MANAJEMEN PEMELIHARAAN DAN PEMANFAATAN KUDA
NON
-ATLET DI NUSANTARA POLO CLUB,
JAGORAWI GOLF
COUNTRY CLUB
, CIBINONG, KABUPATEN BOGOR
SKRIPSI
DEBORA ARNY WIDOWATI
DEPARTEMEN ILMU PRODUKSI DAN TEKNOLOGI PETERNAKAN FAKULTAS PETERNAKAN
RINGKASAN
DEBORA ARNY WIDOWATI. D14070121. 2011. Manajemen Pemeliharaan dan Pemanfaatan Kuda Non-Atlet di Nusantara Polo Club, Jagorawi Golf Country Club, Cibinong, Kabupaten Bogor. Skripsi. Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor.
Pembimbing Utama : Prof. Dr. Ir. Pollung H. Siagian, MS Pembimbing Anggota : Dr. Ir. Didid Diapari, M.Si
Kuda merupakan hewan yang telah lama didomestikasi. Saat ini kuda banyak digunakan untuk olahraga, seperti pacuan kuda dan polo. Upaya penanganan kuda pasca atlet tidak ada di peternakan kuda lain, namun di Nusantara Polo Club (NPC) terdapat proses manajemen tersendiri untuk kuda pasca atlet. Kuda pasca atlet dimanfaatkan menjadi kuda olahraga yang disewakan, dan sebagian dimanfaatkan untuk pembiakan (breeding). Kuda pasca atlet tersebut juga dimanfaatkan untuk terapi berkuda anak-anak penderita autis.
Penelitian ini bertujuan untuk mengamati dan menganalisis manajemen pemeliharaan kuda non-atlet dan pemanfaatannya. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli hingga September 2010 di Nusantara Polo Club (NPC), Cibinong, Kabupaten Bogor. NPC merupakan salah satu klub polo berkuda di Indonesia. Kuda non-atlet yang diamati berjumlah 43 ekor, dengan umur dan bangsa yang beragam. Responden yang juga merupakan bagian penting dari penelitian ini berjumlah 22 orang. Metode yang digunakan berupa pengamatan, dokumentasi, dan wawancara responden. Data yang dikumpulkan antara lain meliputi informasi: identitas kuda, pemeliharaan kuda, pakan, analisa zat makanan, pertambahan bobot badan, pemanfaatan kuda, pola latihan, perkawinan kuda, penanganan kesehatan kuda, identitas petugas, dan identitas pengunjung (guest).
Nusantara Polo Club (NPC) memiliki sekelompok kuda atlet dan juga non-atlet yang ditempatkan di kandang berbeda. Kuda yang diamati dalam penelitian ini yaitu kelompok kuda non-atlet. Kuda terdiri dari 21 ekor jantan dan 22 ekor betina, dengan kisaran umur tiga bulan hingga 30 tahun. Pemeliharaan kuda mencakup pembersihan kuda dan kandangnya, pemasangan tapal (sepatu kuda), pencukuran rambut, pemberian pakan, pemberian latihan (exercise), dan penanganan kesehatan kuda. Kuda diberi pakan hijauan dan konsentrat, serta diberi tambahan wheat bran dan oat (khusus pejantan). Salah satu cara untuk mengetahui kondisi kuda secara
umum, terutama pada kuda yang sedang bertumbuh (umur ≤ 8 tahun), yaitu dengan menghitung pertambahan bobot badannya. Estimasi bobot badan diperoleh dengan mengukur panjang badan dan lingkar dada kuda. Hasil pengukuran memperlihatkan bahwa kuda yang mengalami peningkatan bobot badan sebanyak 81,82%, yang mengalami penurunan bobot badan sebanyak 9,09%, dan yang tidak mengalami perubahan bobot badan sebanyak 9,09% dari total kuda sebanyak 11 ekor. Kuda non -atlet di NPC dimanfaatkan untuk riding guest (latihan berkuda pengunjung), chukka athlete (latihan polo atlet), chukka guest (latihan polo pengunjung), breeding (perkawinan), dan training (dilatih menjadi kuda polo).
hanya sedikit kuda yang mengalami penurunan bobot badan. Wawancara pengunjung yang menyewa kuda juga dilakukan untuk mengetahui identitasnya dan manfaat berolahraga dengan kuda. Kegiatan berkuda ternyata juga dapat dijadikan terapi untuk penderita autis. Seorang anak autis menjadi bisa lebih berkonsentrasi setelah rutin melakukan terapi berkuda.
Pemeliharaan masing-masing kuda berbeda sesuai dengan tujuan pemanfaatannya, pola latihan (exercise) yang diberikan juga berbeda dan tidak semua kuda diberikan latihan. Pemanfaatan kuda yang paling utama yaitu penyewaan kuda pasca atlet ke pengunjung untuk berlatih berkuda atau bermain polo, kegiatan ini disebut riding lessons di NPC. Pemanfaatan lain yaitu untuk kegiatan perkawinan kuda. Kuda non-atlet memiliki kisaran umur dan bangsa yang beragam, pemanfaatannya juga berbeda-beda, sehingga pemeliharaannya cukup berbeda. Kuda atlet memiliki satu tujuan pemanfaatan yaitu hanya dipakai untuk berolahraga polo, sehingga pemeliharaan sama, pola latihannya pun lebih rutin.
ABSTRACT
Management and Utilized of Non-Athlete Horse’s in Nusantara Polo Club, Jagorawi Golf Country Club, Cibinong, Regency of Bogor
Widowati, D. A., P. H. Siagian, D. Diapari
Nusantara Polo Club (NPC) has athlete and non-athlete horses which are maintenanced. Horses which are observed in this study are 43 non-athlete horse. Horses are researched to know their maintenances and their utilized. The data are got
from observation, documentation, and questionnaire. Horse’s maintenance include
horse and stable cleansing, make horseshoes, hairs shaving, feeding, exercise, and healthy management. Non-athlete horse in NPC are utilized for riding lessons activity, chukka athlete’s training, breeding, and training. Maintenances for each utilized are different enough. A horse should utilized for many things. Non-athlete horse in NPC are lots in variation, so their maintenances are many kinds too. Healthy horses can be utilized optimally. Riding activity actually brings a positive influence for the riders. Riding activity are also beneficial for the children’s autism therapy.
MANAJEMEN PEMELIHARAAN DAN PEMANFAATAN KUDA
NON
-ATLET DI NUSANTARA POLO CLUB,
JAGORAWI GOLF
COUNTRY CLUB
, CIBINONG, KABUPATEN BOGOR
SKRIPSI
DEBORA ARNY WIDOWATI
Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Peternakan pada
Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor
DEPARTEMEN ILMU PRODUKSI DAN TEKNOLOGI PETERNAKAN FAKULTAS PETERNAKAN
Judul : Manajemen Pemeliharaan dan Pemanfaatan Kuda Non-Atlet di Nusantara Polo Club, Jagorawi Golf Country Club, Cibinong, Kabupaten Bogor
Nama : Debora Arny Widowati NIM : D14070121
Menyetujui,
Pembimbing Utama, Pembimbing Anggota,
(Prof. Dr. Ir. Pollung H. Siagian, MS) (Dr. Ir. Didid Diapari, M.Si) NIP: 19460825 197711 1 001 NIP: 19620617 199002 1 001
Mengetahui: Ketua Departemen
Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan
(Prof. Dr. Ir. Cece Sumantri, M.Agr.Sc.) NIP: 19591212 198603 1 004
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan pada tanggal 22 September 1990 di Solo, Jawa Tengah.
Penulis adalah anak pertama dari tiga bersaudara dari pasangan Bapak Ir. Bambang
Widodo, MT dan Ibu Suparny.
Penulis menyelesaikan pendidikan di TK Savitri pada tahun 1996, dan
menyelesaikan pendidikan dasar di SD Negeri Jaka Mulya IV pada tahun 2002.
Pendidikan lanjutan tingkat pertama dimulai pada tahun 2002 dan diselesaikan pada
tahun 2004 di SLTP Negeri 252 Jakarta Timur. Penulis melanjutkan pendidikan di
SMA Negeri 61 Jakarta pada tahun 2004, kemudian meneruskan pendidikan di SMA
St. Antonius Jakarta pada tahun 2005 hingga tahun 2007. Penulis diterima di Institut
Pertanian Bogor pada tahun 2007 melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB
(USMI) dan diterima di Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan,
Fakultas Peternakan pada tahun 2008.
Selama mengikuti perkuliahan, Penulis aktif pada beberapa Unit Kegiatan
Mahasiswa diantaranya Persekutuan Mahasiswa Kristen IPB, Paduan Suara
Mahasiswa Agriaswara IPB, dan aktif dalam beberapa kepanitiaan dalam kegiatan di
Institut Pertanian Bogor serta Fakultas Peternakan IPB. Penulis pernah mengikuti
kegiatan magang di Bagian Nutrisi Ternak Terapan, Bagian Produksi Ternak Perah,
dan Bagian Teknologi Hasil Ternak, Fakultas Peternakan IPB, pada bulan Februari
2009. Penulis juga berkesempatan menjadi penerima beasiswa PPA (Peningkatan
KATA PENGANTAR
Puji syukur Penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yesus Kristus atas segala
limpahan berkat-Nya, sehingga Penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Skripsi yang
berjudul “Manajemen Pemeliharaan dan Pemanfaatan Kuda Non-Atlet di Nusantara Polo Club, Jagorawi Golf Country Club, Cibinong, Kabupaten Bogor” ini
merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Peternakan pada
Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor.
Memelihara kuda tidaklah mudah, dibutuhkan ketekunan dan kedisiplinan,
agar kuda yang dirawat selalu sehat dan berperawakan baik hingga tua. Secara garis
besar pemeliharaan kuda mencakup pembersihan kandang dan kuda, pemberian
pakan, dan perawatan kuda. Pemeliharaan kuda dibedakan berdasarkan pemanfaatan
kuda tersebut. Di Nusantara Polo Club, kuda non-atletnya dimanfaatkan untuk
berbagai hal dan pemanfaatan kuda tersebut memberikan keuntungan bagi pemilik.
Salah satu pemanfaatannya yaitu untuk terapi berkuda anak penderita autis.
Tak ada gading yang tak retak, Penulis menyadari skripsi ini jauh daripada
sempurna. Besar harapan Penulis atas kritik dan saran dari semua pihak untuk
membuat skripsi ini menjadi lebih baik. Penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat
bagi dunia peternakan terutama dalam budidaya kuda. Akhir kata, Penulis
mengucapkan banyak terima kasih untuk semua pihak yang telah membantu dalam
penulisan ini.
Bogor, Februari 2011
DAFTAR TABEL
Nomor Halaman
1. Penggolongan Kuda Menurut Bobot dan Tinggi Pundak 4
2. Jumlah Kuda Menurut Rentang Umur dan Jenis Kelamin 30
3. Jumlah Kuda Menurut Bangsa dan Jenis Kelamin 32
4. Kegiatan Penapalan dan Pencukuran Kuda 37
5. Pemberian Pakan Konsentrat dan Mineral pada Kuda 38
6. Analisis Proksimat Pakan Kuda (Berdasarkan Bahan Kering) 40
7. Konsumsi PK Berdasarkan Jenis Kuda 40
8. Perubahan Bobot Badan Kuda (Umur ≤ 8 Tahun) Berdasarkan Identitas dan Konsumsi Pakan 42
9. Jumlah Kuda Menurut Penggunaannya 44
10.Frekuensi Pemakaian Kuda Selama Tiga Bulan 47
11.Curah Hujan dan Frekuensi Penggunaan Kuda Selama Tiga Bulan Pengamatan 50
12.Identitas Kuda Breeding 54
13.Merk Obat yang Digunakan dan Fungsinya 59
14.Identitas Petugas di Nusantara Polo Club 60
DAFTAR GAMBAR
Nomor Halaman
1. Pengukuran Panjang Badan dan Lingkar Dada Kuda 23
2. Foto Udara Nusantara Polo Club (Google Earth) 26
3. Bangunan Kandang Bravo 28
4. Kebersihan Kuda 35
5. Kegiatan Penapalan Kuda 36
6. Pakan Kuda 39
7. Aktivitas Para Siswa Spectrum 45
8. Kegiatan Riding Lessons 49
9. Latihan Kuda 52
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Halaman
1. Contoh Lembar Kuisioner 70
2. Tabel Identitas dan Pemanfaatan Kuda 73
3. Tabel Pertumbuhan Bobot Badan Kuda 75
4. Contoh Pencatatan Kegiatan Perkawinan Kuda 77
5. Foto Kuda Olahraga, (a) Reggie, (b) Pepe, (c) Bintangku,
(d) Pato. Kuda Poni Breeding, (e) Penny, (f) Tiffany 78
6. Foto Kuda Betina Breeding, (a) Rosa, (b) Larene, (c) Mayo-
nesa, (d) Uva. Pejantan, (e) Thypon West, (f) Trillionare 79
7. Foto Kuda Training, (a) Nona Rambo, (b) Blase, (c) Tuama, (d) Turangga. Kuda Laktasi dan Anaknya, (e) Angely dan
Isabella 80
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Kuda merupakan hewan yang telah lama didomestikasi. Saat ini kuda banyak
dimanfaatkan tenaganya untuk membantu manusia. Kuda juga banyak digunakan
untuk olahraga, seperti pacuan kuda dan polo. Kebanyakan kuda memiliki
kepribadian mau bersahabat dengan manusia, kuda seperti memiliki hubungan yang
erat dengan pemiliknya atau orang yang merawatnya. Banyak orang memiliki
kegemaran atau hobi memelihara kuda, terlebih lagi jika kuda yang dipelihara dapat
dimanfaatkan sehingga menghasilkan keuntungan bagi pemilik.
Memelihara atau merawat kuda dibutuhkan ketekunan dan ketelatenan.
Pemeliharaan yang benar akan membuat kuda tumbuh optimal. Memelihara kuda
tetap sehat dan berperawakan baik hingga berumur 20 tahun atau lebih tidak dapat
dikatakan mudah, stamina kuda tua berbeda dengan stamina kuda muda. Menurut
Kidd (1995), kuda akan kehilangan kekuatan dan tidak bisa bekerja keras seperti
ketika kuda tersebut masih muda. Kuda masih akan sehat selama beberapa tahun,
asalkan diberikan pakan yang sesuai, teratur, olahraga ringan dan juga perlindungan
pada musim dingin.
Pemeliharaan masing-masing kuda tentu berbeda sesuai dengan
pemanfaatannya. Pemeliharaan kuda olahraga berbeda dengan pemeliharaan kuda
breeding. Pemeliharaan mencakup pembersihan kuda dan kandang, pemberian
pakan, perawatan kuda, dan pola latihan atau kegiatan yang dilakukan. Semuanya itu
perlu diketahui agar kuda dapat dimanfaatkan secara optimal sesuai masing-masing
kegunaannya.
Pada umumnya, upaya penanganan kuda pasca atlet tidak ada di peternakan
kuda lain, namun di Nusantara Polo Club (NPC) terdapat proses manajemen
tersendiri untuk kuda pasca atlet. Kuda tua pasca atlet dimanfaatkan menjadi kuda
olahraga yang disewakan kepada pengunjung untuk berlatih berkuda atau
berolahraga polo. Kuda tersebut juga dipakai untuk terapi berkuda anak-anak
penderita autis. Seekor kuda dapat dimanfaatkan untuk berbagai hal, seperti yang
terjadi di NPC. Kuda pasca atlet juga dimanfaatkan untuk pembiakan (breeding)
kuda. Breeding kuda dilakukan untuk mendapatkan keturunan yang diharapkan
Tujuan
Penelitian ini bertujuan untuk mengamati dan menganalisis manajemen
pemeliharaan kuda non-atlet dan pemanfaatannya di Nusantara Polo Club, Cibinong,
Kabupaten Bogor.
Manfaat
Manfaat penelitian ini yaitu untuk mengupayakan manajemen pemeliharaan
yang lebih baik lagi, bagi kuda non-atlet yang masih dimanfaatkan untuk latihan
berkuda, polo, dan untuk pembiakan (breeding), serta kuda muda yang sedang dilatih
TINJAUAN PUSTAKA
Kuda
Kuda termasuk golongan hewan dalam filum Chordata yaitu hewan yang
bertulang belakang, kelas Mamalia yaitu hewan yang menyusui anaknya, ordo
Perissodactyla yaitu hewan berteracak tidak memamahbiak, famili Equidae, dan
spesies Equus caballus (Blakely dan Bade, 1994).
Pemanfaatan kuda merupakan salah satu cara untuk menghemat waktu.
Beberapa kuda saat ini digunakan untuk menangani ternak dan dalam kegiatan
penebangan. Banyak kuda digunakan untuk kesenangan berkuda oleh orang-orang
dari segala usia. Beberapa kuda digunakan dalam parade dimana penampilannya
sangat penting. Kuda sangat penting dalam olahraga, seperti pacuan kuda, rodeo dan
polo (Bogart dan Taylor, 1977).
Ternak kuda selain dapat digunakan untuk konsumsi masyarakat (daging
kuda dan air susu), kuda juga dapat dimanfaatkan untuk berperang, untuk olahraga
dan rekreasi, keperluan pertanian secara luas dan untuk alat pengangkutan.
Kepemilikan ternak kuda juga dapat memberikan status sosial yang lebih tinggi bagi
pemiliknya (Parakkasi, 1986).
Bogart dan Taylor (1977) menambahkan, beberapa istilah digunakan oleh
orang-orang yang bekerja dengan kuda. Kuda jantan yang digunakan untuk
pembibitan disebut stallion. Gelding yaitu kuda jantan yang dikebiri sebelum
mencapai kematangan seksual. Kuda betina muda disebut filly dan kuda jantan muda
disebut colt, keduanya disebut dengan foal. Kuda betina dewasa disebut mare.
Kuda yang didomestikasi diharapkan dapat hidup hingga 25 tahun, untuk
kuda dialam bebas tentu berumur kurang dari itu. Kuda berkembang sangat baik
sejak dilahirkan ke dunia. Dalam waktu 24 jam sejak lahir, anak kuda dialam harus
mampu berpacu dengan ternak lain untuk bertahan hidup. Anak kuda telah memiliki
kaki (panjangnya hampir sama dengan kuda dewasa) dan naluri untuk bangkit dan
mulai bergerak segera setelah lahir. Selama bulan pertama hidup, tinggi anak kuda
meningkat sekitar sepertiga. Pada akhir tahun pertama, tingginya mencapai
tiga-perempat dari tinggi kuda dewasa. Setelah penyapihan, selama sekitar enam bulan
didomestikasi dan sedikit demi sedikit dibawa ke alam liar, kuda muda disebut
dua tahun, tiga tahun, dan seterusnya (Kidd, 1995). Pada pertengahan tahun (5-10
tahun), tubuh terbentuk sepenuhnya. Seluruh organ dalam telah berkembang
sepenuhnya, dan proporsi fisik sudah tetap (Edwards, 2002).
Kuda pada umumnya dewasa pada umur enam tahun. Jika kuda memiliki
kehidupan kerja yang panjang, kuda jangan dipaksa bekerja keras sampai kuda telah
dewasa tubuh. Seekor kuda mulai menjadi tua ketika telah berumur sekitar 15 tahun.
Pada saat tua, sistem tubuhnya bekerja kurang efisien daripada sebelumnya. Kuda
akan kehilangan kekuatan dan tidak bisa bekerja keras seperti ketika kuda tersebut
masih muda, tetapi kuda masih akan sehat selama beberapa tahun, asalkan diberikan
pakan yang sesuai, teratur, olahraga ringan dan juga perlindungan pada musim dingin
(Kidd, 1995).
Jenis dan Kelas Kuda
Kuda digolongkan menjadi kuda tunggang karena ukuran badannya,
penggolongan kuda menurut Blakely dan Bade (1994), dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Penggolongan Kuda Menurut Bobot dan Tinggi Pundak
Penggolongan Kuda Bobot Kuda (kg) Tinggi Pundak (cm)
Kuda Ringan 400-600 145-170
Kuda Tarik > 600 145-175
Kuda Poni 200-400 145
Kuda ringan dapat digolongkan menjadi tujuh kategori. Kategori yang paling
banyak dari kuda ringan adalah yang disebut three gaited horse.
Kuda Argentina
Criollo
Kuda ini berasal dari Argentina yang dianggap memiliki hubungan dengan
Barb, Andalusia dan Arab. Nenek moyang Criollo dibawa ke Amerika Selatan oleh
tentara Spanyol pada abad ke-16. Sekarang ini, peternakan kuda Criollo menjadi
populer. Kuda ini kebanyakan dikawinsilang dengan Thoroughbreds, kombinasi
yang kuat, bakat atletik dengan Thoroughbreds yang cepat untuk menghasilkan kuda
merupakan kuda yang tangguh dan cerdas. Daya tahan, kecepatan dan gerakan
gesitnya membuat Criollo populer dan banyak dimanfaatkan peternak di Amerika
Selatan untuk menggembalakan ternak. Criollo juga digunakan untuk transportasi
dekat atau jauh dan juga membawa beban (Kidd, 1995).
Appaloosa
Menurut Kidd (1995), ciri khas kuda ini yaitu kulitnya yang spotted.
Appaloosa pertama kali dipelihara oleh suku Nez Perce dari Washington. Appaloosa
sekarang ditemukan di seluruh dunia, namun paling umum di Amerika. Kuda ini
memiliki kisaran tinggi 144-154 cm. Kepribadian kuda ini sangat mudah mengerti,
sangat mudah untuk ditangani, tangkas, atletik dan serbaguna. Kuda ini pandai
melompat, memiliki daya tahan yang cukup dan cepat dalam jarak jauh.
Thoroughbred
Kuda Thoroughbred dikembangkan oleh keluarga raja Inggris sebelum
diimpor ke Amerika, seiring dengan dibangunnya pemukiman pertama orang-orang
Amerika. Penggunaannya di Inggris menyebabkan muncul istilah “olahraga raja”
karena bangsawan Inggris baik laki-laki maupun wanitanya mengembangbiakan dan
melombakan Thoroughbred yang penampilannya bagus sekali. Selain
kecerdasannya, karakteristik yang menonjol adalah kecepatan lari dan daya tahannya
seperti telah dibuktikan selama ratusan tahun dalam arena perlombaan flat dan
jumping seperti Kentucky Derby dan English Grand National Steeplechase (Blakely
dan Bade, 1994).
Kuda Sandel
Sandelwood merupakan keturunan Indonesia yang berkualitas dan memiliki
persentase darah Arab yang cukup tinggi yang terkandung dalam tubuhnya. Kuda
Sandel adalah kuda yang sangat serbaguna dan dapat digunakan untuk kuda
tunggang, pembawa barang, pertanian, dan pekerja, serta flat racing yang dulu
pernah populer dan harness racing. Kuda ini sangat cepat dan gesit, dan sering
digunakan untuk balapan lokal tanpa pelana lebih dari tiga kilometer di pulau-pulau.
Sandelwood menghasilkan anak kuda poni yang sangat baik, dan banyak telah
diekspor ke Australia untuk alasan kebutuhan. Kuda ini juga diekspor ke
daya tahan yang besar, tenang, dan sangat mudah untuk dikendalikan. Kuda ini
memiliki proporsi tubuh yang bagus dengan kepala kecil, telinga tegak, dan mata
yang terlihat cerdas. Kuda Sandel umumnya memiliki leher yang pendek berotot,
dada yang dalam dan panjang, punggung lurus, dan croup yang menonjol. Tinggi
kuda berkisar antara 122-132 cm (Equinekingdom, 2007).
Kuda Sandel berpotongan tubuh serasi, tidak terlalu binal, dan memiliki daya
tahan yang kuat. Sifat-sifat lain ialah agak gelisah tetapi mudah dilatih. Ukuran
tinggi rata-rata kuda jantan 1,26-1,33 m dan betina 1,24-1,26 m. Umumnya kuda
Sandel berwarna coklat, warna coklat tua kemerah-merahan dengan rambut ekor dan
kaki bagian bawah berwarna hitam, atau warna bopong (punggung sampai ekor
bergaris hitam). Bentuk kepala agak besar dengan leher lebar dan pendek, sedang
rambut kepala kasar dan berdiri. Disamping itu juga berkaki langsing dan berbulu di
bagian persendian. Menurut para ahli, jenis kuda seperti ini berdaya tahan kuat dan
mampu mengangkut dua atau lebih penunggang (Suharjono, 1990).
Kuda Sumba dan Sumbawa (Poni Lokal)
Kuda Sumba dan Sumbawa sama dalam segala hal, tetapi berasal dari pulau
yang berbeda sesuai dengan namanya. Kuda ini dapat ditemukan di seluruh
Indonesia, khususnya di Sumatera. Kuda berukuran kecil, sekitar 1,27 m, dan sangat
primitif dalam penampilan. Kepala yang besar bila dibandingkan dengan tubuh,
bentuk tubuh yang lurus atau menggembung, dan ada kemiripan dekat dengan kuda
Mongolia dan nenek moyangnya, kuda liar Asia dan Tarpan. Kemiripan ini diperkuat
oleh rambut yang didominasi warna dun (coklat keabu-abuan). Kuda sangat kuat
karena harus bertahan di wilayah yang pasturanya buruk dan juga dengan pakan yang
terbatas. Kuda Sumba dan Sumbawa digunakan sebagai pembawa beban, dan dapat
membawa beban diluar proporsi ukuran mereka (Edwards, 1994).
Kuda Poni Polo
Kuda poni polo bukan suatu bangsa (atau bukan lagi kuda poni), melainkan
adalah tipe khusus yang dikembangkan dan dikenali berdasarkan garis besar dan
penampilan umumnya. Awalnya, dibuat batas ketinggian yang ditetapkan
berdasarkan aturan main polo, namun ditiadakan setelah Perang Dunia I dan
sekarang ketinggian kuda poni polo rata-rata adalah sekitar 152 cm. Bangsa
sejumlah kuda berkualitas. Bangsa Argentina mengimpor Thoroughbred kemudian
menyilangkannya dengan kuda peranakan Criollo, untuk mendapatkan kuda yang
tangguh dan memiliki kecepatan yang baik. Dalam beberapa tahun terakhir,
American Quarter Horse juga menjadi bagian dalam pembiakan poni polo (Edwards,
2002).
Karakteristik kuda poni polo ini tampilannya seperti Thoroughbred. Kuda
harus cepat, berani, memiliki keseimbangan, dan sangat lincah. Langkah kaki rendah
tidak dipermasalahkan, karena lebih mudah untuk memukul bola dari sebuah kuda
poni yang lebih pendek langkahnya (Edwards, 2002).
Pemilihan tipe dan konformasi dasar kuda poni polo berdasarkan ketahanan
dan kecepatannya saat sedang membawa penunggang. Kuda juga harus memiliki
kemampuan yang baik untuk berhenti tiba-tiba, berputar, kemudian kembali berlari
kearah yang berlawanan. Temperamen kuda harus berani serta cerdas untuk
mendeteksi penempatan bola polo (Kacker dan Panwar, 1996).
Gaya Berjalan
Kuda saat berjalan memiliki gerak langkah yang panjang dan teratur. Dalam
gaya trot atau derap kaki digerakkan teratur tidak terlalu tinggi namun juga tidak
terlalu rendah. Pada gaya canter, gerakan kaki juga rendah, pendek, atau panjangnya
tergantung pada kecepatan canter yang diinginkan. Pada gaya gallop langkahnya
sangat panjang dan badan terentang dengan bagian belakang agak naik. Kaki depan
juga merentang lurus (Blakely dan Bade, 1994).
Bogart dan Taylor (1977) mendefinisikan beberapa istilah gaya berjalan kuda
khususnya yang sering dipakai dalam dunia pacuan kuda adalah:
1) Walk adalah gaya berjalan empat irama dimana setiap kaki menyentuh tanah
secara terpisah satu sama lain.
2) Trot adalah gaya berjalan dua irama diagonal dimana kaki kanan depan dan kaki
kiri belakang menginjak permukaan dataran dengan serentak, dan kaki kiri
depan dan kaki kanan belakang menginjak tanah dengan serentak.
3) Canter adalah gaya berjalan tiga irama. Kaki belakang menginjak permukaan
dengan serentak. Kedua kaki depan menginjak permukaan secara terpisah dan
berbeda waktu dengan pijakan kaki belakang.
Penentuan Umur Kuda Berdasarkan Gigi
Umur kuda dapat diperkirakan melalui bentuk dan jumlah gigi. Anak kuda
yang berumur enam sampai sepuluh bulan mempunyai gigi sebanyak 24 buah yang
disebut dengan gigi susu, dimana gigi tersebut terdiri dari 12 gigi seri dan 12 gigi
geraham. Gigi seri meliputi tiga pasang pada bagian rahang atas dan tiga pasang pada
bagian rahang bawah (Bogart dan Taylor, 1977).
Seekor kuda mempunyai gigi susu yang kemudian akan diganti dengan gigi
tetap. Ada sebanyak enam gigi depan atas dan enam gigi depan bawah. Gigi tetap
mulai muncul berpasangan, dimulai pada umur 2,5 tahun. Baik gigi seri tengah atas
maupun bawah pada umur tiga tahun telah lengkap. Gigi tersebut akan jauh lebih
besar dan panjang dibandingkan dengan gigi susu. Umur empat tahun, pasangan
berikutnya akan menjadi lengkap dan tinggalah satu pasang gigi susu. Kuda berumur
lima tahun telah memiliki satu set gigi tetap yang lengkap dan tinggal satu pasang
gigi seri sementara. Hal yang menarik adalah perkembangan gigi taring pada umur
tersebut (meskipun bisa juga terjadi pada umur 3,5 tahun). Gigi taring selalu ada
pada kuda jantan dewasa atau kuda jantan muda, tetapi jarang ada pada kuda betina
(Blakely dan Bade, 1994).
Bogart dan Taylor (1977) menambahkan, kuda berumur enam sampai
delapan tahun gigi permanen telah usang yang dimulai dari bagian pusat hingga
bagian pertengahan mengarah kesamping.
Manajemen Peternakan Kuda
Manajemen peternakan kuda berkaitan dengan masalah-masalah
perencanaan, pengorganisasian peternakan kuda serta pelaksanaannya. Pelaksanakan
prinsip-prinsip manajemen memerlukan kelengkapan yang saling terkait, seperti
manusia, modal serta material atau sarana. Faktor manusia sangat menentukan
kelangsungan peternakan, karena tanpa kehadirannya tentu tidak akan ada
peternakan kuda. Unsur modal sebagai tenaga penggerak, disamping manusia yang
terampil dan memiliki keahlian khusus serta kelengkapan sarana, sangat menentukan
kelangsungan usaha peternakan (Suharjono, 1990).
Setelah perencanaan yang matang dengan tersedianya modal, maka langkah
berikutnya menentukan areal peternakan yang diperlukan. Selanjutnya dilakukan
ahli, seperti seorang manajer dan tenaga-tenaga ahli lainnya yang akan mengelola
segala kegiatan teknis didalam peternakan itu (Suharjono, 1990).
Sumber Daya Manusia
Memilih seorang manajer bagi sebuah peternakan serta tenaga-tenaga ahli
dan pembantu-pembantunya berdasarkan beberapa pertimbangan, seperti ia harus
berpribadi dan beritikat baik, memiliki rasa cinta kepada kuda serta memiliki
dedikasi tinggi terhadap pekerjaannya. Faktor terpenting dalam hal ini, yaitu adanya
rasa tanggungjawab dalam merawat dan menjaga keselamatan binatang
peliharaannya. Tenaga ahli dan pembantu-pembantunya pada suatu peternakan kuda
biasanya terdiri dari (Suharjono, 1990):
- Bagian kandang bertugas merawat kuda, membersihkan kandang dari kotoran
kuda serta memberi makan kepada kuda.
- Bagian kesehatan bertugas mengobati dan merawat kuda yang sakit, menolong
kuda yang melahirkan dan memberi perawatan sesudahnya, menjaga kesehatan
kuda secara keseluruhan.
- Bagian pertanian, bertugas menanam rumput dan melaksanakan pemeliharaan
seperti menyiram rumput pada musim kemarau dan memberi pupuk.
- Bagian listrik, air dan mesin bertugas menjaga jangan sampai ada gangguan pada
penggunaan listrik, air dan merawat semua mesin yang ada.
- Bagian administrasi bertugas mengerjakan administrasi kuda seperti laporan,
perkawinan, kelahiran, masuk dan keluar kuda serta masalah yang menyangkut
karyawan dan lain-lain.
- Bagian logistik bertugas melakukan pembelian makanan kuda, alat-alat, dan
sebagainya.
Pakan Kuda
Kuda tidak memamahbiak dan secara fisiologis tidak dapat melakukan proses
regurgitasi. Adanya cecum yang besar dan mengandung mikroorganisme, serta
mampu mencerna pakan berserat, maka kuda dapat memanfaatkan hijauan dan
jerami serta mengubahnya menjadi zat- zat gizi yang dapat diserap. Kebutuhan pakan
yang bersifat spesifik bervariasi, tergantung pada pemanfaatan kuda yang
bersangkutan. Kuda yang istirahat kebutuhan energinya lebih sedikit dibandingkan
kebutuhan gizi kuda muda hampir seluruhnya lebih besar dibanding kuda dewasa
(Blakely dan Bade, 1994). Kebutuhan energi kuda olahraga biasanya terpenuhi
dengan mengganti setengah hingga sepertiga pakan berserat dengan pakan yang
mengandung zat tepung, terutama sereal biji-bijian (Medina et al., 2002).
Makanan dibutuhkan untuk menyediakan energi bagi tubuh untuk bekerja.
Unsur utama pada makanan yaitu karbohidrat (zat tepung dan gula), protein, lemak
atau minyak, vitamin, mineral dan elemen mikro. Air juga sangat penting, tubuh
kuda kemungkinan terdiri dari 70% air (McBane, 1994). Menurut Pagan (2008),
kuda yang dilatih membutuhkan air sekitar 90 liter, sedangkan kuda laktasi
membutuhkan sekitar 75 liter untuk sekresi susu per hari. Tingkat kebutuhan air
bergantung dari bentuk dan jenis pakan, suhu dan kelembaban lingkungan, dan status
fisiologi ternak.
Pakan dapat dianalisis untuk mengetahui nutrisi yang terkandung didalamnya,
dan pengetahuan dasar tentang komposisi beberapa pakan adalah penting ketika
menyiapkan ransum untuk kuda (Pilliner, 1993). Jenis-jenis pakan untuk kuda
terbagi dalam empat kategori (Pilliner, 1993) :
(1) Biji-bijian, adalah sebagai sumber energi dari ransum konsentrat, misalnya oat,
barley dan jagung.
(2) Pakan protein, berasal dari hewan (misalnya meat bone meal dan tepung susu)
atau dari tumbuhan (misalnya biji rami, kedelai dan kacang-kacangan atau
polong-polongan).
(3) Pakan intermediate, pakan ini termasuk jerami, umbi-umbian dan tepung
rumput.
(4) Hijauan, yaitu rumput, hay, haylage dan silase.
Pemberian pakan kuda untuk pemeliharaan yaitu pemberian secukupnya
untuk menjaga kondisi sehari-hari. Hal ini berarti menyediakan energi untuk
otot-otot usus, jantung dan paru-paru selama bekerja, energi untuk merumput, untuk
mempertahankan suhu tubuh dan untuk menggantikan sel-sel yang menjaga tubuh
agar dapat beraktivitas (Pilliner, 1993). Pemberian pakan hendaknya dibedakan
berdasarkan umur, jenis, tipe kuda, dan aktivitas harian kuda (Parakkasi, 1986).
Produksi terbagi dalam enam bentuk berbeda: pertumbuhan, kebuntingan,
Tambahan energi dan protein yang diwajibkan untuk kuda biasanya tersedia pada
konsentrat (Pilliner, 1993). Prinsip dasar pemberian pakan pada kuda sebenarnya
berdasarkan bobot badan dan juga umur. Umur kuda yang lebih muda membutuhkan
pakan yang lebih banyak baik dari segi kuantitas maupun kualitas karena kuda muda
masih dalam keadaan bertumbuh (Faris, 2009).
Pakan Hijauan dan Konsentrat
Makanan pokok bagi kuda adalah rumput. Ada bermacam-macam jenis
rumput yang dapat diberikan kepada kuda, diantaranya Panicum muticum,
Brachiaria mutica dengan ketinggian 1,20 m dan bermacam-macam jenis rumput
yang tumbuh di mana-mana dengan ketinggian 40 cm yang biasa diarit untuk
makanan ternak. Dengan makan rumput saja kuda sudah dapat hidup, tetapi untuk
mencapai prestasi maka kuda diberikan makanan tambahan berupa konsentrat.
Konsentrat terdiri dari jagung, gabah dan kacang-kacangan (kacang hijau atau
kedelai). Selain rumput dan konsentrat juga diberi vitamin dan mineral (Suharjono,
1990).
Hijauan merupakan bahan pakan yang berasal dari tumbuhan yang ditanam di
tanah, dirawat untuk menjadi pakan ternak. Beragam bentuk hijauan yang umum
yaitu pada pastura, dalam bentuk hijauan segar yang telah dipotong-potong, hay
(hijauan kering), silase, dan haylase. Untuk pakan kuda, hijauan yang paling penting
yaitu dalam bentuk segar di pastura dan dalam bentuk hay (Templeton, 1979).
Kualitas pakan kuda dipengaruhi oleh spesies tumbuhan tersebut, kesuburan tanah,
dampak iklim (seperti suhu dan kelembaban), dan juga yang tidak kalah pentingnya
yaitu umur panen tumbuhan (NRC, 1989). Hijauan untuk kuda harus bebas toksin
dan bebas dari bahan lain yang berbahaya bagi kuda.
Konsentrat atau sereal biji-bijian merupakan pakan utama yang menjadi
sumber energi, dan seluruh jenis biji-bijian kemungkinan bermanfaat bagi kuda.
Oats, biji-bijian tradisional untuk kuda, tinggi kandungan serat, namun energi yang
tercerna (digestible energy) rendah, dan bobotnya ringan dibanding biji-bijian yang
lain. Untuk anak kuda dan kuda tua yang giginya keropos, sebaiknya mengunyah
oats. Jagung merupakan sumber energi yang sempurna untuk kuda. Kandungan
protein pada jagung rendah namun digestible energy (DE) lebih tinggi daripada oats
Kebutuhan Anak Kuda
Kuda muda, anak kuda yang bertumbuh harus diberi makan untuk tumbuh
dengan baik setelah penyapihan tetapi tidak digemukkan. Ketika tersedia padang
rumput yang baik, maka sebagian besar akan memberikan nutrisi yang dibutuhkan.
Sejumlah kecil butir-butiran dapat diberikan ketika hewan muda di pastura sedang
makan jerami yang berkualitas baik. Garam mineral mikro harus disediakan setiap
saat dan air bersih juga sangat penting (Bogar dan Taylor, 1977).
Pertumbuhan merupakan dasar produksi kuda. Hal ini dikarenakan kuda
berpenampilan tidak baik, atau memiliki kecepatan dan ketahanan yang diperlukan
jika pertumbuhan mereka terhambat atau kerangka mereka telah rusak akibat ransum
yang tidak memadai selama usia dini. Persyaratan ini menjadi semakin penting
ketika kuda dipaksa untuk penggunaan awal, seperti pelatihan dan balap kuda
berumur dua tahun. Anak kuda yang agak bebas diberi pakan juga tidak akan
mencapai bentuk tubuh yang diinginkan, bahkan jika mereka mendapat makanan
yang baik dikemudian hari. Hal ini sangat penting diperhatikan untuk bibit muda
yang akan dijual atau ditampilkan (Ensminger, 1991).
Pertumbuhan anak kuda tidak hanya bertambah besar dan berat, namun organ
dan jaringan dalam tubuh juga berkembang. Anak kuda yang baru lahir tumbuh
dengan sangat pesat, dan laju pertumbuhan menurun ketika kuda mencapai
kematangan. Kecenderungan pertumbuhan dan perkembangan menentukan
kebutuhan kuda atas energi, protein, mineral dan vitamin (Pilliner, 1992).
Kebutuhan Energi Kuda Laktasi
Jumlah energi yang diperlukan kuda laktasi akan tergantung pada seberapa
banyak susu yang diproduksi dan komposisi susu. Tidak diragukan bahwa kebutuhan
energi untuk induk menyusui jauh lebih besar daripada untuk kebuntingan, atau 15
kali lebih besar. Kebutuhan energi harian kuda menyusui anaknya mendekati seekor
kuda dalam medium untuk kerja keras; yaitu seekor kuda 500 kg akan memerlukan
tambahan 50 MJ DE per hari diatas kebutuhan pemeliharaannya. Kalsium dan fosfor
yang dibutuhkan untuk memproduksi susu secara substansial meningkatkan
kebutuhan kuda terhadap kedua mineral tersebut (Pilliner, 1992). Susu yang
Produksi susu pada kuda laktasi menambah kebutuhan nutrien protein dan
kalsium (Ca), karena susu merupakan sumber utama kedua nutrien tersebut. Sebagai
contoh, kebutuhan protein (gram/hari) untuk induk diawal laktasi adalah dua kali
kuda biasa dan kebutuhan Ca tiga kali kuda biasa. Berdasarkan total bahan kering,
ransum yang diberikan pada induk kuda diawal laktasi harus mengandung 13%
protein, 0,5% Ca, dan 0,34% P (Pond et al., 1995).
Kebutuhan Nutrisi Kuda Tua
Gigi kuda tua perlu diperhatikan, kehilangan gigi atau pembentukan
pinggiran yang tajam dapat menyebabkan ketidaknyamanan, yang nantinya
menyebabkan kerusakan kondisi. Sehingga kuda tua membutuhkan makanan yang
mudah untuk dikunyah; jerami dan gandum tidak akan cocok untuk gigi kuda tua dan
tidak akan dapat memproses makanan yang cukup untuk memungkinkan pencernaan
yang memadai (Pilliner, 1992).
Kesejahteraan Kuda
Kuda bukan hanya tidak memiliki kebebasan namun juga sangat bergantung
pada manusia yang membantu hampir dalam segala hal, seperti latihan, makanan, air,
sandang, grooming, kontrol lingkungan dan akses kekawanan (McBane, 1994).
Pemeliharaan yang baik dan perhatian yang benar untuk kuda akan
mengurangi masalah kesehatan dibandingkan pemeliharaan kuda yang tidak baik.
Kuda yang sejahtera, layaknya manusia, akan tumbuh subur, tahan serangan
penyakit, kondisinya akan cepat membaik setelah sakit atau terluka, tahan kerja dan
tekanan dan pada umumnya hidupnya lebih baik dibanding kuda yang tidak terurus
(McBane, 1994).
Untuk menjaga kuda tetap sehat maka pemilik atau manajer harus
memperhatikan enam hal mendasar: makanan, air, tempat tinggal, kawanan, ruang
pribadi dan kebebasan untuk bergerak (Pilliner, 1993).
Lingkungan Kandang
Membangun kandang kuda di daerah tropis, yang hanya mengenal dua
musim, yaitu musim panas dan hujan, tidaklah terlalu sukar. Usahakanlah agar
menimbulkan hawa panas didalamnya. Sebaiknya dicegah agar jangan sampai air
hujan masuk kedalam kandang. Kandang yang agak tertutup dibuatkan untuk kuda
yang melahirkan, yaitu untuk menjaga kesehatan anaknya (Suharjono, 1990).
Material untuk membangun kandang kuda sebaiknya terbuat dari bahan yang
kuat, misalnya dari batu dengan campuran bahan beton, kayu yang kuat atau kayu
gelondongan (bulat). Daun pintu tertutup rapih, lantai kandang sebaiknya yang
mudah dibersihkan dan kering. Jika lantai kandang dibuat dari semen, sebaiknya
lantai dilapisi serbuk gergaji atau rumput kering, sehingga kuda tidak terpeleset.
Kunci pintu dipasang ganda, karena kebanyakan kuda dapat membuka pintu sendiri
(Suharjono, 1990). Kandang kuda umumnya berbentuk single stall. Pada areal
perkandangan sebaiknya perlu disediakan tempat untuk latihan (exercise). Tempat
pakan hijauan atau hay harus berada setinggi bahu kuda, sedangkan tempat
konsentrat diletakkan beberapa meter dari tempat hijauan. Disediakan pula tempat air
minum, anak dan induk sebaiknya ditempatkan pada box stall (Tim Karya Tani
Mandiri, 2010).
Tiap bangunan kandang kuda dilengkapi dengan air bersih, sehingga tidak
sukar bagi karyawan menyediakan air untuk kuda secara terus-menerus, karena kuda
banyak minumnya, apalagi pada musim panas. Bagi kuda betina yang sedang
menyusui anaknya, air minum harus diperhatikan betul-betul, karena jika minumnya
kurang akan berakibat air susunya berkurang pula (Suharjono, 1990). McBane
(1994) menambahkan, peternakan kuda lebih baik dilengkapi dengan fasilitas
pendukung seperti tempat penyimpanan pakan, ruang groom pada setiap kandang
sehingga memudahkan dalam pengawasan kuda.
Kandang kuda berukuran 3 x 4 m2 dengan lantai beralas serbuk gaji atau
rumput kering (jerami). Kuda sedapat mungkin mendapatkan sinar matahari pagi.
Kuda dikeluarkan dari kandang sehari dua kali, yaitu pada pagi hari jam 07.00
sampai jam 09.00, kemudian jam 16.00 sampai jam 17.00 (Tim Karya Tani Mandiri,
2010).
Bangunan kandang harus dilengkapi dengan ventilasi yang sempurna.
Ventilasi yang sempurna dapat dibuat dengan pengaturan dinding yang sebagian
terbuka. Ventilasi yang sempurna sangat menguntungkan bagi kuda sebab ventilasi
menggantikan udara segar (O2) dari luar. Dengan kondisi ini, udara segar didalam
kandang dapat dipertahankan (Tim Karya Tani Mandiri, 2010). Faktor paling penting
untuk mengurangi masalah pernafasan adalah dengan memastikan bahwa ventilasi
cukup stabil. Dengan posisi yang benar dan ukuran lubang udara, outlet, dan
penggunaan teknik udara, tidak ada alasan mengapa ventilasi tidak dapat
memberikan lingkungan yang nyaman (Pilliner, 1994).
Kebersihan Kuda
Grooming lebih dari sekedar menjaga kebersihan kuda, melainkan
merangsang sirkulasi darah dan getah bening dan memberikan kilau pada bulu kuda
dengan membawa minyak alami ke permukaan. Grooming yaitu menyikat dengan
cepat bagian atas tubuh, menghilangkan noda yang menempel, mencuci mata, hidung
lalu kaki. Pada waktu tertentu, kuda dapat dimandikan. Setelah kuda dicuci dan
dibilas, kuda dikeringkan dengan penyerap air atau keringat, lalu kepala, badan dan
kaki dihanduki sampai kering (Pilliner, 1994).
Sanitasi sangat penting untuk mengendalikan kuda dari serangan
parasit. Seekor kuda yang akan diperkenalkan kedalam kawanan harus diisolasi
selama sebulan sebelum menjalani aktivitas dengan kuda lain. Setiap penyakit hewan
mungkin telah diketahui sebelum periode isolasi sehingga diberi waktu untuk
menunjukkan diri. Menjaga kebersihan kandang dan perawatan kuda secara teratur
sangat mempengaruhi kesejahteraan kuda (Bogart dan Taylor, 1977).
Perlakuan Panas dan Dingin
Perlakuan dingin akan membantu untuk mengendalikan reaksi inflamasi dan
mengurangi rasa sakit. Setelah fase akut awal cedera telah berlalu, terapi panas dan
dingin bergantian dapat dilakukan untuk meningkatkan aliran darah ke daerah yang
terkena, membawa elemen-elemen penting untuk penyembuhan. Perawatan ini akan
membuat kuda tenang, sehingga kuda dapat beristirahat lebih efektif (Pilliner,1994).
Latihan (Exercise) Kuda
Kuda membutuhkan latihan untuk menjaga kesehatannya sama halnya
dengan atlet lainnya. Tindakan tersebut memberikan kesempatan bagi kuda untuk
merelaksasikan otot-otot yang tegang setelah hari-hari kerja yang dijalani
berkaitan dengan kelanjutan program latihan yang akan diberikan. Perlakuan latihan
yang tidak tepat akan menyebabkan luka pada otot maupun tulang bagi kuda atlet
(Tim Karya Tani Mandiri, 2010).
Agar kondisi fisik kuda tetap prima, keadaan cuaca juga perlu
dipertimbangkan pada saat akan menjalani latihan. Hal ini agar terjadi keseimbangan
antara temperatur tubuh dan lingkungan. Selain itu, kenyamanan lapangan tempat
kuda akan menjalani latihan hendaklah terjamin dari berbagai kemungkinan adanya
faktor penyebab kecelakaan. Penguasaan temperamen kuda juga diperlukan agar
kuda menuruti setiap perintah yang diberikan penunggang, tetap tenang pada saat
disaksikan orang banyak dan harus mempunyai insting untuk suka berlari-lari,
melompat, dan bermain. Seluruh tubuh (tulang, otot, kaki, dan tulang belakang) kuda
harus dapat bergerak dengan luwes, alami serta dinamis (Tim Karya Tani Mandiri,
2010).
Umbaran yang luas memberikan kemungkinan bagi anak kuda dapat tumbuh
dengan sempurna dan dapat mengembangkan otot-ototnya yang diperlukan
kemudian sebagai kuda pacu dan kuda olahraga. Induk kuda dan anaknya
memerlukan tempat umbaran yang agak luas, karena anaknya harus membiasakan
diri berlari. Anak kuda sampai umur dua tahun memerlukan tempat umbaran cukup
luas, karena di tempat itulah proses pertumbuhannya dibentuk. Dengan berlari akan
menumbuhkan otot-otot, sehingga pada saat yang diperlukan ia akan menjelma
sebagai kuda pacu atau kuda olahraga tangguh (Suharjono, 1990).
Latihan pertama yang dilakukan untuk kuda yang belum bisa ditunggangi
yaitu lungeing. Lungeing (longser), kadang dikenal sebagai longeing, adalah sarana
pelatihan yang sangat berguna. Ketika melongser kuda, kuda bergerak disekitar
pawang dalam lingkaran. Pawang mengendalikan kuda dengan menggunakan alat
bantu yang meminta dia untuk bergerak lebih cepat atau lebih lambat, tikungan di
lingkaran atau bergerak lebih dekat atau lebih jauh (Wikihow, 2010). Kegiatan ini
membantu kuda untuk menjaga keseimbangannya dan mendorongnya untuk
berkonsentrasi pada apa yang sedang dilakukan bukan yang terjadi di luar (Coldrey
dan Coldrey, 1990). Lungeing sebelum menunggangi kuda dapat menurunkan resiko
terjatuh, sehingga meningkatkan keselamatan. Namun, lungeing yang tidak benar
Reproduksi Kuda
Kuda adalah hewan yang bersifat nomadik dan bersemangat tinggi. Dalam
keadaan liar, efisiensi reproduksi pada kuda dapat mencapai 90% atau lebih. Dalam
kondisi domestik dengan campur tangan manusia, tingkat efisiensi reproduksi itu
sangat menurun. Oleh kurangnya kesempatan latihan fisik, banyaknya gangguan dan
penyakit serta faktor-faktor yang lain, menyebabkan rendahnya tingkat konsepsi atau
kebuntingan serta rendahnya tingkat kelahiran (Blakely dan Bade, 1994).
Seekor kuda betina dara akan mencapai pubertas atau masak kelamin pada
umur 12 sampai 15 bulan. Tetapi hendaknya kuda itu tidak dikawinkan sebelum
mencapai umur dua tahun dan bahkan lebih baik lagi setelah berumur tiga tahun.
Kuda betina bila dikawinkan pada umur yang lebih muda, biasanya tingkat
kebuntingannya rendah. Bila kuda betina dikawinkan pada umur tiga tahun dan kuda
itu dirawat dengan cermat maka selama hidupnya dapat dihasilkan sepuluh sampai
dua belas ekor anak karena kuda betina masih dapat beranak meski telah mencapai
umur 20 tahun atau lebih (Blakely dan Bade, 1994).
Seleksi Kuda
Biasanya kuda pejantan unggul akan memberikan keturunan yang unggul
pula, meskipun sering terjadi penyimpangan berupa keturunan yang kurang baik. Hal
ini bisa terjadi karena mungkin kondisi pejantan atau induknya kurang sehat, atau
berbagai sebab lain. Namun pada umumnya kuda pejantan menentukan baik tidaknya
keturunan yang dihasilkan. Memilih pejantan Thoroughbred atau jenis lainnya sesuai
program, kita perhatikan sertifikat kuda untuk mengetahui silsilah keturunannya.
Kuda jenis unggul memiliki sertifikat kuda yang dikeluarkan oleh badan atau
organisasi berwenang yang mengurusi kuda sesuai jenisnya (Suharjono, 1990).
Kehadiran kuda pejantan yang unggul, didampingi kuda betina berkualitas
unggul sebagai pasangannya, diharapkan akan meningkatkan mutu kuda. Kuda
betina berfungsi sebagai kuda induk. Karena itu sebaiknya kita memilih kuda betina
yang sehat, tegap, berbadan lebar dan panjang, agar jika mengandung akan dapat
dengan leluasa menempatkan anak dalam kandungannya. Memilih kuda betina lokal
sebagai induk tidak mudah, karena pada umumnya kuda lokal memiliki
lebar, leher yang lebar dan pendek, bulu lebat dan kaku serta kaki yang pendek
(Suharjono, 1990).
Estrus (Birahi)
Siklus estrus seekor kuda betina rata-rata adalah 21 hari dengan kisaran
waktu antara 10 sampai 37 hari. Periode birahinya rata-rata adalah empat sampai
enam hari, dengan kisaran yang sangat luas yaitu dari hanya satu hari sampai birahi
yang berlangsung kontinyu atau terus menerus. Tanda-tanda birahi haruslah selalu
diamati dan perkawinan diadakan hanya bila nampak siklus birahi yang normal saja,
agar bisa didapat hasil yang sebaik-baiknya. Tanda-tanda birahi kuda adalah
kegelisahan, keinginan untuk ditemani oleh kuda lain, urinasi (kencing) yang
berulangkali serta pembengkakan dan pergerakan vulva (Blakely dan Bade, 1994).
Tim Karya Tani Mandiri (2010) menambahkan deteksi birahi yang hanya
dilakukan didalam kandang seringkali hasilnya nihil, apalagi bila hanya dilakukan
sekali dalam sehari. Untuk memperoleh hasil yang lebih baik, deteksi birahi dapat
dilakukan tiga kali sehari pada waktu pagi, tengah hari, dan menjelang malam.
Pengawinan
Dua atau tiga bulan sebelum masa pengawinan, kuda pejantan mulai
dipersiapkan, dengan memberinya makanan bergizi ditambah vitamin-vitamin agar
bisa menambah kesuburannya. Pejantan dalam kondisi yang baik diharapkan akan
menurunkan kuda yang sehat pula. Penambahan menu makanan bagi kuda pejantan
pada masa kawin berupa telur segar, susu bubuk dan madu asli (Suharjono, 1990).
Waktu pengawinan yang tepat bagi hewan betina merupakan faktor yang
penting, karena dapat menghasilkan keuntungan yang besar bagi peternak bila terjadi
kebuntingan pada waktu yang tepat. Sebaliknya, waktu pengawinan yang salah
cenderung menyebabkan gangguan reproduksi karena dapat menunda kebuntingan
(Tim Karya Tani Mandiri, 2010).
Ovulasi terjadi pada saat-saat akhir periode estrus. Telur yang dihasilkan
dapat hidup selama enam jam sedangkan sperma pejantan dapat bertahan hidup
sekitar 30 jam didalam saluran reproduksi betina. Oleh karena itu dianjurkan agar
seekor kuda betina yang birahi dikawinkan tiap hari atau dua hari sekali mulai pada
Kebuntingan
Rataan masa kebuntingan seekor kuda betina adalah 335 hari dengan kisaran
315 sampai 350 hari. Kuda betina tertentu cenderung memiliki kebiasaan beranak
agak awal, sedangkan kuda lainnya agak lambat. Dengan memperhatikan
kecenderungan itu maka para peternak dapat lebih tepat memperkirakan saat
kelahiran kuda yang sedang bunting berdasar pengalaman waktu yang lalu (Blakely
dan Bade, 1994).
Kelahiran
Kuda melahirkan anak biasanya pada malam hari setelah matahari terbenam.
Sangat jarang kuda lahir siang hari, alasannya mengapa belum bisa diterangkan.
Biasanya membutuhkan situasi tenang dan sunyi serta tidak banyak gangguan. Pada
bulan ke-10 masa kebuntingannya, anak kuda makin besar dan berat menyebabkan
ambing (perut atas bagian belakang) induknya turun atau terlepas. Bagian pantat
kuda dekat ekor juga akan terlihat menurun. Jika diamati terus, ada gerakan anak
kuda yang mendorong dan hilang dibagian belakang dekat ekor induknya. Hal itu
pertanda baik karena anak kuda dalam kondisi hidup (Tim Karya Tani Mandiri,
2010).
Salah satu tanda awal bahwa kelahiran segera terjadi ialah bahwa betina itu
mulai nampak “membuang kantung”, yang tidak lain adalah gejala membesarnya
ambing (kelenjar susu). Munculnya zat seperti lilin (wax) yang terdapat pada ujung
puting. Biasanya dalam 12 sampai 24 jam saat kelahiran, lilin itu melunak dan jatuh
lalu mulai meneteskan air susu, kadang-kadang tetesan itu juga agak deras. Kira-kira
pada saat yang sama, kuda betina juga memperlihatkan pembengkakan serta relaksasi
yang jelas pada otot-otot vulva. Otot serta ligamen yang terkait dengan pelvis
mengalami relaksasi sehingga betina itu nampak longgar dibagian pelvisnya (Blakely
dan Bade, 1994).
Blakely dan Bade (1994) menambahkan betina pada saat itu biasanya
menjauhi kuda lainnya. Di padang rumput kuda itu akan menyendiri. Kadang-kadang
nampak agak galak, merentangkan daun telinga kearah belakang dan bila didekati
kuda lain akan disepaknya. Ekor diangkat, sering kencing, kadang-kadang menggigit
dan berdiri serta berbaring secara bergantian. Pada saat ini biasanya kantung air
melicinkan saluran peranakan. Bila anak berada dalam posisi yang normal, kontraksi
otot involunter didalam uterus serta otot-otot abdominal dapat mulai bekerja dan
kelahiran dapat terjadi dengan sendirinya secara mulus.
Penyakit Kuda
Tendinitis (Bowed Tendon)
Penyakit ini merupakan pembesaran tendon yang berada di belakang tulang
cannon pada kaki depan dan belakang. Bagian yang paling sering terserang adalah
kaki depan dan terletak tepat dibawah lutut, tepat diatas fedlock, atau diantaranya.
Keseleo berat merupakan penyebabnya, karena langkah yang panjang dan lemah:
teracak kaki yang terlalu panjang; kehabisan tenaga akibat kecelakaan atau latihan
yang dipaksakan; kelelahan otot pada akhir pacuan kuda yang panjang; penggunaan
sepatu kuda yang kurang baik; atau kuda yang badannya terlalu besar dibandingkan
struktur kakinya. Tanda-tanda tendinitis akut timbulnya cepat. Segera setelah luka,
atau bahkan pada saat terjadinya luka, kuda akan pincang, menyangga tumit dalam
posisi miring untuk menghilangkan tekanan. Bila diraba akan terasa panas, bengkak,
dan sakit (Blakely dan Bade, 1994).
Kolik
Gangguan pencernaan ini disebabkan oleh makan yang berlebihan, minum
berlebihan pada waktu panas, makanan berjamur, dan bahkan disebabkan oleh cacing
gelang. Usus terhalang atau terjepit, dan menimbulkan rasa sakit, sedangkan kuda
sangat sensitif. Tanda-tandanya adalah bergerak terus-menerus, kesakitan,
berkeringat, berguling-guling dan tentu saja adanya rasa tidak nyaman.
Berguling-guling (rolling) yang menyebabkan terbelitnya usus, merupakan hal yang fatal. Kuda
sebaiknya diikat untuk mencegah rolling. Tanda-tanda lainnya adalah bibir
menggulung dan kuda menolak untuk makan. Pengobatannya ialah dengan mengajak
kuda berjalan-jalan sampai dokter hewan datang. Minyak mineral seringkali
diberikan melalui pipa masuk kedalam lambung (stomach tube) untuk
menghilangkan pemadatan (compaction) (Blakely dan Bade, 1994).
Rasa nyeri pada perut kuda biasa disebut kolik. Hal ini dapat terjadi sebagai
sindrom jangka pendek, atau sebagai manifestasi kronis tingkat rendah. Pada
bukan juga diagnosa, hanya sindrom yang menunjukkan bahwa kuda merasakan sakit
di perut atau usus. Ini adalah sindrom umum dari beragam kondisi yang spesifik dan
berbeda yang mempengaruhi perut kuda (Pinsent, 1990).
Founder (Laminitis)
Laminae bertanduk dari kuku kuda yang dipenuhi oleh aliran darah,
menyebabkan berjalan yang tidak normal. Tiba-tiba timbul kepincangan yang sangat
sakit pada kaki depan, kadang-kadang juga pada keempat kaki, yang diikuti oleh
pertumbuhan kuku yang cepat yang harus seringkali dipotong. Founder berkaitan
dengan kebiasaan makan yang berlebihan, perubahan pakan secara drastis,
kekurangan latihan fisik, metritis (radang uterus pada kuda betina yang baru saja
beranak), dan minum air yang sangat dingin pada saat kuda sedang kepanasan.
Pengobatan dapat dilakukan dengan mengajak berdiri dalam kubangan atau air
dingin untuk mengurangi pembengkakan pembuluh darah. Pengobatan hipodermik
kemungkinan juga efektif, tetapi pada kebanyakan kasus, kerusakan tidak dapat
diperbaiki dan satu-satunya pengobatan adalah pemberian sepatu kuda yang sesuai
(Blakely dan Bade, 1994).
Luka
Kuku yang hilang, benda-benda tajam, kawat berduri, dan barang-barang
lainnya dapat menimbulkan masalah besar pada kuda. Kuda seringkali menjadi panik
pada saat-saat kritis, yang bahkan menyebabkan timbulnya gangguan lebih lanjut.
Pembersihan luka dengan baik, dijahit bila perlu, dan suntikan tetanus sebaiknya
dilakukan (Blakely dan Bade, 1994).
Nusantara Polo Club
Nusantara Polo Club adalah klub polo berkuda eksklusif pertama di Indonesia
yang dibangun oleh Prabowo Subianto di kawasan Jagorawi Golf & Country Club.
Nusantara Polo Club membina tim nasional polo Indonesia yang pada bulan
Desember 2007 berkesempatan mewakili Indonesia pada ajang turnamen polo SEA
Games 2007 Thailand. Pada tahun 2011, Nusantara Polo Club direncanakan akan
dijadikan tempat penyelenggaraan turnamen polo berkuda pada South East Asian
MATERI DAN METODE
Waktu dan Lokasi
Penelitian dilaksanakan pada Juli-September 2010, bertempat di klub polo
berkuda Nusantara Polo Club, Jagorawi Golf and Country Club, Cibinong,
Kabupaten Bogor.
Materi
Jumlah kuda yang diamati dalam penelitian ini adalah 43 ekor terdiri dari 13
ekor kuda betina poni Argentina, tiga ekor kuda betina poni lokal, satu ekor kuda
betina G1 (generasi ke-1), satu ekor kuda betina G2 (generasi ke-2), tiga ekor kuda
betina G3 (generasi ke-3), 12 ekor kuda jantan poni Argentina, satu ekor kuda jantan
poni lokal, dua ekor kuda jantan Thoroughbred, satu ekor kuda jantan G1, empat
ekor kuda jantan G3, dan satu ekor kuda jantan G4 (generasi ke-4). Sejumlah kuda
yang telah disebutkan diatas berumur empat sampai 30 tahun. Satu ekor lagi
merupakan anak kuda betina (foal) poni polo berumur tiga bulan. Seluruh kuda
tersebut dipelihara di Nusantara Polo Club.
Responden yang terlibat dan merupakan bagian penting dalam penelitian ini
yaitu, tiga orang pelatih senior, satu orang penanggungjawab stable, satu orang tack
room, dua orang varrier, satu orang asisten dokter, sembilan orang groomer, dan
lima orang pengunjung yang menyewa kuda (guest). Peralatan yang digunakan yaitu
alat tulis, pita ukur, tongkat ukur, kamera, dan lembar wawancara yang telah
dipersiapkan terlebih dahulu.
Prosedur
Pertama-tama dilakukan penelitian pendahuluan sebelum penelitian utama
dimulai. Penelitian pendahuluan yaitu melakukan survei ke klub polo berkuda
Nusantara Polo Club, Jagorawi Golf and Country Club, Cibinong. Hasil penelitian
pendahuluan memberi informasi awal dan persiapan materi penelitian, juga sebagai
gambaran umum untuk mendukung pelaksanaan penelitian utama. Pengumpulan data
dilakukan melalui pengamatan langsung, dokumentasi dan wawancara dengan
responden dan juga beberapa pengunjung (guest) di Nusantara Polo Club.
lokasi peternakan kuda, terutama kondisi lingkungan di Nusantara Polo Club,
Jagorawi Golf and Country Club, Cibinong.
Data yang dikumpulkan antara lain meliputi informasi :
1) Identitas kuda; nama, umur, jenis kelamin, bangsa, dan silsilah kuda.
2) Pemeliharaan kuda; untuk mengetahui manajemen pemeliharaan dengan
mengamati langsung manajemen pemeliharaan yang dilakukan dan informasi ini
digunakan untuk mengetahui tingkat kesejahteraan kuda.
3) Pakan; mengetahui jenis pakan yang diberikan baik rumput maupun konsentrat,
jumlah, tambahan makanan dan frekuensi pemberian pakan setiap hari.
4) Analisa zat makanan; hijauan dan konsentrat, sampelnya dianalisa di
laboratorium untuk mengetahui kebutuhan nutrisi kuda.
5) Estimasi bobot badan; mengukur panjang badan (PB) dan lingkar dada (LD),
ditunjukkan pada Gambar 1, setelah itu dicari bobot badan dengan persamaan
menurut Pilliner (1992):
Bobot badan (kg) = (lingkar dada (cm))2 x panjang badan (cm)
8717
Gambar 1. Pengukuran Panjang Badan dan Lingkar Dada Kuda
Pengukuran panjang badan pada tubuh kuda dari point of shoulder hingga point
of buttock. Lingkar dada kuda diukur melingkar rongga dada di belakang sendi
bahu (os scapula) menggunakan pita ukur. Bobot badan diketahui untuk
selanjutnya menentukan pertambahan bobot badan (PBB) kuda.Pemanfaatan
kuda; meliputi pengelompokan kuda sesuai penggunaannya, dan frekuensi
pemakaian kuda.
6) Pola latihan; meliputi latihan seperti apa yang diterapkan pada masing-masing
7) Pengawinan kuda; meliputi jumlah, bangsa, frekuensi, dan interval waktu kuda
yang dikawinkan, serta tingkat keberhasilan.
8) Penanganan kesehatan kuda; meliputi kesehatan, kondisi, penyakit yang sering
dialami dan cara pengobatannya, serta penanganan lain yang diberikan kepada
kuda.
9) Identitas petugas; meliputi umur, pendidikan terakhir, lama bekerja di NPC, dan
tanggungjawab pekerjaan.
10) Identitas pengunjung (guest); informasi yang didapat seperti asal, umur,
Analisis Data
Data yang dikumpulkan pada penelitian ini, termasuk data hasil wawancara
ditabulasikan dan dianalisis secara deskriptif untuk mendapatkan informasi mengenai
manajemen pemeliharaan kuda secara keseluruhan.
Data juga dianalisis secara kuantitatif, dengan rumus (Walpole, 1993):
� = ��
� �=1
�
Keterangan:
� : Rataan sampel xi: Data sejumlah i
n: Ukuran sampel
Setelah nilai rataan didapat, selanjutnya dicari nilai persentasenya dengan
rumus:
Y = � x 100%
Keterangan :
Y: Persentase rataan dari peubah yang diamati (peubah kuantitatif)
HASIL DAN PEMBAHASAN
Kondisi Umum Lokasi Penelitian
Nusantara Polo Club (NPC) adalah klub polo berkuda eksklusif pertama di
Indonesia, letaknya di kawasan Jagorawi Golf Country Club, Cibinong, Kabupaten
Bogor. Kota Bogor memiliki suhu rata-rata tiap bulan 26°C dengan suhu terendah
21,8°C dan tertinggi 30,4°C. Kelembaban udara 70%, curah hujan rata-rata setiap
tahun sekitar 3500–4000 mm dengan curah hujan terbesar pada bulan Desember dan
Januari (BMKG, 2010).
Nusantara Polo Club (NPC) memiliki dua bangunan kandang. Kandang
pertama disebut dengan kandang Alfa, merupakan kandang bagi kuda yang masih
aktif digunakan sebagai atlet polo. Kandang kedua disebut dengan kandang Bravo, di
kandang inilah ditempatkan kuda tua pasca atlet yang masih dimanfaatkan sebagai
kuda olahraga dan sebagian untuk kuda kawin, terdapat juga beberapa kuda muda
yang sedang dilatih untuk nantinya menjadi kuda polo. Letak kandang Alfa dan
kandang Bravo berjarak sekitar 200 meter, dapat dilihat pada Gambar 2. Selain
bangunan kandang, NPC juga memiliki lapangan polo, lapangan untuk berkuda
(riding), beberapa pastura, ladang rumput untuk pakan, dan bangunan lain yang
menunjang kegiatan di NPC, seperti kantor, pos satpam, gudang pakan, ruang
peralatan (tack room), mess, dapur, dan lounge bar.
Kuda yang diamati dalam penelitian ini yaitu kelompok kuda non-atlet yang
berada di kandang Bravo. Rataan suhu di kandang pengamatan adalah 26°C dengan
kisaran 23-31°C, dan rataan kelembabannya 68% dengan kisaran 50–79%. Data
tersebut diperoleh dari hasil pengukuran suhu dan kelembaban dengan menggunakan
termo-hygrometer yang ditempatkan di tengah-tengah kandang. Menurut Ensminger
(2010), suhu yang nyaman untuk kuda yaitu berkisar antara 7,22-23,88°C, namun
yang paling baik pada suhu 12,77°C. Kelembaban yang dapat diterima pada kisaran
50-75%, namun yang paling baik yaitu pada kelembaban 60%.
Kepulauan Indonesia termasuk daerah Cibinong, Jawa Barat beriklim tropis,
sehingga kisaran suhunya diatas kisaran suhu yang nyaman untuk kuda. NPC
memiliki kuda lokal, kuda impor, dan kuda hasil persilangan. Kuda lokal tentunya
sudah terbiasa dengan suhu daerah tropis yang cukup tinggi, sehingga cepat untuk
beradaptasi. Kuda hasil persilangan kuda lokal dengan kuda impor juga mudah
beradaptasi dengan suhu di kandang NPC, karena lahir di Indonesia sehingga sejak
awal terbiasa dengan iklim tropis. Kuda impor, yang kebanyakan berasal dari
Argentina (negara subtropis), cukup sulit beradaptasi dengan suhu di kandang NPC.
Efek negatif bagi kuda impor yang disebabkan karena tingginya suhu, yaitu
konsumsi pakannya rendah, sehingga kualitas pakan yang diberikan harus baik.
Pemakaian kipas di kandang, memandikan kuda, atau pemberian air minum secara
ad libitum merupakan cara yang dapat dilakukan untuk mengatasi suhu lingkungan
yang tinggi. Pengaturan bangunan kandang yang sebagian terbuka juga merupakan
cara untuk menjaga kuda tetap nyaman. Dinding kandang yang sebagian terbuka
membuat aliran udara mengalir lancar dan mempercepat evaporasi atau pengeluaran
panas pada tubuh melalui kulit.
Bangunan Kandang
Kandang Bravo memiliki dua jenis bangunan kandang, perbedaannya dapat
dilihat pada Gambar 3. Kandang pertama (Gambar 3a) ditempati 33 ekor kuda,
bangunannya berupa stall individu berukuran 3 x 3 m2. Materialnya terdiri dari kayu
gelondongan, beratapkan kirai bambu, dan berlantai semen dengan alas (bedding)
untuk kuda adalah serut gergaji. Wadah pakan berupa drum besar yang dibelah