PENINGKATAN NAFSU MAKAN DAN PERTUMBUHAN
PADA PENDEDERAN IKAN KERAPU MACAN
Epinephelus
fuscoguttatus
MELALUI PERIODE PEMUASAAN BERBEDA
FATIMA ROSNIAR
DEPARTEMEN BUDIDAYA PERAIRAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
PERNYATAN MENGENAI SKRIPSI
DAN SUMBER INFORMASI
Dengan ini saya menyatakan bahwa Skripsi yang berjudul:
PENINGKATAN NAFSU MAKAN DAN PERTUMBUHAN PADA
PENDEDERAN IKAN KERAPU MACAN Epinephelus fuscoguttatus
MELALUI PERIODE PEMUASAAN BERBEDA
adalah benar merupakan hasil karya yang belum diajukan dalam bentuk apa pun
kepada perguruan tinggi mana pun. Semua sumber data dan informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka dibagian akhir Skripsi ini.
Bogor, Februari 2013
ABSTRAK
FATIMA ROSNIAR. Peningkatan nafsu makan dan pertumbuhan pada pendederan ikan kerapu macan Epinephelus fuscoguttatus melalui periode pemuasaan berbeda. Dibimbing oleh IRZAL EFFENDI dan EDDY SUPRIYONO.
Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji pengaruh periode pemuasaan terhadap nafsu makan, pertumbuhan, efisiensi pemberian pakan dan kelangsungan hidup benih ikan kerapu macan dalam sistem pendederan. Berdasarkan penelitian ini diharapkan diperoleh informasi periode pemuasaan yang baik pada pendederan ikan kerapu macan dalam rangka meningkatkan nafsu makan dan pertumbuhan. Benih ikan kerapu berukuran 5,55±0,03 cm/ekor dengan bobot 3,11±0,02 gram/ekor dipelihara di akuarium berukuran 60x40x40 cm dengan padat tebar 300 ekor/m3 atau 22 ekor/akuarium. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) yang terdiri dari 4 perlakuan pemberian pakan mingguan yaitu dipuasakan 1 hari diberi pakan 6 hari (P1), dipuasakan 2 hari diberi pakan 5 hari (P2), dipuasakan 3 hari diberi pakan 4 hari (P3) dan pemberian pakan setiap hari atau perlakuan kontrol (K) dan setiap perlakuan terdiri dari 3 ulangan. Parameter yang diamati diantaranya adalah laju pertumbuhan spesifik atau SGR (spesific growth rate), pertumbuhan panjang mutlak, nafsu makan, tingkah laku , efisiensi pakan, SR (survival rate) dan fisika-kimia air. Nilai total konsumsi pakan, SGR, pertumbuhan panjang mutlak dan efisiensi pakan tertinggi terdapat pada perlakuan pemuasaan 1 hari/minggu dengan nilai berturut-turut 171,13±2,53 gram; 4,14±0,07%; 2,18±0,06 cm/ekor dan 78,85±2,43%. Ikan kerapu macan E. fuscoguttatus tidak baik dipuasakan 2 hari/minggu atau lebih karena pertumbuhannya dapat terhambat dan terjadi kanibalisme. Pemuasaan 1 hari/minggu dapat meningkatkan nafsu makan dan pertumbuhan ikan kerapu macan.
ABSTRACT
FATIMA ROSNIAR. Increasing appetite and growth of Epinephelus fuscoguttatus tiger grouper through different periode of starvation. Supervised by IRZAL EFFENDI dan EDDY SUPRIYONO.
This study aims to know the influence of starvation periode on appetite, growth, feed efficiency and survival rate of tiger groupers fry in rearing system. This research expected to find the best periode of starvation information on rearing tiger grouper for increasing appetite and growth. Groupers fry size of 5.55±0.03 cm/fish with weight 3.11±0.02 g/fish kept in aquariums of 60x40x40 cm with density of 300 fish/m3 or 22 fish/aquarium. The research was conducted using ANOVA single factor consisting of 4 weekly feeding treatments: one day starvation and 6 days feeding (P1), 2 days starvation and 5 days feeding (P2), 3 days starvation and 4 days feeding (P3) and feeding every day or a control treatment (K) and each treatment consisted of three replications. The specific growth rate (SGR), absolute growth, appetite, feeding behavior, feeding efficiency, survival rate (SR) and physico-chemical water were observed and discussed. The highest total value of feed intake, SGR, absolute growth and feeding efficiency were showed in one day starvation and 6 days feeding (P1) treatment with value 171.13±2.53 g; 4.14±0.07%; 2.18±0.06 cm /ind and 78.85±2.43%. Tiger grouper was not good to be starved 2 days/week or more because its growth can be hampered and occurred cannibalism. One day starvation and 6 days feeding (P1) treatment could increased appetite and growth of tiger grouper.
PENINGKATAN NAFSU MAKAN DAN PERTUMBUHAN
PADA PENDEDERAN IKAN KERAPU MACAN
Epinephelus
fuscoguttatus
MELALUI PERIODE PEMUASAAN BERBEDA
FATIMA ROSNIAR
SKRIPSI
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Perikanan pada Progam Studi Teknologi & Manajemen Perikanan Budidaya
Departemen Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan,
Institut Pertanian Bogor
DEPARTEMEN BUDIDAYA PERAIRAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
Judul : Peningkatan Nafsu Makan dan Pertumbuhan pada Pendederan Ikan Kerapu Macan Epinephelus Fuscoguttatus melalui Periode Pemuasaan Berbeda
Nama : Fatima Rosniar NRP : C14080002
Disetujui
Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II
Ir. Irzal Effendi, M.Si. Dr. Ir. Eddy Supriyono, M.Sc. NIP. 196403301989031003 NIP.196302121989031003
Diketahui
Ketua Departemen Budidaya Perairan
Dr. Ir. Sukenda, M.Sc. . NIP. 196710131993021001
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur Penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini dapat diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian ini adalah pendederan ikan kerapu macan, dengan judul “Peningkatan nafsu makan dan pertumbuhan pada pendederan ikan kerapu macan Epinephelus fuscoguttatus melalui periode pemuasaan berbeda”. Penelitian ini dilakukan di Hatchery I Teknologi dan Manajemen Perikanan Budidaya Diploma IPB, Gunung Gede, Bogor selama bulan Juli-Oktober 2012 meliputi proses persiapan, pelaksanaan, pengolahan dan analisis data serta penulisan laporan.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Ir. Irzal Effendi, M.Si. selaku Dosen Pembimbing I, Dr. Ir. Eddy Supriyono, M.Sc. selaku Dosen Pembimbing II sekaligus Pembimbing Akademik, Dr. Ir. Agus Oman Sudrajat, M.Sc. selaku
Dosen Penguji Tamu, Dr. Mia Setiawawati selaku Komisi Pendidikan yang telah memberikan banyak arahan, bimbingan dan dukungan kepada Penulis. Penulis
juga menyampaikan terimakasih kepada Ayahanda Almarhum Deddy Rumhadi dan Ibunda Detty Destriati, kakak, adik dan seluruh keluarga atas dukungan dan do’anya. Ucapan terimakasih juga Penulis ucapkan kepada Dosen dan Pegawai Teknologi dan Manajemen Perikanan Budidaya Diploma IPB dan Departemen Budidaya Perairan yang telah membantu berjalannya penelitian ini. Terima kasih banyak disampaikan juga kepada Ahmad Fauzan, Ernitha, Mas Dama, Bayu, Titi Nurchayati dan Nurlita yang telah menemani dan membantu selama berjalannya penelitian, teman-teman (Wahyu, Adit, Ahen, Randi, Dina, Joy, Nidya, Owo, Yoga, Milan, Kurnia, Dendi, Brilian, Asbul, Jeanni, Retno, Pika), atas bantuan (transfer air laut dan sampling), do’a dan semangatnya.
Semoga penulisan skripsi ini dapat bermanfaat bagi Penulis dan pihak lain yang membutuhkan.
Bogor, Februari 2013
FATIMA ROSNIAR
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Penulis adalah anak ketiga dari tujuh bersaudara yang dilahirkan di Kota Bandung pada 31 Juli 1990 dari pasangan Bapak Almarhum Deddy Rumhadi Karman dan Ibu Detty Destriati Munasir. Penulis menyelesaikan pendidikan di SDN 03 Pagi Cipinang Melayu, Jakarta Timur pada tahun 2002. Tahun 2005 Penulis menyelesaikan pendidikan menengah pertama di MTs. Daar el-Qalam Tangerang, kemudian melanjutkan pendidikan di SMA Plus Muthahhari Bandung pada tahun 2005. Setelah menyelesaikan pendidikan SMA pada 2008, Penulis mendapat kesempatan melanjutkan pendidikan di Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut Pertanian Bogor pada Program Studi Teknologi dan Manajemen Perikanan Budidaya melalui Jalur USMI (Ujian Seleksi Masuk IPB).
Selama masa perkuliahan, Penulis aktif pada Himpunan Mahasiswa Akuakultur (HIMAKUA) IPB sebagai Anggota Divisi Produksi (2009-2010) dan Divisi Kewirausahaan (2010-2011). Penulis menjadi Asisten Praktikum Dasar-Dasar Akuakultur untuk Program S1 pada Tahun Ajaran 2010/2011 dan 2011/2012. Selain itu, Penulis juga pernah magang di Balai Besar Pengembangan Budidaya Air Tawar Sukabumi tentang komoditas ikan mas Cyprinus carpio (2009), di Balai Besar Pengembangan Budidaya Air Laut Lampung mengenai komoditas rumput laut Eucheuma cottoni (2010) dan Praktik Lapangan
Akuakultur di Balai Layanan Usaha Produksi Perikanan Budidaya (BLUPPB) Karawang mengenai komoditas udang vaname Litopenaeusvannamei (2011).
DAFTAR ISI
2.2.2 Penebaran dan Adaptasi Ikan ...5
2.2.3 Pemeliharaan dan Perlakuan ...6
2.3 Pengumpulan dan Pengolahan Data ...6
2.3.1 Nafsu Makan ...7
2.3.2 Tingkah Laku Makan ... 7
2.3.3 Laju Pertumbuhan Spesifik (Spesific Growth Rate) ...8
2.3.4 Pertumbuhan Panjang Mutlak...9
2.3.5 Efisiensi Pakan...9
2.3.6 Tingkat Kelangsungan Hidup (Survival Rate) ...10
2.3.7 Parameter Fisika-Kimia Air ...10
2.3.8 Analisis Ekonomi ...10
2.4 Analisis Data ...11
III. HASIL DAN PEMBAHASAN ...13
3.1 Hasil ...13
3.1.1 Tingkah Laku dan Nafsu Makan ...13
3.1.2 Pertumbuhan bobot ...15
3.1.3 Pertumbuhan Panjang Mutlak...16
3.1.4 Efisiensi Pakan...17
3.1.5 Tingkat Kelangsungan Hidup ...18
3.1.6 Fisika-Kimia Air ...19
3.1.7 Analisi Ekonomi ...22
3.2 Pembahasan ...23
DAFTAR TABEL
Halaman
1. Jadwal pemuasaan ikan kerapu macan E. fuscoguttatus mingguan dalam pendederan ... 6 2. Alat pengukuran fisika-kimia media pemeliharaan ikan kerapu macan E.
fuscoguttatus. ... 10 3. Respons makan dan tingkah laku ikan kerapu macan E. fuscoguttatus yang
diberi pakan setiap hari (K), dipuasakan 1 hari/minggu (P1), 2 hari/minggu (P2) dan 3 hari/minggu (P3) selama 28 hari. ... 14 4. Keuntungan dan R/C ratio pada pendederan ikan kerapu macan E.
DAFTAR GAMBAR
Halaman
1. Rata-rata konsumsi pakan/hari ikan kerapu macan E.fuscoguttatus selama 1 minggu. (♦) Kontrol, (■) Puasa sehari/minggu, (▲) Puasa 2hari/minggu, dan (×) Puasa 3hari/minggu. ... 13 2. Konsumsi pakan ikan kerapu macan E. fuscoguttatus pada perlakuan
pemberian pakan setiap hari (K), pemuasaan 1hari/minggu (P1), 2 hari/minggu (P2), dan 3 hari/minggu (P3). Huruf yang berbeda pada diagram menunjukkan pengaruh perlakuan yang berbeda nyata (P<0,2) ... 14 3. Total konsumsi pakan yang dihabiskan ikan kerapu macan E. fuscoguttatus
yang diberi pakan tiap hari (K), dipuasakan 1 hari/minggu (P1), dipuasakan 2 hari/minggu (P2) dan 3 hari/minggu (P3) selama 4 minggu. Huruf yang berbeda pada diagram menunjukkan pengaruh perlakuan yang berbeda nyata (P<0,2). ... 15 4. Bobot rata-rata ikan kerapu macan E. fuscoguttatus yang diberi pakan tiap
hari (K), dipuasakan 1 hari/minggu (P1), dipuasakan 2 hari/minggu (P2) dan 3 hari/minggu (P3). (♦) Kontrol, (■) Puasa sehari/minggu, (▲) Puasa 2hari/minggu, dan (×) Puasa 3hari/minggu. ... 16 5. Spesific growh rate (SGR) ikan kerapu macan E. fuscoguttatus yang diberi
pakan tiap hari (K), dipuasakan 1 hari/minggu (P1), dipuasakan 2 hari/minggu (P2) dan 3 hari/minggu (P3). Huruf yang berbeda pada diagram menunjukkan pengaruh perlakuan yang berbeda nyata (P<0,2). ... 16 6. Pertumbuhan panjang mutlak ikan kerapu macan E. fuscoguttatus yang
diberi pakan tiap hari (K), dipuasakan 1 hari/minggu (P1), dipuasakan 2 hari/minggu (P2) dan 3 hari/minggu (P3). Huruf yang berbeda pada diagram menunjukkan pengaruh perlakuan yang berbeda nyata (P<0,2). ... 17 7. Persentase efisiensi pakan ikan kerapu macan E. fuscoguttatus yang diberi
pakan tiap hari (K), dipuasakan 1 hari/minggu (P1), dipuasakan 2 hari/minggu (P2) dan 3 hari/minggu (P3) selama 4 minggu. Huruf yang berbeda pada diagram menunjukkan pengaruh perlakuan yang berbeda nyata (P<0,2). ... 18 8. Survival rate (SR) ikan kerapu macan E. fuscoguttatus yang diberi pakan
tiap hari (K), dipuasakan 1 hari/minggu (P1), dipuasakan 2 hari/minggu (P2) dan 3 hari/minggu (P3) selama 4 minggu. Huruf yang berbeda pada diagram menunjukkan pengaruh perlakuan yang berbeda nyata (P<0,2) ... 19 9. Dissolved oxygen media pemeliharaan pendederan ikan kerapu macan E.
fuscoguttatus yang diberi pakan tiap hari (K), dipuasakan 1 hari/minggu (P1), dipuasakan 2 hari/minggu (P2) dan 3 hari/minggu (P3). (♦) Kontrol, (■) Puasa sehari/minggu, (▲) Puasa 2hari/minggu, dan (×) Puasa 3hari/minggu. ... 19 10. pH media pemeliharaan pendederan ikan kerapu macan E. fuscoguttatus
Puasa sehari/minggu, (▲) Puasa 2hari/minggu, dan (×) Puasa 3hari/minggu. ... 20 11. Suhu media pemeliharaan pendederan ikan kerapu macan E. fuscoguttatus
yang diberi pakan tiap hari (K), dipuasakan 1 hari/minggu (P1), dipuasakan 2 hari/minggu (P2) dan 3 hari/minggu (P3). (♦) Kontrol, (■) Puasa sehari/minggu, (▲) Puasa 2hari/minggu, dan (×) Puasa 3hari/minggu di pagi hari (P) dan sore hari (S). ... 21 12. Salinitas media pemeliharaan pendederan ikan kerapu macan E.
fuscoguttatus yang diberi pakan tiap hari (K), dipuasakan 1 hari/minggu (P1), dipuasakan 2 hari/minggu (P2) dan 3 hari/minggu (P3). (♦) Kontrol, (■) Puasa sehari/minggu, (▲) Puasa 2hari/minggu, dan (×) Puasa 3hari/minggu. ... 21 13. Amoniak media pemeliharaan pendederan ikan kerapu macan E.
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman 1. Skema resirkulasi dan tata letak akuarium untuk pendederan ikan kerapu
macan E. fuscoguttatus. ... 33 2. Konsumsi pakan dengan analisis sidik ragam dan uji Duncan ikan kerapu
macan E. fuscoguttatus yang diberi pakan setiap hari (K), dipuasakan 1 hari/minggu (P1), 2 hari/minggu (P2) dan 3 hari/minggu (P3). ... 34 3. Total konsumsi pakan dengan analisis sidik ragam dan uji Duncan ikan
kerapu macan E. fuscoguttatus yang diberi pakan setiap hari (K), dipuasakan 1 hari/minggu (P1), 2 hari/minggu (P2) dan 3 hari/minggu (P3). . 35 4. Spesific growth rate (SGR), analisis sidik ragam dan uji Duncan ikan
kerapu macan E. fuscoguttatus yang diberi pakan setiap hari (K), dipuasakan 1 hari/minggu (P1), 2 hari/minggu (P2) dan 3 hari/minggu (P3). . 36 5. Pertumbuhan panjang mutlak (PPM) dengan analisis sidik ragam dan uji
Duncan ikan kerapu macan E. fuscoguttatus yang diberi pakan setiap hari (K), dipuasakan 1 hari/minggu (P1), 2 hari/minggu (P2) dan 3 hari/minggu (P3). ... 37 6. Efisiensi pemberian pakan (EPP) dengan analisis sidik ragam dan uji
Duncan ikan kerapu macan E. fuscoguttatus yang diberi pakan setiap hari (K), dipuasakan 1 hari/minggu (P1), 2 hari/minggu (P2) dan 3 hari/minggu (P3). ... 38 7. Tingkat kelangsungan hidup (Survival rate, SR) analisis sidik ragam dan
uji Duncan ikan kerapu macan E. fuscoguttatus yang diberi pakan setiap hari (K), dipuasakan 1 hari/minggu (P1), 2 hari/minggu (P2) dan 3 hari/minggu (P3). ... 39 8. Jumlah pakan yang diberikan pada ikan kerapu macan E. fuscoguttatus
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Ikan kerapu sangat cocok dan potensial untuk dipelihara di perairan Indonesia. Pengembangan kerapu sangat terbuka, apalagi bila melihat potensi budidaya laut yang dimiliki Indonesia sangat besar. Saat ini pemanfaatan wilayah potensi budidaya laut baru sebesar 1,21 persen. Total potensi budidaya laut Indonesia sebesar 3.776.000 ha dan baru dimanfaatkan sebesar 45.676 ha. Selain itu, permintaan dunia pada ikan kerapu cenderung meningkat baik dari sisi kuantitas maupun harganya. Total permintaan produksi kerapu saat ini mencapai
35.000 ton per tahun dengan kisaran harga US$ 25 - 125 (Ditjen Perikanan Budidaya 2011). Produksi ikan kerapu Indonesia tahun 2011 baru mencapai 8.112 ton (SIDATIK 2011).
Indonesia merupakan produsen utama benih kerapu macan, statistik perikanan budidaya Indonesia pada tahun 2010 melaporkan benih ikan kerapu yang ditebar mencapai 1,04 milyar ekor. Hatchery pada umumnya menghasilkan benih berukuran 2-3 cm (total length), sedangkan pembesaran di laut membutuhkan benih yang lebih besar yaitu sekitar 5-10 cm. Untuk memenuhi kebutuhan benih dengan ukuran tersebut atau lebih maka dikembangkan sistem pendederan (Ismi et al. 2012). Pendederan merupakan kegiatan pemeliharaan ikan untuk menghasilkan benih yang siap untuk ditebar di unit produksi pembesaran atau benih yang siap dijual (Effendi 2004). Teknologi dan manajemen pendederan kerapu secara intensif dikembangkan untuk memenuhi permintaan benih yang tinggi. Manajemen pemberian pakan ikan merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan usaha pendederan ikan.
kerapu berupa ikan rucah adalah Rp 2.500 hingga Rp 3.000 per kg, sedangkan pelet ikan mencapai Rp 55.000 per kg.
Nafsu makan atau respons benih ikan kerapu terhadap pelet tidak sebaik atau seagresif responsnya terhadap ikan rucah atau segar karena ikan kerapu cenderung bersifat predator. Rendahnya respons ikan kerapu terhadap pelet dapat berdampak terhadap pertumbuhan benih ikan kerapu. Ikan kerapu macan yang diberi pakan berupa pelet dan jambret memiliki nilai konversi pakan berkisar antara 1,95-2,05 atau setara dengan nilai efisiensi pakan 50% dengan pertumbuhan 0,1 gram/hari (Alit 2010). Hasil penelitian Fattah (2007) menunjukkan nilai laju pertumbuhan spesifik (specific growth rate) ikan kerapu macan sebesar yang diberi pelet yaitu 1,97-3,81% per hari. Waktu yang dibutuhkan untuk mencapai ukuran konsumsi pada budidaya kerapu macan berkisar antara 10-12 bulan sedangkan ikan-ikan lainnya terutama ikan air tawar seperti ikan lele, nila dan mas dapat mencapai ukuran ikan konsumsi kurang dari 8
bulan.
Ikan memerlukan energi yang berasal dari pakan untuk tumbuh. Ikan yang
tidak diberi pakan tidak akan tumbuh karena tidak memperoleh energi. Namun, beberapa penelitian menunjukkan bahwa berbagai hewan (termasuk ikan) yang sementara waktu tidak diberi pakan (dipuasakan) akan tumbuh lebih cepat ketika pemberian pakan dimulai lagi, dan bahkan pertumbuhan lebih tinggi dari hewan yang tidak dihilangkan pemberian pakannya. Fenomena ini diketahui sebagai pertumbuhan pengganti (compensatory growth), dan bisa ditunjukkan dengan peningkatan pertumbuhan dan efisiensi penggunaan pakan selama masa pemberian pakan kembali (Sealey et al. 1998).
Pada umumnya hewan beradaptasi terhadap kekurangan makanan dengan cara mengurangi pengeluaran metabolik (Jobling 1994). Pada umumnya hewan menjadi hyperphagic atau menunjukkan konsumsi pakan yang berlebihan selama
1989), sehingga terdapat ekstra energi yang dimanfaatkan untuk mengejar pertumbuhan pada saat “satiation”. Hal inilah yang menyebabkan ‘tidak terjadinya’ atau ‘relatif kecil perbedaan’ tingkat pertumbuhan diantara ikan yang diberi pakan secara normal dan dipuasakan atau dibatasi (Santoso et al. 2006).
Beberapa penelitian menunjukkan pemuasaan pada beberapa jenis ikan meningkatkan pertumbuhan dan efisiensi pakan. Penelitian yang dilakukan oleh Suwarsito et al. (2010) pada lobster air tawar menunjukkan bahwa metode pemberian pakan sehari dipuasakan dan sehari diberi pakan memberikan hasil pertumbuhan dan efisiensi pakan yang lebih baik dibanding pemberian pakan setiap hari. Penelitian lainnya juga menyatakan adanya compensatory growth pada ikan yang diberi pakan kembali setelah dipuasakan. Ikan nila merah Oreochromis sp. yang dipuasakan 1, 2 dan 3 hari/minggu selama 4 minggu mengalami pertumbuhan compensatory (Santoso et al. 2006). Juvenil ikan nila Oreochromis
niloticus menunjukkan compensatory growth setelah mengalami pelaparan selama 5 hari (Roa & Vincente 2009).
Biaya produksi sangat ditentukan oleh besarnya biaya pakan. Pertumbuhan
1.2 Tujuan
II. METODE PENELITIAN
2.1 Rancangan Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) yang terdiri dari 4 perlakuan, yaitu dipuasakan 1 hari diberi pakan 6 hari (P1), dipuasakan 2 hari diberi pakan 5 hari (P2), dipuasakan 3 hari diberi pakan 4 hari (P3) dan pemberian pakan setiap hari atau perlakuan kontrol (K) setiap perlakuan terdiri dari 3 ulangan. Model rancangan yang digunakan yaitu :
Keterangan: Yij = data pada perlakuan ke-i dan ulangan ke-j µ = nilai tengah data pengamatan
I = pengaruh perlakuan ke-i = galat percobaan
2.2 Metode Kultur 2.2.1 Persiapan Wadah
Wadah pemeliharaan berupa akuarium berukuran 60x40x40 cm dengan sistem resirkulasi. Akuarium dicuci dengan air dan dikeringkan selama 1 hari. Pemasangan komponen resirkulasi seperti pemasangan inlet, outlet dan filter air laut dilakukan setelah akuarium siap. Skema resirkulasi yang digunakan disajikan pada Lampiran 1. Filter air laut yang digunakan berupa karang, kapas filter, arang aktif dan bioball. Akuarium diisi dengan air laut sebanyak 72 L per akuarium kemudian resirkulasi diaktifkan. Air laut yang digunakan berasal dari Ancol dengan salinitas 40 ppt.
2.2.2 Penebaran dan Adaptasi Ikan
Ikan kerapu yang digunakan berasal dari Bali dan ditebar dalam wadah untuk dilakukan aklimatisasi. Aklimatisasi suhu dilakukan selama 15 menit atau
pakan 3 kali sehari pada pukul 06.00, 12.00 dan 18.00 WIB. Pakan ikan berupa pelet komersial dengan kandungan protein minimal 52% dan diberikan secara at satiation atau sekenyangnya. Ikan diadaptasikan selama 1 minggu. Ikan dianggap sudah beradaptasi ketika ikan sudah mulai mengkonsumsi pakan dengan normal, tidak terdapat lagi ikan yang mati dan mulai tumbuh.
2.2.3 Pemeliharaan dan Perlakuan
Ikan kerapu yang digunakan untuk perlakuan berukuran 5,55±0,03 cm/ekor dengan bobot 3,11±0,02 gram/ekor. Padat tebar ikan kerapu macan 300 ekor/m3 atau sebanyak 22 ekor/akuarium. Pemberian pakan disesuaikan pada perlakuan yaitu dipuasakan sehari diberi pakan 6 hari (P1), dipuasakan dua hari diberi pakan 5 hari (P2), dipuasakan tiga hari diberi pakan 4 hari (P3) dan diberi pakan setiap hari atau perlakuan kontrol (K) (Tabel 1). Pemberian pakan dilakukan secara at satiation atau sekenyangnya sebanyak 3 kali sehari pada
pukul 06.00, 12.00 dan 18.00 WIB. Jenis pakan yang digunakan berupa pelet komersial dengan kandungan protein minimal 52%. Pemeliharaan dilakukan
selama 4 minggu dan dilakukan sampling setiap minggunya.
Tabel 1. Jadwal pemuasaan ikan kerapu macan E. fuscoguttatus mingguan dalam pendederan panjangnya, ditimbang bobotnya dan biomassanya. Jumlah sisa pakan yang tidak diberikan selama pemeliharaan ditimbang untuk mengetahui jumlah pakan yang dihabiskan selama pemeliharaan dan dihitung efisiensi penggunaan pakannya.
2.3 Pengumpulan dan Pengolahan Data
fisika-kimia air dan analisis ekonomi. Pengambilan data bobot menggunakan timbangan dengan ketelitian alat 0,01 g dan panjang rata-rata menggunakan penggaris dengan ketelitian alat 0,1 cm dilakukan setiap minggu untuk menentukan nilai SGR dan pertumbuhan panjang mutlak. Tingkah laku ikan makan , jumlah ikan mati dan jumlah pakan yang diberikan dicatat dan diamati setiap hari untuk menentukan nilai parameter efisiensi pakan, nafsu makan, SR. Analisis ekonomi dilakukan dengan cara menghitung keuntungan dan R/C ratio berdasarkan asumsi yang diperoleh pada setiap perlakuan.
Data harian yang diambil selama pemeliharaan ikan kerapu adalah tingkah laku, nafsu makan, jumlah pakan, kematian dan fisika-kimia berupa suhu, salinitas, pH dan DO (dissolved oxygen / oksigen terlarut), sedangkan data yang diambil saat sampling mingguan adalah bobot rata-rata dan panjang rata-rata. Sampling ikan dilakukan pada masing-masing akuarium dengan cara mengambil semua ikan di akuarium lalu diletakkan didalam baskom yang berisi air laut dan
diberi airasi. Satu persatu panjang total ikan diukur menggunakan pengaris dan bobt ikan ditimbang menggunakan timbangan digital.
2.3.1 Nafsu Makan
Nafsu makan diamati untuk mengetahui respons ikan terhadap pakan setelah dipuasakan. Nafsu makan digambarkan oleh konsumsi pakan ikan/hari dan total pakan yang dikonsumsi ikan dalam kurun waktu tertentu.
A. Konsumsi pakan
Pakan yang sudah yang sudah ditentukan jumlahnya berdasarkan feeding
rate yaitu 10% dari biomassa diberikan secara at satiation pada ikan lalu dicatat jumlah pakan yang sisa sehingga didapat jumlah pakan yang diberikan setiap harinya untuk setiap akuarium. Jumlah pakan yang dikonsumsi setiap individu per hari (g/ekor) dihitung dengan cara menentukan jumlah pakan yang dimakan dalam sehari dan membaginya dengan jumlah ikan yang diberi pakan. Penghitungan jumlah pakan yang dikonsumsi dihitung menggunakan rumus Effendi et al. (2006) :
Keterangan :
FI : Jumlah pakan yang dikonsumsi per hari (gram/ekor) F : Jumlah pakan (gram)
N : Populasi (ekor)
B. Total konsumsi pakan
Total konsumsi pakan merupakan jumlah pakan yang dikonsumsi selama pemeliharaan. Pakan yang sudah yang sudah ditentukan jumlahnya berdasarkan
feeding rate yaitu 10% dari biomassa diberikan secara at satiation pada ikan lalu dicatat jumlah pakan yang sisa sehingga didapat jumlah pakan yang diberikan setiap harinya untuk setiap akuarium. Total konsumsi pakan dihitung dengan cara menjumlahkan pakan yang diberikan setiap hari selama perlakuan.
t t i 1
Keterangan :
TF : Total konsumsi pakan (gram) Ft : Konsumsi pakan hari ke-t (gram)
2.3.2 Tingkah Laku Makan
Tingkah laku makan diamati untuk mengetahui respons makan ikan setelah dipuasakan secara deskriptif. Tingkah laku ikan setiap perlakuan seperti respons ikan terhadap pakan dan kanibalisme diamati, dicatat dan dideskripsikan dalam bentuk tabel.
2.3.3 Laju Pertumbuhan Spesifik (Spesific Growth Rate)
Laju pertumbuhan spesifik (spesific growth rate), SGR menunjukkan persentase pertumbuhan bobot harian ikan selama masa pemeliharaan. Bobot
t 1 ×1
Keterangan :
SGR : Laju pertumbuhan spesifik (%/hari)
Wt : Bobot rata-rata pada akhir penelitian/hari ke-t (g/ekor) Wo : Bobot rata-rata pada awal penelitian (g/ekor)
t : Waktu yang dibutuhkan dari berat awal hingga mencapai berat akhir (hari)
2.3.4 Pertumbuhan Panjang Mutlak
Pertumbuhan panjang mutlak (PPM) merupakan pertambahan bobot atau panjang rata selama waktu pemeliharaan atau waktu tertentu. Panjang
rata-rata awal diukur sebelum perlakuan dan diukur pula panjang rata-rata-rata-rata saat sampling dan panen. Pertumbuhan mutlak dapat dihitung menggunakan rumus
Effendie (1997) yaitu:
Keterangan :
PPM : Pertumbuhan panjang mutlak (cm/ekor) Lt : Panjang rata-rata hari ke-t (cm/ekor)
Lo : Panjang rata-rata hari ke-0 (cm/ekor)
2.3.5 Efisiensi Pakan
Efisiensi pakan ditentukan berdasarkan selisih bobot biomassa ikan saat penimbangan dan biomassa ikan yang mati dengan bobot biomassa awal dan dibandingkan dengan jumlah pakan (F) yang telah dimakan. Untuk menghitung efisiensi pakan digunakan rumus Zonneveld et al. (1991) yaitu:
P t d 1 Keterangan:
EP : Efisiensi pakan (%)
Wd : Biomassa ikan mati pada waktu pemeliharaan (gram) F : Jumlah pakan yang diberikan (gram)
2.3.6 Tingkat Kelangsungan Hidup (Survival Rate)
Survival rate (SR) atau tingkat kelangsungan hidup merupakan perbandingan jumlah ikan yang hidup hingga akhir pemeliharaan dengan jumlah ikan pada awal pemeliharaan. Tingkat kelangsungan hidup dapat dihitung menggunakan rumus Goddard (1996) yaitu:
×1
Keterangan :
SR : Survival rate/ tingkat kelangsungan hidup (%) Nt : Jumlah ikan akhir (ekor)
No : Jumlah ikan awal (ekor)
2.3.7 Parameter Fisika-Kimia Air
Parameter fisika-kimia air harian yang diamati diantaranya pH, DO, salinitas pada pagi hari dan suhu pada pagi dan siang hari. Kimia air mingguan atau yang diukur saat sampling adalah amoniak. Pengukuran fisika-kimia air dan pengambilan sampel air dilakukan menggunakan botol sampel di bagian tengah akuarium. Berikut adalah alat yang digunakan dalam pengukuran fisika-kimia air :
Tabel 2. Alat pengukuran fisika-kimia media pemeliharaan ikan kerapu macan E. fuscoguttatus.
Parameter Alat
Oksigen terlarut (mg/L) DO-meter
Salinitas (ppt) Refraktometer
Suhu (oC) Termometer
pH pH-meter
Amoniak (mg/L) Spektrofotometer
2.3.8 Analisis Ekonomi
A) Total penerimaan
Total penerimaan dapat dihitung dengan rumus (Nurmalina et al. 2009): ×P
Keterangan:
TR : Total Revenue (total penerimaan) Q : Quantity (jumlah ikan yang dijual) P : Price (harga)
B) Keuntungan
Keuntungan merupakan selisih antara total penerimaan dengan total biaya. Keuntungan dihitung dengan menggunakan rumus (Nurmalina et al. 2009):
Keterangan:
: Laba
TR : Total Revenue (total penerimaan) TC : Total Cost (total pengeluaran)
C) R/C ratio
R/C ratio menggambarkan pengaruh dari adanya tambahan biaya terhadap tambahan manfaat yang diterima. Nilai R/C ratio dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut (Nurmalina et al. 2009) :
Keterangan:
R/C : Perbandingan penerimaan dan pengeluaran TR : Jumlah dari Total Revenue (total penerimaan) TC : Jumlah dari Total Cost (total pengeluaran)
2.4 Analisis Data
III. HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Hasil
3.1.1 Tingkah Laku dan Nafsu Makan
Setelah benih ikan kerapu macan dipuasakan baik 1, 2 maupun 3 hari per minggu, nafsu makan atau konsumsi pakan yang diberi secara at satiation meningkat. Setelah peningkatan nafsu makan tersebut, ikan kembali mengkonsumsi pakan dengan jumlah normal atau sama dengan ikan kontrol pada hari berikutnya (Gambar 1).
Gambar 1. Rata-rata konsumsi pakan/hari ikan kerapu macan E. fuscoguttatus selama 1 minggu. (♦) Kontrol, (■) Puasa sehari/minggu, (▲) Puasa 2 hari/minggu, dan (×) Puasa 3 hari/minggu.
Tabel 3. Respons makan dan tingkah laku ikan kerapu macan E. fuscoguttatus yang diberi pakan setiap hari (K), dipuasakan 1 hari/minggu (P1), 2 hari/minggu (P2) dan 3 hari/minggu (P3) selama 28 hari.
Pemuasaan (hari/minggu)
Konsumsi pakan
(gram/hari/ekor) Respons Pakan dan Tingkah Laku
Tidak dipuasakan 0,28±0,01 Nafsu makan normal, tidak terlalu agresif
1 0,34±0,01 Nafsu makan meningkat dan lebih agresif setelah dipuasakan
2 0,37±0,01 Nafsu makan meningkat dan lebih agresif setelah dipuasakan. Terjadi kanibalisme dan kematian akibat kanibalisme selama perlakuan sebesar 9% dari populasi. Beberapa ikan memuntahkan pakan saat diberi pakan pertamakali setelah dipuasakan.
3 0,42±0,01
Nafsu makan meningkat dan lebih agresif setelah dipuasakan. Terjadi kanibalisme dan kematian akibat kanibalisme selama perlakuan sebesar 21% dari populasi. Beberapa ikan memuntahkan pakan saat diberi pakan pertamakali setelah dipuasakan.
Gambar 2. Konsumsi pakan ikan kerapu macan E. fuscoguttatus pada perlakuan pemberian pakan setiap hari (K), pemuasaan 1 hari/minggu (P1), 2 hari/minggu (P2), dan 3 hari/minggu (P3). Huruf yang berbeda pada diagram menunjukkan pengaruh perlakuan yang berbeda nyata (P<0,2)
Pemuasaan ikan kerapu memberikan pengaruh yang berbeda nyata terhadap total konsumsi pakan (P<0,2). Ikan kerapu macan yang dipuasakan 1 hari/minggu mengkonsumsi pakan lebih banyak dari perlakuan kontrol. Ikan kerapu macan yang dipuasakan 2 dan 3 hari/minggu mengkonsumsi pakan lebih sedikit dibandingkan kontrol (Gambar 3 dan Lampiran 3).
Gambar 3. Total konsumsi pakan yang dihabiskan ikan kerapu macan E. fuscoguttatus yang diberi pakan tiap hari (K), dipuasakan 1 hari/minggu (P1), dipuasakan 2 hari/minggu (P2) dan 3 hari/minggu (P3) selama 4 minggu. Huruf yang berbeda pada diagram menunjukkan pengaruh perlakuan yang berbeda nyata (P<0,2).
3.1.2 Pertumbuhan bobot
Ikan kerapu macan yang diperlihara dalam penelitian ini untuk semua perlakuan terlihat mengalami pertambahan bobot dari 3,11±0,02 gram/ekor menjadi 6,79 - 9,36 gram/ekor. Ikan yang dipuasakan 1 hari/minggu dan yang diberi pakan setiap hari terlihat mengalami pertambahan bobot yang lebih cepat
dibandingkan ikan yang dipuasakan 2 dan 3 hari/minggu sejak minggu pertama pemeliharaan (Gambar 4). Pemuasaan berkala memberikan pengaruh yang berbeda nyata pada pertumbuhan ikan kerapu macan (P<0,2). Nilai laju
Gambar 4. Bobot rata-rata ikan kerapu macan E. fuscoguttatus yang diberi pakan tiap hari (K), dipuasakan 1 hari/minggu (P1), dipuasakan 2 hari/minggu (P2) dan 3 hari/minggu (P3). (♦) Kontrol, (■) Puasa sehari/minggu, (▲) Puasa 2hari/minggu, dan (×) Puasa 3hari/minggu.
Gambar 5. Spesific growh rate (SGR) ikan kerapu macan E. fuscoguttatus yang diberi pakan tiap hari (K), dipuasakan 1 hari/minggu (P1), dipuasakan 2 hari/minggu (P2) dan 3 hari/minggu (P3). Huruf yang berbeda pada diagram menunjukkan pengaruh perlakuan yang berbeda nyata (P<0,2).
panjang berkisar antara 1,62±0,07 cm/ekor hingga 2,18±0,06 cm/ekor (Gambar 6 dan Lampiran 5). Ikan kerapu macan yang dipuasakan 1 hari per minggu memiliki pertumbuhan panjang mutlak yang paling tinggi dibandingkan perlakuan lainnya (P<0,2).
Gambar 6. Pertumbuhan panjang mutlak ikan kerapu macan E. fuscoguttatus yang diberi pakan tiap hari (K), dipuasakan 1 hari/minggu (P1), dipuasakan 2 hari/minggu (P2) dan 3 hari/minggu (P3). Huruf yang berbeda pada diagram menunjukkan pengaruh perlakuan yang berbeda nyata (P<0,2).
3.1.4 Efisiensi Pakan
Gambar 7. Persentase efisiensi pakan ikan kerapu macan E. fuscoguttatus yang diberi pakan tiap hari (K), dipuasakan 1 hari/minggu (P1), dipuasakan 2 hari/minggu (P2) dan 3 hari/minggu (P3) selama 4 minggu. Huruf yang berbeda pada diagram menunjukkan pengaruh perlakuan yang berbeda nyata (P<0,2).
3.1.5 Tingkat Kelangsungan Hidup
Pemuasaan ikan kerapu macan memberikan pengaruh yang berbeda nyata pada tingkat kelangsungan hidup ikan kerapu macan (P<0,2). Tingkat kelangsungan hidup ikan kerapu macan yang dipuasakan 1 hari/minggu dan diberi pakan setiap hari selama 4 minggu adalah 98,91±2,62% sedangkan yang dipuasakan 2 dan 3 hari per minggu lebih rendah yaitu berkisar antara 78,79±6,94% hingga 90,91±4,55% (P<0,2) (Gambar 8 dan Lampiran 7). Kematian ikan pada perlakuan pemuasaan 2 dan 3 hari perminggu disebabkan oleh kanibalisme. Kondisi insang dan bagian badan dekat kepala ikan yang mati berwarna putih pucat, mulut ikan terbuka dan beberapa terdapat luka di badan.
Gambar 8. Tingkat kelangsungan hidup ikan kerapu macan E. fuscoguttatus yang diberi pakan tiap hari (K), dipuasakan 1 hari/minggu (P1), dipuasakan 2 hari/minggu (P2) dan 3 hari/minggu (P3) selama 4 minggu. Huruf yang berbeda pada diagram menunjukkan pengaruh perlakuan yang berbeda nyata (P<0,2)
3.1.6 Fisika-Kimia Air 3.1.6.1 Dissolved Oxygen
Oksigen terlarut pada media pemeliharaan ikan kerapu macan selama perlakuan berkisar antara 4,4 - 7,8 mg/l. Media pemeliharaan mengalami fluktuasi nilai oksigen terlarut. Oksigen terlarut pada setiap perlakuan memiliki nilai yang relatif sama (Gambar 9).
Gambar 9. Dissolved oxygen media pemeliharaan pendederan ikan kerapu macan E. fuscoguttatus yang diberi pakan tiap hari (K), dipuasakan 1 hari/minggu (P1), dipuasakan 2 hari/minggu (P2) dan 3 hari/minggu (P3). (♦) Kontrol, (■) Puasa sehari/minggu, (▲) Puasa 2hari/minggu, dan (×) Puasa 3hari/minggu.
3.1.6.2 pH
Kisaran nilai pH media pemeliharaan ikan kerapu macan selama perlakuan cenderung stabil yaitu 7,2 - 7,5. Tidak terlihat ada pengaruh perlakuan pada nilai pH media pemeliharaan karena setiap perlakuan memiliki pH media pemeliharaan yang sama (Gambar 10).
Gambar 10. pH media pemeliharaan pendederan ikan kerapu macan E. fuscoguttatus yang diberi pakan tiap hari (K), dipuasakan 1 hari/minggu (P1), dipuasakan 2 hari/minggu (P2) dan 3 hari/minggu (P3). (♦) Kontrol, (■) Puasa sehari/minggu, (▲) Puasa 2hari/minggu, dan (×) Puasa 3hari/minggu.
3.1.6.3 Suhu
Suhu media pemeliharaan ikan kerapu selama perlakuan yaitu 24,4 -28,1oC. Suhu pagi hari (07.00 - 08.00 WIB) berkisar 24,4 - 26,0 oC sedangkan pada sore hari pukul (17.00 - 18.00 WIB) berkisar 26,8 - 28,1 oC. Suhu media pemeliharaan ikan kerapu setiap perlakuan memiliki nilai yang sama (Gambar 11). Media pemeliharaan ikan kerapu tidak diberi thermostat sehingga terjadi fluktuasi suhu pada media pemeliharaan.
Gambar 11. Suhu media pemeliharaan pendederan ikan kerapu macan E. fuscoguttatus yang diberi pakan tiap hari (K), dipuasakan 1 hari/minggu (P1), dipuasakan 2 hari/minggu (P2) dan 3 hari/minggu (P3). (♦) Kontrol, (■) Puasa sehari/minggu, (▲) Puasa 2hari/minggu, dan (×) Puasa 3hari/minggu di pagi hari (P) dan sore hari (S).
3.1.6.4 Salinitas
Kisaran salinitas media pemeliharaan ikan kerapu macan selama perlakuan yaitu 33 - 40 ppt. Penurunan salinitas terjadi pada hari ke- 3 hingga ke- 11 dari 40 ppt menjadi 33 ppt yang disebabkan oleh masuknya air hujan ke tandon media pemeliharaan. Namun, Setelah hari ke- 11 dilakukan perbaikan sehingga salinitas media pemeliharaan tetap pada nilai 33 ppt. Setiap perlakuan memiliki salinitas yang sama (Gambar 12).
Gambar 12. Salinitas media pemeliharaan pendederan ikan kerapu macan E. fuscoguttatus yang diberi pakan tiap hari (K), dipuasakan 1 hari/minggu (P1), dipuasakan 2 hari/minggu (P2) dan 3 hari/minggu (P3). (♦) Kontrol, (■) Puasa sehari/minggu, (▲) Puasa 2hari/minggu, dan (×) Puasa 3hari/minggu.
3.1.6.5 Amoniak
Amoniak media pemeliharaan ikan kerapu macan selama perlakuan adalah 0,004 - 0,011 mg/L. Amoniak setiap perlakuan di minggu ke- 2 atau hari ke- 9 mengalami peningkatan kemudian mengalami penurunan kembali di hari ke- 16 setelah itu nilainya relatif stabil hingga akhir pemeliharaan. Nilai amoniak media pemeliharaan pada perlakuan kontrol lebih tinggi dibandingkan perlakuan lainnya (Gambar 13).
Gambar 13. Amoniak media pemeliharaan pendederan ikan kerapu macan E. fuscoguttatus yang diberi pakan tiap hari (K), dipuasakan 1 hari/minggu (P1), dipuasakan 2 hari/minggu (P2) dan 3 hari/minggu (P3). (♦) Kontrol, (■) Puasa sehari/minggu, (▲) Puasa 2hari/minggu, dan (×) Puasa 3hari/minggu.
3.1.7 Analisi Ekonomi
Keuntungan dan R/C ratio dengan asumsi benih ikan kerapu macan yang ditebar 528 ekor berukuran 5 cm pada 24 Akuarium berukuran 60x40x40 cm dengan sistem resirkulasi selama 4 minggu pada setiap perlakuan berkisar antara 1 - 2,5 juta rupiah dan 1,34 - 1,77. Keuntungan dan R/C ratio perlakuan pemuasaan 1 hari/minggu lebih tinggi dibandingkan perlakuan lainnya (Tabel 4).
Tabel 4. Keuntungan dan R/C ratio pada pendederan ikan kerapu macan E. fuscoguttatus yang diberi pakan tiap hari (K), dipuasakan 1 hari/minggu (P1), dipuasakan 2 hari/minggu (P2) dan 3 hari/minggu (P3).
Perlakuan
K P1 P2 P3
Jumlah pakan/akuarium (g) 107,13 112,13 92,76 73,02
SR (%) 98,48 98,48 90,91 78,79
Harga/ekor (Rp/cm/ekor) 1.500 1.500 1.500 1.500
Nt (ekor) 520 520 480 416
benih 2.904.000 2.904.000 2.904.000 2.904.000
TC (Rp) 3.439.686 3.450.686 3.408.072 3.364.644
R/C 1,75 1,77 1,57 1,34
Keuntungan (Rp) 2.570.698 2.647.054 1.958.862 1.146.997
3.2 Pembahasan
Konsumsi pakan ikan kerapu macan selama pemeliharaan berkisar antara 0,28±0,01 hingga 0,42±0,01 gram/hari/ekor. Semakin lama ikan dipuasakan semakin tinggi konsumsi pakan per harinya (Gambar 2). Data tersebut menunjukkan bahwa pemuasaan ikan dapat meningkatkan konsumsi pakan harian ikan secara nyata. Tingginya konsumsi pakan harian pada ikan yang diberi perlakuan pemuasaan per minggu disebabkan karena terjadi konsumsi pakan yang lebih banyak saat hari pertama ikan diberi pakan kembali secara at satiation (Gambar 1). Jumlah pakan total yang dikonsumsi ikan yang dipuasakan 2 dan 3 hari/minggu rendah dibandingkan ikan yang puasa sehari/minggu (Gambar 3).
Jumlah konsumsi pakan yang rendah selama pemeliharaan disebabkan karena jumlah hari pemberian pakan yang sedikit (Lampiran 8).
yaitu 166,44±4,29 gram. Nafsu makan dan total konsumsi pakan yang lebih tinggi pada perlakuan pemuasaan sehari/minggu menyebabkan pertumbuhan yang lebih cepat sehingga bobot lebih tinggi dari ikan perlakuan kontrol.
Terjadi peningkatan konsumsi pakan atau nafsu makan pada pemberian pakan hari pertama setelah dipuasakan (Gambar 1). Peningkatan nafsu makan atau
hyperpaghia yang terjadi setelah pemuasaan diduga karena isi lambung ikan yang semakin sedikit atau kosong. Hyperpaghia adalah tingkat konsumsi pakan yang secara signifikan lebih tinggi dibandingkan ikan yang diberi pakan terus menerus pada kondisi ad libitum. Hyperphagia adalah mekanisme compensatory growth yang paling umum (Ali et al. 2003).
Tingkat konsumsi pakan ikan pada hari kedua setelah dipuasakan kembali normal (Gambar 1). Menurut Subyakto dan Cahyaningsih (2003), pada kondisi budidaya, ikan kerapu tidak akan berhenti makan jika belum kenyang dan memakan makanan yang sudah jatuh ke dasar wadah selama ikan masih dalam
kondisi lapar, namun apabila sudah kenyang, tidak akan menyergap makanan yang diberikan dan hal serupa juga terjadi pada penelitian ini. Ikan kerapu macan
setelah dipuasakan lebih dari 24 jam akan lebih lapar dibandingkan yang diberikan rutin karena pada 18 jam setelah pemberian pakan cairan dan sisa pakan di lambung sebagian besar sudah berkurang (Yamin et al. 2008). Konsumsi pakan yang kembali normal pada hari kedua setelah dipuasakan menunjukkan kondisi ikan yang tidak selapar setelah dipuasakan karena waktu pemberian pakan yang sudah kembali normal.
yang dipuasakan dua dan tiga hari mempunyai pertumbuhan yang lebih besar dibandingkan yang tidak dipuasakan (Chatacondi & Yant 2001).
Bobot rata-rata akhir ikan kerapu macan yang dipuasakan sehari/minggu yaitu 9,36±0,17 gram/ekor, memiliki nilai yang lebih tinggi dari bobot rata-rata ikan kerapu yang diberi pakan setiap hari yaitu 8,96±0,42 gram/ekor (Gambar 4).
Over compensation terjadi saat ikan ikan yang dipuasakan lalu diberi pakan kembali memiliki bobot yang lebih tinggi dari ikan yang diberi pakan secara normal (Gambar 14).
Gambar 14. Pertumbuhan kompensasi berdasarkan Jobling (1994)
pakannya (dipuasakan), lalu diberi pakan kembali sesuai dengan kebutuhannya (Chatacondi & Yant 2001).
Pada umumnya hewan beradaptasi dengan kekurangan makanan dengan mengurangi pengeluaran metabolik (Jobling 1994). Fry (1957) menyebutkan bahwa ikan yang menderita kelaparan, metabolisme standarnya akan menurun. Sebagai contoh pada suhu 28 oC dalam air yang mengandung oksigen terlarut 7 mg/L nilai konsumsi oksigen ikan yang selesai makan adalah 680 mg/kg/jam, satu jam setelah makan adalah 520 mg/kg/jam, puasa semalam adalah 380 mg/kg/jam, puasa selama tiga hari adalah 290 mg/kg/jam dan puasa selama 9 hari adalah 290 mg/kg/jam (Boyd 1962). Konsumsi oksigen ikan kerapu macan normalnya sebesar 421,4 mg O2/h (Santoso 2006).
kebanyakan hewan menjadi hyperphagic atau menunjukkan konsumsi pakan yang berlebihan selama refeeding. Selain itu, rendahnya tingkat pengeluaran metabolik dengan tinggi tingkat konsumsi pakan akan
mengakibatkan tingginya jumlah nutrisi yang tersedia untuk pertumbuhan (Roa & Vicente 2009). Perlakuan pemuasaan 1 hari menunjukkan bahwa peningkatan
nafsu makan ikan menyebabkan pertumbuhan yang tinggi pula.
Pertumbuhan ikan pada perlakuan pemuasaan 2 hari/minggu dan 3 hari/minggu memiliki nilai yang lebih rendah 13% dan 23% dari perlakuan kontrol (Gambar 5). Hal tersebut dapat disebabkan oleh sedikitnya jumlah pakan yang diberikan yang merupakan sumber energi dan nutrisi untuk pertumbuhan. Jumlah total pakan yang dihabiskan ikan kerapu dengan pemuasaan 2 dan 3 hari/minggu adalah 144,00±1,68 dan 116,01±2,73 gram sedangkan jumlah pakan yang dihabiskan pada perlakuan kontrol adalah 166,44±4,29 gram.
Pertumbuhan dan kematian pada pemuasaan 2 hari atau lebih dapat menyebabkan kerugian atau pengurangan keuntungan pada usaha pendederan kerapu. Keuntungan pada ikan kerapu yang dipuasakan 2 dan 3 hari/minggu lebih rendah 24 dan 55% dari ikan yang diberi pakan setiap hari karena jumlah benih yang dijual sedikit dan ukuran panjang benih yang lebih kecil (Tabel 4).
peningkatan produksi panas. Pembelanjaan energi yang disebabkan oleh kegiatan makan diungkapkan dalam beberapa istilah, yaitu peningkatan panas akibat makan (heat increment of feeding), specific dynamic action (SDA), efek kalosigenik dan pembentukan panas dari makanan (Affandi & Tang 2002). Jumlah pakan ikan yang dipuasakan sehari/minggu yaitu 171,13±2,53 gram, lebih banyak dari jumlah pakan ikan kontrol yaitu 166,44±4,29 gram. Ikan yang tidak makan atau dipuasakan sementara tidak mengeluarkan energi untuk mengkonsumsi pakan, sehingga dengan intake pakan yang lebih banyak terdapat energi yang lebih banyak untuk tumbuh dibandingkan ikan yang makan setiap hari.
Nilai efisiensi pakan selama pemeliharaan berkisar antara 63,10±3,47% hingga 78,85±2,43%. Ikan yang paling efisien memanfaatkan pakan selama pemeliharaan adalah ikan dengan perlakuan pemuasaan sehari/minggu yaitu 78,85±3,39%, nilai tersebut sama dengan perlakuan kontrol, efisiensi pemberian
pakan pada pemuasaan 2 dan 3 hari/minggu memiliki nilai yang lebih rendah yaitu 66,24±3,25% dan 63,10±3,47%, dari efisiensi pakan perlakuan kontrol yaitu
75,87±2,43%. Semakin lama ikan dipuasakan/minggu maka nilai efisiensi pakan semakin rendah (Gambar 7). Hal ini dapat disebabkan oleh tingkat konsumsi pakan yang berlebih saat refeeding, tetapi pakan dimuntahkan kembali. Ikan yang memuntahkan pakan diduga adanya gangguan pada proses pencernaannya atau ikan mengalami stres akibat pemuasaan lebih dari 48 jam atau 2 hari, sehingga pemanfaatan pakan menjadi semakin tidak efisien.
Pemuasaan sehari/minggu juga tidak memiliki nilai efisiensi pakan yang berbeda nyata dengan pemberian pakan setiap hari. Hal tersebut diduga adanya pembelanjaan atau penggunaan energi yang lebih besar dari biasanya seperti peningkatan penggunaan energi untuk mengkonsumsi pakan yang lebih banyak dari biasanya saat refeeding (Gambar 1) sehingga pemanfaatan pakan atau energi yang digunakan untuk pertumbuhan pada ikan yang dilaparkan tidak lebih efisien dibanding ikan yang diberi pakan setiap hari.
selama 4 minggu adalah 98,91±2,62% sedangkan yang dipuasakan 2 dan 3 hari per minggu lebih rendah yaitu berkisar antara 78,79±6,94% hingga 90,91±4,55% (Gambar 8). Rendahnya nilai tingkat kelangsungan hidup pada perlakuan P2 dan P3 disebabkan oleh tingginya kanibalisme ikan yang dipuasakan lebih dari 2 hari. Data tersebut menunjukkan kanibalisme ikan kerapu macan meningkat secara nyata setelah dipuasakan lebih dari 2 hari.
Kisaran DO, pH, suhu, salinitas dan amoniak berturut-turut adalah 4,4 - 6,6 mg/l; 7,2 - 7,5; 24,4 - 28,1 oC; 33 - 40 ppt dan 0,004 - 0,011 ppm. Berdasarkan APEC/SEAFDEC (2001) dalam Ismi et al. (2012) , Nilai DO, pH, suhu, salinitas dan amoniak yang baik untuk budidaya ikan kerapu macan berturut-turut adalah 4 - 8 mg/l; 7,5 - 8,3; 25 32 oC; 25 - 32 ppt dan < 0,02 mg/l. Nilai DO, suhu dan amoniak masih dalam kisaran normal, sedangkan nilai pH dan salinitas diluar nilai kisaran kualitas air yang baik menurut APEC/SEAFDEC (2001) Ismi et al. (2012). Namun, nilai tersebut masih dapat ditoleransi oleh ikan kerapu macan
karena ikan terlihat masih dapat tumbuh dengan baik. Hal tersebut menunjukkan bahwa ikan kerapu macan dapat beradaptasi dengan pH yang lebih rendah dan
salinitas yang lebih tinggi dari seharusnya. Perubahan nilai fisika-kimia air yang terjadi pada awal hingga akhir penelitian tidak memberikan pengaruh yang signifikan pada pertumbuhan ikan kerapu macan karena terlihat pertambahan bobot ikan pada setiap minggu relatif sama (Gambar 4).
IV. KESIMPULAN DAN SARAN
4.1 Kesimpulan
Pemuasaan berkala 1 hari/minggu pada pendederan ikan kerapu macan E.
fuscoguttatus selama 28 hari dapat meningkatkan nafsu makan dan memiliki tingkat kelangsungan hidup serta memiliki nilai pertumbuhan yang lebih baik dibandingkan dengan pemuasaan 2 hari atau lebih.
4.2 Saran
Pemuasaan 1 hari/minggu dapat diterapkan pada pendederan ikan kerapu
macan dengan diiringi proses grading yang rutin dan pemberian pakan sampai kenyang sebelum dipuasakan untuk menghindari kanibalisme atau stres karena lapar. Penelitian mengenai fisiologi seperti tingkat metabolisme atau tingkat
DAFTAR PUSTAKA
Affandi R dan Tang UM. 2002. Fisiologi hewan air. Pekanbaru : Unri Press.
Ali M, Nicieza A dan Wootton RJ. 2003. Compensatory growth in fishes: a response to growth depression. Blackwell Publishing Ltd, Fish and Fisheries,4: 147-190.
Alit AAK. 2010. Pendederan kerapu macan Ephinephelus fuscoguttatus pada hatcheri skala rumah tangga. prosiding forum inovasi teknologi akuakultur. Balai Besar Riset Perikanan Budidaya Laut, Bali.
Arifeni FN. 2011. Info Media : Untung memang besar tapi kendala juga tak sedikit. http://www. kkp.go.id/infomedia.php (18 Agustus 2012).
Blyth PJ. 1989. A Review of factors that affect growth of salmonids in sea cages with special reference to Atlantic salmon (Salmo salar) and rainbow trout (Salmo gairdneri). Gibsons Ltd., Tasmania - Australia.
Boyd CE. 1982. Water quality management for fish culture. Elsevier Scientific Publishing Co. Amsterdam, Oxford, New York. 318 p.
Chaatacondi NG dan Yant RD. 2001. Aplication of compensatory growth to enhance production in Chanel Catfish, Ictalurus punctatus. J. World Aquaculture 32 (1): 27-285.
Ditjen Perikanan Budidaya. 2011.Target produksi nasional kerapu tercapai 148,55 persen, semua provinsi mencapai target. http://www.djpb.kkp.go.id/ berita.php ( 3 Agustus 2012).
Effendie I. 2002. Biologi perikanan. Yayasan Pustaka Nusatama, Bogor.
Effendi I. 2004. Pengantar akuakultur. Penebar Swadaya, Jakarta.
Effendi I, Bugri HJ dan Widanarni. 2006. Pengaruh padat penebaran terhadap kelangsungan hidup dan pertumbuhan benih ikan gurami Osphronemus gouramy Lac. ukuran 2 cm. Jurnal Akuakultur Indonesia, 5(2): 127-135.
Fattah MH. 2007. Kelayakan bio-ekonomi produksi benih ikan kerapu macan (Ephinephelus fuscoguttatus) pada pembenihan skala rumah tangga. Jurnal Economic Resources, 8(23): 147-160.
Goddard S. 1996. Feed management in intensive aquaculture. New York: Chapman and Hall.
Huisman EA. 1987. The principles of fish culture production. Netherland: Departement of Aquaculture, Wageningen University.
Ismi S, Tatam S, Giri NA, Michael A, Rimmer, Richard MJ, Knuckey, Anjanette C, Berding and Sugama K.2012. Nursery management of grouper: a best-practice manual. Australian Centre for International Agricultural Research (ACIAR)
Jobling M. 1994. Fish bioenergetics. Chapman & Hall, London.
Nurmalina R, Tintin S, Arif K. 2009. Stiudi Kelayakan Bisnis. Bogor : Departemen Agribisnis, Institut Pertanian Bogor.
Roa RL dan Vincente HJ.2009. Compensatory weight gain and muscle tissue biochemical composition of get tilapia (Oreochormis niloticus) juveniles. Journal of Environment and Aquatic Resource, 1(1): 99-111.
Santoso AD. 2006. Studi tentang laju respirasi biota perairan. J. Hidrosfir, 1(1): 27-31.
Santoso A, Sarjito dan Djunaedi A. 2006.Fenomena pertumbuhan compensatory dan kualitas ikan nila merah pada kondisi laut. Jurnal Ilmu Kelautan, 11 (2) : 106 111.
Sealey WM, Davis JT dan Gatlin DM.1998. Restricted feeding regimes increase production efficiency in channel catfish. Southern Regional Aquaculture Center Publication No. 189.
SIDATIK. 2011. Statistik perikanan budidaya 2010-2011. http://statistik.kkp.go.id (7 Februari 2013).
Subyakto S dan Cahayingsih S. 2003. Pembenihan kerapu. Agromedia Pustaka. Jakarta.
Suwarsito, Didik TN dan Dini SM. 2010. Pengaruh metode pemuasaan terhadap pertumbuhan lobster air tawar (Cherax quadricarinatus). Sains Akuatik, 10 (2) : 120-126.
Yamin M, Palinggi NN dan Rachmansyah. 2008. Aktivitas enzim protease dalam lambung dan usus ikan kerapu macan setelah pemberian pakan. Media Akuakultur, 3(1): 40-44.
Lampiran 1. Skema resirkulasi dan tata letak akuarium untuk pendederan ikan kerapu macan E. fuscoguttatus.
U
Ki = Akuarium perlakuan pemberian pakan setiap hari ulangan ke-i P1-i = Akuarium perlakuan pemuasaan sehari/minggu ulangan ke-i P2-i = Akuarium perlakuan pemuasaan 2 hari/minggu ulangan ke-i P3-i = Akuarium perlakuan pemuasaan 3 hari/minggu ulangan ke-i
Lampiran 2. Konsumsi pakan dengan analisis sidik ragam dan uji Duncan ikan
(gram/hari/ekor) Rata-rata Simpangan baku
Tidak
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.
Lampiran 3. Total konsumsi pakan dengan analisis sidik ragam dan uji Duncan
Pakan (gram) Rata-rata Simpangan baku
Tidak
Means for groups in homogeneous subsets are displayed,
Lampiran 4. Spesific growth rate (SGR), analisis sidik ragam dan uji Duncan ikan kerapu macan E. fuscoguttatus yang diberi pakan setiap hari (K), dipuasakan 1 hari/minggu (P1), 2 hari/minggu (P2) dan 3 hari/minggu (P3).
Pemuasaan
(hari/minggu) Ulangan SGR (%) Rata-rata Simpangan baku
Tidak
Means for groups in homogeneous subsets are displayed,
Lampiran 5. Pertumbuhan panjang mutlak (PPM) dengan analisis sidik ragam dan uji Duncan ikan kerapu macan E. fuscoguttatus yang diberi pakan setiap hari (K), dipuasakan 1 hari/minggu (P1), 2 hari/minggu (P2) dan 3 hari/minggu (P3).
Pemuasaan
(hari/minggu) Ulangan PPM (cm) Rata-rata Simpangan baku
Tidak
Means for groups in homogeneous subsets are displayed,
Lampiran 6. Efisiensi pemberian pakan (EPP) dengan analisis sidik ragam dan uji Duncan ikan kerapu macan E. fuscoguttatus yang diberi pakan setiap hari (K), dipuasakan 1 hari/minggu (P1), 2 hari/minggu (P2) dan 3 hari/minggu (P3).
Pemuasaan
(hari/minggu) Ulangan EPP (%) Rata-rata Simpangan baku
Tidak
Means for groups in homogeneous subsets are
displayed,
Lampiran 7. Tingkat kelangsungan hidup (Survival rate, SR) analisis sidik ragam dan uji Duncan ikan kerapu macan E. fuscoguttatus yang diberi pakan setiap hari (K), dipuasakan 1 hari/minggu (P1), 2 hari/minggu (P2) dan 3 hari/minggu (P3).
Pemuasaan
(hari/minggu) Ulangan SR (%) Rata-rata Simpangan baku
Tidak
Means for groups in homogeneous subsets are displayed,