• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENGANTAR Latar Belakang Masalah. Salah satu wacana yang menarik dalam studi globalisasi adalah hipotesis tentang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENGANTAR Latar Belakang Masalah. Salah satu wacana yang menarik dalam studi globalisasi adalah hipotesis tentang"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

1 BAB I PENGANTAR

1.1. Latar Belakang Masalah

Globalisasi memberi pengaruh penting pada kondisi negara Indonesia. Salah satu wacana yang menarik dalam studi globalisasi adalah hipotesis tentang homogenitas budaya (Hannerz, 1992). Homogenitas budaya sebagai proses terjadi fenomena masuknya budaya asing ke Indonesia. Hal tersebut dapat berdampak positif dan negatif. Dampak positif yang ditimbulkan yaitu bertambahnya khasanah budaya nasional yang ada, sedangkan dampak negatif yang ditimbulkan yaitu budaya asing dapat mengikis rasa cinta terhadap budaya lokal. Generasi muda lebih bangga dengan budaya asing dari pada budaya lokal. Hal tersebut terjadi karena terkikisnya rasa nasionalisme pada generasi muda. Budaya lokal Indonesia sebagai perwujudan jati diri bangsa Indonesia yang perlu dihayati dan dilestarikan, maka diperlukan upaya kritis untuk mengubah dan membentuk nasionalisme pada generasi muda.

Nasionalisme terhadap negara penting dimiliki oleh generasi muda, karena generasi muda memiliki peran penting dalam pembangunan bangsa. Menurut Satries (2009) terdapat tujuh alasan pemuda memiliki tanggung jawab besar dalam membangun tatanan kehidupan dan kesejahteraan masyarakat, yaitu:

1. Kemurnian idealisme;

2. Keberanian dan keterbukaannya dalam menyerap nilai-nilai dan gagasan-gagasan baru;

(2)

3. Semangat pengabdian; 4. Inovasi dan kreativitas;

5. Keinginan untuk segera mewujudkan gagasan-gagasan baru;

6. Keteguhan janjinya dan keinginan untuk menampilkan sikap dan kepribadiannya yang mandiri;

7. Masih lengkapnya pengalaman yang dapat merelevansikan pendapat, sikap, dan tindakannya dengan kenyataan yang ada.

Tujuh karakteristik tersebut dapat digunakan sebagai modal dalam pembangunan tatanan kehidupan dan kesejahteraan masyarakat yang memiliki nasionalisme. Nasionalisme tersebut muncul sebagai bentuk kebanggaan terhadap negaranya.

Menurut Tilaar (2007) etnisitas, identitas budaya, kepemilikan dan kebanggaan terhadap budaya sendiri dalam kehidupan bersama merupakan “political nation-state”. Warga negara seyogyanya tidak sekedar tahu, melainkan mengerti, memahami dan memiliki rasa kebanggaan terhadap budayanya sendiri sehingga budaya tersebut dapat menjadi sebuah kebutuhan dan kepentingan yang dimiliki oleh warga negara, barulah kebudayaan itu dapat dinilai sebagai political nation state. Rasa bangga terhadap budaya sendiri sebagai salah satu unsur penting dalam political nation state yang perlu dikembangkan dan dilestarikan, diperlukan suatu usaha sadar agar budaya bangsa tidak lekang oleh waktu dan tetap dihayati oleh bangsa Indonesia. Kesadaran seperti itu dapat dicapai melalui proses pendidikan dan komunikasi dalam kehidupan bersama sebagai suatu negara.

(3)

Proses pendidikan merupakan sarana yang efektif dalam penumbuhan kesadaran, namun kondisi di negara Indonesia saat memiliki banyak tantangan, salah satunya karakter pemuda Indonesia menjadi lemah. Imam Nahrowi selaku Menteri Pemuda dan Olahraga ketika memberi sambutan pembukaan Konferensi Asia-Afrika menggungkapkan bahwa negara Indonesia memberi harapan dalam proses pendidikan dan pembudayaan dalam pola perilaku pemuda yang saat ini sedang mengalami krisis karakter. Karakter pemuda yang semakin lembek akan mengakibatkan gagalnya estafet kepemimpinan bangsa, sehingga semangat kepemimpinan hanya menguntungkan segelintir orang yang berfikir tentang hegemoni dan kapitalisme (Cahyono, 27 April 2015: joglosemar.com). Kondisi pemuda yang belum memiliki karakter yang kuat mudah menerima pengaruh negatif dari luar. Kondisi seperti ini akan berakibat menipisnya tata krama, etika, kreativitas dan rasa cinta tanah air generasi muda. Pendidikan dan pembudayaan diharapkan mampu membentuk pola tingkah laku warga negara terutama pemuda sebagai generasi penerus bangsa. Namun, menurut pendapat di atas masih ditemukan pemuda yang tidak berkarakter kuat. Pendidikan dan pembudayaan dinilai belum mampu menghasilkan keluaran yang berkualitas, yakni manusia Indonesia seutuhnya sesuai tujuan Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional.

Pendidikan nasional di negara Indonesia mempunyai tujuan yang sudah dirumuskan dalam Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 3, yang berbunyi Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk

(4)

berkembangnya peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

Realita dalam kehidupan masyarakat menunjukkan bahwa tujuan pendidikan nasional tersebut belum tercapai secara maksimal, masih banyak ditemukan pemuda Indonesia yang belum memenuhi tujuan pendidikan nasional tersebut.

Data kemerosotan nilai pemuda dapat dilihat dalam penelitian yang dilakukan oleh Muis (2013), yang menyimpulkan bahwa jumlah populasi sebanyak 2.458 dan 304 sampel terhadap mahasiswa Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Surabaya. Hasil penelitian menunjukkan 90% berpegangan tangan, 82% berpelukan, 77% berciuman, 65% meraba bagian tubuh yang sensitif, 33% petting, 30% oral seks, 27% pernah hubungan seksual dan 40% pernah mengalami kekerasan seksual. Lokasi untuk memadu kasih yang dilakukan oleh mahasiswa Fakultas Bahasa dan Seni tempat hiburan 34%, 33% kos/kontrakan, 32% lingkungan kampus, 2% rumah dan 1% memilih tempat lain (danau dan tempat wisata). Data tersebut dapat dilihat bahwa terjadi kemerosotan tatanan kehidupan kolektif sebagai bangsa juga disebabkan karena mengendornya implementasi nilai luhur Pancasila. Pancasila sebagai dasar negara Indonesia seharusnya nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila dijiwai dalam kehidupan. Dewasa ini banyak ditemukan generasi muda yang kurang menjiwai nilai-nilai Pancasila, sebagai contoh banyak ditemukan generasi muda berbondong-bondong melihat konser boyband luar negeri dengan biaya mahal.

(5)

Kondisi tersebut sangat berbeda dengan kondisi pertunjukan kesenian daerah. Tempat-tempat pertunjukan kesenian daerah dengan biaya murah sepi pengunjung. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Lickona dalam Megawangi (2004) ada sepuluh tanda-tanda jaman yang harus diwaspadai sebuah bangsa sedang menuju kehancuran. Tanda-tanda yang dimaksud adalah: (1) meningkatnya kekerasan di kalangan remaja, (2) penggunaan bahasa dan kata-kata yang memburuk, (3) pengaruh peer group yang kuat dalam tindak kekerasan, (4) meningkatnya perilaku merusak diri, seperti penggunaan narkoba, alkohol, dan seks bebas, (5) semakin kaburnya pedoman moral baik dan buruk, (6) menurunnya etos kerja, (7) semakin rendahnya rasa hormat kepada orang tua dan guru, (8) rendahnya rasa tanggung jawab individu dan warga negara, (9) membudayakan ketidakjujuran, (10) adanya rasa saling curiga dan kebencian di antara sesama. Modal dasar dan modal sosial yang diperlukan adalah kesadaran kolektif serta adanya proses character and nation building guna mencapai tujuan pendidikan nasional, yaitu pembangunan karakter pemuda Indonesia menjadi pemuda yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta betanggung jawab.

Pendidikan nasional di negara Indonesia memiliki tiga jalur pendidikan. Berdasarkan Pasal 13 Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 jalur pendidikan terdiri dari pendidikan formal, nonformal, dan informal. Pendidikan formal dilakukan melalui pembelajaran di persekolahan. Pendidikan nonformal dilakukan melalui peran organisasi, kegiatan diluar kelas, sedangkan pendidikan informal dapat

(6)

dilakukan dalam keluarga. Salah satu instrumen pelaksana pendidikan nasional pada jalur nonformal melalui gerakan pramuka. Gerakan pramuka sebagai proses pendidikan nonformal yang diaplikasikan ke dalam bentuk kegiatan yang menarik, menyenangkan, sehat, teratur, terarah, praktis, yang dilakukan di alam terbuka dengan prinsip dasar dan metodik kepramukaan serta sistem among yang bertujuan pembentukan karakter generasi muda. Salah satu nilai karakter yang dikembangkan adalah nasionalisme, oleh karena itu pemerintah melakukan revitalisasi kegiatan pramuka. Hal tersebut dilakukan mengingat manfaat dan pentingnya pendidikan pramuka.

Pemerintah daerah Kabupaten Sukoharjo melakukan revitalisasi kegiatan pramuka. Gerakan Pramuka sebagai salah satu wadah pendidikan non formal yang ada di sekolah. Gerakan Pramuka memiliki tanggung jawab dalam rangka mendidik dan membina generasi muda Indonesia dalam mengembangkan mental, moral spiritual, emosional, sosial, intelektual dan fisik. Diharapkan generasi Indonesia menjadi sosok berkepribadian, berwatak dan berbudi pekerti luhur serta menjadi warga negara Republik Indonesia yang berjiwa Pancasila, nasionalis, patriotis, setia dan patuh pada Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti tertarik untuk mengadakan suatu penelitian lebih lanjut dari penguatan nasionalisme melalui revitalisasi kegiatan pramuka jenjang pendidikan tinggi di Universitas Veteran Bangun Nusantara Kabupaten Sukoharjo. Universitas Veteran Bangun Nusantara memiliki muatan Mata Kuliah Pendidikan Kepramukaan. Gerakan pramuka dipilih sebagai salah satu upaya peningkatan kemampuan pribadi generasi muda Indonesia,

(7)

sehingga peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tesis yang berjudul “Penguatan Nasionalisme melalui Revitalisasi Gerakan Pramuka dan Implikasinya terhadap Ketahanan Pribadi Mahasiswa (Studi pada Mata Kuliah Pendidikan Kepramukaan di Universitas Veteran Bangun Nusantara Sukoharjo Jawa Tengah)”.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, peneliti mengajukan rumusan masalah yaitu sebagai berikut.

1. Bagaimana penguatan nasionalisme melalui revitalisasi gerakan pramuka di Universitas Veteran Bangun Nusantara Kabupaten Sukoharjo?

2. Bagaimana implikasi penguatan nasionalisme melalui revitalisasi gerakan pramuka dalam mewujudkan ketahanan pribadi mahasiswa di Universitas Veteran Bangun Nusantara Kabupaten Sukoharjo?

1.3. Keaslian Penelitian

Penelitian tentang penguatan nasionalisme dilaksanakan melalui revitalisasi pramuka sudah banyak dilakukan para peneliti sebelumnya. Namun sejauh yang peneliti ketahui, peneliti belum menemukan penelitian yang menyoroti penguatan nasionalisme melalui revitalisasi kegiatan pramuka jenjang pendidikan menengah atas di Kabupaten Sukoharjo implikasinya terhadap ketahanan pribadi. Sejauh ini, penelitian yang pernah dilakukan terkait penguatan nasionalisme melalui revitalisasi kegiatan pramuka :

(8)

Tabel 1.1 Keaslian Penelitian No. Nama

Peneliti

Tahun Judul Penelitian Topik Penelitian

1. Kasim Sembiring

2004 Pendidikan

Pendahuluan Bela Negara melalui Gerakan Pramuka dan Kaitannya dengan Ketahanan Nasional

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara kegiatan Pramuka dengan tahap awal Pendidikan Pendahuluan Bela Negara untuk memperkuat Ketahanan Nasional.

2. Misrakandi 2009 Strategi Revitalisasi Gerakan Pramuka dalam Pengembangan Kepemimpinan

Pemuda

Dalam penelitian yang dilakukan, Misrakandi ini lebih pada strategi dalam revitalisasi Gerakan Kepramukaan. Revitalisasi Gerakan Kepramukaan tersebut bertujuan untuk mengembangkan sikap kepemimpinan yang ada pada diri pemuda.

3. Purwanto, Chambali Bambang 2009 Pendidikan Kewarganegaraan dalam Meningkatkan Semangat Nasionalisme Mahasiswa di

Penelitian ini menyoroti tentang

peran Pendidikan

Kewarganegaraan sebagai upaya peningkatan nasionalisme mahasiswa. Pendidikan Kewarganegaraan dinilai sebagai

(9)

Lingkungan

Perguruan Tinggi, Studi di Universitas Pancasila, Jakarta

suatu strategi yang dinilai sesuai untuk meningkatkan semangat nasionalisme. Penelitian ini dilaksanakan di Universitas Pancasila Jakarta. 4. Raden Roro Muri Kusniawati 2013 Peran Museum Benteng Vredeburg Yogyakarta sebagai Sarana Pendidikan Nasionalisme

Museum Benteng Vredeburg Yogyakarta memiliki peran sebagai sarana pendidikan nasionalisme, hal ini terbukti dengan adanya peningkatan pemahaman pengunjung terhadap nilai-nilai nasionalisme melalui sajian pameran di Museum Benteng Vredeburg Yogyakarta. Keberadaan Museum Benteng Vredeburg Yogyakarta sebagai sarana pendidikan yang mengkomunikasikan nilai-nilai sejarah kejuangan khususnya nasionalisme.

5. Teguh Triono

2013 Peran Bintal Kodam Jaya terhadap Ketahanan Mental

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sejauhmana pengaruh pembinaan mental yang

(10)

Prajurit-PNS dalam Mendukung Semangat Nasionalisme

dilaksanakan oleh Bintaldam Jaya terhadap ketahanan mental prajurit/PNS dalam mendukung semangat nasionalisme. Kesimpulan penelitian ini yaitu melalui berbagai aktifitas pembinaan yang intensif, Bintaldam Jaya telah berhasil menanamkan jati diri TNI kepada prajurit Kodam Jaya sebagai Tentara Rakyat, Tentara Pejuang dan Tentara Nasional.

Sumber: Olahan Peneliti 2016

Perbedaan antara penelitian yang sudah ada dengan penelitian yang akan dilakukan terletak pada fokus dan lokus penelitian, belum ada satupun dari penelitian tersebut yang membahas bagaimana sebenarnya penguatan nasionalisme melalui Gerakan Kepramukaan jenjang pendidikan tinggi di Kabupaten Sukoharjo dan implikasinya terhadap ketahanan pribadi. Hal inilah yang mendorong peneliti untuk mendalami lebih jauh fokus penelitian seperti yang tertera di dalam judul tesis ini.

(11)

1.4. Tujuan PenelitianPenelitian ini memiliki tujuan sebagai berikut:

1. Mengetahui penguatan nasionalisme melalui revitalisasi gerakan pramuka di Universitas Veteran Bangun Nusantara Kabupaten Sukoharjo.

2. Mengetahui implikasi penguatan nasionalisme melalui revitalisasi gerakan pramuka dalam mewujudkan ketahanan pribadi mahasiswa Universitas Veteran Bangun Nusantara di Kabupaten Sukoharjo.

1.5. Manfaat Penelitian Manfaat dari penelitian ini, yaitu:

1. Manfaat secara teoritis akademis

Memperkaya ilmu pengetahuan bagi pengembangan program kepemudaan dalam hal ini Universitas Gadjah Mada dan Pemerintah Daerah Kabupaten Sukoharjo pada umumnya, serta pihak Kemenpora RI sebagai penyelenggara program khususnya.

2. Manfaat bagi program studi Ketahanan Nasional

Penelitian ini diharapkan mampu memberikan tambahan pengetahuan tentang pentingnya nasionalisme khususnya bagi mahasiswa dalam mewujudkan ketahanan pribadi sebagai tumpuan Ketahanan Nasional.

3. Manfaat bagi Universitas Veteran Bangun Nusantara Kabupaten Sukoharjo Penelitian ini diharapkan dapat memberi pandangan terhadap gerakan pramuka di Universitas Veteran Bangun Nusantara Kabupaten Sukoharjo.

(12)

Penelitian ini diharapakan dapat menyadarkan mahasiswa mengenai pentingnya nasionalisme pada generasi muda dan Kegiatan Kepramukaan terutama dalam mengoptimalisasi ketahanan pribadi.

Gambar

Tabel 1.1 Keaslian Penelitian  No.  Nama

Referensi

Dokumen terkait

Ratifikasi UNCAC 2003 oleh pemerintah Indonesia yang secara politis menempatkan posisi Indonesia sebagai salah satu negara di Asia yang memiliki komitmen pemberantasan korupsi

yang terisolasi pada VLAN yang berbeda di bawah kendali network administrator sehingga peneliti dapat mengontrol lalu lintas mereka sendiri, dan menambah ataupun

Dalam pengembangan koleksi di perpustakaan juga dapat memanfaatkan sentuhan teknologi informasi, seperti yang tertuang pada buku pedoman perpustakaan perguruan tinggi,

Kebijakan-kebijakan strategis yang dapat berpengaruh terhadap kapasitas fiskal jangka menengah (seperti kebijakan bidang energi). Kesesuaian antara kebutuhan dan kapasitas

Uji statistik dengan variabel umur yang menjadi variabel pengganggu dalam penelitian ini dengan keluhan muskuloskeletal menunjukkan ada hubungan yang tidak

direkomendasikan : Jika produk ini mengandung komponen dengan batas pemaparan, atmosfir tempat kerja pribadi atau pemantauan biologis mungkin akan diperlukan untuk

Survey harian ini kami lakukan dengan maksud untuk menilai tingkat kepuasan pelanggan terhadap kualitas pelayanan yang dilakukan di semua unit pelayanan

Maka wajib bagi kita tidak memberi uang imbalan apapun bagi orang yang minta disuap karena dirinya telah mengambil gaji dari baitul mal dan dia harus amanah didalam menjalankan tugas