• Tidak ada hasil yang ditemukan

MANAJEMEN PEMELIHARAAN DAN PEMANFAATAN KUDA

TINJAUAN PUSTAKA

Kuda

Kuda termasuk golongan hewan dalam filum Chordata yaitu hewan yang bertulang belakang, kelas Mamalia yaitu hewan yang menyusui anaknya, ordo Perissodactyla yaitu hewan berteracak tidak memamahbiak, famili Equidae, dan spesies Equus caballus (Blakely dan Bade, 1994).

Pemanfaatan kuda merupakan salah satu cara untuk menghemat waktu. Beberapa kuda saat ini digunakan untuk menangani ternak dan dalam kegiatan penebangan. Banyak kuda digunakan untuk kesenangan berkuda oleh orang-orang dari segala usia. Beberapa kuda digunakan dalam parade dimana penampilannya sangat penting. Kuda sangat penting dalam olahraga, seperti pacuan kuda, rodeo dan polo (Bogart dan Taylor, 1977).

Ternak kuda selain dapat digunakan untuk konsumsi masyarakat (daging kuda dan air susu), kuda juga dapat dimanfaatkan untuk berperang, untuk olahraga dan rekreasi, keperluan pertanian secara luas dan untuk alat pengangkutan. Kepemilikan ternak kuda juga dapat memberikan status sosial yang lebih tinggi bagi pemiliknya (Parakkasi, 1986).

Bogart dan Taylor (1977) menambahkan, beberapa istilah digunakan oleh orang-orang yang bekerja dengan kuda. Kuda jantan yang digunakan untuk pembibitan disebut stallion. Gelding yaitu kuda jantan yang dikebiri sebelum mencapai kematangan seksual. Kuda betina muda disebut filly dan kuda jantan muda disebut colt, keduanya disebut dengan foal. Kuda betina dewasa disebut mare.

Kuda yang didomestikasi diharapkan dapat hidup hingga 25 tahun, untuk kuda dialam bebas tentu berumur kurang dari itu. Kuda berkembang sangat baik sejak dilahirkan ke dunia. Dalam waktu 24 jam sejak lahir, anak kuda dialam harus mampu berpacu dengan ternak lain untuk bertahan hidup. Anak kuda telah memiliki kaki (panjangnya hampir sama dengan kuda dewasa) dan naluri untuk bangkit dan mulai bergerak segera setelah lahir. Selama bulan pertama hidup, tinggi anak kuda meningkat sekitar sepertiga. Pada akhir tahun pertama, tingginya mencapai tiga- perempat dari tinggi kuda dewasa. Setelah penyapihan, selama sekitar enam bulan didomestikasi dan sedikit demi sedikit dibawa ke alam liar, kuda muda disebut weanling. Pada tahun pertamanya, kuda disebut yearling. Setelah itu, kuda berumur

dua tahun, tiga tahun, dan seterusnya (Kidd, 1995). Pada pertengahan tahun (5-10 tahun), tubuh terbentuk sepenuhnya. Seluruh organ dalam telah berkembang sepenuhnya, dan proporsi fisik sudah tetap (Edwards, 2002).

Kuda pada umumnya dewasa pada umur enam tahun. Jika kuda memiliki kehidupan kerja yang panjang, kuda jangan dipaksa bekerja keras sampai kuda telah dewasa tubuh. Seekor kuda mulai menjadi tua ketika telah berumur sekitar 15 tahun. Pada saat tua, sistem tubuhnya bekerja kurang efisien daripada sebelumnya. Kuda akan kehilangan kekuatan dan tidak bisa bekerja keras seperti ketika kuda tersebut masih muda, tetapi kuda masih akan sehat selama beberapa tahun, asalkan diberikan pakan yang sesuai, teratur, olahraga ringan dan juga perlindungan pada musim dingin (Kidd, 1995).

Jenis dan Kelas Kuda

Kuda digolongkan menjadi kuda tunggang karena ukuran badannya, penggolongan kuda menurut Blakely dan Bade (1994), dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Penggolongan Kuda Menurut Bobot dan Tinggi Pundak

Penggolongan Kuda Bobot Kuda (kg) Tinggi Pundak (cm)

Kuda Ringan 400-600 145-170

Kuda Tarik > 600 145-175

Kuda Poni 200-400 145

Kuda ringan dapat digolongkan menjadi tujuh kategori. Kategori yang paling banyak dari kuda ringan adalah yang disebut three gaited horse.

Kuda Argentina

Criollo

Kuda ini berasal dari Argentina yang dianggap memiliki hubungan dengan Barb, Andalusia dan Arab. Nenek moyang Criollo dibawa ke Amerika Selatan oleh tentara Spanyol pada abad ke-16. Sekarang ini, peternakan kuda Criollo menjadi populer. Kuda ini kebanyakan dikawinsilang dengan Thoroughbreds, kombinasi yang kuat, bakat atletik dengan Thoroughbreds yang cepat untuk menghasilkan kuda polo terbaik di dunia. Kuda ini memiliki kisaran tinggi 135-153 cm. Criollo

merupakan kuda yang tangguh dan cerdas. Daya tahan, kecepatan dan gerakan gesitnya membuat Criollo populer dan banyak dimanfaatkan peternak di Amerika Selatan untuk menggembalakan ternak. Criollo juga digunakan untuk transportasi dekat atau jauh dan juga membawa beban (Kidd, 1995).

Appaloosa

Menurut Kidd (1995), ciri khas kuda ini yaitu kulitnya yang spotted. Appaloosa pertama kali dipelihara oleh suku Nez Perce dari Washington. Appaloosa sekarang ditemukan di seluruh dunia, namun paling umum di Amerika. Kuda ini memiliki kisaran tinggi 144-154 cm. Kepribadian kuda ini sangat mudah mengerti, sangat mudah untuk ditangani, tangkas, atletik dan serbaguna. Kuda ini pandai melompat, memiliki daya tahan yang cukup dan cepat dalam jarak jauh.

Thoroughbred

Kuda Thoroughbred dikembangkan oleh keluarga raja Inggris sebelum diimpor ke Amerika, seiring dengan dibangunnya pemukiman pertama orang-orang Amerika. Penggunaannya di Inggris menyebabkan muncul istilah “olahraga raja” karena bangsawan Inggris baik laki-laki maupun wanitanya mengembangbiakan dan melombakan Thoroughbred yang penampilannya bagus sekali. Selain kecerdasannya, karakteristik yang menonjol adalah kecepatan lari dan daya tahannya seperti telah dibuktikan selama ratusan tahun dalam arena perlombaan flat dan jumping seperti Kentucky Derby dan English Grand National Steeplechase (Blakely dan Bade, 1994).

Kuda Sandel

Sandelwood merupakan keturunan Indonesia yang berkualitas dan memiliki persentase darah Arab yang cukup tinggi yang terkandung dalam tubuhnya. Kuda Sandel adalah kuda yang sangat serbaguna dan dapat digunakan untuk kuda tunggang, pembawa barang, pertanian, dan pekerja, serta flat racing yang dulu pernah populer dan harness racing. Kuda ini sangat cepat dan gesit, dan sering digunakan untuk balapan lokal tanpa pelana lebih dari tiga kilometer di pulau-pulau. Sandelwood menghasilkan anak kuda poni yang sangat baik, dan banyak telah diekspor ke Australia untuk alasan kebutuhan. Kuda ini juga diekspor ke negara- negara Asia Tenggara untuk balap kuda poni. Sandelwood memiliki stamina dan

daya tahan yang besar, tenang, dan sangat mudah untuk dikendalikan. Kuda ini memiliki proporsi tubuh yang bagus dengan kepala kecil, telinga tegak, dan mata yang terlihat cerdas. Kuda Sandel umumnya memiliki leher yang pendek berotot, dada yang dalam dan panjang, punggung lurus, dan croup yang menonjol. Tinggi kuda berkisar antara 122-132 cm (Equinekingdom, 2007).

Kuda Sandel berpotongan tubuh serasi, tidak terlalu binal, dan memiliki daya tahan yang kuat. Sifat-sifat lain ialah agak gelisah tetapi mudah dilatih. Ukuran tinggi rata-rata kuda jantan 1,26-1,33 m dan betina 1,24-1,26 m. Umumnya kuda Sandel berwarna coklat, warna coklat tua kemerah-merahan dengan rambut ekor dan kaki bagian bawah berwarna hitam, atau warna bopong (punggung sampai ekor bergaris hitam). Bentuk kepala agak besar dengan leher lebar dan pendek, sedang rambut kepala kasar dan berdiri. Disamping itu juga berkaki langsing dan berbulu di bagian persendian. Menurut para ahli, jenis kuda seperti ini berdaya tahan kuat dan mampu mengangkut dua atau lebih penunggang (Suharjono, 1990).

Kuda Sumba dan Sumbawa (Poni Lokal)

Kuda Sumba dan Sumbawa sama dalam segala hal, tetapi berasal dari pulau yang berbeda sesuai dengan namanya. Kuda ini dapat ditemukan di seluruh Indonesia, khususnya di Sumatera. Kuda berukuran kecil, sekitar 1,27 m, dan sangat primitif dalam penampilan. Kepala yang besar bila dibandingkan dengan tubuh, bentuk tubuh yang lurus atau menggembung, dan ada kemiripan dekat dengan kuda Mongolia dan nenek moyangnya, kuda liar Asia dan Tarpan. Kemiripan ini diperkuat oleh rambut yang didominasi warna dun (coklat keabu-abuan). Kuda sangat kuat karena harus bertahan di wilayah yang pasturanya buruk dan juga dengan pakan yang terbatas. Kuda Sumba dan Sumbawa digunakan sebagai pembawa beban, dan dapat membawa beban diluar proporsi ukuran mereka (Edwards, 1994).

Kuda Poni Polo

Kuda poni polo bukan suatu bangsa (atau bukan lagi kuda poni), melainkan adalah tipe khusus yang dikembangkan dan dikenali berdasarkan garis besar dan penampilan umumnya. Awalnya, dibuat batas ketinggian yang ditetapkan berdasarkan aturan main polo, namun ditiadakan setelah Perang Dunia I dan sekarang ketinggian kuda poni polo rata-rata adalah sekitar 152 cm. Bangsa Argentina mendominasi permainan dan memiliki fasilitas untuk menghasilkan

sejumlah kuda berkualitas. Bangsa Argentina mengimpor Thoroughbred kemudian menyilangkannya dengan kuda peranakan Criollo, untuk mendapatkan kuda yang tangguh dan memiliki kecepatan yang baik. Dalam beberapa tahun terakhir, American Quarter Horse juga menjadi bagian dalam pembiakan poni polo (Edwards, 2002).

Karakteristik kuda poni polo ini tampilannya seperti Thoroughbred. Kuda harus cepat, berani, memiliki keseimbangan, dan sangat lincah. Langkah kaki rendah tidak dipermasalahkan, karena lebih mudah untuk memukul bola dari sebuah kuda poni yang lebih pendek langkahnya (Edwards, 2002).

Pemilihan tipe dan konformasi dasar kuda poni polo berdasarkan ketahanan dan kecepatannya saat sedang membawa penunggang. Kuda juga harus memiliki kemampuan yang baik untuk berhenti tiba-tiba, berputar, kemudian kembali berlari kearah yang berlawanan. Temperamen kuda harus berani serta cerdas untuk mendeteksi penempatan bola polo (Kacker dan Panwar, 1996).

Gaya Berjalan

Kuda saat berjalan memiliki gerak langkah yang panjang dan teratur. Dalam gaya trot atau derap kaki digerakkan teratur tidak terlalu tinggi namun juga tidak terlalu rendah. Pada gaya canter, gerakan kaki juga rendah, pendek, atau panjangnya tergantung pada kecepatan canter yang diinginkan. Pada gaya gallop langkahnya sangat panjang dan badan terentang dengan bagian belakang agak naik. Kaki depan juga merentang lurus (Blakely dan Bade, 1994).

Bogart dan Taylor (1977) mendefinisikan beberapa istilah gaya berjalan kuda khususnya yang sering dipakai dalam dunia pacuan kuda adalah:

1) Walk adalah gaya berjalan empat irama dimana setiap kaki menyentuh tanah secara terpisah satu sama lain.

2) Trot adalah gaya berjalan dua irama diagonal dimana kaki kanan depan dan kaki kiri belakang menginjak permukaan dataran dengan serentak, dan kaki kiri depan dan kaki kanan belakang menginjak tanah dengan serentak.

3) Canter adalah gaya berjalan tiga irama. Kaki belakang menginjak permukaan dengan serentak. Kedua kaki depan menginjak permukaan secara terpisah dan berbeda waktu dengan pijakan kaki belakang.

Penentuan Umur Kuda Berdasarkan Gigi

Umur kuda dapat diperkirakan melalui bentuk dan jumlah gigi. Anak kuda yang berumur enam sampai sepuluh bulan mempunyai gigi sebanyak 24 buah yang disebut dengan gigi susu, dimana gigi tersebut terdiri dari 12 gigi seri dan 12 gigi geraham. Gigi seri meliputi tiga pasang pada bagian rahang atas dan tiga pasang pada bagian rahang bawah (Bogart dan Taylor, 1977).

Seekor kuda mempunyai gigi susu yang kemudian akan diganti dengan gigi tetap. Ada sebanyak enam gigi depan atas dan enam gigi depan bawah. Gigi tetap mulai muncul berpasangan, dimulai pada umur 2,5 tahun. Baik gigi seri tengah atas maupun bawah pada umur tiga tahun telah lengkap. Gigi tersebut akan jauh lebih besar dan panjang dibandingkan dengan gigi susu. Umur empat tahun, pasangan berikutnya akan menjadi lengkap dan tinggalah satu pasang gigi susu. Kuda berumur lima tahun telah memiliki satu set gigi tetap yang lengkap dan tinggal satu pasang gigi seri sementara. Hal yang menarik adalah perkembangan gigi taring pada umur tersebut (meskipun bisa juga terjadi pada umur 3,5 tahun). Gigi taring selalu ada pada kuda jantan dewasa atau kuda jantan muda, tetapi jarang ada pada kuda betina (Blakely dan Bade, 1994).

Bogart dan Taylor (1977) menambahkan, kuda berumur enam sampai delapan tahun gigi permanen telah usang yang dimulai dari bagian pusat hingga bagian pertengahan mengarah kesamping.

Manajemen Peternakan Kuda

Manajemen peternakan kuda berkaitan dengan masalah-masalah perencanaan, pengorganisasian peternakan kuda serta pelaksanaannya. Pelaksanakan prinsip-prinsip manajemen memerlukan kelengkapan yang saling terkait, seperti manusia, modal serta material atau sarana. Faktor manusia sangat menentukan kelangsungan peternakan, karena tanpa kehadirannya tentu tidak akan ada peternakan kuda. Unsur modal sebagai tenaga penggerak, disamping manusia yang terampil dan memiliki keahlian khusus serta kelengkapan sarana, sangat menentukan kelangsungan usaha peternakan (Suharjono, 1990).

Setelah perencanaan yang matang dengan tersedianya modal, maka langkah berikutnya menentukan areal peternakan yang diperlukan. Selanjutnya dilakukan upaya pengadaan kuda pejantan dan betina. Langkah berikutnya mencari tenaga yang

ahli, seperti seorang manajer dan tenaga-tenaga ahli lainnya yang akan mengelola segala kegiatan teknis didalam peternakan itu (Suharjono, 1990).

Sumber Daya Manusia

Memilih seorang manajer bagi sebuah peternakan serta tenaga-tenaga ahli dan pembantu-pembantunya berdasarkan beberapa pertimbangan, seperti ia harus berpribadi dan beritikat baik, memiliki rasa cinta kepada kuda serta memiliki dedikasi tinggi terhadap pekerjaannya. Faktor terpenting dalam hal ini, yaitu adanya rasa tanggungjawab dalam merawat dan menjaga keselamatan binatang peliharaannya. Tenaga ahli dan pembantu-pembantunya pada suatu peternakan kuda biasanya terdiri dari (Suharjono, 1990):

- Bagian kandang bertugas merawat kuda, membersihkan kandang dari kotoran kuda serta memberi makan kepada kuda.

- Bagian kesehatan bertugas mengobati dan merawat kuda yang sakit, menolong kuda yang melahirkan dan memberi perawatan sesudahnya, menjaga kesehatan kuda secara keseluruhan.

- Bagian pertanian, bertugas menanam rumput dan melaksanakan pemeliharaan seperti menyiram rumput pada musim kemarau dan memberi pupuk.

- Bagian listrik, air dan mesin bertugas menjaga jangan sampai ada gangguan pada penggunaan listrik, air dan merawat semua mesin yang ada.

- Bagian administrasi bertugas mengerjakan administrasi kuda seperti laporan, perkawinan, kelahiran, masuk dan keluar kuda serta masalah yang menyangkut karyawan dan lain-lain.

- Bagian logistik bertugas melakukan pembelian makanan kuda, alat-alat, dan sebagainya.

Pakan Kuda

Kuda tidak memamahbiak dan secara fisiologis tidak dapat melakukan proses regurgitasi. Adanya cecum yang besar dan mengandung mikroorganisme, serta mampu mencerna pakan berserat, maka kuda dapat memanfaatkan hijauan dan jerami serta mengubahnya menjadi zat- zat gizi yang dapat diserap. Kebutuhan pakan yang bersifat spesifik bervariasi, tergantung pada pemanfaatan kuda yang bersangkutan. Kuda yang istirahat kebutuhan energinya lebih sedikit dibandingkan kuda yang sedang bekerja, kuda yang sedang laktasi perlu lebih banyak protein, dan

kebutuhan gizi kuda muda hampir seluruhnya lebih besar dibanding kuda dewasa (Blakely dan Bade, 1994). Kebutuhan energi kuda olahraga biasanya terpenuhi dengan mengganti setengah hingga sepertiga pakan berserat dengan pakan yang mengandung zat tepung, terutama sereal biji-bijian (Medina et al., 2002).

Makanan dibutuhkan untuk menyediakan energi bagi tubuh untuk bekerja. Unsur utama pada makanan yaitu karbohidrat (zat tepung dan gula), protein, lemak atau minyak, vitamin, mineral dan elemen mikro. Air juga sangat penting, tubuh kuda kemungkinan terdiri dari 70% air (McBane, 1994). Menurut Pagan (2008), kuda yang dilatih membutuhkan air sekitar 90 liter, sedangkan kuda laktasi membutuhkan sekitar 75 liter untuk sekresi susu per hari. Tingkat kebutuhan air bergantung dari bentuk dan jenis pakan, suhu dan kelembaban lingkungan, dan status fisiologi ternak.

Pakan dapat dianalisis untuk mengetahui nutrisi yang terkandung didalamnya, dan pengetahuan dasar tentang komposisi beberapa pakan adalah penting ketika menyiapkan ransum untuk kuda (Pilliner, 1993). Jenis-jenis pakan untuk kuda terbagi dalam empat kategori (Pilliner, 1993) :

(1) Biji-bijian, adalah sebagai sumber energi dari ransum konsentrat, misalnya oat, barley dan jagung.

(2) Pakan protein, berasal dari hewan (misalnya meat bone meal dan tepung susu) atau dari tumbuhan (misalnya biji rami, kedelai dan kacang-kacangan atau polong-polongan).

(3) Pakan intermediate, pakan ini termasuk jerami, umbi-umbian dan tepung rumput.

(4) Hijauan, yaitu rumput, hay, haylage dan silase.

Pemberian pakan kuda untuk pemeliharaan yaitu pemberian secukupnya untuk menjaga kondisi sehari-hari. Hal ini berarti menyediakan energi untuk otot- otot usus, jantung dan paru-paru selama bekerja, energi untuk merumput, untuk mempertahankan suhu tubuh dan untuk menggantikan sel-sel yang menjaga tubuh agar dapat beraktivitas (Pilliner, 1993). Pemberian pakan hendaknya dibedakan berdasarkan umur, jenis, tipe kuda, dan aktivitas harian kuda (Parakkasi, 1986).

Produksi terbagi dalam enam bentuk berbeda: pertumbuhan, kebuntingan, laktasi, penggemukan, kerja dan pemulihan (penyembuhan dari sakit atau luka).

Tambahan energi dan protein yang diwajibkan untuk kuda biasanya tersedia pada konsentrat (Pilliner, 1993). Prinsip dasar pemberian pakan pada kuda sebenarnya berdasarkan bobot badan dan juga umur. Umur kuda yang lebih muda membutuhkan pakan yang lebih banyak baik dari segi kuantitas maupun kualitas karena kuda muda masih dalam keadaan bertumbuh (Faris, 2009).

Pakan Hijauan dan Konsentrat

Makanan pokok bagi kuda adalah rumput. Ada bermacam-macam jenis rumput yang dapat diberikan kepada kuda, diantaranya Panicum muticum, Brachiaria mutica dengan ketinggian 1,20 m dan bermacam-macam jenis rumput yang tumbuh di mana-mana dengan ketinggian 40 cm yang biasa diarit untuk makanan ternak. Dengan makan rumput saja kuda sudah dapat hidup, tetapi untuk mencapai prestasi maka kuda diberikan makanan tambahan berupa konsentrat. Konsentrat terdiri dari jagung, gabah dan kacang-kacangan (kacang hijau atau kedelai). Selain rumput dan konsentrat juga diberi vitamin dan mineral (Suharjono, 1990).

Hijauan merupakan bahan pakan yang berasal dari tumbuhan yang ditanam di tanah, dirawat untuk menjadi pakan ternak. Beragam bentuk hijauan yang umum yaitu pada pastura, dalam bentuk hijauan segar yang telah dipotong-potong, hay (hijauan kering), silase, dan haylase. Untuk pakan kuda, hijauan yang paling penting yaitu dalam bentuk segar di pastura dan dalam bentuk hay (Templeton, 1979). Kualitas pakan kuda dipengaruhi oleh spesies tumbuhan tersebut, kesuburan tanah, dampak iklim (seperti suhu dan kelembaban), dan juga yang tidak kalah pentingnya yaitu umur panen tumbuhan (NRC, 1989). Hijauan untuk kuda harus bebas toksin dan bebas dari bahan lain yang berbahaya bagi kuda.

Konsentrat atau sereal biji-bijian merupakan pakan utama yang menjadi sumber energi, dan seluruh jenis biji-bijian kemungkinan bermanfaat bagi kuda. Oats, biji-bijian tradisional untuk kuda, tinggi kandungan serat, namun energi yang tercerna (digestible energy) rendah, dan bobotnya ringan dibanding biji-bijian yang lain. Untuk anak kuda dan kuda tua yang giginya keropos, sebaiknya mengunyah oats. Jagung merupakan sumber energi yang sempurna untuk kuda. Kandungan protein pada jagung rendah namun digestible energy (DE) lebih tinggi daripada oats (NRC, 1989).

Kebutuhan Anak Kuda

Kuda muda, anak kuda yang bertumbuh harus diberi makan untuk tumbuh dengan baik setelah penyapihan tetapi tidak digemukkan. Ketika tersedia padang rumput yang baik, maka sebagian besar akan memberikan nutrisi yang dibutuhkan. Sejumlah kecil butir-butiran dapat diberikan ketika hewan muda di pastura sedang makan jerami yang berkualitas baik. Garam mineral mikro harus disediakan setiap saat dan air bersih juga sangat penting (Bogar dan Taylor, 1977).

Pertumbuhan merupakan dasar produksi kuda. Hal ini dikarenakan kuda berpenampilan tidak baik, atau memiliki kecepatan dan ketahanan yang diperlukan jika pertumbuhan mereka terhambat atau kerangka mereka telah rusak akibat ransum yang tidak memadai selama usia dini. Persyaratan ini menjadi semakin penting ketika kuda dipaksa untuk penggunaan awal, seperti pelatihan dan balap kuda berumur dua tahun. Anak kuda yang agak bebas diberi pakan juga tidak akan mencapai bentuk tubuh yang diinginkan, bahkan jika mereka mendapat makanan yang baik dikemudian hari. Hal ini sangat penting diperhatikan untuk bibit muda yang akan dijual atau ditampilkan (Ensminger, 1991).

Pertumbuhan anak kuda tidak hanya bertambah besar dan berat, namun organ dan jaringan dalam tubuh juga berkembang. Anak kuda yang baru lahir tumbuh dengan sangat pesat, dan laju pertumbuhan menurun ketika kuda mencapai kematangan. Kecenderungan pertumbuhan dan perkembangan menentukan kebutuhan kuda atas energi, protein, mineral dan vitamin (Pilliner, 1992).

Kebutuhan Energi Kuda Laktasi

Jumlah energi yang diperlukan kuda laktasi akan tergantung pada seberapa banyak susu yang diproduksi dan komposisi susu. Tidak diragukan bahwa kebutuhan energi untuk induk menyusui jauh lebih besar daripada untuk kebuntingan, atau 15 kali lebih besar. Kebutuhan energi harian kuda menyusui anaknya mendekati seekor kuda dalam medium untuk kerja keras; yaitu seekor kuda 500 kg akan memerlukan tambahan 50 MJ DE per hari diatas kebutuhan pemeliharaannya. Kalsium dan fosfor yang dibutuhkan untuk memproduksi susu secara substansial meningkatkan kebutuhan kuda terhadap kedua mineral tersebut (Pilliner, 1992). Susu yang diproduksi kuda laktasi sebanyak 5 kg tiap 100 kg bobot badan (Oftedal et al., 1983).

Produksi susu pada kuda laktasi menambah kebutuhan nutrien protein dan kalsium (Ca), karena susu merupakan sumber utama kedua nutrien tersebut. Sebagai contoh, kebutuhan protein (gram/hari) untuk induk diawal laktasi adalah dua kali kuda biasa dan kebutuhan Ca tiga kali kuda biasa. Berdasarkan total bahan kering, ransum yang diberikan pada induk kuda diawal laktasi harus mengandung 13% protein, 0,5% Ca, dan 0,34% P (Pond et al., 1995).

Kebutuhan Nutrisi Kuda Tua

Gigi kuda tua perlu diperhatikan, kehilangan gigi atau pembentukan pinggiran yang tajam dapat menyebabkan ketidaknyamanan, yang nantinya menyebabkan kerusakan kondisi. Sehingga kuda tua membutuhkan makanan yang mudah untuk dikunyah; jerami dan gandum tidak akan cocok untuk gigi kuda tua dan tidak akan dapat memproses makanan yang cukup untuk memungkinkan pencernaan yang memadai (Pilliner, 1992).

Kesejahteraan Kuda

Kuda bukan hanya tidak memiliki kebebasan namun juga sangat bergantung pada manusia yang membantu hampir dalam segala hal, seperti latihan, makanan, air, sandang, grooming, kontrol lingkungan dan akses kekawanan (McBane, 1994).

Pemeliharaan yang baik dan perhatian yang benar untuk kuda akan mengurangi masalah kesehatan dibandingkan pemeliharaan kuda yang tidak baik. Kuda yang sejahtera, layaknya manusia, akan tumbuh subur, tahan serangan penyakit, kondisinya akan cepat membaik setelah sakit atau terluka, tahan kerja dan

Dokumen terkait