PENGARUH KEEFEKTIFAN PENGENDALIAN INTERNAL,
KESESUAIAN KOMPENSASI, DAN BUDAYA ORGANISASI
TERHADAP KECENDERUNGAN KECURANGAN
(FRAUD)
PADA
LEMBAGA PERKREDITAN DESA (LPD) SE-KECAMATAN SUSUT
1
I Dewa Ayu Nanda Widyaswari,
1Gede Adi Yuniarta,
2Edy Sujana
Jurusan Akuntansi Program S1
Universitas Pendidikan Ganesha
Singaraja, Indonesia
e-mail:
{nandawidyaswari@ymail.com, gdadi_ak@yahoo.co.id,
ediesujana_bali@yahoo.com}@undiksha.ac.id
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh variabel keefektifan pengendalian internal, kesesuaian kompensasi, dan budaya organisasi terhadap kecenderungan kecurangan (fraud) pada Lembaga Perkreditan Desa (LPD) Se-Kecamatan Susut.
Populasi penelitian ini adalah seluruh LPD di Kecamatan Sukasada yaitu sebanyak 39 LPD dan sampel yang digunakan adalah 7 LPD dengan total responden sebanyak 39 responden. Metode penelitian ini adalah metode penelitian kuantitatif dengan data primer yang diperoleh dari data kuesioner yang diukur menggunakan skala likert. Teknik analisis data yang digunakan adalah teknik analisis regresi linier berganda dengan propram SPSS 22.00 for windows.
Hasil penelitian ini membuktikan bahwa secara parsial variabel keefektifan pengendalian internal (X1), kesesuaian kompensasi (X2), budaya organisasi (X3) berpengaruh terhadap kecenderungan kecurangan (fraud) pada Lembaga Perkreditan Desa (LPD) Se-Kecamatan Susut dengan hasil thitung masing-masing sebesar 4,357 dengan tingkat signifikansi 0,000, 2,331 dengan tingkat signifikansi 0,026 dan 2,525 dengan tingkat signifikansi 0,016.
Kata Kunci: Kecenderungan Kecurangan (Fraud ), Keefektifan Pengendalian Internal, Kesesuaian Kompensasi, dan Budaya Organisasi.
Abstract
This study aimed at determining the effect of a variable of internal control effectiveness, compensation suitability, and organizational culture on the fraud trend of all LPD in Susut Subdistrict.
The populations of this research were all LPD in Sukasada Subdistrict as many as 39 LPD and the samples used were 7 LPD with 39 total respondents. This research used quantitative method with primary data obtained from questionnaire measured by using likert scale. Data analysis technique used was multiple linear regression analysis with a program of SPSS 22.00 for windows.
The result of this study proved that partially the variables of internal control effectiveness (X1), compensation suitability (X2), and organizational culture (X3) influenced fraud trend on all LPD in Susut Subdistrict with each tcount amounted to 4.357 with a
significance level of 0.000, 2.331 with a significance level of 0.026 and 2.525 with a significance level of 0.016.
Keywords: Fraud trend, internal control effectiveness, compensation suitability, and organizational culture.
PENDAHULUAN
Kecurangan merupakan suatu
tindakan yang dilakukan oleh seseorang maupun kelompok secara sengaja yang berdampak dalam laporan keuangan dan dapat mengakibatkan kerugian bagi entitas atau pihak lain. Menurut Sukanto (dalam Yanita, 2015), Fraud merupakan penipuan yang sengaja dilakukan yang menimbulkan kerugian pihak lain dan memberikan keuntungan bagi pelaku kecurangan dan atau kelompoknya.
Organisasi yang memiliki peluang paling besar terjadinya kecurangan (Fraud)
adalah organisasi yang bergerak dibidang keuangan atau di lembaga keuangan.
Lembaga jasa keuangan mempunyai
peranan penting dalam menggerakan roda perekonomian suatu negara. Hal ini terjadi karena transaksi keuangan biasanya lebih dominan terjadi di lembaga keuangan perbankan atau lembaga keuangan non perbankan baik yang berada ditingkat kabupaten ataupun yang berapa ditingkat pedesaan. Salah satu lembaga keuangan
yang berada di tingkat pedesaan,
khususnya di provinsi Bali adalah lembaga
keuangan yang bernama Lembaga
Perkreditan Desa (LPD).
Maksud dan tujuan didirikannya LPD di desa adat adalah untuk menjaga
pembangunan, memeratakan
perekonomian, membuka lapangan kerja dan yang tidak kalah pentingnya yaitu untuk memberantas ijon, gadai yang ilegal, dan rentenir. Keberadaan LPD dewasa ini sudah tidak perlu diragukan lagi, karena LPD telah
mampu menopang sendi-sendi
perekonomian masyarakat desa yang ada di Bali. Walaupun ada wacana untuk melakukan perubahan nama LPD. Namun itu tidak mempengaruhi kinerja lembaga ini.
Tata Kelola organisasi dan
perencanaan LPD diatur dalam PERDA
Provinsi Bali No.8/2002. Setiap LPD dikelola oleh sebuah komite (ketua, kasir dan petugas administrasi). LPD pada dasarnya adalah lembaga keuangan yang dimiliki oleh seluruh masyarakat di desa tersebut. Oleh karena itu, peranan badan pengawas LPD yang dimulai dari prajuru
desa diharapkan dapat meminimalisir
adanya tindak kecurangan yang dilakukan oleh pengurus LPD dalam mengelola kegiatan operasi LPD tersebut.
Namun tidak menutup kemungkinan Kecurangan juga terjadi pada Lembaga Perkreditan Desa. Hal tersebut dikarenakan
Lembaga Perkreditan Desa di Bali
mempunyai kekuatan besar karena
cakupan yang luas yang meliputi 1488 LPD dengan total aset saat ini sudah melampui angka Rp 14 triliun lebih. Akan tetapi di lain pihak kekuatan ini bisa pula menjadi badai ekonomi berdampak sistemik bagi ekonomi Bali, bila tidak dikelola dengan baik dan terjadi pembiaran.
Seiring berjalannya waktu banyak ditemukan Lembaga Perkreditan Desa di Bali yang tidak sehat dan macet. Tidak sehat dan macetnya Lembaga Perkreditan Desa biasanya tidak lepas dari akibat
karena pihak internal LPD yang
menyalahgunakan wewenangnya untuk
melakukan tindakan kecurangan (Fraud)
dan dapat merugikan pihak lain. Berbagai kasuspun muncul terkait dengan tindak kecurangan yang terjadi pada LPD. Seperti kasus yang terjadi pada beberapa LPD yang ada di Kecamatan Susut, Kabupaten Bangli. Salah satunya yaitu LPD Selat, LPD
ini mengalami masalah dalam
pengembalian dana nasabah, hingga
menuai banyak protes dan tuntutan dari nasabahnya. Banyak nasabah tidak bisa menarik uangnya karena dikatakan oleh pengurus LPD uang nasabah tersebut tidak ada. LPD Desa Adat Selat memang telah
bermasalah sejak setahun lebih. Pasalnya sebelumnya, dana LPD sempat dikorupsi oleh mantan Ketua, I Wayan Sutama, senilai puluhan juta. Oleh sebab itu, masyarakat setempat curiga kalau masih ada praktik seperti itu lagi. (Bangli, suaradewata.com, di unduh 19 September 2016).
Berdasarkan Laporan Analisa
CAMEL LPD Periode Desember 2015
Wilayah Se-Kabupaten Bangli, yang
diperoleh dari LPLPD Kab. Bangli
menyatakan bahwa jumlah LPD yang ada di Kecamtan Susut sebanyak 39 LPD. Pada tahun 2015 LPD yang tidak dalam kondisi sehat sebanyak 23% dari jumlah LPD yang ada di Kecamatan Susut yaitu sebanyak 9 LPD yang diataranya 7 LPD dalam kategori Cukup Sehat, 1 LPD dalam Kategori kurang Sehat dan 1 LPD Dalam Kategori Tidak Sehat.
Dari data tahun 2014 dan tahun 2015 terjadi penurunan jumlah LPD yang Sehat. Tahun 2014 jumlah LPD yang cukup sehat sebanyak 4 LPD dan terjadi Peningkatan pada tahun 2015 LPD yang cukup sehat berjumlah 7 LPD dan Jumlah LPD yang kurang sehat dan tidak sehat pada tahun 2014 tidak ada namun pada tahun 2015 ditemukan LPD yang kurang sehat 1 LPD dan tidak Sehat 1 LPD.
Banyak hal yang menjadi alasan seseorang untuk melakukan tindak korupsi. Dalam melakukan kecurangan, setiap orang
atau pelaku memiliki motivasi yang
beraneka ragam. Salah satu teori yang menjelaskan tentang motivasi seseorang dalam melakukan kecurangan adalah Teori
Fraud Triangle yang dikembangkan oleh
Cressey (dalam Zulkarnain, 2013). Teori ini mengatakan bahwa “kecurangan akuntansi disebabkan oleh tiga faktor, yaitu: 1.
Kesempatan (Opportunity), 2. Tekanan
(Pressure), dan 3. Rasionalisasi
(Rationalization)”.
Kecenderungan kecurangan
dipengaruhi oleh ada atau tidaknya
kesempatan (Opportunity) atau peluang.
Peluang yang besar membuat
kecenderungan kecurangan lebih sering
terjadi. Untuk menangani masalah tersebut,
diperlukan monitoring dalam sebuah
instansi dan untuk mendapatkan hasil monitoring yang baik, maka diperlukan pengendalian internal yang efektif (Wilopo, 2006).
Penerapan pengendalian internal efektif yang didukung dengan regulasi yang memadai akan mencegah berbagai bentuk
persoalan dan ketidakwajaran yang
merugikan berbagai pihak yang
berkepentingan. Keefektifan pengendalian internal mempunyai pengaruh yang besar dalam upaya pencegahan kecenderungan
kecurangan akuntansi. Adanya
pengendalian internal yang efektif,
memungkinkan terjadinya pengecekan
silang (cross check) terhadap pekerjaan
seseorang oleh orang lain. Hal ini
menurunkan peluang terjadinya
kecenderungan kecurangan dan
mengalokasikan kesalahan.
Sistem pengendalian internal
merupakan proses yang dijalankan untuk memberikan keyakinan memadai tentang pencapaian keandalan laporan keuangan, kepatuhan terhadap hukum, dan efektivitas dan efisiensi operasi (Tunggal, 2011). Sistem pengendalian internal yang rendah
dan kepatuhan karyawan terhadap
pengendalian internal yang juga rendah
dapat menjadi pemicu terjadinya
kecurangan (Fraud) di sektor pemerintahan. Kecenderungan kecurangan dapat
terjadi apabila ada peluang untuk
melakukan hal tersebut. Peluang yang besar membuat kecenderungan kecurangan akuntansi lebih sering terjadi. Peluang tersebut dapat dikurangi dengan sistem pengendalian internal yang baik.
Pengendalian internal yang baik dapat mengurangi atau bahkan menutup peluang untuk melakukan kecenderungan kecurangan akuntansi. Hal ini didukung oleh penelitian yang dilakukan Wilopo (2006), Pristiyanti (2012), Najahningrum (2013), Adinda (2015) dan Shintadevi (2015) yang melihat pengaruh pengendalian internal
terhadap kecenderungan kecurangan
menunjukkan bahwa dengan adanya suatu sistem pengendalian intern yang baik oleh instansi maka akan menurunkan tingkat
kecurangan yang akan dilakukan,
sebaliknya jika kualitas sistem pengendalian intern yang buruk, maka hal itu akan menjadi kesempatan bagi karyawan untuk melakukan Fraud pada instansi tersebut. Maka semakin baik pengendalian intern di dalam suatu instansi akan semakin rendah
tingkat terjadinya Fraud di sektor
pemerintahan.
H1 : Keefektifan Pengendalian Internal
berpengaruh terhadap
Kecenderungan Kecurangan (Fraud)
pada Lembaga Perkreditan Desa (LPD) Se-Kecamatan Susut.
Selain dari sisi peluang,
kecenderungan kecurangan juga
dipengaruhi oleh besar tidaknya tekanan. Tekanan (Pressure) adalah motivasi dari individu untuk bertindak curang yang disebabkan oleh adanya tekanan keuangan
maupun non keuangan, serta dapat
disebabkan pula oleh tekanan pribadi maupun tekanan dari organisasi. Dalam lingkup entitas, baik sektor swasta maupun sektor pemerintahan, faktor utama yang menyebabkan tekanan adalah ketidak-sesuaian kompensasi.
Kompensasi adalah Penghargaan atau ganjaran kepada para pekerja yang
telah memberikan kontribusi dalam
mewujudkan tujuannya melalui kegiatan yang disebut bekerja (Nawawi, 2001). Wexley dan Yukl (2003) mengatakan bahwa adanya ketidakpuasan karena kompensasi yang tidak memadai atau pekerjaan yang
menjemukan juga dapat mendukung
insiden-insiden pencurian oleh para pekerja. Pencurian tersebut dapat berupa pencurian uang, peralatan, serta persediaan barang yang dilakukan oleh pekerja. Hal tersebut merupakan masalah yang penting bagi organisasi.
Kecurangan yang dilakukan
seseorang disebabkan oleh keinginan untuk
memaksimalkan keuntungan pribadi.
Tindakan tersebut tidak lain didorong oleh ketidakpuasan individu atas imbalan yang
mereka peroleh dari pekerjaan yang mereka kerjakan. Sistem kompensasi yang sesuai diharapkan dapat membuat individu merasa tercukupi sehingga individu tidak melakukan tindakan yang merugikan instansi atau
pemerintah termasuk melakukan
kecurangan akuntansi. Kompensasi yang sesuai diharapkan mampu mengurangi adanya keinginan untuk melakukan tindak kecurangan.
Kompensasi yang sesuai dapat mengurangi tekanan untuk melakukan kecenderungan kecurangan akuntansi.Hal ini didukung oleh penelitian yang dilakukan Zainal (2013), Shintadevi (2015) dan Zulkarnain (2013) yang melihat pengaruh
kompensasi terhadap kecenderungan
kecurangan (Fraud). Hasil penelitian
mereka menunjukkan bahwa semakin tinggi
tingkat kesesuain kompensasi maka
semakin kecil kecenderungan terjadinya kecurangan.
H2 : Kesesuaian Kompensasi
berpengaruh terhadap
Kecenderungan Kecurangan (Fraud)
pada Lembaga Perkreditan Desa (LPD) Se-Kecamatan Susut.
Rasionalisasi adalah pemikiran yang menjustifikasi tindakannya sebagai suatu perilaku yang wajar, yang secara moral dapat diterima dalam suatu masyarakat yang normal. Pelaku Fraud selalu berusaha untuk melegitimasi perbuatannya dengan berupaya untuk mencari-cari alasan. Hal ini dilakukan untuk menenangkan perasaan yang bersangkutan sehingga jika dilakukan tidak menimbulkan ketakutan dalam dirinya.
Pada penelitian kali ini peneliti
memproyeksikan rasionalisasi
(pembenaran) dengan Budaya Organisasi. Budaya organisasi merupakan nilai, norma, dan konsep dasar yang dianut oleh anggota organisasi yang mempengaruhi perilaku dan cara kerja anggota organisasi. Peran budaya organisasi sangat penting, yaitu sebagai penentu arah, mana yang boleh dilakukan dan mana yang tidak boleh
dilakukan, bagaimana mengelola dan
mengalokasikan sumber daya organisasi serta sebagai alat untuk menghadapi
masalah dan peluang dari lingkungan internal dan eksternal Lako (dalam Adinda, 2015).
Pengaruh Budaya Organisasi
terhadap Kecenderungan Kecurangan
Akuntansi (Fraud) di Sektor Pemerintahan
dalam penelitian yang dilakukan
Sulistiyowati (2007), mengatakan bahwa kultur organisasi berpengaruh terhadap
persepsi aparatur pemerintah daerah
tentang tindak korupsi. Selain itu penelitian
yang dilakukan oleh Adinda (2015),
mengatakan budaya organisasi
berpengaruh terhadap kecenderungan
kecurangan (fraud).
H3 : Budaya Organisasi berpengaruh
terhadap Kecenderungan
kecurangan (Fraud) pada Lembaga
Perkreditan Desa (LPD)
Se-Kecamatan Susut.
Penelitian mengenai kecurangan
(Fraud) sebelumnya telah banyak dilakukan
oleh beberapa peneliti. Berdasarkan
penelitian yang dilakukan Zainal (2013) efektivitas pengendalian intern, kesesuaian
kompensasi dan asimetri informasi
berpengaruh terhadap kecenderungan
kecurangan akuntansi. Sedangakan
penelitian yang dilakukan Giarini (2015)
efektivitas pengendalian internal
berpengaruh terhadap kecenderungan
kecurangan akuntansi, kesesuaian
kompensasi tidak berpengaruh terhadap
kecenderungan kecurangan akuntansi,
asimetri informasi tidak berpengaruh
terhadap kecenderungan kecurangan
akuntansi.
Perbedaan hasil juga ditemukan
pada penilitian yang dilakukan oleh
Zulkarnain (2013) keefektifan sistem pengendalian intern berpengaruh negatif terhadap fraud di sektor pemerintahan,
kesesuaian kompensasi berpengaruh
negatif terhadap fraud di sektor
pemerintahan, tidak terdapat pengaruh antara kultur organisasi dengan fraud di sektor pemerintahan, perilaku tidak etis berpengaruh positif terhadap fraud di sektor
pemerintahan, gaya kepemimpinan
berpengaruh negatif dengan fraud di sektor
pemerintahan, sistem pengendalian internal pengaruh negatif terhadap fraud di sektor pemerintahan, tidak terdapat pengaruh penegakan hukum terhadap fraud di sektor pemerintahan.
Selain itu perbedaan hasil juga ditemukan pada penelitian dari Adinda (2015) keefektifan pengendalian intern
berpengaruh negatif terhadap
kecenderungan kecurangan (fraud) di
sektor pemerintahan, kultur organisasi
berpengaruh negatif terhadap
kecenderungan kecurangan (fraud) di
sektor pemerintahan, tidak terdapat
pengaruh kesesuaian kompensasi dengan
kecenderungan kecurangan (fraud) di
sektor pemerintahan, tidak terdapat
pengaruh penegakan peraturan dengan
kecenderungan kecurangan (fraud) di
sektor pemerintahan, keadilan distributif
berpengaruh positif terhadap
kecenderungan kecurangan (fraud) di
sektor pemerintahan, keadilan prosedural pengaruh negatif terhadap kecenderungan kecurangan (fraud) di sektor pemerintahan, komitmen organisasi pengaruh negatif
terhadap kecenderungan kecurangan
(fraud) di sektor pemerintahan.
Berdasarkan uraian di atas, maka tujuan yang ingin dicapai peneliti adalah untuk mengetahui pengaruh keefektifan
pengendalian internal terhadap
kecenderungan kecurangan (fraud) Pada
Lembaga Perkreditan Desa (LPD) Se-Kecamatan Susut, pengaruh kesesuaian
kompensasi terhadap kecenderungan
kecurangan (fraud) Pada Lembaga
Perkreditan Desa (LPD) Se-Kecamatan
Susut, pengaruh budaya organisasi
terhadap kecenderungan kecurangan
(fraud) Pada Lembaga Perkreditan Desa
(LPD) Se-Kecamatan Susut.
METODE
Penelitian ini dilakukan dengan
metode penelitian kuantitatif. Variabel yang digunakan yaitu keefektifan pengendalian internal, kesesuaian kompensasi, budaya
organisasi dan kecenderungan kecurangan (fraud).
Tempat penelitian ini adalah Lembaga Perkreditan Desa (LPD) di Kecamatan Susut. Jenis data yang digunakan adalah data primer yang didapat dari jawaban kuesioner semua karyawan LPD. Jumlah
LPD yang digunakan sebagai lokasi
penelitian sebanyak 7 LPD dari 39 LPD dengan kriteria pemilihan LPD berdasarkan LPD yang tidak dalam kondisi sehat dan LPD tersebut masih aktif dalam kegiatan operasionalnya. Kuesioner yang disebar dalam penelitian ini adalah 40 kuesioner, kuesioner yang kembali sebanyak 39 kuesioner, kuesioner yang tidak diisi sebanyak 1 kuesioner, sehingga total kuesioner yang dapat digunakan dalam
penelitian ini adalah sebanyak 39
kuesioner.
Setelah data terkumpul, maka
dilakukan uji kualitas data yaitu uji validitas dan reliabilitas. Data yang handal adalah data yang memenuhi kriteria validitas dan reliabilitas data tersebut. Setelah uji kualitas data, data akan diuji menggunakan uji asumsi klasik yang terdiri dari uji normalitas,
uji multikolinieritas, dan uji
heterokedastisitas. Dalam penelitian ini digunakan teknik analisis regresi linier
berganda dengan uji hipotesis
menggunakan uji t untuk mengetahui
pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat secara parsial. Selain uji-uji tersebut dilakukan juga uji koefisien determinasi. Nilai R square (R2) atau nilai koefisien
determinasi pada intinya mengukur
seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen.
Keseluruhan uji yang dilakukan
menggunakan bantuan SPSS versi 22.00
for windows.
HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil
Hasil uji kualitas data yang pertama
yaitu uji validitas dihitung dengan
menggunakan pearson correlation, hasil uji
menunjukkan setiap butir pernyataan
dikatakan valid karena nilai rhitung > nilai rtabel.
Hasil uji kualitas data yang kedua yaitu uji reliabilitas menunjukkan bahwa
masing-masing variabel menunjukkan Cronbach’s
Alpha lebih besar dari 0,6 maka dapat
dinyatakan instrumen penelitian ini reliabel. Setelah uji validitas dan uji reliabilitas selesai dilanjutkan dengan uji asumsi klasik. Uji asumsi klasik yang pertama yaitu uji normalitas. dapat dilihat pada tabel 1. yang menunjukkan hasil uji dengan metode Kolmogorov-Smirnov diproleh nilai 0,657 yang lebih besar dari 0,05 (0,657 > 0,05) yang berarti bahwa semua data terdistribusi secara normal.
Tabel 1 Hasil Uji Normalitas
Sumber: Output SPSS 22.0 (2016)
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized Residual
N 39
Normal Parametersa,b Mean 0,0000000
Std. Deviation 1.89220573
Most Extreme Differences Absolute 0,117
Positive 0,114
Negative -0,117
Kolmogorov-smirnov Z 0,732
Selanjutnya hasil uji asumsi klasik yang kedua yaitu uji multikolonieritas. Uji multikolinieritas digunakan untuk menguji apakah terdapat hubungan linier atau korelasi yang kuat diantara variable-variabel independen dalam model regresi. Menurut Santoso (2011) model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi antara
variable independen. Hasil uji
multikolinieritas dapat dilihat pada tabel 2 yang menunjukkan bahwa hasil perhitungan
nilai tolerance menunjukkan semua variabel independen mempunyai nilai lebih besar dari 0,10 (Tolerance value > 0,10) dan VIF semua variabel independen mempunyai nilai kurang dari 10 (VIF < 10) yang artinya
tidak ada korelasi antar variabel
independen. Oleh karena itu, dapat diambil
kesimpulan bahwa tidak terdapat
multikolinieritas pada model regresi
penelitian.
Tabel 2 Hasil Uji Multikolieritas
Coefficientsa
Model
Collinearity Statistics Keterangan
Tolerance VIF
1 2 3
Keefektifan pengendalian
Internal (X1) 0,939 1,065 Tidak terjadi multikolinieritas
Kesesuaian Kompensasi (X2) 0,832 1,202 Tidak terjadi multikolinieritas
Budaya organisasi (X3) 0,785 1,273 Tidak terjadi multikolinieritas
a. Dependent Variable: Y
Sumber: Output SPSS 22.0 (2016)
Uji asumsi klasik yang ketiga yaitu uji heterokedastisitas yang bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual atau pengamatan ke pengamatan yang lain.
Untuk menguji, digunakan scatter plot
antara nilai prediksi variabel dependen (ZPRED) dengan residualnya (SRESID).
Gambar 1.Hasil Uji heterokedastisitas
Sumber: Output SPSS 22.0 (2016)
Hasil uji heterokedastisitas dengan
menggunakan scatter plot dapat dilihat
pada gambar 1 yang menunjukkan bahwa
titik-titik menyebar secara acak dan tidak membentuk suatu pola tertentu, serta tersebar baik di atas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y. Hal ini berarti tidak terjadi heterokedastisitas pada model regresi, sehingga model regresi layak digunakan.
Setelah model regresi melewati uji kualitas data dan uji asumsi klasik maka selanjutnya dilakukan uji analisis regresi linier berganda yang dilanjutkan dengan
melakukan uji koefisien determinasi.
Koefisien determinasi (R2) pada intinya
mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen. uji t untuk mengetahui pengaruh secara parsial Hasil uji regresi linier berganda dapat dilihat pada tabel 3 yang menunjukkan bahwa persamaan regresi linier berganda yang dihasilkan adalah sebagai berikut:
Tabel 3 Hasil Uji Analisis Regresi Linier Berganda Coefficientsa Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients t Sig. B Std. Error Beta 1 (Constant) 43.958 4.784 9,190 0,000 X_1 -0,900 0,207 -0,494 -4,357 0,000 X_2 -0,134 0,057 -0,281 -2,331 0,026 X_3 -0,232 0,092 -0,313 -2.525 0,016 a. Dependent Variable: Y Sumber: Output SPSS 22.0 (2016)
Berdasarkan mode persamaan
regresi linier berganda tersebut, maka dapat dijelaskan nilai konstanta sebesar 43,958
menyatakan bahwa jika variabel
independen Keefektifan Pengendalian
Internal (X1), Kesesuaian Kompensasi (X2),
dan Budaya Organisasi (X3) dianggap nol
maka variabel dependen Kecenderungan Kecurangan (Fraud) (Y) adalah sebesar
43,958. Koefisien regresi Keefektifan
Pengendalian Internal (X1) sebesar -0,900
berarti apabila terdapat penambahan
Keefektifan Pengendalian Internal sebesar
1 satuan, maka Kecenderungan
Kecurangan (Fraud) (Y) mengalami
penurunan sebesar -0,900. Koefisien
regresi Kesesuaian Kompensasi (X2)
sebesar -0,134 berarti apabila terdapat
penambahan Kesesuaian Kompensasi
sebesar 1 satuan, maka Kecenderungan Kecurangan (Fraud) (Y) akan mengalami
penurunan sebesar -0,134. Koefisien
regresi Budaya Organisasi (X3) sebesar
-0,232 berarti apabila terdapat penambahan Budaya Organisasi sebesar 1 satuan, maka
Kecenderungan Kecurangan (Fraud) (Y)
akan mengalami penurunan sebesar -0,232. Hasil uji koefisien determinasi dapat dilihat pada tabel 4 yang menunjukkan
bahwa nilai Adjusted R Square sebesar
0.542. Pada uji ini digunakan nilai Adjusted R2 , dimana nilai Adjusted R2 dapat naik
atau turun apabila satu variabel independen
ditambahkan ke dalam model. Hal ini
mengindikasikan bahwa kontribusi variabel
keefektifan pengendalian internal,
kesesuaian kompensasi dan budaya
organisasi sebesar 0,542 yang berarti variabilitas variabel dependen yang dapat dijelaskan oleh variabilitas variabel-variabel
independen sebesar 54,2 persen,
sedangkan sebesar 45,8 persen dijelaskan oleh faktor-faktor lainnya yang tidak diuji dalam penelitian ini.
Tabel 4 Hasil Uji Koefisien Determinasi (R2)
Model Summaryb
Model R R Square
Adjusted R
Square Std. Error of the Estimate
1 0,760a 0,578 0,542 1,972
Sumber: Output SPSS 22.0 (2016)
Setelah uji regresi linier berganda
dan koefisisen determinasi, maka
dilanjutkan dengan uji secara parsial dengan menggunakan uji t yang dapat dilihat pada tabel 3.
Pengaruh Keefektifan Pengendalian Internal terhadap Kecenderungan kecurangan (Fraud) Pada Lembaga Perkreditan Desa (LPD) Se-Kecamatan
Susut.
Berdasarkan hasil pengujian yang
variabel keefektifan pengendalian internal memiliki thitung sebesar 4.357 > ttabel sebesar
2.030 dan nilai probabilitas yaitu sebesar 0,000 < 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa
keefektifan pengendalian internal
berpengaruh terhadap kecenderungan
kecurangan (fraud). Sehingga hipotesis 1
yang menyatakan bahwa keefektifan
pengendalian internal terhadap
kecenderungan kecurangan (fraud)
diterima.
Secara teori, menurut Mulyadi
(2008) Sistem Pengendalian Internal adalah suatu proses yang dijalankan oleh dewan komisaris, manajemen, dan personel lain, yang didesain untuk memberikan keyakinan memadai tentang pencapaian tiga golongan tujuan yakni kendala pelaporan keuangan, kepatuhan terhadap hukum dan peraturan yang berlaku, efektivitas dan efisiensi operasi. Menurut Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) seperti dinyatakan dalam PSA No. 69
(IAI,2001:319.2), Pengendalian intern
adalah suatu proses yang dijalankan oleh dewan komisaris, manajemen, dan personil
lain entitas yang didesain untuk
memberikan keyakinan memadai tentang pencapaian tiga golongan tujuan berikut ini: (a) keandalan pelaporan keuangan, (b) efektivitas dan efisiensi operasi, dan (c) kepatuhan terhadap hukum dan peraturan yang berlaku.
Hasil penelitian ini menunjukkan apabila keefektifan sistem pengendalian internal pada LPD Se-Kecamatan Susut
ditingkat efektivitasnya maka
kecenderungan kecurangan (fraud) akan
menurun. Pada LPD di Kecamatan Susut yang dijadikan sebagai lokasi penelitian telah menerapkan sistem pengendalian internal yang baik. Hal ini dapat dilihat dari adanya lingkungan pengendalian yang telah
baik. Lingkungan pengendalian
menyediakan arahan bagi organisasi dan mempengaruhi kesadaran pengendalian dari orang-orang yang ada di dalam organisasi tersebut.
Berdasarkan hasil kuesioner dapat disimpulkan bahwa LPD di Kecamatan
Susut apabila menerbitkan laporan
keuangan, maka otorisasi transaksi harus dilaksanakan dan bukti pendukung harus disertakan. Hal tersebut merupakan bagian dari proses memanajemen risiko agar LPD di Kecamatan Susut mampu menentukan bagaimana suatu risiko harus dikelola untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Selain itu otorisasi transaksi dan penyertaan bukti pendukung juga dilaksanakan untuk mengantisipasi indikasi kecurangan yang terjadi pada LPD di Kecamatan susut. Namun yang masih kurang dan perlu
diterapkan lebih baik pada LPD di
Kecamatan Susut adalah menerapkan peraturan untuk dilakukannya pemantauan dan evaluasi atas aktivitas operasi untuk pelaksanaan pengendalian internal. Secara empiris, hasil penelitian ini mendukung hasil penelitian yang dilakukan oleh Adinda (2015), Zulkarnain (2013), Zainal (2013) dan Shintadevi (2015).
Pengaruh Kesesuaian Kompensasi terhadap Kecenderungan kecurangan
(Fraud) Pada Lembaga Perkreditan Desa
(LPD) Se-Kecamatan Susut
Berdasarkan hasil pengujian yang
telah dilakukan menunjukkan bahwa
variabel kesesuaian kompensasi memiliki thitung sebesar 2,331 > ttabel sebesar 2.030
dan nilai probabilitas yaitu sebesar 0,026 <
0,05. Hal ini menunjukkan bahwa
kesesuaian kompensasi berpengaruh
terhadap kecenderungan kecurangan
(fraud). Sehingga hipotesis 2 yang
menyatakan bahwa kesesuaian kompensasi terhadap kecenderungan kecurangan (fraud) diterima.
Secara teori, Kompensasi adalah semua pendapatan yang berupa uang maupun barang, baik itu secara langsung atau tidak langsung, bertujuan untuk balas jasa terhadap perusahaan (Hasibuan& Malayu, 2002). Menurut Rivai (2010), kompensasi merupakan sesuatu yang
diterima karyawan sebagai pengganti
kontribusi jasa mereka pada perusahaan.
Faktor pendorong penting yang
adanya kebutuhan dalam diri manusia yang harus dipenuhi.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa keseuaian kompensasi yang tinggi akan mengurangi tingkat kecenderungan
kecurangan (fraud) pada LPD di Kecamatan
Susut. Pemberian kompensasi pada LPD di Kecamatan Susut sudah sangat baik,
dimana kompensasi diberikan sesuai
dengan jabatan karyawan di LPD tersebut. Selain itu, tunjangan-tunjangan lain juga diberikan, seperti tunjangan hari raya. Dengan adanya kompensasi yang baik maka akan meningkatkan kinerja karyawan LPD sehingga tujuan LPD dapat tercapai dengan baik. Oleh karena itu, dengan tingkat kesesuaian kompensasi yang tinggi
maka kecenderungan kecurangan (fraud)
akan dapat dikurangi.
Berdasarkan hasil kuesioner dapat disimpulkan bahwa pengurus dan karyawan pada LPD di Kecamatan Susut sudah
memperoleh tunjangan kinerja sesuai
dengan hasil pekerjaannya. Pemberian tunjangan kinerja yang sesuai dengan hasil pekerjaannya akan mendorong pengurus dan karyawan untuk bekerja lebih baik sesuai dengan tugas dan fungsinya. Secara umum pemberian kompensasi pada LPD di Kecamatan Susut untuk pengurus dan karyawan sudah sesuai, namun dari jawaban yang diberikan oleh responden menunjukkan bahwa LPD di Kecamatan
Susut dalam memberikan tambahan
penghasilan bagi karyawan yang bekerja lembur masih kurang. Oleh sebab itu perlu
diberikan upah lembur yang sesuai
sehingga kecenderungan kecurangan dapat dihindari. Secara empiris, hasil penelitian ini mendukung penelitian yang dilakukan oleh Zainal (2013) dan Shintadevi (2015).
Pengaruh Budaya Organisasi terhadap Kecenderungan kecurangan (Fraud) Pada Lembaga Perkreditan Desa (LPD) Se-Kecamatan Susut
Berdasarkan hasil pengujian yang
telah dilakukan menunjukkan bahwa
variabel budaya organisasi memiliki thitung
sebesar 2,525 > ttabel sebesar 2.030 dan
nilai probabilitas yaitu sebesar 0,016 < 0,05.
Hal ini menunjukkan bahwa budaya
organisasi berpengaruh terhadap
kecenderungan kecurangan (fraud).
Sehingga hipotesis 3 yang menyatakan
bahwa budaya organisasi terhadap
kecenderungan kecurangan (fraud)
diterima.
Secara teori, Budaya Organisasi
Menurut Moeljono (dalam Zulkarnain,
2013), budaya organisasi adalah sistem nilai-nilai yang diyakini semua anggota organisasi dan yang dipelajari, diterapkan
serta dikembangkan secara
berkesinambungan, berfungsi sebagai
sistem perekat, dan dapat dijadikan acuan
berperilaku dalam organisasi untuk
mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa apabila budaya organisasi yang ada
pada LPD baik dan kuat maka
kecenderungan kecurangan (fraud) akan
dapat dikurangi. Budaya organisasi pada
LPD di Kecamatan Susut sudah
berkembang dengan baik, hal ini dapat dilihat dari karyawan yang mampu bekerja dengan baik, karyawan juga memiliki sikap yang ramah dalam pergaulannya, karyawan
memiliki banyak inisiatif dalam
meningkatkan kinerja guna pencapaian tujuan LPD.
Berdasarkan hasil kuesioner dapat disimpulkan bahwa secara umum budaya organisasi yang diterapkan pada LPD di Kecamatan Susut sangatlah baik, terutama
pada saat melaksanakan kegiatan
pertemuan (rapat). Pengurus dan karyawan LPD di Kecamatan Susut dapat melaksakan pertemuan (rapat) secara tepat waktu. Ketepatan waktu menunjukkan sikap disiplin yang tinggi baik bagi personal maupun
organisasi. Namun karyawan dalam
mencurahkan kemampuannya untuk
bekerja masih rendah jika dibandingkan dengan indikator yang lain seperti bersikap ramah dan hangat, mempunyai inisiatif atau prakarsa, ketepatan waktu dalam setiap pertemuan rapat dan selalu memperhatikan biaya yang dikeluarkan. Karyawan kurang
mencurahkan kemampuannya untuk
bekerja biasanya disebabkan oleh
ketidakmampuan karyawan dalam
memanajemen masalah pribadi dan
masalah organisasi, selain itu karena karyawan tidak memiliki percaya diri dalam
mencurahkan seluruh kemampuannya
untuk bekerja. Oleh sebab itu manajemen LPD perlu memberikan motivasi dan
pelatihan agar karyawan mampu
mencurahkan seluruh kemampuannya
untuk bekerja dengan jujur sesuai dengan tugas dan fungsinya. Secara empiris, hasil penelitian ini mendukung penelitian yang dilakukan oleh Adinda (2015).
SIMPULAN DAN SARAN SIMPULAN
Dari penelitian yang telah dilakukan peneliti, maka dapat diambil simpulan yaitu
(1) Keefektifan pengendalian internal
memiliki pengaruh negatif dan signifikan
terhadap kecenderungan kecurangan
(Fraud) akuntansi. Hal ini berarti apabila
keefektifan pengendalian internal semakin
meningkat maka mengakibatkan
kecenderungan kecurangan (Fraud)
akuntansi semakin menurun. (2)
Kesesuaian kompensasi memiliki pengaruh
negatif dan signifikan terhadap
kecenderungan kecurangan (Fraud)
akuntansi. Hal ini berarti apabila kesesuaian kompensasi semakin meningkat maka mengakibatkan kecenderungan kecurangan
(Fraud) akuntansi semakin menurun. (3)
Budaya organisasi memiliki pengaruh
negatif dan signifikan terhadap
kecenderungan kecurangan (Fraud)
akuntansi. Hal ini berarti apabila Budaya
organisasi semakin meningkat maka
mengakibatkan kecenderungan kecurangan
(Fraud) akuntansi semakin menurun.
SARAN
Berdasarkan hasil penelitian dan simpulan di atas, adapun saran yang dapat diberikan yaitu pertama bagi Lembaga Perkreditan Desa (LPD) Untuk mengurangi tingkat kecenderungan kecurangan (fraud)
maka perlu meningkatkan keefektifan
sistem pengendalian internal, kesesuaian
kompensasi bagi karyawan, dan
memperkuat budaya organisasi. Kedua bagi
pihak manajemen LPD agar lebih
memperhatikan keefektifan sistem
pengendalian internal, kesesuaian
kompensasi, dan budaya organisasi
sehingga dapat mengurangi tingkat
kecenderungan kecurangan (fraud) pada
LPD. Ketiga Bagi Penelitian Selanjutnya
yang berniat melakukan penelitian
mengenai kecenderungan kecurangan
(fraud) agar dapat mengembangkan
penelitian ini lebih lanjut dan
mempetimbangkan variabel lain yang belum diuji dalam penelitian ini, seperti keadilan distributif, keadilan prosedural, komitmen organisasi, asimetri informasi, perilaku tidak etis, dan gaya kepemimpinan.
DAFTAR PUSTAKA
Adinda, Yanita Maya. 2015. Faktor Yang
Mempengaruhi Terjadinya
Kecurangan (Fraud) Di Sektor
Pemerintahan Kabupaten Klaten.
Skripsi: Universitas Negeri
Semarang.
Giarini, Frisaha Lorista. 2015. Pengaruh
Efektivitas Pengendalian
Internal,Kesesuaian Kompensasi
Dan Asimetri Informasi Terhadap
Kecenderungan Kecurangan
Akuntansi (Studi Empiris pada
Universitas Muhammadiyah
Surakarta). Skripsi. Universitas
Muhammadiyah Surakarta.
Hasibuan, Malayu S.P. 2002. Manajemen
Sumber Daya Manusia. Jakarta:
Bumi Aksara.
Ikatan Akuntan Indonesia. 2011. PSA No 69
SA Seksi 319. Pertimbangan atas
Pengendalian Intern dalam Audit Laporan Keuangan.
Mulyadi. 2008. Auditing. Edisi Keenam. Jakarta: Salemba Empat.
Najahningrum, Anik Fatun. 2013.
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi
Kecenderungan Kecurangan
(Fraud): Persepsi Pegawai Dinas
Provinsi DIY. Skripsi. Universitas
Negeri Semarang.
Nawawi, Hadari. 2001. Manajemen Sumber
Daya Manusia. Jakarta: Bumi
Aksara.
Pemerintah Daerah Kabupaten Bangli.
2015. Data Perkembangan LPD Se
Kabupaten BangliTahun 2014-2015.
Pemerintah Daerah Provinsi Bali. 2002. Peraturan Daerah Provinsi Bali No.
8. Lembaga Perkreditan Desa.
Pristiyanti, Ika Ruly.2012. Persepsi
Pegawai Instansi Pemerintah
Mengenai Faktor-Faktor yang
Mempengaruhi Fraud di Sektor
Pemerintahan. Skripsi. Fakultas
Ekonomi UNNES.
Rivai, V. 2010. Manajemen Sumber Daya
Manusia Untuk Perusahaan.
Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Shintadevi, Prekanida Farizqa. 2015.
Pengaruh Keefektifan Pengendalian Internal, Ketaatan Aturan Akuntansi
Dan Kesesuaian Kompensasi
Terhadap Kecenderungan
Kecurangan Akuntansi dengan
Perilaku Tidak Etis Sebagai Variabel Intervening Pada Universitas Negeri
Yogyakarta. Skripsi. Universitas
Negeri Yogyakarta.
Tunggal, Amin Widjaja. 2011. Pengantar
Internal Auditing. Jakarta :
Harvarindo.
Wexley dan Yukl. 2003. Perilaku Organisasi
dan Psikologi Personalia. Jakarta:
Rineka Cipta.
Wilopo. 2006. Analisis Faktor-faktor yang
Berpengaruh Terhadap
Kecenderungan Kecurangan
Akuntansi : Studi Pada Perusahaan Publik dan Badan Usaha Milik
Negara di Indonesia. Disampaikan
dalam Simposium Nasional
Akuntansi 9, K-AKPM 19.
Zainal, Rizki. 2013. Pengaruh Efektivitas
Pengendalian Intern, Asimetri
Informasi Dan Kesesuaian
Kompensasi Terhadap
Kecenderungan Kecurangan
Akuntansi (Fraud). Skripsi.
Universitas Negeri Padang.
Zulkarnain, Rifqi Mirza. 2013. Analisis
Faktor yang Mempengaruhi
Terjadinya Fraud pada Dinas Kota
Surakarta. Skripsi: Universitas