• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGKAJIAN BEBERAPA VARIETAS UNGGUL BARU TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI PADI SAWAH

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGKAJIAN BEBERAPA VARIETAS UNGGUL BARU TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI PADI SAWAH"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

 

PENGKAJIAN BEBERAPA VARIETAS UNGGUL BARU

TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI PADI SAWAH

Assessment of some new variety on growth and production of lowland rice

Arafah dan Najmah

E-mail : arafahthalib@yahoo.com

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sulawesi (BPTP) Selatan Jl. Perintis Kemerdekaan KM 17,5. Makassar. Fax : (0411) 554522

ABSTRAK

Pengkajian beberapa varietas unggul baru terhadap pertumbuhan dan produksi padi sawah telah dilaksanakan dengan tujuan untuk mendapatkan varietas unggul baru padi yang dapat beradaptasi baik dan memberikan hasil tinggi. Kegiatan ini dilaksanakan di Kelurahan Dua Limpoe, Kecamatan Maniangpajo, Kabupaten Wajo, tanam tanggal 3 Mei 2008 dan panen tanggal 15 Agustus 2008. Percobaan disusun dalam Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan 3 ulangan, luas plot 4 x 5m. Susunan perlakuan adalah (1) Varietas Gilirang, (2) Varietas Conde, (3) Varietas Konawe, (4) Varietas Angke, (5) Varietas Mekongga, (6) Varietas Pepe, (7) Varietas Bondoyudo, (8) Varietas Setail, (9) Varietas Sarinah, (10) Varietas Logawa, dan (11) Varietas Cilosari. Hasil gabah yang tertinggi diperoleh pada varietas Gilirang yaitu sebesar 8.800 kg ha-1 kemudian varietas Sarinah dan Mekongga dengan hasil masing-masing

8.640 dan 8.160 kg ha-1.

Kata kunci: Padi sawah, pertumbuhan, dan Produksi

ABSTRACT

Assessment of some new varieties on the growth and production of paddy has been carried out in order to obtain new high yielding varieties of rice that can adapt well and give high results. This event was held in Dua Limpoe Village, Maniangpajo District, Wajo, planting date of May 3, 2008 and harvested on August 15, 2008. The experiment was arranged in a Randomized Block Design (RBD) with 3 replications, plot 4 x 5m wide. The composition of the treatment are (1) Gilirang Variety, (2) Conde Variety, (3) Konawe Variety, (4) Angke Variety, (5) Mekongga Variety, (6) Pepe Variety, (7) Bondoyudo Variety, (8) Setail Variety, (9) Sarinah Variety, (10) Logawa Variety, and (11) y CilosariVariet. The highest grain yield was obtained at Gilirang varieties that is equal to 8800 kg ha-1 and varieties Sarinah and Mekongga

with the results of each of 8640 and 8160 kg ha-1.

Key words: lowland rice, growth, and Production

PENDAHULUAN

Salah satu inovasi teknologi yang cepat berkembang, namun lambat sampai dilahan petani adalah penerapan varietas unggul baru (VUB). Hingga saat ini sudah banyak varietas unggul baru padi yang sudah dirakit dan dilepas oleh Badan Litbang Pertanian, tetapi yang di-gunakan dan dikembangkan petani

masih terbatas (Badan Litbang Pertanian, 2007). Oleh karena itu, perlu upaya in-tensif untuk mensosialisasikan varietas-varietas unggul baru tersebut secara lebih luas kepada pengguna seperti pada loaksi prima tani.

Penggunaan varietas unggul baru merupakan teknologi andalan yang se-cara luas digunakan masyarakat, murah

(2)

dan memiliki kompatibilitas yang tinggi dengan teknologi maju lainnya. Peng-gunaan varietas unggul tersebut me-mungkinkan Indonesia mencapai swa-sembada beras. Maka dari itu, fokus program pemuliaan tanaman masih terus ditingkatkan pada upaya penye-diaan varietas unggul yang lebih baik dari varietas yang telah ada (Manwan, 1997).

Menurut Baehaki (1996), varietas unggul yang dilepas saat ini baru sekitar 10% dari kebutuhan nasional. Disamping itu, pelepasan varietas unggul masih bersifat nasional dan belum mempertim-bangkan kesesuaian lingkungan dan agroekologi spesifik sehingga menyebab-kan rendahnya produktivitas beberapa komoditas pertanian unggulan. Hal ini sangat dirasakan oleh petani dan kon-sumen.

Varietas unggul merupakan salah satu teknologi yang berperan penting dalam peningkatan kuantitas dan kuali-tas produk pertanian. Kontribusi nyata varietas unggul terhadap peningkatan produksi padi nasional antara lain ter-cermin dari pencapaian swasembada beras pada tahun 1984. Hal ini terkait dengan sifat-sifat yang dimiliki oleh varietas unggul padi, antara lain berdaya hasil tinggi, tahan terhadap hama dan penyakit utama, umur genjah sehingga sesua i dikembangkan dalam ponam ter-tentu, dan rasa nasi enak (pulen) dengan kadar protein relative tinggi (Suprihatno et al., 2007).

Berdasarkan hal tersebut diatas dilakukan pengkajian beberapa varietas unggul baru terhadap pertumbuhan dan produksi padi sawah dengan tujuan untuk mendapatkan varietas unggul baru padi yang dapat beradaptasi baik dan memberikan hasil tinggi.

BAHAN DAN METODE

Kegiatan ini dilaksanakan pada lahan semi intensif pada Labora-torium Agribisnis Prima Tani di Kelu-rahan Dua Limpoe, Kecamatan Ma-niangpajo, Kabupaten Wajo Sulawesi Selatan. Kegiatan ini dilaksanakan di lahan petani, tanam tanggal 3 Mei 2008 dan panen tanggal 15 Agustus 2008. Bibit ditanam pada umur 14 hari setelah semai dengan sistem tanam legowo 2:1 di-tanam 1-3 bibit per rumpun dengan jarak tanam 25 x 12,5 x 50 cm. Pemupukan P, K dan S dilakukan berdasarkan reko-mendasi hasil analisis tanah oleh Balai Penelitian Tanah Bogor, 2007 yaitu dengan dosis 50 kg SP-36, 50 kg KCl dan 50 kg ZA ha-1, sedangkan pemupukan

urea yaitu dengan dosis 250 kg ha-1

di-laksanakan berdasarkan hasil peng-amatan bagan warna daun (BWD). Pengendalian hama penyakit dilakukan berdasarkan pengelolaan hama terpadu (PHT), sedangkan pengendalian gulma dilakukan dengan menggunakan her-bisida dan penyiangan tangan.

Perlakuan disusun dalam Ran-cangan Acak Kelompok (RAK) dengan 3 ulangan dan ukuran plot 5 x 4 m. Ada 11 varietas unggul baru yang ditanam dengan susunan perlakuan adalah (1) Varietas Gilirang, (2) Varietas Conde, (3) Varietas Konawe, (4) Varietas Angke, (5) Varietas Mekongga, (6) Varietas Pepe, (7) Varietas Bondoyudo, (8) Varietas Setail, (9) Varietas Sarinah, (10) Varietas Lo-gawa, dan (11) Varietas Cilosari.

Data yang dikumpulkan untuk mengetahui tingkat adaptasi masing-masing varietas berupa komponen per-tumbuhan, komponen produksi dan hasil gabah,

(3)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Tinggi tanaman

Hasil rata-rata pengamatan per-tumbuhan tinggi tanaman (Tabel 1) se-cara statistik menunjukkan bahwa per-tumbuhan tinggi tanaman dari berbagai varietas yang ditanam bervariasi antara 87,73 sampai 103,47 cm. Varietas Cilosari dan Sarinah memberikan pertumbuhan tinggi tanaman yang paling tinggi dengan tinggi tanaman masing-masing 103,47 dan 102,13 cm berbeda nyata di-bandingkan dengan varietas lainnya. Se-dangkan yang paling rendah diperoleh pada varietas Logawa dan konawe dengan tinggi masing-masing hanya 87,73 dan 89,13 cm. Dengan demikian pertumbuhan tinggi bervariasi dari se-tiap varietas akibat dari faktor genetik dari masing-masing varietas yang ber-beda sehingga pertumbuhan di lapangan juga memberikan penampilan yang ber-beda, terutama dalam hal pertumbuhan tinggi tanaman. Seperti dikemukakan Sujitno et al. (2011) bahwa tinggi tanam-an dipengaruhi oleh sifat genetik dtanam-an kondisi lingkungan timbuh tanaman. Berhubungan dengan tinggi tanaman, petani lebih menyukai tanaman dengan tinggi tanaman yang tidak terlalu tinggi, hal ini berkaitan dengan tingkat ke-tahanan tanaman terhadap keadaan cuaca seperti hujan dan angin, dimana tanaman dengan tinggi tanaman lebih tinggi biasanya mudah rebah.

Jumlah anakan

Hasil rata-rata pengamatan per-tumbuhan jumlah anakan produktif (Tabel 1) secara statistik menunjukkan bahwa pertumbuhan jumlah anakan produktif dari berbagai varietas yang ditanam tidak jauh beda kecuali varietas Cilosari yang memberikan jumlah

anak-an kuranak-ang yaitu hanak-anya 11,47 batanak-ang. Jumlah anakan produktif yang paling tinggi diperoleh pada varietas konawe menyusul Conde dan Gilirang dengan jumlah anakan produktif masing-masing 17,47, 17,0 dan 16,4 batang per rumpun. Hal ini menunjukkan bahwa varietas konawe, conde dan gilirang memiliki daya adatasi yang cukup baik sehingga dapat memperoleh jumlah anakan yang lebih banyak dibanding dengan varietas lainnya. Hasil penelitian A. Krismawati, et al. (2011), bahwa jumlah anakan ber-beda dari setiap varietas dan daya adaptasi dari varietas yang berbeda di mana ditentukan oleh interaksi antara genotipe dan lingkungan. Sehubungan dengan jumlah anakan ini petani lebih menyenangi tanaman padi dengan jum-lah anakan yang sedang dan menjadi produktif semuanya, artinya bahwa jum-lah anakan mampu memberikan pertam-bahan jumlah gabah isi yang lebih banyak dibanding dengan gabah hampa.

Panjang malai

Hasil rata-rata pengamatan pan-jang malai (Tabel 1) secara statistik me-nunjukkan bahwa pertumbuhan panjang malai dari berbagai varietas yang di-tanam bervariasi antara 23,07 sampai 32,4 cm. Panjang malai yang paling tinggi diperoleh pada varietas Gilirang yaitu sebesar 32,4 dan berbeda nyata dengan varietas lainnya, sedangkan yang paling rendah diperoleh pada varietas Bonodyudo dan Angke yaitu masing-masing hanya 23,07 dan 23,4 cm. Dengan demikian varietas Gilirang dengan pan-jang malai 32,4 cm memiliki adaptasi yang baik pada lokasi kegiatan ini dilak-sanakan dibanding dengan varietas lain-nya. Hasil penelitian Sirappa et al. (2009) bahwa panjang malai dipengaruhi oleh

(4)

faktor genetik dari varietas serta daya adaptasi varietasa itu pada lingkungan tumbuh tanaman. Panjang malai ini dapat diterima petani dengan baik dengan kriterian tanaman padi memilki panjang malai yang optimal dan me-miliki gabah yang tingkat pematangan yang serempak dan tidak terdapat butir hijau.

Jumlah gabah per malai

Hasil rata-rata pengamatan jum-lah gabah per malai (Tabel 1) secara statistik menunjukkan variasi diantara varietas yang ditanam. Varietas Gilirang memberikan jumlah gabah per malai yang paling banyak yaitu sebesar 197,53 biji dan berbeda nyata dibanding dengan varietas lainnya, sedangkan yang paling rendah diperoleh pada varietas Konawe dan Angke dengan jumlah gabah per malai masing-masing hanya 123,93 dan 131,80 biji. Dengan demikian varietas Gilirang mampu memberikan partum-buhan yang lebih baik sehingga dapat membentuk jumlah gabah per malai yang banyak dibanding dengan varietas lainnya. Hal ini berkaitan dengan sifat yang dimiliki varietas Gilirang yaitu daun yang tegak, berwarna hijau tua dan permukaan daun yang kasar ( Suprihatno et al., 2011) dan menunjuk-kan kemampuan fotosintesa yang lebih baik (Sirappa, 2007).

Persentase gabah hampa

Hasil rata-rata pengamatan per-sentase gabah hampa (Tabel 1) secara statistik menunjukkan bahwa persentase gabah hampa yang paling rendah diper-oleh pada varietas Angke yaitu hanya 6,47%, sedangkan yang paling tinggi

di-peroleh pada varietas Gilirang dengan persentase gabah hampa sebanyak 29,53%. Dengan demikian persentase gabah hampa untuk varietas Angke cukup baik karena varietas ini berdasar-kan diskripsi yang ada menunjukberdasar-kan adanya ketahanan terhadap penyakit hawar daun bakteri (HDB) dimana pada saat musim tanam tersebut serangan HDB cukup tinggi, sebaliknya varietas Gilirang memperoleh persentase gabah hampa yang cukup tinggi disebabkan karena adanya serangan penyakit HDB tersebut. Menurut Nafisah et al. (2006). Tingkat keparahan penyakit HDB bisa disebabkan karena tingkat kesuburan lahan sehingga memperoleh kondisi lingkungan mikro yang berbeda. Per-sentase gabah hampa bisa juga dipenga-ruhi oleh tidak serempaknya pematang-an biji akibat tidak bersamapematang-annya keluar biji, sehingga pada saat dipanen masih ada biji yang belum berisi dengan sem-purna dan pada akhirnya akan menjadi biji hampa.

Hasil gabah

Hasil rata-rata pengamatan hasil gabah kering panen (GKP) (Tabel 1) me-nunjukkan variasi diantara varietas yang ditanam. Hasil GKP yang diperoleh ber-variasi antara 5.440 kg sampai 8.800 kg ha-1. Hasil GKP yang tertinggi diperoleh

pada varietas Gilirang dengan hasil se-besar 8.800 kg ha-1, sedangkan yang

paling rendah diperoleh pada varietas Angke dengan hasil GKP hanya men-capai 5.440 kg ha-1. Tingginya hasil GKP

yang diperoleh pada varietas Gilirang disebabkan karena varietas Gilirang memiliki jumlah anakan yang cukup tinggi dengan malai yang panjang dan

(5)

Tabel 1. Komponen Pertumbuhan dan Hasil Pengakjian beberapa Varietas Unggul Baru Varietas Tinggi tanaman (cm) Jumlah anakan (btg rpn-1) Panjang malai (cm) Jumlah gabah per malai (biji) Persentas e gabah hampa Hasil GKP (kg ha-1) Gilirang 96,93b 16,40b 32,40a 197,53a 19,53d 8.800a Conde 97,80b 17,00ab 28,00b 149,73e 19,37d 7.520bc Konawe 89,13d 17,47a 25,93c 123,93h 22,27b 6.080c Angke 93,80cd 16,00b 23,40de 131,80g 16,47f 5.440d Mekongga 94,73c 14,13d 23,93d 142,60f 17,53e 8.160ab Pepe 94,67cd 14,40d 25,07c 162,00d 21,32c 7.360bc Bondoyudo 97,93b 16,07b 23,07e 163,33cd 17,18e 6.880c Setail 93,13cd 15,20bc 27,13bc 162,67d 22,50b 8.000b Sarinah 102,13a 15,07c 28,13b 191,27b 12,76g 8.640a Logawa 87,7e 14,27d 26,53c 169,73c 26,74a 7.200bc Cilosari 103,47a 11,47e 26,33c 166,93c 21,96c 6.880c

Keterangan: Angka pada kolom yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata

memiliki jumlah gabah per malai

yang juga cukup banyak. Hal ini

sesuai menurut Abayawickrama et al.

(2007), jumlah anakan yang tidak

produktif berkorelasi negatif dengan

hasil, sedangkan jumlah gabah isi

dan jumlah gabah total berkorelasi

positif. Karena itu jumlah anakan

produktif, jumlah gabah isi, dan

jumlah gabah total per malai

me-rupakan sifat-sifat yang perlu

diting-katkan melalui pemuliaan tanaman.

Hal ini menunjukkan bahwa varietas

Gilirang cukup potensial dan

ber-adaptasi baik pada lokasi dimana

kegiatan ini dilaksanakan dan

me-mang berdasarkan pendapat dari

berbagai petani dan penyuluh yang

berkunjung di lokasi kegiatan

mem-berikan respon yang cukup baik

ter-hadap varietas Gilirang. Sedangkan

varietas Angke dengan hasil GKP

yang paling rendah yaitu hanya

mencapai 5.440 kg ha

-1

disebabkan

karena varietas ini memperoleh

pan-jang malai yang pendek (23,4 cm) dan

memiliki jumlah gabah per malai

juga rendah yaitu hanya 131,8 biji

sehingga berpengaruh pada hasil

GKP yang diperoleh.

Hal ini seperti

disampaikan Arafah (2006), varietas

Gilirang memberi hasil yang lebih

tinggi dibanding dengan varietas

Konawe dengan selisih hasil 830 kg

ha

-1

. Selanjutnya Sutisna (2006)

mela-porkan bahwa varietas memiliki daya

hasil yang berbeda pada keondisi

lapang tertentu.

KESIMPULAN

hasil gabah yang tertinggi diperoleh pada varietas Gilirang yaitu sebesar

(6)

8.800 kg ha-1 disusul varietas Sarinah dan

Mekongga dengan hasil masing-masing 8.640 dan 8.160 kg ha-1, sedangkan hasil

yang paling rendah diperoleh pada varietas Angke dengan hasil hanya 5.440 kg ha-1

DAFTAR PUSTAKA

Abayawickrama, A.S.M.T., M. Fahim, D.S. De Z. Abeysiriwardena, K.C. Madhusani and R.M. Dhar-maratne. 2007. Contribution of yield related characters to grain yield improvement ini different age groups of rice (abstrak). News and Events of the Departement of Agriculture, Agriculture News in Sri Lanka. http://sgridept.gov.lk/ NEWS/asda.htm=con.

Arafah. 2006. Kajian berbagai sistem tanam pada dua varietas unggul baru padi terhadap pertumbuhan dan hasil padi sawah. J. Agrivigor 6(1): hal: 18-25

Krismawati, A., dan Z. Arifin,. 2011. Stabilitas hasil beberapa varietas padi lahan sawah. J. Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Per-tanian 14(2): 84-92.

Suprihatno, B., Baehaki,SE, Sudir, P. Wardana dan M.J. Mejaya, 2011. Diskripsi varietas padi (edisi revisi). Balai Besar Penelitian Tanaman Padi. Penelitian dan

Pengembangan Pertanian. Kementerian Pertanian.

Suprihatno, B., A A. Dradjat, Satoto, Baehaki, N. Widiarta, A. Setyono, S.D. Indrasari, O.S. Lesmana dan Hasil Sembiring. 2007. Deskripsi varietas padi. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Balai Besar Penelitian Padi. Sukamandi, Subang Jawa Barat.

Baehaki, A. 1996. Prospek Penerapan “Breeder Right” di Indonesia. Hal 30-35. dalam Yuniarti, A. Djauhari, M.A. Yusran, Baswarsiati dan Rosmahani (ed.).

Balai Penelitian Tanah, 2007. Teknologi pemupukan spesifik lokasi dan konservasi tanah di desa dua limpoe, Kecamatan Maniangpajo, Kabupaten Wajo. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Departemen Pertanian.

Sujitno, E., T. Fahmi dan S. Teddy., 2011. Kajian adaptasi beberapa varietas unggul padi gogo pada lahan kering dataran rendah di Kabu-paten Garut. J. Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertani-an 14(1): 62-69.

Sutisna Noor, E. 2006. Pengaruh sistem ratunisasi dan pemupukan nitro-gen terhadap hasil beberapa varietas padi di lahan sawah irigasi. J. Agrivigor 5(3): 207-222. Nafisah, A.A. Daradjat, B. Suprihatno,

dan Riny SK., 2007. Heritabilitas karakter ketahanan hawar daun bakteri dari tiga populasi tanaman padi hasil seleksi daur siklus pertama. J. Penelitian Pertanian Tanaman Pangan. 26(2): 100-105. Manwan, I. 1997. Regulasi pelepasan

varietas komoditas pertanian di indonesia. Peripi Komda Jawa Timur. Balitkabi, Malang.

Sirappa, M.P., dan Edwen D. Waas, 2009. Kajian varietas dan pemupukan terhadap peningkatan hasil padi sawah di dataran Pasahari, Maluku Tengah. J. Pengkajian dan Pengem-bangan Teknologi Pertanian 12(1): 79-90.

(7)

Sirappa, M.P., A.J. Riewpassa dan E. D. Wass, 2007. Kajian pemberian pupuk NPK pada beberapa varietas padi sawah di Seram Utara. J. Pengkajian dan Pengem-bangan Pertanian 10 (1): 48-56.

Gambar

Tabel 1. Komponen Pertumbuhan dan Hasil Pengakjian beberapa Varietas Unggul  Baru  Varietas  Tinggi  tanaman  (cm)  Jumlah anakan (btg rpn-1 )  Panjang malai (cm)  Jumlah gabah  per malai  (biji)  Persentase  gabah hampa  Hasil GKP (kg ha -1 )  Gilirang 96,93 b  16,40 b  32,40 a  197,53 a  19,53 d  8.800 a Conde 97,80 b  17,00 ab  28,00 b  149,73 e  19,37 d  7.520 bc Konawe 89,13 d  17,47 a  25,93 c  123,93 h  22,27 b  6.080 c Angke 93,80 cd  16,00 b  23,40 de  131,80 g  16,47 f  5.440 d Mekongga 94,73 c  14,13 d  23,93 d  142,60f  17,53 e  8.160 ab Pepe 94,67 cd  14,40 d  25,07 c  162,00 d  21,32 c  7.360 bc Bondoyudo 97,93 b  16,07 b  23,07 e  163,33 cd  17,18 e  6.880 c Setail 93,13 cd  15,20 bc  27,13 bc  162,67 d  22,50 b  8.000 b Sarinah 102,13 a  15,07 c  28,13 b  191,27 b  12,76 g  8.640 a Logawa 87,7 e  14,27 d  26,53 c  169,73 c  26,74 a  7.200 bc Cilosari 103,47 a  11,47 e  26,33 c  166,93 c  21,96 c  6.880 c

Referensi

Dokumen terkait

Dalam penelitian ini kajian yang diamati adalah Perbandingan Pelaksanaan Electronic Government di Badan Pelayanan Terpadu Kota Pekanbaru dengan Dinas Perizinan kota

Lokakarya dilakukan pada tanggal 3-5 Februari 2014 di Jakarta diikuti oleh 70 peserta yang berasal dari Petu- gas Puskesmas, Dinkes dan staf KPA.. Narasumber berasal dari

Teknik yang digunakan dalam modeling karakter Dantori adalah dengan memanipulasi beberapa primitive object seperti box, sphere, dan cylinder untuk kemudian dibuat

Konduktivitas rendah Karbon nanoporous Bahan baku Karbonisasi pirolisis suhu rendah Karbonisasi hidrotermal suhu rendah KOH  + Steam = siklus KOH Prekursor :

Hasil penelitian sebelumnya yang telah dilakukan, penelitian [1] dapat disimpulkan untuk menentukan tingkat Reliability jaringan atau layanan infrastruktur sangat dipengaruhi oleh

Data dianalisis dengan menggunakan analisis non parametrik konkordasi Kendall’s W, sehingga diperoleh indikator pengetahuan merupakan sisi terlemah dari

Yaitu bentuk praktik dari transaksi jual beli dan sewa menyewa tersebut adalah dengan memberikan Uang Muka atau uang muka di awal terlebih dahulu antara penjual dan pembeli dan

Wisata ini dapat dirancang hampir serupa dengan kegiatan safari malam (night safari) yaitu dengan melakukan perjalanan pada malam hari pada jalur pengamatan karena