• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENERAPAN TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK (TAK) PERSONAL HYGIENE UNTUK MENINGKATKAN KEMANDIRIAN PASIEN SKIZOFRENIA DENGAN DEFISIT PERAWATAN DIRI (DPD) DI WISMA HARJUNA RSJ PROF. DR. SOEROJO MAGELANG - Elib Repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "PENERAPAN TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK (TAK) PERSONAL HYGIENE UNTUK MENINGKATKAN KEMANDIRIAN PASIEN SKIZOFRENIA DENGAN DEFISIT PERAWATAN DIRI (DPD) DI WISMA HARJUNA RSJ PROF. DR. SOEROJO MAGELANG - Elib Repository"

Copied!
61
0
0

Teks penuh

(1)

PENERAPAN TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK (TAK) PERSONAL HYGIENE UNTUK MENINGKATKAN KEMANDIRIAN PASIEN

SKIZOFRENIA DENGAN DEFISIT PERAWATAN DIRI (DPD) DI WISMA HARJUNA RSJ PROF. DR. SOEROJO MAGELANG

KARYA ILMIAH AKHIR NERS Di ajukan sebagai salah satu syarat untuk

memperoleh gelar Ners

Di Susun Oleh:

ISNAENI RESTIANA S. KEP NIM A31600898

PEMINATAN KEPERAWATAN JIWA N JUDUL

PROGRAM STUDI NERS KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH GOMBONG

(2)

ii

HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS

Karya Ilmiah Akhir Ners adalah hasil karya saya sendiri dan semua sumber baik yang dikutip maupun dirujuk telah saya nyatakan dengan benar

Nama : Isnaeni Restiana, S.Kep

NIM : A31600898

Tanda Tangan :

(3)

iii

HALAMAN PERSETUJUAN

Yang bertanda tangan dibawah ini menyatakan bahwa Karya Ilmiah Akhir yang berjudul :

PENERAPAN TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK (TAK) PERSONAL HYGIENE UNTUK MENINGKATKAN KEMANDIRIAN PASIEN

SKIZOFRENIA DENGAN DEFISIT PERAWATAN DIRI (DPD) DI WISMA HARJUNA RSJ PROF. DR. SOEROJO MAGELANG

Dipersiapkan dan disusun Oleh :

Isnaeni Restiana, S.Kep A31600898

Telah disetujui dan dinyatakan telah memenuhi syarat untuk diujikan

Pembimbing,

( Tri Sumarsih, S.Kep, Ns, MNS)

Mengetahui,

Ketua Program Studi S1 Keperawatan

(4)
(5)

v

HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Sebagai civitas akademik STIKes Muhammadiyah Gombong, saya yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama : Isnaeni Restiana S.Kep

NIM : A31600898

Program Studi : Program Ners Keperawatan Jenis Karya : Karya Ilmiah Ners

Dengan pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada STIKes Muhammadiyah Gombong Hak Bebas Royalti Noneksklusif (Non-Exclusive Royalty-Free Right)atas karya ilmiah saya yang berjudul :

PENERAPAN TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK (TAK) PERSONAL HYGIENE UNTUK MENINGKATKAN KEMANDIRIAN PASIEN

SKIZOFRENIA DENGAN DEFISIT PERAWATAN DIRI (DPD) DI WISMA HARJUNA RSJ PROF. DR. SOEROJO MAGELANG

Beserta perangkat yang ada (jika diperlukan), Dengan Hak Bebas Royalti Noneksklusif ini STIKes Muhammmadiyah Gombong berhak menyimpan, mengalihmedia/formatkan, mengelola dalam bentuk pangkalan data, merawat dan mempublikasikan tugas akhir saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis/pencipta dan sebagai pemilik Hak Cipta. Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di Gombong, Kebumen Pada tanggal : 16 Agustus 2017

Yang menyatakan

(6)

vi ProgramNers Keperawatan

Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah Gombong KTA. Agustus 2017

Isnaeni Restiana,Tri Sumarsih

ABSTRAK

PENERAPAN TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK (TAK) PERSONAL HYGIENE UNTUK MENINGKATKAN KEMANDIRIAN PASIEN

SKIZOFRENIA DENGAN DEFISIT PERAWATAN DIRI (DPD) DI WISMA HARJUNA RSJ PROF. DR. SOEROJOMAGELANG

Latar Belakang :Jumlah pasien skizofrenia di Indonesia terus bertambah, terdapat 14,1% penduduk Indonesia mengalami skizofrenia mulai yang ringan hingga berat yang biasanya ditandai dengan kurangnya memperhatikan perawatan diri. Penatalaksanaan pasien skizofrenia dengan defisit perawatan diri dapat dilakukan salah satunya dengan pemberian stimulus atau rangsangan yang memicu timbulnya persepsi yang positif terhadap dirinya sendiri atau istilah lain Terapi Aktivitas Kelompok.

Tujuan Penulisan :Menganalisis terapi aktivitas kelompokPersonal hygiene pada pasien skizofrenia dengan defisit perawatan diridi wisma Harjuna RSJ Prof. Dr. Soerojo Magelang

Hasil : Hasil evaluasipasien skizofrenia setelah dilakukan terapi aktivitas kelompok, pasien 1 mampu menyebutkan lima manfaat kebersihan diri, mampu menyebutkan lima alat kebersihan diri, mampu mempraktekan langkah-langkah kebersihan dengan dibimbing. Pasien 2 dan 3 mampu menyebutkan tiga manfaat kebersihan diri dan alat kebersihan diri, mampu mempraktekan langkah-langkah kebersihan diri dengan dibimbing. Pasien 4& 5 mampu menyebutkan empat manfaat kebersihan diri, berbeda dalam menyebutkan alat kebersihan diri pasien 4 menyebutkan empat dan pasien 5 menyebutkan lima, mampu mempraktekan langkah-langkah kebersihan diri dengan dibimbing.

Rekomendasi :TAK terbukti mampu meningkatkan kemandirian pasien skzofrenia dengan defisit perawatan diri, maka kegiatan tersebut perlu dilakukan lebih sering di dalam wisma.

(7)

vii PROFESI OF NURSING PROGRAM

MUHAMMADIYAH HEALTH SCIENCE INSTITUTE OF GOMBONG Minithesis, August 2017

Isnaeni Restiana, Tri Sumarsih

THE APPLICATION OF GROUP ACTIVITY THERAPY (TAK) PERSONAL HYGIENE TO ENHANCE THE INDEPENDENCE OF PATIENTS WITH SELF-CARE DEFICITS OF SCHIZOPHRENIA (DPD) AT WISMA HARJUNA RSJ PROF. DR. SOEROJO, MAGELANG

ABSTRACT

Background: The number of patients with schizophrenia in Indonesia continues to grow. Consequently, there was a 14.1% of the population of Indonesia are experiencing schizophrenia began from mild to severe that usually characterized by a lack of regard for self care. Moreover, the treatment of schizophrenia patients with self care deficit is by administering stimulus or stimuli that trigger the onset of a positive perception toward himself or in other terms is Group Activity Therapy .

Objective :analyzing the activity group therapy Personal hygiene in patients with schizophrenia self-care deficit at wisma Harjuna RSJ Prof. Dr. Soerojo, Magelang Results :The results of evaluation of the patient state of schizophrenia after a group activity therapy for 3 days, patient 1 able to mention five benefits of self hygiene, be able to mention the five self-hygiene tool, able to practice steps cleand up. Patient 2&3 was able to mention three benefits of self hygiene and self-hygiene tool, able to practice steps cleand up with mentored. Client 4&5 was able to mention the four benefits of self hygiene,different in cleanliness mention self instrumentPatients 4 mentioned four and patients 5 said five,able to practice steps cleand up with mentored.

Recomendation : group activity therapi was evident to increase in patients with schizophrenia self-care deficit, so important to aplied in wisma.

(8)

viii

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah_Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan karya ilmiah akhirr ini

dengan judul “Penerapan terapi aktivitas kelompok (TAK) personal hygiene untuk

meningkatkan kemandirian pasien skizofrenia dengan defisit perawatan diri (DPD) di wisma harjuna RSJ Prof. Dr. Soerojo Magelang”. Sholawat serta salam

tetap tercurahkan pada junjungan Nabi Besar Muhammad SAW sehingga penulis mendapat kemudahan dalam menyelesaikan karya ilmiah akhir ini

Sehubungan dengan itu penulis menyampaikan penghargaan dan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Herniatun, M.Kep, Sp Mat, selaku Ketua STIKES Muhammadiyah Gombong.

2. Isma Yuniar, M.Kep, selaku Ketua Prodi S1 Keperawatan STIKES Muhammadiyah Gombong.

3. Ns. Tri Sumarsih MNS, selaku Pembimbing yang telah berkenan memberikan bimbingan dan pengarahan.

4. Semua pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu, penulis ucapkan terimakasih atas bantuan dan dukungannya.

Semoga bimbingan dan bantuan serta dorongan yang telah diberikan mendapat balasan sesuai dengan amal pengabdianya dari Allah SWT. Tiada gading yang tak retak, maka penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun dari pembaca dalam rangka perbaikan selanjutnya. Akhir kata semoga karya ilmiah akhir ini bermanfaat bagi kita semua, Amin.

Kebumen, 16 Agustus 2017

(9)

ix DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN ORISINALITAS ... ii

HALAMAN PERSETUJUAN ... iii

HALAMAN PENGESAHAN ... iv

ABSTRAK ... vi

ABSTRACT ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI ... ix

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Tujuan ... 6

C. Manfaat ... 6

BAB II TINJAUAN TEORI A. Skizofrenia ... 8

B. Defisit Perawatan Diri (Personal Hygiene) ... 15

C. Terapi Aktivitas Kelompok ... 20

BAB III LAPORAN MANAGEMEN KASUS KELOLAAN A. Profil Lahan Praktik ... 29

B. Ringkasan Proses Asuhan Keperawatan ... 31

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil ... 41

B. Aalisis Terapi Aktivitas Kelompok Personal Hygiene pada pasien Skizofrenia dengan defisit perawatan diri ... 45

C. Inovasi Tindakan ... 48

D. Keterbatasan Penulis ... 49

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 50

(10)

x

(11)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kesehatan jiwa dimasa yang serba kritis seperti sekarang ini bukanlah hal yang mudah dengan tekanan hidup yang semakin berat yang harus dihadapi. Bagi individu yang tidak dapat beradaptasi terhadap perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi ini sebagai ancaman bagi dirinya. Perasaan yang terancam terus menerus tanpa adanya proses pemecahan masalah, dapat menimbulkan stress yang berkepanjangan dan dapat mengakibatkan skizofrenia( Rahwanda, 2013 ).

Setiap perubahan situasi kehidupan baik positif maupun negatif dapat mempengaruhi keseimbangan fisik, mental, dan psikososial seperti bencana dan konflik yang dialami sehingga berdampak sangat besar terhadap kesehatan jiwa seseorang yang berarti akan meningkatkan jumlah pasien gangguan jiwa. Skizofreniamerupakan manifestasi dari bentuk penyimpangan perilaku akibat adanya distorsi emosi sehingga ditemukan ketidakwajaran dalam bertingkah laku. Hal ini terjadi karena menurunya semua fungsi kejiwaan. Skizofreniaadalah gangguan dalam cara berfikir (cognitive), kemauan (volition), emosi (affevtive), tindakan (psychomotor) (Keliat, 2011).Pasien skizofrenia kronis pada umumnya tidak mampumelaksanakan fungsi dasar secara mandiri, misalnya kebersihan diri, penampilan dan sosialisasi. Pasien skizofrenia mengalami kemuduran dalam fungsi psikososialnya. Mereka mengalami penurunan kemampuan untuk bergerak dan berkomunikasi dengan orang lain, serta tidak mampu menghadapi realitas.

(12)

2

seluruh gangguan jiwa yang ada (Nuraenah, 2012). Menurut National Institute of Mental Health (NIMH), skizofrenia mencapai 13% dari penyakit secara keseluruhan dan diperkirakan akan berkembang menjadi 25% ditahun 2030. Kejadian tersebut akan memberikan andil meningkatnya prevalensi skizofrenia dari tahun ke tahun diberbagai negara. Skizofrenia menyerang siapa saja. Data APA (2014) menyebutkan 1% populasi penduduk dunia menderita skizofrenia. 75% penderita skizofrenia mulai mengidapnya usia 16-25 tahun. Usia remaja dan dewasa muda paling beresiko karena tahap ini, kehidupan manusia penuh dengan berbagai tekanan (stresor) (Sawono, 2010).

Skizofrenia merupakan gangguan jiwa atau gangguan otak kronis yang mempengaruhi individu sepanjang kehidupanya yang salah satunya ditandai dengan kesulitan melakukan aktivitas sehari-hari. BerdasarkanRiset Kesehatan Jiwa (2013) jumlah pasien skizofrenia di Indonesia terus bertambah, terdapat 14,1 % penduduk Indonesia mengalami skizofreniamulai dari yang ringan hingga berat. Trihono (2011) mengatakan, dari temuan dilapangan terlihat prevalensi penderita skizofrenia berat sebanyak 1,7/1000 orang.

Banyaknya jumlah penderita skizofrenia, Jawa Tengah merupakan salah satu provinsi yang menempati urutan kelima terbanyak (Riskesdas, 2013). Prevalensi skizofrenia di Jawa Tengah yaitu 0,23% dari jumlah penduduk melebihi angka nasional 0,17% (Riskesda, 2013). Jumlah kunjungan gangguan jiwa tahun 2012 di sarana pelayanan kesehatan Provinsi Jawa Tengah sebanyak 224.617, mengalami peningkatan dibanding tahun 2011 yang mencapai 198.387 kunjungan. Kunjungan terbanyak yaitu dirumah sakit sebanyak 138.399 kunjungan (61,62%) (Dinas Kesehatan/ Dinkes Provinsi Jawa Tengah, 2012).

(13)

3

kebersihan kulit, tangan dan kuku dan kebersihan genetalia. Menurut Thomas (2013) defisit perawatan diri merupakan salah satu gejala yang sering ditemukan pada pasien dengan skizofrenia, dimana defisit perawatan diri sering diidentikan dengan gangguan jiwa, 70% diantaranya mengalami defisit perawatan diri, (Hardiyah, 2010).

Salah satu gangguan yang dialami pasien dengan skizofrenia adalah kurangnya perawatan diri atau defisit personal hygiene. Menurut Anggriana T.W (2010), personal hygiene adalah perawatan diri dimana sesorang merawat fungsi-fungsi tertentu seperti mandi, toileting, kebersihan tubuh secara umum dan berhias. Kurangnya perawatan diri pada pasien skizofrenia terjadi akibat adanya perubahan proses pikir sehingga kemampuan untuk melakukan aktivitas perawatan diri menurun, kurang perawatan diri ketidakmampuan merawat kebersihan diri, makan secara mandiri, berhias diri secara mandiri, dan toileting ( Keliat dan Akemat, 2010 ). Bertambahnya masalah personal hygiene pada pasien dengan skizofrenia terjadi karena pasien dengan skizofrenia tidak dapat mempertahankan kebersihan kulit, tangan dan kuku, rambut dan kebersihan genetalia. Fakta yang ada dilapangan menunjukan bahwa pasien dengan skizofrenia seringkali terlihat kumal, bau dan mengalami berbagai macam gangguan pada kesehatan kulitnya.

(14)

4

Tindakan yang dapat diberikan pada pasien defisit perawatan diri itu dapat dilakukan dengan Terapi Aktivitas Kelompok dengan topik defisit perawatan diri (personal hygiene) yang terdiri dari menggosok gigi, memakai sampo dan sabun. Terapi ini merupakan terapi yang bertujuan untuk memberikan perawatan diri dengan tepat sehingga pasien dapat menyelesaikan masalah yang timbul dari defisit perawatan diri (Farida dan Yudi, 2011). Penggunaan terapi kelompok dalam praktek keperawatan jiwa akan memberikan dampak positif dalam upaya pencegahan, pengobatan atau terapi serta pemulihan kesehatan. Apabila tidak dilakukan terapi maka akan terjadi dampak negative diantaranya yaitu dampak fisik, psikosoial dan psikologis.

Pada penelitian Desy dkk, (2013) yang bertujuan untuk mengetahui pengaruh aktivitas mandiri : personal hygiene terhadap kemandirian pasien DPD di RSJD dr. Amino Gondohutomo Semarang menunjukan hasil terdapat pengaruh yang signifikan antara aktifitas mmandiri personal hygiene terhadap kemandirian pasien defisit perawatan diri. Terapi akitivitas kelompok dengan topik defisit perawatan diri (personal hygiene) ini sebagai upaya untuk memotivasi proses berpikir, mengenal perawatan diri, melatih pasien mampu merawat diri serta mengurangi perilaku mal adaptive ( Purwaningsih dan Karina, 2011). Terapi ini dilakukan dalam dua sesi diantaranya adalah pasien akan ditanya tentang manfaat kebersihan diri, alat – alat membersihkan diri, mempraktekan cara membersihkan diri. Terapi aktivitas kelompok personal hygiene ini diharapkan dapat memberikan pengaruh yang cukup kuat dalam membantu pasien dalam hal defisit perawatan diri.

(15)

5

pasien. Pasien jiwa masih seringkali terlihat dengan tubuh yang bau, rambut yang tidak terawat, kuku yang panjang dan terjadi gangguan pada kulit. Hasil pengamatan yang dilakukan penulis kepada 5 pasien yang berada di wisma Harjuna RSJ Prof. Dr. Soerojo Magelang, pasien jiwa terlihat kumal, rambut tidak terawat, tercium bau yang kurang sedap dari pasien jiwa tersebut. Terapi aktivitas kelompok tentang personal hygiene kepada pasien masih jarang dilakukan di wisma harjuna. Berdasarkan uraian latar belakang diatas, dapat diketahui bahwa terapi aktivitas kelompok dengan topik personal hygiene sangatlah penting untuk kemandirian pasien dalam melakukan perawatan diri yang dapat dipengaruhi oleh beberapa latihan dan terapi aktivitas kelompok seperti mampu menyebutkan manfaat kebersihan diri, menyebutkan alat – alat membersihkan diri, dan mempraktekan membersihkan diri yaitu mandi dengan menyikat gigi, sabun dan sampo.

(16)

6

B. Tujuan

1. Tujuan Umum

Menganalisis terapi aktivitas kelompok (TAK)Personal hygiene pada pasienskizofrenia dengan defisit perawatan diri (DPD)di wisma Harjuna RSJ Prof. Dr. Soerojo Magelang

2. Tujuan Khusus

a) Memaparkan hasil pengkajian pada pasien skizofrenia dengan defisit perawatan diri : personal hygiene

b) Memaparkan hasil diagnosa pada pasiensizofrenia dengan defisit perawatan diri : personal hygiene

c) Memaparkan hasilrencana kegiatan TAK pada pasien skizofrenia dengan defisit perawatan diri : personal hygiene

d) Memaparkan hasil implementasi menggunakan terapi aktivitas kelompok (TAK)

e) Memaparkan evaluasi hasil kemampuan pasien dalam kegiatan TAK : personal hygiene

C. Manfaat Penelitian 1. Manfaat keilmuan

Penulisan karya ilmiah ini diharapkan dapat bermanfaat bagi pengembangan ilmu keperawatan khususnya dalam memberikan terapi aktifitas kelompok personal hygiene dalam menanggulangi pasien dengan defisit perawatan diri

2. Manfaat Aplikatif

Penulisan karya ilmiah ini diharapkan dapat membantu perawat di ruang perawatan dalam meningkatkan mutu pelayanan terapi aktifitas kelompok yang diwujudkan dengan meningkatnya kepuasan pasien terhadap terapi aktifitas kelompok yang diberikan

3. Manfaat Metodologi

(17)

7

(18)

DAFTAR PUSTAKA

Carpenito, L. J. (2009). Diagnosa Keperawatan Aplikasi pada Praktik Klinis. Jakarta: EGC.

Coventry, P. A., Hudson, J. L., Kontopantelis, E., Archer, J., Arichards, D., Gilbody, S., et al. (2014). Characteristics of Effective Collaborative Care for Treatment of Depression: A Systematic Review and Meta-Regression of 74 Randomised Controlled Trials. Plos, 9(9).

Damaiyanti, M. (2008). Komunikasi Terapeutik dalam Praktik Keperawatan. Bandung: Rafika Aditama.

Davison, G. C. (2010). Psikologi Abnormal. Depok: Raja Grafindo Persada. Desy Nurla Laili, D. H. (2013). Pengaruh Aktivitas Mandiri : Personal Hygiene

Terhadap Kemandirin Pasien Defisit Perawatan Diri pada Pasien Gangguan Jiwa. Jurnal Keperawatan dan Kebidanan.

Direja, A.H.S. (2011). Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Yogyakarta : Nuha Medika Halgin, R. P. (2014). Psikologi Abnormal. Jakarta: Salemba Medika.

Hidayat, A. (2011). Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia Aplikasi, Konsep dan Proses Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.

Ifteni, P. L., Burtea, V., Szalontay, A. S., & Moga, M. A. (2015, September). Ethics of Treatment in Early Psychosis. Revista Romania de Bioetica, 13. J, B. (2010). Psikiatri Klinis - Kaplan & Sadock (2nd ed.). Jakarta: EGC.

Jannah, Intasari. (2012). Aplikai Proses Keperawatan Pada Diagnosa Resiko Kekerasan Diarahkan Pada Orang Lain Dan Gangguan Persepsi Sensori. Moco Medika : Yogyakarta

Keliat, A. (2011). MOdel Praktik Keperawatan Professional Jiwa. Jakarta: EGC. Keliat, B. (2011). Asuhan Keperawatan Jiwa. Jakarta: EGC.

Notoatmojo. (2013). Metodologi Penelitian Kesehatan. Rineka Cipta : Jakarta Novita Pinedendi, J. V. (2016). Pengaruh Penerapan Asuhan Keperawatan Defisit

Perawatan Diri Terhadap Kemandirian Personal Hygiene pada Pasien di RSJ. Prof. V.L. Ratumbuysang Manado Tahun 2016. e Journal Keperawatan, 4.

Purwaningsih, W. (2011). Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta: Nuha Medika. Rahwanda. (2013). Pelayanan dan PenerapanAsuhan Keperawatan Pasien

(19)

Riskesdas. (2013). Riset Kesehatan Dasar : Riskesdas 2013. Badan Pengembangan dan Penelitan Kesehatan. Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.

Sarwono. (2010). Psikologi Remaja. Jakarta : Grafindo.

Semiun, Y. (2009). Kesehatan Mental 1. Yogyakarta: Kanisius.

Stuart, G. W. (2009). Prinsip dan Praktik Keperawatan Kesehatan Jiwa. Elsevier. Susanti, Herni. (2010). Defisit Perawatan Diri Pada Klien Skizofrenia: Aplikasi

Teori Keperawatan Orem. Fakultas Ilmu Keperawatan. Universitas Indonesia. Jurnal Keperawatan Indonesia. Vol.13,

Tarwoto. (2009). Kebutuhan Dasar Manusia. (4th, Penyunt.) Jakarta: Salemba Medika.

Thomas. (2013). Asuhan Keperawatan Jiwa. (1st, Penyunt.) Yogyakarta.

Townsend, M. C. (2009). Diagnosa Keperawatan pada Keperawatan Psikiatri (3rd ed.). Jakarta: EGC.

Videbeck, S. (2011). Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta: EGC.

WHO. (2013). Perilaku Kekerasan dan Defisit Perawatan Diri. Dipetik April 21, 2017, dari http//perilaku-kekerasan.htm

Wiramihardja. (2007). Pengantar Psikologi Abnormal. Bandung: Refika Aditama. Yosep, I. (2009). Keperawatan Jiwa. Bandung: Refika Adi.

Fitria, N. (2010). Prinsip dasar dan aplikasi penulisan laporan pendahuluan dan strategi pelaksanaan tindakan keperawatan (LP dan SP) untuk 7 diagnosis keperawatan jiwa berat bagi program S-1 keperawatan. Jakarta : Salemba Medika

Keliat, B.A. & Akemat. (2010). Model PraktikKeperawatan Profesional Jiwa. Jakarta:EGC.

(20)
(21)

ASUHAN KEPERAWATAN PADA TN. T DENGAN MASALAH UTAMA

GANGGUAN KONSEP DIRI : HARGA DIRI RENDAH DI WISMA HARJUNA

RSJ Prof. Dr. SOEROJO MAGELANG

Di susun Oleh :

ISNAENI RESTIANA

A31600898

PROGRAM PROFESI NERS

STIKES MUHAMMADIYAH GOMBONG

(22)

Ruang Rawat : Wisma Harjuna

Tanggal dirawat : 26–042017

A. Pengkajian 1. Identitas

Identitas Klien

Inisial klien : Tn. T

Umur : 30 Tahun

Alamat : Banjarnegara

Agama : Islam

Pendidikan : SD

Pekerjaan : Buruh

Status : Duda

No. RM : 83453

Diagnosa : F.20.3

Identitas Penanggung Jawab

Nama : Tn. S

Alamat : Banjarnegara

Hubungan dg Klien : Kaka kandung

2. Alasan masuk

Klien mengatakan mengamuk banting kursi ke kaca sampai pecah. Mengurung diri dikamar selama 1 bulan.

3. Faktor Predisposisi

(23)

4. Faktor Presipitasi

Klien mengatakan berduka atas kematian ayahnya 3 bulan yang lalu, kemudian ditinggalkan istri dan anaknya entah kemana setelah 1 minggu ayahnya meninggal.

B. Pemeriksaan Fisik Tanda-tanda vital :

TD : 110/70 mmHg RR : 20 x/m

N : 82 x/m S : 37 º C

Ukur : BB : 55 kg TB : 160 cm C. Psikososial

1. Genogram

= laki–laki = tinggal satu rumah

= pasien = garis keturunan

= laki-laki meninggal

(24)

2. Konsep diri

a) Gambaran diri Klien mengatakan b) Identitas diri

Klien berjenis kelamin laki-laki, berumur 30 tahun, klien lulusan SD dan pernah bekerja sebagai tukang bakso keliling.

c) Peran

Klien mengatak anak ke 3 dari 5 bersaudara. Klien merupakan seorang ayah, klien merasa rendah diri, tidak berguna dimana anaknya dibawa pergi oleh istrinya dan ditinggal pergi entah kemana karena tidak bisa mencukupi kebutuhan istri.

d) Ideal diri

Klien mengatakan tidak inngin apa apa. Apabila pulang pasien ingin memperbaiki diri dan semangat membangun masa depan yang lebih baik lagi e) Harga diri

Klien mengatakan rendah diri, tidak berguna karna ditinggal istri dan anaknya pergi entah kemana.

3. Hubungan sosial

a) Klien mengatakan tidak ada orang yang berarti. Klien mengatakan tidak mempunyai teman dekat. Selama diwisma orang yang dikenal klien hanya sdr. R dan srd. S.

b) Klien mengatakan jarang mengikuti kegiatan dimasyarakat, lebih sering menyendiri dikamar. Saat menikuti TAK klien terlihat tenang dan pendiam, nada suara lirih, kontak mata kurang.

c) Klien mengatakan ingin memiliki teman, namun malu apabila berkenalan terlebih dahulu. Klien mengatakan binggung akan memulai pembicaraan. 4. Spiritual

a) Nilai dan keyakinan : klien mangatakan dirinya tidak tau kenapa. Klien hanya disuruh berobat kemagelang oleh saudaranya

(25)

D. Status Mental

1. Penampilan : klien tampak lusuh, berpakain sesuai jadwal RS, kancing baju tidak sesuai. Rambut terlihat gondrong, kuku tangan dan kaki panjang. Gigi tampak kekuningan.

2. Pembicaraan : klien mampu menjawab pertanyaan dengan nada pelan, kontak mata kurang, sering menunduk.

3. Aktifitas motorik : klien taampak lesu, jarang melakukan aktiftas, lebiih sering duduk dan melamun sambil merokok

4. Alam perasaan : sedih

5. Afek : klien mempunyai afek tumpul

6. Interaksi selama wawancara : kontak mata kurang, serig menunduk, volume suara pelan.

7. Persepsi : klien mengatakan tidak pernah mendengan duara-suar bisikan 8. Proses pikir : sirkumtansial

9. Isi pikir : tidak ada

10. Tingkat kesadaran : tingkat kesadaran pasien baik. Klien masih disorientasi waktu. 11. Memori : jangka pendek : klien mampu mengingat nama mahasiswa.

Jangka panjang : klien mampu mengingat keluarga, pekerjaan dan kehidupannya dimasa lalu

12. Tingkat konsentrasi dan berhitung : konsentrasi klien tidak mudah dialihkan. Klien mampu menjawab hitungan

13. Kemampuan penilaian : klien mampu memilihantara mandi dulu atau makan dulu. Klien memilih tidur dulu karena ingin menyendiri.

14. Daya tilik diri : klien mengatakan saat ini dirinya sedang dirawat. Namun tidak tau alasanya dirinya dirawat.

E. Kebutuhan Persiapan Pulang

1. Makan : klien mampu megambil makan sendiri, porsi makan selalu habis. Makan dengan cara yang benar ( berdoa, memakai sendok, tidak berceceran).

2. BAB/BAK : klien mampu mengontrol BAB/BAK. Buang hajat sesuai tempatnya. 3. Mandi : klien mengatakan mandi 2x sehari kadang menggunakan sabun, kramas

seminggu sekali. Gosok gigi sehari sekali. Klien melakukanya dengan dibimbing 4. Berpakaian : klien mampu berpakaian secara mandiri, memakai pakaian sesuai

(26)

5. Istirahat dan tidur : klien mengatakan sering tidur siang, tidur malam jika sudah mengantuk ± jam 20.00 WIB. Sebelum tidur kliien berdoa.

6. Pengguanaan Obat : klien selalu meminum obat yang telah disiapkan

7. Pemeliharaan Kesehatan : klien mampu memelihara kesehatan seperti mandi makan dll.

8. Kegiatan didalam rumah : klien mampu menyiapkan makanan, menjaga kebersihan seperti menyapu.

9. Kegiatan diluar rumah : klien rutin mengikuti senam, jalan-jalan, olahraga

F. Mekanisme Koping

1. Maladaptif : reaksi lambat, banyak menyendiri, merokok

G. Masalah Psikososial dan Lingkungan 1. Masalah dengan dukungan kelompok

Klien jarang mengikuti kegiatan dilingkungan masyarakat 2. Masalah dengan Pendidikan

Klien mengatakan lulus SD, ingin melanjutkan SMP namun tidak mampu 3. Masalah dengan Pekerjaan

Klien mengatakan tidak memiliki masalah dengan pekerjaan. Klien bekerja sebagai buruh. Tidak ada teman yang dibenci dilingkungan tempat kerja. 4. Masalah dengan Perumahan

Klien mengatakan tinggal bersama ibunya karna ditinggal pergi istri dan anaknya. 5. Masalah Ekonomi

Klien mengatakan tidak memiliki uang karena sudah lama tidak bekerja H. Pengetahuan Kurang Tentang

I. Aspek Medik

Diagnosa medic : F.20.3 ( Skizoprenia tak terinci) Terapi medik : Trihexyperidole 2mg x 12 j

(27)

J. Prioritas Diagnosa Keperawatan

1. Gangguan konsep diri : Harga Diri Rendah 2. Isolasi Sosial

3. Defisit perawatan diri

ANALISA DATA

No. Hari

Tgal/Jam

Data Fokus Diagnosis Paraf

1. Rabu

04-05-2017 11.30 wib

Ds : Klien mengatakan rendah diri, tidak berguna karna ditinggal istri dan anaknya pergi entah kemana.

Do :

- Kontak mata kurang - Klien terlihat bingung - Volume suara lemah

Gangguang Konsep Diri : Harga Diri

Rendah

2. Rabu

04-05-2017 10.40 wib

Ds : Klien mengatakan mengurung diri dikamar selama 1 bulan.

Do :

- Klien terlihat sering menyendiri - Klien tidak bisa memulai

Do : klien tampak lusuh, kancing baju tidak sesuai. Rambut terlihat gondrong, kuku tangan dan kaki panjang. Gigi tampak kekuningan.

(28)

Intervensi Keperawatan

No. Dx

Keperawatan

Perencanaan

Tujuan Kriteria Evaluasi Intervensi 1. Gangguan

1. Diskusikan dengan klien tentang :

- Aspek positif yang dimilki klien, keluarga, lingkungan - Kemampuan yang

dimiliki klien 2. Bersama klien buat daftar

tentang :

- Aspek positif klien, keluarga,

lingkungan - Kemampuan yang

dimiliki klien 3. Beri pujian yang realistis,

hindarkan memberi

1. Diskusikan dengan klien kemampuan yang dapat

(29)

merencanaka sesuai kondisi klien 3. Beri contoh cara

pelaksanaan kegiatan

1. Anjurkan klien untuk melaksanakan kegiatan yang telah direncanakan 2. Pantau kegiatan yang

dilaksanakan klien 3. Beri pujian atas usaha

yang dilakukan klien klien dengan harga diri rendah

2. Bantu keluarga

(30)

menyiapkan lingkungan dirumah

Implementasi Keperawatan

No. Hari/Tgal/Jam Dx/SP Implementasi Evaluasi

1. Rabu

2. Membantu klien menilai kemampuan klien yang masih dapat digunnakan 3. Membantu klien memilih

kegiatan yang akan dilatih sesuai dengan kemampuan klien 4. Melatih klien kegiatan

yang dipilih sesuai kemampuan 5. Membimbing klien

memasukan dalam jadwal kegiatan harian

S : klien mengatakan mampu menyapu, mengepel,

mencuci piring, melipat baju dan memainkan gitar

- Klien mengatakan senang setelah berbincang-bincang

O : - klien terlihat sring menunduk

-Kontak mata kurang -Volume suara pelan A : SP 1 Harga diri rendah telah tercapai

P : Lanjutkan Intervensi - SP 2 Harga diri 2. Melatih kegiatan kedua

(atau selanjutnya) yang

(31)
(32)

Format Pengkajian Tanda dan Gejala

No. Tanda dan Gejala Ya Tidak

Data subyektif

1. Pasien mengatakan mandi sehari 1kali 2. Pasien mengatakan mandi sehari 2kali 3. Pasien mengatakan gosok gigi sehari 1kali 4. Pasien mengatakan gosok gigi sehari 2kali 5. Pasien mengatakan keramas sehari 1kali 6. Pasien mengatakan keramas 2hari 1 kali 7. Pasien mengatakan keramas 3hari 1kali

Data obyektif

1. pasien tampak lusuh

2. pasien tampak rambut acak-acakan & panjang 3. pasien tampak rambut berketombe

4. pasien bau badan

5. pasien tampak kulit gatal-gatal 6. pasien tampak kulit berdaki tebal 7. pasien bau mulut

8. pasien tampak gigi kekuningan

(33)

Jadwal Harian

Nama :

Wisma :

Hari / tanggal Mandi menggunakan sabun M B T Paraf Perawat

Pagi Sore

Hari / tanggal Menggosok gigi M B T Paraf

Perawat

Pagi Sore

Hari / tanggal

Keramas menggunakan sampo

M B T Paraf

Perawat 1hari

1kali

2hari 1kali

(34)

RSJ Prof. Dr. Soerojo

Magelang

TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK (TAK) STIMULASI PERSEPSI DPD SESI II : MELATIH MANDI

STANDAR

PROSEDUR

OPERASIONAL

No. Dokumen

HK.01.08/III/0787/2015

No. Revisi:

-Halaman:

1/7

Tanggal Terbit

19 Mei 2015

Ditetapkan,

Direktur Utama,

dr. Bambang Prabowo, M.Kes

NIP.196007071988021001

PENGERTIAN

Terapi aktivitas kelompok stimulasi persepsi adalah terapi yang menggunakan aktivitas sebagai stimulasi dan terkait dengan pengalaman dan/ kehidupan untuk didiskusikan di dalam kelompok, dimana hasik diskusi kelompok dapat berupa kesepakatan persepsi atau alternatif penyelesaian masalah.

Terapi aktivitas kelompok stimulasi persepsi Defisit Perawatan Diri : melatih mandi adalah kegiatan terapi yang dilakukan secara berkelompok klien dengan dengan defisit perawatan diri (DPD) atau yang mempunyai riwayat DPD oleh seorang terapis melalui stimulus persepsi terhadap pengalaman terkait cara mandi yang pernah dilakukan.

TUJUAN

Tujuan TAK SP DPD sesi 2: Melatih Mandi 1. Klien dapat mengidentifikasi pengertian mandi 2. Klien dapat mengidentifikasi tujuan mandi

3. Klien dapat mengidentifikasi waktu pelaksanaan mandi

(35)

RSJ Prof. Dr. Soerojo Magelang

TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK (TAK) STIMULASI PERSEPSI DPD SESI II : MELATIH MANDI

STANDAR a. Alat dan bahan

1) Persiapan tempat yang aman dan tenang 2) Tempat yang cukup luas atau longgar

3) Alat dan bahan : Handuk, sabun, gayung, papan tulis, Whiteboard, jadwal kegiatan Harian, Spidol atau Bullpoint

4) Form CPT (Catatan Perlembangan Terintegrasi Dan Bollpoint)

5) Form Nursing Order (resep keperawatan) (jika klien bisa membaca)

6) Form Logbook SKP Harian b. Pasien

1) Membuat kontrak pertemuan dengan klien. 2) Menjamin kebutuhan pemenuhan kebutuhan

privacy klien, hanya ada perawat dan klien saja. 2. Pelaksanaan

Persiapan

a. Mengumpulkan klien yang pernah dilibatkan dalam TAK SP DPD sesi I dan pernah dilatih mandi secara individual

b. Membuat kontrak dengan klien

c. Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan. Fase Orientasi

a. Salam terapeutik

1) Salam dari terapis atau perawat (misalnya dengan selamat pagi atau selamat siang) 2) Perkenalkan nama perawat dan nama

panggilan (lebih bagus paki papan nama) 3) Memberi kesempatan kepada klien untuk

memperkenalkan nama masing – masing (dan diberi papan nama)

5. Klien dapat mengidentifikasi kemampuan mandi

6. Klien dapat memperagakan kemampuan mandi seperti yang sudah didemonstrasikan.

KEBIJAKAN Surat Keputusan Direktur Utama Nomor HK.02.04/S/III/0365/2015

(36)

RSJ Prof. Dr. Soerojo Magelang

TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK (TAK) STIMULASI PERSEPSI DPD SESI II : MELATIH MANDI

STANDAR

1) Menanyakan perasaan klien saat ini 2) Menanyakan masalah yang dirasakan

c. Menanyakan penerapan TAK Stimulasi Persepsi Sesi I: mengidentifikasi manfaat kebersihan diri yang pernah dilakukan

d. Kontrak

1) Menjelaskan tujuan kegiatan, yaitu TAK SP DPD sesi 2 : melatih mandi

2) Menjelaskan aturan permainan sebagai

berikut :

a) Jika ada anggota kelompok yang ingin meninggalkan kelompok harus minta ijin b) Mengikuti kegiatan sampai selesai

c) Mempersilahkan klien untuk minum, atau kencing dulu sebelum acara dimulai d) Lama kegiatan tidak lebih dari 45 menit Tahap Kerja

a) Setelah perawat menjelaskan terapi aktivitas

kelompok yang akan dilakukan, perawat

menanyakan pada pasien tentang pengertian mandi.

b) Perawat memberikan kesempatan pada salah satu pasien untuk menjelaskan pengertian mandi c) Perawat meminta klien lain untuk menanggapi

jawaban klien tentang pengertian mandi.

d) Perawat memberikan penguatan positif atas kemampuan klien menyebutkan dan menanggapi pengertian mandi.

RSJ Prof. Dr. Soerojo Magelang

TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK (TAK) STIMULASI PERSEPSI DPD SESI II : MELATIH MANDI

(37)

e) Perawat menyimpulkan pengertian mandi

f) Perawat memberikan kesempatan pada salah

satu pasien untuk menjelaskan tujuan dari mandi g) Perawat meminta klien untuk menuliskan tujuan

dari mandi

h) Perawat meminta klien lain untuk menanggapi jawaban klien.

i) Perawat memberikan penguatan postif atas

kemampuan klien menyebut dan menanggapi tujuan dari mandi

j) Perawat menyimpulkan tujuan mandi

k) Perawat memberikan kesempatan pada salah satu pasien untuk menjelaskan alat yang dibituhkan dalam mandi

l) Perawat meminta klien untuk menuliskan alat

mandi yang dibutuhkan pada papan.

m) Perawat meminta klien lain untuk menanggapi jawaban klien terkait alat yang dibutuhkan saat mandi

n) Perawat memberikan penguatan postif atas kemampuan klien menyebut dan menanggapi alat yang dibituhkan dalam mandi

o) Perawat menyimpulkan alat yang dibituhkan dalam mandi

p) Perawat memberikan kesempatan pada salah

satu pasien untuk menjelaskan waktu

pelaksanaan mandi

q) Perawat meminta klien untuk menuliskan waktu pelaksanaan mandi pada papan.

r) Perawat meminta klien lain untuk menanggapi

jawaban klien terkait waktu pelaksanaan mandi

RSJ Prof. Dr. Soerojo Magelang

TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK (TAK) STIMULASI PERSEPSI DPD SESI II : MELATIH MANDI

STANDAR

s) Perawat memberikan penguatan postif atas kemampuan klien menyebut dan menanggapi waktu pelaksanaan mandi

t) Perawat menyimpulkan waktu pelaksanaan

mandi.

u) Perawat memberikan kesempatan pada salah satu pasien untuk menjelaskan langkah – langkah mandi

(38)

– langkah mandipada papan.

w) Perawat meminta klien lain untuk menanggapi jawaban klien terkait langkah – langkah mandi x) Perawat memberikan penguatan postif atas

kemampuan klien menyebut dan menanggapi langkah – langkah mandi.

y) Perawat menyimpulkan langkah – langkah mandi 1) Melepas pakaina dan celana

2) Membersihkan muka dengan air bersih dan sabun kemudian membilas kembali sampai busa hilang

3) Memabasahi badan dengan air bersih

4) Mengambil sabun dan menggosokan

keseluruh tubuh sampai merata dan bersih 5) Kemudian membilasnya dengan air bersih

sampai semua busa hilang

6) Ambil handuk untuk mengeringkan badan 7) Pakai kembali pakaian.

Tahap terminasi a. Evaluasi

1) Perawat menanyakan perasaan klien setelah mengikuti terapi aktivitas kelompok

RSJ Prof. Dr. Soerojo Magelang

TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK (TAK) STIMULASI PERSEPSI DPD SESI II : MELATIH MANDI

STANDAR

2) Perawat memberikan pujian atas keberhasilan

kelompok dengan mengucapkan kata

Bagus” b. Tindak lanjut

1) Menganjurkan klien untuk melatih mandi dan mendiskusikan dengan klien lain atau perawat lain

2) Membuat jadwal mengidentifikasi manfaat kebersihan diri

c. Kontrak terapi kelompok yang akan datang

1) Bersama dengan klien membuat rencana untuk terapi aktivitas kelompok selanjutnya : melatih keramas

2) Bersama klien menentukan waktu dan tempat terapi aktivitas kelompok yang akan datang Pendokumentasian

(39)

dan hasil serta membubuhkan tanda tangan dan nama terang.

b. Mencatat tindakan keperawatan yang telah dilakukan ke dalam catatan perkembangan terintegrasi sesuai Standar Prosedur Operasional

yang berlaku. Pendokumentasian Catatan

Perkembangan Terintegrasi harus dilakukan oleh perawat yang telah diberikan penugasan klinik oleh direktur utama.

c. Mencatat tindakan keperawatan pada logbook (SKP) harian

RSJ Prof. Dr. Soerojo Magelang

TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK (TAK) STIMULASI PERSEPSI DPD SESI II : MELATIH MANDI

STANDAR

d. Mencatat TAK stimulasi persepsi : melatih mandi pada papan Jadwal Kegiatan untuk ditindak lanjuti perawat shift berikutnya

e. Membereskan catatan perkembangan terintegrasi pada status rekam medis pasien

3. Hal – hal yang harus diperhatikan

a. Mengevaluasi respon serta tolersansi pasien selama TAK stimulasi persepsi defisit perawatan diri.

b. Mengevaluasi kebutuhan kenyamanan dan

keamanan pasien, dan staff selama TAK stimulasi persepsi

c. Kemampuan TAK stimulasi persepsi disesuaikan dengan kemampuan klien menerima informasi, belajar, daya ingat pasien, sesuai kesepakatan yang dibuat oleh klien.

(40)

RSJ Prof. Dr. Soerojo

Magelang

TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK (TAK) STIMULASI PERSEPSI DPD SESI III : MELATIH KERAMAS

STANDAR

PROSEDUR

OPERASIONAL

No. Dokumen

HK.01.08/III/0788/2015

No. Revisi:

-Halaman:

1/7

Tanggal Terbit

19 Mei 2015

Ditetapkan,

Direktur Utama,

dr. Bambang Prabowo, M.Kes

NIP.196007071988021001

PENGERTIAN

Terapi aktivitas kelompok stimulasi persepsi adalah terapi yang menggunakan aktivitas sebagai stimulasi dan terkait dengan pengalaman dan/ kehidupan untuk didiskusikan di dalam kelompok, dimana hasik diskusi kelompok dapat berupa kesepakatan persepsi atau alternatif penyelesaian masalah.

Terapi aktivitas kelompok stimulasi persepsi Defisit Perawatan Diri : melatih keramas adalah kegiatan terapi yang dilakukan secara berkelompok klien dengan dengan defisit perawatan diri (DPD) atau yang mempunyai riwayat DPD oleh seorang terapis melalui stimulus persepsi terhadap pengalaman terkait cara gosok gigi yang pernah dilakukan.

TUJUAN

Tujuan TAK SP DPD sesi 3: Melatih Keramas 7. Klien dapat mengidentifikasi pengertian keramas 8. Klien dapat mengidentifikasi tujuan keramas

9. Klien dapat mengidentifikasi waktu pelaksanaan keramas

(41)

RSJ Prof. Dr. Soerojo Magelang

TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK (TAK) STIMULASI PERSEPSI DPD SESI III : MELATIH KERAMAS

STANDAR

a. Alat dan bahan

1) Persiapan tempat yang aman dan tenang 2) Tempat yang cukup luas atau longgar

3) Alat dan bahan : Handuk, shampo, gayung, papan tulis, Whiteboard, jadwal kegiatan Harian, Spidol atau Bullpoint

4) Form CPT (Catatan Perlembangan Terintegrasi Dan Bollpoint)

5) Form Nursing Order (resep keperawatan) (jika klien bisa membaca)

6) Form Logbook SKP Harian c. Pasien

1) Membuat kontrak pertemuan dengan klien. 2) Menjamin kebutuhan pemenuhan kebutuhan

privacy klien, hanya ada perawat dan klien saja. 2. Pelaksanaan

Persiapan

a. Mengumpulkan klien yang pernah dilibatkan dalam TAK SP DPD sesi I s/d 2 dan pernah dilatih keramas secara individual

b. Membuat kontrak dengan klien

c. Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan. Fase Orientasi

a. Salam terapeutik

1) Salam dari terapis atau perawat (misalnya dengan selamat pagi atau selamat siang) 2) Perkenalkan nama perawat dan nama

panggilan (lebih bagus paki papan nama) 3) Memberi kesempatan kepada klien untuk

memperkenalkan nama masing – masing 11. Klien dapat mengidentifikasi kemampuan keramas

12. Klien dapat memperagakan kemampuan keramas seperti yang sudah didemonstrasikan.

KEBIJAKAN Surat Keputusan Direktur Utama Nomor HK.02.04/S/III/0365/2015

(42)

(dan diberi papan nama)

RSJ Prof. Dr. Soerojo Magelang

TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK (TAK) STIMULASI PERSEPSI DPD SESI III : MELATIH KERAMAS

STANDAR

1) Menanyakan perasaan klien saat ini 2) Menanyakan masalah yang dirasakan

c. Menanyakan penerapan TAK Stimulasi Persepsi Sesi II: mengidentifikasi manfaat kebersihan diri yang pernah dilakukan

d. Kontrak

1) Menjelaskan tujuan kegiatan, yaitu TAK SP DPD sesi 3 : melatih Keramas

2) Menjelaskan aturan permainan sebagai

berikut :

a) Jika ada anggota kelompok yang ingin meninggalkan kelompok harus minta ijin b) Mengikuti kegiatan sampai selesai

c) Mempersilahkan klien untuk minum, atau kencing dulu sebelum acara dimulai d) Lama kegiatan tidak lebih dari 45 menit Tahap Kerja

a. Setelah perawat menjelaskan terapi aktivitas

kelompok yang akan dilakukan, perawat

menanyakan pada pasien tentang pengertian keramas.

b. Perawat memberikan kesempatan pada salah satu pasien untuk menjelaskan pengertian kermas

c. Perawat meminta klien lain untuk menanggapi jawaban klien tentang pengertian keramas.

d. Perawat memberikan penguatan positif atas kemampuan klien menyebutkan dan menanggapi pengertian keramas.

RSJ Prof. Dr. Soerojo Magelang

TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK (TAK) STIMULASI PERSEPSI DPD SESI III : MELATIH KERAMAS

(43)

PROSEDUR

e. Perawat menyimpulkan pengertian keramas

f. Perawat memberikan kesempatan pada salah

satu pasien untuk menjelaskan tujuan dari keramas

g. Perawat meminta klien untuk menuliskan tujuan dari keramas

h. Perawat meminta klien lain untuk menanggapi jawaban klien tentang pengertian keramas.

i. Perawat memberikan penguatan postif atas

kemampuan klien menyebut dan menanggapi tujuan dari keramas

j. Perawat menyimpulkan tujuan keramas

k. Perawat memberikan kesempatan pada salah satu pasien untuk menjelaskan alat yang dibituhkan dalam keramas

l. Perawat meminta klien untuk menuliskan alat

keramas yang dibutuhkan pada papan.

m. Perawat meminta klien lain untuk menanggapi jawaban klien terkait alat yang dibutuhkan saat keramas

n. Perawat memberikan penguatan postif atas kemampuan klien menyebut dan menanggapi alat yang dibituhkan dalam keramas

o. Perawat menyimpulkan alat yang dibituhkan dalam keramas

p. Perawat memberikan kesempatan pada salah

satu pasien untuk menjelaskan waktu

pelaksanaan keramas

q. Perawat meminta klien untuk menuliskan waktu pelaksanaan keramas pada papan.

r. Perawat meminta klien lain untuk menanggapi

jawaban klien terkait waktu pelaksanaan keramas

RSJ Prof. Dr. Soerojo Magelang

TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK (TAK) STIMULASI PERSEPSI DPD SESI III : MELATIH KERAMAS

STANDAR

s. Perawat memberikan penguatan postif atas

kemampuan klien menyebut dan menanggapi waktu pelaksanaan keramas

t. Perawat menyimpulkan waktu pelaksanaan

keramas.

(44)

v. Perawat meminta klien untuk menuliskan langkah – langkah keramaspada papan.

w. Perawat meminta klien lain untuk menanggapi jawaban klien terkait langkah – langkah keramas x. Perawat memberikan penguatan postif atas

kemampuan klien menyebut dan menanggapi langkah – langkah keramas.

y. Perawat menyimpulkan langkah – langkah

keramas

1) Membasahi rambut dengan air bersih

2) Mengambil shampo dan menggosokan

keseluruh rambut sampai merata dan bersih 3) Kemudian membilasnya dengan air bersih

sampai semua busa hilang.

4) Ambil handuk untuk mengeringkan rambut 5) Menjemur handuk

6) Menyisir/merapikan rambut Tahap terminasi

a. Evaluasi

1) Perawat menanyakan perasaan klien setelah mengikuti terapi aktivitas kelompok

RSJ Prof. Dr. Soerojo Magelang

TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK (TAK) STIMULASI PERSEPSI DPD SESI III : MELATIH KERAMAS

STANDAR

2) Perawat memberikan pujian atas keberhasilan

kelompok dengan mengucapkan kata

Bagus” b. Tindak lanjut

1) Menganjurkan klien untuk melatih keramas dan mendiskusikan dengan klien lain atau perawat lain

2) Membuat jadwal berlatih keramas c. Kontrak terapi kelompok yang akan datang

1) Bersama dengan klien membuat rencana untuk terapi aktivitas kelompok selanjutnya : menggosok gigi

2) Bersama klien menentukan waktu dan tempat terapi aktivitas kelompok yang akan datang Pendokumentasian

(45)

b. Mencatat tindakan keperawatan yang telah dilakukan ke dalam catatan perkembangan terintegrasi sesuai Standar Prosedur Operasional

yang berlaku. Pendokumentasian Catatan

Perkembangan Terintegrasi harus dilakukan oleh perawat yang telah diberikan penugasan klinik oleh direktur utama.

c. Mencatat tindakan keperawatan pada logbook (SKP) harian

RSJ Prof. Dr. Soerojo Magelang

TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK (TAK) STIMULASI PERSEPSI DPD SESI III : MELATIH KERAMAS

STANDAR

d. Mencatat TAK stimulasi persepsi : melatih keramas pada papan Jadwal Kegiatan untuk ditindak lanjuti perawat shift berikutnya

e. Membereskan catatan perkembangan terintegrasi pada status rekam medis pasien

3. Hal – hal yang harus diperhatikan

a. Mengevaluasi respon serta tolersansi pasien selama TAK stimulasi persepsi defisit perawatan diri.

b. Mengevaluasi kebutuhan kenyamanan dan

keamanan pasien, dan staff selama TAK stimulasi persepsi

c. Kemampuan TAK stimulasi persepsi disesuaikan dengan kemampuan klien menerima informasi, belajar, daya ingat pasien, sesuai kesepakatan yang dibuat oleh klien.

(46)

RSJ Prof. Dr. Soerojo

Magelang

TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK (TAK) STIMULASI PERSEPSI DPD SESI IV : MELATIH GOSOK GIGI

STANDAR

PROSEDUR

OPERASIONAL

No. Dokumen

HK.01.08/III/0789/2015

No. Revisi:

-Halaman:

1/7

Tanggal Terbit

19 Mei 2015

Ditetapkan,

Direktur Utama,

dr. Bambang Prabowo, M.Kes

NIP.196007071988021001

PENGERTIAN

Terapi aktivitas kelompok stimulasi persepsi adalah terapi yang menggunakan aktivitas sebagai stimulasi dan terkait dengan pengalaman dan/ kehidupan untuk didiskusikan di dalam kelompok, dimana hasik diskusi kelompok dapat berupa kesepakatan persepsi atau alternatif penyelesaian masalah.

Terapi aktivitas kelompok stimulasi persepsi Defisit Perawatan Diri : melatih gosok gigi adalah kegiatan terapi yang dilakukan secara berkelompok klien dengan dengan defisit perawatan diri (DPD) atau yang mempunyai riwayat DPD oleh seorang terapis melalui stimulus persepsi terhadap pengalaman terkait cara gosok gigi yang pernah dilakukan.

TUJUAN

Tujuan TAK SP DPD sesi 4: Melatih Gosok Gigi 13. Klien dapat mengidentifikasi pengertian gosok gigi 14. Klien dapat mengidentifikasi tujuan gosok gigi

15. Klien dapat mengidentifikasi waktu pelaksanaan gosok gigi

(47)

RSJ Prof. Dr. Soerojo Magelang

TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK (TAK) STIMULASI PERSEPSI DPD SESI III : MELATIH KERAMAS

STANDAR

a. Alat dan bahan

1) Persiapan tempat yang aman dan tenang 2) Tempat yang cukup luas atau longgar

3) Alat dan bahan : Sikat gigi, pasta gigi, air bersih dalam ember, gelas, papan tulis, Whiteboard, jadwal kegiatan Harian, Spidol atau Bullpoint 4) Form CPT (Catatan Perlembangan Terintegrasi

Dan Bollpoint)

5) Form Nursing Order (resep keperawatan) (jika klien bisa membaca)

6) Form Logbook SKP Harian b. Pasien

1) Membuat kontrak pertemuan dengan klien.

2) Menjamin kebutuhan pemenuhan kebutuhan privacy klien, hanya ada perawat dan klien saja. 2. Pelaksanaan

Persiapan

a. Mengumpulkan klien yang pernah dilibatkan dalam TAK SP DPD sesi I s/d 3 dan pernah dilatih gosok gigi secara individual

b. Membuat kontrak dengan klien

c. Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan. Fase Orientasi

a. Salam terapeutik

1) Salam dari terapis atau perawat (misalnya dengan selamat pagi atau selamat siang) 2) Perkenalkan nama perawat dan nama

panggilan (lebih bagus paki papan nama) gigi

17. Klien dapat mengidentifikasi kemampuan gosok gigi

18. Klien dapat memperagakan kemampuan gosok gigi seperti yang sudah didemonstrasikan.

KEBIJAKAN Surat Keputusan Direktur Utama Nomor HK.02.04/S/III/0365/2015

(48)

3) Memberi kesempatan kepada klien untuk memperkenalkan nama masing – masing (dan diberi papan nama)

RSJ Prof. Dr. Soerojo Magelang

TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK (TAK) STIMULASI PERSEPSI DPD SESI III : MELATIH KERAMAS

STANDAR

1) Menanyakan perasaan klien saat ini 2) Menanyakan masalah yang dirasakan

c. Menanyakan penerapan TAK Stimulasi Persepsi Sesi III: Latihan keramas

d. Kontrak

1) Menjelaskan tujuan kegiatan, yaitu TAK SP DPD sesi 4 : melatih gosok gigi

2) Menjelaskan aturan permainan sebagai

berikut :

a) Jika ada anggota kelompok yang ingin meninggalkan kelompok harus minta ijin b) Mengikuti kegiatan sampai selesai

c) Mempersilahkan klien untuk minum, atau kencing dulu sebelum acara dimulai d) Lama kegiatan tidak lebih dari 45 menit Tahap Kerja

a. Setelah perawat menjelaskan terapi aktivitas

kelompok yang akan dilakukan, perawat

menanyakan pada pasien tentang pengertian gosok gigi.

b. Perawat memberikan kesempatan pada salah satu pasien untuk menjelaskan pengertian gosok gigi

c. Perawat meminta klien lain untuk menanggapi jawaban klien tentang pengertian gosok gigi. d. Perawat memberikan penguatan positif atas

kemampuan klien menyebutkan dan menanggapi pengertian gosok gigi.

RSJ Prof. Dr. Soerojo Magelang

TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK (TAK) STIMULASI PERSEPSI DPD SESI III : MELATIH KERAMAS

(49)

OPERASIONAL

-PROSEDUR

e. Perawat menyimpulkan pengertian gosok gigi

f. Perawat memberikan kesempatan pada salah

satu pasien untuk menjelaskan tujuan dari gosok gigi

g. Perawat meminta klien untuk menuliskan tujuan dari gosok gigi

h. Perawat meminta klien lain untuk menanggapi jawaban klien tentang pengertian gosok gigi.

i. Perawat memberikan penguatan postif atas

kemampuan klien menyebut dan menanggapi tujuan dari gosok gigi

j. Perawat menyimpulkan tujuan gosok gigi

k. Perawat memberikan kesempatan pada salah satu pasien untuk menjelaskan alat yang dibituhkan dalam gosok gigi

l. Perawat meminta klien untuk menuliskan alat

gosok gigi yang dibutuhkan pada papa.

m. Perawat meminta klien lain untuk menanggapi jawaban klien terkait alat yang dibutuhkan saat gosok gigi

n. Perawat memberikan penguatan postif atas kemampuan klien menyebut dan menanggapi alat yang dibituhkan dalam gosok gigi

o. Perawat menyimpulkan alat yang dibituhkan dalam gosok gigi

p. Perawat memberikan kesempatan pada salah

satu pasien untuk menjelaskan waktu

pelaksanaan gosok gigi

q. Perawat meminta klien untuk menuliskan waktu pelaksanaan gosok gigi pada papan.

r. Perawat meminta klien lain untuk menanggapi

jawaban terkait waktu pelaksanaan gosok gigi

RSJ Prof. Dr. Soerojo Magelang

TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK (TAK) STIMULASI PERSEPSI DPD SESI III : MELATIH KERAMAS

STANDAR

s. Perawat memberikan penguatan postif atas kemampuan klien menyebut dan menanggapi waktu pelaksanaan gosok gigi

t. Perawat menyimpulkan waktu pelaksanaan gosok

gigi.

(50)

gosok gigi

v. Perawat meminta klien untuk menuliskan langkah – langkah gosok gigipada papan.

w. Perawat meminta klien lain untuk menanggapi jawaban klien terkait langkah – langkah gosok gigi

x. Perawat memberikan penguatan postif atas kemampuan klien menyebut dan menanggapi langkah – langkah gosok gigi.

y. Perawat menyimpulkan langkah – langkah gosok gigi

1) Mengambil sikat gigi kemudian memeberi pasta gigi pada sikat gigi tersebut secukupnya 2) Mengambil air dalam ember dengan gelas atau gayung, kemudian dibuat kumur – kumur sebanyak 2-3 kali

3) Menggosok gigi dengan sikat gigi yang sudah diberi pasta gigi ke seluruh permukaan gigi bagian dalam dan bagian luar

4) Selelah dirasa bersih dan merata kemudian kumur – kumur lagi dengan air bersih sampai bersih

5) Membereskan alat – alat.

RSJ Prof. Dr. Soerojo Magelang

TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK (TAK) STIMULASI PERSEPSI DPD SESI III : MELATIH KERAMAS

STANDAR

1) Perawat menanyakan perasaan klien setelah mengikuti terapi aktivitas kelompok

2) Perawat memberikan pujian atas keberhasilan kelompok dengan mengucapkan kata

Bagus” b. Tindak lanjut

1) Menganjurkan klien untuk melatih gosok gigi dan mendiskusikan dengan klien lain atau perawat lain

2) Membuat jadwal berlatih gosok gigi c. Kontrak terapi kelompok yang akan datang

1) Bersama dengan klien membuat rencana untuk terapi aktivitas kelompok selanjutnya : mengevaluasi manfaat terlibat dalam TAK SP DPD

(51)

Pendokumentasian

a. Mencatat kegiatan TAK stimulasi persepsi dalam buku catatan/laporan TAK baik jenis TAK, topik TAK, klien yang diterapis, leader dan observer yang melakukan TAK serta hasil evaluasi proses dan hasil serta membubuhkan tanda tangan dan nama terang.

b. Mencatat tindakan keperawatan yang telah dilakukan ke dalam catatan perkembangan terintegrasi sesuai Standar Prosedur Operasional

yang berlaku. Pendokumentasian Catatan

Perkembangan Terintegrasi harus dilakukan oleh perawat yang telah diberikan penugasan klinik oleh direktur utama.

RSJ Prof. Dr. Soerojo Magelang

TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK (TAK) STIMULASI PERSEPSI DPD SESI III : MELATIH KERAMAS

STANDAR

c. Mencatat tindakan keperawatan pada

logbook(SKP) harian

d. Mencatat TAK stimulasi persepsi : melatih gosok gigi pada papan Jadwal Kegiatan untuk ditindak lanjuti perawat shift berikutnya

e. Membereskan catatan perkembangan terintegrasi pada status rekam medis pasien

3. Hal – hal yang harus diperhatikan

a. Mengevaluasi respon serta tolersansi pasien selama TAK stimulasi persepsi defisit perawatan diri.

b. Mengevaluasi kebutuhan kenyamanan dan

keamanan pasien, dan staff selama TAK stimulasi persepsi

c. Kemampuan TAK stimulasi persepsi disesuaikan dengan kemampuan klien menerima informasi, belajar, daya ingat pasien, sesuai kesepakatan yang dibuat oleh klien.

(52)

PROPOSAL TERAPI AKTIFITAS KELOMPOK DENGAN DEFISIT PERAWATAN DIRI (MANDI)

DI WISMA HARJUNA Prof. Dr. SOEROJO MAGELANG

Disusun Oleh :

Isnaeni Restiana S. Kep A31600898

PROGRAM PROFESI NERS

(53)

A. Topik

TAK : Defisit Perawatan Diri (Mandi) B. Tujuan

1. Tujuan Umum

Setelah mengikuti Terapi Aktifitas Kelompok klien mampu memahami tentang cara melakukan perawatan personal hygiene yang benar.

2. Tujuan Khusus

Setelah mengikuti terapi aktifitas kelompok, klien mampu menjawab pertanyaan tentang :

a. Manfaat membersihkan diri

b. Alat-alat membersihkan diri (kebersihan kulit, mulut dan rambut) c. Mempraktekan cara membersihkan kulit, mulut, dan rambut.

C. Latar Belakang

Therapy Aktivitas Kelompok (TAK) merupakan kegiatan yang diberikan kelompok klien dengan maksud memberi therapy bagi anggotanya. Dimana berkesempatan untuk meningkatkan kualitas hidup.

Terapi aktivitas kelompok merupakan salah satu bentuk kegiatan terapi psikologik yang dilakukan dalam sebuah aktivitas dan diselenggarakan secara kolektif dalam rangka pencapaian penyesuaian psikologis, perilaku dan pencapaian adaptasi optimal pasien. Dalam kegiatan aktivitas kelompok; tujuan ditetapkan berdasarkan akan kebutuhan dan masalah yang dihadapi oleh sebagian besar peserta dan sedikit banyak dapat diatasi dengan pendekatan terapi aktivitas kolektif.

(54)

Wisma Harjuna adalah ruang yang dihuni oleh 19 orang dengan gangguan jiwa dengan masalah keperawatan yang ditemukan:

Halusinasi dengan DPD : 4 orang Harga Diri Rendanh dengan DPD : 1 orang

Berdasarkan pemikiran diatas, maka Terapi aktivitas kelompok ini bertujuan untuk mengembangkan defisit perawatan diri melalui terapi aktifitas kelompok dengan topik mandi.

D. Seleksi Pasien

a. Kondisi pasien kooperatif.

Sebelum dilakukan TAK Defisit Perawatan Diri (Mandi), para mahasiswa Profesi Ners STIKES MUHAMMADIYAH GOMBONG melakukan :

1) Observasi

2) Status kesehatan klien

3) Adanya kesepakatan dengan klien 4) Hasil diskusi kelompok

b. Jenis masalah keperawatan sesuai indikasi TAK

Wisma Harjuna adalah ruang yang dihuni oleh 19 orang dengan gangguan jiwa dengan masalah keperawatan yang ditemukan:

Halusinasi dengan DPD : 4 orang Harga Diri Rendanh dengan DPD : 1 orang

c. Jumlah pasien atau anggota yang mengikuti Terapi Aktifitas Kelompok kali ini ada 5 orang .

d. Pasien bersedia mengikuti TAK

a. Pasien dengan gangguan Persepsi sensori ( halusinasi ) yang sudah kooperatif b. Pasien dengan gangguan HDR

c. Pasien yang dapat berkomunikasi

e. Proses seleksi pasien dilakukan sehari sebelum pelaksanaan

(55)

E. Jadwal Kegiatan

Hari/Tgl : 01 Mei 2017 Waktu : Pukul 09.00–09.30 Tempat : Wisma Harjuna

F. Metode

1) Diskusi & Tanya jawab 2) Bermain peran

G. Media dan Alat 1) Bola tenis 2) Musik

3) Buku catatan dan pulpen 4) Jadwal kegiatan klien

H. Pengorganisasian

Leader : Isnaeni restiana Co Leader : Bahirotul ‘Ulum Observer : Nur hasanah

Fasilitator : Tri Marliana , Uji Triyadi, Ansoril Zihad, Rizka Tri Yuliasari Anggota : klien berjumlah 5 orang

I. Setting Tempat

Keterangan :

: klien : Co Leader : Fasilitator

: Leader : Observer

1

2 3

6

(56)

J. Program Antisipasi 1. Klien tidak aktif

a. Panggil nama klien..

2. Klien meninggalkan kegiatan tanpa pamit. a. Panggil nama klien

b. Tanyakan sebab meninggalkan kegiatan.

c. Beri kesempatan bila klien bersedia ikut kembali. 3. Klien tidak mau ikut dalam kegiatan

Beri penjelasan pada klien bahwa kegiatan ini dilakukan bersama pasien lain supaya lebih menyenangkan dalam bekerjasama

K. Langkah–Langkah 1. Persiapan

a. Memilih klien sesuai indikasi, yaitu yang sudah dapat berinteraksi dengan orang lain

b. Membuat kontrak dengan klien

c. Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan 2. Orientasi

a. Memberikan salam teraupetik b. Menanyakan perasaan klien saat ini c. Menjelaskan tujuan

d. Kontrak tempat waktu dan topik

e. Menjelaskan aturan main sebagai berikut : 1) Aktif

2) Konsentrasi

3) Tidak boleh menyela

4) Jika ada klien yang akan meninggalkan tempat harus meminta ijin pada terapis

5) Setiap klien mengikuti kegiatan dari awal sampai dengan selesai 6) Lama kegiatan ± 20

3. Tahap Kerja

1) Cara permainannya, pertama saat musik dihidupkan bruder /suster akan

(57)

pun berhenti pada salah satu teman-teman. lalu teman yang memegang bola berdiri dan memberikan salam, menyebutkan nama

2) Bagi anggota kelompok yang telah memperkenalkan diri maka di berikan identitas berupa papan nama.

3) Fase Kerja Langkah-langkah kegiatan.

a. Membagikan kertas dan pulpen untuk klien,

b. Klien di suruh menulis di kertas yang disediakan tentang : Manfaat membersihkan diri yang di bantu oleh fasilitator.

c. Bola dioper ke semua anggota TAK dan bila music berhenti, maka yang memegang bola wajib untuk membaca hasil tulisannya.untuk pertama kali diawali oleh leader.

d. Leader memberikan pujian bagus bapak/ibu telah dapat menyebutkan manfaat membersihakan diri.

e. Leader meminta anggota TAK untuk membalik kertas dan kembali menulis alat-alat yang digunakan untuk mandi di bantu oleh fasilitator

f. Bola kembali dioper dan bila music berhenti, maka yang memegang bola wajib untuk menyebutkan terlebih dahulu, yang dimulai oleh leader. g. Leader memberikan pujianœbagus bapak/ibu sudah dapat menyebutkan alat-alat yang digunakan untuk mandinya

h. Leader meminta anggota TAK menyebutkan langkah-langkah

membersihkan diri (mandi, menggosok gigi dan mencuci rambut), bagi yang memegang bola saat music berhenti, maka wajib untuk menyebutkan, yang dimulai oleh leader dan dilanjutkan oleh anggota TAK.

i. Leader memberikan pujian bagus bapak/ibu telah menyebutkan langkah mandi, menggosok gigi, dan mencuci rambut secara benar.

j. Leader memasukkan jadwal rutin setiap hari untuk peserta TAK. 4. Tahap Terminasi

1) Evaluasi Proses

a) ...% Pasien mengikuti kegiatan dari awal sampai akhir b) ...% Pasien memperhatikan penjelasan leader

2) Evaluasi Hasil

(58)
(59)

Mahasiswa

Isnaeni Restiana

Magelang, 01 Mei 2017 Pembimbing Klinik

(60)
(61)

Gambar

Tabel tanda dan gejala defisit perawatan diri menurut Tarwoto, (2009).

Referensi

Dokumen terkait

Berarti penelitian ini mampu membuktikan hipotesis yang menyatakan profitability (profitabilitas) berpengaruh positif terhadap capital structure (struktur

ekstrak jahe dalam mengurangi nyeri dismenorhea primer, maka dilakukan perhitungan menggunakan t-test sampel berpasangan pada kelompok perlakuan yang kemudian

Di Indonesia, penelitian tentang prekursor gempabumi yang terintegrasi melalui pengamatan parameter seismik, elektromagnetik, geokimia, geoatmosferik serta parameter

dihentikan dan farmasi bisa melakukan retur produk ke sarana distribusi. b) Jika data 2D Barcode valid, maka diteruskan ke nomor 5 (lima).. 4) Aplikasi track and trace

Tes yang digunakan adalah Motor fitness test dengan menggunakan modifikasi tes me le mpar pada sasaran/ target dengan gerak koordinasi untuk mengetahui tingkat

oksidasi tinggi akan memiliki jumlah atom oksida diantara lapisan sehingga semakin banyak lapisan maka akan semakin besar jarak antar lapisan sehingga bahan

[r]

International Conference on Environment and Health, 22-23 May 2013, Soegijapranata Catholic University, Indonesia 41 BIFIDOBACTERIA.. BIFIDOBACTERIA AS POTENTIAL PR AS