• Tidak ada hasil yang ditemukan

KATA PENGANTAR. dan PSKS ke 12 (dua belas) Kabupaten dan Kota se-provinsi Riau dan diperoleh data PMKS

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KATA PENGANTAR. dan PSKS ke 12 (dua belas) Kabupaten dan Kota se-provinsi Riau dan diperoleh data PMKS"

Copied!
86
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

KATA PENGANTAR

Data Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS), Potensi dan Sumber Kesejahteraan Sosial (PSKS) telah diakui sebagai data dasar pembangunan bidang kesejahteraan sosial. Kedua jenis data ini menjadi acuan bagi proses perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan program penyelenggaraan kesejahteraan sosial.

Dinas Sosial Provinsi Riau pada tahun 2016 telah melaksanakan pendataan PMKS dan PSKS ke 12 (dua belas) Kabupaten dan Kota se-Provinsi Riau dan diperoleh data PMKS dan PSKS dari masing-masing Kabupaten dan Kota. Hasil pendataan ini belum sempurna, karena masih adanya Kabupaten dan Kota yang datanya belum dilengkapi.

Akhirnya, kepada semua pihak yang telah membantu dan bekerjasama dalam kegiatan ini, kami ucapkan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya. Harapan kami mudah-mudahan buku ini bermanfaat bagi kita semua.

Pekanbaru, Desember 2016 KEPALA DINAS SOSIAL PROVINSI RIAU,

Drs. H. SYARIFUDDIN AR. M.Si Pembina Utama Muda

(3)

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... ii

DAFTAR LAMPIRAN ... iii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar belakang ... 1

1.2 Maksud dab Tujuan... 2

1.3 Cakupan Data ... 3

BAB II PENGERTIAN ... 4

2.1 Pengertian Umum... 4

2.2 Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS)... 4

2.3 Potensi dan Sumber Kesejahteraan Sosial (PSKS) ... 13

2.4 Sumber Data... 18

BAB III METODOLOGI ... 19

3.1 Pendekatan Keluarga... 19

3.2 Pendekatan Kelembagaan ... 19

3.3 Proses Pengumpulan dan Pengolahan Data ... 21

3.4 Prinsip pelaksanaan pendataan PMKS dan PSKS ... 21

BAB IV REKAPITULASI DAN DISTRIBUSI DATA PMKS DAN PSKS ... 22

4.1 Rekapitulasi dan Disrtibusi PMKS ... 22

(4)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1 Jumlah Penduduk Per Kabupaten Dan Kota Di Provinsi Riau ... 23

Lampiran 2 Luas Wilayah Provinsi Riau Per Kabupaten Dan Kota... 25

Lampiran 3 Data PMKS Tahun 2016 ... 27

Lampiran 4 Data PSKS Tahun 2016... 56

Lampiran 5 Data Panti Sosial Di Provinsi Riau ... 72

Lampiran 6 Nomenklatur Dinas/Instansi Sosial Di Provinsi Riau ... 74

(5)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pembangunan bidang kesejahteraan sosial merupakan satu bagian yang tak terpisahkan dari pembangunan nasional, pembangunan bidang kesejahteraan sosial yang dituangkan melalui penyelenggaraan kesejahteraan sosial akan berperan dalam peningkatkan kualitas hidup masyarakat untuk mewujudkan kehidupan yang layak dan bermartabat dalam pemenuhan kebutuhan dasar. Penyelenggaraan kesejahteraan diimplementasikan melalui pelayanan dan pengembangan kesejahteraan sosial yang dijalankan secara terarah, terpadu dan berkelanjutan sebagaimana diamanatkan oleh Undang-Undang RI Nomor 11 Tahun 2009 tentang Kesejahteraan Sosial. Penyelenggaraan kesejahteraan sosial merupakan kebijakan Pemerintah Provinsi Riau yang menjadi urusan Dinas Sosial Provinsi Riau dengan fokus pada 7 (tujuh) permasalahan sosial yakni Kemiskinan, Keterlantaran, Kecacatan, Ketunaan Sosial

dan Penyimpangan Perilaku, Keterpencilan, Korban Bencana serta Tindak Korban Kekerasan dan Pekerja Migran, baik yang bersifat primer maupun akibat/dampak non sosial.

Dinas Sosial Provinsi Riau sebagai Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) memiliki peran untuk melaksanakan urusan bidang sosial dan memiliki tugas pokok dalam penanganan terhadap Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS). Penanganan permasalahan kesejahteraan sosial dimaksud dilakukan atas dasar kesetiakawanan, keadilan, kemanfaatan, keterpaduan, kemitraan, keterbukaan, akuntabilitas, partisipasi, profesionalitas dan keberlanjutan.

Berbagai permasalahan kesejahteraan sosial yang muncul pada masyarakat saat ini, meliputi : menurunnya tingkat ekonomi, penyimpangan norma dan perilaku, meningkatnya masalah sosial, menurunnya kualitas kesehatan dan meningkatnya kriminalitas. Selanjutnya untuk penanganan permasalahan kesejahteraan sosial dimaksud, Dinas Sosial Provinsi Riau akan memberikan pelayanan kepada seseorang, keluarga atau kelompok masyarakat yang karena suatu hambatan, kesulitan atau gangguan, tidak dapat melaksanakan fungsi sosialnya, sehingga tidak dapat terpenuhi kebutuhan hidupnya (jasmani, rohani dan sosial) secara memadai dan wajar, dengan harapan seseorang, keluarga atau kelompok masyarakat mampu melaksanakan fungsi sosial secara mandiri bagi kesejahteraan hidupnya.

Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2009 tentang Kesejahteraan Sosial menjelaskan bahwa indikator keberhasilan dari penyelenggaraan kesejahteraan sosial adalah semakin berkurangnya populasi Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS) dan meningkatnya peran aktif Potensi Sumber Kesejahteraan Sosial (PSKS), yang diimplementasikan melalui 2 (dua) model pendekatan yakni pendekatan berbasis

(6)

kelembagaan (Unit Rehabilitasi Sosial) dan yang berbasis masyarakat, yang dijalankan melalui 4 (empat) pilar pelayanan kesejahteraan sosial yakni : Jaminan Sosial, Rehabilitasi Sosial, Pemberdayaan Sosial dan Perlindungan Sosial. Penyelenggaraan kesejahteraan sosial juga membutuhkan dukungan dan peran aktif masyarakat, baik perseorangan, keluarga, organisasi sosial, lembaga swadaya masyarakat dan dunia usaha demi terselenggaranya kesejahteraan sosial yang yang dilaksanakan secara terarah, terpadu, simultan, terintegrasi dan berkelanjutan.

Peraturan Daerah Provinsi Riau Nomor 2 Tahun 2014 tentang Organisasi dan Tata Kerja Dinas Daerah Provinsi Riau, Dinas Sosial Provinsi Riau sebagai SKPD yang mempunyai tugas pokok mempunyai tugas melaksanakan urusan pemerintahan daerah berdasarkan asas otonomi dan tugas pembantuan di bidang sosial, dengan tugas pokok antara lain sebagai berikut :

1. Perumusan Kebijakan Teknis Bidang Sosial;

2. Penyelenggaraan Urusan Pemerintahan dan Pelayanan Umum Bidang Sosial; 3. Pembinaan dan Fasilitasi Bidang Sosial lingkup Provinsi dan Kabupaten/Kota;

4. Pelaksanaan Tugas dibidang Pemberdayaan Sosial, Rehabilitasi Sosial, Perlindungan dan Jaminan Sosial serta Pengembangan Kesejahteraan Sosial;

5. Pemantauan, Evaluasi dan Pelaporan Bidang Sosial; 6. Pelaksanaan Kesekretariatan Dinas;

7. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Gubernur sesuai dengan tugas dan fungsinya.

Untuk mendukung pembangunan penyelenggaraan kesejashteraan sosial diperlukan pemantauan untuk mengetahui perkembangan pergerakan data PMKS, diperlukan data dan informasi yang akurat serta mutakhir (up to date) dalam pengambilan kebijakan khusus yang terkait dengan pembangunan nasional bidang kesejahteraan sosial.

1.2. Maksud dan Tujuan

Buku data dan informasi kesejahteraan sosial tahun 2016, yang diterbitkan Dinas Sosial Provinsi Riau dimaksudkan untuk memberikan gambaran umum tentang kondisi dan permasalahan kesejahteraan sosial pada tingkat Provinsi sampai dengan Kabupaten/Kota. Informasi ini disajikan dalam bentuk tabel-tabel dengan tujuan agar mudah dibaca dan dipahami. Data dan informasi kesejahteraan ini yang di sajikan masih bersifat makro dan dapat pergunakan sebagai acuan dalam, penyelenggaraan kesejahtyeraan social. Adapun data dan informasi yang disajikan mencakup beberapa yang yang terdiri dari :

(7)

Selain data tersebut, disajikan pula data lain yang relevan seperti perbandingan jumlah PMKS di kabupaten dan kota.

1.3. Cakupan Data a. Data PMKS

1. Anak Balita Terlantar 2. Anak Terlantar

3. Perempuan Rawan Sosial Ekonomi 4. Lanjut Usia Terlantar

5. Anak Dengan Kedisabilitasan (ADK) 6. Penyandang Disabilitas

7. Fakir Miskin

8. Anak yang menjadi korban tindak kekerasan atau diperlakukan salah 9. Anak yang berhadapan dengan hukum

10. Anak yang memerlukan perlindungan khusus 11. Anak Jalanan

12. Korban Tindak Kekerasan 13. Tuna Susila

14. Pengemis 15. Gelandangan 16. Pemulung

17. Kelompok Minoritas

18. Bekas Warga Binaan Lembaga Pemasyarakatan (BWBLP) 19. Korban Penyalahgunaan NAPZA

20. Komunitas Adat Terpencil

21. Keluarga Bermasalah Sosial Psikologis 22. Korban Bencana Alam

23. Korban Bencana Sosial

24. Pekerja Migran Bermasalah Sosial 25. Orang Dengan HIV/AIDS (ODHA) 26. Korban Trafficking

b. Data PSKS

1. Pekerja Sosial Profesional

2. Pekerja Sosial Masyarakat (PSM) 3. Wanita Pemimpin Kesejahteraan Sosial 4. Penyuluh Sosial

5. Taruna Siaga Bencana (Tagana) 6. Karang Taruna (KT)

7. Wahana Kesejahteraan Sosial Berbasis Masyarakat (WKSBM) 8. Lembaga Kesejahteraan Sosial

9. Lembaga Konsultasi Kesejahteraan Keluarga (LK3) 10. Keluarga Pioner

11. Dunia Usaha yang melakukan UKS

(8)

BAB II

PENGERTIAN

2.1. Pengertian Umum

Definisi umum yang berkaitan dengan pelaksanaan pendataan PMKS dan PSKS adalah sebagai berikut :

a. Desa

Desa adalah suatu wilayah yang ditempati oleh sejumlah penduduk sebagai kesatuan masyarakat termasuk di dalamnya kesatuan masyarakat hukum yang mempunyai organisasi pemerintahan terendah langsung di bawah camat, dan berhak menyelenggarakan rumah tangganya sendiri dalam ikatan negara kesatuan Republik Indonesia.

b. Kelurahan

Kelurahan adalah suatu wilayah yang ditempati oleh sejumlah penduduk yang mempunyai organisasi pemerintahan terendah langsung di bawah camat, yang tidak berhak menyelenggarakan rumah tangganya sendiri dalam ikatan negara Kesatuan Republik Indonesia.

2.2. Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS)

Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial yang selanjutnya disebut PMKS adalah perseorangan, keluarga, kelompok, dan/atau masyarakat yang karena suatu hambatan, kesulitan, atau gangguan, tidak dapat melaksanakan fungsi sosialnya, sehingga tidak dapat terpenuhi kebutuhan hidupnya baik jasmani, rohani, maupun sosial secara memadai dan wajar. Hambatan, kesulitan dan gangguan tersebut dapat berupa kemiskinan, keterlantaran dan perubahan lingkungan yang kurang mendukung, seperti terjadinya bencana.

Saat ini terdapat 26 jenis PMKS sebagai berikut : 1. Anak balita telantar

Anak balita telantar adalah seorang anak berusia 5 (lima) tahun ke bawah yang ditelantarkan orang tuanya dan/atau berada di dalam keluarga tidak mampu oleh orang tua/keluarga yang tidak memberikan pengasuhan, perawatan, pembinaan dan perlindungan bagi anak sehingga hak-hak dasarnya semakin tidak terpenuhi serta anak dieksploitasi untuk tujuan tertentu.

Kriteria:

(9)

d. Anak balita yang mengalami perlakuan salah dan diterlantarkan oleh orang tua/keluarga;

e. Anak balita yang dieksploitasi secara ekonomi seperti anak balita yang disalahgunakan orang tua menjadi pengemis di jalanan; dan

f. Anak balita yang menderita gizi buruk atau kurang. 2. Anak terlantar

Anak terlantar adalah seorang anak berusia 6 (enam) tahun sampai dengan 18 (delapan belas) tahun, meliputi anak yang mengalami perlakuan salah dan ditelantarkan oleh orang tua/keluarga atau anak kehilangan hak asuh dari orang tua/keluarga.

Kriteria:

a. Berasal dari keluarga fakir miskin;

b. Anak yang dilalaikan oleh orang tuanya; dan c. Anak yang tidak terpenuhi kebutuhan dasarnya. 3. Anak yang berhadapan dengan hukum

Anak yang berhadapan dengan hukum adalah orang yang telah berumur 12 (dua belas) tahun tetapi belum mencapai umur 18 (delapan belas) tahun, meliputi anak yang disangka, didakwa, atau dijatuhi pidana karena melakukan tindak pidana dan anak yang menjadi korban tindak pidana atau yang melihat dan/atau mendengar sendiri terjadinya suatu tindak pidana.

Kriteria:

a. Disangka; b. Didakwa; atau c. Dijatuhi pidana 4. Anak jalanan

Anak jalanan adalah anak yang rentan bekerja di jalanan, anak yang bekerja di jalanan, dan/atau anak yang bekerja dan hidup di jalanan yang menghasilkan sebagian besar waktunya untuk melakukan kegiatan hidup sehari-hari.

Kriteria:

a. Menghabiskan sebagian besar waktunya dijalanan maupun ditempat-tempat umum; atau

b. Mencari nafkah dan/atau berkeliaran di jalanan maupun ditempat-tempat umum.

(10)

5. Anak dengan Kedisabilitasan (ADK)

Anak dengan Kedisabilitasan (ADK) adalah seseorang yang belum berusia 18 (delapan belas) tahun yang mempunyai kelainan fisik atau mental yang dapat mengganggu atau merupakan rintangan dan hambatan bagi dirinya untuk melakukan fungsi-fungsi jasmani, rohani maupun sosialnya secara layak, yang terdiri dari anak dengan disabilitas fisik, anak dengan disabilitas mental dan anak dengan disabilitas fisik dan mental.

Kriteria:

a. Anak dengan disabilitas fisik : tubuh, netra, rungu wicara

b. Anak dengan disabilitas mental : mental retardasi dan eks psikotik c. Anak dengan disabilitas fisik dan mental/disabilitas ganda

d. Tidak mampu melaksanakan kehidupan sehari-hari.

6. Anak yang menjadi korban tindak kekerasan atau diperlakukan salah Anak yang menjadi korban tindak kekerasan atau diperlakukan salah adalah anak yang terancam secara fisik dan nonfisik karena tindak kekerasan, diperlakukan salah atau tidak semestinya dalam lingkungan keluarga atau lingkungan sosial terdekatnya, sehingga tidak terpenuhi kebutuhan dasarnya dengan wajar baik secara jasmani, rohani maupun sosial.

Kriteria:

a. Anak (laki-laki/perempuan) dibawah usia 18 (delapan belas) tahun; b. Sering mendapat perlakuan kasar dan kejam dan tindakan yang berakibat

secara fisik dan/atau psikologis;

c. Pernah dianiaya dan/atau diperkosa; dan d. Dipaksa bekerja (tidak atas kemauannya) 7. Anak yang memerlukan perlindungan khusus

Anak yang memerlukan perlindungan khusus adalah anak yang berusia 6 (enam) tahun sampai dengan 18 (delapan belas) tahun dalam situasi darurat, dari kelompok minoritas dan terisolasi, dieksploitasi secara ekonomi dan/atau seksual, diperdagangkan, menjadi korban penyalahgunaan narkotika, alkohol, psikotropika, dan zat adiktif lainnya (napza), korban penculikan, penjualan, perdagangan, korban kekerasan baik fisik dan/atau mental, yang menyandang disabilitas, dan korban perlakuan salah dan penelantaran.

Kriteria:

a. Berusia 6 (enam) tahun sampai dengan 18 (delapan belas) tahun;

(11)

c. Korban perdagangan manusia;

d. Korban kekerasan, baik fisik dan/atau mental dan seksual; e. Korban eksploitasi, ekonomi atau seksual;

f. Dari kelompok minoritas dan terisolasi, serta dari komunitas adat terpencil;

g. Menjadi korban penyalahgunaan narkotika, alkohol, psikotropika dan zat adiktif lainnya (NAPZA); dan

h. Terinfeksi HIV/AIDS. 8. Lanjut usia telantar

Lanjut usia telantar adalah seseorang yang berusia 60 (enam puluh) tahun atau lebih, karena faktor-faktor tertentu tidak dapat memenuhi kebutuhan dasarnya.

Kriteria:

a. Tidak terpenuhi kebutuhan dasar seperti sandang, pangan, dan papan; dan b. Terlantar secara psikis, dan sosial.

9. Penyandang disabilitas

Penyandang disabilitas adalah mereka yang memiliki keterbatasan fisik, mental, intelektual, atau sensorik dalam jangka waktu lama dimana ketika berhadapan dengan berbagai hambatan hal ini dapat mengalami partisipasi penuh dan efektif mereka dalam masyarakat berdasarkan kesetaraan dengan yang lainnya.

Kriteria:

a. Mengalami hambatan untuk melakukan suatu aktifitas sehari-hari; b. Mengalami hambatan dalam bekerja sehari-hari;

c. Tidak mampu memecahkan masalah secara memadai; d. Penyandang disabilitas fisik : tubuh, netra, rungu wicara;

e. Penyandang disabilitas mental : mental retardasi dan eks psikotik; dan f. Penyandang disabilitas fisik dan mental/disabilitas ganda.

10. Tuna Susila

Tuna Susila adalah seseorang yang melakukan hubungan seksual dengan sesama atau lawan jenis secara berulang-ulang dan bergantian diluar perkawinan yang sah dengan tujuan mendapatkan imbalan uang, materi atau jasa.

Kriteria:

a. Menjajakan diri di tempat umum, di lokasi atau tempat pelacuran seperti rumah bordil, dan tempat terselubung seperti warung remang-remang, hotel, mall dan diskotek; dan

(12)

11. Gelandangan

Gelandangan adalah orang-orang yang hidup dalam keadaan yang tidak sesuai dengan norma kehidupan yang layak dalam masyarakat setempat, serta tidak mempunyai pencaharian dan tempat tinggal yang tetap serta mengembara di tempat umum.

Kriteria:

a. Tanpa Kartu Tanda Penduduk (KTP); b. Tanpa tempat tinggal yang pasti/tetap; c. Tanpa penghasilan yang tetap; dan

d. Tanpa rencana hari depan anak-anaknya maupun dirinya. 12. Pengemis

Pengemis adalah orang-orang yang mendapat penghasilan meminta-minta ditempat umum dengan berbagai cara dan alasan untuk mengharapkan belas kasihan orang lain.

Kriteria:

a. Mata pencariannya tergantung pada belas kasihan orang lain; b. Berpakaian kumuh dan compang camping;

c. Berada ditempat-tempat ramai/strategis; dan

d. Memperalat sesama untuk merangsang belas kasihan orang lain. 13. Pemulung

Pemulung adalah orang-orang yang melakukan pekerjaan dengan cara memungut dan mengumpulkan barang-barang bekas yang berada di berbagai tempat pemukiman pendudukan, pertokoan dan/atau pasar-pasar yang bermaksud untuk didaur ulang atau dijual kembali, sehingga memiliki nilai ekonomis.

Kriteria:

a. Tidak mempunyai pekerjaan tetap; dan b. Mengumpulkan barang bekas.

14. Kelompok Minoritas

Kelompok Minoritas adalah kelompok yang mengalami gangguan keberfungsian sosialnya akibat diskriminasi dan marginalisasi yang diterimanya sehingga karena keterbatasannya menyebabkan dirinya rentan mengalami masalah sosial, seperti gay, waria, dan lesbian.

Kriteria:

(13)

d. Berperilaku seks menyimpang.

15. Bekas Warga Binaan Lembaga Pemasyarakatan (BWBLP)

Bekas Warga Binaan Lembaga Pemasyarakatan (BWBLP) adalah seseorang yang telah selesai menjalani masa pidananya sesuai dengan keputusan pengadilan dan mengalami hambatan untuk menyesuaikan diri kembali dalam kehidupan masyarakat, sehingga mendapat kesulitan untuk mendapatkan pekerjaan atau melaksanakan kehidupannya secara normal.

Kriteria:

a. Seseorang (laki-laki/perempuan) berusia diatas 18 (delapan belas) tahun; b. Telah selesai dan keluar dari lembaga pemasyarakatan karena masalah

pidana;

c. Kurang diterima/dijauhi atau diabaikan oleh keluarga dan masyarakat; d. Sulit mendapatkan pekerjaan yang tetap; dan

e. Berperan sebagai kepala keluarga/pencari nafkah utama keluarga yang tidak dapat melaksanakan tugas dan fungsinya.

16. Orang dengan HIV/AIDS (ODHA)

Orang dengan HIV/AIDS (ODHA) adalah seseorang yang telah dinyatakan terinfeksi HIV/AIDS dan membutuhkan pelayanan sosial, perawatan kesehatan, dukungan dan pengobatan untuk mencapai kualitas hidup yang optimal.

Kriterai:

a. Seseorang (laki-laki/perempuan) berusia diatas 18 (delapan belas) tahun; dan

b. Telah terinfeksi HIV/AIDS. 17. Korban Penyalahgunaan NAPZA

Korban Penyalahgunaan NAPZA adalah seseorang yang menggunakan narkotika, psikotropika, dan zat adiktif lainnya diluar pengobatan atau tanpa sepengetahuan dokter yang berwenang.

Kriteria:

a. Seseorang (laki-laki / perempuan) yang pernah menyalahgunakan narkotika, psikotropika, dan zat-zat adiktif lainnya baik dilakukan sekali, lebih dari sekali atau dalam taraf coba-coba;

b. Secara medik sudah dinyatakan bebas dari ketergantungan obat oleh dokter yang berwenang; dan

(14)

18. Korban trafficking

Korban trafficking adalah seseorang yang mengalami penderitaan psikis, mental, fisik, seksual, ekonomi dan/atau sosial yang diakibatkan tindak pidana perdagangan orang.

Kriteria:

a. Mengalami tindak kekerasan; b. Mengalami eksploitasi seksual; c. Mengalami penelantaran;

d. Mengalami pengusiran (deportasi); dan

e. Ketidakmampuan menyesuaikan diri di tempat kerja baru (negara tempat bekerja) sehingga mengakibatkan fungsi sosialnya terganggu.

19. Korban tindak kekerasan

Korban tindak kekerasan adalah orang baik individu, keluarga, kelompok maupun kesatuan masyarakat tertentu yang mengalami tindak kekerasan, baik sebagai akibat perlakuan salah, eksploitasi, diskriminasi, bentuk-bentuk kekerasan lainnya ataupun dengan membiarkan orang berada dalam situasi berbahaya sehingga menyebabkan fungsi sosialnya terganggu.

Kriteria:

a. Mengalami perlakuan salah; b. Mengalami penelantaran;

c. Mengalami tindakan eksploitasi;

d. Mengalami perlakuan diskriminasi; dan e. Dibiarkan dalam situasi berbahaya. 20. Pekerja Migran Bermasalah Sosial (PMBS)

Pekerja Migran Bermasalah Sosial (PMBS) adalah pekerja migran internal dan lintas negara yang mengalami masalah sosial, baik dalam bentuk tindak kekerasan, penelantaran, mengalami musibah (faktor alam dan sosial) maupun mengalami disharmoni sosial karena ketidakmampuan menyesuaikan diri di negara tempat bekerja sehingga mengakibatkan fungsi sosialnya terganggu.

Kriteria:

a. Pekerja migran domestik; b. Pekerja migran lintas negara;

c. Eks pekerja migran domestik dan lintas negara;

d. Eks pekerja migran domestik dan lintas negara yang sakit, cacat dan meninggal dunia;

(15)

f. Pekerja migran miskin;

g. Mengalami masalah sosial dalam bentuk : 1) Tindak kekerasan;

2) Eksploitasi; 3) Penelantaran;

4) Pengusiran (deportasi);

5) Ketidakmampuan menyesuaikan diri di tempat kerja baru (negara tempat bekerja) sehingga mengakibatkan fungsi sosialnya terganggu; dan

6) Mengalami traffiking. 21. Korban bencana alam

Korban bencana alam adalah orang atau sekelompok orang yang menderita atau meninggal dunia akibat bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau serangkaian peristiwa yang disebabkan oleh alam antara lain berupa gempa bumi, tsunami, gunung meletus, banjir, kekeringan, angin topan, dan tanah longsor terganggu fungsi sosialnya.

Kriteria:

Seseorang atau sekelompok orang yang mengalami: a. Korban terluka atau meninggal;

b. Kerugian harta benda; c. Dampak psikologis; dan

d. Terganggu dalam melaksanakan fungsi sosialnya. 22. Korban bencana sosial

Korban bencana sosia adalah orang atau sekelompok orang yang menderita atau meninggal dunia akibat bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau serangkaian peristiwa yang diakibatkan oleh manusia yang meliputi konflik sosial antar kelompok atau antar komunitas masyarakat, dan teror.

Kriteria:

Seseorang atau sekelompok orang yang mengalami: a. Korban jiwa manusia;

b. Kerugian harta benda; dan c. Dampak psikologis.

23. Perempuan rawan sosial ekonomi

Perempuan rawan sosial ekonomi adalah seorang perempuan dewasa menikah, belum menikah atau janda dan tidak mempunyai penghasilan cukup untuk dapat memenuhi kebutuhan pokok sehari-hari.

(16)

Kriteria:

a. Perempuan berusia 18 (delapan belas) tahun sampai dengan 59 (lima puluh sembilan) tahun;

b. Istri yang ditinggal suami tanpa kejelasan; c. Menjadi pencari nafkah utama keluarga; dan

d. Berpenghasilan kurang atau tidak mencukupi untuk kebutuhan hidup layak.

24. Fakir Miskin

Fakir Miskin adalah orang yang sama sekali tidak mempunyai sumber mata pencaharian dan/atau mempunyai sumber mata pencarian tetapi tidak mempunyai kemampuan memenuhi kebutuhan dasar yang layak bagi kehidupan dirinya dan/atau keluarganya.

Kriteria:

a. Tidak mempunyai sumber mata pencaharian; dan/atau

b. Mempunyai sumber mata pencarian tetapi tidak mempunyai kemampuan memenuhi kebutuhan dasar yang layak bagi kehidupan dirinya dan/ atau keluarganya.

25. Keluarga bermasalah sosial psikologis

Keluarga bermasalah sosial psikologis adalah keluarga yang hubungan antar anggota keluarganya terutama antara suami-istri, orang tua dengan anak kurang serasi, sehingga tugas-tugas dan fungsi keluarga tidak dapat berjalan dengan wajar.

Kriteria:

a. Suami atau istri sering tidak saling memperhatikan atau anggota keluarga kurang berkomunikasi;

b. Suami dan istri sering bertengkar, hidup sendiri-sendiri walaupun masih dalam ikatan keluarga;

c. Hubungan dengan tetangga kurang baik, sering bertengkar tidak mau bergaul/berkomunikasi; dan

d. Kebutuhan anak baik jasmani, rohani maupun sosial kurang terpenuhi. 26. Komunitas Adat Terpencil

Komunitas Adat Terpencil adalah kelompok sosial budaya yang bersifat lokal dan terpencar serta kurang atau belum terlibat dalam jaringan dan pelayanan baik sosial ekonomi, maupun politik.

(17)

c. Pada umumnya terpencil secara geografis dan relatif sulit dijangkau; d. Pada umumnya masih hidup dengan sistem ekonomi subsistem; e. Peralatan dan teknologinya sederhana;

f. Ketergantungan pada lingkungan hidup dan sumber daya alam setempat relatif tinggi; dan

g. Terbatasnya akses pelayanan sosial ekonomi dan politik.

2.3. Potensi dan Sumber Kesejahteraan Sosial (PSKS)

Potensi dan Sumber Kesejahteraan Sosial yang selanjutnya disebut PSKS adalah perseorangan, keluarga, kelompok, dan/atau masyarakat yang dapat berperan serta untuk menjaga, menciptakan, mendukung, dan memperkuat penyelenggaraan kesejahteraan sosial.

Dalam rangka pembangunan penyelenggaran kesejahteraan sosial ini terdapat terdapat pilar-pilar kesejateraan sosial yang terdiri dari 12 jenis PSKS yakni :

1. Pekerja Sosial Profesional

Pekerja Sosial Profesional adalah seseorang yang bekerja, baik di lembaga pemerintah maupun swasta yang memiliki kompetensi dan profesi pekerjaan sosial, dan kepedulian dalam pekerjaan sosial yang diperoleh melalui pendidikan, pelatihan, dan/atau pengalaman praktek pekerjaan sosial untuk melaksanakan tugas-tugas pelayanan dan penanganan masalah sosial.

Kriteria :

a. Telah bersertifikasi pekerja sosial profesional; dan b. Melaksanakan praktek pekerjaan sosial.

2. Pekerja Sosial Masyarakat (PSM)

Pekerja Sosial Masyarakat (PSM) adalah warga masyarakat yang atas dasar rasa kesadaran dan tanggung jawab sosial serta didorong oleh rasa kebersamaan, kekeluargaan dan kesetiakawanan sosial secara sukarela mengabdi di bidang kesejahteraan sosial.

Kriteria :

a. Warga Negara Indonesia;

b. Laki-laki atau perempuan usia minimal 18 (delapan belas) tahun;

c. Setia dan taat pada Pancasila dan Undang-Undangan Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;

d. Bersedia mengabdi untuk kepentingan umum; e. Berkelakuan baik;

(18)

g. Telah mengikuti pelatihan PSM; dan

h. Berpengalaman sebagai anggota Karang Taruna sebelum menjadi PSM. 3. Taruna Siaga Bencana (Tagana)

Taruna Siaga Bencana (Tagana) adalah seorang relawan yang berasal dari masyarakat yang memiliki kepedulian dan aktif dalam penanggulangan bencana.

Kriteria untuk dapat diangkat menjadi Tagana :

a. Generasi muda berusia 18 (delapan belas) tahun sampai dengan 40 (empat puluh) tahun;

b. Memiliki pengetahuan dan keterampilan dalam penanggulangan bencana; c. Bersedia mengikuti pelatihan yang khusus terkait dengan penanggulangan

bencana;

d. Bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa; dan

e. Setia dan taat pada Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

4. Lembaga Kesejahteraan Sosial selanjutnya disebut LKS

Lembaga Kesejahteraan Sosial selanjutnya disebut LKS adalah organisasi sosial atau perkumpulan sosial yang melaksanakan penyelenggaraan kesejahteraan sosial yang dibentuk oleh masyarakat, baik yang berbadan hukum maupun yang tidak berbadan hukum.

Kriteria :

a. Mempunyai nama, struktur dan alamat organisasi yang jelas; b. Mempunyai pengurus dan program kerja;

c. Berbadan hukum atau tidak berbadan hukum; dan

d. Melaksanakan/mempunyai kegiatan dalam bidang penyelenggaraan kesejahteraan sosial.

5. Karang Taruna

Karang Taruna adalah Organisasi sosial kemasyarakatan sebagai wadah dan sarana pengembangan setiap anggota masyarakat yang tumbuh dan berkembang atas dasar kesadaran dan tanggung jawab sosial dari, oleh dan untuk masyarakat terutama generasi muda di wilayah desa/kelurahan terutama bergerak di bidang usaha kesejahteraan sosial.

Kriteria :

a. Organisasi kepemudaan berkedudukan di desa/kelurahan;

(19)

c. Mempunyai nama dan alamat, struktur organisasi dan susunan kepengurusan; dan

d. Keanggotaannya bersifat stelsel pasif.

6. Lembaga Konsultasi Kesejahteraan Keluarga selanjutnya disebut (LK3) Lembaga Konsultasi Kesejahteraan Keluarga selanjutnya disebut (LK3) adalah Suatu Lembaga/Organisasi yang memberikan pelayanan konseling, konsultasi, pemberian/penyebarluasan informasi, penjangkauan, advokasi dan pemberdayaan bagi keluarga secara profesional, termasuk merujuk sasaran ke lembaga pelayanan lain yang benar-benar mampu memecahkan masalahnya secara lebih intensif.

Kriteria :

a. Organisasi Sosial;

b. Aktifitas memberikan jasa layanan konseling, konsultasi, informasi, advokasi, rujukan;

c. Didirikan secara formal; dan

d. Mempunyai struktur organisasi dan pekerja sosial serta tenaga fungsional yang profesional.

7. Keluarga pioner

Keluarga pioner adalah keluarga yang mampu mengatasi masalahnya dengan cara-cara efektif dan bisa dijadikan panutan bagi keluarga lainnya.

Kriteria:

a. Keluarga yang mampu melaksanakan fungsi-fungsi keluarga; b. Keluarga yang mempunyai prilaku yang dapat dijadikan panutan;

c. Keluarga yang mampu mempertahankan keutuhan keluarga dengan prilaku yang positif; dan

d. Keluarga yang mampu dan mau menularkan perilaku positif kepada keluarga lainnya.

8. Wahana Kesejahteraan Sosial Keluarga Berbasis Masyarakat yang selanjutnya disebut (WKSBM)

Wahana Kesejahteraan Sosial Keluarga Berbasis Masyarakat yang selanjutnya disebut (WKSBM) adalah Sistim kerjasama antar keperangkatan pelayanan sosial di akar rumput yang terdiri atas usaha kelompok, lembaga maupun jaringan pendukungnya.

Kriteria :

a. Adanya sejumlah perkumpulan, asosiasi, organisasi/kelompok yang tumbuh dan berkembang di lingkungan RT/RW/ Kampung/Desa/ kelurahan/nagari/ banjar atau wilayah adat;

(20)

b. Jaringan sosial yang berada di RT/RW/ Kampung/Desa/ Kelurahan/nagari/ banjir atau wilayah adat; dan

c. Masing-masing perkumpulan, asosiasi, organisasi kelompok tersebut secara bersama-sama melaksanakan penyelenggaraan kesejahteraan sosial secara sinergis di lingkungan.

9. Wanita pemimpin kesejahteraan sosial

Wanita pemimpin kesejahteraan sosial adalah wanita yang mampu menggerakkan dan memotivasi penyelenggaraan kesejahteraan sosial di lingkungannya.

Kriteria :

a. Berusia 18 (delapan belas) tahun sampai dengan 59 (lima puluh sembilan) tahun;

b. Berpendidikan minimal SLTP;

c. Wanita yang mempunyai potensi untuk menjadi/sudah menjadi pemimpin dan diakui oleh masyarakat setempat;

d. Telah mengikuti pelatihan kepemimpinan wanita di bidang kesejahteraan sosial; dan

e. Memimpin usaha kesejahteraan sosial terutama yang dilaksanakan oleh wanita di wilayahnya.

10. Penyuluh Sosial :

a. Penyuluh Sosial Fungsional adalah Pegawai Negeri Sipil (PNS) yang mempunyai jabatan ruang lingkup, tugas, tanggung jawab, wewenang, untuk melaksanakan kegiatan penyuluhan bidang penyelenggaraan kesejahteraan sosial.

Kriteria :

a. Penyuluh sosial fungsional:

b. Berijazah sarjana (S1)/ Diploma IV;

c. Paling rendah memiliki pangkat Penata Muda, Golongan III/a; d. Memiliki pengalaman dalam kegiatan penyuluhan sosial paling

singkat 2 (dua) tahun;

e. Telah mengikuti dan lulus pendidikan dan pelatihan fungsional penyuluh sosial;

f. Usia paling tinggi 50 (lima puluh) tahun; dan

g. Setiap unsur penilaian prestasi kerja atau pelaksanaan pekerjaan dalam Daftar Penilaian Pelaksanaan Pekerjaan (DP-3) paling

(21)

b. Penyuluh Sosial Masyarakat adalah tokoh masyarakat (baik dari tokoh agama, tokoh adat, tokoh wanita, tokoh pemuda) yang diberi tugas, tanggung jawab wewewang dan hak oleh pejabat yang berwenang bidang kesejahteraan sosial (pusat dan daerah) untuk melakukan kegiatan penyuluhan bidang penyelenggaraan kesejahteraan sosial.

Kriteria :

a. Penyuluh sosial masyarakat :

b. Memilki pendidikan minimal SLTP/sederajat;

c. Berusia antara 25 (dua puluh lima) tahun sampai dengan 60 (enam puluh) tahun;

d. Tokoh agama/tokoh masyarakat/tokoh pemuda/tokoh adat/tokoh wanita;

e. Pekerja Sosial Masyarakat (PSM); f. Taruna Siaga Bencana (Tagana);

g. Tenaga Kesejahteraan Sosial Kecamantan (TKSK); h. Pendamping Keluarga Harapan (PKH);

i. Petugas Lembaga Konsultasi Kesejahteraan Keluarga (Petugas LK3);

j. Manager Kesejahteraan Sosial tingkat desa (Kepala Desa); k. Memiliki pengaruh terhadap masyarakat tempat domisili; l. Memiliki pengalaman berceramah atau berpidato;

m. Paham tentang permasalahan Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS); dan

n. Memahami pengetahuan tentang Potensi Sumber Kesejahteraan Sosial.

11. Tenaga Kesejahteraan Sosial Kecamatan yang selanjutnya disebut TKSM Tenaga Kesejahteraan Sosial Kecamatan yang selanjutnya disebut TKSM adalah Tenaga inti pengendali kegiatan penyelenggaraan kesejahteraan sosial di kecamatan.

Kriteria :

a. Berasal dari unsur masyarakat;

b. Berdomisili di kecamatan dimana ditugaskan; c. Pendidikan minimal SLTA, diutamakan D3/S1; d. Diutamakan aktifis karang taruna atau PSM;

e. Berusia 25 (dua puluh lima) tahun sampai dengan 50 (lima puluh) tahun; f. Berbadan sehat (keterangan dokter/puskesmas);

(22)

h. SK ditetapkan oleh Kementerian Sosial. 12. Dunia usaha

Dunia usaha adalah organisasi yang bergerak di bidang usaha, industri atau produk barang atau jasa serta Badan Usaha Milik Negara, Badan Usaha Milik Daerah, serta/atau wirausahawan beserta jaringannya yang peduli dan berpartisipasi dalam penyelenggaraan kesejahteraan sosial sebagai wujud tanggung jawab sosial.

Kriteria :

a. Peduli dan berpartisipasi dalam penyelenggaraan kesejahteraan sosial; dan

b. Membantu penanganan masalah sosial.

2.4. Sumber Data

Data dan Informasi Kesejahteraan Sosial ini disusun bersumber dari Kementerian Sosial, Dinas Sosial Provinsi Riau, Dinas Sosial Kabupaten dan Kota se- Provinsi Riau dan BPS.

(23)

BAB III

METODOLOGI

Pendataan Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS) dilakukan dengan pendekatan keluarga dan pendekatan kelembagaan, sedangkan Potensi dan Sumber Kesejahteraan Sosial (PSKS) dilakukan dengan pendekatan kelembagaan.

Adapun pendekatan yang akan dilakukan dalam pengumpulan data PMKS dan PSKS adalah:

3.1. Pendekatan Keluarga

Pendataan untuk 7 jenis PMKS yang melalui pendekatan keluarga dilakukan dengan tahapan sebagai berikut :

a. Membagi habis wilayah pendataan perdesa/kelurahan kepada semua petugas pendata.

b. Melakukan identifikasi nama dan jumlah keluarga pada masing-masing Rukun Tetangga (RT) untuk menghindari responden ganda atau responden tidak terdata.

c. Pendataan keluarga dilakukan secara ”rumah ke rumah” dengan sasaran responden kepala keluarga atau yang mewakili.

Pendekatan Keluarga untuk 7 jenis PMKS yaitu:

1) Anak Balita Terlantar 2) Anak Terlantar

3) Perempuan Rawan Sosial Ekonomi 4) Lanjut Usia Terlantar

5) Anak Dengan Kedisabilitasan (ADK) 6) Penyandang Disabilitas

7) Fakir Miskin

3.2. Pendekatan Kelembagaan

Pendataan untuk 19 jenis PMKS dan 12 jenis PSKS yang melalui pendekatan kelembagaan, dilakukan dengan cara sebagai berikut :

a. Melakukan pendekatan dengan Dinas/Instansi terkait setempat untuk memperoleh informasi awal mengenai jumlah dan lokasi keberadaan lembaga tersebut yang ada di desa/kelurahan wilayah tugas pendata.

(24)

b. Setelah diperoleh informasi awal, petugas melakukan Pendataan secara langsung terhadap PMKS dan PSKS dimaksud.

Pendekatan Kelembagaan untuk 19 jenis PMKS yaitu:

1) Anak yang menjadi korban tindak kekerasan atau diperlakukan salah 2) Anak yang berhadapan dengan hukum

3) Anak yang memerlukan perlindungan khusus 4) Anak Jalanan

5) Korban Tindak Kekerasan 6) Tuna Susila

7) Pengemis 8) Gelandangan 9) Pemulung

10) Kelompok Minoritas

11) Bekas Warga Binaan Lembaga Pemasyarakatan (BWBLP) 12) Korban Penyalahgunaan NAPZA

13) Komunitas Adat Terpencil

14) Keluarga Bermasalah Sosial Psikologis 15) Korban Bencana Alam

16) Korban Bencana Sosial

17) Pekerja Migran Bermasalah Sosial 18) Orang Dengan HIV/AIDS (ODHA) 19) Korban Trafficking

Pendekatan Kelembagaan untuk 12 jenis PSKS yaitu : 1) Pekerja Sosial Profesional

2) Pekerja Sosial Masyarakat (PSM) 3) Wanita Pemimpin Kesejahteraan Sosial 4) Penyuluh Sosial

5) Taruna Siaga Bencana (Tagana) 6) Karang Taruna (KT)

7) Wahana Kesejahteraan Sosial Berbasis Masyarakat (WKSBM) 8) Lembaga Kesejahteraan Sosial

9) Lembaga Konsultasi Kesejahteraan Keluarga (LK3) 10) Keluarga Pioner

11) Dunia Usaha yang melakukan UKS

(25)

3.3. Proses Pengumpulan dan Pengolahan Data

3.4. Prinsip pelaksanaan pendataan PMKS dan PSKS :

a. spesifik, yaitu data yang menggambarkan secara khusus indikator PMKS dan PSKS;

b. dapat dipercaya, yaitu dilaksanakan secara bertanggungjawab baik dari segi kualitas pengumpulan, pengolahan dan penyajian data, serta dihitung dengan menggunakan metode dan prosedur yang dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah;

c. dapat diukur (terukur), yaitu dilaksanakan dengan menggunakan metodologi, konsep, definisi, klasifikasi, dan ukuran-ukuran statistik yang mengacu pada standar yang ditetapkan;

d. relevan, yaitu masih berlaku dan dibutuhkan bagi perencanaan, pelaksanaan, pemantauan dan evaluasi sesuai kebijakan/program/kegiatan pembangunan kesejahteraan sosial; dan

e. berkelanjutan, yaitu pelaksanaan pendataan PMKS dan PSKS dilakukan secara berkesinambungan atau secara terus menerus agar data tersebut selalu valid, akurat, relevan, konsisten dan terbaru

Desa / Kelurahan

PENDATAAN

Pengolahan Data di

Tingkat Kabupaten dan

Kota

Pengolahan Data di

Tingkat Provinsi (Tabulasi)

(26)

BAB IV

REKAPITULASI DAN DISTRIBUSI

DATA PMKS DAN PSKS

4.1. Rekapitulasi dan Disrtibusi PMKS

Rekapitulasi Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS) hasil pendataan ke kabupaten dan Kota se-Provinsi Riau dapat dilihat pada Tabel Data. Total Kabupaten dan Kota yang dilakukan pendataan PMKS sebanyak 12 (dua belas) Kabupaten dan Kota se-Provinsi Riau, yaitu: Kota Pekanbaru, Kota Dumai, Kabupaten Kampar, Kabupaten Pelalawan, Kabupaten Kuantan Singingi, Kabupaten Rokan Hilir, Kabupaten Rokan Hulu, Kabupaten Indragiri Hilir, Kabupaten Indragiri Hulu, Kabupaten Siak, Kabupaten Bengkalis, Kabupaten Kepulauan Meranti.

Data menunjukkan bahwa jenis PMKS Fakir Miskin adalah yang tertinggi , yaitu 176.081 jiwa ( 63,19 %). Penyebaran PMKS Fakir Miskin lebih banyak berada Kabupaten Indragiri Hilir yaitu 54.031 jiwa ( 30,69 %), hal ini dapat dipahami mengigat perbandingan jumlah penduduk dan luas wilayahnya, yang mana luas wilayah Kabupaten Indragiri Hilir merupakan Kabupaten yang luas wilayahnya terluas yaitu 1.379.837 Ha (15,48 %) dari luas Provinsi Riau 8.915.016 Ha. Jumlah penduduk di Kabupaten Indragiri Hilir yaitu 689.938 jiwa atau sekitar 11,64 % dari penduduk Provinsi Riau.

Berdasarkan pendekatan jumlah atau angka relatif, sebenarnya proporsi jumlah beberapa PMKS di Provinsi Riau tidak terlampau jauh berbeda antara kabupaten dan kota, hal ini diperoleh dengan cara mengkonversikan jumlah PMKS kedalam angka rata-rata kabupaten dan kota.

4.2. Rekapitulasi dan Disrtibusi PSKS

Jumlah Potensi dan Sumber Kesejahteraan Sosial (PSKS) di Provinsi Riau saat ini sebagai berikut: Pekerja Sosial Profesional sebanyak 10 orang, Pekerja Sosial Masyarakat (PSM) sebanyak 1.174 orang, Taruna Siaga Bencana (TAGANA) sebanyak 727 orang, Lembaga Kesejahteraan Sosial (LKS) sebanyak 499 lembaga, Karang Taruna (KT) sebanyak 1.150 KT, Lembaga Konsultasi Kesejahteraan Keluarga (LK3) sebanyak 26 lembaga, Keluarga Pioner tidak ada, Wahana Kesejahteraan Sosial Keluarga Berbasis Masyarakat (WKSKBM) sebanyak 658 WKSBM, Wanita Pemimpin Kesejahteraan Sosial (WPKS) sebanyak 102 orang, Penyuluh Sosial sebanyak 207 orang, Tenaga Kesejahteraan Sosial Kecamatan (TKSK) sebanyak 173 orang dan Dunia Usaha sebanyak 352 buah.

Pola penyebaran PSKS hampir sama dengan pola penyebaran PMKS, yaitu Kabupaten Indragiri Hilir memiliki PSKS terbesar.

(27)

LAMPIRAN 1

JUMLAH PENDUDUK

MENURUT JENIS KELAMIN

(28)

JUMLAH PENDUDUK MENURUT JENIS KELAMIN PER KABUPATEN / KOTA SE PROVINSI RIAU

No Kabupaten/Kota

2015 2016

Laki-Laki Perempuan Jumlah Laki-Laki Perempuan Jumlah

1. Kuantan Singingi 161.377 152.899 314.276 163.213 163.213 317.935 2. Indragiri Hulu 210.219 199.212 409.431 214.402 203.331 417.733 3. Indragiri Hilir 361.315 342.419 703.734 366.043 346.991 713.034 4. Pelalawan 203.753 193.237 396.990 214.268 203.230 417.498 5. Siak 226.311 214.530 440.841 232.553 220.499 453.052 `6. Kampar 407.228 385.777 793.005 417.085 395.617 812.702 7. Rokan Hulu 304.050 288.228 592.278 316.506 299.960 616.466 8. Bengkalis 279.255 264.732 543.987 283.225 268.458 551.683 9. Rokan Hilir 331.027 313.653 644.680 339.900 322.342 662.242 10. Kepulauan Meranti 93.017 88.078 181.095 93.488 88.664 182.152 11. Pekanbaru 533.217 504.901 1.038.118 546.400 518.166 1.064.566 12. Dumai 146.792 139.175 285.967 149.791 142.117 291.908 Jumlah 3.257.561 3.086.841 6.344.402 3.336.874 3.164.097 6.500.971 0 500.000 1.000.000 1.500.000 2.000.000 2.500.000 3.000.000 3.500.000 4.000.000 4.500.000

2015 Laki-Laki 2015 Perempuan 2015 Jumlah 2016 Laki-Laki 2016 Perempuan 2016 Jumlah

(29)

LAMPIRAN 2

LUAS WILAYAH

PER KABUPATEN KOTA

PROVINSI RIAU

(30)

LUAS WILAYAH PER KABUPATEN DAN KOTA DI PROVINSI RIAU

NO KABUPATEN/KOTA LUAS WILAYAH (Ha)

1 KOTA PEKANBARU 63.301

2 KABUPATEN KAMPAR 1.092.820

3 KABUPATEN KUANTAN SINGINGI 520.216

4 KABUPATEN ROKAN HILIR 896.143

5 KABUPATEN INDRAGIRI HULU 767.627

6 KABUPATEN BENGKALIS 843.720

7 KABUPATEN PELALAWAN 1.240.414

8 KABUPATEN SIAK 823.357

9 KOTA DUMAI 203.900

10 KABUPATEN INDRAGIRI HILIR 1.379.837

11 KABUPATEN ROKAN HULU 722.978

12 KABUPATEN KEPULAUAN MERANTI 360.703

JUMLAH 8.915.016 KOTA PEKA NBAR U KABU PATE N KAM PAR KABU PATE N KUA NTAN SINGI NGI KABU PATE N ROKA N HILIR KABU PATE N INDR AGIRI HULU KABU PATE N BENG KALIS KABU PATE N PELA LAW AN KABU PATE N SIAK KOTA DUM AI KABU PATE N INDR AGIRI HILIR KABU PATE N ROKA N HULU KABU PATE N KEPU LAUA N MER ANTI LUAS WILAYAH (Ha) 63.301 1.092. 520.21 896.14 767.62 843.72 1.240. 823.35 203.90 1.379. 722.97 360.70

0 200.000 400.000 600.000 800.000 1.000.000 1.200.000 1.400.000 1.600.000 A xi s Ti tl e

(31)

LAMPIRAN 3

DATA PMKS Tahun 2016

DI PROVINSI RIAU

(32)

REKAP DATA PENYANDANG MASALAH KESEJAHTERAAN SOSIAL DI PROVINSI RIAU

No. Jenis PMKS PEKANBARU INHU ROHUL KAMPAR DUMAI PELALAWAN BENGKALIS SIAK KUANSING MERANTI INHIL ROHIL

Jumlah PMKS SE-PROVINSI

RIAU

1 Anak Balita Terlantar 35 0 0 0 32 322 0 9 90 522 3 9 1022

2 Anak Terlantar 256 124 193 1.230 151 968 0 48 285 158 80 24 3517

3 Anak Berhadapan Hukum 44 0 0 4 2 0 25 42 6 0 3 7 133

4 Anak Jalanan 53 0 0 0 8 0 0 5 0 2634 35 8 2743

5 Anak Dengan Kedisabilitasan (ADK) 95 0 0 33 0 22 156 243 0 7 149 705

6 Anak Korban Tindak Kekerasan/Diperlakukan Salah 40 16 0 0 1 0 0 42 0 0 14 4 117

7 Anak Yang Memerlukan Perlindungan Khusus 36 0 0 0 1 0 0 66 1 0 0 44 148

8 Lanjut Usia Terlantar 558 377 0 4.486 760 1761 0 6893 4808 0 150 1141 20934

9 Penyandang Disabilitas 345 1.171 806 1.080 196 357 921 649 695 8803 44 306 15373 10 Tuna Susila 54 12 0 68 32 340 156 7 0 20 9 698 11 Gelandangan 75 17 7 0 27 0 0 16 1 0 2 13 158 12 Pengemis 81 19 0 0 0 0 9 31 2 36 18 3 199 13 Pemulung 188 0 0 0 19 0 0 25 10 2 4 13 261 14 Kelompok Minoritas 4 0 0 0 55 0 0 0 2 58 20 12 151

15 Bekas Warga Binaan Lembaga Permasyarakatan

(BWBLP)

250 757 35 255 38 0 87 32 55 0 1 19 1529

16 Orang Dengan HIV/AIDS (ODHA) 8 17 0 104 0 14 0 147 0 0 155 0 445

17 Korban Penyalahgunaan NAPZA 29 84 0 11 30 27 0 151 6 0 20 2 360

18 Korban Trafficking 3 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 2 6

19 Korban Tindak Kekerasan 300 0 0 0 42 0 76 45 0 1266 41 1 1771

20 Pekerja Migran Bermasalah Sosial (PMBS) 25 0 4 243 0 0 0 0 0 0 71 22 365

21 Korban Bencana Alam 39.240 3 1.061 0 19 2523 0 21 23 0 246 114 43250

22 Korban Bencana Sosial 508 2.049 0 0 0 0 0 16 2 0 43 5 2623

23 Perempuan Rawan Sosial Ekonomi 1.174 1.437 1.699 285 356 0 1959 0 1357 0 40 1455 9762

24 Fakir Miskin 13.062 9.022 7.183 13.646 9423 10972 104895 40981 10730 500 54320 28704 303438

25 Keluarga Bermasalah Sosial Psikologis 61 0 0 0 10 0 32 45 38 599 29 29 843

(33)

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26

Jumlah PMKS SE-PROVINSI RIAU 1022 3517 133 2743 705 117 148 20934 15373 698 158 199 261 151 1529 445 360 6 1771 365 43250 2623 9762 303438 843 60340 ROHIL 9 24 7 8 149 4 44 1141 306 9 13 3 13 12 19 0 2 2 1 22 114 5 1455 28704 29 25 INHIL 3 80 3 35 7 14 0 150 44 20 2 18 4 20 1 155 20 1 41 71 246 43 40 54320 29 5792 MERANTI 522 158 0 2634 0 0 0 0 8803 0 0 36 2 58 0 0 0 0 1266 0 0 0 0 500 599 0 KUANSING 90 285 6 0 243 0 1 4808 695 7 1 2 10 2 55 0 6 0 0 0 23 2 1357 10730 38 0 SIAK 9 48 42 5 156 42 66 6893 649 156 16 31 25 0 32 147 151 0 45 0 21 16 0 40981 45 196 BENGKALIS 0 0 25 0 22 0 0 0 921 340 0 9 0 0 87 0 0 0 76 0 0 0 1959 104895 32 52661 PELALAWAN 322 968 0 0 0 0 0 1761 357 32 0 0 0 0 0 14 27 0 0 0 2523 0 0 10972 0 150 DUMAI 32 151 2 8 33 1 1 760 196 27 0 19 55 38 0 30 0 42 0 19 0 356 9423 10 0 KAMPAR 0 1.230 4 0 0 0 0 4.486 1.080 68 0 0 0 0 255 104 11 0 0 243 0 0 285 13.646 0 0 ROHUL 0 193 0 0 0 0 0 0 806 0 7 0 0 0 35 0 0 0 0 4 1.061 0 1.699 7.183 0 54 INHU 0 124 0 0 16 0 377 1.171 12 17 19 0 0 757 17 84 0 0 0 3 2.049 1.437 9.022 0 1.462 PEKANBARU 35 256 44 53 95 40 36 558 345 54 75 81 188 4 250 8 29 3 300 25 39.240 508 1.174 13.062 61 0 0 100.000 200.000 300.000 400.000 500.000 600.000 700.000 A xi s Ti tl e

(34)

1. ANAK BALITA TERLANTAR

NO KABUPATEN/KOTA JIWA

1 KOTA PEKANBARU 35

2 KABUPATEN INDRAGIRI HULU 0

3 KABUPATEN ROKAN HULU 0

4 KABUPATEN KAMPAR 0

5 KABUPATEN DUMAI 32

6 KABUPATEN PELALAWAN 322

7 KABUPATEN BENGKALIS 0

8 KABUPATEN SIAK 9

9 KOTA KUANTAN SINGGINGI 90

10 KABUPATEN KEPULAUAN MERANTI 522

11 KABUPATEN INDRAGIRI HILIR 3

12 KABUPATEN ROKAN HILIR 9

JUMLAH 1.022 JIWA; 9 0 100 200 300 400 500 600 A xi s Ti tle

(35)

2. ANAK TERLANTAR

NO KABUPATEN/KOTA JIWA

1 KOTA PEKANBARU 256

2 KABUPATEN INDRAGIRI HULU 124

3 KABUPATEN ROKAN HULU 193

4 KABUPATEN KAMPAR 1.230

5 KABUPATEN DUMAI 151

6 KABUPATEN PELALAWAN 968

7 KABUPATEN BENGKALIS 0

8 KABUPATEN SIAK 48

9 KOTA KUANTAN SINGGINGI 285

10 KABUPATEN KEPULAUAN MERANTI 158

11 KABUPATEN INDRAGIRI HILIR 80

12 KABUPATEN ROKAN HILIR 24

JUMLAH 3.517 KOTA PEKAN BARU KABUP ATEN INDRA GIRI HULU KABUP ATEN ROKAN HULU KABUP ATEN KAMPA R KABUP ATEN DUMAI KABUP ATEN PELALA WAN KABUP ATEN BENGK ALIS KABUP ATEN SIAK KOTA KUANT AN SINGGI NGI KABUP ATEN KEPUL AUAN MERA NTI KABUP ATEN INDRA GIRI HILIR KABUP ATEN ROKAN HILIR JIWA 256 124 193 1.230 151 968 0 48 285 158 80 24 0 200 400 600 800 1000 1200 1400 A xi s Ti tle

(36)

3.

ANAK YANG BERHADAPAN DENGAN HUKUM

NO KABUPATEN/KOTA JIWA

1 KOTA PEKANBARU 44

2 KABUPATEN INDRAGIRI HULU 0

3 KABUPATEN ROKAN HULU 0

4 KABUPATEN KAMPAR 4

5 KABUPATEN DUMAI 2

6 KABUPATEN PELALAWAN 0

7 KABUPATEN BENGKALIS 25

8 KABUPATEN SIAK 42

9 KOTA KUANTAN SINGGINGI 6

10 KABUPATEN KEPULAUAN MERANTI 0

11 KABUPATEN INDRAGIRI HILIR 3

12 KABUPATEN ROKAN HILIR 7

JUMLAH 133 KOTA PEKAN BARU KABUP ATEN INDRA GIRI HULU KABUP ATEN ROKAN HULU KABUP ATEN KAMPA R KABUP ATEN DUMAI KABUP ATEN PELALA WAN KABUP ATEN BENGK ALIS KABUP ATEN SIAK KOTA KUANT AN SINGGI NGI KABUP ATEN KEPUL AUAN MERAN TI KABUP ATEN INDRA GIRI HILIR KABUP ATEN ROKAN HILIR JIWA 44 0 0 4 2 0 25 42 6 0 3 7 0 5 10 15 20 25 30 35 40 45 50 A xi s Ti tle

(37)

4.

ANAK JALANAN

NO KABUPATEN/KOTA JIWA

1 KOTA PEKANBARU 53

2 KABUPATEN INDRAGIRI HULU 0

3 KABUPATEN ROKAN HULU 0

4 KABUPATEN KAMPAR 0

5 KABUPATEN DUMAI 8

6 KABUPATEN PELALAWAN 0

7 KABUPATEN BENGKALIS 0

8 KABUPATEN SIAK 5

9 KOTA KUANTAN SINGGINGI 0

10 KABUPATEN KEPULAUAN MERANTI 2.634

11 KABUPATEN INDRAGIRI HILIR 35

12 KABUPATEN ROKAN HILIR 8

JUMLAH 2.743 KOTA PEKAN BARU KABUP ATEN INDRA GIRI HULU KABUP ATEN ROKAN HULU KABUP ATEN KAMPA R KABUP ATEN DUMAI KABUP ATEN PELALA WAN KABUP ATEN BENGK ALIS KABUP ATEN SIAK KOTA KUANT AN SINGGI NGI KABUP ATEN KEPUL AUAN MERA NTI KABUP ATEN INDRA GIRI HILIR KABUP ATEN ROKAN HILIR JIWA 53 0 0 0 8 0 0 5 0 2.634 35 8 0 500 1000 1500 2000 2500 3000 A xi s Ti tle

ANAK JALANAN

(JIWA)

(38)

5.

ANAK DENGAN KEDISABILITASAN

NO KABUPATEN/KOTA JIWA

1 KOTA PEKANBARU 95

2 KABUPATEN INDRAGIRI HULU 0

3 KABUPATEN ROKAN HULU 0

4 KABUPATEN KAMPAR 0

5 KABUPATEN DUMAI 33

6 KABUPATEN PELALAWAN 0

7 KABUPATEN BENGKALIS 22

8 KABUPATEN SIAK 156

9 KOTA KUANTAN SINGGINGI 243

10 KABUPATEN KEPULAUAN MERANTI 0

11 KABUPATEN INDRAGIRI HILIR 7

12 KABUPATEN ROKAN HILIR 149

JUMLAH 705 KOTA PEKAN BARU KABUP ATEN INDRA GIRI HULU KABUP ATEN ROKAN HULU KABUP ATEN KAMPA R KABUP ATEN DUMAI KABUP ATEN PELALA WAN KABUP ATEN BENGK ALIS KABUP ATEN SIAK KOTA KUANT AN SINGGI NGI KABUP ATEN KEPUL AUAN MERA NTI KABUP ATEN INDRA GIRI HILIR KABUP ATEN ROKAN HILIR JIWA 95 0 0 0 33 0 22 156 243 0 7 149 0 50 100 150 200 250 300 A xi s Ti tle

(39)

6.

ANAK YANG MENJADI KORBAN TINDAK KEKERASAN ATAU DIPERLAKUKAN SALAH

NO KABUPATEN/KOTA JIWA

1 KOTA PEKANBARU 40

2 KABUPATEN INDRAGIRI HULU 16

3 KABUPATEN ROKAN HULU 0

4 KABUPATEN KAMPAR 0

5 KABUPATEN DUMAI 1

6 KABUPATEN PELALAWAN 0

7 KABUPATEN BENGKALIS 0

8 KABUPATEN SIAK 42

9 KOTA KUANTAN SINGGINGI 0

10 KABUPATEN KEPULAUAN MERANTI 0

11 KABUPATEN INDRAGIRI HILIR 14

12 KABUPATEN ROKAN HILIR 4

JUMLAH 117 KOTA PEKAN BARU KABUP ATEN INDRA GIRI HULU KABUP ATEN ROKAN HULU KABUP ATEN KAMPA R KABUP ATEN DUMAI KABUP ATEN PELALA WAN KABUP ATEN BENGK ALIS KABUP ATEN SIAK KOTA KUANT AN SINGGI NGI KABUP ATEN KEPULA UAN MERAN TI KABUP ATEN INDRA GIRI HILIR KABUP ATEN ROKAN HILIR JIWA 40 16 0 0 1 0 0 42 0 0 14 4 0 5 10 15 20 25 30 35 40 45 A xi s Ti tle

ANAK YANG MENJADI KORBAN TINDAK KEKERASAN

ATAU DIPERLAKUKAN SALAH

(40)

7.

ANAK YANG MEMERLUKAN PERLINDUNGAN KHUSUS

NO KABUPATEN/KOTA JIWA

1 KOTA PEKANBARU 36

2 KABUPATEN INDRAGIRI HULU 0

3 KABUPATEN ROKAN HULU 0

4 KABUPATEN KAMPAR 0

5 KABUPATEN DUMAI 1

6 KABUPATEN PELALAWAN 0

7 KABUPATEN BENGKALIS 0

8 KABUPATEN SIAK 66

9 KOTA KUANTAN SINGGINGI 1

10 KABUPATEN KEPULAUAN MERANTI 0

11 KABUPATEN INDRAGIRI HILIR 0

12 KABUPATEN ROKAN HILIR 44

JUMLAH 148 KOTA PEKAN BARU KABUP ATEN INDRA GIRI HULU KABUP ATEN ROKAN HULU KABUP ATEN KAMPA R KABUP ATEN DUMAI KABUP ATEN PELALA WAN KABUP ATEN BENGK ALIS KABUP ATEN SIAK KOTA KUANT AN SINGGI NGI KABUP ATEN KEPULA UAN MERAN TI KABUP ATEN INDRA GIRI HILIR KABUP ATEN ROKAN HILIR JIWA 36 0 0 0 1 0 0 66 1 0 0 44 0 10 20 30 40 50 60 70 A xi s Ti tle

ANAK YANG MEMERLUKAN PERLINDUNGAN

KHUSUS (JIWA)

(41)

8.

LANJUT USIA TERLANTAR

NO KABUPATEN/KOTA JIWA

1 KOTA PEKANBARU 558

2 KABUPATEN INDRAGIRI HULU 377

3 KABUPATEN ROKAN HULU 0

4 KABUPATEN KAMPAR 4.486

5 KABUPATEN DUMAI 760

6 KABUPATEN PELALAWAN 1.761

7 KABUPATEN BENGKALIS 0

8 KABUPATEN SIAK 6.893

9 KOTA KUANTAN SINGGINGI 4.808

10 KABUPATEN KEPULAUAN MERANTI 0

11 KABUPATEN INDRAGIRI HILIR 150

12 KABUPATEN ROKAN HILIR 1.141

JUMLAH 20.934 KOTA PEKAN BARU KABUP ATEN INDRA GIRI HULU KABUP ATEN ROKAN HULU KABUP ATEN KAMPA R KABUP ATEN DUMAI KABUP ATEN PELALA WAN KABUP ATEN BENGK ALIS KABUP ATEN SIAK KOTA KUANT AN SINGGI NGI KABUP ATEN KEPUL AUAN MERA NTI KABUP ATEN INDRA GIRI HILIR KABUP ATEN ROKAN HILIR JIWA 558 377 0 4.486 760 1.761 0 6.893 4.808 0 150 1.141 0 1000 2000 3000 4000 5000 6000 7000 8000 A xi s Ti tle

(42)

9.

PENYANDANG DISABILITAS

NO KABUPATEN/KOTA JIWA

1 KOTA PEKANBARU 345

2 KABUPATEN INDRAGIRI HULU 1.171

3 KABUPATEN ROKAN HULU 806

4 KABUPATEN KAMPAR 1.080

5 KABUPATEN DUMAI 196

6 KABUPATEN PELALAWAN 357

7 KABUPATEN BENGKALIS 921

8 KABUPATEN SIAK 649

9 KOTA KUANTAN SINGGINGI 695

10 KABUPATEN KEPULAUAN MERANTI 8.803

11 KABUPATEN INDRAGIRI HILIR 44

12 KABUPATEN ROKAN HILIR 306

JUMLAH 15.373 KOTA PEKAN BARU KABUP ATEN INDRA GIRI HULU KABUP ATEN ROKAN HULU KABUP ATEN KAMP AR KABUP ATEN DUMAI KABUP ATEN PELALA WAN KABUP ATEN BENGK ALIS KABUP ATEN SIAK KOTA KUANT AN SINGGI NGI KABUP ATEN KEPUL AUAN MERA NTI KABUP ATEN INDRA GIRI HILIR KABUP ATEN ROKAN HILIR JIWA 345 1.171 806 1.080 196 357 921 649 695 8.803 44 306 0 1000 2000 3000 4000 5000 6000 7000 8000 9000 10000 A xi s Ti tle

(43)

10.

TUNA SUSILA

NO KABUPATEN/KOTA JIWA

1 KOTA PEKANBARU 54

2 KABUPATEN INDRAGIRI HULU 12

3 KABUPATEN ROKAN HULU 0

4 KABUPATEN KAMPAR 68

5 KABUPATEN DUMAI 0

6 KABUPATEN PELALAWAN 32

7 KABUPATEN BENGKALIS 340

8 KABUPATEN SIAK 156

9 KOTA KUANTAN SINGGINGI 7

10 KABUPATEN KEPULAUAN MERANTI 0

11 KABUPATEN INDRAGIRI HILIR 20

12 KABUPATEN ROKAN HILIR 9

JUMLAH 698 KOTA PEKAN BARU KABUP ATEN INDRA GIRI HULU KABUP ATEN ROKAN HULU KABUP ATEN KAMPA R KABUP ATEN DUMAI KABUP ATEN PELALA WAN KABUP ATEN BENGK ALIS KABUP ATEN SIAK KOTA KUANT AN SINGGI NGI KABUP ATEN KEPUL AUAN MERAN TI KABUP ATEN INDRA GIRI HILIR KABUP ATEN ROKAN HILIR JIWA 54 12 0 68 0 32 340 156 7 0 20 9 0 50 100 150 200 250 300 350 400 A xi s Ti tle

(44)

11.

GELANDANGAN

NO KABUPATEN/KOTA JIWA

1 KOTA PEKANBARU 75

2 KABUPATEN INDRAGIRI HULU 17

3 KABUPATEN ROKAN HULU 7

4 KABUPATEN KAMPAR 0

5 KABUPATEN DUMAI 27

6 KABUPATEN PELALAWAN 0

7 KABUPATEN BENGKALIS 0

8 KABUPATEN SIAK 16

9 KOTA KUANTAN SINGGINGI 1

10 KABUPATEN KEPULAUAN MERANTI 0

11 KABUPATEN INDRAGIRI HILIR 2

12 KABUPATEN ROKAN HILIR 13

JUMLAH 158 KOTA PEKAN BARU KABUP ATEN INDRA GIRI HULU KABUP ATEN ROKAN HULU KABUP ATEN KAMPA R KABUP ATEN DUMAI KABUP ATEN PELALA WAN KABUP ATEN BENGK ALIS KABUP ATEN SIAK KOTA KUANT AN SINGGI NGI KABUP ATEN KEPULA UAN MERAN TI KABUP ATEN INDRA GIRI HILIR KABUP ATEN ROKAN HILIR JIWA 75 17 7 0 27 0 0 16 1 0 2 13 0 10 20 30 40 50 60 70 80 A xi s Ti tle

GELANDANGAN (JIWA)

(45)

12.

PENGEMIS

NO KABUPATEN/KOTA JIWA

1 KOTA PEKANBARU 81

2 KABUPATEN INDRAGIRI HULU 19

3 KABUPATEN ROKAN HULU 0

4 KABUPATEN KAMPAR 0

5 KABUPATEN DUMAI 0

6 KABUPATEN PELALAWAN 0

7 KABUPATEN BENGKALIS 9

8 KABUPATEN SIAK 31

9 KOTA KUANTAN SINGGINGI 2

10 KABUPATEN KEPULAUAN MERANTI 36

11 KABUPATEN INDRAGIRI HILIR 18

12 KABUPATEN ROKAN HILIR 3

JUMLAH 199 KOTA PEKAN BARU KABUP ATEN INDRA GIRI HULU KABUP ATEN ROKAN HULU KABUP ATEN KAMPA R KABUP ATEN DUMAI KABUP ATEN PELALA WAN KABUP ATEN BENGK ALIS KABUP ATEN SIAK KOTA KUANT AN SINGGI NGI KABUP ATEN KEPUL AUAN MERAN TI KABUP ATEN INDRA GIRI HILIR KABUP ATEN ROKAN HILIR JIWA 81 19 0 0 0 0 9 31 2 36 18 3 0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 A xi s Ti tle

PENGEMIS (JIWA)

(46)

13.

PEMULUNG

NO KABUPATEN/KOTA JIWA

1 KOTA PEKANBARU 188

2 KABUPATEN INDRAGIRI HULU 0

3 KABUPATEN ROKAN HULU 0

4 KABUPATEN KAMPAR 0

5 KABUPATEN DUMAI 19

6 KABUPATEN PELALAWAN 0

7 KABUPATEN BENGKALIS 0

8 KABUPATEN SIAK 25

9 KOTA KUANTAN SINGGINGI 10

10 KABUPATEN KEPULAUAN MERANTI 2

11 KABUPATEN INDRAGIRI HILIR 4

12 KABUPATEN ROKAN HILIR 13

JUMLAH 261 KOTA PEKAN BARU KABUP ATEN INDRA GIRI HULU KABUP ATEN ROKAN HULU KABUP ATEN KAMPA R KABUP ATEN DUMAI KABUP ATEN PELALA WAN KABUP ATEN BENGK ALIS KABUP ATEN SIAK KOTA KUANT AN SINGGI NGI KABUP ATEN KEPUL AUAN MERA NTI KABUP ATEN INDRA GIRI HILIR KABUP ATEN ROKAN HILIR JIWA 188 0 0 0 19 0 0 25 10 2 4 13 0 20 40 60 80 100 120 140 160 180 200 A xi s Ti tle

PEMULUNG (JIWA)

(47)

14.

KELOMPOK MINORITAS

NO KABUPATEN/KOTA JIWA

1 KOTA PEKANBARU 4

2 KABUPATEN INDRAGIRI HULU 0

3 KABUPATEN ROKAN HULU 0

4 KABUPATEN KAMPAR 0

5 KABUPATEN DUMAI 55

6 KABUPATEN PELALAWAN 0

7 KABUPATEN BENGKALIS 0

8 KABUPATEN SIAK 0

9 KOTA KUANTAN SINGGINGI 2

10 KABUPATEN KEPULAUAN MERANTI 58

11 KABUPATEN INDRAGIRI HILIR 20

12 KABUPATEN ROKAN HILIR 12

JUMLAH 151 KOTA PEKAN BARU KABUP ATEN INDRAG IRI HULU KABUP ATEN ROKAN HULU KABUP ATEN KAMPA R KABUP ATEN DUMAI KABUP ATEN PELALA WAN KABUP ATEN BENGK ALIS KABUP ATEN SIAK KOTA KUANT AN SINGGI NGI KABUP ATEN KEPULA UAN MERAN TI KABUP ATEN INDRAG IRI HILIR KABUP ATEN ROKAN HILIR JIWA 4 0 0 0 55 0 0 0 2 58 20 12 0 10 20 30 40 50 60 70

(48)

15.

BEKAS WARGA BINAAN LEMBAGA PERMASYARAKATAN (BWBLP)

NO KABUPATEN/KOTA JIWA

1 KOTA PEKANBARU 250

2 KABUPATEN INDRAGIRI HULU 757

3 KABUPATEN ROKAN HULU 35

4 KABUPATEN KAMPAR 255

5 KABUPATEN DUMAI 38

6 KABUPATEN PELALAWAN 0

7 KABUPATEN BENGKALIS 87

8 KABUPATEN SIAK 32

9 KOTA KUANTAN SINGGINGI 55

10 KABUPATEN KEPULAUAN MERANTI 0

11 KABUPATEN INDRAGIRI HILIR 1

12 KABUPATEN ROKAN HILIR 19

JUMLAH 1.529 KOTA PEKAN BARU KABUP ATEN INDRA GIRI HULU KABUP ATEN ROKAN HULU KABUP ATEN KAMP AR KABUP ATEN DUMAI KABUP ATEN PELALA WAN KABUP ATEN BENGK ALIS KABUP ATEN SIAK KOTA KUANT AN SINGGI NGI KABUP ATEN KEPUL AUAN MERA NTI KABUP ATEN INDRA GIRI HILIR KABUP ATEN ROKAN HILIR JIWA 250 757 35 255 38 0 87 32 55 0 1 19 0 100 200 300 400 500 600 700 800 A xi s Ti tle

BEKAS WARGA BINAAN LEMBAGA

PERMASYARAKATAN (BWBLP) (JIWA)

(49)

16.

ORANG DENGAN HIV/AIDS (ODHA)

NO KABUPATEN/KOTA JIWA

1 KOTA PEKANBARU 8

2 KABUPATEN INDRAGIRI HULU 17

3 KABUPATEN ROKAN HULU 0

4 KABUPATEN KAMPAR 104

5 KABUPATEN DUMAI 0

6 KABUPATEN PELALAWAN 14

7 KABUPATEN BENGKALIS 0

8 KABUPATEN SIAK 147

9 KOTA KUANTAN SINGGINGI 0

10 KABUPATEN KEPULAUAN MERANTI 0

11 KABUPATEN INDRAGIRI HILIR 155

12 KABUPATEN ROKAN HILIR 0

JUMLAH 445 KOTA PEKAN BARU KABUP ATEN INDRA GIRI HULU KABUP ATEN ROKAN HULU KABUP ATEN KAMP AR KABUP ATEN DUMAI KABUP ATEN PELALA WAN KABUP ATEN BENGK ALIS KABUP ATEN SIAK KOTA KUANT AN SINGGI NGI KABUP ATEN KEPUL AUAN MERA NTI KABUP ATEN INDRA GIRI HILIR KABUP ATEN ROKAN HILIR JIWA 8 17 0 104 0 14 0 147 0 0 155 0 0 20 40 60 80 100 120 140 160 180 A xi s Ti tle

(50)

17.

KORBAN PENYALAHGUNAAN NAPZA

NO KABUPATEN/KOTA JIWA

1 KOTA PEKANBARU 29

2 KABUPATEN INDRAGIRI HULU 84

3 KABUPATEN ROKAN HULU 0

4 KABUPATEN KAMPAR 11

5 KABUPATEN DUMAI 30

6 KABUPATEN PELALAWAN 27

7 KABUPATEN BENGKALIS 0

8 KABUPATEN SIAK 151

9 KOTA KUANTAN SINGGINGI 6

10 KABUPATEN KEPULAUAN MERANTI 0

11 KABUPATEN INDRAGIRI HILIR 20

12 KABUPATEN ROKAN HILIR 2

JUMLAH 360 KOTA PEKAN BARU KABUP ATEN INDRA GIRI HULU KABUP ATEN ROKAN HULU KABUP ATEN KAMPA R KABUP ATEN DUMAI KABUP ATEN PELALA WAN KABUP ATEN BENGK ALIS KABUP ATEN SIAK KOTA KUANT AN SINGGI NGI KABUP ATEN KEPUL AUAN MERA NTI KABUP ATEN INDRA GIRI HILIR KABUP ATEN ROKAN HILIR JIWA 29 84 0 11 30 27 0 151 6 0 20 2 0 20 40 60 80 100 120 140 160 A xi s Ti tl e

(51)

18.

KORBAN TRAFICKING

NO KABUPATEN/KOTA JIWA

1 KOTA PEKANBARU 3

2 KABUPATEN INDRAGIRI HULU 0

3 KABUPATEN ROKAN HULU 0

4 KABUPATEN KAMPAR 0

5 KABUPATEN DUMAI 0

6 KABUPATEN PELALAWAN 0

7 KABUPATEN BENGKALIS 0

8 KABUPATEN SIAK 0

9 KOTA KUANTAN SINGGINGI 0

10 KABUPATEN KEPULAUAN MERANTI 0

11 KABUPATEN INDRAGIRI HILIR 1

12 KABUPATEN ROKAN HILIR 2

JUMLAH 6 KOTA PEKAN BARU KABUP ATEN INDRA GIRI HULU KABUP ATEN ROKAN HULU KABUP ATEN KAMP AR KABUP ATEN DUMAI KABUP ATEN PELAL AWAN KABUP ATEN BENGK ALIS KABUP ATEN SIAK KOTA KUANT AN SINGGI NGI KABUP ATEN KEPUL AUAN MERA NTI KABUP ATEN INDRA GIRI HILIR KABUP ATEN ROKAN HILIR JIWA 3 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 2 0 0,5 1 1,5 2 2,5 3 3,5 A xi s Ti tle

(52)

19.

KORBAN TINDAK KEKERASAN

NO KABUPATEN/KOTA JIWA

1 KOTA PEKANBARU 300

2 KABUPATEN INDRAGIRI HULU 0

3 KABUPATEN ROKAN HULU 0

4 KABUPATEN KAMPAR 0

5 KABUPATEN DUMAI 42

6 KABUPATEN PELALAWAN 0

7 KABUPATEN BENGKALIS 76

8 KABUPATEN SIAK 45

9 KOTA KUANTAN SINGGINGI 0

10 KABUPATEN KEPULAUAN MERANTI 1.266

11 KABUPATEN INDRAGIRI HILIR 41

12 KABUPATEN ROKAN HILIR 1

JUMLAH 1.771 KOTA PEKAN BARU KABUP ATEN INDRA GIRI HULU KABUP ATEN ROKAN HULU KABUP ATEN KAMP AR KABUP ATEN DUMAI KABUP ATEN PELAL AWAN KABUP ATEN BENGK ALIS KABUP ATEN SIAK KOTA KUANT AN SINGGI NGI KABUP ATEN KEPUL AUAN MERA NTI KABUP ATEN INDRA GIRI HILIR KABUP ATEN ROKAN HILIR JIWA 300 0 0 0 42 0 76 45 0 1.266 41 1 0 200 400 600 800 1000 1200 1400 A xi s Ti tle

(53)

20.

PEKERJA MIGRAN BERMASALAH SOSIAL

NO KABUPATEN/KOTA JIWA

1 KOTA PEKANBARU 25

2 KABUPATEN INDRAGIRI HULU 0

3 KABUPATEN ROKAN HULU 4

4 KABUPATEN KAMPAR 243

5 KABUPATEN DUMAI 0

6 KABUPATEN PELALAWAN 0

7 KABUPATEN BENGKALIS 0

8 KABUPATEN SIAK 0

9 KOTA KUANTAN SINGGINGI 0

10 KABUPATEN KEPULAUAN MERANTI 0

11 KABUPATEN INDRAGIRI HILIR 71

12 KABUPATEN ROKAN HILIR 22

JUMLAH 365 KOTA PEKAN BARU KABUP ATEN INDRA GIRI HULU KABUP ATEN ROKAN HULU KABUP ATEN KAMP AR KABUP ATEN DUMAI KABUP ATEN PELALA WAN KABUP ATEN BENGK ALIS KABUP ATEN SIAK KOTA KUANT AN SINGGI NGI KABUP ATEN KEPUL AUAN MERA NTI KABUP ATEN INDRA GIRI HILIR KABUP ATEN ROKAN HILIR JIWA 25 0 4 243 0 0 0 0 0 0 71 22 0 50 100 150 200 250 300 A xi s Ti tle

(54)

21.

KORBAN BENCANA ALAM

NO KABUPATEN/KOTA JIWA

1 KOTA PEKANBARU 39.240

2 KABUPATEN INDRAGIRI HULU 3

3 KABUPATEN ROKAN HULU 1.061

4 KABUPATEN KAMPAR 0

5 KABUPATEN DUMAI 19

6 KABUPATEN PELALAWAN 2.523

7 KABUPATEN BENGKALIS 0

8 KABUPATEN SIAK 21

9 KOTA KUANTAN SINGGINGI 23

10 KABUPATEN KEPULAUAN MERANTI 0

11 KABUPATEN INDRAGIRI HILIR 246

12 KABUPATEN ROKAN HILIR 114

JUMLAH 43.250 KOTA PEKAN BARU KABUP ATEN INDRA GIRI HULU KABUP ATEN ROKA N HULU KABUP ATEN KAMP AR KABUP ATEN DUMA I KABUP ATEN PELAL AWAN KABUP ATEN BENGK ALIS KABUP ATEN SIAK KOTA KUAN TAN SINGG INGI KABUP ATEN KEPUL AUAN MERA NTI KABUP ATEN INDRA GIRI HILIR KABUP ATEN ROKA N HILIR JIWA 39.240 3 1.061 0 19 2.523 0 21 23 0 246 114 0 5.000 10.000 15.000 20.000 25.000 30.000 35.000 40.000 45.000 A xi s Ti tle

Referensi

Dokumen terkait

Aplikasi ini diharapkan dapat membantu siswa dalam mempelajari materi Pendidikan Lingkungan Hidup tentang bencana alam dengan menonjolkan objek gambar, suara, animasi

- Guru memberikan contoh ekspresi untuk bertanya jawab dengan siswa yaitu contoh- contoh pertanyaan yang menanyakan like dan dislike.. - Siswa secara berpasangan

Kedalaman dari penguburan mayat juga merupakan faktor yang mempengaruhi proses pembusukan, lebih dalam mayat dikuburkan akan menjaga mayat pada suhu yang stabil dan

Napsu badan jeung sagala panga- jakna teh ku jelema anu geus jadi kagungan Kristus Yesus mah geus Ka pan urang teh geus maot tina dosa, piraku bisa keneh hirup dina

Apabila barang-barang dari luar negeri mutunya lebih baik, dan harganya lebih murah daripada barang-barang yang sama dihasilkan di dalam negeri, maka akan

Uji – F atau Uji Simultan (Serempak) Uji F merupakan pengujian koefisien secara serempak yang bertujuan untuk mengetahui apakah variable bebas ( suku bunga dan

Peserta didik kurang dapat mempresentasikan hasil diskusi dengan bahasa yang baik dan benar, istilah-istilah sains kurang tepat. 4 3 2 1 100 maksimum skor

Faktor yang mempengaruhi pembentukan karakter samanera, sebelumnya semakin sedikit peserta yang mengikuti pabbajja maka semakin ringan juga panitia memberikan