• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kondisi Umum Lokasi Penelitian

Nusantara Polo Club (NPC) adalah klub polo berkuda eksklusif pertama di Indonesia, letaknya di kawasan Jagorawi Golf Country Club, Cibinong, Kabupaten Bogor. Kota Bogor memiliki suhu rata-rata tiap bulan 26°C dengan suhu terendah 21,8°C dan tertinggi 30,4°C. Kelembaban udara 70%, curah hujan rata-rata setiap tahun sekitar 3500–4000 mm dengan curah hujan terbesar pada bulan Desember dan Januari (BMKG, 2010).

Nusantara Polo Club (NPC) memiliki dua bangunan kandang. Kandang pertama disebut dengan kandang Alfa, merupakan kandang bagi kuda yang masih aktif digunakan sebagai atlet polo. Kandang kedua disebut dengan kandang Bravo, di kandang inilah ditempatkan kuda tua pasca atlet yang masih dimanfaatkan sebagai kuda olahraga dan sebagian untuk kuda kawin, terdapat juga beberapa kuda muda yang sedang dilatih untuk nantinya menjadi kuda polo. Letak kandang Alfa dan kandang Bravo berjarak sekitar 200 meter, dapat dilihat pada Gambar 2. Selain bangunan kandang, NPC juga memiliki lapangan polo, lapangan untuk berkuda (riding), beberapa pastura, ladang rumput untuk pakan, dan bangunan lain yang menunjang kegiatan di NPC, seperti kantor, pos satpam, gudang pakan, ruang peralatan (tack room), mess, dapur, dan lounge bar.

Gambar 2. Foto Udara Nusantara Polo Club (Google Earth), A. Kandang Alfa dan B. Kandang Bravo

Kuda yang diamati dalam penelitian ini yaitu kelompok kuda non-atlet yang berada di kandang Bravo. Rataan suhu di kandang pengamatan adalah 26°C dengan kisaran 23-31°C, dan rataan kelembabannya 68% dengan kisaran 50–79%. Data tersebut diperoleh dari hasil pengukuran suhu dan kelembaban dengan menggunakan termo-hygrometer yang ditempatkan di tengah-tengah kandang. Menurut Ensminger (2010), suhu yang nyaman untuk kuda yaitu berkisar antara 7,22-23,88°C, namun yang paling baik pada suhu 12,77°C. Kelembaban yang dapat diterima pada kisaran 50-75%, namun yang paling baik yaitu pada kelembaban 60%.

Kepulauan Indonesia termasuk daerah Cibinong, Jawa Barat beriklim tropis, sehingga kisaran suhunya diatas kisaran suhu yang nyaman untuk kuda. NPC memiliki kuda lokal, kuda impor, dan kuda hasil persilangan. Kuda lokal tentunya sudah terbiasa dengan suhu daerah tropis yang cukup tinggi, sehingga cepat untuk beradaptasi. Kuda hasil persilangan kuda lokal dengan kuda impor juga mudah beradaptasi dengan suhu di kandang NPC, karena lahir di Indonesia sehingga sejak awal terbiasa dengan iklim tropis. Kuda impor, yang kebanyakan berasal dari Argentina (negara subtropis), cukup sulit beradaptasi dengan suhu di kandang NPC. Efek negatif bagi kuda impor yang disebabkan karena tingginya suhu, yaitu konsumsi pakannya rendah, sehingga kualitas pakan yang diberikan harus baik. Pemakaian kipas di kandang, memandikan kuda, atau pemberian air minum secara ad libitum merupakan cara yang dapat dilakukan untuk mengatasi suhu lingkungan yang tinggi. Pengaturan bangunan kandang yang sebagian terbuka juga merupakan cara untuk menjaga kuda tetap nyaman. Dinding kandang yang sebagian terbuka membuat aliran udara mengalir lancar dan mempercepat evaporasi atau pengeluaran panas pada tubuh melalui kulit.

Bangunan Kandang

Kandang Bravo memiliki dua jenis bangunan kandang, perbedaannya dapat dilihat pada Gambar 3. Kandang pertama (Gambar 3a) ditempati 33 ekor kuda, bangunannya berupa stall individu berukuran 3 x 3 m2. Materialnya terdiri dari kayu gelondongan, beratapkan kirai bambu, dan berlantai semen dengan alas (bedding) untuk kuda adalah serut gergaji. Wadah pakan berupa drum besar yang dibelah menjadi dua, begitu juga dengan wadah air minum. Air disalurkan dari kran air ke

drum melalui selang. Bagian atas kandang dilengkapi dengan beberapa kipas angin, yang dinyalakan pada siang hari atau saat suhu lingkungan panas, dan juga dilengkapi dengan beberapa lampu bohlam, yang dinyalakan pada waktu hari gelap. Kondisi kandang ini sudah tidak baik lagi, karena sebagian atapnya bocor, dan kayunya juga sebagian sudah melapuk.

(a) (b)

Gambar 3. Bangunan Kandang Bravo, (a) Kandang Pertama Bermaterial Kayu, (b) Kandang Kedua Berupa Bangunan Permanen.

Kandang pertama ditempati kuda tua pasca atlet, kuda betina breeding, kuda lokal, dan kuda afkir. Kandang individu berukuran 3 x 3 m2 sudah cukup nyaman bagi jenis kuda yang telah disebutkan sebelumnya, karena sistem kandang di NPC merupakan sistem kombinasi. Sistem kombinasi yaitu pemeliharaan kuda tidak terus- menerus di kandang, tetapi kuda juga dibiarkan beraktivitas diluar kandang, seperti di pastura (McBane, 1994). Pemeliharaan kuda di kandang untuk kuda tua pasca atlet, kuda betina breeding, kuda lokal, dan kuda afkir tidak jauh berbeda. Kuda di kandang hanya untuk berlindung, beristirahat, makan, dan minum. Kuda tua pasca atlet dan sebagian kuda lokal beraktivitas di lapangan atau di jalan sekitar kandang setiap pagi dan sore hari, sedangkan kuda betina breeding , kuda lokal lainnya, dan kuda afkir beraktivitas dengan ditempatkan di umbaran pada pagi hari selama beberapa jam. Pembahasan lebih lanjut mengenai aktivitas kuda dijelaskan pada sub bab berikutnya. Kekurangan pada bangunan kandang pertama yaitu, atap kandang yang bocor menyebabkan lantai tergenang air dan serut gergaji untuk alas lantai kuda (bedding) basah. Alas lantai yang basah dapat menyebabkan kuku kuda menjadi lapuk, sehingga mudah terkikis. Hal tersebut dapat menyebabkan kerusakan pada

kuku kuda. Kelebihannya yaitu tiap stall individu hanya dibatasi kayu gelondongan, sehingga kuda tetap dapat berinteraksi dengan kuda lain di sampingnya.

Kandang kedua (Gambar 3b) yang ditempati 10 ekor kuda juga berupa stall individu, berukuran 4 x 4 m2, merupakan bangunan permanen terdiri dari batu bata dan semen, beratapkan seng, berlantai semen dan alasnya serut gergaji. Wadah pakan dan minum juga menggunakan drum, namun beberapa stall memiliki bak air di sudutnya. Kandang kedua ini ditempati kuda muda berumur 4-5 tahun yang sedang dilatih, kuda pejantan breeding, kuda laktasi, dan anak kuda berumur tiga bulan. Setiap stall individu ditempati satu ekor kuda, kecuali kuda laktasi ditempatkan bersama anaknya yang masih menyusu. Pemeliharaan tiap-tiap kuda juga tidak terus- menerus di kandang. Kuda muda dilatih di umbaran setiap pagi atau sore hari, kuda pejantan breeding beraktivitas di jalan sekitar kandang setiap pagi dan sore hari, dan kuda laktasi beserta anaknya ditempatkan di umbaran setiap pagi hari.

Ukuran stall individu bangunan kandang kedua lebih luas dibanding kandang pertama. Hal ini cukup baik bagi kuda muda, karena kuda muda lebih suka bergerak- gerak didalam kandang. Hal terpenting pada pemeliharaan kuda laktasi dan anaknya, yaitu penyediaan air bersih untuk minum yang selalu tersedia, dan juga alas lantai kandang dijaga agar selalu kering dan pemberiannya lebih banyak. Alas lantai kandang yang tebal diperlukan anak kuda untuk alas tidur dan agar anak kuda merasa hangat. Kondisi bangunan kedua yaitu atapnya tidak bocor, sehingga serut gergaji untuk alas lantai kandang selalu kering, berbeda dengan kandang pertama. Kekurangan pada kandang kedua yaitu, tiap stall dibatasi oleh dinding yang cukup tinggi, sehingga kuda tidak dapat berinteraksi dengan kuda disampingnya.

Bangunan kandang di NPC pada umumnya dapat dikatakan baik, karena menurut Suharjono (1990) material untuk membangun kandang kuda sebaiknya terbuat dari bahan yang kuat, misalnya dari batu dengan campuran bahan beton, kayu yang kuat atau kayu gelondongan (bulat). Pengaturan dinding yang sebagian terbuka juga membuat bangunan kandang memiliki ventilasi yang sempurna. Ventilasi yang sempurna sangat menguntungkan bagi kuda sebab ventilasi berguna untuk mengeluarkan udara kotor (CO2) dari dalam kandang dan menggantikan udara segar (O2) dari luar (Tim Karya Tani Mandiri, 2010).

Identitas Kuda

Jumlah kuda yang diamati selama penelitian adalah 43 ekor yang terdiri dari 21 ekor kuda jantan dan 22 ekor kuda betina. Kuda jantan termuda berumur empat tahun dan yang tertua berumur 30 tahun. Kuda betina termuda berumur tiga bulan, sedangkan kuda betina tertua berumur 30 tahun. Data umur kuda ini, didapat dari perkiraan umur oleh penanggungjawab stable di NPC, bukan dari sertifikat (sertifikat kuda non-atlet di NPC tidak ada, kecuali pejantan breeding poni Argentina). Umur kuda dapat diperkirakan melalui bentuk dan jumlah gigi (Bogart dan Taylor, 1977), namun keakuratannya hanya sampai umur 10 tahun, selebihnya sulit menentukan umurnya (Edwards, 2002). Jumlah kuda yang dikelompokkan berdasarkan rentang umur dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Jumlah Kuda Menurut Rentang Umur dan Jenis Kelamin

Umur (tahun) Jumlah kuda (ekor) Total (ekor)

Jantan Betina < 2 - 1 1 2 – 6 5 4 9 7 – 14 7 4 11 ≥ 15 9 13 22 Total 21 22 43

Umur kuda non-atlet di NPC beragam dan tidak merata. Jumlah kuda paling banyak yaitu pada rentang umur ≥ 15 tahun yang berjumlah 22 ekor (51,16%), terlihat bahwa lebih daripada setengah jumlah kuda non-atlet merupakan kuda tua. Penggolongan umur kuda di NPC terdiri dari anak kuda, kuda muda, kuda dewasa, dan kuda tua. Kuda yang berumur kurang dari dua tahun masih disebut sebagai anak kuda (foal), dikarenakan kuda belum dewasa kelamin. Kuda biasanya telah mencapai kematangan seksual pada umur dua tahun. Kuda umur dua hingga enam tahun disebut sebagai kuda muda (middle years) yang sedang mengalami pertumbuhan dan perkembangan, kuda pada umumnya dewasa pada umur enam tahun (Kidd, 1995). Umur tujuh hingga 14 tahun, sudah dapat dikatakan kuda dewasa, kuda dewasa di NPC berjumlah 11 ekor. Seekor kuda mulai menjadi tua ketika telah berumur sekitar

Aktivitas dominan dari kuda tua (umur ≥ 15 tahun) yaitu disewakan ke

pengunjung, dalam sehari kuda ini dapat beraktivitas selama 90-120 menit. Hal ini membuat postur tubuh kuda tua berbeda dengan kuda dengan umur di bawah 15 tahun. Kuda tua yang sudah lama menjadi kuda polo atau kuda olahraga, seluruh tubuhnya (tulang, otot, kaki, dan tulang belakang) dapat bergerak dengan lentur dan dinamis, karena latihan rutin yang telah dilakukan selama bertahun-tahun (Pilliner, 1993). Kuda olahraga tua saat ditunggangi, gerakannya tidak kaku, dan lebih mudah dikendalikan. Otot-otot pada kuda olahraga tua lebih terlihat dan telah terbentuk sepenuhnya, berbeda dengan kuda yang masih bertumbuh (umur 2-6 tahun). Perototan pada kuda muda belum terlihat dengan jelas, postur tubuhnya juga lebih kecil dari kuda tua. Kuda yang sedang bertumbuh baru boleh dilatih pada umur tiga tahun (Suharjono, 1990), pada awal latihan kuda muda sulit untuk dikendalikan, setelah bisa ditunggangi pun gerakannya masih kaku. Hal ini membuat penunggang yang menaiki kuda olahraga muda harus lebih berhati-hati dibandingkan dengan yang menaiki kuda olahraga tua. Salah satu hal yang harus dihindari saat menunggangi kuda olahraga muda yaitu dengan tidak membuat gerakan tiba-tiba (mendadak), apabila kuda terkejut maka dapat membahayakan penunggang dan kuda itu sendiri.

Bangsa kuda non-atlet juga lebih beragam, namun bangsa yang dominan adalah poni Argentina. Jumlah kuda non-atlet menurut pengelompokan bangsanya dapat dilihat pada Tabel 3.

Bangsa kuda yang paling banyak dipelihara adalah poni Argentina sejumlah 25 ekor, yang terdiri dari kuda jantan sebanyak 12 ekor dan betina 13 ekor. Kuda ini didatangkan dari Brunei Darusallam pada tahun 2007, setelah mengikuti SEA GAMES di Thailand. Kuda ini tidak lagi dijadikan kuda atlet, karena umurnya sudah tua. Menurut beberapa petugas, kuda poni Argentina ini kualitasnya sangat baik, walaupun sudah tua namun stamina dan kemampuannya bermain polo tidak kalah dengan kuda atlet yang masih muda. Kualitasnya dikatakan sangat baik karena kuda tersebut murni keturunan poni Argentina, atau kedua tetuanya merupakan bangsa poni Argentina.

Tabel 3. Jumlah Kuda Menurut Bangsa dan Jenis Kelamin

Bangsa Jenis Kelamin Jumlah (ekor)

Jantan (ekor) Betina (ekor)

Poni Argentina 12 13 25

G3 4 3 7

Thoroughbred 2 - 2

Poni lokal (sumba) - 2 2

G1 1 1 2 Sandelwood 1 1 2 G2 - 1 1 G4 1 - 1 Poni polo - 1 1 Total 21 22 43

Keterangan : G1= persilangan betina poni lokal dengan pejantan Thoroughbred, G2= persilangan betina G1 dengan pejantan Thoroughbred, G3= persilangan betina G2 dengan pejantan

Thoroughbred, G4= persilangan betina G3 dengan pejantan Thoroughbred, poni polo=

persilangan betina Sandelwood dengan pejantan poni Argentina.

Karakteristik kuda poni Argentina yaitu kepala lebar dengan mata yang lebar dan telinga tegak. Otot leher dan dada lebar, punggungnya pendek dan dalam. Paha relatif pendek namun kuat, dan kakinya kecil namun keras. Warna bulu biasanya solid dan kebanyakan berwarna coklat keabuan. Karakteristik kuda Thoroughbred yaitu umumnya kepala tampak elegan dan cerdas. Leher melengkung dan bahu miring mengarah ke belakang. Dada yang dalam dan tampak kuat (Kidd, 1995). Kuda hasil persilangan kuda poni lokal dengan Thoroughbred memiliki karakteristik menyerupai Thoroughbred namun proporsi tubuhnya sedikit lebih kecil daripada Thoroughbred. Karakteristik kuda poni lokal, yaitu kepala kecil, telinga tegak, dan mata yang terlihat cerdas. Leher yang pendek berotot, dada yang dalam dan panjang, punggung lurus, dan croup yang menonjol (Equinekingdom, 2007).

Salah satu alasan dibangunnya peternakan kuda ini karena pemilik sangat menyukai kuda dan olahraga polo. Kuda yang diamati memang tidak lagi digunakan sebagai kuda atlet, namun kuda masih dipelihara dan dimanfaatkan. Pemilik tidak berminat menjual kuda yang dipeliharanya, apabila ada kuda yang mati maka yang dilakukan adalah mengautopsi kemudian mengubur kuda tersebut.

Kuda tua pasca atlet dimanfaatkan sebagai kuda olahraga, disewakan kepada pengunjung yang datang untuk berlatih berkuda (riding) atau bermain polo. Kuda betina olahraga juga dimanfaatkan sebagai kuda breeding. Hampir semua kuda olahraga berbangsa Poni Argentina dan termasuk kuda tua, karena umurnya lebih dari 14 tahun. Sebelumnya telah disebutkan bahwa semua kuda betina poni Argentina yang disewakan kepada pengunjung juga dimanfaatkan sebagai kuda breeding, kuda dikawinkan dengan pejantan poni Argentina. Kegiatan ini diharapkan dapat menghasilkan anak-anak kuda bangsa Poni Argentina yang nantinya akan menjadi kuda polo berkualitas baik, namun hal ini tidak terjadi di NPC. Penyebabnya adalah karena kuda betina poni Argentina masih melakukan aktivitas rutinnya sebagai kuda olahraga. Aktivitas rutin yang dilakukan ternyata mengganggu siklus birahi kuda. Menurut Suharjono (1990), sebaiknya kuda betina bekas kuda pacu atau olahraga harus diistirahatkan dahulu selama enam bulan sebelum dipersiapkan untuk kawin.

Selain kuda olahraga dan breeding, terdapat pula kuda muda berumur 4-5 tahun yang sedang dilatih menjadi kuda polo. Kuda tersebut berbangsa G1, G2, G3, dan G4. Kuda ini memiliki darah Thoroughbred dan bagus dijadikan kuda pacu, namun karena pemilik ingin kuda miliknya menjadi kuda polo, maka latihan yang diberikan merupakan latihan untuk kuda polo. Kualitas permainan kuda muda ini belum diketahui, karena selama pengamatan kuda masih dalam proses pelatihan. Terdapat juga kuda yang tidak dimanfaatkan, hanya dipelihara saja (kuda afkir). Pemeliharaan yang dilakukan tentu berbeda sesuai dengan kegunaan dan kondisi fisiologis masing-masing kuda. Pemeliharaan dan pemanfaatan kuda akan dibahas dalam sub bab tersendiri.

Tidak semua kuda di NPC merupakan milik Prabowo Subianto (pendiri NPC). Dari 43 ekor kuda, sebanyak 28 ekor adalah milik pribadi dan 15 ekor lagi merupakan kuda yang dititipkan untuk dirawat di NPC. Pemilik kuda tersebut antara lain, pengunjung (guest) yang biasa menyewa kuda di NPC, ajudan Prabowo, pemilik Jagorawi Golf Country Club (JGCC), dokter hewan, dan salah satu atlet.

Pemeliharaan Kuda

Urutan kegiatan pemeliharaan kuda olahraga pada pagi hari adalah sebagai berikut: kegiatan dimulai pukul 06.00 WIB, pertama kuda disikat (brushing) atau

diroskam, kemudian exercise yaitu walking selama kira-kira 45 menit, apabila pada saat itu merupakan jadwal kuda untuk disewakan maka kegiatan walking diganti dengan kegiatan bersama pengunjung (guest), bisa berupa riding, stick and ball atau pertandingan polo. Kegiatan bersama pengunjung biasanya selama 45 menit hingga satu jam. Selesai melakukan kegiatan tersebut tentu kuda berkeringat, kuda diistirahatkan sebentar lalu dimandikan, kemudian kuda dikeringkan diluar kandang, sambil menunggu kuda kering petugas akan membersihkan kandang kuda, setelah itu kuda kembali dimasukkan ke kandang, dan diberi pakan.

Kegiatan pada sore hari yang dimulai pukul 15.00 WIB sama dengan kegiatan pada pagi hari. Kuda yang telah disewakan pada pagi hari dapat disewakan kembali pada sore hari, dan apabila kuda tidak dipergunakan pengunjung maka kegiatan yang dilakukan kuda adalah exercise. Jadi, dalam sehari kuda melakukan kegiatan walking atau bersama pengunjung selama 90 hingga 120 menit, dan diusahakan tidak lebih dari 120 menit karena kuda akan kelelahan dan menyebabkan turunnya stamina. Kuda olahraga betina, kegiatannya juga sama seperti yang telah diuraikan diatas, walaupun dimanfaatkan juga sebagai kuda breeding.

Kegiatan kuda pejantan breeding sama dengan kegiatan kuda olahraga, namun perbedaannya kuda pejantan tidak disewakan kepada pengunjung. Untuk kuda betina breeding dan kuda yang tidak dimanfaatkan, kegiatan pemeliharaannya yaitu kuda ditempatkan di umbaran (paddock) dari pukul 07.00–10.00 WIB. Sementara itu, petugas akan membersihkan kandang kuda. Pukul 10.00 WIB, kuda dimandikan, setelah kering dimasukkan ke kandang, kemudian diberi pakan. Pemeliharaan pada sore hari, hanya pembersihan kandang dan pemberian pakan. Kuda laktasi dan anak kuda juga ditempatkan di umbaran pada pukul 08.30 WIB selama 15-30 menit. Induk kuda dan anaknya memerlukan tempat umbaran yang agak luas, karena anaknya harus membiasakan diri berlari. Anak kuda sampai usia dua tahun memerlukan tempat umbaran cukup luas, karena di tempat itulah proses pertumbuhannya dibentuk (Suharjono, 1990).

Pemeliharaan kuda muda yang sedang dilatih (training) juga sama dengan kuda olahraga, namun kegiatan exercise pada kuda training berbeda. Pola latihan kuda termasuk kuda training akan dibahas dalam sub bab tersendiri.

Perawatan kuda seperti menyikat (brushing) bulu kuda, biasanya disebut roskam atau grooming, dilakukan agar bulu kuda tidak cepat rontok. Kuda yang harus rutin diroskam adalah kuda impor (poni Argentina dan Thoroughbred), karena kuda impor memang lebih rentan mengalami kerontokan bulu dibanding kuda lokal. Terlebih kuda impor tua, jika tidak dirawat dengan baik bulunya mudah rontok dan menjadi kasar. Grooming lebih dari sekedar menjaga kebersihan kuda, melainkan merangsang sirkulasi darah dan getah bening dan memberikan kilau pada bulu kuda dengan membawa minyak alami ke permukaan (Pilliner, 1994). Kegiatan untuk menjaga kebersihan kuda dapat dilihat pada Gambar 4.

(a) (b)

Gambar 4. Kebersihan Kuda, (a) Alat Roskam dan Sikat, (b) Petugas Memandikan Kuda

Penyikatan dilakukan dengan alat roskam dan sikat seperti diperlihatkan pada Gambar 4(a). Pemandian kuda meliputi pembersihan tubuh kuda dan pencungkilan kotoran pada kaki atau tapal kuda. Petugas memakai sabun cuci piring untuk membersihkan kuda saat mandi. Menurut petugas, seharusnya surai (rambut pada tengkuk kuda) dan ekor kuda dibersihkan dengan sampo yang biasa dipakai manusia untuk melembutkan, namun hanya kuda atlet yang menggunakan sampo, sedangkan kuda non-atlet tidak. Kegiatan memandikan kuda dapat dilihat pada Gambar 4(b).

Kegiatan rutin yang lain untuk pemeliharaan kuda, yaitu penapalan dan pencukuran kuda. Tapal yang dipasang akan melindungi kaki kuda dari batu dan kerikil atau benda tajam yang terinjak, benda-benda tersebut dapat menyebabkan luka pada kaki, kerusakan kuku, bahkan menimbulkan penyakit kuku pada kuda. Pemasangan sepatu kuda (tapal) atau penggantian tapal kuda dilakukan sebulan

sekali, sedangkan untuk kuda betina breeding dan kuda yang tidak dimanfaatkan tidak dilakukan pemasangan tapal, anak kuda (foal) juga belum dipasang tapal. Kegiatan penapalan kuda beserta peralatan yang digunakan ditunjukkan pada Gambar 5.

(a) (b) (c)

Gambar 5. Kegiatan Penapalan Kuda, (a) Alat-alat penapalan, (b) Sepatu Kuda (Tapal), (c) Pemasangan Tapal Kuda

Pencukuran surai dan rambut pada pangkal ekor kuda dilakukan dua minggu sekali atau ketika bulu surai dan rambut ekor terlihat mulai memanjang. Pencukuran tidak dilakukan pada kuda betina breeding, untuk kuda betina olahraga tetap dilakukan penapalan dan pencukuran, walaupun sesekali dikawinkan. Kuda betina yang hanya dimanfaatkan untuk breeding tidak dicukur karena untuk membantu proses pengawinan kuda. Menurut petugas apabila surai kuda betina breeding dicukur, maka tidak ada “pegangan” kuda pejantan untuk menaikinya, kuda pejantan tidak bisa bertahan lama saat menaiki kuda betina karena licin. Namun untuk kuda pejantan sendiri dilakukan pencukuran, karena surai yang dicukur merupakan ciri khas pejantan poni polo. Pencukuran dilakukan dengan alat cukur elektrik berukuran besar. Pada saat kuda olahraga melakukan kegiatan bersama pengunjung, maka rambut ekornya akan dipilin rapi kemudian diikat agar ekornya tidak mengganggu penunggangnya selama beraktivitas. Kegiatan penapalan dan pencukuran pada masing-masing jenis kuda dapat dilihat pada Tabel 4.

Pembersihan kandang yaitu mengambil kotoran kuda dan serut gergaji yang kotor dan basah karena tercampur kotoran atau urine kuda, kemudian diganti dengan serut gergaji yang bersih. Kotoran dikumpulkan didalam karung, kemudian ditumpuk di suatu tempat terbuka, dibiarkan terkena hujan dan panas matahari agar melapuk.

Biasanya kotoran kuda tersebut digunakan oleh petugas yang bekerja di tempat golf, untuk menyuburkan rumput di lapangan golf. Selain itu kotoran kuda juga disebar di ladang rumput untuk pakan kuda.

Tabel 4. Kegiatan Penapalan dan Pencukuran Kuda

Jenis Kuda Penapalan Kuda Pencukuran Kuda Keterangan Kuda olahraga Rutin 1x/bulan Rutin 1x/2 minggu Tapal dilepas saat

dikawinkan (betina) Kuda pejantan

breeding

Rutin 1x/bulan Rutin 1x/2 minggu Tapal dilepas saat dikawinkan Kuda betina breeding,

afkir, laktasi, dan anak kuda

Tidak dilakukan Tidak dilakukan

-

Kuda training Rutin 1x/bulan Belum rutin dilakukan

Pemasangan tapal sejak kuda mulai

dilatih

Pakan Kuda

Pemberian pakan merupakan salah satu kegiatan penting dalam pemeliharaan kuda. Kegiatan ini dilakukan setiap pagi dan sore hari, pakan kuda berupa rumput,

Dokumen terkait