• Tidak ada hasil yang ditemukan

Gambar 2. Foto Udara Nusantara Polo Club (Google Earth), A. Kandang Alfa dan B. Kandang Bravo

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Gambar 2. Foto Udara Nusantara Polo Club (Google Earth), A. Kandang Alfa dan B. Kandang Bravo"

Copied!
38
0
0

Teks penuh

(1)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Kondisi Umum Lokasi Penelitian

Nusantara Polo Club (NPC) adalah klub polo berkuda eksklusif pertama di Indonesia, letaknya di kawasan Jagorawi Golf Country Club, Cibinong, Kabupaten Bogor. Kota Bogor memiliki suhu rata-rata tiap bulan 26°C dengan suhu terendah 21,8°C dan tertinggi 30,4°C. Kelembaban udara 70%, curah hujan rata-rata setiap tahun sekitar 3500–4000 mm dengan curah hujan terbesar pada bulan Desember dan Januari (BMKG, 2010).

Nusantara Polo Club (NPC) memiliki dua bangunan kandang. Kandang pertama disebut dengan kandang Alfa, merupakan kandang bagi kuda yang masih aktif digunakan sebagai atlet polo. Kandang kedua disebut dengan kandang Bravo, di kandang inilah ditempatkan kuda tua pasca atlet yang masih dimanfaatkan sebagai kuda olahraga dan sebagian untuk kuda kawin, terdapat juga beberapa kuda muda yang sedang dilatih untuk nantinya menjadi kuda polo. Letak kandang Alfa dan kandang Bravo berjarak sekitar 200 meter, dapat dilihat pada Gambar 2. Selain bangunan kandang, NPC juga memiliki lapangan polo, lapangan untuk berkuda (riding), beberapa pastura, ladang rumput untuk pakan, dan bangunan lain yang menunjang kegiatan di NPC, seperti kantor, pos satpam, gudang pakan, ruang peralatan (tack room), mess, dapur, dan lounge bar.

Gambar 2. Foto Udara Nusantara Polo Club (Google Earth), A. Kandang Alfa dan B. Kandang Bravo

(2)

Kuda yang diamati dalam penelitian ini yaitu kelompok kuda non-atlet yang berada di kandang Bravo. Rataan suhu di kandang pengamatan adalah 26°C dengan kisaran 23-31°C, dan rataan kelembabannya 68% dengan kisaran 50–79%. Data tersebut diperoleh dari hasil pengukuran suhu dan kelembaban dengan menggunakan termo-hygrometer yang ditempatkan di tengah-tengah kandang. Menurut Ensminger (2010), suhu yang nyaman untuk kuda yaitu berkisar antara 7,22-23,88°C, namun yang paling baik pada suhu 12,77°C. Kelembaban yang dapat diterima pada kisaran 50-75%, namun yang paling baik yaitu pada kelembaban 60%.

Kepulauan Indonesia termasuk daerah Cibinong, Jawa Barat beriklim tropis, sehingga kisaran suhunya diatas kisaran suhu yang nyaman untuk kuda. NPC memiliki kuda lokal, kuda impor, dan kuda hasil persilangan. Kuda lokal tentunya sudah terbiasa dengan suhu daerah tropis yang cukup tinggi, sehingga cepat untuk beradaptasi. Kuda hasil persilangan kuda lokal dengan kuda impor juga mudah beradaptasi dengan suhu di kandang NPC, karena lahir di Indonesia sehingga sejak awal terbiasa dengan iklim tropis. Kuda impor, yang kebanyakan berasal dari Argentina (negara subtropis), cukup sulit beradaptasi dengan suhu di kandang NPC. Efek negatif bagi kuda impor yang disebabkan karena tingginya suhu, yaitu konsumsi pakannya rendah, sehingga kualitas pakan yang diberikan harus baik. Pemakaian kipas di kandang, memandikan kuda, atau pemberian air minum secara

ad libitum merupakan cara yang dapat dilakukan untuk mengatasi suhu lingkungan yang tinggi. Pengaturan bangunan kandang yang sebagian terbuka juga merupakan cara untuk menjaga kuda tetap nyaman. Dinding kandang yang sebagian terbuka membuat aliran udara mengalir lancar dan mempercepat evaporasi atau pengeluaran panas pada tubuh melalui kulit.

Bangunan Kandang

Kandang Bravo memiliki dua jenis bangunan kandang, perbedaannya dapat dilihat pada Gambar 3. Kandang pertama (Gambar 3a) ditempati 33 ekor kuda, bangunannya berupa stall individu berukuran 3 x 3 m2. Materialnya terdiri dari kayu gelondongan, beratapkan kirai bambu, dan berlantai semen dengan alas (bedding) untuk kuda adalah serut gergaji. Wadah pakan berupa drum besar yang dibelah menjadi dua, begitu juga dengan wadah air minum. Air disalurkan dari kran air ke

(3)

drum melalui selang. Bagian atas kandang dilengkapi dengan beberapa kipas angin, yang dinyalakan pada siang hari atau saat suhu lingkungan panas, dan juga dilengkapi dengan beberapa lampu bohlam, yang dinyalakan pada waktu hari gelap. Kondisi kandang ini sudah tidak baik lagi, karena sebagian atapnya bocor, dan kayunya juga sebagian sudah melapuk.

(a) (b)

Gambar 3. Bangunan Kandang Bravo, (a) Kandang Pertama Bermaterial Kayu, (b) Kandang Kedua Berupa Bangunan Permanen.

Kandang pertama ditempati kuda tua pasca atlet, kuda betina breeding, kuda lokal, dan kuda afkir. Kandang individu berukuran 3 x 3 m2 sudah cukup nyaman bagi jenis kuda yang telah disebutkan sebelumnya, karena sistem kandang di NPC merupakan sistem kombinasi. Sistem kombinasi yaitu pemeliharaan kuda tidak terus-menerus di kandang, tetapi kuda juga dibiarkan beraktivitas diluar kandang, seperti di pastura (McBane, 1994). Pemeliharaan kuda di kandang untuk kuda tua pasca atlet, kuda betina breeding, kuda lokal, dan kuda afkir tidak jauh berbeda. Kuda di kandang hanya untuk berlindung, beristirahat, makan, dan minum. Kuda tua pasca atlet dan sebagian kuda lokal beraktivitas di lapangan atau di jalan sekitar kandang setiap pagi dan sore hari, sedangkan kuda betina breeding , kuda lokal lainnya, dan kuda afkir beraktivitas dengan ditempatkan di umbaran pada pagi hari selama beberapa jam. Pembahasan lebih lanjut mengenai aktivitas kuda dijelaskan pada sub bab berikutnya. Kekurangan pada bangunan kandang pertama yaitu, atap kandang yang bocor menyebabkan lantai tergenang air dan serut gergaji untuk alas lantai kuda (bedding) basah. Alas lantai yang basah dapat menyebabkan kuku kuda menjadi lapuk, sehingga mudah terkikis. Hal tersebut dapat menyebabkan kerusakan pada

(4)

kuku kuda. Kelebihannya yaitu tiap stall individu hanya dibatasi kayu gelondongan, sehingga kuda tetap dapat berinteraksi dengan kuda lain di sampingnya.

Kandang kedua (Gambar 3b) yang ditempati 10 ekor kuda juga berupa stall

individu, berukuran 4 x 4 m2, merupakan bangunan permanen terdiri dari batu bata dan semen, beratapkan seng, berlantai semen dan alasnya serut gergaji. Wadah pakan dan minum juga menggunakan drum, namun beberapa stall memiliki bak air di sudutnya. Kandang kedua ini ditempati kuda muda berumur 4-5 tahun yang sedang dilatih, kuda pejantan breeding, kuda laktasi, dan anak kuda berumur tiga bulan. Setiap stall individu ditempati satu ekor kuda, kecuali kuda laktasi ditempatkan bersama anaknya yang masih menyusu. Pemeliharaan tiap-tiap kuda juga tidak terus-menerus di kandang. Kuda muda dilatih di umbaran setiap pagi atau sore hari, kuda pejantan breeding beraktivitas di jalan sekitar kandang setiap pagi dan sore hari, dan kuda laktasi beserta anaknya ditempatkan di umbaran setiap pagi hari.

Ukuran stall individu bangunan kandang kedua lebih luas dibanding kandang pertama. Hal ini cukup baik bagi kuda muda, karena kuda muda lebih suka bergerak-gerak didalam kandang. Hal terpenting pada pemeliharaan kuda laktasi dan anaknya, yaitu penyediaan air bersih untuk minum yang selalu tersedia, dan juga alas lantai kandang dijaga agar selalu kering dan pemberiannya lebih banyak. Alas lantai kandang yang tebal diperlukan anak kuda untuk alas tidur dan agar anak kuda merasa hangat. Kondisi bangunan kedua yaitu atapnya tidak bocor, sehingga serut gergaji untuk alas lantai kandang selalu kering, berbeda dengan kandang pertama. Kekurangan pada kandang kedua yaitu, tiap stall dibatasi oleh dinding yang cukup tinggi, sehingga kuda tidak dapat berinteraksi dengan kuda disampingnya.

Bangunan kandang di NPC pada umumnya dapat dikatakan baik, karena menurut Suharjono (1990) material untuk membangun kandang kuda sebaiknya terbuat dari bahan yang kuat, misalnya dari batu dengan campuran bahan beton, kayu yang kuat atau kayu gelondongan (bulat). Pengaturan dinding yang sebagian terbuka juga membuat bangunan kandang memiliki ventilasi yang sempurna. Ventilasi yang sempurna sangat menguntungkan bagi kuda sebab ventilasi berguna untuk mengeluarkan udara kotor (CO2) dari dalam kandang dan menggantikan udara segar (O2) dari luar (Tim Karya Tani Mandiri, 2010).

(5)

Identitas Kuda

Jumlah kuda yang diamati selama penelitian adalah 43 ekor yang terdiri dari 21 ekor kuda jantan dan 22 ekor kuda betina. Kuda jantan termuda berumur empat tahun dan yang tertua berumur 30 tahun. Kuda betina termuda berumur tiga bulan, sedangkan kuda betina tertua berumur 30 tahun. Data umur kuda ini, didapat dari perkiraan umur oleh penanggungjawab stable di NPC, bukan dari sertifikat (sertifikat kuda non-atlet di NPC tidak ada, kecuali pejantan breeding poni Argentina). Umur kuda dapat diperkirakan melalui bentuk dan jumlah gigi (Bogart dan Taylor, 1977), namun keakuratannya hanya sampai umur 10 tahun, selebihnya sulit menentukan umurnya (Edwards, 2002). Jumlah kuda yang dikelompokkan berdasarkan rentang umur dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Jumlah Kuda Menurut Rentang Umur dan Jenis Kelamin

Umur (tahun) Jumlah kuda (ekor) Total (ekor)

Jantan Betina < 2 - 1 1 2 – 6 5 4 9 7 – 14 7 4 11 ≥ 15 9 13 22 Total 21 22 43

Umur kuda non-atlet di NPC beragam dan tidak merata. Jumlah kuda paling banyak yaitu pada rentang umur ≥ 15 tahun yang berjumlah 22 ekor (51,16%), terlihat bahwa lebih daripada setengah jumlah kuda non-atlet merupakan kuda tua. Penggolongan umur kuda di NPC terdiri dari anak kuda, kuda muda, kuda dewasa, dan kuda tua. Kuda yang berumur kurang dari dua tahun masih disebut sebagai anak kuda (foal), dikarenakan kuda belum dewasa kelamin. Kuda biasanya telah mencapai kematangan seksual pada umur dua tahun. Kuda umur dua hingga enam tahun disebut sebagai kuda muda (middle years) yang sedang mengalami pertumbuhan dan perkembangan, kuda pada umumnya dewasa pada umur enam tahun (Kidd, 1995). Umur tujuh hingga 14 tahun, sudah dapat dikatakan kuda dewasa, kuda dewasa di NPC berjumlah 11 ekor. Seekor kuda mulai menjadi tua ketika telah berumur sekitar 15 tahun (Kidd, 1995).

(6)

Aktivitas dominan dari kuda tua (umur ≥ 15 tahun) yaitu disewakan ke pengunjung, dalam sehari kuda ini dapat beraktivitas selama 90-120 menit. Hal ini membuat postur tubuh kuda tua berbeda dengan kuda dengan umur di bawah 15 tahun. Kuda tua yang sudah lama menjadi kuda polo atau kuda olahraga, seluruh tubuhnya (tulang, otot, kaki, dan tulang belakang) dapat bergerak dengan lentur dan dinamis, karena latihan rutin yang telah dilakukan selama bertahun-tahun (Pilliner, 1993). Kuda olahraga tua saat ditunggangi, gerakannya tidak kaku, dan lebih mudah dikendalikan. Otot-otot pada kuda olahraga tua lebih terlihat dan telah terbentuk sepenuhnya, berbeda dengan kuda yang masih bertumbuh (umur 2-6 tahun). Perototan pada kuda muda belum terlihat dengan jelas, postur tubuhnya juga lebih kecil dari kuda tua. Kuda yang sedang bertumbuh baru boleh dilatih pada umur tiga tahun (Suharjono, 1990), pada awal latihan kuda muda sulit untuk dikendalikan, setelah bisa ditunggangi pun gerakannya masih kaku. Hal ini membuat penunggang yang menaiki kuda olahraga muda harus lebih berhati-hati dibandingkan dengan yang menaiki kuda olahraga tua. Salah satu hal yang harus dihindari saat menunggangi kuda olahraga muda yaitu dengan tidak membuat gerakan tiba-tiba (mendadak), apabila kuda terkejut maka dapat membahayakan penunggang dan kuda itu sendiri.

Bangsa kuda non-atlet juga lebih beragam, namun bangsa yang dominan adalah poni Argentina. Jumlah kuda non-atlet menurut pengelompokan bangsanya dapat dilihat pada Tabel 3.

Bangsa kuda yang paling banyak dipelihara adalah poni Argentina sejumlah 25 ekor, yang terdiri dari kuda jantan sebanyak 12 ekor dan betina 13 ekor. Kuda ini didatangkan dari Brunei Darusallam pada tahun 2007, setelah mengikuti SEA GAMES di Thailand. Kuda ini tidak lagi dijadikan kuda atlet, karena umurnya sudah tua. Menurut beberapa petugas, kuda poni Argentina ini kualitasnya sangat baik, walaupun sudah tua namun stamina dan kemampuannya bermain polo tidak kalah dengan kuda atlet yang masih muda. Kualitasnya dikatakan sangat baik karena kuda tersebut murni keturunan poni Argentina, atau kedua tetuanya merupakan bangsa poni Argentina.

(7)

Tabel 3. Jumlah Kuda Menurut Bangsa dan Jenis Kelamin

Bangsa Jenis Kelamin Jumlah (ekor)

Jantan (ekor) Betina (ekor)

Poni Argentina 12 13 25

G3 4 3 7

Thoroughbred 2 - 2

Poni lokal (sumba) - 2 2

G1 1 1 2 Sandelwood 1 1 2 G2 - 1 1 G4 1 - 1 Poni polo - 1 1 Total 21 22 43

Keterangan : G1= persilangan betina poni lokal dengan pejantan Thoroughbred, G2= persilangan betina G1 dengan pejantan Thoroughbred, G3= persilangan betina G2 dengan pejantan

Thoroughbred, G4= persilangan betina G3 dengan pejantan Thoroughbred, poni polo=

persilangan betina Sandelwood dengan pejantan poni Argentina.

Karakteristik kuda poni Argentina yaitu kepala lebar dengan mata yang lebar dan telinga tegak. Otot leher dan dada lebar, punggungnya pendek dan dalam. Paha relatif pendek namun kuat, dan kakinya kecil namun keras. Warna bulu biasanya solid dan kebanyakan berwarna coklat keabuan. Karakteristik kuda Thoroughbred

yaitu umumnya kepala tampak elegan dan cerdas. Leher melengkung dan bahu miring mengarah ke belakang. Dada yang dalam dan tampak kuat (Kidd, 1995). Kuda hasil persilangan kuda poni lokal dengan Thoroughbred memiliki karakteristik menyerupai Thoroughbred namun proporsi tubuhnya sedikit lebih kecil daripada

Thoroughbred. Karakteristik kuda poni lokal, yaitu kepala kecil, telinga tegak, dan mata yang terlihat cerdas. Leher yang pendek berotot, dada yang dalam dan panjang, punggung lurus, dan croup yang menonjol (Equinekingdom, 2007).

Salah satu alasan dibangunnya peternakan kuda ini karena pemilik sangat menyukai kuda dan olahraga polo. Kuda yang diamati memang tidak lagi digunakan sebagai kuda atlet, namun kuda masih dipelihara dan dimanfaatkan. Pemilik tidak berminat menjual kuda yang dipeliharanya, apabila ada kuda yang mati maka yang dilakukan adalah mengautopsi kemudian mengubur kuda tersebut.

(8)

Kuda tua pasca atlet dimanfaatkan sebagai kuda olahraga, disewakan kepada pengunjung yang datang untuk berlatih berkuda (riding) atau bermain polo. Kuda betina olahraga juga dimanfaatkan sebagai kuda breeding. Hampir semua kuda olahraga berbangsa Poni Argentina dan termasuk kuda tua, karena umurnya lebih dari 14 tahun. Sebelumnya telah disebutkan bahwa semua kuda betina poni Argentina yang disewakan kepada pengunjung juga dimanfaatkan sebagai kuda

breeding, kuda dikawinkan dengan pejantan poni Argentina. Kegiatan ini diharapkan dapat menghasilkan anak-anak kuda bangsa Poni Argentina yang nantinya akan menjadi kuda polo berkualitas baik, namun hal ini tidak terjadi di NPC. Penyebabnya adalah karena kuda betina poni Argentina masih melakukan aktivitas rutinnya sebagai kuda olahraga. Aktivitas rutin yang dilakukan ternyata mengganggu siklus birahi kuda. Menurut Suharjono (1990), sebaiknya kuda betina bekas kuda pacu atau olahraga harus diistirahatkan dahulu selama enam bulan sebelum dipersiapkan untuk kawin.

Selain kuda olahraga dan breeding, terdapat pula kuda muda berumur 4-5 tahun yang sedang dilatih menjadi kuda polo. Kuda tersebut berbangsa G1, G2, G3, dan G4. Kuda ini memiliki darah Thoroughbred dan bagus dijadikan kuda pacu, namun karena pemilik ingin kuda miliknya menjadi kuda polo, maka latihan yang diberikan merupakan latihan untuk kuda polo. Kualitas permainan kuda muda ini belum diketahui, karena selama pengamatan kuda masih dalam proses pelatihan. Terdapat juga kuda yang tidak dimanfaatkan, hanya dipelihara saja (kuda afkir). Pemeliharaan yang dilakukan tentu berbeda sesuai dengan kegunaan dan kondisi fisiologis masing-masing kuda. Pemeliharaan dan pemanfaatan kuda akan dibahas dalam sub bab tersendiri.

Tidak semua kuda di NPC merupakan milik Prabowo Subianto (pendiri NPC). Dari 43 ekor kuda, sebanyak 28 ekor adalah milik pribadi dan 15 ekor lagi merupakan kuda yang dititipkan untuk dirawat di NPC. Pemilik kuda tersebut antara lain, pengunjung (guest) yang biasa menyewa kuda di NPC, ajudan Prabowo, pemilik Jagorawi Golf Country Club (JGCC), dokter hewan, dan salah satu atlet.

Pemeliharaan Kuda

Urutan kegiatan pemeliharaan kuda olahraga pada pagi hari adalah sebagai berikut: kegiatan dimulai pukul 06.00 WIB, pertama kuda disikat (brushing) atau

(9)

diroskam, kemudian exercise yaitu walking selama kira-kira 45 menit, apabila pada saat itu merupakan jadwal kuda untuk disewakan maka kegiatan walking diganti dengan kegiatan bersama pengunjung (guest), bisa berupa riding, stick and ball atau pertandingan polo. Kegiatan bersama pengunjung biasanya selama 45 menit hingga satu jam. Selesai melakukan kegiatan tersebut tentu kuda berkeringat, kuda diistirahatkan sebentar lalu dimandikan, kemudian kuda dikeringkan diluar kandang, sambil menunggu kuda kering petugas akan membersihkan kandang kuda, setelah itu kuda kembali dimasukkan ke kandang, dan diberi pakan.

Kegiatan pada sore hari yang dimulai pukul 15.00 WIB sama dengan kegiatan pada pagi hari. Kuda yang telah disewakan pada pagi hari dapat disewakan kembali pada sore hari, dan apabila kuda tidak dipergunakan pengunjung maka kegiatan yang dilakukan kuda adalah exercise. Jadi, dalam sehari kuda melakukan kegiatan walking

atau bersama pengunjung selama 90 hingga 120 menit, dan diusahakan tidak lebih dari 120 menit karena kuda akan kelelahan dan menyebabkan turunnya stamina. Kuda olahraga betina, kegiatannya juga sama seperti yang telah diuraikan diatas, walaupun dimanfaatkan juga sebagai kuda breeding.

Kegiatan kuda pejantan breeding sama dengan kegiatan kuda olahraga, namun perbedaannya kuda pejantan tidak disewakan kepada pengunjung. Untuk kuda betina breeding dan kuda yang tidak dimanfaatkan, kegiatan pemeliharaannya yaitu kuda ditempatkan di umbaran (paddock) dari pukul 07.00–10.00 WIB. Sementara itu, petugas akan membersihkan kandang kuda. Pukul 10.00 WIB, kuda dimandikan, setelah kering dimasukkan ke kandang, kemudian diberi pakan. Pemeliharaan pada sore hari, hanya pembersihan kandang dan pemberian pakan. Kuda laktasi dan anak kuda juga ditempatkan di umbaran pada pukul 08.30 WIB selama 15-30 menit. Induk kuda dan anaknya memerlukan tempat umbaran yang agak luas, karena anaknya harus membiasakan diri berlari. Anak kuda sampai usia dua tahun memerlukan tempat umbaran cukup luas, karena di tempat itulah proses pertumbuhannya dibentuk (Suharjono, 1990).

Pemeliharaan kuda muda yang sedang dilatih (training) juga sama dengan kuda olahraga, namun kegiatan exercise pada kuda training berbeda. Pola latihan kuda termasuk kuda training akan dibahas dalam sub bab tersendiri.

(10)

Perawatan kuda seperti menyikat (brushing) bulu kuda, biasanya disebut roskam atau grooming, dilakukan agar bulu kuda tidak cepat rontok. Kuda yang harus rutin diroskam adalah kuda impor (poni Argentina dan Thoroughbred), karena kuda impor memang lebih rentan mengalami kerontokan bulu dibanding kuda lokal. Terlebih kuda impor tua, jika tidak dirawat dengan baik bulunya mudah rontok dan menjadi kasar. Grooming lebih dari sekedar menjaga kebersihan kuda, melainkan merangsang sirkulasi darah dan getah bening dan memberikan kilau pada bulu kuda dengan membawa minyak alami ke permukaan (Pilliner, 1994). Kegiatan untuk menjaga kebersihan kuda dapat dilihat pada Gambar 4.

(a) (b)

Gambar 4. Kebersihan Kuda, (a) Alat Roskam dan Sikat, (b) Petugas Memandikan Kuda

Penyikatan dilakukan dengan alat roskam dan sikat seperti diperlihatkan pada Gambar 4(a). Pemandian kuda meliputi pembersihan tubuh kuda dan pencungkilan kotoran pada kaki atau tapal kuda. Petugas memakai sabun cuci piring untuk membersihkan kuda saat mandi. Menurut petugas, seharusnya surai (rambut pada tengkuk kuda) dan ekor kuda dibersihkan dengan sampo yang biasa dipakai manusia untuk melembutkan, namun hanya kuda atlet yang menggunakan sampo, sedangkan kuda non-atlet tidak. Kegiatan memandikan kuda dapat dilihat pada Gambar 4(b).

Kegiatan rutin yang lain untuk pemeliharaan kuda, yaitu penapalan dan pencukuran kuda. Tapal yang dipasang akan melindungi kaki kuda dari batu dan kerikil atau benda tajam yang terinjak, benda-benda tersebut dapat menyebabkan luka pada kaki, kerusakan kuku, bahkan menimbulkan penyakit kuku pada kuda. Pemasangan sepatu kuda (tapal) atau penggantian tapal kuda dilakukan sebulan

(11)

sekali, sedangkan untuk kuda betina breeding dan kuda yang tidak dimanfaatkan tidak dilakukan pemasangan tapal, anak kuda (foal) juga belum dipasang tapal. Kegiatan penapalan kuda beserta peralatan yang digunakan ditunjukkan pada Gambar 5.

(a) (b) (c)

Gambar 5. Kegiatan Penapalan Kuda, (a) Alat-alat penapalan, (b) Sepatu Kuda (Tapal), (c) Pemasangan Tapal Kuda

Pencukuran surai dan rambut pada pangkal ekor kuda dilakukan dua minggu sekali atau ketika bulu surai dan rambut ekor terlihat mulai memanjang. Pencukuran tidak dilakukan pada kuda betina breeding, untuk kuda betina olahraga tetap dilakukan penapalan dan pencukuran, walaupun sesekali dikawinkan. Kuda betina yang hanya dimanfaatkan untuk breeding tidak dicukur karena untuk membantu proses pengawinan kuda. Menurut petugas apabila surai kuda betina breeding

dicukur, maka tidak ada “pegangan” kuda pejantan untuk menaikinya, kuda pejantan tidak bisa bertahan lama saat menaiki kuda betina karena licin. Namun untuk kuda pejantan sendiri dilakukan pencukuran, karena surai yang dicukur merupakan ciri khas pejantan poni polo. Pencukuran dilakukan dengan alat cukur elektrik berukuran besar. Pada saat kuda olahraga melakukan kegiatan bersama pengunjung, maka rambut ekornya akan dipilin rapi kemudian diikat agar ekornya tidak mengganggu penunggangnya selama beraktivitas. Kegiatan penapalan dan pencukuran pada masing-masing jenis kuda dapat dilihat pada Tabel 4.

Pembersihan kandang yaitu mengambil kotoran kuda dan serut gergaji yang kotor dan basah karena tercampur kotoran atau urine kuda, kemudian diganti dengan serut gergaji yang bersih. Kotoran dikumpulkan didalam karung, kemudian ditumpuk di suatu tempat terbuka, dibiarkan terkena hujan dan panas matahari agar melapuk.

(12)

Biasanya kotoran kuda tersebut digunakan oleh petugas yang bekerja di tempat golf, untuk menyuburkan rumput di lapangan golf. Selain itu kotoran kuda juga disebar di ladang rumput untuk pakan kuda.

Tabel 4. Kegiatan Penapalan dan Pencukuran Kuda

Jenis Kuda Penapalan Kuda Pencukuran Kuda Keterangan Kuda olahraga Rutin 1x/bulan Rutin 1x/2 minggu Tapal dilepas saat

dikawinkan (betina) Kuda pejantan

breeding

Rutin 1x/bulan Rutin 1x/2 minggu Tapal dilepas saat dikawinkan Kuda betina breeding,

afkir, laktasi, dan anak kuda

Tidak dilakukan Tidak dilakukan

- Kuda training Rutin 1x/bulan Belum rutin

dilakukan

Pemasangan tapal sejak kuda mulai

dilatih

Pakan Kuda

Pemberian pakan merupakan salah satu kegiatan penting dalam pemeliharaan kuda. Kegiatan ini dilakukan setiap pagi dan sore hari, pakan kuda berupa rumput, konsentrat, dan tambahan makanan lain, seperti diperlihatkan pada Gambar 6. Rumput yang diberikan yaitu jenis Brachiaria mutica yang sudah dilayukan selama sekitar setengah hari di bawah matahari. Tiap ekor kuda diberi 20 kg rumput dalam sehari, masing-masing 10 kg pada pagi dan sore hari. Kuda laktasi diberi 40 kg rumput, setiap pagi dan sore hari masing-masing 20 kg. Anak kuda hanya mengkonsumsi susu, tetapi sedikit-sedikit mulai mengkonsumsi rumput. Kuda yang ditempatkan di umbaran sebenarnya mengkonsumsi lebih daripada 20 kg rumput dalam sehari, karena kuda bebas mengkonsumsi atau merumput. Kuda laktasi pun mengkonsumsi rumput lebih daripada 40 kg dalam sehari dengan alasan yang sama. Rumput di umbaran yang dikonsumsi kuda berjenis Cynodon dactylon.

Konsentrat yang diberikan merupakan produksi Royal Horse dengan merk FRINGAN. Pemberian konsentrat berbeda-beda takarannya untuk setiap ekor sesuai dengan kegunaan kuda tersebut dan juga fungsi fisiologisnya. Perbedaan pemberian konsentrat dan mineral pada kuda dengan pemanfaatan yang berbeda dapat dilihat pada Tabel 5.

(13)

Tabel 5. Pemberian Pakan Konsentrat dan Mineral pada Kuda Jenis Kuda Konsentrat (kg) Jumlah

(kg)

Mineral (gram)

Jumlah (gram)

Pagi Sore Pagi Sore

Kuda olahraga 3 3 6 5 5 10

Kuda pejantan 2,5 2,5 5 5 5 10

Kuda lokal 2 2 4 5 5 10

Kuda laktasi 0,5 0,5 1 10 10 20

Kuda lokal diberi pakan konsentrat lebih sedikit, karena bobot badannya lebih kecil dibanding kuda impor atau keturunannya. Konsentrat yang diberikan sudah dicampur dengan mineral (Ca, elektrolit) dan garam masing-masing sebanyak lima gram untuk setiap pemberian konsentrat, jadi dalam sehari kuda diberi tambahan mineral 10 gram dan juga garam 10 gram. Untuk kuda laktasi sendiri, mineral yang diberikan jumlahnya dua kali lipat kuda biasa, jadi dalam sehari diberikan 20 gram mineral. Kebutuhan kalsium tambahan terjadi pada akhir kebuntingan dan selama laktasi (NRC, 1989).

Menurut Suharjono (1990), pemberian pakan kuda bentuk pellet (konsentrat) untuk kuda olahraga sebanyak 3,75 kg pada pagi hari dan 4,5 kg pada sore hari. Pemberian konsentrat untuk kuda istirahat sebanyak 3,75 kg pada pagi dan sore hari. Kuda istirahat meliputi kuda betina yang tidak bunting, pejantan sesudah masa kawin, kuda pacu dan olahraga yang tidak dilatih karena cedera atau sedang memperbaiki kondisi. Jumlah konsentrat yang diberikan untuk kuda di NPC, takarannya lebih sedikit dibandingkan dengan menurut Suharjono (1990). Selisih jumlah konsentrat yang diberikan untuk kuda olahraga sebesar 2,25 kg. Kuda lokal dianggap sebagai kuda istirahat, selisih jumlah konsentrat yang diberikan sebesar 3,5 kg.

Kuda di NPC diberikan mineral tambahan berupa kalsium, karena konsentrat dan dedak mengandung sedikit kalsium, sehingga kuda membutuhkan tambahan kalsium. Menurut Pilliner (1992), kuda dewasa dalam sehari dapat diberi tambahan kalsium sebanyak 23 gram, kuda laktasi sebanyak 33 gram, dan anak kuda berumur tiga bulan sebanyak 37 gram. Pemberian kalsium untuk kuda dewasa di NPC lebih sedikit, dan anak kuda berumur tiga bulan belum diberikan kalsium.

(14)

(a) (b)

Gambar 6. Pakan Kuda, (a) Rumput Brachiaria mutica, (b) Konsentrat Royal Horse FRINGAN

Pemberian wheat bran untuk semua kuda dilakukan tiga kali dalam seminggu, yaitu pada setiap hari Senin, Rabu, dan Jumat masing-masing kuda sebanyak 0,5 kg. Wheat bran atau dedak gandum merupakan by-product dari penggilingan gandum, seratnya tidak mudah dicerna (Pilliner, 1992). Pemberiannya dicampur terlebih dahulu dengan konsentrat, setiap pagi dan sore hari masing-masing sebanyak 0,25 kg. Pejantan breeding diberi tambahan oat sebanyak 0,25 kg, setiap pagi dan sore hari masing-masing sebanyak 0,125 kg. Oats adalah biji-bijian yang dijadikan pakan kuda dan biasa ditambahkan pada semua ransum konsentrat, tinggi kandungan serat, namun energi yang tercerna (digestible energy) rendah (Pilliner, 1992). Oat adalah biji-bijian yang merupakan sumber energi dari ransum konsentrat (Pilliner, 1993). Selain itu, konsentrat untuk pejantan juga suka dicampur dengan sebutir telur dan satu sendok madu untuk menambah energi saat musim kawin. Analisis Zat Makanan

Pakan yang diberikan pada ternak kuda, yaitu rumput, konsentrat, wheat bran, dan oat. Sampel dari masing-masing pakan diteliti di Laboratorium Ilmu dan Teknologi Pakan IPB, untuk diketahui analisa zat makanannya dan kandungan gross energy (GE). Hasil analisis proksimat (berdasarkan bahan kering) pada kelima jenis pakan yang diberikan pada kuda diperlihatkan pada Tabel 6. Nilai protein kasar (PK) yang didapat dari hasil analisis dapat digunakan untuk mengetahui besarnya konsumsi PK masing-masing kuda.

(15)

Tabel 6. Analisis Proksimat Pakan Kuda (Berdasarkan Bahan Kering) Pakan

Hasil Analisa Kimiawi (%)

GE* (Kcal/kg) BK* Abu PK* SK* LK* Bet-N* Rumput 65,24 9,99 7,36 44,03 1,16 37,35 2950 Konsentrat 88,17 9,87 14,69 18,67 4,39 52,39 3624 Wheat bran 86,64 4,81 19,94 15,20 3,60 56,44 3620 Oat 89,56 2,81 15,45 10,67 2,78 68,28 3564

Keterangan: *BK= Bahan Kering, PK= Protein Kasar, SK= Serat Kasar, LK= Lemak Kasar, Bet-N= Bahan Extrak Tanpa Nitrogen, dan GE= Gross Energy (Energi Bruto)

Sumber: Hasil Analisa Laboratorium Ilmu dan Teknologi Pakan IPB (2010)

Berdasarkan perhitungan total pakan yang dikonsumsi dengan kandungan PK berdasarkan BK dari masing pakan, didapat konsumsi PK untuk masing-masing kuda seperti diperlihatkan pada Tabel 7.

Tabel 7. Konsumsi PK Berdasarkan Jenis Kuda

Jenis Kuda Konsumsi PK (gram/ekor/hari)

Tanpa Wheat Bran Dengan Wheat Bran NRC (1989)

Kuda olahraga 1739,1 1824,8 1312

Kuda pejantan poni

Argentina 1640,9 1726,6 820

Kuda laktasi* 2050,3 2136 1427

Kuda lokal* 1479,1 1564,8 536

Keterangan: * Ditempatkan di umbaran pada pagi hari

Tabel 7 menunjukkan jumlah konsumsi PK masing-masing kuda dengan

wheat bran serta tanpa wheat bran, karena wheat bran hanya diberikan setiap hari Senin, Rabu, dan Jumat. Konsumsi PK yang dihitung tidak termasuk rumput yang dikonsumsi kuda di umbaran.

Menurut NRC (1989), kebutuhan PK masing-masing kuda dalam sehari sebagai berikut: kuda pekerja intensif atau dapat dikatakan kuda olahraga (seperti kuda pacu dan polo) sebesar 1312 gram per ekor, kuda pejantan 820 gram per ekor, kuda laktasi 1427 gram per ekor, dan kuda poni lokal (kuda istirahat) 536 gram per ekor. Kuda pekerja intensif membutuhkan PK yang lebih tinggi dibanding kuda pejantan, karena energi dari makanan yang digunakan oleh kuda pekerja lebih tinggi dibanding kuda pejantan. Aktivitas kuda pekerja intensif dalam sehari lebih berat dan

(16)

lebih lama dibandingkan dengan kuda pejantan. Kebutuhan PK kuda laktasi juga tinggi karena produksi susu pada kuda laktasi menambah kebutuhan nutrien protein dan kalsium (Ca).

Berdasarkan Tabel 7, kebutuhan PK masing-masing kuda sudah terpenuhi. Jumlah protein yang terkandung dalam ransum yang diberikan melebihi kebutuhan PK kuda menurut NRC (1989). Apabila kebutuhan potein bagi kuda yang sedang bertumbuh terpenuhi, maka pertumbuhan badan, otot, dan tulangnya akan baik. Bulunya bagus (mengkilat dan tidak mudah rontok) dan energi yang diperlukan untuk beraktivitas juga tercukupi. Hal ini dibuktikan di NPC, kuda yang sedang bertumbuh mengalami peningkatan bobot badan per hari yang cukup tinggi, pertumbuhannya otot dan tulangnya baik (tidak mudah cidera), dan bulu kuda muda terlihat mengkilat dan tidak mudah rontok. Konsumsi PK kuda pejantan poni Argentina dua kali lebih banyak dari kebutuhan PK menurut NRC (1989), hal ini menyebabkan pertambahan bobot kuda pejantan per hari cukup tinggi, padahal kuda melakukan exercise selama 60 menit setiap hari dan setiap bulan dikawinkan sebanyak 4-8 kali. Pemberian zat makanan yang melebihi kebutuhan dapat menyebabkan kegemukan dan tingkat birahi pada kuda pejantan menjadi rendah. Hal ini dapat diatasi dengan mengurangi pemberian rumput, karena setengah dari jumlah protein berasal dari rumput. Rumput yang diberikan sebanyak 13,05 kg bobot kering. Menurut Pilliner (1992), kuda pejantan breeding diberikan pakan rumput sebanyak tujuh kilogram dalam sehari.

Kuda tua yang diberikan protein melebihi kebutuhannya, akan menyimpan zat makanan tersebut dalam bentuk daging atau lemak. Kebanyakan kuda tua di NPC merupakan kuda olahraga yang melakukan aktivitas rutin seperti berlari atau bermain polo setiap harinya. Aktivitas tersebut membutuhkan energi yang cukup tinggi. Apabila jumlah protein dalam pakan yang diberikan kurang, maka tidak ada kelebihan zat makanan yang dapat disimpan sebagai cadangan, dan kuda dapat mengalami penurunan bobot badan. Hal ini tidak terjadi di NPC, kuda tua masih dapat dimanfaatkan untuk berkuda di NPC, walaupun umur kuda mencapai 30 tahun. Penampakan tubuh kuda terlihat baik, stamina tetap terjaga, dan tidak terjadi kasus kematian pada kuda tua selama pengamatan.

(17)

Pertambahan Bobot Badan

Bobot badan (BB) kuda didapat melalui pengukuran panjang badan (PB) dan lingkar dada (LD) yang selanjutnya diestimasi dengan rumus (Pilliner, 1992):

BB (kg) = (LD (cm))2 x PB (cm) 8717

Walaupun nilai bobot badan yang didapat tidak begitu akurat, namun metode ini cukup cepat dan mudah dilakukan untuk membantu pengamatan terhadap kondisi kuda. Pengukuran bagian tubuh kuda untuk mengestimasi bobot badannya dilakukan pada awal dan akhir penelitian, atau selama dua bulan. Perubahan bobot badan kuda yang diamati hanya pada kuda yang masih bertumbuh atau yang berumur kurang daripada sembilan tahun. Menurut Bogart dan Taylor (1977), gigi permanen kuda berhenti bertumbuh pada umur delapan tahun. Hal ini menandakan pertumbuhan fisik kuda juga tidak lagi bertumbuh setelah kuda berumur delapan tahun.

Identitas kuda dan hasil yang didapat dari perubahan bobot badan kuda (umur ≤ 8 tahun) yang terukur selama dua bulan pengamatan (61 hari) diperlihatkan pada Tabel 8.

Tabel 8. Perubahan Bobot Badan Kuda (Umur ≤ 8 Tahun) Berdasarkan Identitas dan Konsumsi Pakan

No. Nama Kuda Umur

(tahun) Bangsa Kuda

Konsumsi Pakan (kg/ekor/hari) PBB (kg/ekor/hari) R* K* WB* O* 1 Blase 4 G3 20 6 0,5 - 0,14 2 Nona Rambo 4 G3 20 6 0,5 - 0,52 3 Turangga 4 G3 20 6 0,5 - 0,21 4 Buttercup 4 G3 20 6 0,5 - 0,71

5 Tiffany 4 Kuda sumba 20 4 0,5 - 0,00

6 Tuama 5 G4 20 6 0,5 - 0,09

7 Gayatri 5 G3 20 6 0,5 - 0,13

8 Trillionare 6 Poni Argentina 20 5 0,5 0,25 0,25

9 Thypon West 7 Poni Argentina 20 5 0,5 0,25 0,33

10 Happy Road 8 Poni Argentina 20 5 0,5 0,25 0,30

11 Jenggo** 8 G1 20 5 0,5 - -0,06

Keterangan: * R = Rumput, K = Konsentrat, WB = Wheat bran (pemberian hanya setiap hari Senin, Rabu, dan Jumat), O = Oat

(18)

Hasil pengukuran memperlihatkan bahwa kuda yang mengalami peningkatan bobot badan jumlahnya lebih banyak dibanding kuda yang mengalami penurunan bobot badan. Kuda yang mengalami peningkatan bobot sebanyak sembilan ekor dari 11 ekor kuda atau 81,82%, sedangkan kuda yang mengalami penurunan bobot badan sebanyak satu ekor atau 9,09%. Sementara satu ekor kuda atau 9,09% tidak mengalami penurunan atau peningkatan bobot badan.

Nilai pertambahan bobot badan (PBB) kuda yang berumur empat tahun rata-rata cukup tinggi dibanding nilai PBB kuda yang berumur di atas empat tahun. Hal ini dikarenakan hewan muda memiliki tingkat metabolisme yang lebih tinggi dibandingkan kuda dewasa dan kuda tua (Hogan, 1996). Aktivitas kuda muda hanya

exercise selama 20 menit setiap hari, sehingga pakan yang dikonsumsi tidak banyak digunakan untuk aktivitas, melainkan menambah bobot badan kuda muda.

Rataan PBB kuda bernama Blase tidak setinggi kuda lain yang berumur empat tahun, dikarenakan Blase mengalami masalah pencernaan. Pakan yang dikonsumsi tidak tercerna dengan baik, sehingga fesesnya agak cair (mencret). Kuda yang masih bertumbuh seharusnya mengalami peningkatan bobot badan, terlebih kuda muda. Pakan yang diberikan juga memenuhi kebutuhan PK kuda, namun salah satu kuda muda berumur empat tahun, yaitu Tiffany tidak mengalami pertambahan bobot badan, dan ternyata Tiffany merupakan kuda sumba. Kuda poni lokal yang berukuran kecil pertumbuhan badannya lebih lambat dibanding kuda impor atau keturunannya. Masalah kesehatan juga dapat menyebabkan kuda tidak mengalami pertambahan bobot badan.

Kuda pada umumnya dewasa pada umur enam tahun (Kidd, 1995). Tiga kuda poni Argentina yang berumur 6-8 tahun (Trillionare, Thypon West, Happy Road), memiliki nilai PBB yang juga cukup tinggi, walaupun termasuk kuda dewasa. Hal ini dapat disebabkan pejantan poni Argentina diberi pakan oat sebanyak 0,25 kg per hari, pemberian oat dapat menambah asupan gizi pada kuda pejantan poni Argentina. Selain itu, seekor kuda G1 berumur delapan tahun (Jenggo) mengalami penurunan bobot badan sebanyak 0,06 kg per hari, padahal Jenggo juga ditempatkan di umbaran setiap pagi hari selama kurang lebih tiga jam. Kuda yang mengalami penurunan bobot badan dapat disebabkan beberapa hal, seperti masalah kesehatan yang membuat nafsu makan berkurang. Salah satu gejala pertama dari masalah

(19)

apapun biasanya adalah rendahnya nafsu makan atau bahkan tidak mau makan sama sekali (Blakely dan Blade, 1994).

Dengan mengetahui informasi pertumbuhan bobot badan kuda, maka kondisi atau kesehatan kuda secara umum dapat diketahui. Ketidakdisiplinan petugas yang memberi pakan juga dapat menjadi salah satu penyebabnya. Namun, nilai pendugaan bobot badan yang didapat juga sangat dipengaruhi oleh keakuratan pengukuran panjang badan dan lingkar dada, karena posisi tubuh kuda yang tidak tegak dapat menurunkan atau menaikkan ukuran panjang badan kuda.

Pemanfaatan Kuda

Kuda non-atlet di NPC dimanfaatkan untuk berbagai hal, seperti yang telah diuraikan pada sub bab sebelumnya. Jumlah kuda menurut penggunaannya dapat dilihat pada Tabel 9.

Tabel 9. Jumlah Kuda Menurut Penggunaannya

Penggunaan Jantan (ekor) Betina (ekor) Jumlah (ekor)

Riding Guest+Chukka Athlete+Chukka Guest 8 3 11

Breeding 4 5 9

Training 5 1 6

Riding Guest+Chukka Guest 2 3 5

Riding Guest+Breeding - 4 4

Riding Guest+Chukka Athlete+Chukka

Guest+Breeding - 1 1

Riding Guest+Chukka Guest+Breeding - 1 1

Riding Guest - 1 1

Tidak/belum digunakan 3 2 5

Total 22 21 43

Satu ekor kuda dapat digunakan untuk sejumlah hal, misalnya kuda yang digunakan untuk riding guest dapat juga digunakan sebagai kuda breeding. Riding guest yaitu kuda yang disewakan kepada pengunjung untuk dipakai berlatih menunggang kuda. Kedua, kuda dimanfaatkan untuk chukka athlete, yaitu kuda dipakai untuk berlatih polo oleh para atlet. Selanjutnya, kuda dimanfaatkan untuk

chukka guest, yaitu kuda disewakan kepada pengunjung atau tim yang ingin bertanding polo, atau yang ingin berlatih stick and ball dalam permainan polo.

(20)

Chukka yaitu permainan polo yang berlangsung dalam periode tujuh menit (Npclub, 2009). Kuda yang dipakai atlet untuk berlatih polo, pasti dipakai juga untuk riding

dan chukka guest. Sebagian kuda digunakan sebagai kuda breeding atau untuk dikawinkan. Beberapa kuda juga dipelihara sebagai kuda training, yaitu kuda yang sedang dilatih untuk menjadi kuda polo. Beberapa ekor kuda tidak digunakan untuk apapun, karena menurut petugas, kuda tidak bisa ditunggangi atau sulit dikendalikan sehingga tidak bisa dimanfaatkan sebagai kuda olahraga.Sebanyak 17 ekor kuda atau 39,53% dari total kuda, murni dimanfaatkan sebagai kuda olahraga. Sebelas ekor kuda atau 25,58% dari total kuda digunakan untuk riding guest, chukka athlete, dan

chukka guest. Lima ekor kuda atau 11,63% dari total kuda digunakan untuk riding

dan chukka guest, serta satu ekor kuda atau 2,33% dari total kuda untuk riding guest

saja. Kuda olahraga yang juga digunakan sebagai kuda breeding ada enam ekor. Kuda yang digunakan khusus untuk breeding sebanyak sembilan ekor, terdiri dari empat ekor kuda jantan dan lima ekor kuda betina. Kuda training terdiri dari lima ekor kuda jantan dan satu ekor kuda betina. Sebanyak lima ekor kuda tidak dimanfaatkan, satu ekor diantaranya merupakan anak kuda.

Kuda yang masih dimanfaatkan sebagai kuda olahraga juga digunakan untuk terapi anak-anak yang menderita autisme. Kegiatan yang dilakukan para siswa Spectrum dapat dilihat pada Gambar 7.

(a) (b)

Gambar 7. Aktivitas Para Siswa Spectrum, (a) Siswi memberikan pakan ke kuda, (b) Siswa berkuda didampingi pelatih dan pengasuhnya Selama kurang lebih satu tahun NPC bekerjasama dengan Spectrum. Spectrum merupakan sekolah khusus untuk anak penderita autis, Asperger, disleksia, dan semacamnya. Aktivitas yang dilakukan para siswa Spectrum yaitu mengenal

(21)

jenis pakan ternak serta praktek memberikan pakan ke ternak, selain itu berkuda mengelilingi lapangan satu kali putaran. Kegiatan ini tentunya didampingi oleh pelatih. Manfaat dari kegiatan berkuda ini, yaitu untuk meningkatkan keberanian dan membuat siswa bisa lebih berkonsentrasi.

Autisme adalah suatu gangguan neurobiologis yang mempengaruhi fungsi otak. Akibatnya, anak tidak mampu berinteraksi dengan dunia luar secara efektif. Anak penderita autis seolah sibuk dengan dunianya sendiri.. Anak autis dilatih konsentrasi, keseimbangan, perasaan, kepekaan, dan emosi dengan menunggang kuda (Republikaonline, 2010).

Penderita autisme atau biasa disebut Autism Spectrum Disorders (ASD) mengalami gangguan yang mempengaruhi tiga bidang utama perkembangan: komunikasi (verbal dan nonverbal), interaksi sosial dan kebiasaan, serta minat dan kegiatan. Bagi komunitas profesional yang telah sejak lama meneliti ASD, metode pengobatan non-tradisional seperti terapi hewan mungkin sulit untuk diterima. Tidak ada studi penelitian yang mempelajari bahwa terapi hewan mendukung kesembuhan penderita ASD, namun beberapa orang melaporkan bahwa terjadi perubahan positif pada pasien yang mengikuti terapi. Tidak ada yang mengklaim bahwa terapi hewan merupakan “obat” bagi penderita ASD, juga tidak ada yang tahu secara pasti mengapa terapi hewan bisa memiliki dampak positif pada beberapa individual. Ada yang berhipotesis bahwa mungkin ada pengaruh input sensorik dari hewan, stimulasi motorik dari aktivitas, kontak sosial dengan penerimaan kondisi yang tidak biasa, dan sejumlah alasan lainnya. Terapi menunggang kuda disebut Hippotherapy. North American Riding for the Handicapped Association (NARHA) atau Asosiasi Berkuda Amerika Utara untuk Penyandang Cacat adalah badan pusat yang menilai dan mensertifikasi instruktur Hippotherapy (Yapko, 2003).

Penggunaan Kuda Olahraga

Kegiatan latihan berkuda oleh pengunjung atau sebutannya di NPC yaitu

riding lessons, mulai diresmikan sejak Januari 2009. Frekuensi pemakaian kuda olahraga selama bulan Juni, Juli, dan Agustus tahun 2010 dapat dilihat pada Tabel 10.

Seekor kuda yang telah dipakai pada pagi hari dapat dipakai kembali pada sore harinya. Setiap kegiatan riding lessons baik latihan berkuda maupun stick &

(22)

ball, kuda yang digunakan adalah dua ekor. Satu ekor kuda ditunggangi pengunjung, sedangkan kuda lain ditunggangi oleh pelatih (trainer). Latihan berkuda untuk anak kecil berumur 4-10 tahun disebut pony ride, kegiatan ini hanya membutuhkan satu kuda karena pelatih tidak menunggang kuda, melainkan menuntun kuda yang ditunggangi oleh anak. Frekuensi pemakaian kuda yang tertera pada Tabel 8 juga meliputi kuda yang dipakai baik oleh pengunjung ataupun pelatih.

Pengamatan frekuensi pemakaian kuda olahraga selama penelitian yaitu pada bulan Juni, Juli, dan Agustus 2010 masing-masing 110, 146, dan 145 kali oleh 22 ekor kuda yang digunakan dengan frekuensi penggunaan tiap ekor kuda yang tidak sama.

Tabel 10. Frekuensi Pemakaian Kuda Selama Tiga Bulan

No Nama Kuda Frekuensi Pemakaian (Kali)

Juni 2010 Juli 2010 Agustus 2010

1 Surdo 8 8 13 2 Titan 6 5 8 3 Pepe 4 4 5 4 Comadreja 9 9 15 5 Luisa 12 14 11 6 Black 4 10 2 7 Via L 4 5 7 8 Cappilla 10 12 3 9 Massita 10 12 14 10 Bintang 5 8 8 11 Jack 1 9 3 12 Reggie 7 8 8 13 Laloja 6 5 6 14 Penny 1 6 8 15 Benvinida 11 13 12 16 Aldonondo 8 13 10 17 Shinta 1 1 2 18 Pato 3 3 3 19 Mechita 0 1 4 20 Gayatri* 0 0 1 21 Tuama* 0 0 1 22 Turangga* 0 0 1 Jumlah 110 146 145

Keterangan: * kuda training

Tabel 8 memperlihatkan bahwa frekuensi pemakaian kuda terbanyak yaitu pada bulan Juli (146 kali). Kuda yang paling sering digunakan pada bulan Juni dan Juli yaitu Luisa, sedangkan pada bulan Agustus yaitu Comadreja. Luisa dan

(23)

Comadreja sering digunakan karena staminanya bagus, mudah dikendalikan, dan sedang tidak mengalami cidera. Kuda yang paling sedikit digunakan pada bulan Juni, yaitu Jack, Penny, Shinta, dan Mechita. Jack hanya dipakai satu kali karena setelah pemakaian terakhir kakinya cidera sehingga jalannya terpincang-pincang. Penny merupakan kuda poni yang hanya boleh ditunggangi anak kecil, pemakaiannya satu kali karena pada bulan Juni belum libur sekolah sehingga anak kecil yang datang tidak banyak, dan yang menunggangi Penny hanya satu anak. Shinta dipakai hanya satu kali karena staminanya kurang bagus dibanding kuda lain, begitu juga dengan Mechita yang tidak dipakai pada bulan Juni. Kuda yang paling sedikit digunakan pada bulan Juli, yaitu Shinta dan Mechita, pemakaian masing-masing hanya satu kali. Jack tidak lagi menjadi kuda yang paling sedikit dipakai, dikarenakan cidera kakinya telah pulih. Penny juga lebih banyak dipakai pada bulan Juli, karena sudah mulai libur sekolah, sehingga banyak anak kecil yang melakukan kegiatan pony ride. Shinta dan Black merupakan kuda yang paling sedikit digunakan pada bulan Agustus, Black hanya dipakai dua kali karena pada pemakaian terakhir Black terjatuh dan hidungnya terluka hingga mengeluarkan darah. Mechita pada bulan Agustus lebih banyak dipakai dibanding bulan-bulan sebelumnya dikarenakan Black kuda yang biasa dipakai terluka, sedangkan permintaan pemakaian kuda oleh pengunjung banyak, sehingga Mechita dipakai untuk menggantikan Black.

Pada bulan Agustus 2010, terdapat tiga kuda training (Gayatri, Tuama, dan Turangga) yang dipakai. Kuda tersebut tidak untuk dipakai pengunjung, namun ditunggangi oleh pelatih. Kuda training diikutkan dalam kegiatan riding lessons

sebagai bagian dari pola latihan yang diberikan. Urutan total frekuensi pemakaian kuda dari yang tertinggi hingga yang terendah, yaitu bulan Juli sebanyak 146 kali, bulan Agustus sebanyak 145 kali, dan bulan Juni sebanyak 110 kali. Tingginya frekuensi pemakaian kuda pada bulan tertentu menunjukkan banyaknya kegiatan

riding lessons di bulan tersebut.

Publikasi tentang penggunaan kuda olahraga di NPC hanya dari mulut ke mulut, karena pemilik tidak mau terlalu terbuka untuk umum. Kuda yang dipakai untuk kegiatan riding lessons tentu kuda olahraga. Kegiatan ini meliputi berlatih

riding, pony ride untuk anak kecil, berlatih stick and ball, dan bermain polo, lebih jelasnya bagaimana kegiatan berlangsung dapat dilihat pada Gambar 8.

(24)

Nusantara Polo Club (NPC) memiliki pencatatan kegiatan riding lessons

setiap bulannya. Kegiatan riding lessons ini dibagi menjadi dua sesi, pagi hari pukul 6.30–10.00 WIB dan sore hari pukul 15.00–16.30 WIB. Lokasi kegiatan ini berlangsung di lapangan polo yang terdapat di NPC, baik didalam lapangan maupun di sekelilingnya.

(a) (b)

(c)

Gambar 8. Kegiatan Riding Lessons, (a) Latihan Berkuda oleh Pengunjung, (b) Latihan Stick&Ball oleh Pengunjung, (c) Olahraga Polo Intensitas curah hujan pada bulan Juni, Juli, Agustus 2010, dan rataannya dapat dilihat pada Tabel 11. Intensitas curah hujan tertinggi terjadi pada bulan Agustus 2010, yaitu sebanyak 226 mm. Rataan curah hujan selama tiga bulan yaitu sebesar 185,33 mm. Apabila total frekuensi pemakaian kuda dikaitkan dengan intensitas curah hujan, dengan asumsi semakin rendah intensitas curah hujan maka semakin tinggi frekuensi pemakaian kuda. Hasil yang didapat ternyata intensitas curah hujan tidak berbanding terbalik dengan frekuensi pemakaian kuda. Frekuensi pemakaian kuda yang paling tinggi terjadi di bulan Juli 2010, sebanyak 146 kali, pada bulan itu intensitas curah hujannya paling rendah. Bulan Agustus 2010, intensitas curah hujan paling tinggi, namun ternyata frekuensi pemakaian kuda

(25)

sebanyak 145 kali, hanya berbeda satu kali dengan bulan Juli 2010. Pada bulan Juni 2010, walaupun intensitas curah hujan lebih rendah daripada bulan Agustus yaitu sebesar 167 mm, namun frekuensi pemakaian kudanya lebih rendah.

Tabel 11. Curah Hujan dan Frekuensi Penggunaan Kuda Selama Tiga Bulan Pengamatan

Bulan Frekuensi (kali) Curah Hujan (mm)

Juni 110 167

Juli 146 163

Agustus 145 226

Total 401 556

Rataan 133,67 185,33

Sumber: Stasiun Klimatologi Darmaga, Bogor (2010)

Masa liburan terutama sekolah dapat menjadi hal yang mempengaruhi frekuensi pemakaian kuda setiap bulan di NPC. Liburan sekolah pada bulan Juli dan Agustus bersamaan dengan libur hari raya Idul Fitri, itulah mengapa frekuensi pemakaian kuda bulan Juli dan Agustus meningkat dibanding bulan Juni. Selain itu, jumlah hari hujan per bulan atau waktunya (pagi, siang, sore, malam) juga sangat mempengaruhi frekuensi pemakaian kuda per bulan. Bulan Agustus, walaupun curah hujannya paling tinggi, namun kebanyakan hujan turun pada siang (11.00-13.00 WIB) dan malam hari, sehingga tidak mengganggu kegiatan riding lessons.

Pemilihan kuda yang akan dipakai ditentukan oleh penanggungjawab stable

di NPC. Kuda yang dipilih tentu kuda yang sehat, tidak sedang cidera pada pinggang atau kaki, karena akan membahayakan pengunjung yang menungganginya. Penanggungjawab stable juga mengetahui mana kuda yang bersifat tenang atau yang agresif. Penanggungjawab stable akan memberikan kuda yang tenang dan mudah diatur untuk pengunjung yang baru pertama kali latihan berkuda, bagi pengunjung yang sudah terbiasa maka akan diberikan kuda yang agresif dan lincah.

Pola Latihan

Kuda olahraga selalu melakukan exercise berupa walking setiap pagi dan sore hari masing-masing 45 menit, namun tidak dilakukan apabila ada pengunjung yang menggunakan kuda tersebut untuk riding lessons. Menurut Bogart dan Taylor

(26)

(1977), walk adalah gaya berjalan empat irama dimana setiap kaki menyentuh tanah secara terpisah satu sama lain. Pengaruh dari walk khususnya pada permukaan jalan yang kasar adalah menjadikan tulang kuat dan strukurnya baik (Hammer, 1993).

Exercise ini dilakukan di jalan beraspal sekitar wilayah NPC, seperti diperlihatkan pada Gambar 9(a). Selama 45 menit exercise, kuda tidak hanya melakukan gaya berjalan walk, namun juga diselingi trot selama kurang lebih satu menit. Trot adalah gaya berjalan dua irama diagonal dimana kaki kanan depan dan kaki kiri belakang menginjak permukaan dataran dengan serentak, dan kaki kiri depan dan kaki kanan belakang menginjak tanah dengan serentak (Bogart dan Taylor, 1977).

Exercise perlu dilakukan agar kuda tidak lupa isyarat dari penunggangnya untuk melakukan gaya berjalan tertentu atau gerakan lainnya dan juga agar stamina tetap terjaga. Sebagai contoh, menghentakkan kaki kanan ke bagian perut kuda saat posisi kuda diam akan membuat kuda mulai berjalan, dan menghentakkan kaki ke bagian perut kuda saat kuda berjalan maka akan membuat kuda berjalan lebih cepat. Membelokkan kuda ke kanan dapat dilakukan dengan menarik tali kekang kuda ke kanan, apabila ingin membelokkan ke kiri maka tali kekang ditarik ke kiri. Melakukan gerakan berdiri, duduk, kemudian berdiri lagi, begitu seterusnya diatas kuda, akan membuat kuda berjalan atau berlari trot. Memberhentikan kuda dapat dilakukan dengan menarik tali kekang kuda kearah belakang. Gerakan canter tidak dapat dilakukan di jalan beraspal karena licin. Menurut Bogart dan Taylor (1977),

canter adalah gaya berjalan tiga irama, kaki belakang menginjak permukaan dengan serentak, lalu kedua kaki depan menginjak permukaan secara terpisah. Apabila hujan deras, maka kegiatan exercise tidak dilakukan karena berbahaya bagi kuda dan juga penunggangnya. Jika hujan tidak terlalu deras, kegiatan ini tetap dilakukan, namun hanya berputar-putar di paddock. Pola latihan kuda atlet lebih teratur dan rutin dibanding kuda olahraga pasca atlet. Kuda pasca atlet tidak lagi berlatih stick and ball dan schooling seperti yang dilakukan kuda atlet.

Enam ekor kuda training telah berada di NPC selama kira-kira 3,5 bulan dihitung dari pertengahan Juni hingga akhir September 2010. Pemiliknya menginginkan kudanya menjadi kuda polo. Kisaran umur kuda adalah 4-5 tahun, sehingga kuda sudah boleh dilatih. Menurut Suharjono (1990), kuda pada umur tiga tahun baru mulai dilatih. Kuda olahraga tidak boleh terlalu dini dilatih karena

(27)

punggungnya belum kuat dan mudah cedera. Sebelum dilatih, kuda dikastrasi terlebih dahulu. Kastrasi dilakukan untuk membuat kuda jantan menjadi lebih mudah ditangani, biasanya dilakukan pada kuda pacu (McBane, 2001). Selama dua bulan pertama, pola latihan kuda training adalah dilongser (lungeing) selama 20 menit setiap pagi dan sore hari. Menurut Coldrey dan Coldrey (1990), pelajaran pertama untuk kuda yang belum bisa ditunggangi atau masih sulit dikendalikan yaitu

lungeing. Lungeing yaitu kuda bergerak membentuk lingkaran atau mengelilingi pelatih yang memegang tali kendali kuda sepanjang 10-15 meter, seperti diperlihatkan pada Gambar 9(b).

(a) (b)

Gambar 9. Latihan Kuda, (a) Exercise Kuda Olahraga, dan (b) Kegiatan

Lungeing Kuda Training

Tali diperlukan untuk mengendalikan kuda berlari lebih cepat atau lebih lambat, membuat kuda berhenti atau berlari lagi, dan latihan ini membantu kuda untuk bisa berkonsentrasi. Setelah dua bulan kegiatan lungeing ini berjalan, kuda mulai dilatih ke tahap berikutnya. Kuda ditunggangi oleh pelatih dan ditempatkan bersama kuda training lainnya dalam satu paddock untuk belajar bersosialisasi, kegiatan ini disebut schooling. Schooling juga melatih keselarasan antara penunggang dengan kuda yang ditungganginya. Kuda belajar memahami kehendak penunggangnya dengan isyarat yang diberikan. Apabila kuda masih sulit dikendalikan saat ditunggangi, maka kuda kembali dilongser. Kegiatan schooling ini terkadang dilakukan saat riding lessons, yang terpenting kuda dibiasakan untuk ditunggangi dan bersosialisasi dengan kuda lain. Kegiatan ini dilakukan tiap pagi hari atau sore hari saja selama kurang lebih 30-45 menit. Tahap selanjutnya apabila kuda sudah lancar ditunggangi, maka kuda dapat berlatih stick and ball. Kegiatan ini

(28)

mengenalkan kuda pada peralatan untuk bermain polo, yaitu stick untuk memukul bola polo (mallet) dan bola polo sendiri. Latihan stick and ball ini juga membiasakan kuda merasakan posisi penunggangnya selama si penunggang melakukan gerakan mengangkat mallet (posisi siap memukul bola), memukul bola, dan gerakan lainnya. Kuda juga akan terbiasa dengan mallet atau bola yang menyentuhnya. Namun hingga akhir September 2010, latihan stick and ball untuk kuda training belum dilakukan.

Pejantan breeding melakukan exercise setiap pagi dan sore hari masing-masing selama 30 menit. Exercise yang dilakukan hanya berjalan saja (walk), namun terkadang diselingi dengan trot. Kegiatan ini dilakukan untuk menjaga stamina kuda pejantan. Tidak ada latihan untuk kuda betina breeding, kuda laktasi, anak kuda, dan kuda afkir. Namun kuda tidak hanya dibiarkan didalam stall terus menerus, tetapi kuda digembalakan di suatu umbaran. Perlu upaya untuk mengurangi lamanya kuda berada dalam stall dengan mengajak kuda keluar dan berlatih (exercise). Kandang bukanlah lingkungan yang alami bagi kuda (Christie, 2008).

Perkawinan Kuda

Kegiatan perkawinan (breeding) kuda di NPC dimulai sejak Mei 2009. Saat ini ada 12 ekor kuda betina dan lima ekor kuda jantan yang digunakan untuk

breeding. Satu ekor kuda betina dan satu ekor kuda jantan dipelihara di kandang Alfa, sehingga tidak termasuk dalam kuda pengamatan. Identitas kuda breeding yang diamati tertera pada Tabel 12.

Sebanyak delapan ekor betina merupakan bangsa Poni Argentina dengan umur termuda 20 tahun dan tertua 30 tahun. Kuda betina masih dapat beranak meski telah mencapai umur 20 tahun atau lebih (Blakely dan Bade, 1994). Tiga ekor kuda betina merupakan kuda poni lokal dengan umur 4 dan 10 tahun. Sebagian kuda yang digunakan masih dimanfaatkan sebagai kuda olahraga. Apabila kuda olahraga tersebut menunjukkan tanda-tanda kebuntingan, maka kegiatannya sebagai kuda olahraga akan berhenti. Kuda Angely selain dimanfaatkan sebagai kuda breeding

sebelumnya juga terkadang digunakan sebagai pony ride. Semenjak Angely menunjukkan tanda-tanda kebuntingan hingga saat ini menjadi kuda laktasi, maka kegiatannya sebagai ponyride dihentikan.

Pejantan yang digunakan untuk breeding ada sebanyak lima ekor. Tiga ekor merupakan pejantan poni Argentina, satu ekor kuda G1, dan satu ekor kuda Arab

(29)

(kuda tidak diamati). Pejantan poni Argentina dikatakan juga sebagai pejantan polo, karena kuda betina yang dikawinkan dengan pejantan ini akan menghasilkan anak kuda poni tipe polo. Kriteria seleksi untuk kompetensi reproduksi pada kuda jantan tidak jauh berbeda dengan kuda betina, yaitu sebagai berikut: sejarah, temperamen dan libido, usia, konformasi umum, pemeriksaan saluran reproduksi, evaluasi air mani, kelainan kromosom, pengambilan sampel darah, infeksi, dan manajemen umum pembiakan (Oftedal et al., 1983). Tiga ekor kuda jantan poni Argentina merupakan pejantan utama yang paling sering dikawinkan, karena pejantan ini merupakan pejantan unggul. Suharjono (1990) berpendapat bahwa kuda jenis unggul memiliki sertifikat kuda yang dikeluarkan oleh badan atau organisasi berwenang yang mengurusi kuda sesuai jenisnya. Biasanya kuda pejantan unggul akan memberikan keturunan yang unggul pula.

Tabel 12. Identitas Kuda Breeding

No. Nama Kuda Umur (tahun) Bangsa Keterangan

Betina :

1 Mechita 30 Poni Argentina Kuda olahraga

2 Rosa 24 Poni Argentina

3 Larene 21 Poni Argentina

4 Comadreja 25 Poni Argentina Kuda olahraga

5 Lovisnita 25 Poni Argentina Kuda olahraga

6 Gatita 20 Poni Argentina

7 Mayonesa 20 Poni Argentina

8 Tiffany 4 Kuda Sumba Pony ride

9 Penny 10 Kuda Sumba Pony ride

10 Uva 20 Poni Argentina

11 Angely 10 Sandelwood Laktasi

Jantan :

12 Trillionare 6 Poni Argentina

13 Happy Road 8 Poni Argentina

14 Thypon West 7 Poni Argentina

15 Jenggo 8 G1

Seekor kuda jantan G1 hanya dimanfaatkan sebagai “pencari” kuda betina birahi atau estrus, selama kegiatan breeding hanya satu kali kuda tersebut dikawinkan untuk memenuhi kebutuhan biologisnya. Kisaran umur kuda pejantan dari enam hingga delapan tahun. Umur tidak terlalu mempengaruhi pemilihan kuda jantan breeding, namun yang harus lebih diperhatikan adalah kesehatan dan kondisi kuda (Oftedal et al., 1983).

(30)

Pencatatan kegiatan perkawinan kuda di NPC ini sangat sederhana, data yang dicatat hanya tanggal pengawinan, nama pejantan, dan nama betina. Data lain berupa tanggal dilakukannya USG beserta hasilnya dan tanggal beranak. Siklus birahi masing-masing kuda betina juga tidak dicatat. Pencatatannya sederhana karena kegiatan ini bukan fokus utama NPC, karena NPC lebih berfokus pada kegiatan

riding lessons dan latihan atlet. Terdapat waktu atau bulan dimana tidak dilakukan kegiatan pengawinan sama sekali, biasanya pada bulan liburan (pada bulan tersebut ada hari raya), karena pada bulan liburan pengunjung yang menyewa kuda lebih banyak. Silsilah dari kuda betina breeding yang digunakan tidak diketahui, sehingga tidak dimasukkan dalam pencatatan.

Prosedur kegiatan pengawinan kuda adalah sebagai berikut; pertama-tama mencari kuda betina birahi dengan bantuan pejantan G1 (Jenggo). Kuda jantan akan membaui betina yang sedang birahi. Seekor pejantan dapat dengan yakin mencium aroma betina pada musim kawin. Kuda pejantan menggunakan penciuman dan penglihatannya pada keputusan akhir dan semuanya distimulasi oleh sistem hormon dan sistem saraf (McBane, 2001).

Petugas juga mengamati kuda betina mana yang memperlihatkan tanda-tanda estrus, biasanya dilihat dari vulva yang bengkak dan berlendir. Setelah didapat selanjutnya kuda pejantan yang akan digunakan untuk mengawini, penisnya dibersihkan dan diberi minyak pelicin. Kemudian, proses pengawinan dilakukan, beberapa petugas bersiap untuk memegangi kuda betina dan saat kuda jantan menaiki kuda betina, seorang petugas memegang ekor kuda betina agar tidak menghalangi vulva. Penis masuk kedalam vulva dibantu oleh tangan petugas. Setelah selesai pengawinan, betina dibawa jalan agar tidak kencing, karena menurut petugas, apabila kuda betina kencing maka sperma akan ikut keluar. Setelah semua proses pengawinan selesai, kuda betina dimasukkan kedalam kandang, kemudian diberi rumput. Pengawinan kuda dilakukan satu hingga empat hari berturut-turut selama masa birahi.

Selama kegiatan breeding ini, dua ekor kuda telah beranak. Kuda pertama beranak pada tanggal 25 Mei 2010 dan yang kedua pada tanggal 8 Juni 2010, keduanya adalah kuda Sandel. Apabila dilihat tanggal terakhir kuda dikawinkan, maka dapat diketahui perkiraan berapa lama kebuntingannya. Kuda pertama terakhir

(31)

dikawinkan pada tanggal 3 Juli 2009, maka lama kebuntingannya adalah ±326 hari. Kuda kedua terakhir dikawinkan pada 30 Juni 2009, maka lama kebuntingannya yaitu ±343 hari. Kuda kedua ternyata beranak 14 hari setelah kuda pertama beranak, padahal tanggal terakhir dikawinkan lebih awal dari kuda pertama. Hal ini sesuai dengan pernyataan Blakely dan Bade (1994), bahwa kuda betina tertentu cenderung memiliki kebiasaan beranak agak awal, sedangkan kuda lainnya agak lambat. Rataan masa kebuntingan seekor kuda betina adalah 335 hari dengan kisaran 315 sampai 350 hari.

Induk kuda kedua yang beranak pada 8 Juni 2010 bunting dengan anak kuda kembar, namun induk kuda mati setelah beranak, kemungkinan karena kuda tersebut sudah tua. Hasil autopsi yang dilakukan menunjukkan bahwa induk kuda tersebut terbelit ususnya dan biasanya kuda yang beranak kembar peluang hidupnya kecil baik bagi induk maupun anaknya. Terkadang induk kuda akan mati saat beranak atau setelah beranak, meninggalkan anaknya yang akan bertumbuh, kasus ini biasanya terjadi pada anak kembar (Ensminger, 1991). Anak dari induk kuda tersebut yang satu mati, yang lain masih hidup hingga saat ini. Anak kuda tanpa induk tersebut otomatis tidak mendapat kolostrum dan susu dari induknya, sehingga petugas memberinya susu yang biasa dikonsumsi bayi. Induk kuda pertama yang beranak pada bulan Mei 2010, anaknya hanya bertahan hidup kurang daripada dua minggu, karena terserang kolik. Kemudian petugas menyatukan anak kuda tanpa induk dengan induk kuda yang masih kehilangan anaknya, dan induk kuda mau menyusui anak kuda tersebut, sehingga anak kuda mendapat nutrisi dari susu induk tirinya.

Anak kuda poni polo yang merupakan hasil dari kegiatan perkawinan di NPC menjadi awal proses grading up yang dapat menghasilkan kuda polo Indonesia. Seperti halnya pada Kuda Pacu Indonesia (KPI), yang berawal dari persilangan kuda lokal dengan kuda Thoroughbred. Keturunannya terus disilangkan dengan pejantan

Thoroughbred, sehingga hasil akhir didapat kuda yang kemampuan serta staminanya hampir setara dengan Thoroughbred. Begitu juga dengan kuda poni polo yang berawal dari persilangan kuda betina poni lokal dengan kuda pejantan poni Argentina murni, keturunannya harus dikawinkan dengan pejantan poni Argentina, begitu seterusnya, hingga didapat kuda keturunan yang kualitasnya hampir setara dengan kuda polo poni Argentina.

(32)

Selain itu hasil dari kegiatan breeding yang dilakukan yaitu USG, dan hasilnya diketahui dua ekor kuda bunting dan umur kebuntingan kedua kuda tersebut sekitar delapan bulan. Kuda yang berhasil bunting merupakan kuda yang tidak banyak beraktivitas, karena tidak ada kuda olahraga yang berhasil bunting walaupun sudah berkali-kali dikawinkan. Aktivitas rutin yang dilakukan kuda olahraga ternyata mengganggu siklus birahi kuda.

Penanganan Kesehatan Kuda

Selama dua bulan pengamatan, beberapa kuda mengalami sakit atau luka ringan, ada juga yang mengalami sakit kronis. Nusantara Polo Club (NPC) bekerjasama dengan seorang dokter hewan yang sewaktu-waktu datang apabila ada kuda yang mengalami sakit cukup kronis, kuda yang akan dikastrasi, kuda yang akan beranak, dan pemeriksaan kebuntingan (USG). Salah seorang petugas di NPC merupakan asisten dokter hewan yang cukup mengerti penyakit kuda dan pengobatan secara umum.

Penyakit yang biasa diderita kuda olahraga adalah tendinitis, gejalanya adalah pembengkakan pada tendon. Kelelahan pada otot merupakan salah satu penyebabnya (Blakely dan Bade, 1994). Penanganannya dilakukan dengan mengompres kaki kuda menggunakan handuk yang direndam pada air panas atau air dingin. Penanganan lainnya adalah melumuri dengan krim yang disebut poultis pada kaki yang bengkak, kemudian ditutup dengan handuk atau kain, dilakukan setiap hari hingga kaki tidak lagi bengkak. Penyakit kuku seperti trombus dan laminitis juga biasa dialami kuda. Menurut asisten dokter hewan di NPC, penyakit kuku pada kuda biasa disebabkan oleh kaki kuda yang terlalu sering menginjak kerikil atau batu dan penggunaan tapal yang tidak sesuai. Kuku kuda terus-menerus bertumbuh dan kuku yang tidak dipotong atau dikikir akan menjadi panjang dan menekuk, sehingga dapat menimbulkan kepincangan saat berjalan (Colville dan Bassert, 2002). Permasalahan pada kuku kuda yang tua yaitu kukunya menjadi lebih lunak. Untuk mengeraskannya maka kuku kuda diolesi dengan cairan kental berwarna hitam dengan merk Stock Hom.

Penyakit dalam yang pernah diderita beberapa kuda di NPC yaitu kolik. Blakely dan Bade (1994) berpendapat bahwa gangguan pencernaan ini disebabkan oleh makan yang berlebihan, minum berlebihan pada waktu panas, makanan

(33)

berjamur, dan bahkan disebabkan oleh cacing gelang. Tanda-tandanya adalah bergerak terus-menerus, kesakitan, berkeringat, berguling-guling dan tentu saja adanya rasa tidak nyaman. Pemberian pakan hijauan yang sedikit dan konsentrat yang banyak juga dapat meningkatkan risiko kuda terkena kolik (Christie, 2008). Pengobatan kolik yang dilakukan di NPC adalah dengan memberikan obat merk

Flunixil, pertolongan pertama untuk penyakit dalam dan juga mengajak kuda berjalan-jalan. Flunixil mengandung zat aktif yaitu flunixin meglumine dan kandungan lain seperti phenol sebagai pengawet, sodium formaldehyde, dan

sulphoxylate dihydrate. Pada kuda, injeksi flunixin meglumine diindikasikan untuk meringankan peradangan dan rasa sakit yang terkait dengan gangguan otot-tulang, dan untuk meringankan nyeri organ dalam tubuh yang berhubungan dengan kolik. Dua ekor kuda pejantan pernah terkena kolik karena memakan serut gergaji yang digunakan untuk alas lantai kandang, oleh sebab itu pencegahan dilakukan dengan memasang masker pada moncong kuda agar kuda tidak memakan serut gergaji. Pemasangan masker dilakukan setelah kuda habis mengkonsumsi pakan rumput dan konsentrat.

Seekor kuda mati pada saat penelitian berlangsung dan menurut dokter hewan penyebabnya adalah karena saluran pembuangan kotoran tersumbat, sehingga kuda tersebut hanya dapat mengeluarkan kotoran yang cair. Salah satu pengobatannya adalah dengan pemberian infus Ringer Laktat atau Natrium Klorida 0,9% sebanyak 10 liter per hari. Pada akhirnya, kuda tersebut mati akibat dehidrasi tinggi dan juga ususnya terbelit.

Beberapa kuda mengalami luka luar, misalnya luka didalam hidung kuda hingga mengeluarkan darah, penyebabnya kuda terjatuh saat dipakai berolahraga polo. Pengobatannya dilakukan dengan pemberian antibiotik dan Betadine. Ada juga kuda yang bahunya robek terkena paku, maka penanganannya dilakukan dengan menjahit luka yang robek tersebut kemudian menutupinya dengan plester agar jahitannya tidak terbuka. Anak kuda berumur dua bulan biasanya banyak mengalami kerontokan bulu, untuk mempercepat pertumbuhan bulu baru pada kulitnya maka dioles dengan Baby Oil.

Pemberian obat cacing dilakukan rutin satu kali tiap 3-4 bulan. Obat cacing yang digunakan berbeda-beda setiap pemberian, agar cacing tidak kebal terhadap

Gambar

Gambar 2. Foto Udara Nusantara Polo Club (Google Earth), A. Kandang Alfa  dan B. Kandang Bravo
Gambar  3.    Bangunan  Kandang  Bravo,  (a)  Kandang  Pertama  Bermaterial  Kayu, (b) Kandang Kedua Berupa Bangunan Permanen
Tabel 2.  Jumlah Kuda Menurut Rentang Umur dan Jenis Kelamin
Tabel 3.  Jumlah Kuda Menurut Bangsa dan Jenis Kelamin
+7

Referensi

Dokumen terkait