• Tidak ada hasil yang ditemukan

PETUNJUK TEKNIS PERCONTOHAN PERIKANAN BUDIDAYA MELALUI TUGAS PEMBANTUAN TAHUN 2015

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PETUNJUK TEKNIS PERCONTOHAN PERIKANAN BUDIDAYA MELALUI TUGAS PEMBANTUAN TAHUN 2015"

Copied!
25
0
0

Teks penuh

(1)

PETUNJUK TEKNIS

PERCONTOHAN PERIKANAN BUDIDAYA MELALUI TUGAS PEMBANTUAN

TAHUN 2015

KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN DIREKTORAT JENDERAL PERIKANAN BUDIDAYA

(2)

SAMBUTAN

Peningkatan produksi di bidang perikanan budidaya bertujuan untuk meningkatkan, mendorong dan mempercepat pencapaian pembangunan perikanan budidaya, berupa (1) peningkatan devisa, pendapatan dan pencipaan lapangan kerja serta kesempatan berusaha, (2) peningkatan gizi masyarakat melalui konsumsi ikan dan (3) perlindungan, pemulihan dan pelestarian sumberdaya perikanan budidaya.

Strategi pengembangan perikanan budidaya dilaksanakan melalui peningkatan produksi, produktivitas dan daya saing yang berbasis ilmu pengetahuan melalui minapolitan yang akan diperankan menjadi penghela percepatan sistem produksi perikanan nasional berorientasi pada trend pasar global dan lokal, salah satu strategi pengembangan perikanan budidaya adalah percontohan di kawasan minapolitan.

Percontohan perikanan budidaya di kawasan minapolitan dilaksanakan melalui teknologi yang adaptif, aplikatif, efektif dan efisien serta mampu mewujudkan perikanan budidaya yang berkelanjutan (sustainable aquaculture) menjadi hal mutlak yang harus segera ditransfer secara massive kepada masyarakat pembudidaya. Untuk itu peran diseminasi teknologi anjuran melalui pengembangan kawasan minapolitan ini menjadi sangat penting sebagai upaya dalam memberikan tontonan, tuntunan dan tauladan bagi masyarakat terkait pengelolaan budidaya yang berkelanjutan.

Petunjuk Pelaksanaan Percontohan perikanan budidaya di kawasan minapolitan yang dilaksanakan oleh Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten/Kota diharapkan dapat berdampak luas terhadap pengambangan perikanan di kawasan lainnya.

Besar harapan kami petunjuk teknis percontohan perikanan budidaya di kawasan minapolitan akan menjadi acuan dalam pelaksanaan percontohan penerapan teknologi yang ramah lingkungan dan berkelanjutan serta berdampak terhadap kesejahteraan masyarakat pembudidaya ikan.

Jakarta, Januari 2015 Direktur Jenderal Perikanan Budidaya

(3)

KATA PENGANTAR

Dalam upaya melakukan sosialisasi informasi teknologi budidaya anjuran (SNI, CPIB dan CBIB), maka langkah yang paling efektif adalah dengan melakukan kegiatan percontohan perikanan budidaya di kawasan minapolitan.

Upaya untuk meningkatkan daya saing produksi perikanan budidaya harus memperhatikan proses produksi melalui penerapan CBIB untuk meningkatkan jaminan mutu keamanan pangan (food safety) dan mampu menyediakan bahan baku untuk ketahahn pangan (foot security)

Percontohan perikanan budidaya di kawasan minapolitan yang dilaksanakan oleh Dinas Kelautan dan Perikanan kabupaten/Kota melalui dana Tugas Pembantuan tahun 2015, yang peneglolaannya akan dilaksanakan melalui manajemen kelompok kolektif yang berbasis kawasan.

Kelompok dan kelembagaan menjadi bagian terpenting dalam upaya pencapaian produksi. Pembudidaya ikan sebagai pelaku usaha yang bergabung dalam kelembagaan kelompok pembudidaya ikan (Pokdakan) mempunyai peran penting sebagai ujung tombak dalam upaya peningkatan produksi di lapangan, dengan demikian kelompok dituntut agar mampu, tangguh, dimamis dan mandiri.

Kegiatan percontohan perikanan budidaya di kawasan minapolitan yang dikelolah oleh kelompok kolektif dengan pendampingan UPT diharapkan dapat menjadi tontonan, tuntunan dan teladan bagi Pokdakan di kawasan lainnya dalam melakukan pengembangan usaha perikanan budidaya.

Penyusunan Petunjuk Teknis Percontohan perikanan budidaya di kawasan minapolitan ini bertujuan sebagai acuan bagi Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten/Kota sebagai pelaksana percontohan serta pemangku kepentingan lainnya untuk keberlajutan dalam pengembangan usaha perikanan.

Jakarta, Januari 2015 Direktur Produksi

(4)

DAFTAR ISI

SAMBUTAN... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... iii

DAFTAR LAMPIRAN... v

DAFTAR GAMBAR... vi

Sk Direktur Jenderal Perikanan Budidaya, Tentang Petunjuk Teknis Percontohan Perikanan Budidaya Di Kawasan Minapolitan Melalui Tugas Pembantuan Dinas Kelautan Dan Perikanan Kabupaten/Kota Tahun 2015... 1

BAB I PENDAHULUAN... 3

1.1. Latar Belakang ... 3

1.2. Maksud dan Tujuan ... 3

1.3. Sasaran ... 4

1.4. Ruang Lingkup ... 4

1.5. Istilah dan Definisi ... 4

BAB II KELEMBAGAAN KELOMPOK ... 5

2.1. Kelembagaan Kelompok ... 5

2.2. Tugas Masing-Masing Pengurus Pokdakan... 5

2.3. Manajemen Kelompok... 6

BAB III PELAKSANAAN... 7

3.1. Penetapan Lokasi... 7

3.2. Pelaksanaan Percontohan... 7

3.2.1. Paket Percontohan... 7

3.2.2. Pembinaan Teknis... 8

3.2.3. Temu Lapang Percontohan ... 8

BAB IV MONITORING, EVALUASI DAN PELAPORAN... 9

(5)

4.2. Evaluasi... 9 4.3. Pelaporan ... 9 4.3.1. Laporan Bulanan... 9 4.3.2. Laporan Pendahuluan... 9 4.3.3. Laporan Kemajuan ... 10 4.3.4. Laporan Akhir... 10 BAB VI PENUTUP ... 11 LAMPIRAN ... 12

(6)

DAFTAR LAMPIRAN

1. Contoh Paket Percontohan Budidaya Air Tawar... 12 2. Contoh Paket Percontohan Budidaya Air Payau dan Laut... 14 3. Contoh Paket Percontohan Budidaya Ikan Hias... 16

(7)

DAFTAR GAMBAR

(8)

KEPUTUSAN

DIREKTUR JENDERAL PERIKANAN BUDIDAYA NOMOR

TENTANG PETUNJUK TEKNIS

PERCONTOHAN PERIKANAN BUDIDAYA DI KAWASAN MINAPOLITAN MELALUI TUGAS PEMBANTUAN

DINAS KELAUTAN DAN PERIKANAN KABUPATEN/KOTA TAHUN 2015

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DIREKTUR JENDERAL PERIKANAN BUDIDAYA,

Menimbang : a. bahwa guna mendukung pencapaian produksi dan produktifitas diperlukan teknologi adaptif yang efektif dan efisien, melalui budidaya yang dapat direplikasi oleh masyarakat;

b. bahwa untuk itu diperlukan petunjuk teknis percontohan dalam pelaksanaan pengembangan kawasan minapolitan budidaya yang ditetapkan dengan Keputusan Direktur Jenderal;

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2004 tentang Perikanan, sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 45 Tahun 2009; 2. Peraturan Presiden Nomor 47 Tahun 2009 tentang Pembentukan dan

Organisasi Kementerian Negara, sebagaimana telah diubah terakhir dengan Peraturan Presiden Nomor 91 Tahun 2011;

3. Peraturan Presiden Nomor 5 Tahun 2010 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional Tahun 2010-2014;

4. Peraturan Presiden Nomor 24 Tahun 2010 tentang Kedudukan, Tugas, dan Fungsi Kementerian Negara Serta Susunan Organisasi, Tugas, Dan Fungsi Eselon I Kementerian Negara, sebagaimana telah diubah terakhir dengan Peraturan Presiden Nomor 92 Tahun 2011;

5. Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor PER.25/MEN/2012 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan di Lingkungan Kementerian Kelautan dan Perikanan;

MEMUTUSKAN :

Menetapkan : KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PERIKANAN BUDIDAYA

(9)

BUDIDAYA DI KAWASAN MINAPOLITAN MELALUI TUGAS BUDIDAYA DI KSWSAN MINAPOLITAN MELALUI TUGAS

PEMBANTUAN DINAS KELAUTAN DAN PERIKANAN

KABUPATEN/KOTA TAHUN 2015

KESATU : Menetapkan Petunjuk Teknis Percontohan Perikanan Budidaya di

Kawasan Minapolitan melalui Tugas Pembantuan Dinas

Kabupaten/Kota Tahun 2015 sebagaimana tercantum dalam Lampiran yang tidak terpisahkan dari Keputusan Ini.

KEDUA : Petunjuk Teknis sebagaimana dimaksud dalam diktum KESATU

merupakan acuan teknis bagi Dinas Kabupaten/Kota, pembudidaya dan pemangku kepentingan dalam melaksanakan percontohan penerapan teknologi anjuran pengembangan kawasan budidaya

KETIGA : Keputusan Direktur Jenderal ini mulai berlaku sejak ditetapkan. Ditetapkan di Jakarta

Pada tanggal Januari 2015

DIREKTUR JENDERAL PERIKANAN BUDIDAYA, Ttd

SLAMET SOEBJAKTO

Disalin sesuai dengan aslinya Kepala Bagian Hukum, Organisasi

dan Humas

(10)

Lampiran : Keputusan Direktur Jenderal Perikanan Budidaya

Nomor

Tentang Petunjuk Teknis Percontohan

Perikanan Budidaya di Kawasan

Minapolitan melalui Tugas Pembantuan

Dinas Kelautan dan Perikanan

Kabupaten/Kota Tahun 2015 BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Dalam rangka peningkatan produksi perikanan budidaya tahun 2015, Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya telah menetapkan 101 (seratus satu) kabupaten/kota kawasan minapolitan perikanan budidaya (sesuai dengan SK Dirjen Perikanan Budidaya Nomor : 180/KEP-DJPB/2014 tentang Penetapan 101 Lokasi Sentra Produksi Perikanan Budidaya Berbasis Kawasan Minapolitan Terintegerasi Tahun 2015. Pengembangan kawasan tersebut dapat dioptimalkan melalui dukungan dari berbagai sektor khususnya yang terkait dengan infrastruktur, PLN, permodalan, pasar, jaringan komunikasi dan telekomunikasi, transportasi dan sarana prasarana pendukung lainnya.

Optimalisasi pengembangan perikanan budidaya di kawasan minapolitan dilakukan melalui kebijakan strategis untuk menggerakkan seluruh potensi perikanan mulai dari hulu sampai hilir melalui peningkatan produksi dan nilai tambah (Added Value) produk, peningkatan jaminan mutu dan keamanan pangan (food safety) dan (food security) untuk meningkatkan daya saing dan diharapkan berdampak terhadap peningkatan kesejahteraan masyarakat.

Sejalan dengan hal tersebut, Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya dalam mendukung peningkatan produksi perikanan telah menetapkan langkah-langkah nyata agar pembudidaya dapat meningkatkan produksi yang lebih optimal melalui penerapan teknologi anjuran yang direkomendasikan serta pengembangan kawasan minapolitan dan industrialisasi melalui kegiatan yang berasal dari dana APBN, Dana Dekonsentrasi, DAK dan Tugas pembantuan di Kabupaten/Kota.

Agar program-program Ditjen perikanan Budidaya dapat dilaksanakan secara efektif dan efisien maka perlu ada upaya pelaksanaan kegiatan percontohan pengembangan kawasan perikanan budidaya yang menerapkan teknologi anjuran (SNI dan CBIB) yang

(11)

dilaksanakan dengan menerapkan manajemen kelompok kolektif agar keberhasilan percontohan tersebut dapat menjadi tontonan, tuntunan serta acuan bagi para pembudidaya untuk menerapkan budidaya yang efektif, efisien ramah lingkungan dan berkelanjutan.

Guna menyiapkan acuan bagi Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten/Kota, pembudidaya serta pemangku kepentingan terkait lainnya dalam menerapkan teknologi anjuran, perlu disusun Petunjuk Teknis Percontohan Perikanan Budidaya di Kawasan Minapolitan melalui Tugas Pembantuan Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten/Kota Tahun 2015 tersebut.

1.2. Maksud dan Tujuan

Petunjuk teknis ini disusun dengan maksud sebagai acuan teknis dalam pelaksanaan kegiatan percontohan perikanan budidaya di kawasan minapolitan.

Tujuan penyusunan petunjuk teknis ini adalah:

1) Memberikan petunjuk secara teknis bagi pembudidaya, Dinas KP Kab/Kota, UPT dan pemangku kepentingan lainnya dalam melaksanakan percontohan kawasan perikanan budidaya ;

2) Sebagai bahan sosialisasi guna mempercepat pelaksanaan percontohan pengembangan kawasan budidaya untuk mendukung percepatan pelaksanaan pengembangan kawasan budidaya;

3) Meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan sikap pembudidaya dalam menerapkan inovasi teknologi sesuai rekomendasi; dan

4) Sebagai contoh penerapan teknologi anjuran perikanan budidaya secara baik dan benar. 1.3. Sasaran

Sasaran yang diharapkan dari penyusunan juknis percontohan kawasan minapolitan perikanan budidaya melalui TP Dinas kab/Kota tahun 2015 ini adalah:

1) Tersedianya Juknis yang dapat dijadikan acuan bagi Dinas KP Kab/Kota, pembudidaya dan pemangku kepentingan lainnya dalam menerapkan percontohan, meliputi: pemilihan kluster, teknologi budidaya yang akan diterapkan, persyaratan benih dan persyaratan pakan;

2) Terlaksananya kegiatan budidaya secara efektif dan efisien mulai dari pra produksi budidaya, proses produksi budidaya hingga panen.

(12)

1.5. Istilah dan Definisi

1) Badan Koordinasi Penyuluh (BAKORLUH) adalah Badan yang mengkoordinasikan penyuluhan ditingkat provinsi;

2) Badan Pelaksana Penyuluhan (BAPELUH) adalah Badan yang mengkoordinasikan penyuluhan di tingkat kabupaten;

3) Ditjen Perikanan adalah Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya

4) Dinas Provinsi adalah dinas yang membidangi kelautan dan perikanan di tingkat provinsi

5) Dinas Kabupaten adalah dinas yang membidangi kelautan dan perikanan di tingkat kabupaten

6) Kawasan Perikanan Budidaya adalah hamparan untuk pengembangan budidaya ikan dalam bentuk kluster

7) Kelembagaan kelompok adalah organisasi pelaksana percontohan meliputi ketua, sekretaris, bendahara, manager teknisdan seksi serta anggota;

8) Kelompok Pembudidaya Ikan yang selanjutnya disebut Pokdakan adalah kumpulan pembudidaya ikan yang terorganisir, mempunyai pengurus dan aturan-aturan dalam organisasi kelompok, yang mengembangkan usaha produktif untuk mendukung peningkatan pendapatan dan penumbuhan wirausaha di bidang perikanan budidaya. 9) Kemitraan adalah kerjasama usaha antara usaha kecil dengan usaha menengah atau

besar disertai pembinaan dan pengembangan dengan memperhatikan prinsip saling memerlukan, saling memperkuat dan saling menguntungkan.

10) Kluster adalah areal budidaya dengan luasan tertentu yang pengelolaannya berbasis kelompok dan satu manajemen

11) Manajemen Percontohan adalah pelaksanaan percontohan yang diawali dengan perencanaan sampai dengan pengendalian dan pengawasan serta pelaporan.

12) Mitra adalah pelaku usaha atau investor yang menjalin kerjasama dengan pembudidaya dalam pengelolaan pengembangan kawasan Minapolitan dengan prinsip saling menguntungkan

13) Pembudidaya ikan adalah orang yang mata pencahariannya melakukan pembudidayaan ikan.

14) Tricloroisocyanuric Acid (TCCA) adalah desinfektan yang digunakan dalam kegiatan budidaya udang.

(13)

BAB II

KELEMBAGAAN KELOMPOK

2.1. Kelembagaan Kelompok

Kelembagaan dalam Petunjuk Teknis kegiatan percontohan kawasan budidaya melalui dana UPT mengacu pada kelembagaan Juklak Percontohan yang diperluas pada struktur Kelembagaan Kelompok Pembudidaya Ikan (Pokdakan) sebagaimana pada Gambar 1.

Gambar 1. Struktur kelembagaan Pokdakan

Pokdakan pelaksana percontohan merupakan kelompok yang statusnya minimal Ketua

Sekretaris

Bendahara

Seksi Sarana & Prasarana Anggota

Seksi Produksi Anggota

Seksi Pemasaran Anggota

Seksi Usaha & Permodalan Anggota

Manajer Teknis

Kelompok Lain (2-5 kelompok)

(14)

2.2. Tugas masing-masing pengurus Pokdakan

Pembentukan Pokdakan sebaiknya dilaksanakan secara musyawarah dan mufakat disertai dengan komitmen masing-masing anggota untuk saling bekerjasama dengan menerapkan prinsip usaha bersama dengan tugas dari masing-masing pengurus adalah sebagai berikut:

a) Ketua bertugas mengawal kelompok mulai dari proses perencanaan, pengkoordinasian, pelaksanaan kegiatan dan pengendalian kelompok;

b) Sekretaris bertugas dalam pengadministrasian kegiatan kelompok, inventarisasi sarana dan prasarana kelompok, dokumentasi kegiatan kelompok;

c) Bendahara bertanggung jawab terhadap pengelolaan manajemen keuangan kelompok;

d) Manajer Teknis adalah seorang manajer yang menguasai teknis budidaya dan mampu menyiapkan SOP, paham dalam penerapan teknologi anjuran serta mampu mengawasi dan mengendalikan operasional produksi. Seorang Manajer Teknis dapat berasal dari luar maupun dalam kelompok, serta dapat membina 2 – 5 kelompok kolektif dalam satu kawasan dimana setiap kelompok beranggotakan 10-25 orang. Hubungan kerja termasuk pembiayaan manajer teknis menjadi kesepakatan bersama antara kelompok dan manajer itu sendiri.

e) Seksi Sarana dan Prasarana bertanggung jawab dalam penyediaan dan perawatan sarana dan prasarana dalam kelompok.

f) Seksi Produksi bertanggung jawab dalam pelaksanaan dan pencatatan (rekaman) proses produksi dan didokumentasikan.

g) Seksi Pemasaran bertanggung jawab dalam mencari info pasar dan memasarkan hasil produksi

h) Seksi usaha/permodalan bertanggung jawab mencari sumber permodalan dan menjalin hubungan dengan mitra untuk menjaga keberlanjutan usaha.

2.3. Manajemen Kelompok

Manajemen kelompok merupakan sistem pengelolaan yang diterapkan dalam melaksanakan usaha budidaya yang berkelanjutan dengan melaksanakan beberapa hal seperti:

a) Menerapkan manajemen usaha bersama secara kolektif; b) Membuat rencana usaha bersama;

c) Mengatur pola tanam;

d) Meningkatkan kemampuan manajerial anggota kelompok; e) Mencatat dan mendokumentasikan kegiatan kelompok; f) Melaksanakan kegiatan social kemasyarakatan; dan

(15)

BAB III PELAKSANAAN

3.1. Penetapan Lokasi

Penetapan lokasi percontohan harus menggacu pada juklak percontohan kawasan budidaya tahun 2015, baik teknis, non teknis maupun legalitas. Tata cara penetapan dilakukan melalui wawancara langsung, peninjauan lokasi dan wadah budidaya serta pemerikasaan dokumen oleh tim teknis kepada pokdakan dengan mengacu pada checklist yang telah dimuat dalam juklak.

3.2. Pelaksanaan Percontohan

Pelaksanaan percontohan dilakukan berdasarkan rencana kerja teknis yang disusun oleh tim teknis bersama pokdakan pelaksana percontohan kawasan budidaya tahun 2015 dan mengacu pada standar operasional prosedur (SOP) yang telah disiapkan oleh UPT sebagai pendamping teknis. Komoditas yang akan dikembangkan bukan termasuk komoditas asing Invasif yaitu komoditas yang dapat menyebabkan dominannya jenis tersebut dan akan mengurangi biodeversitas spesies lokal, jenis dan paket komoditas percontohan tersebut adalah :

1) Polikultur (udang, bandeng,Gracilaria) 2) Kerapu

3) Rumput LatE. Cottonii 4) Bandeng (semi intensif) 5) Udang vaname

6) Gurame

7) Udang galah (UGADI) 8) Lele

9) Patin 10) Nila 11) Mas 12) Ikan hias

Teknologi Percontohan merupakan teknologi hasil perekayasaan yang inovatif, aplikatif dan ramah lingkungan. Teknologi harus diterapkan oleh Pokdakan pelaksana

(16)

3.2.1. Paket Percontohan

Paket percontohan diprioritaskan pada kawasan minapolitan perikanan budidaya meliputi budidaya air tawar, air payau dan laut serta ikan hias yang disesuaikan dengan potensi kawasan minapolitan, contoh standar paket terlampir.

3.2.2. Pembinaan teknis

Pembinaan teknis dilaksanakan oleh tim teknis dengan menerapkan teknologi anjuran serta pembinaan manajemen kelompok dan usaha bersama Dinas KP Kab/Kota atau yang membidangi perikanan. Diharapkan setelah pelaksanaan percontohan selesai pokdakan mengajukan permohonan untuk dilakukan penilaian sertifikasi CBIB untuk pengakuan bahwa telah menerapkan teknologi anjuran.

Pembinaan teknis dan manajemen dilaksanakan secara periodik baik langsung di lapangan maupun dalam bentuk pertemuan kelompok, hal ini bertujuan untuk meningkatkan pemahaman dan kompetensi anggota kelompok.

3.2.3. Temu lapang Percontohan

Temu lapang dilakukan pada akhir tahapan percontohan dilaksanakan oleh Dinas KP Kab/Kota atau yang membidangi perikanan dengan melibatkan narasumber melalui penyajian materi dan diskusi, diharapkan setiap peserta dapat memberikan pengalaman, saran dan masukan untuk keberlanjutan usaha budidaya di masa mendatang.

Temu lapang juga dapat sebagai media penyebaran informasi dan memotivasi pokdakan untuk mengembagkan usaha budidaya perikanan di kawasan lainnya.

(17)

BAB IV

MONITORING, EVALUASI DAN PELAPORAN 4.1. Monitoring

Kegiatan Monitoring dan evaluasi dapat dilakukan secara langsung dan berkala yang meliputi kegiatan: mengamati, meninjau kembali, dan mempelajari yang dilakukan mulai dari tahapan persiapan, pelaksanaan dan tahap akhir

4.2. Evaluasi

Evaluasi pelaksanaan kegiatan percontohan kawasan perikanan budidaya tersebut mencakup:

a) Penerapan teknologi budidaya anjuran di lokasi percontohan;

b) Produksi dan produktifitas budidaya ikan di lokasi percontohan setelah melalui input teknologi;

c) Indikator Keberhasilan pelaksanaan percontohan terhadap peningkatan teknologi dan pendapatan Pokdakan serta keberlanjutan sistim usaha budidaya di tingkat Pokdakan;

d) Penguatan kelembagaan, kemandirian Pokdakan dan kerjasama kemitraan;

e) Persepsi masyarakat untuk mengembangkan/menyebarluaskan penerapan teknologi anjuran pada kawasan sekitarnya.

4.3. Pelaporan

Jenis laporan yang dibuat meliputi laporan bulanan, pendahuluan, kemajuan dan akhir. Katergori pelaporan adalah:

4.3.1 Laporan Bulanan

Laporan bulanan dibuat oleh tim teknis dan dilaporkan kepada kepala Dinas KP Kab/Kota dengan tembusasn Ditjen Perikanan Budidaya cq Direktur Produksi dapat dikirim secara online melalui website: http://103.7.52.118/SIMPRABU (Penggunaan password dapat menghubungi Direktorat Produksi-DJPB) atau melalui email: ditprod_djpb@yahoo.com.

(18)

jadwal pelaksanaan kegiatan. Laporan ini disampaikan paling lambat 1 (satu) bulan sebelum persiapan proses produksi. Laporan dapat disampaikan dalam bentuk hard copy (via pos) maupun soft copy (e-mail : ditprod_djpb@yahoo.com). Format laporan pendahuluan sebagaimana lampiran Juklak.

4.3.3 Laporan Kemajuan

Laporan kemajuan menyajikan perkembangan percontohan sejak persiapan lahan, penebaran, pemeliharaan, pembinaan, temu lapang dan panen. Pelaporan disajikan sesuai format dan dapat disampaikan dalam bentuk hard copy (via pos) maupun soft copy (e-mail : ditprod_djpb@yahoo.com). Format laporan kemajuan sebagaimana pada lampiran juklak, 4.3.4 Laporan Akhir

Laporan akhir menyajikan seluruh hasil pelaksanaan percontohan, kendala, solusi dan rencana tindak lanjut. sejak persiapan sampai dengan kegiatan proses produksi berakhir, termasuk hasil dokumentasi seluruh rangkaian kegiatan. Laporan tertulis secara naratif dan disusun secara sistematis, dengan outline. dapat disampaikan dalam bentuk hard copy (via pos) maupun soft copy (e-mail :ditprod_djpb@yahoo.com). Format laporan akhir sebagaimana lampiran juklak,

(19)

BAB V PENUTUP

Hasil kegiatan percontohan kawasan perikanan budidaya diserahkan oleh Dinas KP Kab/Kota kepada Pokdakan dengan dilengkapi Berita Acara Serah Terima Hasil Percontohan. Hasil percontohan tersebut dapat digunakan sebagai modal awal pengembangan selanjutnya.

Pelaksanaan siklus berikutnya dilakukan oleh Pokdakan dengan pendampingan teknis oleh UPT/D dan atau penyuluh, penanggung jawab pembinaan kelompok dilakukan oleh Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten/Kota

Pelaksanaan kegiatan percontohan perikanan budidaya melalui penerapan teknologi anjuran selain sebagai sarana model percontohan yang menerapkan teknologi adaptif, aplikatif dan efesien merupakan implementasi penyebarluasan informasi teknologi kepada masyarakat yang diharapkan dapat menjadi tontonan, tuntunan dan teladan untuk dikembangkan sehingga diharapkan mampu memacu semangat dan minat pembudidaya ikan untuk memanfaatkan potensi sumberdaya perikanan yang ada di daerahnya secara optimal, bijaksana dan berkelanjutan.

Keberlanjutan dari percontohan ini diharapkan dapat menerapkan pola kemitraan serta pemupukan modal baik dari dukungan perbankan yang diharapkan kelompok dapat meningkatkan status kelompok menjadi kelompok mandiri (bankable).

Petunjuk Teknis percontohan penerapan teknologi anjuran ini diharapkan akan menjadi acuan bagi Dinas KP Kab/Kota dalam mensosialisasikan teknologi anjuran adaptif dan aplikatif terhadap pembudidaya ikan, sehingga sasaran pengembangan budidaya tercapai sebagaimana yang diharapkan.

DIREKTUR JENDERAL PERIKANAN BUDIDAYA, Ttd

(20)

LAMPIRAN-1 CONTOH STANDAR PAKET PERCONTOHAN BUDIDAYA IKAN A. Budidaya Air Tawar

1. Paket budidaya gurame di kolam (350 m2/unit) dalam bentuk sarana produksi yang

terdiri dari :

Benih : 7.000 ekor (uk. 7-15 gr/ekor)

Pakan : 2.933 kilogram

Persiapan kolam : 1 paket Alat perikanan : 1 paket

Dengan asumsi 1 siklus produksi 4 bulan, dalam 1 tahun dapat dilakukan 3 siklus, maka produksi 1 siklus diproyeksikan 1.995 kg, sehingga dalam 1 tahun akan diperoleh hasil sekitar 5,985 ton.

2. Paket budidaya ikan dengan padi (MINAPADI) dengan luasan 1.000 m2 dalam

bentuk sarana produksi yang terdiri dari : Benih padi : 5 kilogram

Benih nila : 3.300 ekor

Pakan : 528 kilogram

Pupuk : 15 kilogram

Alat perikanan : 1 paket Pembuatan caren : 1 paket

Dengan asumsi 1 siklus produksi nila 3 bulan, dalam 1 tahun dapat dilakukan 4 siklus, maka produksi 1 siklus diproyeksikan nila 440 kg dan padi 700 kg, sehingga dalam 1 tahun akan diperoleh hasil sekitar nila 1,76 ton dan 2,8 ton padi.

3. Paket budidaya udang galah bersama padi (UGADI) dengan luasan 1.000 m2 dalam

bentuk sarana produksi yang terdiri dari : Benih padi : 5 kilogram

Tokolan udang : 10.000 ekor

Pakan : 240 kilogram

Pupuk : 15 kilogram

Dengan asumsi 1 siklus produksi udang 3 bulan, dalam 1 tahun dapat dilakukan 4 siklus, maka produksi 1 siklus diproyeksikan 166 kg, sehingga dalam 1 tahun akan diperoleh hasil sekitar 664 kilogram.

4. Paket budidaya lele di kolam terpal (10 m2/unit) dalam bentuk sarana produksi yang

terdiri dari :

Benih : 20.000 ekor (8-12 cm/ekor)

(21)

Kolam terpal : 10 unit Alat perikanan : 1 paket Persiapan kolam : 10 paket

Dengan asumsi 1 siklus produksi lele 2 bulan, dalam 1 tahun dapat dilakukan 6 siklus, maka produksi 1 siklus diproyeksikan 2.000 kg, sehingga dalam 1 tahun akan diperoleh hasil sekitar 1,2 ton.

5. Paket budidaya lele intensif dengan penerapan teknologi bioflok (10 m2/unit) dalam

bentuk sarana produksi yang terdiri dari :

Pembuatan kolam (bundar/persegi) : 10 unit Saluran dan kolam tamping : 1 paket

Pompa bensin 3’ : 1 unit

Pompa sumersable : 12 unit

Selang plastik : 1 paket

Serok : 5 buah Bak : 5 buah Ember : 5 buah Benih : 75.000 ek (7-8 cm/ekor) Pakan : 6000 kg. Probiotik : 20 liter Molase : 500 liter Tepung terigu/kanji : 1000 kg Premix : 1 kg Desinfektan : 5 botol

Dengan asumsi 1 siklus produksi lele 2,5 bulan, dalam 1 tahun dapat dilakukan 4 siklus, maka produksi 1 siklus diproyeksikan ukuran konsumsi 6800 kg oversize 100 kg undersize 300 kg, sehingga dalam 1 tahun akan diperoleh hasil sekitar ukuran konsumsi 27,2 ton oversize 400 kg undersize 1200 kg.

6. Paket budidaya patin di kolam dalam (10.000 m2/unit) dalam bentuk sarana produksi

yang terdiri dari :

Kolam : 10.000 m2

Pompa : 1 unit

Kincir : 4 unit

Genset : 1 unit

(22)

Probiotik : 100 liter

Biaya panen : 2 paket

Dengan asumsi 1 siklus produksi patin 6 bulan, dalam 1 tahun dapat dilakukan 2 siklus, maka produksi 1 siklus diproyeksikan 172.260 kg, sehingga dalam 1 tahun akan diperoleh hasil sekitar 344,52 ton.

7. Paket budidaya patin di kolam (100 m2/unit) dalam bentuk sarana produksi yang

terdiri dari :

Kolam : 4 unit

Persiapan lahan : 10 paket

Peralatan : 1 paket

Benih : 4.000 ekor (7-9 cm/ekor)

Pakan : 2.808 kilogram

Dengan asumsi 1 siklus produksi patin 6 bulan, dalam 1 tahun dapat dilakukan 2 siklus, maka produksi 1 siklus diproyeksikan 2.160 kg, sehingga dalam 1 tahun akan diperoleh hasil sekitar 4,32 ton.

8. Paket budidaya nila di kolam dalam bentuk sarana produksi yang terdiri dari : Persiapan lahan : 1 paket

Benih : 3.400 ekor (5-8 cm/ekor)

Pakan : 1.000 kilogram

Dengan asumsi 1 siklus produksi nila 4 bulan, dalam 1 tahun dapat dilakukan 3 siklus, maka produksi 1 siklus diproyeksikan 900 kg, sehingga dalam 1 tahun akan diperoleh hasil sekitar 2,7 ton.

9. Paket budidaya nila di KJA dalam bentuk sarana produksi yang terdiri dari :

Karamba : 1 unit (7x7x4 m)

Perahu : 1 unit

Bahan bakar : 1 paket

Benih : 29.400 ekor (uk.10-12 gram/ekor,

padat tebar 150 ekor/m2)

Pakan : 8.600 kilogram

Vitamin, obat-obatan : 1 paket

Alat Perikanan : 1 paket

Dengan asumsi 1 siklus produksi nila 4 bulan, dalam 1 tahun dapat dilakukan 3 siklus, maka produksi 1 siklus diproyeksikan 6.615 kg, sehingga dalam 1 tahun akan diperoleh hasil sekitar 19,8 ton.

10. Paket budidaya mas di kolam dalam bentuk sarana produksi yang terdiri dari : Persiapan lahan : 1 paket

(23)

Pakan : 950 kilogram

Dengan asumsi 1 siklus produksi nila 4 bulan, dalam 1 tahun dapat dilakukan 3 siklus, maka produksi 1 siklus diproyeksikan 800 kg, sehingga dalam 1 tahun akan diperoleh hasil sekitar 2,4 ton.

B. BUDIDAYA AIR PAYAU/LAUT

1. Paket polikultur udang, bandeng, rumput laut dalam bentuk sarana produksi yang terdiri dari :

Nener : 5.000 ekor (uk. 4-7 cm)

Benur : 10.000 ekor (PL 30)

Rumput laut : 1.000 kilogram

Pupuk : 1 paket

Persiapan lahan : 1 paket

Dengan asumsi masing-masing untuk bandeng 2 siklus per tahun, udang 2 siklus per tahun, dan rumput laut 4 siklus per tahun. Sedangkan produksi per siklus masing-masing untuk udang diproyeksikan 160 kg (size 50), bandeng 1000 kg (size 5) dan rumput laut 4000 kilogram basah, sehingga dalam 1 tahun akan diperoleh hasil masing-masing produksi udang sekitar 320 kg, bandeng 2000 kg dan rumput laut basah 12.000 kg.

2. Paket budidaya kerapu di KJA sebanyak 2 unit (1 unit = 8 lubang) dalam bentuk sarana produksi yang terdiri dari:

Pengadaan sarana KJA : 2 paket

Peralatan : 2 paket

Benih kerapu cantang : 5.200 ekor (uk.9-10 cm) Pakan rucah : 11.700 kg (FCR = 5)

Dengan asumsi 1 siklus produksi 6 bulan, dalam 1 tahun dapat dilakukan 2 siklus, maka produksi 1 siklus diproyeksikan 2.340 kg (size 2), sehingga dalam 1 tahun akan diperoleh hasil sekitar 4.680 kg

3. Paket budidaya rumput laut metode long line/bingkai (25 x 100 m) dalam bentuk sarana produksi yang terdiri dari :

Peralatan pendukung : 1 paket

(24)

Tali PE : 8 pak (diameter 1mm) Jangkar beton : 4 buah (@50 kg)

Pelampung utama : 16 buah (volume 25 liter) Pelampungjalur : 500 buah (volume 600 mililiter)

Peralatan : 1 paket

Persiapan lahan : 1 paket

Tenaga kerja : 1 orang

Dengan asumsi waktu produksi sebanyak 6 sikus per tahun, maka produksi 1 siklus diproyeksikan minimal 6.000 kg rumput laut basah, sehingga dalam 1 tahun akan diperoleh hasil minimal 36.000 kg rumput laut basah.

4. Paket budidaya bandeng semi intensif di tambak (1 hektar) dalam bentuk sarana produksi yang terdiri dari :

Glondongan : 50.000 ekor (30-40 gram/ekor)

Pakan : 9.600 kg

Pupuk : 1 paket

Peralatan : 1 paket (termasuk kincir) Persiapan lahan : 1 paket

Dengan asumsi waktu produksi dalam 1 tahun sebanyak 2 siklus, maka produksi 1 siklus diproyeksikan 8.000 kg (size 4), sehingga dalam 1 tahun akan diperoleh hasil minimal 16.000 kg bandeng.

5. Paket budidaya udang vaname intensif plastik mulsa (1 hektar) dalam bentuk sarana produksi yang terdiri dari :

Kincir : 16 unit

Peralatan kualitas air : 1 paket

Genset : 2 unit (15 PK)

Persiapan lahan : 1 paket

Plastik mulsa : 1 paket

Obat-obatan : 1 paket

Benih : 1.000.000 ekor (PL 12)

Pakan : 22.500 kg (FCR = 1.5)

Dengan asumsi waktu produksi 1 tahun sebanyak 2 siklus, maka produksi 1 siklus diproyeksikan 15.000 kg (size 50), sehingga dalam 1 tahun akan diperoleh hasil minimal 30.000 kg udang vaname.

C. BUDIDAYA IKAN HIAS

1. Paket budidaya ikan koi di kolam (12m2/unit) dalam bentuk sarana produksi yang

terdiri dari :

Bak tandon : 2 unit

(25)

Blower : 1 unit Instalasi air dan aerasi : 1 paket Instalasi listrik : 1 paket

Waring : 2 unit

Alat kualitas air : 1 paket Peralatan lapangan : 1 paket

Benih : 3.600 ekor (ukuran 5 cm)

Pakan : 1.971 kg

Obat-obatan : 1 paket

Dengan asumsi 1 siklus produksi 2 bulan, dalam 1 tahun dapat dilakukan 5 siklus, maka produksi 1 siklus diproyeksikan 2.880 ekor (SR 80%), sehingga dalam 1 tahun akan diperoleh hasil minimal 14.440ekor ikan koi (ukuran 15 cm).

Catatan : Semua paket demfarm demfarm (budidaya air tawar, payau/laut, ikan hias)dapat disesuaikan dengankondisi dan potensi yang ada di lokasi demfarm masing-masing.

Referensi

Dokumen terkait

tahapan praktik simulasi ini , perancangan implementasi dengan menggunakan software simulasi sistem jaringan komputer yaitu cisco packet tracer, yang dimana penulis membuat

Kebijakan pemerintah itu meliputi: (a) besarnya tingkat subsidi yang akan diberikan ke perusahaan; (b) jumlah ekspor yang diizinkan pemerintah, seiring dengan keperluan pupuk

Rekomendasi bagi pengelola bukit wisata Pule Payung dari hasil penelitian ini adalah dapat menerapkan strategi yang ditemukan, mengevaluasi dan memperbanyak

Salah satu alat pengeringan yaitu rotary dryer (pengering putar) yang terdiri dari sebuah selongsong berbentuk silinder yang berputar, horisontal, atau agak miring ke bawah ke

Hal ini sesuai dengan pendapat Handoko (2007:7) yang menyatakan efektivitas merupakan upaya yang menuju efektif dengan menggunakan kemampuan sarana dan prasarana

Penelitian ini menemukan: (1) Periode tahun 1950-1958, daerah yang memanfaatkan pasar meliputi nagari yang ada di Kecamatan Matur kecuali Nagari Lawang dan Nagari Tigo

Fokus penelitian ini yaitu menekankan pada program Pemerintah Kota Bandung yang berpihak kepada masyarakat berpenghasilan rendah (MBR) dalam menyelesaikan permasalahan

Kajian DAS Batang Bayang don Tambahan Debit A/iron Dari Batang Sikabau Untuk Memenuhi Kebutuhan Daerah lrigasi Batang Bayang.. Disamping itu perubahan iklim ( climate changes)