• Tidak ada hasil yang ditemukan

MANAJEMEN PEMELIHARAAN KUDA (Equus caballus) UNTUK OLAHRAGA POLO DI NUSANTARA POLO CLUB, JAGORAWI GOLF COUNTRY CLUB, CIBINONG, KABUPATEN BOGOR

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "MANAJEMEN PEMELIHARAAN KUDA (Equus caballus) UNTUK OLAHRAGA POLO DI NUSANTARA POLO CLUB, JAGORAWI GOLF COUNTRY CLUB, CIBINONG, KABUPATEN BOGOR"

Copied!
95
0
0

Teks penuh

(1)

MANAJEMEN PEMELIHARAAN KUDA (Equus caballus) UNTUK

OLAHRAGA POLO DI NUSANTARA POLO CLUB, JAGORAWI

GOLF COUNTRY CLUB, CIBINONG, KABUPATEN BOGOR

SKRIPSI

WULIANDARI TRI PUTRI

DEPARTEMEN ILMU PRODUKSI DAN TEKNOLOGI PETERNAKAN FAKULTAS PETERNAKAN

INSTITUT PETERNAKAN BOGOR 2011

(2)

RINGKASAN

Wuliandari Tri Putri. D14070177. 2011. Manajemen Pemeliharaan Kuda (Equus caballus) untuk Olahraga Polo di Nusantara Polo Club, Jagorawi Golf Country Club, Cibinong, Kabupaten Bogor.Skripsi.Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor.

Pembimbing Utama : Prof. Dr. Ir. Pollung H. Siagian, MS. Pembimbing Anggota : Dr. Ir. Henny Nuraini, M.Si.

Saat ini penggunaan kuda sudah banyak digunakan untuk olahraga seperti pacuan kuda dan polo. Peternakan kuda di Indonesia yang memelihara kuda untuk olahraga polo adalah Nusantara Polo Club (NPC). Kuda yang mengikuti pertandingan polo adalah kuda yang terlatih dengan sistem manajemen pelatihan dan pemeliharaan yang diterapkan di NPC. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi manajemen pemeliharaan kuda meliputi manajemen pemberian pakan, perkandangan, pemeliharaan kesehatan, dan pelatihan ternak kuda di NPC.

Kuda yang diamati berjumlah 35 ekor dengan umur dan bangsa yang beragam. Responden yang juga merupakan bagian penting dari penelitian ini berjumlah 27 orang. Metode yang digunakan berupa pengamatan, dokumentasi, dan wawancara responden. Data yang dikumpulkan pada penelitian ini adalah keadaan umum lokasi penelitian, pengadaan dan identitas kuda, manajemen pemeliharaan dan pelatihan, identitas atlet dan petugas, kegiatan NPC, dan pertandingan polo.

Nusantara Polo Club (NPC) memiliki sekelompok kuda atlet (kuda polo) dan juga non-atlet yang ditempatkan di kandang yang berbeda. Kuda yang diamati dalam penelitian adalah kelompok kuda polo. Kuda terdiri atas delapan ekor jantan dan 27 ekor betina, dengan kisaran umur tujuh sampai 30 tahun. Terdapat lima ekor kuda pada kandang penelitian yang tidak digunakan untuk olahraga polo. Kuda tersebut merupakan kuda pasca equestrian dan kuda breeding.Estimasi bobot badan kuda diperoleh dengan mengukur panjang badan (PB) dan lingkar dada (LD) kuda. Berdasarkan ukuran PB dan LD kuda, maka didapatkan estimasi bobot badan kuda di NPC berkisar antara 313,54-477,87 kg dengan rataan bobot badan kuda polo adalah 393,94 kg dan kuda non-polo adalah 349,79 kg. Rataan bobot badan ini berada dibawah standar yang diinginkan yaitu 400-500 kg.

Manajemen pemeliharaan kuda di NPC meliputi perawatan kuda, penanganan kesehatan, perkandangan, dan pemberian pakan. Pola pemeliharaan dilakukan berbeda-beda sesuai dengan fungsi dan aktivitas harian kuda. Perawatan kuda meliputi pembersihan kandang dan kuda, perawatan bulu, surai, ekor, dan kuku kuda adalah sama untuk semua jenis kuda. Jenis pakan yang diberikan pada kuda polo agak berbeda dengan kuda non-polo. Perbedaannya adalah adanya penambahan oat pada kuda polo dan pejantan breeding yang digunakan sebagai tambahan sumber energi. Hasil analisis zat makanan menunjukkan bahwa terdapat defisiensi lisin dan magnesium dalam pakan yang berakibat memburuknya efisiensi protein dan rendahnya bobot badan kuda.

Pemeliharaan kuda di NPC dapat dikatakan baik. Bangunan kandang terbuat dari bahan yang kuat, memiliki ventilasi yang baik, adanya pemasangan kipas angin dan pipa penyejuk udara membuat perkandangan di NPC sudah memenuhi persyaratan yang dibutuhkan. Salah satu unsur terpenting dalam manajemen

(3)

pemeliharaan kuda yaitu faktor manusia. Pemeliharaan kuda oleh petugas dilakukan dengan cukup baik, karena penampakan tubuh kuda terlihat baik dan pertumbuhan bulunya yang bagus. Penanganan kesehatan juga telah dilakukan dengan baik, terlihat saat pengamatan tidak terdapat kuda yang mengalami sakit yang serius ataupun kuda yang mati.

Pelatihan kuda polo dilakukan oleh pelatih dan atlet. Kemampuan atlet dalam mengendalikan kuda sangat dibutuhkan dalam olahraga polo. Pola latihan meliputi lungeing, pengenalan alat tunggang, schooling, dan stick and ball. Peran pelatih dan atlet sangat besar pada keberhasilan pelatihan dan membutuhkan kesabaran. Pelatihan dilakukan secara bertahap, dari materi yang mudah hingga materi yang sulit. Kuda yang telah dilatih menjadi jinak dan dapat digunakan untuk bermain polo. Kata kunci : kuda, kuda polo, olahraga polo, manajemen pemeliharaan

(4)

ABSTRACT

Breeding Management of Horses (Equus caballus) for Polo Sport at Nusantara Polo Club, Jagorawi Golf Country Club, Cibinong, Regency of Bogor

Putri, W.T., P.H. Siagian, H. Nuraini

Nowadays, horses are not only used as a means of carrying or towing but also used in sports such as polo. Nusantara Polo Club (NPC) is a polo club in Indonesia. Nusantara Polo Club has two groups of athlete and non-athlete horses which are placed in different stable. The research observed 35 Alfa stable horses which are used polo sport. Breeding management and training affect the quality of polo horse. Breeding management includes the nursing, feeding, stabling, and health handling of horse. Breeding management is different according to the function and daily activity of horse. The difference lays on feeding and training pattern, while horse nursing and health handling are equal for all type of horses. Patterns of the training include lungeing polo horse training, the introduction of control, schooling, and stick and ball. Generally, the breeding management of horse in NPC is good enough, but it still needs correction in feeding because therearedeficiency of lysine and magnesium in feed.

(5)

MANAJEMEN PEMELIHARAAN KUDA (Equus caballus) UNTUK

OLAHRAGA POLO DI NUSANTARA POLO CLUB, JAGORAWI

GOLF COUNTRY CLUB, CIBINONG, KABUPATEN BOGOR

WULIANDARI TRI PUTRI D14070177

Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Peternakan pada

Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor

DEPARTEMEN ILMU PRODUKSI DAN TEKNOLOGI PETERNAKAN FAKULTAS PETERNAKAN

INSTITUT PETERNAKAN BOGOR 2011

(6)

Judul : Manajemen Pemeliharaan Kuda (Equus Caballus) untuk Olahraga Polo di Nusantara Polo Club, Jagorawi Golf Country Club, Cibinong, Kabupaten Bogor

Nama : Wuliandari Tri Putri NIM : D14070177

Menyetujui,

Pembimbing Utama, Pembimbing Anggota,

(Prof. Dr. Ir. Pollung H. Siagian, MS) (Dr. Ir. Henny Nuraini, M.Si) NIP: 19460825 197711 1 001 NIP:19640202 198903 2 001

Mengetahui: Ketua Departemen

Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan

(Prof. Dr. Ir. Cece Sumantri, M.Agr.Sc.) NIP: 19591212 198603 1001

(7)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan pada tanggal 28 Oktober 1989 di Cirebon. Penulis adalah anak kedua dari tiga bersaudara dari pasangan Bapak Woerono dan Ibu Lia Jumalia. Penulis menempuh pendidikan yang dimulai pada tahun 1995 di TK Islam Al-Azhar Cirebon, dilanjutkan dengan pendidikan dasar di SD Islam Sabilal Muhtadin Banjarmasin dan lulus pada tahun 2001. Pendidikan menengah pertama (SMP) Penulis selesaikan di SMPN 1 Cirebon pada tahun 2004 dan pendidikan menengah atas (SMA) diselesaikan pada tahun 2007 di SMAN 10 Bandung. Penulis diterima menjadi mahasiswa di Institut Pertanian Bogor pada tahun 2007 melalui Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) pada Fakultas Peternakan dan pada tahun berikutnya Penulis diterima sebagai mahasiswa Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor.

Selama menjadi mahasiswa, Penulis aktif pada berbagai organisasi kemahasiswaan diantaranya adalah organisasi mahasiswa daerah (OMDA) Paguyuban Mahasiswa Bandung (Pamaung) sebagai anggota, dan organisasi Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Fakultas Peternakan periode 2008-2009 sebagai staf Departemen Informasi dan Komunikasi. Tahun berikutnya Penulis juga mengikuti Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Fakultas Peternakan periode 2009-2010 sebagai staf Biro Public Relation. Penulis berkesempatan menjadi peserta dalam diskusi mengenai Flu H1N1 atau yang dikenal sebagai Flu Babi yang diselenggarakan oleh Komite Nasional Tanggap Flu Burung di Bogor. Selain itu Penulis pernah mengikuti magang mengenai manajemen pemeliharaan ayam broiler yang dilaksanakan di Pati, Jawa Tengah dan magang tentang manajemen pemeliharaan kuda di Nusantara Polo Club, Cibinong.

(8)

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim. Alhamdulillahirabbilalamin, segala puji semata-mata hanya milik Allah SWT, Rabb yang menciptakan langit dan bumi beserta isinya hanya untuk manusia, Rabb yang menciptakan binatang ternak untuk kebutuhan manusia, Rabb yang Maha Pengasih lagi Penyayang atas segala Rahmat-Nya, hidayah-Nya, karunia-Nya, dan kasih sayang-Nya sehingga Penulis dapat menyelesaikan penelitian dan skripsi yang berjudul Manajemen Pemeliharaan Kuda (Equus caballus) untuk Olahraga Polo di Nusantara Polo Club, Jagorawi Golf Country Club, Cibinong, Kabupaten Bogor. Skripsi ini ditulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Peternakan pada Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor. Sholawat dan salam senantiasa tercurah kepada teladan manusia, baginda Nabi Muhammad SAW, kepada keluarga, para sahabat, dan para pengikut-Nya yang Insya Allah tetap istiqomah hingga akhir zaman. Amin.

Memelihara kuda tidaklah mudah, dibutuhkan ketekunan dan kedisiplinan, agar kuda yang dirawat selalu sehat dan berkualitas baik. Pemeliharaan kuda secara umum terdiri atas pembersihan kuda dan kandang, pemberian pakan, perawatan kuda, dan penanganan kesehatan. Pemeliharaan kuda di Nusantara Polo Club dimanfaatan untuk berbagai hal, salah satunya olahraga polo. Polo merupakan olahraga berkuda yang dimainkan secara beregu dengan tujuan mencetak gol ke gawang lawang.

Penulis menyadari banyak terjadi kesalahan dan kekurangan dalam penulisan skripsi ini, karena kesempurnaan hanya milik Allah SWT. Penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi Penulis khususnya dan pembaca pada umumnya. Terakhir, tak lupa Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu selama penelitian dan penulisan skripsi ini.

Bogor, April 2011

(9)

DAFTAR ISI Halaman RINGKASAN i ABSTRACT iii LEMBAR PERNYATAAN iv LEMBAR PENGESAHAN v RIWAYAT HIDUP vi

KATA PENGANTAR vii

DAFTAR ISI viii

DAFTAR TABEL x

DAFTAR GAMBAR xi

DAFTAR LAMPIRAN xii

PENDAHULUAN 1 Latar Belakang 2 Tujuan 2 Manfaat 2 TINJAUAN PUSTAKA 3 Kuda 3 Riwayat Kuda 4 Gaya Berjalan 5 Morfometrik Kuda 5 Seleksi Kuda 6

Warna Dasar Kuda 6

Penentuan Umur Kuda Berdasarkan Gigi 7 Exercise (Latihan) Kuda 7

Bangsa Kuda 8

Kuda Arab 8

Kuda Poni 9

Kuda Thoroughbred 9

Kuda Argentina (Criollo) 10

Kuda Appaloosa 10

Kuda Poni Argentina 10

Manajemen Pemeliharaan Kuda 11

Perkandangan 11

Pakan 12

Kesehatan 14

Kebersihan 14

Perlakuan Panas dan Dingin 15

Manajemen Peternakan Kuda 15

(10)

ix

Polo 16

Sejarah Polo di Indonesia 17

Nusantara Polo Club 17

Peralatan yang Digunakan untuk Bermain Polo 18

MATERI DAN METODE 20

Waktu dan Lokasi 20

Materi 20

Prosedur 20

Analisis Data 21

HASIL DAN PEMBAHASAN 23

Keadaan Umum Lokasi Penelitian 23

Pengadaan Kuda 25

Identitas Kuda 26

Estimasi Bobot Badan 29

Identitas Petugas 30

Groomer 30

Petugas Tack Room 31

Farrier 32

Dokter Hewan 32

Pemeliharaan Kuda 33

Perkandangan 33

Penanganan Kesehatan 36

Pakan dan Pemberiannya 40

Hijauan 40

Konsentrat 40

Pemberian Pakan 43

Perawatan Kuda(Grooming) 46

Olahraga Polo 49

Peraturan Pertandingan Polo 51

Pola Latihan 52

Lungeing (Longser) 53

Pengenalan Alat Tunggang 54

Schooling 54

Stick and Ball 54

Pelatih Kuda Polo 56

Atlet Polo 56

Kesejahteraan Kuda 59

Kegiatan Nusantara Polo Club 60

KESIMPULAN DAN SARAN 62

Kesimpulan 62

Saran 62

UCAPAN TERIMA KASIH 63

DAFTAR PUSTAKA 64

(11)

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

1. Identitas Groomer 31

2. Merek Obat yang Digunakan dan Fungsinya 39

3. Komposisi Zat Makanan Konsentrat Fringan 41

4. Hasil Perhitungan Analisa Proksimat Rumput dan Konsentrat Kuda di Nusantara Polo ClubBerdasarkan Bahan Kering 42

5. Kebutuhan Nutrien Kuda 43

6. Kandungan Nutrien Ransum Kuda 44

7. Jadwal Kegiatan Merawat Kuda 46

(12)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman

1. Lokasi Nusantara Polo Club Dilihat dari Atas 24

2. Berbagai Fasilitas di Nusantara Polo Club 25

3. Bangsa Kuda di Nusantara Polo Club 27

4. Berbagai Warna Bulu Kuda di Nusantara Polo Club 28

5. Cara Mengukur Lingkar Dada dan Panjang Badan 29

6. Keadaan Kandang Kudadi Nusantara Polo Club 34

7. Kegiatan Membersihkan Kandang dan Lingkungannya 35

8. Kuda yang Mengalami Luka pada Bagian Kaki 38

9. Obat-obatan yang Diberikan pada Kuda di Nusantara Polo Club 40

10. Jenis Pakan 42

11. Berbagai Kegiatan Merawat Kuda di Nusantara Polo Club 47

12. Peralatan untuk Merawat Kuda 48

13. Pertandingan Polo 50

14. Peralatan Pemain Saat Bermain Polo 52

15. Exercise Kuda 53

(13)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman

1. Lembar Kuisioner 68

2. Foto Kuda Penelitian 72

3. Daftar Umur Kuda 75

4. Sertifikat Kuda 76

5. Identitas Kuda 77

6. Identitas Petugas 79

7. Perhitungan Kandungan Nutrien Ransum Pakan Kuda di Nusantara Polo Club 80

(14)

PENDAHULUAN Latar Belakang

Kuda (Equus caballus atau Equus ferus caballus) adalah salah satu dari sepuluh spesies modern mamalia dari genus Equus. Hewan ini telah lama menjadi salah satu ternak yang penting secara ekonomis, dan telah memegang peranan penting dalam pengangkutan orang dan barang selama ribuan tahun. Kuda dapat ditunggangi oleh manusia dengan menggunakan sadel dan dapat pula digunakan untuk menarik sesuatu, seperti kendaraan beroda dan juga digunakan sebagai sumber makanan di beberapa daerah. Walaupun peternakan kuda diperkirakan telah dimulai sejak tahun 4500 SM, bukti-bukti penggunaan kuda untuk keperluan manusia baru ditemukan sejak 2000 SM.

Dewasa ini, penggunaan kuda tidak terbatas sebagai pengangkut ataupun penarik. Kuda mulai diminati dalam bidang olahraga. Sejak dahulu pun kuda telah digunakan dalam olahraga, terutama dalam lingkup kerajaan, baik untuk berburu, atau pacuan. Penggunaan kuda dalam bidang olahraga seperti permainan polo sudah mulai dikembangkan di Indonesia.

Polo adalah olahraga tim tertua yang tercatat dalam sejarah, dengan pertandingan pertama dimainkan di Persia sejak 2500 tahun yang lalu. Awalnya diduga telah diciptakan oleh suku-suku yang bersaing di Asia Tengah, dengan cepat diambil sebagai metode pelatihan untuk kavaleri elit raja. Saat ini polo merupakan olahraga beregu yang dimainkan diatas kuda dengan tujuan untuk mencetak gol ke gawang lawan. Polo berkuda kerap dianggap sebagai olahraga kaum bangsawan dan eksklusif. Salah satu klub di Indonesia yang membina olahraga polo berkuda berada di Nusantara Polo Club (NPC), Cibinong, Bogor, Jawa Barat.

Pemeliharaan masing-masing kuda di NPC berbeda sesuai dengan pemanfaatannya. Pemeliharaan kuda olahraga berbeda dengan pemeliharaan kuda non-atlet yang juga dipelihara di NPC. Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pemeliharaan kuda seperti pakan, kandang dan peralatan, perawatan kuda, penanganan kesehatan dan pencegahan penyakit, dan pola latihan. Selain itu juga dibutukan ketekunan dan kedisiplinan dalam memelihara kuda.

(15)

Kuda yang digunakan dalam olahraga polo adalah kuda yang terlatih dengan sistem manajemen pelatihan yang telah diterapkan di NPC. Tatalaksana pemeliharaan menjadi penentu dari performa ternak kuda selain dari manajemen pelatihan dan kualitas genetik yang dimilikinya. Sistem manajemen pemeliharaan yang tepat akan menjamin kelangsungan hidup dan pertumbuhan kuda serta meningkatkan kualitas kuda yang dihasilkan.

Tujuan

Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi manajemen pemeliharaan kuda meliputi manajemen pemberian pakan, perkandangan, pemeliharaan kesehatan, dan pelatihan ternak kuda di Nusantara Polo Club, Cibinong, Bogor, Jawa Barat.

(16)

TINJAUAN PUSTAKA Kuda

Kuda termasuk golongan hewan dalam filum Chordata yaitu hewan yang bertulang belakang, kelas Mammalia yaitu hewan yang menyusui anaknya (Blakely dan Bade, 1991). Hewan ini telah lama menjadi salah satu ternak penting secara ekonomis dan telah lama memegang peranan penting dalam pengangkutan orang dan barang selama ribuan tahun. Kuda dapat ditunggangi oleh manusia dengan menggunakan sadel dan dapat pula digunakan untuk menarik sesuatu seperti kendaraan beroda. Kuda (Equus caballus atau Equus ferus caballus) memiliki klasifikasi zoologis sebagai berikut (Ensminger, 1962):

Kerajaan : Animalia Filum : Chordata Kelas : Mammalia Ordo : Perissodactyla Family : Eqiuidae Genus : Equus

Spesies : Equus caballus

Fungsi kuda yang banyak berkembang saat ini di masyarakat adalah sebagai sarana olahraga berkuda. Perkembangan olahraga ini didukung oleh Persatuan Olahraga Berkuda Seluruh Indonesia (PORDASI). Organisasi PORDASI membawahi empat komisi, yaitu pacuan, polo, peternakan dan olahraga berkuda atau equestrian.

Beberapa istilah yang digunakan untuk menyatakan jenis kelamin, umur atau keadaan seekor kuda adalah sebagai berikut (Blakely dan Bade, 1991) :

1. Stallion : Kuda jantan yang belum kawin berumur lebih daripada tiga tahun. 2. Stud : Kuda jantan yang digunakan untuk dikawinkan.

3. Mare : Kuda betina dewasa.

4. Filly : Kuda betina muda sampai umur tiga tahun. 5. Gelding : Kuda jantan yang dikastrasi.

6. Colt : Kuda jantan sampai umur tiga tahun. 7. Foal : Anak kuda.

(17)

Saat ini pengetahuan terkini tentang domestikasi kuda didasarkan pada material purbakala dari bagian selatan Ukraina yang telah berusia 4200-3800 SM (Anthony et al.,1991). Kuda pertama kali digunakan sebagai sumber pangan, untuk perang dan olahraga, serta untuk tujuan pengangkutan. Kuda tersebut digunakan sebagai alat transportasi cepat untuk mengangkut orang dan memindahkan muatan yang berat. Kuda juga menjadi ternak penting dalam bidang pertanian, pertambangan, dan kehutanan (Bogart dan Taylor, 1983).

Ternak kuda selain dapat digunakan untuk konsumsi masyarakat (daging dan air susu kuda), kuda juga dapat dimanfaatkan untuk berperang, olahraga dan rekreasi, keperluan pertanian secara luas dan alat pengangkutan. Kepemilikan ternak kuda juga dapat memberikan status sosial yang lebih tinggi bagi pemiliknya (Parakkasi, 1986).

Riwayat Kuda

Kuda berkembang sangat baik sejak dilahirkan ke dunia. Selama 24 jam sejak lahir, anak kuda dialam harus mampu berpacu dengan ternak lain untuk bertahan hidup. Karena itu, ia telah memiliki kaki (panjangnya hampir sama dengan kuda dewasa) dan naluri untuk bangkit dan mulai bergerak segera setelah ia lahir. Selama bulan pertama hidupnya, tinggi anak kuda meningkat sekitar sepertiga dari tinggi saat lahir. Anak kuda pada akhir tahun pertamanya, tingginya mencapai tiga-perempat dari tinggi kuda dewasa (Kidd, 1995).

Setelah penyapihan, selama sekitar enam bulan didomestikasi dan sedikit demi sedikit dibawa kealam liar, kuda muda tersebut disebut weanling. Kuda pada tahun pertamanya disebut yearling. Setelah itu, kuda berumur dua tahun, tiga tahun, dan seterusnya. Seekor kuda mulai menjadi tua ketika telah berumur sekitar 15 tahun. Dimasa tua, sistem tubuhnya bekerja kurang efisien daripada sebelumnya. Kuda akan kehilangan kekuatan dan tidak bisa bekerja dengan keras seperti ketika kuda tersebut masih muda, tetapi kuda masih akan sehat selama beberapa tahun, asalkan diberikan pakan yang sesuai, teratur, olahraga ringan dan juga perlindungan pada musim dingin (Kidd, 1995).

(18)

5 Gaya Berjalan

Kuda saat berjalan memiliki gerak langkah yang panjang dan teratur. Dalam gaya trot atau derap kaki digerakkan teratur, tidak terlalu tinggi namun juga tidak terlalu rendah. Pada gaya canter, gerakan kaki juga rendah, pendek atau panjangnya tergantung pada kecepatan canter yang diinginkan. Pada gaya gallop, langkahnya sangat panjang dan badan terentang dengan bagian belakang agak naik. Kaki depan juga merentang lurus (Blakely dan Bade, 1991).

Bogart dan Taylor (1983) mengemukakan definisi dari beberapa istilah gaya berjalan kuda khususnya yang sering dipakai dalam dunia pacuan kuda yaitu:

1. Walk adalah sebuah gaya berjalan empat irama dimana setiap kaki menyentuh tanah secara terpisah satu sama lain.

2. Trot adalah sebuah gaya berjalan dua irama diagonal dimana kaki kanan depan dan kaki kiri belakang menginjak permukaan dataran dengan serentak, dan kaki kiri depan serta kaki kanan belakang menginjak permukaan dataran dengan serentak.

3. Canter adalah sebuah gaya berjalan tiga irama. Kaki belakang menginjak permukaan dengan serentak. Kedua kaki depan menginjak permukaan secara terpisah dan berbeda waktu dengan pijakan kaki belakang.

4. Gallop adalah canter yang dilakukan dengan cepat. Morfometrik Kuda

Sasimowski (1987) menyatakan bahwa kepala kuda merupakan bagian tubuh yang menunjukkan karakteristik tertentu sesuai dengan spesies, bangsa, jenis, kelamin, habitat hidup, dan kondisi kesehatan yang terlihat. Kuda yang hidup di daerah pegunungan dan dataran tinggi memiliki kepala yang relatif pendek dengan dahi lebih lebar dan panjang serta mempunyai moncong pendek.

Ukuran kepala amat berkorelasi dengan ukuran tubuh. Jika bobot kepala terlalu berat untuk leher maka akan membebani kaki dan menganggu keseimbangan. Namun, jika ukuran kepala terlalu kecil juga akan mengganggu keseimbangan (Edwards, 1991). Suherman (2007) menyatakan bahwa penciri kuda (size) tubuh seekor kuda adalah panjang badan, tinggi pundak, dan tinggi panggul sedangkan untuk bentuk (shape) tubuh seekor kuda hanya panjang badan.

(19)

Seleksi Kuda

Konformasi secara garis besar dapat menjelaskan penampilan umum seekor kuda. Konformasi tubuh dan kaki diketahui memiliki heritabilitas yang tinggi. Hal ini diketahui bahwa penilaian subjektif dari konformasi juga dipengaruhi oleh beberapa faktor bukan genetik (Arnason, 1984 ; Preisinger et al., 1991). Faktor bukan genetik ini meliputi tim penilai, jenis kelamin, kondisi tubuh dan manajemen pemeliharaan kuda, bulan dan tahun judging, serta perawatan anak kuda. Semua faktor ini dihitung bersama dengan data konformasi tubuh jika digunakan untuk melakukan seleksi kuda dan analisis genetik (Bowling dan Ruvinsky, 2000).

Biasanya kuda pejantan yang unggul akan memberikan keturunan yang unggul pula, meskipun sering terjadi penyimpangan berupa keturunan yang kurang baik. Hal ini bisa terjadi karena mungkin kondisi pejantan atau induknya yang kurang sehat, atau berbagai sebab lain, namun pada umumnya kuda pejantan menentukan baik tidaknya keturunan yang dihasilkan. Kehadiran kuda pejantan yang unggul, didampingi kuda betina berkualitas sebagai pasangannya, diharapkan akan meningkatkan mutu kuda. Kuda betina berfungsi sebagai kuda induk. Oleh karenanya, sebaiknya kita memilih kuda betina yang sehat, tegap, berbadan lebar dan panjang, agar jika mengandung akan dapat dengan leluasa menempatkan anak dalam kandungannya (Soehardjono, 1990). Kriteria seleksi untuk kompetensi reproduksi pada kuda jantan tidak jauh berbeda dengan kuda betina, yaitu sebagai berikut: sejarah, temperamen dan libido, usia, konformasi umum, pemeriksaan saluran reproduksi, evaluasi air mani, kelainan kromosom, pengambilan sampel darah, infeksi, dan manajemen umum pembiakan. Umur tidak mempengaruhi pemilihan kuda jantan breeding, namun yang harus diperhatikan adalah kesehatan dan kondisi kuda (Oftedalet al., 1983).

Warna Dasar Kuda

Warna dasar kuda adalah bay atau hitam, chesnut, dan grey. Warna dasar bay terdiri atas tiga macam warna yaitu bay terang (light bay) yaitu coklat kemerahan, bay cerah (bright bay) yaitu kuda dengan warna chesnut dan bay gelap (dark bay) cenderung berwarna coklat gelap. Kuda dengan warna bay adalah kuda yang memiliki surai, ekor, dan kaki berwarna hitam (Brown dan Sarah, 1994). Segera

(20)

7 setelah dilahirkan, anak kuda yang memiliki gen abu-abu mulai menunjukkan

pencampuran warna bulu putih, terutama warna putih. Proporsi warna abu-abu terhadap putih, meningkat seiring dengan pertambahan umur. Saat dewasa kelamin, warna bulu kuda berubah menjadi abu-abu atau abu-abu dengan bintik-bintik berwarna hitam (Bowling dan Ruvinsky, 2000). Chesnut merupakan warna coklat kemerahan pada bulu dan warna ini juga menjadi warna pada ekor dan surai (Vogel, 1995).

Penentuan Umur Kuda Berdasarkan Gigi

Gigi kuda memang dapat digunakan untuk memperkirakan umurnya secara cermat, sehingga para pengusaha pacuan mempunyai ahli atau spesialis untuk menentukan umur kuda. Hal ini dilakukan untuk mencegah adanya praktek-praktek tidak jujur misalnya memperlombakan kuda yang sudah cukup dewasa melawan kuda yang masih terlalu muda (Blakely dan Bade, 1991).

Seekor kuda mempunyai gigi susu yang kemudian akan berganti dengan gigi tetap. Ada sebanyak enam gigi depan atas dan enam gigi depan bawah. Gigi tetap mulai muncul dalam pasangan, dimulai pada umur 2,5 tahun. Baik gigi seri tengah atas maupun bawah pada umur tiga tahun telah lengkap. Gigi tersebut akan jauh lebih besar dan panjang dibandingkan dengan gigi susu. Umur empat tahun, pasangan berikutnya menjadi lengkap dan tinggallah satu pasang gigi susu. Kuda berumur lima tahun telah memiliki satu set gigi tetap yang lengkap dan tinggal satu pasang gigi seri sementara. Hal yang menarik adalah perkembangan gigi taring pada umur tersebut (meskipun bisa juga terjadi pada umur 3,5 tahun). Gigi taring selalu ada pada kuda jantan dewasa atau kuda jantan muda, tetapi jarang ada pada kuda betina (Blakely dan Bade, 1991). Kuda berumur enam sampai delapan tahun, gigi permanen telah usang yang dimulai dari bagian pusat hingga bagian pertengahan mengarah kesamping (Bogart dan Taylor, 1983).

Exercise (Latihan) Kuda

Kuda membutuhkan exercise atau latihan untuk menjaga kesehatannya, sama halnya dengan atlet lainnya. Kuda atlet yang secara rutin dilatih memerlukan frekuensi istirahat yang cukup, terlebih lagi pada saat kuda baru saja mengikuti suatu pertandingan, istirahat yang diberikan pada kuda dapat dengan melakukan

(21)

pengumbaran di paddock. Tindakan tersebut memberikan kesempatan bagi kuda untuk merelaksasikan otot-otot yang tegang setelah hari-hari kerja yang dijalani sebelumnya dan akan sangat berpengaruh terhadap psikologis kuda tersebut berkaitan dengan kelanjutan program latihan yang akan diberikan. Perlakuan latihan yang tidak tepat akan menyebabkan luka pada otot maupun tulang bagi kuda atlet (Tim Karya Tani Mandiri, 2010).

Kedaan cuaca juga perlu dipertimbangkan pada saat akan menjalani latihan, agar kondisi fisik kuda tetap prima. Hal ini dipertimbangkan agar terjadi keseimbangan antara temperatur tubuh dan lingkungan. Selain itu, kenyamanan lapangan tempat kuda akan menjalani latihan hendaklah terjamin dari berbagai kemungkinan adanya faktor penyebab kecelakaan. Penguasaan temperamen kuda juga diperlukan agar kuda menuruti setiap perintah yang diberikan penunggang, tetap tenang pada saat disaksikan orang banyak dan harus mempunyai insting untuk suka berlari-lari, melompat, dan bermain. Seluruh tubuh (tulang, otot, kaki, dan tulang belakang) kuda harus dapat bergerak dengan luwes, alami, dan dinamis (Tim Karya Tani Mandiri, 2010). Selain itu, terdapat perbedaan tertentu dalam kemampuan belajar dan mempelajari tugas tertentu dalam setiap latihan pada setiap bangsa kuda (Hart dan Hart, 1985).

Bangsa Kuda

Berbagai jenis kuda ada di dunia. Kuda tersebut berasal dari berbagai tempat di dunia atau yang dikembangkan disuatu daerah untuk suatu tujuan tertentu. Beberapa jenis diantara kuda itu masih tetap sama dengan keadaan di daerah asal tetapi beberapa jenis lagi telah banyak berubah untuk mengikuti perkembangan serta tuntutan zaman (Blakely dan Bade, 1991).

Kuda Arab

Kuda Arab mungkin berasal dari Mesir, tetapi telah dikembangkan di Arab sampai mencapai bentuk yang sekarang. Karakteristik yang menonjol dari kuda Arab adalah kecepatan, daya tahan tubuhnya (stamina) dan kecantikannya. Kuda ini juga terkenal karena memiliki sifat yang jinak dan bersahabat dengan manusia. Sifat inilah yang membuat kuda disukai oleh pemiliknya. Terkenal mudah dipelihara dalam kondisi yang baik, kondisi pada padang rumput atau ketersediaan biji-bijian

(22)

9 yang minim, dengan demikian kuda merupakan ternak kuda yang ekonomis bagi

pemiliknya (Blakely dan Bade, 1991).

Kuda Arab memiliki ciri-ciri kepala kecil dengan bagian hidung agak melengkung ke dalam (concave), mata bersinar jeli, rambut kepala (surai) dan ekor terurai panjang, kaki dan kuku kuat, cepat dan kuat untuk berlari jauh, berani dan bertemperamen (Edwards, 1991). Bobot kuda Arab mencapai 400-500 kg. Warna dasarnya kebanyakan putih (Tim Karya Tani Mandiri, 2010).

Kuda Poni

Kuda poni berukuran kecil sampai sedang, tinggi bahunya kurang dari 0,5-1,2 m. Tipenya termasuk kuda penarik atau kuda tunggang. Tingginya dari tanah sampai ke punggung kurang dari 142 cm (Tim Karya Tani Mandiri, 2010). Kuda ini kecil dan sifatnya keras, disukai di seluruh Amerika Serikat sebagai kuda tunggang untuk anak-anak. Selain beberapa dari sifat positifnya, kuda ini cenderung cepat marah dan keras kepala, seperti yang telah disadari oleh para pemilik kuda tersebut, tetapi meskipun demikian, bangsa kuda poni ini disayangi dan menjadi kuda kesayangan (Blakely dan Bade, 1991).

Ensminger (1962) menambahkan kuda poni termasuk ke dalam kuda dengan ukuran terkecil. Kuda poni merupakan kuda khas dari Shetland. Kuda poni digunakan sebagai kuda tunggang dan kuda tarik. Kuda ini juga biasa dijadikan sebagai hewan kesayangan anak kecil karena ukurannya yang kecil. Kuda ini memiliki tinggi 0,9-1,45 m dengan bobot badan 250-450 kg (Ensminger, 1962). Kuda Thoroughbred 

Kuda Thoroughbred dikembangkan oleh keluarga raja Inggris sebelum diimpor ke Amerika. Kalangan bangsawan Inggris mengembangbiakkannya sebagai kuda olahraga dan melombakan kuda ini karena memiliki penampilan yang bagus. Kuda ini diseleksi berdasarkan kecerdasannya, selain itu karakteristik kuda ini yang menonjol adalah kecepatan lari dan daya tahannya seperti telah dibuktikan selama beberapa tahun (Blakely dan Bade, 1991). Edwards (1994) menyatakan sejak 200 tahun yang lalu kuda Thoroughbred sudah dikembangkan sebagai industri pacuan karena mampu memberikan pengaruh besar dalam meningkatkan gerakan misalnya

(23)

kecepatan, keberanian, dan daya tahan serta secara bersamaan dapat meningkatkan ukuran tubuh.

Kuda Thoroughbred memiliki warna tubuh cokelat, chesnut, hitam, bay, dan abu-abu. Kuda ini pada bagian muka dan kaki berwarna putih. Kuda Thoroughbred memiliki berat 450-575 kg dan tinggi 1,55-1,65 m (Ensminger, 1962). Kidd (1995) menambahkan kuda Thoroughbred memiliki kondisi yang memenuhi syarat untuk berpacu, seperti bentuk kepala kecil dan terlihat pintar, leher dan badan panjang, kaki langsing dan panjang, tulang ramping dengan panjang yang seimbang, serta warna bulu yang halus dan terang.

Kuda Argentina (Criollo)

Kuda ini berasal dari Argentina yang dianggap memiliki hubungan dengan Barb, Andalusia dan Arab. Nenek moyang Criollo dibawa ke Amerika Selatan oleh tentara Spanyol pada abad ke-16. Sekarang ini, peternakan kuda Criollo menjadi populer. Kuda ini kebanyakan dikawinsilangkan dengan Thoroughbred, kombinasi yang kuat, bakat atletik dengan Thoroughbred yang cepat untuk menghasilkan kuda polo terbaik di dunia. Kuda ini memiliki kisaran tinggi 135-153 cm. Criollo merupakan kuda yang tangguh dan cerdas. Daya tahan, kecepatan dan gerakan gesitnya membuat mereka populer dan banyak dimanfaatkan peternak di Amerika Selatan untuk menggembalakan ternak. Mereka juga digunakan untuk transportasi dekat atau jauh dan juga membawa beban (Kidd, 1995).

Kuda Appaloosa

Ciri khas kuda ini yaitu kulitnya yang spotted. Appaloosa pertama kali dipelihara oleh suku Nez Perce dari Washington. Meskipun sekarang ditemukan diseluruh dunia, namun paling umum di Amerika.Kuda ini memiliki kisaran tinggi 144-154 cm. Kepribadian kuda ini sangat mudah mengerti, sangat mudah untuk ditangani, tangkas, atletik dan serbaguna. Kuda ini pandai melompat, memiliki daya tahan yang cukup dan cepat dalam jarak jauh (Kidd, 1995).

Kuda Poni Argentina

Kuda poni Argentina merupakan persilangan antara kuda Thoroughbred dan Criollo. Kuda ini merupakan kuda yang digunakan untuk bermain polo sehingga disebut juga dengan kuda poni polo. Karakterisitik kuda poni polo ini tampilannya

(24)

11 seperti Thoroughbred. Kuda harus cepat, berani, memiliki keseimbangan, dan sangat

lincah. Langkah kaki yang rendah tidak dipermasalahkan karena lebih mudah untuk mengambil bola dari seekor kuda poni yang lebih pendek kakinya (Edwards, 2002).

Pemilihan tipe dan konformasi dasar kuda poni polo adalah berdasarkan ketahanan dan kecepatan tubuh yang sedang membawa penunggang. Kuda harus memiliki kemampuan yang baik untuk berhenti tiba-tiba, berputar, kemudian kembali berlari kearah yang berlawanan, serta temperamen kuda harus berani dan cerdas untuk mendeteksi penempatan bola polo (Kacker dan Panwar, 1996).

Manajemen Pemeliharaan Kuda Perkandangan

Kandang kuda umumnya berbentuk single stall. Tempat untuk latihan (exercise) sebaiknya disediakan di areal perkandangan. Kandang untuk ternak kuda dapat dibuat dari bahan bangunan yang sederhana dan murah, namun harus memiliki konstruksi yang cukup kuat (Tim Karya Tani Mandiri, 2010). Membangun kandang di daerah tropis, sebaiknya disediakan ventilasi sehingga pertukaran udara dapat berjalan lancar dan tidak menimbulkan hawa panas didalam kandang (Jacoebs, 1994).

Atap kandang adalah naungan bagi ternak dan melindungi ternak terhadap air hujan, panas sinar surya, maupun terhadap udara dingin. Atap pada kandang kuda lebih baik jika jaraknya semakin tinggi, karena dapat menghasilkan sirkulasi udara yang baik. Tim Karya Tani Mandiri (2010) menambahkan atap kandang hendaknya dibuat dengan kemiringan sedang dan biasanya sekitar 30-45°. Bahan atap sebaiknya dipilih yang memiliki permukaan yang memungkinkan pemantulan sebanyak mungkin atau yang memiliki koefisien refleksi radiasi surya atau bumi.

Ketersediaan udara yang baik sangat dibutuhkan pada perkandangan kuda karena kuda mudah terkena penyakit pernafasan. Udara yang bersih sangat penting untuk kesehatan dan kenyaman kuda serta akan mempengaruhi kekuatan dari kuda tersebut. Ventilasi yang baik adalah berbentuk puncak pada atapnya dan akan sangat berpengaruh pada penanganan masalah kuda. Jendela pada kandang kuda juga harus berada pada posisi sejajar dengan kepala kuda (McBane, 1991).

(25)

Nozawa et al. (1981) menyatakan di tiap bagian kandang harus tersedia air bersih. Air minum harus diperhatikan bagi induk kuda yang sedang menyusui, karena jika induk kuda tersebut kekurangan air dalam kondisi menyusui maka air susu induk akan berkurang pula. Kandang juga harus memiliki sistem pembuangan kotoran yang baik dan adanya ketersediaan listrik untuk lampu, kipas, dan lain sebagainya.

Alas lantai kandang kuda harus selalu dalam keadaan bersih dan lunak serta beralaskan serbuk gergaji atau jerami. Alas lantai yang lunak bertujuan agar melindungi kuda ketika sedang berguling, memberikan kehangatan dan untuk kenyaman kuda serta melindungi kaki kuda, terutama untuk kuda olahraga dan kuda pacu (McBane,1994). Permukaan alas lantai kandang juga tidak boleh licin atau kasar yang dapat mengakibatkan goresan luka pada kuda. Selain itu, alas lantai kandang kuda tidak akan menjadi sarang parasit-parasit atau bakteri dan tidak akan mengakibatkan stres pada kuda yang dapat mengganggu tingkah laku atau produktivitas kuda (Tim Karya Tani Mandiri, 2010). Peternakan kuda lebih baik dilengkapi dengan fasilitas pendukung seperti tempat penyimpanan peralatan, tempat penyimpanan pakan, dan ruang groom pada setiap kandang sehingga memudahkan untuk pengawasan kuda (McBane,1994).

Pakan

Kuda tidak memamahbiak dan secara fisiologis tidak dapat melakukan proses regurgitasi. Kuda memiliki cecum yang besar dan mengandung mikroorganisme yang mampu mencerna pakan berserat, sehingga kuda dapat memanfaatkan hijauan dan jerami serta mengubahnya menjadi zat- zat gizi yang dapat diserap. Kebutuhan pakan yang bersifat spesifik bervariasi, tergantung pada pemanfaatan kuda yang bersangkutan. Kuda yang istirahat kebutuhan energinya lebih sedikit dibandingkan kuda yang sedang bekerja, kuda yang sedang laktasi perlu lebih banyak protein, dan kebutuhan gizi kuda muda hampir seluruhnya lebih banyak dibanding kuda dewasa (Blakely dan Bade, 1991).

Pakan utama kuda adalah rumput dengan berbagai jenis, seperti Panicum maximum dan Brachiaria mutica dengan ketinggian 1,2 m dan bermacam-macam jenis rumput yang tumbuh dimana-mana dengan ketinggian 40 cm yang biasa diarit untuk makanan ternak (Soehardjono, 1990). Pakan rumput hanya cukup untuk digunakan bagi kelangsungan hidup tetapi untuk kuda pacu atau olahraga perlu

(26)

13 tambahan konsentrat dan vitamin. Untuk pakan kuda, hijauan yang paling penting

dalam bentuk segar di pastura dan bentuk hay (Templeton, 1979). Pakan konsentrat merupakan pakan tambahan energi bagi kuda. Konsentrat yang dapat diberikan antara lain konsentrat sereal yang terdiri dari gandum, jagung, produk tepung, sorgum, berbagai produk padi dan produk non sereal yang terdiri dari gula bit, rumput kering, kacang-kacangan (legum) seperti kedelai dan kacang, sedangkan menurut NRC (1989), konsentrat atau sereal biji-bijian merupakan pakan utama yang menjadi sumber energi dan seluruh jenis biji-bijian yang bermanfaat bagi kuda. Selain rumput dan konsentrat juga diberi vitamin dan mineral (Soehardjono, 1990). Air juga sangat penting, tubuh kuda terdiri dari 70% air (McBane, 1994).

Kualitas pakan kuda dipengaruhi oleh spesies tumbuhan tersebut, kesuburan tanah, dampak iklim (seperti suhu dan kelembaban), dan juga tidak kalah pentingnya yaitu umur panen tumbuhan. Hijauan untuk kuda harus bebas toksin dan bebas dari bahan lain yang berbahaya bagi kuda (NRC, 1989). Pakan dapat dianalisis untuk mengetahui nutrisi yang terkandung didalamnya, dan pengetahuan dasar tentang komposisi beberapa pakan penting ketika menyiapkan ransum untuk kuda.

Jenis-jenis pakan untuk kuda terbagi dalam empat kategori menurut Pilliner (1993), yaitu :

(1) Biji-bijian. Sebagai sumber energi dari ransum konsentrat, misalnya oat, barley, dan jagung.

(2) Pakan protein. Berasal dari hewan (misalnya meat bone meal dan tepung susu) atau dari tumbuhan (misalnya biji rami, kedelai dan kacang-kacangan atau polong-polongan).

(3) Pakan intermediate. Pakan ini termasuk jerami, umbi-umbian dan tepung rumput.

(4) Hijauan. Rumput, hay, haylage, dan silase.

Pemberian pakan kuda untuk pemeliharaan yaitu pemberian secukupnya untuk menjaga kondisi sehari-hari. Hal ini berarti menyediakan energi untuk otot-otot usus, jantung dan paru-paru selama bekerja, energi untuk merumput, untuk mempertahankan suhu tubuh dan untuk menggantikan sel-sel yang menjaga tubuh agar dapat beraktivitas (Pilliner, 1993). Parakkasi (1986) menambahkan bahwa

(27)

pemberian pakan hendaknya dibedakan berdasarkan umur, jenis, tipe kuda, dan aktivitas harian kuda.

Setiap kuda yang menerima ransum atau pakan konsentrat penuh, sebaiknya pemberian makan diberikan tiga kali sehari. Jika kuda tidak menghabiskannya dalam tiga kali pemberian, berikan pakan pada larut malam, sehingga kuda mendapatkan jumlah makanan yang sama tetapi dengan empat kali pemberian pakan yang lebih sedikit (Pilliner, 1992). Kuda untuk olahraga dianggap dewasa pada umur tiga tahun. Saat umur tiga tahun baru mulai dilatih. Kuda olahraga tidak boleh terlalu dini dilatih karena punggungnya belum terlalu kuat dan mudah cedera. Pemberian makan disesuaikan dengan latihannya. Jika latihannya meningkat maka konsentrat ditambah. Lain halnya dengan kuda pacu, maka kuda olahraga lebih banyak memerlukan konsentrat dan serta kasar. Kebutuhan energi kuda olahraga biasanya terpenuhi dengan mengganti setengah hingga sepertiga pakan berserat dengan pakan yang mengandung zat tepung, terutama sereal biji-bijian (Medina et al., 2002).

Kesehatan

Menurut Blakely dan Bade (1991), program kesehatan pada ternak kuda mencakup pencegahan penyakit, pemberian obat cacing, dan tindakan pertolongan pertama. Merupakan suatu hal yang penting untuk senantiasa membuat diagnosayang tepat dan memiliki pengetahuan yang benar tentang pengobatan yang memadai. Pemilik dan peternak kuda sebaiknya memanfaatkan jasa dokter hewan agar berhasil dalam mengendalikan gangguan-gangguan tersebut.

Salah satu gejala pertama dari masalah apapun biasanya adalah rendahnya nafsu makan atau bahkan tidak makan sama sekali. Kuda yang sehat hampir selalu lapar dan ingin makan (Blakely dan Bade, 1991). Hodges dan Pilliner (1991) menambahkan kondisi kuda yang baik terlihat dari bulu yang mengkilap, halus, dan lembut serta pada saat kulit dicubit kemudian dilepaskan haruslah kembali dengan cepat, dan mudah kembali pada posisi semula. Kulit yang lambat kembali setelah dicubit menunjukkan adanya tingkat dehidrasi atau kekurangan lemak subkutan.  Kebersihan

Grooming lebih daripada sekedar menjaga kebersihan kuda, melainkan merangsang sirkulasi darah dan getah bening serta memberikan kilau pada bulu kuda

(28)

15 dengan membawa minyak alami ke permukaan. Grooming yaitu menyikat dengan

cepat bagian atas tubuh, menghilangkan noda yang sulit, mencuci mata, hidung lalu kaki. Kuda dapat dimandikan pada waktu tertentu. Kuda yang telah dicuci dan dibilas, selanjutnya dikeringkan dengan penyerap air atau keringat, lalu kepala, badan dan kaki dihanduki sampai kering (Pilliner, 1994).

Sanitasi sangat penting untuk mengendalikan kuda dari serangan parasit. Seekor kuda yang akan diperkenalkan kedalam kawanan harus diisolasi selama sebulan sebelum menjalani aktivitas dengan kuda lain. Setiap penyakit hewan mungkin telah diketahui sebelum periode isolasi sehingga diberi waktu untuk menunjukkan diri. Menjaga kebersihan kandang dan perawatan kuda secara teratur sangat mempengaruhi kesejahteraan kuda (Bogart dan Taylor, 1983).

Perlakuan Panas dan Dingin

Perlakuan dingin akan membantu untuk mengendalikan reaksi inflamasi dan mengurangi rasa sakit. Setelah fase akut awal cedera telah berlalu, terapi panas dan dingin bergantian dapat dilakukan untuk meningkatkan aliran darah ke daerah yang terkena dan membawa elemen-elemen penting untuk penyembuhan. Perawatan ini akan membuat kuda tenang, sehingga kuda dapat beristirahat lebih efektif (Pilliner,1994).

Manajemen Peternakan Kuda

Manajemen peternakan kuda berkaitan dengan masalah perencanaan, pengorganisasian, dan pelaksanaannya. Untuk melaksanakan prinsip-prinsip manajemen diperlukan kelengkapan yang saling terkait, seperti manusia, modal, serta material atau sarana. Faktor manusia sangat menentukan kelangsungan peternakan, karena tanpa kehadirannya tentu tidak akan ada peternakan kuda. Usaha modal sebagai tenaga penggerak, disamping manusia yang terampil dan memiliki keahlian khusus serta kelengkapan sarana, sangat menentukan usaha peternakan (Soehardjono, 1990). Setelah perencanaan yang matang dengan tersedianya modal, maka langkah berikutnya menentukan areal peternakan yang diperlukan, kemudian berupaya untuk pengadaan kuda pejantan dan betina. Langkah berikutnya mencari tenaga kerja yang ahli, seperti seorang manajer dan tenaga-tenaga ahli lainnya yang

(29)

akan mengelola segala sesuatu kegiatan teknis didalam peternakan itu (Soehardjono, 1990).

Sumber Daya Manusia

Memilih seorang manajer bagi sebuah peternakan serta tenaga-tenaga ahli dan pembantu-pembantunya dapat dilakukan berdasarkan beberapa pertimbangan, seperti dia harus berkepribadian dan beritikad baik, memiliki rasa cinta kepada kuda serta memiliki dedikasi tinggi terhadap pekerjaannya. Faktor terpenting dalam hal ini, yaitu adanya rasa tanggungjawab untuk merawat dan menjaga keselamatan hewan ternak peliharaannya (Soehardjono, 1990). Tenaga ahli dan pembantu-pembantunya pada suatu peternakan kuda menurut Soehardjono (1990) biasanya terdiri atas:

1. Bagian kandang, bertugas merawat kuda, membersihkan kandang dari kotoran kuda dan memberi makanan kepada kuda.

2. Bagian kesehatan, bertugas mengobati dan merawat kuda yang sakit, menolong kuda yang beranak dan memberi perawatan sesudahnya, serta menjaga kesehatan kuda secara keseluruhnya.

3. Bagian pertanian, bertugas menanam rumput dan melaksanakan pemeliharaan seperti menyiram rumput pada musim kemarau dan memberi pupuk.

4. Bagian listrik, air, dan mesin, bertugas menjaga jangan sampai ada gangguan pada penggunaan listrik, air, dan merawat semua mesin yang ada.

5. Bagian administrasi, bertugas mengerjakan administrasi kuda seperti laporan, perkawinan, kelahiran, masuk-keluarnya kuda serta menyelesaikan masalah yang menyangkut karyawan dan lain-lain.

6. Bagian logistik, bertugas melakukan pembelian makanan kuda, alat-alat, dan sebagainya.

Polo

Polo adalah olahraga beregu yang dimainkan diatas kuda dengan tujuan untuk mencetak gol ke gawang lawan. Pemain mengendalikan bola kayu atau plastik (diameter 3-3,5 inci) dengan menggunakan pemukul yang panjang disebut mallet. Gol dianggap sah apabila bola lewat diantara gawang yang ditandai dengan dikibarkannya bendera oleh penjaga gawang. Setiap regu polo terdiri dari empat

(30)

17 orang pemain dengan menggunakan jumlah kuda yang tidak terbatas. Permainan

berlangsung dalam periode tujuh menit yang disebut chukka. Keseluruhan permainan dapat berlangsung antara empat sampai enam chukka tergantung pada peraturan turnamen dan asosiasi masing-masing (Jakarta Press, 2010).

Sejarah Polo di Indonesia

Tahun 1937 menandai dimulainya sejarah polo di Indonesia, saat Batavia Polo Klub didirikan di Lapangan Banteng, Jakarta. Pendiri perkumpulan tersebut adalah seorang Belanda dan pertandingan pertama yang dilakukannya adalah melawan regu polo Malaysia. Saat terjadi perang dunia kedua dan Indonesia dijajah Jepang, perkumpulan tersebut bubar (Jakarta Press, 2010).

Tahun 1992, Hashim S. Djojohadikusumo dan James T. Riady kembali memperkenalkan polo di Indonesia dengan mendirikan Jakarta Polo and Equestrian Club (JPEC) di Bukit Sentul Selatan. Pada tahun itu pula, Indonesia menjadi anggota Federation of International Polo (FIP) dengan Hashim Djojohadikusumo sebagai Ketua Asosiasi Polo Indonesia.

Dibawah bimbingan Subiyakto Cakra Wardaya sebagai presiden Persatuan Olahraga Berkuda Indonesia (PORDASI), Asosiasi Polo Indonesia menjadi Komisi Polo Indonesia dibawah PORDASI dengan ketuanya tetap Hashim Djojohadikusumo. Karena kesibukan ketuanya tersebut berbisnis di luar negeri, perkembangan polo di Indonesia benar-benar berhenti pada tahun 2002 (Jakarta Press, 2010).

Tahun 2005, dibawah bimbingan Letnan Jenderal (Purn.) Prabowo Subianto, didirikan Nusantara Polo Club. Klub ini mewakili Indonesia untuk pertama kalinya dalam turnamen Kings Cup 2006 di Thailand dan meraih peringkat ketiga dibawah Malaysia dan Jordan. Pada akhir dari turnamen ini, negara-negara ASEAN: Malaysia, Filipina, Thailand, Singapura, dan Indonesia sepakat untuk membuat polo sebagai cabang olahraga resmi yang dimainkan dalam SEA Games2007 di Thailand (Jakarta Press, 2010).

Nusantara Polo Club

Nusantara Polo Club adalah klub polo berkuda eksklusif pertama di Indonesia yang dibangun oleh Prabowo Subianto di kawasan Jagorawi Golf & Country Club.

(31)

Selain menjadi klub yang terbuka untuk membina olahraga polo berkuda yang saat ini masih belum lazim dimainkan di Indonesia, Nusantara Polo Club juga membina tim nasional polo Indonesia yang pada bulan Desember 2007 berkesempatan mewakili Indonesia pada ajang turnamen polo SEA GAMES 2007 di Thailand. Tahun 2011, Nusantara Polo Club direncanakan akan dijadikan tempat penyelenggaraan turnamen polo berkuda pada South East Asian Games (SEA Games) 2011 Indonesia (Jakarta Press, 2010).

Peralatan yang Digunakan untuk Bermain Polo

Manajemen perawatan dan pemeliharaan kuda di Nusantara Polo Club akan berinteraksi dengan penggunaan kuda baik pada polo maupun kegiatan berkuda (equestrian). Kegiatan-kegiatan penggunaan kuda tersebut tidak lepas dari adanya peralatan dan perlengkapan-perlengkapan khusus yang tentunya juga memerlukan perawatan dan pemeliharaan secara khusus pula. Peralatan-peralatan tersebut diantaranya adalah (Nusantara Polo Club, 2010):

a. Saddle atau pelana adalah tempat dudukan yang diletakkan pada punggung kuda. b. Double girth for mouth adalah tali yang terbuat dari kulit, dipasangkan pada

badan kuda, berfungsi untuk menahan kuda saat berontak.

c. Bandage adalah kain yang diberikan pada kaki kuda dengan membalutkannya pada keempat kaki kuda, hal ini dimaksudkan agar kuda tidak mengalami luka saat bergesekan antara kaki yang satu dengan yang lainnya.

d. Martingale adalah tali yang terbuat dari kulit, dipasangkan pada badan kuda berfungsi untuk menahan kepala kuda supaya tidak naik turun saat ditunggangi. e. Safety adalah sabuk yang melilitkan pelana ke badan kuda, berfungsi untuk

mengendalikan kuda.

f. Stirrup adalah pijakan kaki untuk penunggang kuda yang berfungsi mengatur posisi kaki yang sesuai dengan tinggi badan penunggang

g. Polo ball adalah bola yang digunakan dalam permainan polo, terdiri atas berbagai jenis dengan ukuran yang berbeda dan penggunaan pada jenis lapangan yang berbeda.

(32)

19 h. Polo stick / mallet adalah tongkat pemukul dalam permainan polo. Panjang stick

sendiri bervariasi ditentukan dengan ukuran tinggi badan seseorang, yaitu sekitar 50-53 inchi atau 127-134,62 cm.

(33)

MATERI DAN METODE Waktu dan Lokasi

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli sampai dengan bulan September 2010 di Nusantara Polo Club, Kompleks Polo-Jagorawi Golf Country Club, Cibinong, Bogor, Jawa Barat.

Materi

Materi penelitian menggunakan 35 ekor kuda yang terdiri atas seekor jantan dewasa, tujuh ekor jantan kastrasi, dan 27 ekor betina dewasa, bersama dengan 26 orang responden yang merupakan tim pengurus, pelatih senior, dan atlet kuda polo di Nusantara Polo Club. Peralatan yang digunakan meliputi alat tulis, kamera, dan lembar wawancara yang telah dipersiapkan terlebih dahulu.

Prosedur

Penelitian ini diawali dengan penelitian pendahuluan yaitu dengan melakukan survei ke Nusantara Polo Club. Hasil penelitian pendahuluan memberi informasi awal dan persiapan materi penelitian, juga sebagai gambaran umum untuk mendukung pelaksanaan penelitian utama. Pengumpulan data dilakukan melalui pengamatan langsung, dokumentasi, dan wawancara dengan responden di Nusantara Polo Club. Pengamatan secara keseluruhan dilakukan untuk menggambarkan secara deskriptif lokasi peternakan kuda, terutama kondisi lingkungan di Nusantara Polo Club.

Data yang dikumpulkan selama penelitian meliputi:

1. Pengadaan kuda, hal-hal yang dicatat mencakup sistem pengadaan, asal-usul, umur saat dibeli, dan jenis kelamin. Data ini adalah untuk mengetahui asal-usul kuda yang sering digunakan dan cara mendatangkan kuda tersebut.

2. Identitas kuda, hal-hal yang dicatat meliputi nama dan jenis kuda, nomor kuda, umur, jenis kelamin, warna bulu, morfologi, silsilah kuda dan mengukur lingkar dada serta panjang badan. Estimasi bobot badan dicari dengan menggunakan persamaan (Pilliner, 1992) :

Bobot badan (kg) = (lingkar dada (cm))2 x panjang badan (cm) 8717

(34)

21 3. Penanganan kesehatan, hal-hal yang dicatat meliputi kesehatan kuda, penyakit yang sering menyerang, cara pengobatannya, dan pemanfaatan jasa dokter hewan. Hasil pencatatan ini digunakan untuk mengetahui tingkat perhatian pengelola di Nusantara Polo Club terhadap kuda yang digunakan.

4. Pakan, hal-hal yang dicatat meliputi jenis dan jumlah pakan yang diberikan, baik rumput maupun konsentrat, tambahan makanan, dan frekuensi pemberiannya pada kuda.

5. Analisa zat makanan dari hijauan dan konsentrat, dengan menganalisa sampel pakan di laboratorium untuk mengetahui kebutuhan nutrisi kuda.

6. Pemeliharaan kuda, informasi ini digunakan untuk menjelaskan teknik pemeliharaan yang dilakukan dengan mengamati manajemen pemeliharaan. 7. Kesejahteraan kuda, menjelaskan tentang perlakuan yang diterima oleh kuda.

Data yang diamati meliputi lama penggunaan hewan, periode pengunaan, jenis tingkah laku dan kondisi fisik serta lama istirahat kuda dalam sehari.

8. Pelatihan kuda, menjelaskan tentang pola latihan kuda. Data yang diamati meliputi lama latihan kuda dan jenis latihan yang diikuti.

9. Identitas atlet dan petugas, hal-hal yang dicatat meliputi pengalaman, tugas, dan tingkat pendidikan atlet dan petugas.

10. Kegiatan Nusantara Polo Club yang menggambarkan persiapan Nusantara Polo Club dalam menghadapi SEA Games 2011.

11. Pertandingan polo, akan menjelaskan tata cara dan peraturan pertandingan polo, jumlah babak (chukka) yang dimainkan, jumlah kuda yang digunakan, dan lama waktu serta peralatan yang digunakan dalam pertandingan polo.

Analisis Data

Data yang dikumpulkan pada penelitian ini, termasuk data hasil wawancara ditabulasikan dan dianalisis secara deskriptif untuk mendapatkan informasi mengenai manajemen pemeliharaan kuda secara keseluruhan.

Data juga dianalisis secara kuantitatif dengan rumus (Walpole, 1993): ∑

(35)

Keterangan:

: Rataan sampel : Data sejumlah i n : Ukuran sampel

Setelah nilai rataan diperoleh, selanjutnya dicari nilai persentasenya dengan menggunakan rumus:

Y = x 100% Keterangan :

Y: Persentase rataan dari peubah yang diamati (peubah kuantitatif) : Rataan sampel

(36)

HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Lokasi Penelitian

Nusantara Polo Club (NPC) adalah klub polo berkuda eksklusif pertama di Indonesia, letaknya di kawasan Jagorawi Golf Country Club, Cibinong, Kabupaten Bogor. Keadaan iklim di wilayah ini berada pada kisaran suhu antara 23–34oC dengan rataan 26,7oC dan kelembaban antara 34–82% dengan rataan 68,6%. Data tersebut diperoleh dari hasil pengukuran suhu dan kelembaban dengan menggunakan termo-higrometer, yang ditempatkan di tengah-tengah kandang pengamatan. Kisaran suhu di NPC masih diatas kisaran suhu yang nyaman untuk kuda. Menurut Ensminger (2010), suhu yang nyaman untuk kuda yaitu berkisar antara 7,22-23,88oC, namun yang paling baik pada suhu 12,77oC. Kelembaban yang dapat diterima berkisar 50-75%, namun yang paling baik yaitu pada kelembaban 60%. Tingginya suhu di NPC memberi efek negatif bagi kuda, karena sebagian besar kuda di NPC merupakan kuda impor, sehingga kuda cukup sulit beradaptasi pada suhu kandang tersebut di NPC. Berbagai cara yang dilakukan oleh petugas di NPC untuk mengatasi suhu lingkungan yang tinggi yaitu dengan pemasangan kipas dan pipa penyejuk udara, pemandian kuda, pemberian air minum ad libitum, dan pengaturan bangunan kandang yang terbuka untuk menjaga kuda tetap nyaman.

Terdapat dua kandang kuda di NPC yaitu kandang Alfa dan Bravo. Kandang yang dijadikan tempat penelitian adalah kandang Alfa yang khusus ditempati kuda polo, sedangkan kandang Bravo ditempati kuda non-atlet. Menurut Widowati (2011), kuda non-atlet di kandang Bravo merupakan kuda tua pasca atlet yang masih digunakan untuk kuda olahraga dan sebagian untuk kuda kawin serta beberapa kuda muda yang sedang dilatih untuk menjadi kuda polo. Populasi kuda di NPC berjumlah 77 ekor kuda. Sebanyak 42 ekor kuda non-atlet ditempatkan di kandang Bravo, sedangkan 35 ekor lainnya ditempatkan di kandang Alfa. Lokasi NPC selengkapnya dapat dilihat pada Gambar 1.

Nusantara Polo Club (NPC) diambil alih oleh Prabowo Subianto pada tahun 2005 setelah sebelumnya bernama Batavia Polo Club yang didirikan oleh Hasyim Djojohadikusumo. Dahulunya lahan yang dimiliki oleh Batavia Polo Club sebatas pada luas kandang Bravo, setelah beralih kepemilikan dan berganti nama menjadi Nusantara Polo Club, lahan yang dimiliki untuk pengembangan kuda polo semakin

(37)

diperluas hingga akhirnya sekarang terdapat kandang Alfa dan padang penggembalaan yang juga semakin luas. Fasilitas serta kuda yang dimiliki pun semakin lengkap dan banyak.

Lapangan Polo

Kandang Bravo

Kandang Alfa

Gambar 1. Lokasi Nusantara Polo Club Dilihat dari Atas (Google Earth, 2010) Fasilitas yang terdapat di NPC selain kandang kuda tersedia tack room yang merupakan tempat untuk menyimpan peralatan-peralatan yang digunakan untuk bermain polo, gudang pakan tempat menyimpan konsentrat, gudang tempat menyimpan obat-obatan, kantor pegawai, mess pegawai dan atlet, lapangan polo berukuran 300 x 140 yard atau setara dengan 274,32 x 128 m2, lapangan exercise, padang penggembalaan (pastura), kebun rumput, dan club house. Gudang pakan, obat-obatan dan peralatan, letaknya berdekatan dengan kandang agar memudahkan distribusinya. Hal ini sesuai dengan pendapat McBane(1994), bahwa peternakan kuda lebih baik dilengkapi dengan fasilitas pendukung seperti tempat penyimpanan peralatan, tempat penyimpanan pakan, ruang groom pada setiap kandang sehingga memudahkan dalam pengawasan kuda. Gambar 2 memperlihatkan berbagai fasilitas yang terdapat di NPC.

(38)

25 (a) Gudang Pakan (b) Ruang Peralatan

(c) Mess Karyawan

Gambar 2. Berbagai Fasilitas di Nusantara Polo Club Pengadaan Kuda

Nusantara Polo Club memelihara kurang lebih 77 ekor kuda yang terdiri atas kuda pejantan breeding, kuda induk, kuda jantan kastrasi, kuda betina dewasa, dan anak kuda. Jumlah kuda yang digunakan sebagai materi penelitian adalah kuda yang berada di kandang Alfa yang dikhususkan untuk bermain polo. Terdapat 35 ekor kuda penelitian yang terdiri atas satu ekor jantan dewasa, tujuh ekor jantan kastrasi, dan 27 ekor betina dewasa. Menurut bangsa, kuda tersebut terdiri dari kuda poni Argentina dan kuda Arab.

Kuda poni Argentina dibeli pada tahun 2007 yang berasal dari Argentina. Pada tahun tersebut kuda dikirim ke Thailand untuk mengikuti SEA Games 2007. Setelah selesai mengikuti kejuaraan ini, barulah kuda tersebut dikirim ke Indonesia dan dipelihara hingga sekarang di NPC. Umur kuda saat dibeli berkisar antara 4-10 tahun. Kuda tersebut sebelumnya harus melewati karantina untuk diperiksa kesehatannya dan diadaptasikan terlebih dahulu dengan lingkungan sekitarnya. Setiap kuda tersebut memiliki sertifikat yang berisi informasi mengenai identifikasi dan ciri-ciri serta umur kuda. Kuda Arab yang terdapat di NPC merupakan kuda

(39)

peninggalan dari Batavia Polo Club, namun tidak ada catatan mengenai silsilah kuda tersebut.

Saat ini di NPC sudah mulai dilakukan pengembangbiakan kuda untuk menghasilkan kuda polo, yang dimulai sejak Mei 2009. Terdapat satu ekor kuda betina dan satu ekor kuda pejantan di kandang Alfa digunakan sebagai kuda breeding. Kuda betina tersebut telah dikawinkan dan kini dalam keadaan bunting. Penelitian Widowati (2011) menyatakan, di kandang Bravo NPC juga terdapat 11 ekor kuda betina dan empat ekor kuda jantan yang digunakan sebagai kuda breeding. Pengawinan kuda dilakukan secara alami, namun juga masih terdapat campur tangan manusia dalam membantu pelaksanaan pengawinan.

Identitas Kuda

Sejumlah 35 ekor kuda penelitian berumur diatas tujuh sampai 30 tahun dengan rataan umur 12,3 tahun. Data umur kuda ini sebagian besar berasal dari sertifikat kuda yang dimiliki oleh NPC dan sebagian lagi didapat dari perkiraan umur dengan melihat gigi kuda oleh petugas NPC. Terdapat lima ekor kuda di kandang Alfa yang tidak digunakan untuk olahraga polo. Satu ekor kuda pejantan Arab digunakan sebagai kuda breeding, satu ekor kuda betina poni Argentina sedang dalam keadaan bunting, satu ekor kuda betina Arab merupakan kuda indukan, dan dua ekor kuda Arab jantan kastrasi merupakan kuda equestrian. Kuda yang sedang bunting dulunya merupakan kuda yang digunakan untuk bermain polo, namun karena umurnya yang sudah tua, kuda tersebut akhirnya digunakan sebagai kuda betina breeding untuk pengembangbiakan kuda polo di NPC. Kuda tersebut dikawinkan pada bulan Februari 2010 dengan salah satu kuda pejantan poni Argentina bernama Thiponwest yang dipelihara di kandang Bravo.

Bangsa kuda yang paling banyak dipelihara adalah poni Argentina (85,71%) sedangkan lainnya adalah bangsa kuda Arab. Dua bangsa kuda yang terdapat di NPC diperlihatkan pada Gambar 3.

Kuda yang digunakan untuk bermain polo adalah kuda poni Argentina atau yang juga disebut sebagai kuda poni polo, merupakan hasil persilangan antara kuda Thoroughbred dan Criollo. Kidd (1995) menyatakan, Criollo kebanyakan dikawinsilangkan dengan Thoroughbred untuk menghasilkan kombinasi yang kuat, bakat atletik dengan Thoroughbred yang cepat untuk menghasilkan kuda polo terbaik

(40)

27 di dunia. Criollo merupakan kuda yang tangguh dan cerdas, memiliki daya tahan tubuh dan kecepatan yang baik, serta gerakan yang gesit.

(a) Kuda Poni Argentina (b) Kuda Arab Gambar 3. Bangsa Kuda di Nusantara Polo Club

Karakterisitik kuda poni polo ini tampilannya seperti Thoroughbred. Kuda ini memiliki karakteristik kecepatan lari yang baik, bentuk badan yang kokoh dan atletik, bentuk kaki yang lurus dan proposional untuk memudahkan berlari, mempunyai ukuran lingkar dada yang lebar dan dalam sehingga memiliki kapasitas paru-paru yang besar dan dapat menampung banyak udara, mempunyai tulang yang kokoh dan perdagingan yang bagus, kuat, namun tidak terlalu gemuk. Kuda harus cepat, berani, memiliki keseimbangan, dan sangat lincah. Langkah kaki rendah tidak dipermasalahkan karena lebih mudah untuk mengambil bola dari seekor poni yang lebih pendek kakinya. Kacker dan Panwar (1996) menambahkan bahwa kuda harus memiliki kemampuan yang baik untuk berhenti tiba-tiba, berputar, kemudian kembali berlari kearah yang berlawanan, serta temperamen kuda harus berani dan cerdas untuk mendeteksi penempatan bola polo. Dilihat dari postur tubuhnya, secara umum kuda polo di NPC memiliki bentuk badan yang kokoh, pertumbuhan otot dan tulang yang baik, serta bentuk kaki yang proposional.Gerakannya juga cukup gesit dan berani, stamina yang terjaga, serta memiliki kecepatan lari yang cukup baik. Bulu kuda di NPC juga terlihat mengkilat dan tidak mudah rontok.

Kuda Arab (Gambar 3b) di NPC yang merupakan kuda peninggalan dari Batavia Polo Club yang mana tiga ekor diantaranya berwarna abu-abu dan satu ekor lainnya berwarna chesnut. Kuda ini dahulunya digunakan sebagai kuda equestrian yaitu jumping dan dressage, namun saat ini kuda tersebut tidak lagi digunakan baik untuk olahraga maupun sebagai kuda polo. Kuda pejantan Arab digunakan

(41)

sebagai pejantan breeding untuk disilangkan dengan kuda lokal Indonesia maupun kuda poni Argentina yang tidak lagi digunakan sebagai polo untuk menghasilkan anak kuda yang akan dipersiapkan menjadi kuda polo. Kuda Arab memiliki kecepatan lari yang baik dan daya tahan tubuh yang kuat sehingga diharapkan keturunannya juga memiliki sifat tersebut yang bermanfaat dalam bermain polo. Sebanyak 35 ekor kuda memiliki warna bulu yang berbeda-beda. Berbagai warna bulu kuda yang ada di NPC dapat dilihat pada Gambar 4.

(a) Warna Chesnut (b) Warna Grey

(c) Warna Cream (d) Warna Tobiano

(e) Warna Bay (f) Warna Black

(g) Warna White (h) Warna Brown Gambar 4. Berbagai Warna Bulu Kuda di Nusantara Polo Club

(42)

29 Warna bulu didominasi oleh warna chesnut (37,14%) (Gambar 4a), selanjutnya warna bay (28,57%) (Gambar 4b), grey (17,14%) (Gambar 4c), black (5,71%) (Gambar 4d), cream (2,86%) (Gambar 4e), white (2,86%) (Gambar 4f), tobiano (2,86%) (Gambar 4g), dan brown (2,86%) (Gambar 4h). Chesnut merupakan warna coklat kemerahan pada bulu dan warna ini juga menjadi warna pada ekor dan surai (Vogel, 1995). Kuda dengan warna bay atau black adalah kuda yang memiliki surai, ekor, dan kaki berwarna hitam (Brown dan Sarah, 1994).

Tinggi kuda di NPC berkisar antara 146-162 cm dengan rataan 153,8 cm pada kuda poni Argentina dan 152,9 cm pada kuda Arab. Menurut Federation of International Polo (2010), tinggi kuda poni Argentina yang baik digunakan untuk bermain polo adalah sekitar 156 cm.

Estimasi Bobot Badan

Bobot badan (BB) kuda tidak diperoleh melalui penimbangan secara langsung melainkan dengan pengukuran panjang badan (PB) dan lingkar dada (LD). Menurut Pilliner (1992), pengukuran panjang badan pada tubuh kuda dilakukan dari point of shoulder hingga point of buttock sedangkan lingkar dada diukur melingkar dibelakang sendi siku, seperti diperlihatkan pada Gambar 5. Meskipun nilai bobot badan yang didapat tidak begitu akurat, namun metode ini cukup cepat dan mudah dilakukan untuk membantu pengamatan terhadap kondisi kuda.

LD

PB

Gambar 5. Cara Pengukuran Lingkar Dada dan Panjang Badan

Hasil pengukuran memperlihatkan, lingkar dada kuda berkisar antara 167-192 cm dengan rataan 178,43 cm, sedangkan panjang badan kuda berada pada kisaran 98-118 cm dengan rataan 107,6 cm. Berdasarkan ukuran lingkar dada dan panjang badan kuda, maka didapatkan estimasi bobot badan kuda di NPC berkisar

(43)

antara 313,54-477,87 kg dengan rataan bobot badan untuk kuda polo adalah 393,94 kg dan kuda non-polo (kuda Arab) 349,79 kg. Hasil ini tidak sesuai dengan pendapat Tim Karya Tani Mandiri (2010) yang menyatakan bahwa bobot badan kuda Arab mencapai 400-500 kg dan juga menurut Federation of International Polo (2010) bahwa bobot badan kuda polo yang baik berkisar antara 400-500 kg. Ketidakdisiplinan petugas yang memberi pakan juga dapat menjadi salah satu penyebab rendahnya bobot badan kuda di NPC. Namun, nilai pendugaan bobot badan yang didapat juga sangat dipengaruhi oleh keakuratan pengukuran panjang badan dan lingkar dada, karena posisi tubuh kuda yang tidak tegak dapat menurunkan atau menaikkan ukuran panjang badan kuda yang mengakibatkan ketidakakuratan pendugaan bobot badan kuda.

Identitas Petugas

Nusantara Polo Club (NPC) memiliki 72 orang karyawan yang terdiri atas manajer, bagian administrasi dan keuangan, petugas maintenance, pelatih, atlet, groomer, dan petugas tack room. Responden yang digunakan dalam penelitian ini berjumlah 25 orang, yang terdiri atas manajer, groomer, petugas tack room, pelatih, atlet, penanggungjawab kandang, farrier, asisten farrier, dan asisten dokter hewan. Manajer bertugas untuk merencanakan dan mengelola segala kegiatan baik yang bersifat teknis maupun non teknis didalam peternakan kuda. Manajer bertanggungjawab penuh terhadap semua kejadian yang berada dalam lingkungan peternakan. Dalam hal ini, diperlukan suatu keterampilan untuk merencanakan segala kegiatan dan membangun komunikasi yang baik dengan karyawannya untuk menciptakan lingkungan yang nyaman dan harmonis.

Groomer. Petugas yang merawat kuda biasa disebut groomer. Kandang Alfa terdapat delapan orang groomer, masing-masing groomer memelihara 3-4 ekor kuda. Tugas-tugas yang dikerjakan adalah merawat kuda, membersihkan kandang, memberi pakan, mengawasi tingkah laku kuda, dan membawa kuda exercise pada jalur yang telah ditetapkan. Masing-masing kuda memiliki tingkah laku yang berbeda, beberapa diantaranya ada yang bersifat agresif dan sensitif, namun ada juga kuda yang bersifat penurut. Yang dimaksud dengan agresif adalah kuda yang suka menendang, agak sulit saat memasang peralatan alat tunggang dan saat ditunggangi. Oleh karena itu, groomer harus mampu mengenali karakteristik kuda yang

(44)

31 dipeliharanya untuk memudahkan dalam merawat kuda. Tugas groomer sangatlah penting karena performance kuda juga tergantung dari kebersihan kuda yang berpengaruh terhadap kesehatannya. Groomer juga harus memiliki rasa cinta terhadap kuda yang dipeliharanya agar dapat membuat hubungan yang nyaman antara groomer dan kuda. Identitas groomer di NPC saat penelitian dilakukan diperlihatkan pada Tabel 1.

Tabel 1. Identitas Groomer

Keterangan Jumlah (Orang) Persentase (%) 1. Umur (tahun) - > 25 2 25 - < 25 6 75 2. Pendidikan Terakhir - SD 3 37,5 - SMP 4 50 - SMA 1 12,5

3. Lama Bekerja (tahun)

- 2 2 25

- 3 2 25

- 4 4 50

Tabel 1 menunjukkan bahwa lebih banyak groomer yang berusia kurang daripada 25 tahun dibanding diatas usia 25 tahun, sedangkan untuk pendidikan terakhir, terlihat bahwa empat orang (50%) dari jumlah groomer mengenyam pendidikan terakhir Sekolah Menengah Pertama (SMP), tiga orang groomer dengan tingkat pendidikan terakhir Sekolah Dasar (SD), dan hanya satu orang yang mengenyam tingkat pendidikan terakhir Sekolah Menengah Atas (SMA). Hal ini memperlihatkan, nampaknya tingkat pendidikan terakhir tidaklah terlalu berpengaruh untuk menjadi seorang groomer. Sebanyak 50% (empat orang) groomer telah bekerja selama empat tahun di NPC, dua orang groomer selama tiga tahun, dan dua orang lainnya baru bekerja selama dua tahun.

PetugasTack Room. Petugas tack room adalah orang yang bertugas untuk mempersiapkan pakan yang akan diberikan pada kuda, dan merawat serta mempersiapkan peralatan yang digunakan untuk bermain polo. Gudang pakan dan peralatan menjadi tanggungjawabnya. Petugas tack room pada kandang Alfa di NPC berjumlah dua orang, masing-masing berumur 23 dan 42 tahun. Tingkat pendidikan terakhir kedua petugas tack room adalah SMA. Mereka pun telah

Gambar

Gambar 1. Lokasi Nusantara Polo Club Dilihat dari Atas (Google Earth, 2010)  Fasilitas yang terdapat di NPC selain kandang kuda tersedia tack room yang  merupakan tempat untuk menyimpan peralatan-peralatan  yang digunakan untuk  bermain polo, gudang pakan
Gambar 2. Berbagai Fasilitas di Nusantara Polo Club  Pengadaan Kuda
Gambar 5. Cara Pengukuran Lingkar Dada dan Panjang Badan
Tabel 1. Identitas Groomer
+7

Referensi

Dokumen terkait

Dengan input seberapa banyak kota yang akan didistribusikan oleh PT.PIM sesuai permintaan pelanggan maka diharapkan dengan menggunakan Algoritma Genetika akan

Bauran pemasaran merupakan kegiatan pemasaran yang terdiri dari empat variabel, yakni produk, harga, saluran distribusi, dan promosi yang digunakan perusahaan untuk

mahasiswa Pendidikan Biologi UIN Walisongo Semarang terhadap pentingnya penggunaan tabir surya disebabkan karena kurangnya edukasi mengenai tabir surya dan bahaya paparan

Uji t digunakan dalam penelitian ini untuk mengetahui kemampuan dari masing-masing variabel secara parsial dalam memperoleh variabel terikat.. Coefficients a Model

Jumlah Potensi dan Sumber Kesejahteraan Sosial (PSKS) di Provinsi Riau saat ini sebagai berikut: Pekerja Sosial Profesional sebanyak 10 orang, Pekerja Sosial

Sistem kerja dari WAN adalah seperti halnya jaringan LAN hanya jika diinginkan transfer data dari user di terminal VSAT yang lain maka server yang berada pada terminal VSAT

sehingga peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tesis yang berjudul “Penguatan Nasionalisme melalui Revitalisasi Gerakan Pramuka dan Implikasinya terhadap