yang dianggap mampu menjawab permasalahan para wanita di Desa Kradenan ini adalah dengan pergi keluar negeri menjadi TKW (tenaga kerja wanita). Secara umum hasil dari menjadi TKW mereka gunakan untuk memperbaiki dan membangun rumah, untuk membiayai anak sekolah dan juga digunakan untuk menyewa sawah. Hanya sebagian kecil yang menggunakannya untuk modal usaha. Sebagian besar mantan TKW yang ada di Dusun Kaliboyo dan Kopen-Desa Kradenan rata-rata berangkat ke luar negeri lebih dari satu kali (2-4 kali). Sebagian besar mantan TKW yang ada di Dusun Kaliboyo dan Kopen Desa Kradenan berlatar belakang pendidikan rendah. Rata-rata mereka lulusan SD/MI, bahkan ada yang tidak pernah sekolah sehingga tidak bisa menulis sama sekali dan mereka juga tidak memiliki ketrampilan (skill) khusus.

Guna membangkitkan semangat kewirausahaan bagi para mantan TKW khususnya yang ada di Dusun Kaliboyo dan Kopen Desa Kradenan maka dilakukan workshop tentang kewirausahaan dengan harapan mereka terbuka pola pikirnya untuk berwirausaha dan dapat mandiri sendiri dengan kekuatan yang mereka miliki tanpa menggantungkan hidup di luar negeri. Pada saat sesi tanya jawab dengan para peserta workshop dapat dilihat bahwa pada dasarnya mereka tertarik untuk berwirausaha, namun selama ini mereka masih belum menyadari potensi dan kemampuan yang mereka miliki, selain itu mereka merasa belum punya ketrampilan yang dapat dijadikan sebagai patokan dasar untuk berwirausaha. Beberapa faktor yang mempengaruhi seseorang bisa menjadi wirausaha diantaranya adalah kepemilikan modal, skill serta kemandirian. Modal uang merupakan faktor yang memudahkan (necessary) namun bukan merupakan faktor yang mencukupi (necessity). Oleh karena itu, para mantan TKI yang pulang dari luar negeri dengan membawa modal (uang) perlu didampingi dengan memberikan pengetahuan praktis bidang pengelolaan keuangan, kewirausahaan dan alternatif pengembangan usaha. Modal bisnis bisa habis jika tidak dikelola secara tepat dan cermat. Apalagi jika modal itu tidak dimanfaatkan untuk kepentingan produktif maka modal itu bisa kandas dengan cepat (www.bnp2tki.go.id).

Tahap pelatihan (in house training) diawali dengan materi mengirat yaitu membuat irisan membujur berupa lembaran tipis dari batang bambu yang telah dipotong. Iratan ini akan digunakan untuk tahap berikutnya yaitu menganyam. Dari hasil observasi terlihat bahwa pada awalnya hampir semua ibu-ibu peserta pelatihan merasa kesulitan dalam mengirat, hasil iratannya masih kurang baik, ada yang tebal dan ada yang tipis. Namun ada

(5)

juga beberapa orang yang cukup baik hasil iratannya, ternyata mereka dulu sebelum menjadi TKW juga pernah membuat anyaman bambu seperti membuat tompo dan gedhek. Tahap menganyam diawali dengan berlatih membuat anyaman dengan motif dasar “mata iro” kemudian dilanjutkan dengan membuat anyaman langkah tiga. Selanjutnya peserta mulai membuat bentuk sendiri dari anyaman yang telah dihasilkan, diawali dengan membuat ukuran diatas lembaran anyaman kemudian memotong dengan menggunakan gunting kebun, membuat kerangka dari bambu dan menempelkan lembaran yang sudah dipotong pada kerangka yang sudah dibuat. Produk yang dihasilkan selama pelatihan ini sudah cukup baik mengingat kebanyakan diantara mereka tidak memiliki pengetahuan mengenai anyaman. Bagi sebagian peserta yang belum bisa membuat anyaman maupun bentuk mereka lebih berminat untuk memasarkan hasil anyaman dari pada membuat anyaman. Dari 20 orang peserta pelatihan, sebanyak 17 orang ada yang sudah bisa mengirat, membuat anyaman mata iro dan membentuk anyaman dan 3 orang tidak berminat membuat anyaman namun mereka lebih berminat untuk memasarkannya.

Hasil mengayam bambu dengan ukuran 40 cm x 50 cm dihargai Rp. 5.000,- per lembar dan untuk ukuran 50 cm x 60 cm dihargai Rp. 7.500,- per lembarnya dan apabila dijual dalam bentuk jadi kerajinan akan dihargai mulai Rp. 25.000,- tergantung jenis dan besar kecilnya ukuran. Dalam sehari mereka dapat menganyam lebih dari satu lembar bahkan bisa sampai 4 lembar. Oleh karena itu peluang mereka untuk mendapatkan keuntungan yang besar sangat tebuka lebar. Hanya saja karena “jam terbang” yang masih sedikit menyebabkan mereka belum mendapatkan hasil yang optimal. Penelitian yang dilakukan oleh Artini dan Dewi (2009) menunjukkan bahwa produktivitas tenaga kerja perempuan penganyam bambu dalam sehari bisa mencapai Rp.25.281,25,- dengan jumlah jam 7,91 jam per hari sedangkan factor-faktor yang mempengaruhi produktivitas tenaga kerja perempuan penganyam bambu adalah usia, pengalaman kerja dan pengeluaran total tenaga kerja perempuan penganyam bambu.

Dalam upaya memberdayakan masyarakat dapat dilihat dari tiga sisi, yaitu: pertama, menciptakan suasana atau iklim yang memungkinkan potensi masyarakat berkembang (enabling). Dalam hal ini pada diri matan TKW memiliki potensi yaitu ada yang telah memiliki dasar-dasar menganyam, sebagai wanita biasanya lebih telaten, memiliki waktu luang yang lebih banyak. Kedua, memperkuat potensi atau daya yang dimiliki masyarakat (empowering). Dalam hal ini langkah nyata yang dilakukan adalah dengan memberikan pelatihan handicraft yang dapat membuka peluang untuk berwirausaha sehingga mantan TKW ini dapat lebih mandiri dan tidak menggantungkan lagi keluar negeri. Ketiga, memberdayakan mengandung pula arti melindungi. Dalam proses pemberdayaan, harus dicegah yang lemah menjadi bertambah lemah, oleh karena kekurangberdayaan dalam menghadapi yang kuat.

IV. SIMPULAN 1. Kesimpulan

Pemberdayaan mantan TKW melalui kerajinan handicraft mampu mengembangkan dan memperkuat potensi yang ada dalam diri maupun lingkungan mantan TKW. Pemberdayaan ini juga mampu membekali mantan TKW dengan ketrampilan membuat berbagai produk dari bambu sehingga mereka mampu untuk mandiri dan berdiri sendiri. Para mantan TKW sekarang telah mampu untuk membuat iratan, membuat anyaman mata iro dan juga membuat berbagai bentuk dari anyaman yang telah mereka buat. Dari 20 orang peserta pelatihan, sebanyak 17 orang ada yang sudah bisa mengirat, membuat anyaman mata iro dan membentuk anyaman. 3 orang tidak berminat membuat anyaman namun mereka lebih berminat untuk memasarkannya.

(6)

2. Implikasi

Pemberdayaan mantan TKW melalui kerajinan handicraft ini mampu untuk mengurangi tingkat pengangguran dan dapat menambah penghasilan keluarga sehingga para eks TKW ini tidak berkeinginan lagi kembali menjadi TKW karena mereka sudah memiliki ketrampilan. Selain itu hasil dari pelatihan ini juga mampu untuk mengelola modal yang diperoleh oleh mantan TKW selama bekerja di luar negeri.

3. Saran

Untuk penguatan pemberdayaan para mantan TKW, mengenai keterampilan yang mereka miliki, maka diperlukan tindak lanjut dari Disperindagtam untuk membina mengenai mutu, nilai dan inovasi kerajinan serta akses perluasan (penguatan) jejaring pemasaran, variasi/perluasan kerajinan handicraft sehingga akan semakin membuka peluang ekonomi produktif.

Referensi

Dokumen terkait

Jin adalah suatu macam makhluk yang termasuk dalam golongan ruh yang berakal yang juga diberi perintah taklif (menjalankan syari’at agama) beriman kepada Nabi

9 tahun1974, KOPKAMTIB/LAKSUSDA berwenang untuk melakukan penahanan untuk keamanan dan ketertiban yang tidak merupakan tahanan sementara yustisial (represif).

Tahap ini akan dipaparkan hasil penelitian tentang meningkatkan hasil belajar mata pelajaran Pendidikan Agama Islam pokok bahasan shalat melalui

Pelaksanaan pengukuran jarak dengan menggunakan theodolit sama persis dengan waterpass, hanya haja yang perlu diperhatikan dalam menggunakan theodolit untuk pengukuran jarak ini

Analisis deskriptif digunakan untuk menggambarkan karakteristik responden dalam persen (usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan, pekerjaan, pendapatan atau uang saku per

2) Nilai ekonomi tidak langsung dapat dibagi menjadi nilai kegunaan non-komsumtif, nilai pilihan dan nilai eksistensi. Nilai kegunaan non-konsumtif diberikan untuk berbagai

Hasil belajar siswa digunakan untuk mengetahui apakah hasil belajar siswa yang menggunakan media pembelajaran kuis interaktif lebih baik dari hasil belajar

Berdasarkan Tabel 6 terlihat bahwa diameter umbi mikro per planlet pada taraf pemberian konsentrasi coumarin 0,050 gram/l menunjukkan diameter umbi mikro per planlet