• Tidak ada hasil yang ditemukan

Manajemen Pemeliharaan Dan Pemanfaatan Kuda Non-Atlet Di Nusantara Polo Club, Jagorawi Golf Country Club, Cibinong, Kabupaten Bogor

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Manajemen Pemeliharaan Dan Pemanfaatan Kuda Non-Atlet Di Nusantara Polo Club, Jagorawi Golf Country Club, Cibinong, Kabupaten Bogor"

Copied!
178
0
0

Teks penuh

(1)

MANAJEMEN PEMELIHARAAN DAN PEMANFAATAN KUDA

NON

-ATLET DI NUSANTARA POLO CLUB,

JAGORAWI GOLF

COUNTRY CLUB

, CIBINONG, KABUPATEN BOGOR

SKRIPSI

DEBORA ARNY WIDOWATI

DEPARTEMEN ILMU PRODUKSI DAN TEKNOLOGI PETERNAKAN FAKULTAS PETERNAKAN

(2)

RINGKASAN

DEBORA ARNY WIDOWATI. D14070121. 2011. Manajemen Pemeliharaan dan Pemanfaatan Kuda Non-Atlet di Nusantara Polo Club, Jagorawi Golf Country Club, Cibinong, Kabupaten Bogor. Skripsi. Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor.

Pembimbing Utama : Prof. Dr. Ir. Pollung H. Siagian, MS Pembimbing Anggota : Dr. Ir. Didid Diapari, M.Si

Kuda merupakan hewan yang telah lama didomestikasi. Saat ini kuda banyak digunakan untuk olahraga, seperti pacuan kuda dan polo. Upaya penanganan kuda pasca atlet tidak ada di peternakan kuda lain, namun di Nusantara Polo Club (NPC) terdapat proses manajemen tersendiri untuk kuda pasca atlet. Kuda pasca atlet dimanfaatkan menjadi kuda olahraga yang disewakan, dan sebagian dimanfaatkan untuk pembiakan (breeding). Kuda pasca atlet tersebut juga dimanfaatkan untuk terapi berkuda anak-anak penderita autis.

Penelitian ini bertujuan untuk mengamati dan menganalisis manajemen pemeliharaan kuda non-atlet dan pemanfaatannya. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli hingga September 2010 di Nusantara Polo Club (NPC), Cibinong, Kabupaten Bogor. NPC merupakan salah satu klub polo berkuda di Indonesia. Kuda non-atlet yang diamati berjumlah 43 ekor, dengan umur dan bangsa yang beragam. Responden yang juga merupakan bagian penting dari penelitian ini berjumlah 22 orang. Metode yang digunakan berupa pengamatan, dokumentasi, dan wawancara responden. Data yang dikumpulkan antara lain meliputi informasi: identitas kuda, pemeliharaan kuda, pakan, analisa zat makanan, pertambahan bobot badan, pemanfaatan kuda, pola latihan, perkawinan kuda, penanganan kesehatan kuda, identitas petugas, dan identitas pengunjung (guest).

Nusantara Polo Club (NPC) memiliki sekelompok kuda atlet dan juga non-atlet yang ditempatkan di kandang berbeda. Kuda yang diamati dalam penelitian ini yaitu kelompok kuda non-atlet. Kuda terdiri dari 21 ekor jantan dan 22 ekor betina, dengan kisaran umur tiga bulan hingga 30 tahun. Pemeliharaan kuda mencakup pembersihan kuda dan kandangnya, pemasangan tapal (sepatu kuda), pencukuran rambut, pemberian pakan, pemberian latihan (exercise), dan penanganan kesehatan kuda. Kuda diberi pakan hijauan dan konsentrat, serta diberi tambahan wheat bran dan oat (khusus pejantan). Salah satu cara untuk mengetahui kondisi kuda secara

umum, terutama pada kuda yang sedang bertumbuh (umur ≤ 8 tahun), yaitu dengan menghitung pertambahan bobot badannya. Estimasi bobot badan diperoleh dengan mengukur panjang badan dan lingkar dada kuda. Hasil pengukuran memperlihatkan bahwa kuda yang mengalami peningkatan bobot badan sebanyak 81,82%, yang mengalami penurunan bobot badan sebanyak 9,09%, dan yang tidak mengalami perubahan bobot badan sebanyak 9,09% dari total kuda sebanyak 11 ekor. Kuda non -atlet di NPC dimanfaatkan untuk riding guest (latihan berkuda pengunjung), chukka athlete (latihan polo atlet), chukka guest (latihan polo pengunjung), breeding (perkawinan), dan training (dilatih menjadi kuda polo).

(3)

hanya sedikit kuda yang mengalami penurunan bobot badan. Wawancara pengunjung yang menyewa kuda juga dilakukan untuk mengetahui identitasnya dan manfaat berolahraga dengan kuda. Kegiatan berkuda ternyata juga dapat dijadikan terapi untuk penderita autis. Seorang anak autis menjadi bisa lebih berkonsentrasi setelah rutin melakukan terapi berkuda.

Pemeliharaan masing-masing kuda berbeda sesuai dengan tujuan pemanfaatannya, pola latihan (exercise) yang diberikan juga berbeda dan tidak semua kuda diberikan latihan. Pemanfaatan kuda yang paling utama yaitu penyewaan kuda pasca atlet ke pengunjung untuk berlatih berkuda atau bermain polo, kegiatan ini disebut riding lessons di NPC. Pemanfaatan lain yaitu untuk kegiatan perkawinan kuda. Kuda non-atlet memiliki kisaran umur dan bangsa yang beragam, pemanfaatannya juga berbeda-beda, sehingga pemeliharaannya cukup berbeda. Kuda atlet memiliki satu tujuan pemanfaatan yaitu hanya dipakai untuk berolahraga polo, sehingga pemeliharaan sama, pola latihannya pun lebih rutin.

(4)

ABSTRACT

Management and Utilized of Non-Athlete Horse’s in Nusantara Polo Club, Jagorawi Golf Country Club, Cibinong, Regency of Bogor

Widowati, D. A., P. H. Siagian, D. Diapari

Nusantara Polo Club (NPC) has athlete and non-athlete horses which are maintenanced. Horses which are observed in this study are 43 non-athlete horse. Horses are researched to know their maintenances and their utilized. The data are got

from observation, documentation, and questionnaire. Horse’s maintenance include

horse and stable cleansing, make horseshoes, hairs shaving, feeding, exercise, and healthy management. Non-athlete horse in NPC are utilized for riding lessons activity, chukka athlete’s training, breeding, and training. Maintenances for each utilized are different enough. A horse should utilized for many things. Non-athlete horse in NPC are lots in variation, so their maintenances are many kinds too. Healthy horses can be utilized optimally. Riding activity actually brings a positive influence for the riders. Riding activity are also beneficial for the children’s autism therapy.

(5)

MANAJEMEN PEMELIHARAAN DAN PEMANFAATAN KUDA

NON

-ATLET DI NUSANTARA POLO CLUB,

JAGORAWI GOLF

COUNTRY CLUB

, CIBINONG, KABUPATEN BOGOR

SKRIPSI

DEBORA ARNY WIDOWATI

Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Peternakan pada

Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor

DEPARTEMEN ILMU PRODUKSI DAN TEKNOLOGI PETERNAKAN FAKULTAS PETERNAKAN

(6)

Judul : Manajemen Pemeliharaan dan Pemanfaatan Kuda Non-Atlet di Nusantara Polo Club, Jagorawi Golf Country Club, Cibinong, Kabupaten Bogor

Nama : Debora Arny Widowati NIM : D14070121

Menyetujui,

Pembimbing Utama, Pembimbing Anggota,

(Prof. Dr. Ir. Pollung H. Siagian, MS) (Dr. Ir. Didid Diapari, M.Si) NIP: 19460825 197711 1 001 NIP: 19620617 199002 1 001

Mengetahui: Ketua Departemen

Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan

(Prof. Dr. Ir. Cece Sumantri, M.Agr.Sc.) NIP: 19591212 198603 1 004

(7)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan pada tanggal 22 September 1990 di Solo, Jawa Tengah.

Penulis adalah anak pertama dari tiga bersaudara dari pasangan Bapak Ir. Bambang

Widodo, MT dan Ibu Suparny.

Penulis menyelesaikan pendidikan di TK Savitri pada tahun 1996, dan

menyelesaikan pendidikan dasar di SD Negeri Jaka Mulya IV pada tahun 2002.

Pendidikan lanjutan tingkat pertama dimulai pada tahun 2002 dan diselesaikan pada

tahun 2004 di SLTP Negeri 252 Jakarta Timur. Penulis melanjutkan pendidikan di

SMA Negeri 61 Jakarta pada tahun 2004, kemudian meneruskan pendidikan di SMA

St. Antonius Jakarta pada tahun 2005 hingga tahun 2007. Penulis diterima di Institut

Pertanian Bogor pada tahun 2007 melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB

(USMI) dan diterima di Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan,

Fakultas Peternakan pada tahun 2008.

Selama mengikuti perkuliahan, Penulis aktif pada beberapa Unit Kegiatan

Mahasiswa diantaranya Persekutuan Mahasiswa Kristen IPB, Paduan Suara

Mahasiswa Agriaswara IPB, dan aktif dalam beberapa kepanitiaan dalam kegiatan di

Institut Pertanian Bogor serta Fakultas Peternakan IPB. Penulis pernah mengikuti

kegiatan magang di Bagian Nutrisi Ternak Terapan, Bagian Produksi Ternak Perah,

dan Bagian Teknologi Hasil Ternak, Fakultas Peternakan IPB, pada bulan Februari

2009. Penulis juga berkesempatan menjadi penerima beasiswa PPA (Peningkatan

(8)

KATA PENGANTAR

Puji syukur Penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yesus Kristus atas segala

limpahan berkat-Nya, sehingga Penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Skripsi yang

berjudul “Manajemen Pemeliharaan dan Pemanfaatan Kuda Non-Atlet di Nusantara Polo Club, Jagorawi Golf Country Club, Cibinong, Kabupaten Bogor” ini

merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Peternakan pada

Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor.

Memelihara kuda tidaklah mudah, dibutuhkan ketekunan dan kedisiplinan,

agar kuda yang dirawat selalu sehat dan berperawakan baik hingga tua. Secara garis

besar pemeliharaan kuda mencakup pembersihan kandang dan kuda, pemberian

pakan, dan perawatan kuda. Pemeliharaan kuda dibedakan berdasarkan pemanfaatan

kuda tersebut. Di Nusantara Polo Club, kuda non-atletnya dimanfaatkan untuk

berbagai hal dan pemanfaatan kuda tersebut memberikan keuntungan bagi pemilik.

Salah satu pemanfaatannya yaitu untuk terapi berkuda anak penderita autis.

Tak ada gading yang tak retak, Penulis menyadari skripsi ini jauh daripada

sempurna. Besar harapan Penulis atas kritik dan saran dari semua pihak untuk

membuat skripsi ini menjadi lebih baik. Penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat

bagi dunia peternakan terutama dalam budidaya kuda. Akhir kata, Penulis

mengucapkan banyak terima kasih untuk semua pihak yang telah membantu dalam

penulisan ini.

Bogor, Februari 2011

(9)
(10)
(11)

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

1. Penggolongan Kuda Menurut Bobot dan Tinggi Pundak 4

2. Jumlah Kuda Menurut Rentang Umur dan Jenis Kelamin 30

3. Jumlah Kuda Menurut Bangsa dan Jenis Kelamin 32

4. Kegiatan Penapalan dan Pencukuran Kuda 37

5. Pemberian Pakan Konsentrat dan Mineral pada Kuda 38

6. Analisis Proksimat Pakan Kuda (Berdasarkan Bahan Kering) 40

7. Konsumsi PK Berdasarkan Jenis Kuda 40

8. Perubahan Bobot Badan Kuda (Umur ≤ 8 Tahun) Berdasarkan Identitas dan Konsumsi Pakan 42

9. Jumlah Kuda Menurut Penggunaannya 44

10.Frekuensi Pemakaian Kuda Selama Tiga Bulan 47

11.Curah Hujan dan Frekuensi Penggunaan Kuda Selama Tiga Bulan Pengamatan 50

12.Identitas Kuda Breeding 54

13.Merk Obat yang Digunakan dan Fungsinya 59

14.Identitas Petugas di Nusantara Polo Club 60

(12)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman

1. Pengukuran Panjang Badan dan Lingkar Dada Kuda 23

2. Foto Udara Nusantara Polo Club (Google Earth) 26

3. Bangunan Kandang Bravo 28

4. Kebersihan Kuda 35

5. Kegiatan Penapalan Kuda 36

6. Pakan Kuda 39

7. Aktivitas Para Siswa Spectrum 45

8. Kegiatan Riding Lessons 49

9. Latihan Kuda 52

(13)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman

1. Contoh Lembar Kuisioner 70

2. Tabel Identitas dan Pemanfaatan Kuda 73

3. Tabel Pertumbuhan Bobot Badan Kuda 75

4. Contoh Pencatatan Kegiatan Perkawinan Kuda 77

5. Foto Kuda Olahraga, (a) Reggie, (b) Pepe, (c) Bintangku,

(d) Pato. Kuda Poni Breeding, (e) Penny, (f) Tiffany 78

6. Foto Kuda Betina Breeding, (a) Rosa, (b) Larene, (c) Mayo-

nesa, (d) Uva. Pejantan, (e) Thypon West, (f) Trillionare 79

7. Foto Kuda Training, (a) Nona Rambo, (b) Blase, (c) Tuama, (d) Turangga. Kuda Laktasi dan Anaknya, (e) Angely dan

Isabella 80

(14)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Kuda merupakan hewan yang telah lama didomestikasi. Saat ini kuda banyak

dimanfaatkan tenaganya untuk membantu manusia. Kuda juga banyak digunakan

untuk olahraga, seperti pacuan kuda dan polo. Kebanyakan kuda memiliki

kepribadian mau bersahabat dengan manusia, kuda seperti memiliki hubungan yang

erat dengan pemiliknya atau orang yang merawatnya. Banyak orang memiliki

kegemaran atau hobi memelihara kuda, terlebih lagi jika kuda yang dipelihara dapat

dimanfaatkan sehingga menghasilkan keuntungan bagi pemilik.

Memelihara atau merawat kuda dibutuhkan ketekunan dan ketelatenan.

Pemeliharaan yang benar akan membuat kuda tumbuh optimal. Memelihara kuda

tetap sehat dan berperawakan baik hingga berumur 20 tahun atau lebih tidak dapat

dikatakan mudah, stamina kuda tua berbeda dengan stamina kuda muda. Menurut

Kidd (1995), kuda akan kehilangan kekuatan dan tidak bisa bekerja keras seperti

ketika kuda tersebut masih muda. Kuda masih akan sehat selama beberapa tahun,

asalkan diberikan pakan yang sesuai, teratur, olahraga ringan dan juga perlindungan

pada musim dingin.

Pemeliharaan masing-masing kuda tentu berbeda sesuai dengan

pemanfaatannya. Pemeliharaan kuda olahraga berbeda dengan pemeliharaan kuda

breeding. Pemeliharaan mencakup pembersihan kuda dan kandang, pemberian

pakan, perawatan kuda, dan pola latihan atau kegiatan yang dilakukan. Semuanya itu

perlu diketahui agar kuda dapat dimanfaatkan secara optimal sesuai masing-masing

kegunaannya.

Pada umumnya, upaya penanganan kuda pasca atlet tidak ada di peternakan

kuda lain, namun di Nusantara Polo Club (NPC) terdapat proses manajemen

tersendiri untuk kuda pasca atlet. Kuda tua pasca atlet dimanfaatkan menjadi kuda

olahraga yang disewakan kepada pengunjung untuk berlatih berkuda atau

berolahraga polo. Kuda tersebut juga dipakai untuk terapi berkuda anak-anak

penderita autis. Seekor kuda dapat dimanfaatkan untuk berbagai hal, seperti yang

terjadi di NPC. Kuda pasca atlet juga dimanfaatkan untuk pembiakan (breeding)

kuda. Breeding kuda dilakukan untuk mendapatkan keturunan yang diharapkan

(15)

Tujuan

Penelitian ini bertujuan untuk mengamati dan menganalisis manajemen

pemeliharaan kuda non-atlet dan pemanfaatannya di Nusantara Polo Club, Cibinong,

Kabupaten Bogor.

Manfaat

Manfaat penelitian ini yaitu untuk mengupayakan manajemen pemeliharaan

yang lebih baik lagi, bagi kuda non-atlet yang masih dimanfaatkan untuk latihan

berkuda, polo, dan untuk pembiakan (breeding), serta kuda muda yang sedang dilatih

(16)

TINJAUAN PUSTAKA

Kuda

Kuda termasuk golongan hewan dalam filum Chordata yaitu hewan yang

bertulang belakang, kelas Mamalia yaitu hewan yang menyusui anaknya, ordo

Perissodactyla yaitu hewan berteracak tidak memamahbiak, famili Equidae, dan

spesies Equus caballus (Blakely dan Bade, 1994).

Pemanfaatan kuda merupakan salah satu cara untuk menghemat waktu.

Beberapa kuda saat ini digunakan untuk menangani ternak dan dalam kegiatan

penebangan. Banyak kuda digunakan untuk kesenangan berkuda oleh orang-orang

dari segala usia. Beberapa kuda digunakan dalam parade dimana penampilannya

sangat penting. Kuda sangat penting dalam olahraga, seperti pacuan kuda, rodeo dan

polo (Bogart dan Taylor, 1977).

Ternak kuda selain dapat digunakan untuk konsumsi masyarakat (daging

kuda dan air susu), kuda juga dapat dimanfaatkan untuk berperang, untuk olahraga

dan rekreasi, keperluan pertanian secara luas dan untuk alat pengangkutan.

Kepemilikan ternak kuda juga dapat memberikan status sosial yang lebih tinggi bagi

pemiliknya (Parakkasi, 1986).

Bogart dan Taylor (1977) menambahkan, beberapa istilah digunakan oleh

orang-orang yang bekerja dengan kuda. Kuda jantan yang digunakan untuk

pembibitan disebut stallion. Gelding yaitu kuda jantan yang dikebiri sebelum

mencapai kematangan seksual. Kuda betina muda disebut filly dan kuda jantan muda

disebut colt, keduanya disebut dengan foal. Kuda betina dewasa disebut mare.

Kuda yang didomestikasi diharapkan dapat hidup hingga 25 tahun, untuk

kuda dialam bebas tentu berumur kurang dari itu. Kuda berkembang sangat baik

sejak dilahirkan ke dunia. Dalam waktu 24 jam sejak lahir, anak kuda dialam harus

mampu berpacu dengan ternak lain untuk bertahan hidup. Anak kuda telah memiliki

kaki (panjangnya hampir sama dengan kuda dewasa) dan naluri untuk bangkit dan

mulai bergerak segera setelah lahir. Selama bulan pertama hidup, tinggi anak kuda

meningkat sekitar sepertiga. Pada akhir tahun pertama, tingginya mencapai

tiga-perempat dari tinggi kuda dewasa. Setelah penyapihan, selama sekitar enam bulan

didomestikasi dan sedikit demi sedikit dibawa ke alam liar, kuda muda disebut

(17)

dua tahun, tiga tahun, dan seterusnya (Kidd, 1995). Pada pertengahan tahun (5-10

tahun), tubuh terbentuk sepenuhnya. Seluruh organ dalam telah berkembang

sepenuhnya, dan proporsi fisik sudah tetap (Edwards, 2002).

Kuda pada umumnya dewasa pada umur enam tahun. Jika kuda memiliki

kehidupan kerja yang panjang, kuda jangan dipaksa bekerja keras sampai kuda telah

dewasa tubuh. Seekor kuda mulai menjadi tua ketika telah berumur sekitar 15 tahun.

Pada saat tua, sistem tubuhnya bekerja kurang efisien daripada sebelumnya. Kuda

akan kehilangan kekuatan dan tidak bisa bekerja keras seperti ketika kuda tersebut

masih muda, tetapi kuda masih akan sehat selama beberapa tahun, asalkan diberikan

pakan yang sesuai, teratur, olahraga ringan dan juga perlindungan pada musim dingin

(Kidd, 1995).

Jenis dan Kelas Kuda

Kuda digolongkan menjadi kuda tunggang karena ukuran badannya,

penggolongan kuda menurut Blakely dan Bade (1994), dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Penggolongan Kuda Menurut Bobot dan Tinggi Pundak

Penggolongan Kuda Bobot Kuda (kg) Tinggi Pundak (cm)

Kuda Ringan 400-600 145-170

Kuda Tarik > 600 145-175

Kuda Poni 200-400 145

Kuda ringan dapat digolongkan menjadi tujuh kategori. Kategori yang paling

banyak dari kuda ringan adalah yang disebut three gaited horse.

Kuda Argentina

Criollo

Kuda ini berasal dari Argentina yang dianggap memiliki hubungan dengan

Barb, Andalusia dan Arab. Nenek moyang Criollo dibawa ke Amerika Selatan oleh

tentara Spanyol pada abad ke-16. Sekarang ini, peternakan kuda Criollo menjadi

populer. Kuda ini kebanyakan dikawinsilang dengan Thoroughbreds, kombinasi

yang kuat, bakat atletik dengan Thoroughbreds yang cepat untuk menghasilkan kuda

(18)

merupakan kuda yang tangguh dan cerdas. Daya tahan, kecepatan dan gerakan

gesitnya membuat Criollo populer dan banyak dimanfaatkan peternak di Amerika

Selatan untuk menggembalakan ternak. Criollo juga digunakan untuk transportasi

dekat atau jauh dan juga membawa beban (Kidd, 1995).

Appaloosa

Menurut Kidd (1995), ciri khas kuda ini yaitu kulitnya yang spotted.

Appaloosa pertama kali dipelihara oleh suku Nez Perce dari Washington. Appaloosa

sekarang ditemukan di seluruh dunia, namun paling umum di Amerika. Kuda ini

memiliki kisaran tinggi 144-154 cm. Kepribadian kuda ini sangat mudah mengerti,

sangat mudah untuk ditangani, tangkas, atletik dan serbaguna. Kuda ini pandai

melompat, memiliki daya tahan yang cukup dan cepat dalam jarak jauh.

Thoroughbred

Kuda Thoroughbred dikembangkan oleh keluarga raja Inggris sebelum

diimpor ke Amerika, seiring dengan dibangunnya pemukiman pertama orang-orang

Amerika. Penggunaannya di Inggris menyebabkan muncul istilah “olahraga raja”

karena bangsawan Inggris baik laki-laki maupun wanitanya mengembangbiakan dan

melombakan Thoroughbred yang penampilannya bagus sekali. Selain

kecerdasannya, karakteristik yang menonjol adalah kecepatan lari dan daya tahannya

seperti telah dibuktikan selama ratusan tahun dalam arena perlombaan flat dan

jumping seperti Kentucky Derby dan English Grand National Steeplechase (Blakely

dan Bade, 1994).

Kuda Sandel

Sandelwood merupakan keturunan Indonesia yang berkualitas dan memiliki

persentase darah Arab yang cukup tinggi yang terkandung dalam tubuhnya. Kuda

Sandel adalah kuda yang sangat serbaguna dan dapat digunakan untuk kuda

tunggang, pembawa barang, pertanian, dan pekerja, serta flat racing yang dulu

pernah populer dan harness racing. Kuda ini sangat cepat dan gesit, dan sering

digunakan untuk balapan lokal tanpa pelana lebih dari tiga kilometer di pulau-pulau.

Sandelwood menghasilkan anak kuda poni yang sangat baik, dan banyak telah

diekspor ke Australia untuk alasan kebutuhan. Kuda ini juga diekspor ke

(19)

daya tahan yang besar, tenang, dan sangat mudah untuk dikendalikan. Kuda ini

memiliki proporsi tubuh yang bagus dengan kepala kecil, telinga tegak, dan mata

yang terlihat cerdas. Kuda Sandel umumnya memiliki leher yang pendek berotot,

dada yang dalam dan panjang, punggung lurus, dan croup yang menonjol. Tinggi

kuda berkisar antara 122-132 cm (Equinekingdom, 2007).

Kuda Sandel berpotongan tubuh serasi, tidak terlalu binal, dan memiliki daya

tahan yang kuat. Sifat-sifat lain ialah agak gelisah tetapi mudah dilatih. Ukuran

tinggi rata-rata kuda jantan 1,26-1,33 m dan betina 1,24-1,26 m. Umumnya kuda

Sandel berwarna coklat, warna coklat tua kemerah-merahan dengan rambut ekor dan

kaki bagian bawah berwarna hitam, atau warna bopong (punggung sampai ekor

bergaris hitam). Bentuk kepala agak besar dengan leher lebar dan pendek, sedang

rambut kepala kasar dan berdiri. Disamping itu juga berkaki langsing dan berbulu di

bagian persendian. Menurut para ahli, jenis kuda seperti ini berdaya tahan kuat dan

mampu mengangkut dua atau lebih penunggang (Suharjono, 1990).

Kuda Sumba dan Sumbawa (Poni Lokal)

Kuda Sumba dan Sumbawa sama dalam segala hal, tetapi berasal dari pulau

yang berbeda sesuai dengan namanya. Kuda ini dapat ditemukan di seluruh

Indonesia, khususnya di Sumatera. Kuda berukuran kecil, sekitar 1,27 m, dan sangat

primitif dalam penampilan. Kepala yang besar bila dibandingkan dengan tubuh,

bentuk tubuh yang lurus atau menggembung, dan ada kemiripan dekat dengan kuda

Mongolia dan nenek moyangnya, kuda liar Asia dan Tarpan. Kemiripan ini diperkuat

oleh rambut yang didominasi warna dun (coklat keabu-abuan). Kuda sangat kuat

karena harus bertahan di wilayah yang pasturanya buruk dan juga dengan pakan yang

terbatas. Kuda Sumba dan Sumbawa digunakan sebagai pembawa beban, dan dapat

membawa beban diluar proporsi ukuran mereka (Edwards, 1994).

Kuda Poni Polo

Kuda poni polo bukan suatu bangsa (atau bukan lagi kuda poni), melainkan

adalah tipe khusus yang dikembangkan dan dikenali berdasarkan garis besar dan

penampilan umumnya. Awalnya, dibuat batas ketinggian yang ditetapkan

berdasarkan aturan main polo, namun ditiadakan setelah Perang Dunia I dan

sekarang ketinggian kuda poni polo rata-rata adalah sekitar 152 cm. Bangsa

(20)

sejumlah kuda berkualitas. Bangsa Argentina mengimpor Thoroughbred kemudian

menyilangkannya dengan kuda peranakan Criollo, untuk mendapatkan kuda yang

tangguh dan memiliki kecepatan yang baik. Dalam beberapa tahun terakhir,

American Quarter Horse juga menjadi bagian dalam pembiakan poni polo (Edwards,

2002).

Karakteristik kuda poni polo ini tampilannya seperti Thoroughbred. Kuda

harus cepat, berani, memiliki keseimbangan, dan sangat lincah. Langkah kaki rendah

tidak dipermasalahkan, karena lebih mudah untuk memukul bola dari sebuah kuda

poni yang lebih pendek langkahnya (Edwards, 2002).

Pemilihan tipe dan konformasi dasar kuda poni polo berdasarkan ketahanan

dan kecepatannya saat sedang membawa penunggang. Kuda juga harus memiliki

kemampuan yang baik untuk berhenti tiba-tiba, berputar, kemudian kembali berlari

kearah yang berlawanan. Temperamen kuda harus berani serta cerdas untuk

mendeteksi penempatan bola polo (Kacker dan Panwar, 1996).

Gaya Berjalan

Kuda saat berjalan memiliki gerak langkah yang panjang dan teratur. Dalam

gaya trot atau derap kaki digerakkan teratur tidak terlalu tinggi namun juga tidak

terlalu rendah. Pada gaya canter, gerakan kaki juga rendah, pendek, atau panjangnya

tergantung pada kecepatan canter yang diinginkan. Pada gaya gallop langkahnya

sangat panjang dan badan terentang dengan bagian belakang agak naik. Kaki depan

juga merentang lurus (Blakely dan Bade, 1994).

Bogart dan Taylor (1977) mendefinisikan beberapa istilah gaya berjalan kuda

khususnya yang sering dipakai dalam dunia pacuan kuda adalah:

1) Walk adalah gaya berjalan empat irama dimana setiap kaki menyentuh tanah

secara terpisah satu sama lain.

2) Trot adalah gaya berjalan dua irama diagonal dimana kaki kanan depan dan kaki

kiri belakang menginjak permukaan dataran dengan serentak, dan kaki kiri

depan dan kaki kanan belakang menginjak tanah dengan serentak.

3) Canter adalah gaya berjalan tiga irama. Kaki belakang menginjak permukaan

dengan serentak. Kedua kaki depan menginjak permukaan secara terpisah dan

berbeda waktu dengan pijakan kaki belakang.

(21)

Penentuan Umur Kuda Berdasarkan Gigi

Umur kuda dapat diperkirakan melalui bentuk dan jumlah gigi. Anak kuda

yang berumur enam sampai sepuluh bulan mempunyai gigi sebanyak 24 buah yang

disebut dengan gigi susu, dimana gigi tersebut terdiri dari 12 gigi seri dan 12 gigi

geraham. Gigi seri meliputi tiga pasang pada bagian rahang atas dan tiga pasang pada

bagian rahang bawah (Bogart dan Taylor, 1977).

Seekor kuda mempunyai gigi susu yang kemudian akan diganti dengan gigi

tetap. Ada sebanyak enam gigi depan atas dan enam gigi depan bawah. Gigi tetap

mulai muncul berpasangan, dimulai pada umur 2,5 tahun. Baik gigi seri tengah atas

maupun bawah pada umur tiga tahun telah lengkap. Gigi tersebut akan jauh lebih

besar dan panjang dibandingkan dengan gigi susu. Umur empat tahun, pasangan

berikutnya akan menjadi lengkap dan tinggalah satu pasang gigi susu. Kuda berumur

lima tahun telah memiliki satu set gigi tetap yang lengkap dan tinggal satu pasang

gigi seri sementara. Hal yang menarik adalah perkembangan gigi taring pada umur

tersebut (meskipun bisa juga terjadi pada umur 3,5 tahun). Gigi taring selalu ada

pada kuda jantan dewasa atau kuda jantan muda, tetapi jarang ada pada kuda betina

(Blakely dan Bade, 1994).

Bogart dan Taylor (1977) menambahkan, kuda berumur enam sampai

delapan tahun gigi permanen telah usang yang dimulai dari bagian pusat hingga

bagian pertengahan mengarah kesamping.

Manajemen Peternakan Kuda

Manajemen peternakan kuda berkaitan dengan masalah-masalah

perencanaan, pengorganisasian peternakan kuda serta pelaksanaannya. Pelaksanakan

prinsip-prinsip manajemen memerlukan kelengkapan yang saling terkait, seperti

manusia, modal serta material atau sarana. Faktor manusia sangat menentukan

kelangsungan peternakan, karena tanpa kehadirannya tentu tidak akan ada

peternakan kuda. Unsur modal sebagai tenaga penggerak, disamping manusia yang

terampil dan memiliki keahlian khusus serta kelengkapan sarana, sangat menentukan

kelangsungan usaha peternakan (Suharjono, 1990).

Setelah perencanaan yang matang dengan tersedianya modal, maka langkah

berikutnya menentukan areal peternakan yang diperlukan. Selanjutnya dilakukan

(22)

ahli, seperti seorang manajer dan tenaga-tenaga ahli lainnya yang akan mengelola

segala kegiatan teknis didalam peternakan itu (Suharjono, 1990).

Sumber Daya Manusia

Memilih seorang manajer bagi sebuah peternakan serta tenaga-tenaga ahli

dan pembantu-pembantunya berdasarkan beberapa pertimbangan, seperti ia harus

berpribadi dan beritikat baik, memiliki rasa cinta kepada kuda serta memiliki

dedikasi tinggi terhadap pekerjaannya. Faktor terpenting dalam hal ini, yaitu adanya

rasa tanggungjawab dalam merawat dan menjaga keselamatan binatang

peliharaannya. Tenaga ahli dan pembantu-pembantunya pada suatu peternakan kuda

biasanya terdiri dari (Suharjono, 1990):

- Bagian kandang bertugas merawat kuda, membersihkan kandang dari kotoran

kuda serta memberi makan kepada kuda.

- Bagian kesehatan bertugas mengobati dan merawat kuda yang sakit, menolong

kuda yang melahirkan dan memberi perawatan sesudahnya, menjaga kesehatan

kuda secara keseluruhan.

- Bagian pertanian, bertugas menanam rumput dan melaksanakan pemeliharaan

seperti menyiram rumput pada musim kemarau dan memberi pupuk.

- Bagian listrik, air dan mesin bertugas menjaga jangan sampai ada gangguan pada

penggunaan listrik, air dan merawat semua mesin yang ada.

- Bagian administrasi bertugas mengerjakan administrasi kuda seperti laporan,

perkawinan, kelahiran, masuk dan keluar kuda serta masalah yang menyangkut

karyawan dan lain-lain.

- Bagian logistik bertugas melakukan pembelian makanan kuda, alat-alat, dan

sebagainya.

Pakan Kuda

Kuda tidak memamahbiak dan secara fisiologis tidak dapat melakukan proses

regurgitasi. Adanya cecum yang besar dan mengandung mikroorganisme, serta

mampu mencerna pakan berserat, maka kuda dapat memanfaatkan hijauan dan

jerami serta mengubahnya menjadi zat- zat gizi yang dapat diserap. Kebutuhan pakan

yang bersifat spesifik bervariasi, tergantung pada pemanfaatan kuda yang

bersangkutan. Kuda yang istirahat kebutuhan energinya lebih sedikit dibandingkan

(23)

kebutuhan gizi kuda muda hampir seluruhnya lebih besar dibanding kuda dewasa

(Blakely dan Bade, 1994). Kebutuhan energi kuda olahraga biasanya terpenuhi

dengan mengganti setengah hingga sepertiga pakan berserat dengan pakan yang

mengandung zat tepung, terutama sereal biji-bijian (Medina et al., 2002).

Makanan dibutuhkan untuk menyediakan energi bagi tubuh untuk bekerja.

Unsur utama pada makanan yaitu karbohidrat (zat tepung dan gula), protein, lemak

atau minyak, vitamin, mineral dan elemen mikro. Air juga sangat penting, tubuh

kuda kemungkinan terdiri dari 70% air (McBane, 1994). Menurut Pagan (2008),

kuda yang dilatih membutuhkan air sekitar 90 liter, sedangkan kuda laktasi

membutuhkan sekitar 75 liter untuk sekresi susu per hari. Tingkat kebutuhan air

bergantung dari bentuk dan jenis pakan, suhu dan kelembaban lingkungan, dan status

fisiologi ternak.

Pakan dapat dianalisis untuk mengetahui nutrisi yang terkandung didalamnya,

dan pengetahuan dasar tentang komposisi beberapa pakan adalah penting ketika

menyiapkan ransum untuk kuda (Pilliner, 1993). Jenis-jenis pakan untuk kuda

terbagi dalam empat kategori (Pilliner, 1993) :

(1) Biji-bijian, adalah sebagai sumber energi dari ransum konsentrat, misalnya oat,

barley dan jagung.

(2) Pakan protein, berasal dari hewan (misalnya meat bone meal dan tepung susu)

atau dari tumbuhan (misalnya biji rami, kedelai dan kacang-kacangan atau

polong-polongan).

(3) Pakan intermediate, pakan ini termasuk jerami, umbi-umbian dan tepung

rumput.

(4) Hijauan, yaitu rumput, hay, haylage dan silase.

Pemberian pakan kuda untuk pemeliharaan yaitu pemberian secukupnya

untuk menjaga kondisi sehari-hari. Hal ini berarti menyediakan energi untuk

otot-otot usus, jantung dan paru-paru selama bekerja, energi untuk merumput, untuk

mempertahankan suhu tubuh dan untuk menggantikan sel-sel yang menjaga tubuh

agar dapat beraktivitas (Pilliner, 1993). Pemberian pakan hendaknya dibedakan

berdasarkan umur, jenis, tipe kuda, dan aktivitas harian kuda (Parakkasi, 1986).

Produksi terbagi dalam enam bentuk berbeda: pertumbuhan, kebuntingan,

(24)

Tambahan energi dan protein yang diwajibkan untuk kuda biasanya tersedia pada

konsentrat (Pilliner, 1993). Prinsip dasar pemberian pakan pada kuda sebenarnya

berdasarkan bobot badan dan juga umur. Umur kuda yang lebih muda membutuhkan

pakan yang lebih banyak baik dari segi kuantitas maupun kualitas karena kuda muda

masih dalam keadaan bertumbuh (Faris, 2009).

Pakan Hijauan dan Konsentrat

Makanan pokok bagi kuda adalah rumput. Ada bermacam-macam jenis

rumput yang dapat diberikan kepada kuda, diantaranya Panicum muticum,

Brachiaria mutica dengan ketinggian 1,20 m dan bermacam-macam jenis rumput

yang tumbuh di mana-mana dengan ketinggian 40 cm yang biasa diarit untuk

makanan ternak. Dengan makan rumput saja kuda sudah dapat hidup, tetapi untuk

mencapai prestasi maka kuda diberikan makanan tambahan berupa konsentrat.

Konsentrat terdiri dari jagung, gabah dan kacang-kacangan (kacang hijau atau

kedelai). Selain rumput dan konsentrat juga diberi vitamin dan mineral (Suharjono,

1990).

Hijauan merupakan bahan pakan yang berasal dari tumbuhan yang ditanam di

tanah, dirawat untuk menjadi pakan ternak. Beragam bentuk hijauan yang umum

yaitu pada pastura, dalam bentuk hijauan segar yang telah dipotong-potong, hay

(hijauan kering), silase, dan haylase. Untuk pakan kuda, hijauan yang paling penting

yaitu dalam bentuk segar di pastura dan dalam bentuk hay (Templeton, 1979).

Kualitas pakan kuda dipengaruhi oleh spesies tumbuhan tersebut, kesuburan tanah,

dampak iklim (seperti suhu dan kelembaban), dan juga yang tidak kalah pentingnya

yaitu umur panen tumbuhan (NRC, 1989). Hijauan untuk kuda harus bebas toksin

dan bebas dari bahan lain yang berbahaya bagi kuda.

Konsentrat atau sereal biji-bijian merupakan pakan utama yang menjadi

sumber energi, dan seluruh jenis biji-bijian kemungkinan bermanfaat bagi kuda.

Oats, biji-bijian tradisional untuk kuda, tinggi kandungan serat, namun energi yang

tercerna (digestible energy) rendah, dan bobotnya ringan dibanding biji-bijian yang

lain. Untuk anak kuda dan kuda tua yang giginya keropos, sebaiknya mengunyah

oats. Jagung merupakan sumber energi yang sempurna untuk kuda. Kandungan

protein pada jagung rendah namun digestible energy (DE) lebih tinggi daripada oats

(25)

Kebutuhan Anak Kuda

Kuda muda, anak kuda yang bertumbuh harus diberi makan untuk tumbuh

dengan baik setelah penyapihan tetapi tidak digemukkan. Ketika tersedia padang

rumput yang baik, maka sebagian besar akan memberikan nutrisi yang dibutuhkan.

Sejumlah kecil butir-butiran dapat diberikan ketika hewan muda di pastura sedang

makan jerami yang berkualitas baik. Garam mineral mikro harus disediakan setiap

saat dan air bersih juga sangat penting (Bogar dan Taylor, 1977).

Pertumbuhan merupakan dasar produksi kuda. Hal ini dikarenakan kuda

berpenampilan tidak baik, atau memiliki kecepatan dan ketahanan yang diperlukan

jika pertumbuhan mereka terhambat atau kerangka mereka telah rusak akibat ransum

yang tidak memadai selama usia dini. Persyaratan ini menjadi semakin penting

ketika kuda dipaksa untuk penggunaan awal, seperti pelatihan dan balap kuda

berumur dua tahun. Anak kuda yang agak bebas diberi pakan juga tidak akan

mencapai bentuk tubuh yang diinginkan, bahkan jika mereka mendapat makanan

yang baik dikemudian hari. Hal ini sangat penting diperhatikan untuk bibit muda

yang akan dijual atau ditampilkan (Ensminger, 1991).

Pertumbuhan anak kuda tidak hanya bertambah besar dan berat, namun organ

dan jaringan dalam tubuh juga berkembang. Anak kuda yang baru lahir tumbuh

dengan sangat pesat, dan laju pertumbuhan menurun ketika kuda mencapai

kematangan. Kecenderungan pertumbuhan dan perkembangan menentukan

kebutuhan kuda atas energi, protein, mineral dan vitamin (Pilliner, 1992).

Kebutuhan Energi Kuda Laktasi

Jumlah energi yang diperlukan kuda laktasi akan tergantung pada seberapa

banyak susu yang diproduksi dan komposisi susu. Tidak diragukan bahwa kebutuhan

energi untuk induk menyusui jauh lebih besar daripada untuk kebuntingan, atau 15

kali lebih besar. Kebutuhan energi harian kuda menyusui anaknya mendekati seekor

kuda dalam medium untuk kerja keras; yaitu seekor kuda 500 kg akan memerlukan

tambahan 50 MJ DE per hari diatas kebutuhan pemeliharaannya. Kalsium dan fosfor

yang dibutuhkan untuk memproduksi susu secara substansial meningkatkan

kebutuhan kuda terhadap kedua mineral tersebut (Pilliner, 1992). Susu yang

(26)

Produksi susu pada kuda laktasi menambah kebutuhan nutrien protein dan

kalsium (Ca), karena susu merupakan sumber utama kedua nutrien tersebut. Sebagai

contoh, kebutuhan protein (gram/hari) untuk induk diawal laktasi adalah dua kali

kuda biasa dan kebutuhan Ca tiga kali kuda biasa. Berdasarkan total bahan kering,

ransum yang diberikan pada induk kuda diawal laktasi harus mengandung 13%

protein, 0,5% Ca, dan 0,34% P (Pond et al., 1995).

Kebutuhan Nutrisi Kuda Tua

Gigi kuda tua perlu diperhatikan, kehilangan gigi atau pembentukan

pinggiran yang tajam dapat menyebabkan ketidaknyamanan, yang nantinya

menyebabkan kerusakan kondisi. Sehingga kuda tua membutuhkan makanan yang

mudah untuk dikunyah; jerami dan gandum tidak akan cocok untuk gigi kuda tua dan

tidak akan dapat memproses makanan yang cukup untuk memungkinkan pencernaan

yang memadai (Pilliner, 1992).

Kesejahteraan Kuda

Kuda bukan hanya tidak memiliki kebebasan namun juga sangat bergantung

pada manusia yang membantu hampir dalam segala hal, seperti latihan, makanan, air,

sandang, grooming, kontrol lingkungan dan akses kekawanan (McBane, 1994).

Pemeliharaan yang baik dan perhatian yang benar untuk kuda akan

mengurangi masalah kesehatan dibandingkan pemeliharaan kuda yang tidak baik.

Kuda yang sejahtera, layaknya manusia, akan tumbuh subur, tahan serangan

penyakit, kondisinya akan cepat membaik setelah sakit atau terluka, tahan kerja dan

tekanan dan pada umumnya hidupnya lebih baik dibanding kuda yang tidak terurus

(McBane, 1994).

Untuk menjaga kuda tetap sehat maka pemilik atau manajer harus

memperhatikan enam hal mendasar: makanan, air, tempat tinggal, kawanan, ruang

pribadi dan kebebasan untuk bergerak (Pilliner, 1993).

Lingkungan Kandang

Membangun kandang kuda di daerah tropis, yang hanya mengenal dua

musim, yaitu musim panas dan hujan, tidaklah terlalu sukar. Usahakanlah agar

(27)

menimbulkan hawa panas didalamnya. Sebaiknya dicegah agar jangan sampai air

hujan masuk kedalam kandang. Kandang yang agak tertutup dibuatkan untuk kuda

yang melahirkan, yaitu untuk menjaga kesehatan anaknya (Suharjono, 1990).

Material untuk membangun kandang kuda sebaiknya terbuat dari bahan yang

kuat, misalnya dari batu dengan campuran bahan beton, kayu yang kuat atau kayu

gelondongan (bulat). Daun pintu tertutup rapih, lantai kandang sebaiknya yang

mudah dibersihkan dan kering. Jika lantai kandang dibuat dari semen, sebaiknya

lantai dilapisi serbuk gergaji atau rumput kering, sehingga kuda tidak terpeleset.

Kunci pintu dipasang ganda, karena kebanyakan kuda dapat membuka pintu sendiri

(Suharjono, 1990). Kandang kuda umumnya berbentuk single stall. Pada areal

perkandangan sebaiknya perlu disediakan tempat untuk latihan (exercise). Tempat

pakan hijauan atau hay harus berada setinggi bahu kuda, sedangkan tempat

konsentrat diletakkan beberapa meter dari tempat hijauan. Disediakan pula tempat air

minum, anak dan induk sebaiknya ditempatkan pada box stall (Tim Karya Tani

Mandiri, 2010).

Tiap bangunan kandang kuda dilengkapi dengan air bersih, sehingga tidak

sukar bagi karyawan menyediakan air untuk kuda secara terus-menerus, karena kuda

banyak minumnya, apalagi pada musim panas. Bagi kuda betina yang sedang

menyusui anaknya, air minum harus diperhatikan betul-betul, karena jika minumnya

kurang akan berakibat air susunya berkurang pula (Suharjono, 1990). McBane

(1994) menambahkan, peternakan kuda lebih baik dilengkapi dengan fasilitas

pendukung seperti tempat penyimpanan pakan, ruang groom pada setiap kandang

sehingga memudahkan dalam pengawasan kuda.

Kandang kuda berukuran 3 x 4 m2 dengan lantai beralas serbuk gaji atau

rumput kering (jerami). Kuda sedapat mungkin mendapatkan sinar matahari pagi.

Kuda dikeluarkan dari kandang sehari dua kali, yaitu pada pagi hari jam 07.00

sampai jam 09.00, kemudian jam 16.00 sampai jam 17.00 (Tim Karya Tani Mandiri,

2010).

Bangunan kandang harus dilengkapi dengan ventilasi yang sempurna.

Ventilasi yang sempurna dapat dibuat dengan pengaturan dinding yang sebagian

terbuka. Ventilasi yang sempurna sangat menguntungkan bagi kuda sebab ventilasi

(28)

menggantikan udara segar (O2) dari luar. Dengan kondisi ini, udara segar didalam

kandang dapat dipertahankan (Tim Karya Tani Mandiri, 2010). Faktor paling penting

untuk mengurangi masalah pernafasan adalah dengan memastikan bahwa ventilasi

cukup stabil. Dengan posisi yang benar dan ukuran lubang udara, outlet, dan

penggunaan teknik udara, tidak ada alasan mengapa ventilasi tidak dapat

memberikan lingkungan yang nyaman (Pilliner, 1994).

Kebersihan Kuda

Grooming lebih dari sekedar menjaga kebersihan kuda, melainkan

merangsang sirkulasi darah dan getah bening dan memberikan kilau pada bulu kuda

dengan membawa minyak alami ke permukaan. Grooming yaitu menyikat dengan

cepat bagian atas tubuh, menghilangkan noda yang menempel, mencuci mata, hidung

lalu kaki. Pada waktu tertentu, kuda dapat dimandikan. Setelah kuda dicuci dan

dibilas, kuda dikeringkan dengan penyerap air atau keringat, lalu kepala, badan dan

kaki dihanduki sampai kering (Pilliner, 1994).

Sanitasi sangat penting untuk mengendalikan kuda dari serangan

parasit. Seekor kuda yang akan diperkenalkan kedalam kawanan harus diisolasi

selama sebulan sebelum menjalani aktivitas dengan kuda lain. Setiap penyakit hewan

mungkin telah diketahui sebelum periode isolasi sehingga diberi waktu untuk

menunjukkan diri. Menjaga kebersihan kandang dan perawatan kuda secara teratur

sangat mempengaruhi kesejahteraan kuda (Bogart dan Taylor, 1977).

Perlakuan Panas dan Dingin

Perlakuan dingin akan membantu untuk mengendalikan reaksi inflamasi dan

mengurangi rasa sakit. Setelah fase akut awal cedera telah berlalu, terapi panas dan

dingin bergantian dapat dilakukan untuk meningkatkan aliran darah ke daerah yang

terkena, membawa elemen-elemen penting untuk penyembuhan. Perawatan ini akan

membuat kuda tenang, sehingga kuda dapat beristirahat lebih efektif (Pilliner,1994).

Latihan (Exercise) Kuda

Kuda membutuhkan latihan untuk menjaga kesehatannya sama halnya

dengan atlet lainnya. Tindakan tersebut memberikan kesempatan bagi kuda untuk

merelaksasikan otot-otot yang tegang setelah hari-hari kerja yang dijalani

(29)

berkaitan dengan kelanjutan program latihan yang akan diberikan. Perlakuan latihan

yang tidak tepat akan menyebabkan luka pada otot maupun tulang bagi kuda atlet

(Tim Karya Tani Mandiri, 2010).

Agar kondisi fisik kuda tetap prima, keadaan cuaca juga perlu

dipertimbangkan pada saat akan menjalani latihan. Hal ini agar terjadi keseimbangan

antara temperatur tubuh dan lingkungan. Selain itu, kenyamanan lapangan tempat

kuda akan menjalani latihan hendaklah terjamin dari berbagai kemungkinan adanya

faktor penyebab kecelakaan. Penguasaan temperamen kuda juga diperlukan agar

kuda menuruti setiap perintah yang diberikan penunggang, tetap tenang pada saat

disaksikan orang banyak dan harus mempunyai insting untuk suka berlari-lari,

melompat, dan bermain. Seluruh tubuh (tulang, otot, kaki, dan tulang belakang) kuda

harus dapat bergerak dengan luwes, alami serta dinamis (Tim Karya Tani Mandiri,

2010).

Umbaran yang luas memberikan kemungkinan bagi anak kuda dapat tumbuh

dengan sempurna dan dapat mengembangkan otot-ototnya yang diperlukan

kemudian sebagai kuda pacu dan kuda olahraga. Induk kuda dan anaknya

memerlukan tempat umbaran yang agak luas, karena anaknya harus membiasakan

diri berlari. Anak kuda sampai umur dua tahun memerlukan tempat umbaran cukup

luas, karena di tempat itulah proses pertumbuhannya dibentuk. Dengan berlari akan

menumbuhkan otot-otot, sehingga pada saat yang diperlukan ia akan menjelma

sebagai kuda pacu atau kuda olahraga tangguh (Suharjono, 1990).

Latihan pertama yang dilakukan untuk kuda yang belum bisa ditunggangi

yaitu lungeing. Lungeing (longser), kadang dikenal sebagai longeing, adalah sarana

pelatihan yang sangat berguna. Ketika melongser kuda, kuda bergerak disekitar

pawang dalam lingkaran. Pawang mengendalikan kuda dengan menggunakan alat

bantu yang meminta dia untuk bergerak lebih cepat atau lebih lambat, tikungan di

lingkaran atau bergerak lebih dekat atau lebih jauh (Wikihow, 2010). Kegiatan ini

membantu kuda untuk menjaga keseimbangannya dan mendorongnya untuk

berkonsentrasi pada apa yang sedang dilakukan bukan yang terjadi di luar (Coldrey

dan Coldrey, 1990). Lungeing sebelum menunggangi kuda dapat menurunkan resiko

terjatuh, sehingga meningkatkan keselamatan. Namun, lungeing yang tidak benar

(30)

Reproduksi Kuda

Kuda adalah hewan yang bersifat nomadik dan bersemangat tinggi. Dalam

keadaan liar, efisiensi reproduksi pada kuda dapat mencapai 90% atau lebih. Dalam

kondisi domestik dengan campur tangan manusia, tingkat efisiensi reproduksi itu

sangat menurun. Oleh kurangnya kesempatan latihan fisik, banyaknya gangguan dan

penyakit serta faktor-faktor yang lain, menyebabkan rendahnya tingkat konsepsi atau

kebuntingan serta rendahnya tingkat kelahiran (Blakely dan Bade, 1994).

Seekor kuda betina dara akan mencapai pubertas atau masak kelamin pada

umur 12 sampai 15 bulan. Tetapi hendaknya kuda itu tidak dikawinkan sebelum

mencapai umur dua tahun dan bahkan lebih baik lagi setelah berumur tiga tahun.

Kuda betina bila dikawinkan pada umur yang lebih muda, biasanya tingkat

kebuntingannya rendah. Bila kuda betina dikawinkan pada umur tiga tahun dan kuda

itu dirawat dengan cermat maka selama hidupnya dapat dihasilkan sepuluh sampai

dua belas ekor anak karena kuda betina masih dapat beranak meski telah mencapai

umur 20 tahun atau lebih (Blakely dan Bade, 1994).

Seleksi Kuda

Biasanya kuda pejantan unggul akan memberikan keturunan yang unggul

pula, meskipun sering terjadi penyimpangan berupa keturunan yang kurang baik. Hal

ini bisa terjadi karena mungkin kondisi pejantan atau induknya kurang sehat, atau

berbagai sebab lain. Namun pada umumnya kuda pejantan menentukan baik tidaknya

keturunan yang dihasilkan. Memilih pejantan Thoroughbred atau jenis lainnya sesuai

program, kita perhatikan sertifikat kuda untuk mengetahui silsilah keturunannya.

Kuda jenis unggul memiliki sertifikat kuda yang dikeluarkan oleh badan atau

organisasi berwenang yang mengurusi kuda sesuai jenisnya (Suharjono, 1990).

Kehadiran kuda pejantan yang unggul, didampingi kuda betina berkualitas

unggul sebagai pasangannya, diharapkan akan meningkatkan mutu kuda. Kuda

betina berfungsi sebagai kuda induk. Karena itu sebaiknya kita memilih kuda betina

yang sehat, tegap, berbadan lebar dan panjang, agar jika mengandung akan dapat

dengan leluasa menempatkan anak dalam kandungannya. Memilih kuda betina lokal

sebagai induk tidak mudah, karena pada umumnya kuda lokal memiliki

(31)

lebar, leher yang lebar dan pendek, bulu lebat dan kaku serta kaki yang pendek

(Suharjono, 1990).

Estrus (Birahi)

Siklus estrus seekor kuda betina rata-rata adalah 21 hari dengan kisaran

waktu antara 10 sampai 37 hari. Periode birahinya rata-rata adalah empat sampai

enam hari, dengan kisaran yang sangat luas yaitu dari hanya satu hari sampai birahi

yang berlangsung kontinyu atau terus menerus. Tanda-tanda birahi haruslah selalu

diamati dan perkawinan diadakan hanya bila nampak siklus birahi yang normal saja,

agar bisa didapat hasil yang sebaik-baiknya. Tanda-tanda birahi kuda adalah

kegelisahan, keinginan untuk ditemani oleh kuda lain, urinasi (kencing) yang

berulangkali serta pembengkakan dan pergerakan vulva (Blakely dan Bade, 1994).

Tim Karya Tani Mandiri (2010) menambahkan deteksi birahi yang hanya

dilakukan didalam kandang seringkali hasilnya nihil, apalagi bila hanya dilakukan

sekali dalam sehari. Untuk memperoleh hasil yang lebih baik, deteksi birahi dapat

dilakukan tiga kali sehari pada waktu pagi, tengah hari, dan menjelang malam.

Pengawinan

Dua atau tiga bulan sebelum masa pengawinan, kuda pejantan mulai

dipersiapkan, dengan memberinya makanan bergizi ditambah vitamin-vitamin agar

bisa menambah kesuburannya. Pejantan dalam kondisi yang baik diharapkan akan

menurunkan kuda yang sehat pula. Penambahan menu makanan bagi kuda pejantan

pada masa kawin berupa telur segar, susu bubuk dan madu asli (Suharjono, 1990).

Waktu pengawinan yang tepat bagi hewan betina merupakan faktor yang

penting, karena dapat menghasilkan keuntungan yang besar bagi peternak bila terjadi

kebuntingan pada waktu yang tepat. Sebaliknya, waktu pengawinan yang salah

cenderung menyebabkan gangguan reproduksi karena dapat menunda kebuntingan

(Tim Karya Tani Mandiri, 2010).

Ovulasi terjadi pada saat-saat akhir periode estrus. Telur yang dihasilkan

dapat hidup selama enam jam sedangkan sperma pejantan dapat bertahan hidup

sekitar 30 jam didalam saluran reproduksi betina. Oleh karena itu dianjurkan agar

seekor kuda betina yang birahi dikawinkan tiap hari atau dua hari sekali mulai pada

(32)

Kebuntingan

Rataan masa kebuntingan seekor kuda betina adalah 335 hari dengan kisaran

315 sampai 350 hari. Kuda betina tertentu cenderung memiliki kebiasaan beranak

agak awal, sedangkan kuda lainnya agak lambat. Dengan memperhatikan

kecenderungan itu maka para peternak dapat lebih tepat memperkirakan saat

kelahiran kuda yang sedang bunting berdasar pengalaman waktu yang lalu (Blakely

dan Bade, 1994).

Kelahiran

Kuda melahirkan anak biasanya pada malam hari setelah matahari terbenam.

Sangat jarang kuda lahir siang hari, alasannya mengapa belum bisa diterangkan.

Biasanya membutuhkan situasi tenang dan sunyi serta tidak banyak gangguan. Pada

bulan ke-10 masa kebuntingannya, anak kuda makin besar dan berat menyebabkan

ambing (perut atas bagian belakang) induknya turun atau terlepas. Bagian pantat

kuda dekat ekor juga akan terlihat menurun. Jika diamati terus, ada gerakan anak

kuda yang mendorong dan hilang dibagian belakang dekat ekor induknya. Hal itu

pertanda baik karena anak kuda dalam kondisi hidup (Tim Karya Tani Mandiri,

2010).

Salah satu tanda awal bahwa kelahiran segera terjadi ialah bahwa betina itu

mulai nampak “membuang kantung”, yang tidak lain adalah gejala membesarnya

ambing (kelenjar susu). Munculnya zat seperti lilin (wax) yang terdapat pada ujung

puting. Biasanya dalam 12 sampai 24 jam saat kelahiran, lilin itu melunak dan jatuh

lalu mulai meneteskan air susu, kadang-kadang tetesan itu juga agak deras. Kira-kira

pada saat yang sama, kuda betina juga memperlihatkan pembengkakan serta relaksasi

yang jelas pada otot-otot vulva. Otot serta ligamen yang terkait dengan pelvis

mengalami relaksasi sehingga betina itu nampak longgar dibagian pelvisnya (Blakely

dan Bade, 1994).

Blakely dan Bade (1994) menambahkan betina pada saat itu biasanya

menjauhi kuda lainnya. Di padang rumput kuda itu akan menyendiri. Kadang-kadang

nampak agak galak, merentangkan daun telinga kearah belakang dan bila didekati

kuda lain akan disepaknya. Ekor diangkat, sering kencing, kadang-kadang menggigit

dan berdiri serta berbaring secara bergantian. Pada saat ini biasanya kantung air

(33)

melicinkan saluran peranakan. Bila anak berada dalam posisi yang normal, kontraksi

otot involunter didalam uterus serta otot-otot abdominal dapat mulai bekerja dan

kelahiran dapat terjadi dengan sendirinya secara mulus.

Penyakit Kuda

Tendinitis (Bowed Tendon)

Penyakit ini merupakan pembesaran tendon yang berada di belakang tulang

cannon pada kaki depan dan belakang. Bagian yang paling sering terserang adalah

kaki depan dan terletak tepat dibawah lutut, tepat diatas fedlock, atau diantaranya.

Keseleo berat merupakan penyebabnya, karena langkah yang panjang dan lemah:

teracak kaki yang terlalu panjang; kehabisan tenaga akibat kecelakaan atau latihan

yang dipaksakan; kelelahan otot pada akhir pacuan kuda yang panjang; penggunaan

sepatu kuda yang kurang baik; atau kuda yang badannya terlalu besar dibandingkan

struktur kakinya. Tanda-tanda tendinitis akut timbulnya cepat. Segera setelah luka,

atau bahkan pada saat terjadinya luka, kuda akan pincang, menyangga tumit dalam

posisi miring untuk menghilangkan tekanan. Bila diraba akan terasa panas, bengkak,

dan sakit (Blakely dan Bade, 1994).

Kolik

Gangguan pencernaan ini disebabkan oleh makan yang berlebihan, minum

berlebihan pada waktu panas, makanan berjamur, dan bahkan disebabkan oleh cacing

gelang. Usus terhalang atau terjepit, dan menimbulkan rasa sakit, sedangkan kuda

sangat sensitif. Tanda-tandanya adalah bergerak terus-menerus, kesakitan,

berkeringat, berguling-guling dan tentu saja adanya rasa tidak nyaman.

Berguling-guling (rolling) yang menyebabkan terbelitnya usus, merupakan hal yang fatal. Kuda

sebaiknya diikat untuk mencegah rolling. Tanda-tanda lainnya adalah bibir

menggulung dan kuda menolak untuk makan. Pengobatannya ialah dengan mengajak

kuda berjalan-jalan sampai dokter hewan datang. Minyak mineral seringkali

diberikan melalui pipa masuk kedalam lambung (stomach tube) untuk

menghilangkan pemadatan (compaction) (Blakely dan Bade, 1994).

Rasa nyeri pada perut kuda biasa disebut kolik. Hal ini dapat terjadi sebagai

sindrom jangka pendek, atau sebagai manifestasi kronis tingkat rendah. Pada

(34)

bukan juga diagnosa, hanya sindrom yang menunjukkan bahwa kuda merasakan sakit

di perut atau usus. Ini adalah sindrom umum dari beragam kondisi yang spesifik dan

berbeda yang mempengaruhi perut kuda (Pinsent, 1990).

Founder (Laminitis)

Laminae bertanduk dari kuku kuda yang dipenuhi oleh aliran darah,

menyebabkan berjalan yang tidak normal. Tiba-tiba timbul kepincangan yang sangat

sakit pada kaki depan, kadang-kadang juga pada keempat kaki, yang diikuti oleh

pertumbuhan kuku yang cepat yang harus seringkali dipotong. Founder berkaitan

dengan kebiasaan makan yang berlebihan, perubahan pakan secara drastis,

kekurangan latihan fisik, metritis (radang uterus pada kuda betina yang baru saja

beranak), dan minum air yang sangat dingin pada saat kuda sedang kepanasan.

Pengobatan dapat dilakukan dengan mengajak berdiri dalam kubangan atau air

dingin untuk mengurangi pembengkakan pembuluh darah. Pengobatan hipodermik

kemungkinan juga efektif, tetapi pada kebanyakan kasus, kerusakan tidak dapat

diperbaiki dan satu-satunya pengobatan adalah pemberian sepatu kuda yang sesuai

(Blakely dan Bade, 1994).

Luka

Kuku yang hilang, benda-benda tajam, kawat berduri, dan barang-barang

lainnya dapat menimbulkan masalah besar pada kuda. Kuda seringkali menjadi panik

pada saat-saat kritis, yang bahkan menyebabkan timbulnya gangguan lebih lanjut.

Pembersihan luka dengan baik, dijahit bila perlu, dan suntikan tetanus sebaiknya

dilakukan (Blakely dan Bade, 1994).

Nusantara Polo Club

Nusantara Polo Club adalah klub polo berkuda eksklusif pertama di Indonesia

yang dibangun oleh Prabowo Subianto di kawasan Jagorawi Golf & Country Club.

Nusantara Polo Club membina tim nasional polo Indonesia yang pada bulan

Desember 2007 berkesempatan mewakili Indonesia pada ajang turnamen polo SEA

Games 2007 Thailand. Pada tahun 2011, Nusantara Polo Club direncanakan akan

dijadikan tempat penyelenggaraan turnamen polo berkuda pada South East Asian

(35)

MATERI DAN METODE

Waktu dan Lokasi

Penelitian dilaksanakan pada Juli-September 2010, bertempat di klub polo

berkuda Nusantara Polo Club, Jagorawi Golf and Country Club, Cibinong,

Kabupaten Bogor.

Materi

Jumlah kuda yang diamati dalam penelitian ini adalah 43 ekor terdiri dari 13

ekor kuda betina poni Argentina, tiga ekor kuda betina poni lokal, satu ekor kuda

betina G1 (generasi ke-1), satu ekor kuda betina G2 (generasi ke-2), tiga ekor kuda

betina G3 (generasi ke-3), 12 ekor kuda jantan poni Argentina, satu ekor kuda jantan

poni lokal, dua ekor kuda jantan Thoroughbred, satu ekor kuda jantan G1, empat

ekor kuda jantan G3, dan satu ekor kuda jantan G4 (generasi ke-4). Sejumlah kuda

yang telah disebutkan diatas berumur empat sampai 30 tahun. Satu ekor lagi

merupakan anak kuda betina (foal) poni polo berumur tiga bulan. Seluruh kuda

tersebut dipelihara di Nusantara Polo Club.

Responden yang terlibat dan merupakan bagian penting dalam penelitian ini

yaitu, tiga orang pelatih senior, satu orang penanggungjawab stable, satu orang tack

room, dua orang varrier, satu orang asisten dokter, sembilan orang groomer, dan

lima orang pengunjung yang menyewa kuda (guest). Peralatan yang digunakan yaitu

alat tulis, pita ukur, tongkat ukur, kamera, dan lembar wawancara yang telah

dipersiapkan terlebih dahulu.

Prosedur

Pertama-tama dilakukan penelitian pendahuluan sebelum penelitian utama

dimulai. Penelitian pendahuluan yaitu melakukan survei ke klub polo berkuda

Nusantara Polo Club, Jagorawi Golf and Country Club, Cibinong. Hasil penelitian

pendahuluan memberi informasi awal dan persiapan materi penelitian, juga sebagai

gambaran umum untuk mendukung pelaksanaan penelitian utama. Pengumpulan data

dilakukan melalui pengamatan langsung, dokumentasi dan wawancara dengan

responden dan juga beberapa pengunjung (guest) di Nusantara Polo Club.

(36)

lokasi peternakan kuda, terutama kondisi lingkungan di Nusantara Polo Club,

Jagorawi Golf and Country Club, Cibinong.

Data yang dikumpulkan antara lain meliputi informasi :

1) Identitas kuda; nama, umur, jenis kelamin, bangsa, dan silsilah kuda.

2) Pemeliharaan kuda; untuk mengetahui manajemen pemeliharaan dengan

mengamati langsung manajemen pemeliharaan yang dilakukan dan informasi ini

digunakan untuk mengetahui tingkat kesejahteraan kuda.

3) Pakan; mengetahui jenis pakan yang diberikan baik rumput maupun konsentrat,

jumlah, tambahan makanan dan frekuensi pemberian pakan setiap hari.

4) Analisa zat makanan; hijauan dan konsentrat, sampelnya dianalisa di

laboratorium untuk mengetahui kebutuhan nutrisi kuda.

5) Estimasi bobot badan; mengukur panjang badan (PB) dan lingkar dada (LD),

ditunjukkan pada Gambar 1, setelah itu dicari bobot badan dengan persamaan

menurut Pilliner (1992):

Bobot badan (kg) = (lingkar dada (cm))2 x panjang badan (cm)

8717

Gambar 1. Pengukuran Panjang Badan dan Lingkar Dada Kuda

Pengukuran panjang badan pada tubuh kuda dari point of shoulder hingga point

of buttock. Lingkar dada kuda diukur melingkar rongga dada di belakang sendi

bahu (os scapula) menggunakan pita ukur. Bobot badan diketahui untuk

selanjutnya menentukan pertambahan bobot badan (PBB) kuda.Pemanfaatan

kuda; meliputi pengelompokan kuda sesuai penggunaannya, dan frekuensi

pemakaian kuda.

6) Pola latihan; meliputi latihan seperti apa yang diterapkan pada masing-masing

(37)

7) Pengawinan kuda; meliputi jumlah, bangsa, frekuensi, dan interval waktu kuda

yang dikawinkan, serta tingkat keberhasilan.

8) Penanganan kesehatan kuda; meliputi kesehatan, kondisi, penyakit yang sering

dialami dan cara pengobatannya, serta penanganan lain yang diberikan kepada

kuda.

9) Identitas petugas; meliputi umur, pendidikan terakhir, lama bekerja di NPC, dan

tanggungjawab pekerjaan.

10) Identitas pengunjung (guest); informasi yang didapat seperti asal, umur,

(38)

Analisis Data

Data yang dikumpulkan pada penelitian ini, termasuk data hasil wawancara

ditabulasikan dan dianalisis secara deskriptif untuk mendapatkan informasi mengenai

manajemen pemeliharaan kuda secara keseluruhan.

Data juga dianalisis secara kuantitatif, dengan rumus (Walpole, 1993):

� = ��

� �=1

Keterangan:

� : Rataan sampel xi: Data sejumlah i

n: Ukuran sampel

Setelah nilai rataan didapat, selanjutnya dicari nilai persentasenya dengan

rumus:

Y = � x 100%

Keterangan :

Y: Persentase rataan dari peubah yang diamati (peubah kuantitatif)

(39)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Kondisi Umum Lokasi Penelitian

Nusantara Polo Club (NPC) adalah klub polo berkuda eksklusif pertama di

Indonesia, letaknya di kawasan Jagorawi Golf Country Club, Cibinong, Kabupaten

Bogor. Kota Bogor memiliki suhu rata-rata tiap bulan 26°C dengan suhu terendah

21,8°C dan tertinggi 30,4°C. Kelembaban udara 70%, curah hujan rata-rata setiap

tahun sekitar 3500–4000 mm dengan curah hujan terbesar pada bulan Desember dan

Januari (BMKG, 2010).

Nusantara Polo Club (NPC) memiliki dua bangunan kandang. Kandang

pertama disebut dengan kandang Alfa, merupakan kandang bagi kuda yang masih

aktif digunakan sebagai atlet polo. Kandang kedua disebut dengan kandang Bravo, di

kandang inilah ditempatkan kuda tua pasca atlet yang masih dimanfaatkan sebagai

kuda olahraga dan sebagian untuk kuda kawin, terdapat juga beberapa kuda muda

yang sedang dilatih untuk nantinya menjadi kuda polo. Letak kandang Alfa dan

kandang Bravo berjarak sekitar 200 meter, dapat dilihat pada Gambar 2. Selain

bangunan kandang, NPC juga memiliki lapangan polo, lapangan untuk berkuda

(riding), beberapa pastura, ladang rumput untuk pakan, dan bangunan lain yang

menunjang kegiatan di NPC, seperti kantor, pos satpam, gudang pakan, ruang

peralatan (tack room), mess, dapur, dan lounge bar.

(40)

Kuda yang diamati dalam penelitian ini yaitu kelompok kuda non-atlet yang

berada di kandang Bravo. Rataan suhu di kandang pengamatan adalah 26°C dengan

kisaran 23-31°C, dan rataan kelembabannya 68% dengan kisaran 50–79%. Data

tersebut diperoleh dari hasil pengukuran suhu dan kelembaban dengan menggunakan

termo-hygrometer yang ditempatkan di tengah-tengah kandang. Menurut Ensminger

(2010), suhu yang nyaman untuk kuda yaitu berkisar antara 7,22-23,88°C, namun

yang paling baik pada suhu 12,77°C. Kelembaban yang dapat diterima pada kisaran

50-75%, namun yang paling baik yaitu pada kelembaban 60%.

Kepulauan Indonesia termasuk daerah Cibinong, Jawa Barat beriklim tropis,

sehingga kisaran suhunya diatas kisaran suhu yang nyaman untuk kuda. NPC

memiliki kuda lokal, kuda impor, dan kuda hasil persilangan. Kuda lokal tentunya

sudah terbiasa dengan suhu daerah tropis yang cukup tinggi, sehingga cepat untuk

beradaptasi. Kuda hasil persilangan kuda lokal dengan kuda impor juga mudah

beradaptasi dengan suhu di kandang NPC, karena lahir di Indonesia sehingga sejak

awal terbiasa dengan iklim tropis. Kuda impor, yang kebanyakan berasal dari

Argentina (negara subtropis), cukup sulit beradaptasi dengan suhu di kandang NPC.

Efek negatif bagi kuda impor yang disebabkan karena tingginya suhu, yaitu

konsumsi pakannya rendah, sehingga kualitas pakan yang diberikan harus baik.

Pemakaian kipas di kandang, memandikan kuda, atau pemberian air minum secara

ad libitum merupakan cara yang dapat dilakukan untuk mengatasi suhu lingkungan

yang tinggi. Pengaturan bangunan kandang yang sebagian terbuka juga merupakan

cara untuk menjaga kuda tetap nyaman. Dinding kandang yang sebagian terbuka

membuat aliran udara mengalir lancar dan mempercepat evaporasi atau pengeluaran

panas pada tubuh melalui kulit.

Bangunan Kandang

Kandang Bravo memiliki dua jenis bangunan kandang, perbedaannya dapat

dilihat pada Gambar 3. Kandang pertama (Gambar 3a) ditempati 33 ekor kuda,

bangunannya berupa stall individu berukuran 3 x 3 m2. Materialnya terdiri dari kayu

gelondongan, beratapkan kirai bambu, dan berlantai semen dengan alas (bedding)

untuk kuda adalah serut gergaji. Wadah pakan berupa drum besar yang dibelah

Gambar

Tabel 3.  Jumlah Kuda Menurut Bangsa dan Jenis Kelamin
Tabel 7. Konsumsi PK Berdasarkan Jenis Kuda
Tabel 8.  Perubahan Bobot Badan Kuda (Umur ≤ 8 Tahun) Berdasarkan Identitas dan Konsumsi Pakan
Tabel 9.  Jumlah Kuda Menurut Penggunaannya
+7

Referensi

Dokumen terkait