• Tidak ada hasil yang ditemukan

UNIVERSITAS INDONESIA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "UNIVERSITAS INDONESIA"

Copied!
101
0
0

Teks penuh

(1)UNIVERSITAS INDONESIA. LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI DIREKTORAT STANDARDISASI PRODUK PANGAN BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN JL. PERCETAKAN NEGARA NO. 23 JAKARTA PUSAT PERIODE 2-24 SEPTEMBER 2013. LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER. BHATA BELLINDA, S.Farm. 1206329423. ANGKATAN LXXVII. FAKULTAS FARMASI PROGRAM PROFESI APOTEKER DEPOK JANUARI 2014. Laporan praktek….., Bhata Bellinda, FFar UI, 2014.

(2) UNIVERSITAS INDONESIA. LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI DIREKTORAT STANDARDISASI PRODUK PANGAN BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN JL. PERCETAKAN NEGARA NO. 23 JAKARTA PUSAT PERIODE 2-24 SEPTEMBER 2013. LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Apoteker. BHATA BELLINDA, S.Farm. 1206329423. ANGKATAN LXXVII. FAKULTAS FARMASI PROGRAM PROFESI APOTEKER DEPOK JANUARI 2014 ii. Laporan praktek….., Bhata Bellinda, FFar UI, 2014.

(3) iii. Laporan praktek….., Bhata Bellinda, FFar UI, 2014. Universitas Indonesia.

(4) HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS. Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker ini adalah hasil karya saya sendiri, dan semua sumber baik yang dikutip maupun dirujuk telah saya nyatakan dengan benar.. Nama. : Bhata Bellinda, S.Farm.. NPM. : 1206329423. Tanda Tangan. :. Tanggal. : 17 Januari 2014. iv. Laporan praktek….., Bhata Bellinda, FFar UI, 2014. Universitas Indonesia.

(5) KATA PENGANTAR. Penulis panjatkan syukur kepada Allah Tritunggal Maha Kudus yang telah memberikan penyertaanNya, anugerah, serta kasih karuniaNya yang selalu setia mendampingi dan menuntun saya selama proses pengerjaan dan penyusunan Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) di Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia (Badan POM RI), khususnya di Direktorat Standardisasi Produk Pangan Deputi Bidang Pengawasan Keamanan Pangan dan Bahan Berbahaya mulai tanggal 2 September s.d 24 September 2013. Laporan ini disusun sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan Profesi Apoteker untuk dapat memperoleh gelar Apoteker dan merupakan sarana untuk memperluas. wawasan. mahasiswa. Program. Profesi. Apoteker. dibidang. pemerintahan. 1. Dra. Deksa Presiana, Apt., M.Kes, selaku Ka. Sub. Dit. Standardisasi Produk. Pangan, juga selaku pembimbing dari Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia atas kesempatan dan bimbingan yang diberikan selama pelaksanaan PKPA; 2. Dr. Amarila Malik, M.Si., Apt selaku Dosen Pembimbing PKPA dari Fakultas. Farmasi Universitas Indonesia yang telah berkenan menyediakan waktu dan perhatiannya untuk memberikan bimbingan serta arahan dalam upaya penyusunan laporan PKPA; 3. Dra. Lucky S. Slamet, M.Sc., selaku Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia yang telah memberikan kesempatan kepada mahasiswa untuk melakukan PKPA di Badan POM selama periode 2 September 2013 s.d. 24 September 2013; 4. Ir. Tetty H. Sihombing., MP, Direktur Standardisasi Produk Pangan Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia atas kesempatan yang diberikan selama pelaksanaan PKPA di Direktorat Standardisasi. Produk. Pangan; 5. Dr. Mahdi Jufri, M. Si., Apt., selaku Dekan Fakultas Farmasi Universitas Indonesia. v. Laporan praktek….., Bhata Bellinda, FFar UI, 2014. Universitas Indonesia.

(6) 6. Prof. Dr. Yahdiana Harahap, MS., Apt., sebagai Pj.S. Dekan Fakultas Farmasi Universitas Indonesia sampai dengan 20 Desember 2013. 7. Dr. Harmita, Apt. selaku Ketua Program Profesi Apoteker Fakultas Farmasi Universitas Indonesia sekaligus pembimbing akademik; 8. Seluruh staf dan karyawan Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia, khususnya Direktorat Standardisasi Produk Pangan Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia, yang telah memberikan bantuan dan perhatian selama pelaksanaan Praktek Kerja Profesi Apoteker. 9. Seluruh dosen dan karyawan Fakultas Farmasi Universitas Indonesia atas didikan dan bantuannya selama perkuliahan di pendidikan profesi apoteker. 10. Papa, mama, dan kak Abi yang telah memberikan doa dan semangat untuk menyelesaikan perkuliahan di pendidikan profesi apoteker. 11. Seluruh teman-teman Apoteker UI Angkatan 77 yang telah berjuang bersamasama melaksanakan PKPA untuk mendapatkan gelar apoteker. 12. Seluruh pihak yang telah membantu penulisan laporan PKPA yang tidak dapat disebutkan satu-persatu.. Saya menyadari laporan PKPA ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun dari pembaca sangat dibutuhkan demi kesempurnaan dalam penyusunan laporan ini. Semoga apa yang saya sajikan dalam laporan ini dapat memberikan manfaat yang cukup berarti bagi perkembangan peranan profesi Apoteker di pemerintahan pada umumnya. Keterbatasan pada dasarnya dapat menjadi sumber pelajaran bagi perkembangan berikutnya dan kesempatan adalah titik awal perjuangan untuk menjadi lebih baik.. Jakarta, Januari 2014. Penulis. vi. Laporan praktek….., Bhata Bellinda, FFar UI, 2014. Universitas Indonesia.

(7) HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS Sebagai sivitas akademik Universitas Indonesia, saya yang bertanda tangan dibawah ini: Nama : Bhata Bellinda, S.Farm NPM. : 1206329423. Program Studi : Apoteker Fakultas. : Farmasi. Jenis karya. : Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker. demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada Universitas Indonesia Hak Bebas Royalti Noneksklusif (Non-exclusive Royalty Free Right) atas karya ilmiah saya yang berjudul:. LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI DIREKTORAT STANDARDISASI PRODUK PANGAN BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN JL. PERCETAKAN NEGARA NO. 23, JAKARTA PUSAT PERIODE 2 SEPTEMBER – 24 AGUSTUS 2013 beserta perangkat yang ada (bila diperlukan) dengan Hak Bebas Royalti Noneksklusif. ini. media/formatkan,. Universitas mengelola. Indonesia dalam. berhak. bentuk. basis. menyimpan, data,. mengalih. merawat,. dan. mempublikasikan tugas akhir saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis/pencipta dan sebagai pemilik Hak Cipta. Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya. Dibuat di. : Depok. Pada Tanggal : 17 Januari 2014 Yang menyatakan. (Bhata Bellinda, S.Farm.). vii. Laporan praktek….., Bhata Bellinda, FFar UI, 2014. Universitas Indonesia.

(8) ABSTRAK. Nama. : Bhata Bellinda, S. Farm. Program Studi : Profesi Apoteker Judul. : Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker di Direktorat Standardisasi Produk Pangan Badan Pengawas Obat dan Makanan Jl. Percetakan Negara No. 23 Jakarta Pusat Periode 2-24 September 2013. Praktek Kerja Profesi Apoteker di Direktorat Standardisasi Produk Pangan Badan Pengawas Obat dan Makanan bertujuan untuk memahami tugas pokok dan fungsi secara khusus di Direktorat Standarisasi Produk Pangan, serta secara umum mengenal dan memahami dari masing-masing Direktorat lain yang terdapat dalam Badan Pengawas Obat dan Makanan. Hal ini diperlukan untuk mengetahui upaya pemerintah dalam menyelenggarakan suatu sistem yang mampu memberikan perlindungan bagi pihak yang memproduksi maupun yang mengkonsumsi. Sehingga meningkatkan pengetahuan dan kemampuan praktis mahasiswa calon Apoteker dalam menjalankan profesinya terutama di bidang pemerintahan. Tugas khusus yang diberikan berjudul Kajian Penyusunan Rancangan Standar Nasional Indonesia 1 (RSNI 1) Keripik Bayam, yang bertujuan mengetahui dan mempelajari tujuan SNI, serta pembuatan RSNI pada terutama pada produk pangan olahan seperti keripik bayam. Kata kunci : Praktek Kerja Profesi Apoteker, Direktorat Standardisasi Produk Pangan Badan Pengawas Obat dan Makanan, Rancangan Standar Nasional Indonesia xiii + 45 halaman : 8 lampiran Daftar Pustaka : 18 (1999-2013). viii. Laporan praktek….., Bhata Bellinda, FFar UI, 2014. Universitas Indonesia.

(9) ABSTRACT. Name. : Bhata Bellinda, S. Farm. Study Program : Pharmacist Profession Judul. :. Report of Pharmacist Internship Program at Direktorat Standardisasi Produk Pangan Badan Pengawas Obat dan Makanan Jl. Percetakan Negara No. 23 Jakarta Pusat September 2nd - September 24th 2013 Period. Practice Pharmacist in the Directorate of Food Product Standardization Agency of Drug and Food aims to understand the duties and functions specifically in the Directorate of Food Product Standards and generally know and understand each other Directorate contained in the Food and Drug Administration. It is necessary to know the government's efforts to organize a system that is able to provide protection for those who produce or are consumed. Thus increasing the knowledge and practical ability of candidates Pharmacists in their profession, especially in the areas of government. Special task given draft study entitled Indonesian National Standard 1 (RSNI 1) Spinach chips, which aims to discover and learn the purpose of the SNI, and the making of RSNI on mainly on processed food products such as spinach chips. Key Words. :. Pharmacist Internship Direktorat Standardisasi Produk Pangan Badan Pengawas Obat dan Makanan, Rancangan Standar Nasional Indonesia. xiii + 45 pages. : 8 appendixes. Bibliography. : 18 (1999-2013). ix. Laporan praktek….., Bhata Bellinda, FFar UI, 2014. Universitas Indonesia.

(10) DAFTAR ISI Halaman. KATA PENGANTAR .............................................................................. v. HALAMAN PERNYATAAN PUBLIKASI............................................ vii. ABSTRAK................................................................................................. viii. ABSTRACT............................................................................................... ix. DAFTAR ISI ............................................................................................. x. DAFTAR GAMBAR…………………………………............................. xii. DAFTAR LAMPIRAN.…………………………..…………………….. xiii. BAB 1 PENDAHULUAN ………………………………………..…….. 1. 1.1 Latar Belakang………………...………………………...……... 1. 1.2 Tujuan…………...……………………………………………... 2. 1.3 Manfaat........................................................................................ 2. BAB 2 TINJAUAN UMUM BADAN POM RI ………..….…………. 3. 2.1 Definisi Badan POM RI …..…...………..……………………. 3. 2.2 Tujuan dan Proses Standarisasi Nasional Indonesia……..…….. 3. 2.3 Visi dan Misi Badan POM RI..................................................... 3. 2.4 Kewenangan Badan POM RI...................................................... 4. 2.5 Struktur Organisasi Badan POM RI…………………………... 5. 2.6 Sistem Pengawas Obat dan Makanan (SISPOM)……………... 8. 2.7 Budaya Organisasi Badan POM RI............................................ 10. BAB 3 TINJAUAN KHUSUS DIREKTORAT STANDARDISASI PRODUK PANGAN................................................................... 11. 3.1 Visi dan Misi ………..……....................................……...……. 11. 3.2 Tugas dan Fungsi …………...…………………………............ 11. 3.3 Dasar Hukum Standardisasi Produk Pangan………………….. 12. 3.4 Kebijakan…………………………………………………….... 12. 3.5 Program………………………………………………………... 13. 3.6 Kegiatan Umum……………………………………………….. 13. x. Laporan praktek….., Bhata Bellinda, FFar UI, 2014. Universitas Indonesia.

(11) 3.7 Kegiatan Direktorat Standardisasi Produk Pangan Tahun Anggaran 2013……………………………………………….... 14. 3.8 Struktur Organisasi……………………………………………. 15. 3.9 Strategi……………………………………………………….... 19. 3.10 Tahap Penyusunan Regulasi atau Peraturan…………………. 19. 3.11 Penyusunan Standar Nasional Indonesia (SNI)…………….... 20. 3.12 Jenis Produk Standardisasi…………………………………... 22. 3.13 Jenis Standar Pelayanan Publik Direktorat Standardisasi Produk Pangan......................................................................... BAB 4 PELAKSANAAN PKPA ………….……………………….... 23 24. 4.1 Kegiatan PKPA di Direktorat Standardisasi Produk Pangan. 24. 4.2 Kegiatan PKPA di SubDirektorat Standar Pangan Olahan........ 25. 4.3 Kegiatan PKPA di SubDirektorat Pangan Khusus..................... 26. 4.4 Kegiatan PKPA di SubDirektorat Standardisasi Bahan Baku dan Bahan Tambahan Pangan.................................................. 28. BAB 5 LANDASAN TEORI DAN PEMBAHASAN............................ 30. 5.1 Landasan Teori. 30. 5.2 Pembahasan. 32. BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN…………………………………. 43. 6.1 Kesimpulan…………………………………………………….. 43. 6.2 Saran…………..………………………..…………………….... 43. DAFTAR PUSTAKA………………………….……………….……….. 44. xi. Laporan praktek….., Bhata Bellinda, FFar UI, 2014. Universitas Indonesia.

(12) DAFTAR GAMBAR Halaman Gambar 2.1 Struktur Organisasi Badan POM RI ........................................ 5. Gambar 3.1 Struktur Organisasi Direktorat Standardisasi Produk Pangan. 15. Gambar 3.2 Tahap Penyusunan Regulasi/Peraturan ………...……............ 19. Gambar 3.3 Tahap Perumusan SNI (Standar Nasional Indonesia)……….. 21. Gambar 5.1. Logo Khusus Pangan Iradiasi ...................................……….. 38. xii. Laporan praktek….., Bhata Bellinda, FFar UI, 2014. Universitas Indonesia.

(13) DAFTAR LAMPIRAN Halaman Lampiran 1 Permohonan Pengkajian Keamanan, Mutu, Gizi dan Manfaat Pangan Untuk Kategori Pangan, Label dan Iklan Pangan................................................................................. 46. Lampiran 2 Konsultasi Terkait Proses Pengkajian Keamanan, Mutu, Gizi dan Manfaat Pangan Untuk Kategori Pangan, Label dan Iklan Pangan ……………...…………………………. 46. Lampiran 3 Permohonan Pengkajian Keamanan, Mutu, Gizi dan Manfaat Pangan Untuk Bahan Tambahan Pangan dan Bahan Penolong ………………………………………...... 47. Lampiran 4 Konsultasi Terkait Proses Pengkajian Keamanan, Mutu, Gizi dan Manfaat Pangan Untuk Bahan Tambahan Pangan dan Bahan Penolong.………………………...…... 47. Lampiran 5 Permohonan Pengkajian Keamanan, Mutu, Gizi dan Manfaat Pangan Untuk Klaim Gizi Dan Kesehatan, Bahan Baku, Zat Gizi dan Nongizi ………………………. 48. Lampiran 6 Konsultasi Terkait Proses Pengkajian Keamanan, Mutu, Gizi dan Manfaat Pangan Untuk Klaim Gizi dan Kesehatan, Bahan Baku, Zat Gizi dan Nongizi ……….…. 48. Lampiran 7 Permohonan Pengkajian Keamanan Pangan PRG .………. 49. Lampiran 8 Konsultasi Terkait Proses Pengkajian Keamanan Pangan PRG ……………...………………………………………. xiii. Laporan praktek….., Bhata Bellinda, FFar UI, 2014. 50. Universitas Indonesia.

(14) BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1. Latar Belakang Perkembangan teknologi yang pesat telah membawa perubahan yang cepat. dan signifikan pada industri pangan di Indonesia. Kemampuan teknologi yang berkembang memungkinkan produk-produk pangan dapat terdistribusi dan menjangkau seluruh lapisan masyarakat dalam waktu singkat. Selain itu, pangan termasuk kebutuhan dasar terpenting dan sangat esensial dalam kehidupan manusia. Pangan merupakan kebutuhan alamiah manusia, seiring dengan kemajuan teknologi manusia cenderung menyukai hal-hal yang praktis termasuk dalam memilih pangan, sehingga banyak ditemukan produk-produk pangan instan baik yang diproduksi oleh industri pangan atau yang dibuat oleh rumah tangga atau biasa dikenal dengan “ Industri Rumah Tangga Pangan (IRTP)”(1). Keamanan, mutu, dan gizi pangan merupakan syarat penting yang harus melekat pada pangan yang hendak dikonsumsi oleh semua masyarakat. Berdasarkan dari peraturan pemerintah yang menyatakan bahwa pangan yang aman, bermutu dan bergizi sangat penting perannya bagi pertumbuhan, pemeliharaan dan peningkatan derajat kesehatan serta peningkatan kecerdasan masyarakat. Selain dari pada itu masyarakat juga perlu dilindungi dari bahaya pangan yang dapat merugikan atau membahayakan kesehatan(8). Penyelenggaraan suatu sistem yang mampu memberikan perlindungan bagi pihak yang memproduksi maupun yang mengkonsumsi pangan dianggap sangat diperlukan sehingga konsumen mampu untuk memilah pangan yang akan dikonsumsi terkait keamanan, mutu dan gizinya(1,8). Industri harus mampu menjaga keamanan, mutu dan gizi produk pangan yang akan diedarkan. Pemerintahan mempunyai tanggung jawab untuk mengawasi produk pangan yang beredar agar senantiasa memenuhi persyaratan keamanan, mutu dan gizi pangan, instansi tersebut salah satunya di Indonesia adalah Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia (Badan POM RI) yang mengawasi pangan olahan(9). Direktorat Standardisasi Produk Pangan merupakan salah satu unit kerja eselon II di Badan POM RI. Berdasarkan Keputusan Kepala Badan POM RI No. 1 Laporan praktek….., Bhata Bellinda, FFar UI, 2014. Universitas Indonesia.

(15) 2. 02001/SK/KBPOM tentang Organisasi dan Tata Kerja Badan Pengawas Obat dan Makanan tanggal 26 Februari 2001, maka Direktorat Standardisasi Produk Pangan mempunyai tugas penyiapan perumusan kebijakan, penyusunan pedoman, standar, kriteria dan prosedur, serta pelaksanaan pengendalian, bimbingan teknis dan evaluasi di bidang pengaturan dan standardisasi produk pangan. Salah satu praktisi yang mampu berperan dalam bidang ini haruslah yang berkualitas, antara lain adalah Apoteker(4). Berdasarkan latar belakang di atas, maka Program Profesi Apoteker Universitas. Indonesia. bekerja. sama. dengan. Badan. POM. RI. dalam. penyelenggaraan Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) di Badan POM RI guna terlahirnya lulusan Apoteker yang berkualitas, berpengetahuan luas dan berdaya guna tinggi sehingga lebih kompeten dalam dunia kerja.. 1.2. Tujuan 1. Meningkatkan pengetahuan dan kemampuan praktis mahasiswa calon Apoteker. dalam. menjalankan. profesinya. terutama. di. bidang. pemerintahan. 2. Meningkatkan pemahaman calon apoteker tentang peran dan fungsi Badan POM RI. 3. Memahami peran apoteker khususnya di Direktorat Standarisasi Produk Pangan Badan POM RI.. Universitas Indonesia Laporan praktek….., Bhata Bellinda, FFar UI, 2014.

(16) BAB 2 TINJAUAN UMUM BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN(4) 2.1. Definisi Badan Pengawas Obat dan Makanan Berdasarkan Keputusan Presiden Nomor 166 tahun 2000 dan nomor 103. tahun 2001, Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia (Badan POM RI) sebagai Lembaga Pemerintah Non Kementerian (LPNK) bertanggung jawab langsung kepada Presiden dan dalam melaksanakan tugasnya berkoordinasi dengan Kementerian Kesehatan. Badan POM RI melaksanakan tugas pemerintah dibidang pengawasan obat dan makanan sesuai ketentuan peraturan perundangundangan yang berlaku.. 2.2. Ruang Lingkup Tugas dan Fungsi Badan POM RI Tugas Badan POM RI adalah melaksanakan tugas pemerintah di bidang. pengawasan obat dan makanan sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku. Dalam melaksanakan tugasnya tersebut, Badan POM RI menyelenggarakan fungsi sebagai berikut: 1. Pengkajian dan penyusunan kebijakan nasional di bidang pengawasan obat dan makanan. 2. Pelaksanaan kebijakan tertentu di bidang pengawasan obat dan makanan. 3. Koordinasi kegiatan fungsional dalam pelaksanaan tugas Badan POM RI. 4. Pemantauan, pemberian bimbingan dan pembinaan terhadap kegiatan instansi pemerintah di bidang pengawasan obat dan makanan. 5. Penyelenggaraan pembinaan dan pelayanan administrasi umum di bidang perencanaan umum, ketatausahaan, organisasi dan tata laksana, kepegawaian, keuangan, kearsipan, persandian, perlengkapan dan rumah tangga.. 2.3. Visi dan Misi Badan POM RI Badan POM RI sebagai Lembaga Pemerintah Non Kementerian (LPNK). yang mempunyai kewenangan dalam hal pengawasan obat dan makanan di Indonesia mempunyai visi dan misi sebagai berikut: 3 Laporan praktek….., Bhata Bellinda, FFar UI, 2014. Universitas Indonesia.

(17) 4. . Visi Badan POM RI: ”Menjadi Institusi Pengawas Obat dan Makanan yang Inovatif, Kredibel dan Diakui secara Internasional untuk Melindungi Masyarakat.”. . Misi Badan POM RI: 1. Melakukan pengawasan pre-market dan post-market berstandar internasional. 2. Menerapkan sistem manajemen mutu secara konsisten. 3. Mengoptimalkan kemitraan dengan pemangku kepentingan di berbagai lini. 4. Memberdayakan masyarakat agar mampu melindungi diri dari obat dan makanan yang berisiko terhadap kesehatan. 5. Membangun organisasi pembelajar (Learning Organization).. 2.4. Kewenangan Badan POM RI Dalam melaksanakan fungsinya sebagai lembaga pengawas obat dan. makanan di Indonesia, Badan POM RI memiliki kewenangan sebagai berikut: 1. Penyusunan rencana nasional secara makro di bidang pengawasan obat dan makanan. 2. Perumusan kebijakan di bidang pengawasan obat dan makanan untuk mendukung pembangunan secara makro. 3. Penetapan sistem informasi di bidang pengawasan obat dan makanan. 4. Penetapan persyaratan penggunaan bahan tambahan (zat aditif) tertentu untuk makanan dan penetapan pedoman pengawasan peredaran obat dan makanan. 5. Pemberian izin dan pengawasan peredaran obat serta pengawasan industri farmasi. 6. Penetapan pedoman penggunaan, konservasi, pengembangan dan pengawasan tanaman obat.. Universitas Indonesia Laporan praktek….., Bhata Bellinda, FFar UI, 2014.

(18) 5. 2.5. Struktur Organisasi Badan POM RI. KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN. INSPEKTORAT. SEKRETARIAT UTAMA 1. Biro Perencanaan dan Keuangan 2. Biro Kerjasama Luar Negeri 3. Biro Hukum dan Perhubungan Masyarakat 4. Biro Umum. Pusat Penyidikan Obat dan Makanan. Pusat Riset Obat dan Makanan. Pusat Informasi Obat dan Makanan. Pusat Pengujian Obat dan Makanan Nasional. DEPUTI I Bidang Pengawasan Terapetik, Narkotika Psikotopika, dan Zat Adiktif (NAPZA). DEPUTI II Bidang Pengawasan Obat Tradisional, Kosmetik dan Produk Komplemen. DEPUTI III Bidang Pengawasan Keamanan Pangan dan Bahan Berbahaya. 1. Direktorat Penilaian Obat dan Produk Biologi 2. Direktorat Standardisasi Produk Terapetik dan PKRT 3. Direktorat Pengawasan Produksi Produk Terapetik dan PKRT 4. Direktorat Pengawasan Distribusi Produk Terapetik dan PKRT 5. Direktorat Pengawasan NAPZA. 1. Direktorat Penilaian Obat Tradisional, Suplemen Makanan dan Kosmetika 2. Direktorat Standardisasi Obat Tradisional, Kosmetika dan Produk Komplemen 3. Direktorat Inspeksi dan Sertifikasi Obat Tradisional, Kosmetika dan Produk Komplemen 4. Direktorat Obat Asli Indonesia. 1.Direktorat Penilaian Keamanan Pangan 2. Direktorat Standardisasi Prooduk Pangan 3. Direktorat Inspeksi dan Sertifikasi Produk Pangan 4. Direktorat Surveilan dan Penyuluhan Keamanan Pangan 5. Direktorat Pengawasan Produk dan Bahan Berbahaya. Unit Pelaksana Teknis Badan POM Balai Besar / Balai POM. Gambar 2.1 Struktur Organisasi Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia. Universitas Indonesia Laporan praktek….., Bhata Bellinda, FFar UI, 2014.

(19) 6. 2.5.1 Kepala Badan POM RI Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia (Badan POM RI) mempunyai tugas: a. Memimpin Badan POM RI sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan yang berlaku. b. Menyiapkan kebijakan nasional dan kebijakan umum sesuai dengan tugas Badan POM RI. c. Menetapkan kebijakan teknis pelaksanaan tugas Badan POM RI yang menjadi tanggung jawabnya. d. Membina dan melaksanakan kerjasama lintas sektor dengan instansi dan organisasi lain.. 2.5.2 Sekretariat Utama Sekretariat utama bertugas mengkoordinasikan perencanaan, pembinaan, pengendalian terhadap program, administrasi dan sumber daya di lingkungan Badan. POM. RI.. Dalam. melaksanakan. tugasnya,. sekretariat. utama. menyelenggarakan fungsi: a. Pengkoordinasian, sinkronisasi, dan integrasi perencanaan, penganggaran, penyusunan laporan, pengembangan pegawai termasuk pendidikan dan pelatihan, serta perumusan kebijakan teknis di lingkungan Badan POM RI. b. Pengkoordinasian,. sinkronisasi,. dan. integrasi. penyusunan. peraturan. perundang-undangan, kerjasama luar negeri, hubungan antar lembaga, kemasyarakatan dan bantuan hukum yang berkaitan dengan tugas Badan POM RI. c. Pembinaan dan pelayanan administrasi ketatausahaan, organisasi dan tatalaksana, kepegawaian, keuangan, kearsipan, perlengkapan dan rumah tangga. d. Pembinaan dan pengendalian terhadap pelaksanaan kegiatan pusat-pusat dan unit-unit pelaksana teknis di lingkungan Badan POM RI. e. Pelaksanaan tugas lain yang ditetapkan oleh Kepala Badan POM RI, sesuai dengan bidang tugasnya.. Universitas Indonesia Laporan praktek….., Bhata Bellinda, FFar UI, 2014.

(20) 7. f. Sekretariat utama membawahi Biro Perencanaan dan Keuangan, Biro Kerjasama Luar Negeri, Biro Hukum dan Hubungan Masyarakat, Biro Umum dan Kelompok Jabatan Fungsional.. 2.5.3 Deputi I : Bidang Pengawasan Produk Terapetik dan Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif (NAPZA) Deputi Bidang Pengawasan Produk Terapetik dan NAPZA melaksanakan penilaian dan evaluasi khasiat, keamanan dan mutu obat, produk biologi dan alat kesehatan sebelum beredar di Indonesia dan juga produk uji klinik. Selanjutnya melakukan pengawasan peredaran produk terapetik, narkotika, psikotropika dan zat adiktif lainnya. Disamping itu melakukan sertifikasi produk terapetik dan inspeksi penerapan Cara Pembuatan Obat yang Baik, inspeksi sarana produksi dan distribusi, sampling, penarikan produk, public warning sampai pro justicia. Didukung oleh antara lain Komite Nasional Penilai Obat Jadi, Komite Nasional Penilai Alat Kesehatan dan Tim Penilai Periklanan Obat Bebas, Obat Bebas Terbatas, Obat Tradisional dan Suplemen Makanan.. 2.5.4 Deputi II : Bidang Pengawasan Obat Tradisional, Kosmetik, dan Produk Komplemen Deputi Bidang Pengawasan Obat Tradisional, Kosmetik dan Produk Komplemen melaksanakan penilaian dan registrasi obat tradisional, kosmetik dan suplemen makanan sebelum beredar di Indonesia. Selanjutnya melakukan pengawasan peredaran obat tradisional, kosmetik dan produk komplemen, termasuk penandaan dan periklanan. Penegakan hukum dilakukan dengan inspeksi Cara Produksi yang Baik, sampling, penarikan produk, public warning sampai pro justicia. Didukung oleh antara lain Tim Penilai Obat Tradisional dan Tim Penilai Kosmetik.. 2.5.5 Deputi III : Bidang Pengawasan Keamanan Pangan dan Bahan Berbahaya Deputi Bidang Pengawasan Keamanan Pangan dan Bahan Berbahaya melaksanakan penilaian dan evaluasi keamanan pangan sebelum beredar di. Universitas Indonesia Laporan praktek….., Bhata Bellinda, FFar UI, 2014.

(21) 8. Indonesia dan selama peredaran seperti pengawasan terhadap sarana produksi dan distribusi maupun komoditinya, termasuk penandaan dan periklanan, dan pengamanan produk dan bahan berbahaya. Disamping itu melakukan sertifikasi produk pangan. Produsen dan distributor dibina untuk menerapkan Sistem Jaminan Mutu, terutama penerapan Cara Produksi Makanan yang Baik (CPMB), Hazard Analysis Critical Control Points (HACCP), Cara Distribusi Makanan yang Baik (CDMB) serta Total Quality Management (TQM). Disamping itu diselenggarakan surveilan, penyuluhan dan informasi keamanan pangan dan bahan berbahaya. Didukung antara lain oleh Tim Penilai Keamanan Pangan.. 2.5.6 Unit Pelaksana Teknis Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia (Badan POM RI) Organisasi Unit Pelaksana Teknis Badan POM RI terdiri dari Balai Besar POM RI dan Balai POM RI, merupakan unit organisasi yang melaksanakan tugas dan fungsi pengawasan obat dan makanan di wilayah kerjanya, diatur dengan keputusan Kepala Badan POM RI setelah mendapat persetujuan tertulis dari Menteri yang bertanggung jawab di bidang pendayagunaan aparatur negara. Unit pelaksana teknis berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Badan POM RI. Dalam pelaksanaan tugas sehari-hari, secara teknis dibina oleh Deputi dan secara administrasi dibina oleh Sekretaris Utama Badan. Unit pelaksana teknis dipimpin oleh seorang Kepala Balai.. 2.6. Sistem Pengawasan Obat dan Makanan (SisPOM) Prinsip dasar SisPOM adalah sebagai berikut :. 1.. Tindakan pengamanan cepat, tepat, akurat, dan professional.. 2.. Tindakan dilakukan berdasarkan atas tingkat resiko dan berbasis buktibukti ilmiah.. 3.. Lingkup pengawasan bersifat menyeluruh, mencakup seluruh siklus proses.. 4.. Berskala nasional atau lintas propinsi, dengan jaringan kerja internasional.. 5.. Otoritas yang menunjang penegakkan supremasi hukum.. Universitas Indonesia Laporan praktek….., Bhata Bellinda, FFar UI, 2014.

(22) 9. 6.. Memiliki jaringan laboratorium nasional yang kohesif dan kuat yang berkolaborasi dengan jaringan global.. 7.. Memiliki jaringan sistem informasi keamanan dan mutu produk. Pengawasan obat dan makanan memiliki aspek permasalahan berdimensi. luas dan kompleks. Oleh karena itu diperlukan sistem pengawasan yang komprehensif, semenjak awal proses suatu produk hingga produk tersebut beredar di tengah masyarakat. Untuk menekan sekecil mungkin resiko yang biasa terjadi, dilakukan SisPOM 3 lapis, yaitu: a. Subsistem pengawasan konsumen Sistem pengawasan oleh masyarakat dilakukan melalui peningkatan kesadaran dan pengetahuan mengenai kualitas produk yang digunakan dan cara penggunaan produk yang rasional. Pengawasan oleh masyarakat sendiri sangat penting dilakukan karena pada akhirnya masyarakatlah yang mengambil keputusan untuk membeli dan menggunakan suatu produk. Konsumen dengan kesadaran dan tingkat pengetahuan yang tinggi terhadap mutu dan kegunaan suatu produk, di satu sisi dapat membentengi dirinya sendiri terhadap penggunaan produk yang tidak memenuhi syarat dan tidak dibutuhkan, sedang pada sisi lain akan mendorong produsen untuk lebih menjaga kualitas. b. Subsistem pengawasan pemerintah atau Badan POM RI Sistem pengawasan oleh pemerintah melalui pengaturan dan standardisasi, penilaian keamanan dan mutu produk sebelum diizinkan beredar di Indonesia, inspeksi, pengambilan sampel dan pengujian laboratorium produk yang beredar serta peringatan kepada publik yang didukung penegakkan hukum. Untuk meningkatkan kesadaran dan pengetahuan masyarakat konsumen terhadap mutu, khasiat dan keamanan produk, maka pemerintah juga melaksanakan kegiatan komunikasi, informasi dan edukasi. c. Subsistem pengawasan produsen Sistem pengawasan internal oleh produsen melalui pelaksanaan cara produksi yang baik atau good manufacturing practices (GMP) agar setiap bentuk penyimpangan dari standar mutu dapat dideteksi sedini mungkin. Secara hukum produsen bertanggung jawab atas mutu dan keamanan produk yang dihasilkannya. Apabila terjadi penyimpangan dan pelanggaran terhadap standar. Universitas Indonesia Laporan praktek….., Bhata Bellinda, FFar UI, 2014.

(23) 10. yang telah ditetapkan maka produsen dikenakan sanksi, baik administratif maupun pro justicia.. 2.7. Budaya Organisasi Badan Pengawas Obat dan Makanan (Badan POM) Untuk membangun organisasi yang efektif dan efisien, budaya organisasi. Badan POM RI dikembangkan dengan nilai-nilai dasar sebagai berikut: a. Professionalism Menegakkan profesionalisme dengan integritas, obyektivitas, ketekunan dan komitmen yang tinggi. b. Credibility Memiliki kredibilitas yang diakui oleh masyarakat luas, nasional dan internasional. c. Speed Tanggap dan cepat dalam bertindak mengatasi masalah. d. Teamwork Dengan mengutamakan kerjasama tim.. Universitas Indonesia Laporan praktek….., Bhata Bellinda, FFar UI, 2014.

(24) BAB 3 TINJAUAN KHUSUS DIREKTORAT STANDARDISASI PRODUK PANGAN(2) 3.1 Visi dan Misi (2)  Visi Terwujudnya standardisasi produk pangan dalam rangka meningkatkan perlindungan dari pangan yang tidak layak, tidak aman dan dipalsukan serta meningkatkan efisiensi dan daya saing produk pangan nasional.  Misi a. Melindungi kesehatan masyarakat dari produk pangan yang tidak memenuhi syarat. b. Mewujudkan jaminan mutu dan keamanan produk pangan. c. Menunjang dihasilkannya produk pangan yang berdaya saing. d. Memberdayakan sumber daya dalam negeri. 3.2 Tugas dan Fungsi (2)  Tugas Direktorat Standardisasi Produk Pangan mempunyai tugas penyiapan perumusan kebijakan, penyusunan pedoman, standar, kriteria dan prosedur, serta pelaksanaan pengendalian, bimbingan teknis dan evaluasi di bidang pengaturan dan standardisasi produk pangan.  Fungsi Direktorat Standardisasi Produk Pangan menyelenggarakan fungsi : a) Penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis, penyusunan pedoman, standar, kriteria dan prosedur, serta pelaksanaan pengendalian, pemantauan, pemberian bimbingan dan pembinaan di bidang pengaturan dan standardisasi bahan baku dan bahan tambahan pangan. b) Penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis, penyusunan pedoman, standar, kriteria dan prosedur, serta pelaksanaan. 11 Laporan praktek….., Bhata Bellinda, FFar UI, 2014. Universitas Indonesia.

(25) 12. pengendalian, pemantauan, pemberian bimbingan dan pembinaan di bidang pengaturan dan standardisasi pangan khusus. c) Penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis, penyusunan pedoman, standar, kriteria dan prosedur, serta pelaksanaan pengendalian, pemantauan, pemberian bimbingan dan pembinaan di bidang pengaturan dan standardisasi pangan olahan. d) Penyusunan rencana dan program standardisasi produk pangan. e) Koordinasi kegiatan fungsional pelaksanaan kebijakan teknis di standardisasi produk pangan. f). Evaluasi dan penyusunan laporan standardisasi produk pangan.. g) Pelaksanaan tugas lain sesuai dengan kebijakan yang ditetapkan oleh Deputi Bidang Pengawasan Keamanan Pangan dan Bahan Berbahaya.. 3.3 Dasar Hukum Standardisasi Produk Pangan 1) Undang-Undang No. 18 tahun 2012 tentang Pangan. 2) Undang-Undang No. 8 tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen. 3) Peraturan Pemerintah No. 102 tahun 2000 tentang Standarisasi Nasional. 4) Peraturan Pemerintah No. 69 tahun 1999 tentang Label dan Iklan Pangan. 5) Peraturan Pemerintah No. 28 tahun 2004 tentang Keamanan, Mutu dan Gizi Pangan. 3.4 Kebijakan(2) 1) Peningkatan kesadaran masyarakat terhadap standar dan budaya mutu dan keamanan produk pangan. 2) Peningkatan perlindungan masyarakat dan lingkungan melalui penerapan standar jaminan mutu dan keamanan pangan serta penegakan hukum. 3) Peningkatan perumusan standar dan penyelarasan Standar Nasional Indonesia (SNI) produk pangan dengan Standar Internasional. 4) Peningkatan infrastruktur standardisasi produk pangan. 5) Peningkatan peran aktif dalam kerjasama standardisasi nasional, bilateral, regional dan multilateral. Universitas Indonesia. Laporan praktek….., Bhata Bellinda, FFar UI, 2014.

(26) 13. 3.5 Program(2) 1) Pengembangan sistem informasi standardisasi produk pangan. 2) Sosialisasi standardisasi produk pangan. 3) Pengembangan penerapan Cara Pengawasan yang baik atau Good Regulatory Practice (GRP). 4) Peningkatan pemberlakuan SNI produk pangan wajib. 5) Penyusunan sistem penerapan dan pemanfaatan standar produk pangan. 6) Penyusunan dan pengembangan sistem pengawasan produk pangan. 7) Perumusan standar prioritas. 8) Penyelarasan Standar Nasional Indonesia terhadap Standar Internasional. 9) Penilaian kesesuaian standar pangan yang memperoleh pengakuan di tingkat regional dan internasional. 10) Pengembangan kerjasama internasional untuk ketelusuran standar produk pangan nasional. 11) Peningkatan sumber daya manusia, sarana dan prasarana standardisasi produk pangan yang kredibel. 12) Penelitian dan pengembangan standardisasi. 13) Peningkatan kerjasama standardisasi produk pangan di tingkat nasional, bilateral, regional dan multilateral. 14) Pengembangan saling pengakuan (Mutual Recognition Agreement).. 3.6 Kegiatan Umum 1) Penyusunan dan pemantapan sistem standardisasi produk pangan. 2) Penyusunan standar produk pangan, bahan baku dan bahan tambahan pangan, produk pangan olahan serta pangan khusus. 3) Harmonisasi standar produk pangan. 4) Evaluasi standar produk pangan. 5) Sosialisasi dan advokasi standardisasi produk pangan. 6) Seminar dan pelatihan di dalam dan luar negeri.. Universitas Indonesia. Laporan praktek….., Bhata Bellinda, FFar UI, 2014.

(27) 14. 3.7 Kegiatan Direktorat Standardisasi Produk Pangan Tahun Anggaran 2013  Standar 1) Penyusunan Peraturan Bahan Baku, Bahan Penolong, Cemaran, serta Standar Mutu dan Keamanan Bahan Tambahan Pangan. 2) Pembaharuan/revisi Peraturan Kepala Badan POM RI tentang Kategori Pangan dan Pedoman Periklanan Pangan. 3) Penyusunan Peraturan, Standar, Pedoman, Kode Praktis di Bidang Pangan Khusus. 4) Kegiatan Kodeks Pangan. 5) Penyusunan Pedoman Cara Ritel Pangan di Pasar Tradisional.  Pangan Jajanan Anak Sekolah (PJAS) 1) Pedoman PJAS untuk Pengawas/Penyuluh dan Pedoman Kandungan. 2) Pedoman PJAS untuk Anak Sekolah. 3) Pedoman PJAS untuk Komunitas Sekolah.  UMKM (Usaha Mikro, Kecil Menengah) 1) Forum Koordinasi Pelaksanan Survei Kemampuan UMKM. 2) Pelaksanaan intervensi UMKM 3) Pelaksanaan survei monitoring 4) Perumusan hasil survei  Pendukung Tupoksi (TOP) 1) Antisipasi Harmonisasi ASEAN Consultative Committee on Standards and Quality (ACCSQ) Prepared Foodstuff Product Working Group (PFPWG). 2) Partisipasi Aktif dalam Sidang-sidang Codex Pangan Dunia, Asia, Association of Southeast Asian Nations (ASEAN), ACCSQ, PFPWG, Asia Pacific Economic Cooperation (APEC), dan International Life Sciences Institute (ILSI). 3) Sosialisasi Implementasi Standardisasi Produk Pangan. 4) Intensifikasi Komunikasi dalam rangka Penerapan Standar Produk Pangan.. Universitas Indonesia. Laporan praktek….., Bhata Bellinda, FFar UI, 2014.

(28) 15. 5) Perkuatan Jejaring Lintas Sektor dalam rangka Standardisasi Produk Pangan. 6) Evaluasi dan Perencanaan Program Standardisasi Produk Pangan. 7) Peningkatan Potensi SDM Direktorat Standardisasi Produk Pangan. 8) Antisipasi Pengembangan Sistem, Manajemen Mutu (QMS) Direktorat Standardisasi Produk Pangan.. 3.8 Struktur Organisasi. Direktorat Standardisasi Produk Pangan. Subdirektorat Standardisasi Pangan Olahan. Subdirektorat Standardisasi Pangan Khusus. Seksi Standardisasi Produk Pangan. Subdirektorat Standardisasi Bahan Baku dan Bahan Tambahan Pangan. Seksi Standardisasi Pangan Hasil Rekayasa Genetika & Iradiasi. Seksi Standardisasi Bahan Baku. Seksi Kodeks Pangan. Seksi Standardisasi Bahan Tambahan Pangan. Seksi Standardisasi Pangan Fungsional Seksi Tata Operasional. Gambar 3.1 Struktur Organisasi Direktorat Standardisasi Produk Pangan. 3.8.1 Subdirektorat Standardisasi Pangan Olahan Subdirektorat. Standardisasi. Pangan. Olahan. mempunyai. tugas. melaksanakan penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis, penyusunan pedoman, standar, kriteria dan prosedur, evaluasi dan pelaksanaan pengaturan dan standardisasi pangan olahan. Universitas Indonesia. Laporan praktek….., Bhata Bellinda, FFar UI, 2014.

(29) 16. Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud,. Subdirektorat. Standardisasi Pangan Olahan menyelenggarakan fungsi : 1) Menyusun rencana dan program standardisasi pangan olahan. 2) Melaksanakan penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis, penyusunan pedoman, standar, kriteria dan prosedur, serta melaksanakan pengaturan dan standardisasi produk pangan. 3) Melaksanakan penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis, penyusunan pedoman, standar, kriteria dan prosedur, serta melakukan penyusunan kodeks pangan. 4) Melakukan evaluasi dan menyusun laporan standardisasi pangan olahan. 5) Melaksanakan. urusan. tata. operasional. di. lingkungan. Direktorat. Standardisasi Produk Pangan.. Subdirektorat Standardisasi Pangan Olahan terdiri dari tiga seksi yaitu: 1) Seksi Standardisasi Produk Pangan Seksi Standardisasi Produk Pangan mempunyai tugas menyiapkan bahan perumusan. kebijakan. teknis,. penyusunan. rencana. dan. program,. penyusunan pedoman, standar, kriteria dan prosedur, evaluasi dan penyusunan laporan, serta melakukan pengaturan dan standardisasi produk pangan. 2) Seksi Kodeks Pangan Seksi Kodeks Pangan mempunyai tugas menyiapkan bahan perumusan kebijakan teknis, penyusunan rencana dan program, penyusunan pedoman, standar, kriteria dan prosedur, evaluasi dan penyusunan laporan, serta melakukan penyusunan kodeks pangan. 3) Seksi Tata Operasional Seksi Tata Operasional mempunyai tugas melakukan urusan tata operasional di lingkungan Direktorat Standardisasi Produk Pangan.. 3.8.2 Subdirektorat Standardisasi Pangan Khusus Subdirektorat. Standardisasi. Pangan. Khusus. mempunyai. tugas. melaksanakan penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis, penyusunan Universitas Indonesia. Laporan praktek….., Bhata Bellinda, FFar UI, 2014.

(30) 17. pedoman, standar, kriteria dan prosedur, evaluasi dan pelaksanaan pengaturan dan standardisasi pangan khusus. Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud, Subdirektorat Standardisasi Pangan Khusus menyelenggarakan fungsi : 1) Menyusun rencana dan program standardisasi pangan khusus. 2) Melaksanakan penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis, penyusunan pedoman, standar, kriteria dan prosedur, serta pelaksanaan pengaturan dan standardisasi pangan hasil rekayasa genetika dan iradiasi. 3) Melaksanakan penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis, penyusunan pedoman, standar, kriteria dan prosedur, serta melaksanakan pengaturan dan standardisasi produk pangan fungsional. 4) Melakukan evaluasi dan menyusun peraturan laporan standardisasi pangan khusus.. Subdirektorat Standardisasi Pangan Khusus terdiri dari : 1) Seksi Standardisasi Pangan Hasil Rekayasa Genetika dan Iradiasi Seksi Standardisasi Pangan Hasil Rekayasa Genetika dan Iradiasi mempunyai tugas menyiapkan bahan perumusan kebijakan teknis, penyusunan rencana dan program, penyusunan pedoman, standar, kriteria dan prosedur, evaluasi dan penyusunan laporan, serta melakukan pengaturan dan standardisasi pangan hasil rekayasa genetika dan iradiasi. 2) Seksi Standardisasi Pangan Fungsional Seksi Standardisasi Pangan Fungsional mempunyai tugas menyiapkan bahan perumusan kebijakan teknis, penyusunan rencana dan program, penyusunan pedoman, standar, kriteria dan prosedur, evaluasi dan penyusunan laporan, serta melakukan pengaturan dan standardisasi pangan fungsional.. 3.8.3 Subdirektorat Standardisasi Bahan Baku dan Bahan Tambahan Pangan Subdirektorat Standardisasi Bahan Baku dan Bahan Tambahan Pangan mempunyai tugas melaksanakan persiapan materi perumusan kebijakan teknis, Universitas Indonesia. Laporan praktek….., Bhata Bellinda, FFar UI, 2014.

(31) 18. penyusunan pedoman, standar, kriteria dan prosedur, evaluasi serta pelaksanaan pengaturan dan standardisasi bahan baku dan bahan tambahan pangan. Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud,. Subdirektorat. Standardisasi Bahan Baku dan Bahan Tambahan Pangan menyelenggarakan fungsi : 1) Menyusun rencana dan program standardisasi bahan baku dan bahan tambahan pangan. 2) Melaksanakan penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis, penyusunan pedoman, standar, kriteria dan prosedur, serta melaksanakan pengaturan dan standardisasi bahan baku. 3) Melaksanakan penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis, penyusunan pedoman, standar, kriteria dan prosedur, serta melaksanakan pengaturan dan standardisasi bahan tambahan pangan. 4) Melakukan evaluasi dan menyusun laporan standardisasi bahan baku dan bahan tambahan pangan.. Subdirektorat Standardisasi Bahan Baku dan Bahan Tambahan Pangan terdiri dari : 1) Seksi Standardisasi Bahan Baku Seksi Standardisasi Bahan Baku mempunyai tugas menyiapkan bahan perumusan. kebijakan. teknis,. penyusunan. rencana. dan. program,. penyusunan pedoman, standar, kriteria dan prosedur, evaluasi dan penyusunan laporan, serta melakukan pengaturan dan standardisasi bahan baku. 2) Seksi Standardisasi Bahan Tambahan Pangan Seksi. Standardisasi. Bahan Tambahan. Pangan mempunyai. tugas. menyiapkan bahan perumusan kebijakan teknis, penyusunan rencana dan program, penyusunan pedoman, standar, kriteria dan prosedur, evaluasi dan penyusunan laporan, serta melakukan pengaturan dan standardisasi bahan tambahan pangan.. Universitas Indonesia. Laporan praktek….., Bhata Bellinda, FFar UI, 2014.

(32) 19. 3.9 Strategi 1) Peningkatan kemampuan sumber daya. 2) Pelaksanaan evaluasi standardisasi produk pangan. 3) Pelaksanaan harmonisasi standar produk pangan. 4) Pelaksanaan sosialisasi dan advokasi standardisasi produk pangan. 5) Peningkatan jaringan kerja antar lembaga dan pemangku kepentingan lainnya.. 3.10Tahap Penyusunan Regulasi atau Peraturan Tahap penyusunan regulasi atau peraturan yang diterapkan di Direktorat Standardisasi Produk Pangan, seperti gambar sebagai berikut:. Pengumpulan Materi & Kajian Pustaka. Pemetaan dan Kaji Banding (Nasional, Regional, Internasional). Draft Awal Pengaturan Produk Pangan. Draft 1 Pengaturan Produk pangan. Pembahasan I (Prakonsensus) Narasumber & Stakeholder. Pembahasan II Nara Sumber & Stakeholder. Draft 2 Pengaturan Produk Pangan. Draft Akhir Pengaturan Produk Pangan. Pembahasan Akhir (Konsensus) Narasumber & Stakeholder. Gambar 3.2 Tahap Penyusuanan Regulasi/ Peraturan Universitas Indonesia. Laporan praktek….., Bhata Bellinda, FFar UI, 2014.

(33) 20. 3.11 Penyusunan Standar Nasional Indonesia (SNI)(10) Standar yang ada di Indonesia disebut Standar Nasional Indonesia. Standar adalah spesifikasi teknis atau sesuatu yang dibakukan termasuk tata cara dan metode yang disusun berdasarkan konsensus semua pihak yang terkait dengan memperhatikan syarat-syarat keselamatan, keamanan, kesehatan lingkungan hidup, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, serta pengalaman, perkembangan masa kini dan masa yang akan datang untuk memperoleh manfaat yang sebesar-besarnya (10). Standardisasi adalah proses merumuskan, menetapkan, menerapkan dan merevisi standar, yang dilaksanakan secara tertib dan bekerjasama dengan semua pihak. (10). . SNI merupakan salah satu output dari proses standardisasi. SNI adalah. Standar yang ditetapkan Badan Standarisasi Nasional yang berlaku secara Nasional(11). Dalam proses penyusunan SNI dilaksanakan oleh Panitia Teknis (PANTEK), yang terdiri dari wakil Pemerintah, wakil ahli/perguruan tinggi, wakil Industri/Usaha, wakil dari konsumen yang diusulkan oleh koordinator PANTEK dan ditetapkan oleh BSN. Direktorat Standardisasi Produk Pangan mempunyai 2 panitia teknis untuk menyusun SNI dibidang pangan yaitu : 1. Panitia teknis 67.01 : Pangan Olahan Tertentu Ruang Lingkup : Pangan olahan tertentu termasuk makanan untuk bayi (makanan dalam kemasan dan makanan siap saji untuk pangan bayi, pangan balita, pangan ibu hamil dan menyusui, pangan orang yang menjalankan diet khusus, pangan manula, pangan bagi penderita penyakit tertentu). 2. Panitia teknis 67.01 : Bahan Tambahan Pangan dan Kontaminan Ruang Lingkup: a. Bahan tambahan pangan b. Bahan dan benda yang bersentuhan dengan pangan.. Universitas Indonesia. Laporan praktek….., Bhata Bellinda, FFar UI, 2014.

(34) 21. Gambar 3.3 Tahap Perumusan SNI (Standar Nasional Indonesia). Universitas Indonesia. Laporan praktek….., Bhata Bellinda, FFar UI, 2014.

(35) 22. 3.12 Jenis Produk Standardisasi a. Peraturan/Regulasi Peraturan/regulasi di Indonesia diartikan sebagai sumber hukum formal berupa peraturan perundang-undangan yang memiliki beberapa unsur, yaitu merupakan suatu keputusan yang tertulis, dibentuk oleh lembaga negara atau pejabat yang berwenang, dan mengikat umum. Dalam hal ini peraturan mengenai keamanan, mutu dan gizi pangan yang bersifat mandatory (wajib) untuk di laksanakan karena ada perundangundangannya dan mengikat secara hukum. Contoh : Peraturan Kepala BPOM RI No. HK.00.06.1.52.4011 tahun 2009 tentang Penetapan Batas Maksimum Cemaran Mikroba dan Kimia dalam Makanan(3).. b. Standar Standar Nasional Indonesia, bersifat voluntary (sukarela), terutama untuk acuan syarat mutu, dikecualikan untuk SNI yang wajib dan diberlakukan dengan SK institusi terkait. Peraturan pemerintah Republik Indonesia No. 102 tahun 2000 tentang Standardisasi Nasional.. c. Pedoman Pedoman adalah hal (pokok) yg menjadi dasar (pegangan, petunjuk) untuk menentukan atau melaksanakan sesuatu. Pedoman bersifat voluntary (sukarela). Contohnya: Pedoman Kriteria Cemaran pada Pangan Siap Saji dan Pangan Industri Rumah Tangga. Dimana pedoman tersebut akan menjadi petunjuk bagi industri untuk menciptakan produk pangan yang aman, bermutu dan bergizi. d. Kode Praktis Pedoman yang lebih bersifat teknis. Contohnya: Cara Iradiasi yang Baik untuk Menghambat Pertunasan pada Umbi Lapis dan Umbi Akar atau Cara Iradiasi yang Baik untuk Memperpanjang Masa Simpan Pisang, Mangga, dan Pepaya yang diterbitkan tahun 2004.. e. SOP (Standar Operasional Prosedur) Standar Operasional Prosedur adalah pedoman atau acuan untuk melaksanakan tugas pekerjaan sesuai dengan fungsi dan alat penilaian kinerja instansi pemerintah berdasarkan indikator-indikator teknis, Universitas Indonesia. Laporan praktek….., Bhata Bellinda, FFar UI, 2014.

(36) 23. administratif dan prosedural sesuai dengan tata kerja, prosedur kerja dan sistem kerja pada unit kerja yang bersangkutan. Tujuan SOP adalah menciptakan komitmen mengenai apa yang dikerjakan oleh satuan unit kerja instansi pemerintahan untuk mewujudkan good govermance.. 3.13 Jenis Standar Pelayanan Publik Direktorat Standardisasi Produk Pangan Berdasarkan Peraturan Kepala Badan POM RI No. 39 tahun 2013 tentang Standar pelayanan publik di lingkungan badan pengawas obat dan makanan, maka dalam hal pelayanan publik Direktorat Standardisasi Produk Pangan melakukan empat (4) standar pelayanan publik antara lain : 1. Permohonan Pengkajian Keamanan, Mutu, Gizi dan Manfaat Pangan Untuk Kategori Pangan, Label dan Iklan Pangan 2. Permohonan Pengkajian Keamanan, Mutu, Gizi dan Manfaat Pangan Untuk Bahan Tambahan Pangan dan Bahan Penolong. 3. Permohonan Pengkajian Keamanan, Mutu, Gizi dan Manfaat Pangan Untuk Klaim Gizi dan Kesehatan, Bahan Baku, Zat Gizi dan Nongizi. 4. Permohonan Pengkajian Keamanan Pangan Produk Rekayasa Genetik (PRG). Universitas Indonesia. Laporan praktek….., Bhata Bellinda, FFar UI, 2014.

(37) BAB 4 PELAKSANAAN PKPA Pelaksanaan Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) di Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia (Badan POM RI) dimulai sejak tanggal 224 September 2013 yang dibuka oleh Kepala Biro Umum Badan POM RI dengan memberikan kegiatan kuliah umum tentang pengenalan Badan POM RI. Setelah itu dilanjutkan dengan kuliah umum oleh perwakilan dari masing-masing Direktorat, Pusat-pusat, dan Balai Besar/Balai POM RI. Kegiatan ini dilaksanakan selama 3 hari dan bertempat di aula gedung C, Badan POM RI. Direktorat Standardisasi Produk Pangan sebagai unit kerja PKPA kami di Badan POM RI, dilaksanakan dari tanggal 6 September 2013 hingga 20 September 2013. Direktorat Standardisasi Produk Pangan merupakan unit kerja eselon II di Bidang Pengawasan Keamanan Pangan dan Bahan Berbahaya (kedeputian III) yang menangani penyiapan perumusan kebijakan, penyusunan pedoman, standar, kriteria dan prosedur, serta pelaksanaan pengendalian, bimbingan teknis dan evaluasi di bidang pengaturan dan standardisasi produk pangan dengan pengawasan keamanan pangan dan bahan berbahaya. Direktorat Standardisasi Produk Pangan memiliki tiga SubDirektorat yang mendukung tugas pokok dan fungsinya, yaitu SubDirektorat Standardisasi Pangan Olahan, SubDirektorat Standardisasi Pangan Khusus, serta SubDirektorat Standardisasi Bahan Baku dan Bahan Tambahan Pangan. Berikut ini adalah kegiatan yang dilakukan oleh kami sebagai peserta PKPA di Direktorat Standardisasi Produk Pangan.. 4.1 Kegiatan PKPA di Direktorat Standardisasi Produk Pangan Di hari pertama kami berada di unit kerja Direktorat Standardisasi Produk Pangan,. kami. diterima oleh pembimbing kami, Kepala SubDirektorat. Standardisasi Pangan Olahan. Kami diberikan penjelasan secara umum tentang Direktorat Standardisasi Produk Pangan mulai dari tugas pokok dan fungsi di Direktorat. Standardisasi. Produk. Pangan,. struktur. 24 Laporan praktek….., Bhata Bellinda, FFar UI, 2014. organisasi. Direktorat. Universitas Indonesia.

(38) 25. Standardisasi Produk Pangan, definisi-definisi yang berhubungan dengan pangan dan tata tertib selama PKPA. Kami dijelaskan juga, bahwa dalam penyusunan standar dan pedoman yang dilakukan Direktorat Standardisasi Produk Pangan selalu berdasarkan bussiness process Badan POM RI telah tersertifikasi ISO 9001:2008 yang merupakan standar internasional dari sistem managemen mutu. Direktorat Standardisasi Produk Pangan masuk ke dalam POM 01 yang merupakan proses penyusunan standar dan yang setara dengan hal tersebut dan terdiri dari berbagai Standar Operasional Prosedur (SOP). Setelah itu, kami diberikan penjelasan oleh Kepala Seksi Tata Operasional terkait tugas pokok dan fungsi di Seksi Tata Operasional, pengenalan Direktur, Kepala SubDirektorat, Kepala Seksi, dan staf yang menjabat serta tugas pokok dan fungsinya secara umum, serta pembagian kerja kami di SubDirektorat masing-masing.. 4.2 Kegiatan PKPA di SubDirektorat Standar Pangan Olahan 1. Mendapat penjelasan dan pengarahan dari Kepala SubDirektorat Standar Pangan Olahan mengenai tugas pokok, fungsi, struktur organisasi, dan kegiatan yang dilakukan di SubDirektorat Standar Pangan Olahan. 2. Mendapat penjelasan dan pengarahan dari Kepala Seksi Standardisasi Produk Pangan mengenai kategori pangan dan pedoman periklanan pangan, dan retail pangan. 3. Mendapat penjelasan dan pengarahan dari Staf Seksi Kodeks Pangan mengenai Codex Alimentarius Commission, tugas pokok dan kegiatan yang dilakukan Seksi Kodeks Pangan. 4. Mempelajari mengenai “Kategori Pangan” dan “Pedoman Periklanan Pangan” menurut Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia; Undang-undang Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2012 tentang Pangan; Peraturan Pemerintahan Nomor 28 Tahun 2004 tentang Kemanan, Mutu dan Gizi Pangan; Peraturan Pemerintah Nomor 69 Tahun 1999 tentang Label dan Iklan Pangan; Keputusan kepala Badan POM RI No. HK. 00.05. 52. 4040 tahun 2006 tentang Kategori Pangan; dan Universitas Indonesia. Laporan praktek….., Bhata Bellinda, FFar UI, 2014.

(39) 26. Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia Nomor HK.03.1.23.12.11.10569 Tahun 2011 tentang Pedoman Cara Ritel Pangan yang Baik. 5. Mencari referensi berupa landasan hukum tentang outline Pedoman Cara Ritel Pangan pada Pasar Tradisional. 6. Membandingkan Pedoman Periklanan Pangan menurut Badan POM RI dengan Etika Pariwara Indonesia, serta memantau iklan pangan yang telah ditayangkan dan tidak sesuai dengan Pedoman Periklanan Pangan menurut Badan POM RI. 7. Melakukan pengkajian definisi dan karakteristik dasar dari minuman baru yang diimpor dari luar negeri, seperti minuman Soju, sehingga dapat diketahui kategorinya dalam pangan.. 4.3 Kegiatan PKPA di SubDirektorat Pangan Khusus 1. Mendapat penjelasan dan pengarahan dari Kepala SubDirektorat Standardisasi Pangan Khusus mengenai struktur, tugas pokok dan standar wajib yang dijadikan sebagai acuan pembuatan Produk Pangan Khusus. 2. Mendapat penjelasan dan pengarahan dari Kepala Seksi Standardisasi Pangan Hasil Rekayasa Genetik (PHRG) dan Iradiasi mengenai tugas pokok dan fungsi yang dilakukan dan Peraturan yang mengatur semua hal yang berkaitan dengan Pangan Khusus seperti pangan fungsional, PHRG dan Iradiasi, serta Pangan Olahan Oganik. 3. Mendapat penjelasan dan pengarahan dari Kepala Seksi Standardisasi Pangan Fungsional mengenai tugas pokok dan fungsi, beserta kegiatan yang dilakukan staf seksi standardisasi pangan fungsional, definisi dan penggolongan pangan fungsional beserta regulasi yang mengatur komposisi dan pelabelannya. 4. Mendapat penjelasan dan pengarahan dari Staf Standardisasi Pangan Fungsional dan Staf Standardisasi PHRG dan Iradiasi mengenai tugas dan fungsi serta pelayanan publik yang mereka lakukan. 5. Mempelajari peraturan peraturan Kepala Badan POM RI yang telah dikeluarkan terkait dengan SubDirektorat Pangan Khusus, seperti Universitas Indonesia. Laporan praktek….., Bhata Bellinda, FFar UI, 2014.

(40) 27. Peraturan Kepala Badan POM RI No. 30 tahun 2013 tentang Pengawasan Formula Lanjutan, Peraturan Kepala Badan POM RI No. 31 tahun 2013 tentang Pengawasan Formula Pertumbuhan, Peraturan Kepala Badan POM RI No. HK 03.1.23.11.11.09909 tahun 2011 tentang Pengawasan Klaim dalam Label dan Iklan Pangan Olahan, Peraturan Kepala Badan POM RI No. HK.03.1.23.03.12.1564 tahun 2012 tentang Pengawasan Pelabelan Pangan Produk Rekayasa Genetika, Peraturan Kepala Badan POM RI No. HK.03.1.23.03.12.1563. tahun. 2012. tentang. Pedoman. Pengkajian. Keamanan Pangan Produk Hasil Rekayasa Genetika, Peraturan Kepala Badan POM RI No. 26 tahun 2013 tentang Pengawasan Pangan Iradiasi, Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 701/MENKES/PER/VII/2009 tentang Pangan Hasil Iradiasi, dan Peraturan Kepala Badan POM RI No. HK.00.06.52.0100 tahun 2008 tetang Pangan Olahan Oganik, Peraturan Kepala Badan POM RI No. HK.03.1.52.08.11.07235 tahun 2011 tentang Pengawasan Formula Bayi dan Formula Bayi untuk Keperluan Medis Khusus. 6. Mempelajari bagaimana cara melakukan pengecekan klaim sesuai dengan peraturan yang telah berlaku secara nasional, regional dan internasional, seperti Food and Drug Administration (FDA), European Food Safety Authority (EFSA), atau Codex General Guideline and Claim. 7. Melakukan pemetaan konsep dengan membandingkan secara nasional (seperti: Undang-Undang yang berlaku) dan internasional (seperti: Codex General Guideline and Claim) yang telah berlaku dalam menyusun Rancangan Standar Nasional Indonesia (RSNI). 8. Melakukan. pencarian. referensi. mengenai. makanan. yang. dapat. menimbulkan / pencetus alergi yang berasal dari organisasi pangan di berbagai negara di dunia (Codex Alimentarius Commission, FDA dari US, EU dari perhimpunan negara-negara di benua eropa, FSANZ dari Australia). 9. Melakukan pengkajian mengenai MCT (Medium Chain Trygliceride) sebagai zat tambahan pada pangan yang berfungsi menurunkan berat badan. Universitas Indonesia. Laporan praktek….., Bhata Bellinda, FFar UI, 2014.

(41) 28. 10. Melakukan pengkajian mengenai pasak bumi (tongkat ali) sebagai campuran dalam kopi yang berfungsi khusus yaitu meningkatkan vitalitas tubuh bagi pria.. 4.4 Kegiatan PKPA di SubDirektorat Standardisasi Bahan Baku dan Bahan Tambahan Pangan 1.. Mendapat penjelasan dan pengarahan dari Kepala Seksi Standardisasi Bahan Tambahan Pangan mengenai tentang tugas pokok dan fungsi di Subdirektorat Standardisasi Bahan Baku dan Bahan Tambahan Pangan secara umum, kegiatan seksi Standardisasi Bahan Tambahan Pangan dan peraturan-peraturan yang mengatur semua hal yang berkaitan dengan bahan tambahan pangan.. 2.. Mendapat penjelasan dan pengarahan dari Kepala Seksi Standardisasi Bahan Baku mengenai tentang tugas pokok dan fungsi di Seksi Standardisasi Bahan Baku secara umum, kegiatannya termasuk dalam menyusun SNI dan peraturan-peraturan yang mengatur semua hal yang berkaitan dengan bahan baku.. 3.. Mempelajari mengenai Bahan Penolong, penggolongan Bahan Tambahan Pangan (BTP) menurut keputusan peraturan Kepala Badan POM RI.. 4.. Melakukan pengkajian mengenai “Bagaimana jika suatu industri ingin menggunakan BTP yang tidak terdapat dalam Permenkes Nomor 033 Tahun 2012 ke dalam produk hasil industri.”. 5.. Melakukan penginputan rekapan data pengajuan izin khusus penggunaan BTP, Bahan Baku dan Bahan Penolong dari berbagai industri produk pangan baik itu persetujuan maupun penolakan, berikut contohnya.. 6.. Membuat ringkasan dan kesimpulan dari jurnal hasil penelitian yang diajukan industri pangan untuk dikaji yang berjudul “Dampak Kesehatan dari Penggunaan Aspartam pada Anak-Anak dan Remaja”, “Konsentrasi Metanol pada Darah Bayi Berumur Satu Tahun. yang Diberikan. Aspartam”, “ Menentukan Keamanan Pangan selama Kehamilan”, “Efek Aspartam pada Plasma dan Konsentrasi Asam Amino Bebas Eritrosit pada. Universitas Indonesia. Laporan praktek….., Bhata Bellinda, FFar UI, 2014.

(42) 29. Bayi Berumur Satu Tahun”, dan “Efek dari Diet Tinggi Sukrosa atau Aspartam pada Perilaku dan Kinerja Kognitif Anak” .. Universitas Indonesia. Laporan praktek….., Bhata Bellinda, FFar UI, 2014.

(43) BAB 5 LANDASAN TEORI DAN PEMBAHASAN 5.1. Landasan Teori Berikut adalah definisi yang berkaitan dengan Direktorat Standardisasi. Produk Pangan. 1. Pangan adalah segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati produk pertanian, perkebunan, kehutanan, perikanan, peternakan, perairan, dan air, baik yang diolah maupun tidak diolah yang diperuntukkan sebagai makanan atau minuman bagi konsumsi manusia, termasuk bahan tambahan Pangan, bahan baku Pangan, dan bahan lainnya yang digunakan dalam proses penyiapan, pengolahan, dan/atau pembuatan makanan atau minuman.(13) 2. Pangan olahan adalah makanan atau minuman hasil proses dengan cara atau metode tertentu dengan atau tanpa bahan tambahan.(13) 3. Kategori Pangan adalah pengelompokkan pangan berdasarkan jenis pangan tersebut.(16) 4. Keamanan Pangan adalah kondisi dan upaya yang diperlukan untuk mencegah pangan dari kemungkinan cemaran biologis, kimia, dan benda lain yang dapat mengganggu, merugikan, dan membahayakan kesehatan manusia serta tidak bertentangan dengan agama, keyakinan, dan budaya masyarakat sehingga aman untuk dikonsumsi. (9,13) 5. Produk Rekayasa Genetik atau organisme hasil modifikasi yang selanjutnya disingkat PRG adalah organisme hidup, bagian-bagiannya dan/atau hasil olahannya yang mempunyai susunan genetik baru dari hasil penerapan bioteknologi modern.(5) 6. Iradiasi pangan adalah metode penyinaran terhadap pangan, baik dengan menggunakan zat radioaktif maupun akselerator untuk mencegah terjadinya pembusukan dan kerusakan, membebaskan pangan dari jasad renik patogen serta mencegah pertumbuhan tunas. (6). 32 Laporan praktek….., Bhata Bellinda, FFar UI, 2014. Universitas Indonesia.

(44) 31. 7. Pangan iradiasi adalah setiap pangan yang dengan sengaja dikenai radiasi pengion tanpa memandang sumber atau jangka waktu iradiasi ataupun besar energi yang digunakan. (6) 8. Label pangan adalah setiap keterangan mengenai pangan yang berbentuk gambar, tulisan, kombinasi keduanya atau bentuk yang lain yang disertakan pada pangan, dimasukkan ke dalam, ditempelkan pada, atau merupakan bagian kemasan pangan, yang selanjutnya dalam Peraturan Pemerintah ini disebut Label(12). 9. Iklan pangan adalah setiap keterangan atau pernyataan mengenai pangan dalam bentuk gambar, tulisan, atau bentuk yang lain yang dilakukan dengan berbagai cara untuk pemasaran dan atau perdagangan pangan, yang selanjutnya dalam peraturan pemerintah ini disebut Iklan (12). 10. Pangan Fungsional adalah Pangan Olahan yang mengandung satu atau lebih komponen pangan yang berdasarkan kajian ilmiah mempunyai fungsi. fisiologis. tertentu. diluar. fungsi. dasarnya,. terbukti. tidak. membahayakan dan bermanfaat bagi kesehatan. (15) 11. Klaim adalah segala bentuk uraian yang menyatakan, menyarankan atau secara tidak langsung menyatakan perihal karakteristik tertentu suatu pangan yang berkenaan dengan asal usul, kandungan gizi, sifat, produksi, pengolahan, komposisi atau faktor mutu lainnya. (15) 12. Bahan Tambahan Pangan (BTP) adalah bahan yang ditambahkan ke dalam pangan untuk mempengaruhi sifat atau bentuk pangan.(7) 13. Bahan penolong (processing Aids) adalah bahan, tidak termasuk peralatan, yang lazimnya tidak dikonsumsi sebagai pangan, digunakan dalam proses pengolahan pangan untuk memenuhi tujuan teknologi tertentu dan tidak meninggalkan residu pada produk akhir, tetapi apabila tidak mungkin dihindari, residu dan atau turunannya dalam produk akhir tidak menimbulkan risiko terhadap kesehatan serta tidak mempunyai fungsi teknologi. (5) 14. Batas Maksimum adalah jumlah maksimum BTP yang diizinkan terdapat pada pangan dalam satuan yang ditetapkan. (7). Universitas Indonesia. Laporan praktek….., Bhata Bellinda, FFar UI, 2014.

(45) 32. 5.2. Pembahasan Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan yang kemudian. diubah menjadi Badan Pengawas Obat dan Makanan dan ditetapkan sebagai Lembaga Pemerintah Non Kementrian (LPNK) berdasarkan Keputusan Presiden No. 103 tahun 2001 tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi, Kewenangan, Susunan Organisasi dan Tata Kerja Lembaga Pemerintah Non Departemen. Dengan perubahan ini, Badan POM RI di bawah dan bertanggung jawab langsung kepada Presiden dan Badan POM RI berkoordinasi dengan Menteri Kesehatan. berdasarkan Keputusan Kepala Badan POM RI Nomor 02001/SK/KBPOM Pasal 2 tentang Organisasi dan Tata Kerja Badan Pengawas Obat dan Makanan, Badan POM RI mempunyai tugas untuk melaksanakan tugas pemerintahan di bidang pengawasan obat dan makanan sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan yang berlaku. Perubahan ini diharapkan dapat meningkatkan kemampuan Badan POM RI dalam mengatasi masalah terkait pengawasan obat dan makanan yang semakin kompleks karena berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi khususnya terkait pangan serta untuk meningkatkan kinerja Badan POM RI dalam lingkup regional dan Internasional. Seperti yang telah diketahui, Badan POM RI memiliki 3 kedeputian, salah satunya kedeputian III yang membawahi Bidang Pengawasan Keamanan Pangan dan Bahan Berbahaya. Di bawah kedeputian ini terdapat 5 Direktorat yang salah satunya adalah Direktorat Standardisasi Produk Pangan. Dalam melaksanakan kegiatannya Direktorat Standardisasi Pangan mengacu pada standar dan regulasi berikut : a. Undang-Undang RI No. 18 tahun 2012 tentang Pangan b. Undang-Undang RI No. 8 tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen. c. Peraturan Pemerintah No. 28 tahun 2004 tentang Keamanan, Mutu, dan Gizi Pangan. d. Peraturan Pemerintah No. 102 tahun 2000 tentang Standardisasi Nasional e. Peraturan Pemerintah No. 69 tahun 199 tentang Label dan Iklan Pangan f. Codex Alimentarius Commision. Universitas Indonesia. Laporan praktek….., Bhata Bellinda, FFar UI, 2014.

(46) 33. Dalam menjalankan tugas dan fungsinya, Direktorat Standardisasi Produk Pangan mempunyai tiga Subdirektorat, yaitu Subdirektorat Standardisasi Pangan Olahan, Subdirektorat Standardisasi Pangan Khusus, dan Subdirektorat Standardisasi Bahan Baku dan Bahan Tambahan Pangan.. 5.2.1 Subdirektorat Standardisasi Pangan Olahan Pelaksanaaan Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) khususnya di Subdirektorat Standardisasi Pangan Olahan, mempelajari dan melaksanakan halhal yang terkait dalam standardisasi pangan olahan. a. Kategori Pangan(16) Peraturan yang telah sah dan diberlakukan pihak Badan POM RI dapat dilihat dalam Keputusan Kepala Badan POM RI No.HK.00.05.52.4040 tentang Kategori Pangan Tahun 2006. Penggolongan pangan ini berguna sebagai acuan bagi produsen pangan untuk memproduksi dan mengedarkan produk pangan yang aman, bermutu dan bergizi, khususnya untuk menentukan nama jenis pangan yang akan dicantumkan pada label dan iklan pangan. Selain itu, kategori pangan juga menjadi pedoman Badan POM RI untuk mengawasi produk pangan baik pre market evaluation ( pengawasan sebelum pangan beredar ) dan post market inspection ( pengawasan sesudah pangan beredar). b. Label Pangan(12,13) Berdasarkan Undang-Undang Nomor 18 tahun 2012 tentang Pangan, serta Peraturan Pemerintah RI No.69 tahun 1999 tentang Label dan Iklan Pangan dan Peraturan Kepala Badan POM Nomor HK.03.1.5.12.11.09955 tahun 2011 tentang Pendaftaran Pangan Olahan, maka pada label produk pangan harus mencantumkan keterangan : 1.. Nama produk. 2.. Daftar bahan yang digunakan. 3.. Berat bersih atau isi bersih. 4.. Nama dan alamat pihak yang memproduksi atau memasukkan pangan ke dalam wilayah Indonesia. 5.. Keterangan kedaluwarsa Universitas Indonesia. Laporan praktek….., Bhata Bellinda, FFar UI, 2014.

(47) 34. 6.. Nomor pendaftaran pangan. 7.. Kode produksi. c. Iklan Pangan(8,13) Iklan pangan merupakan suatu bagian dari promosi pangan yang sangat besar pengaruhnya baik secara sosial maupun ekonomi. Oleh karena itu diperlukan keseimbangan antara iklan produk pangan dengan manfaat yang diperoleh konsumen. Hal ini berguna agar konsumen tidak merasa tertipu akibat iklan produk yang mengiklankan produknya secara berlebihan dan pengklaiman yang tidak sesuai dengan kenyataan produknya, sehingga perlu adanya suatu pedoman yang mengatur secara teknis periklanan produk pangan. (8) Di tahun 2008 disusunlah Pedoman Periklanan Pangan oleh Badan POM RI sebagai petunjuk teknis periklanan pangan yang merupakan suatu penjabaran operasional mengenai hal-hal yang di perbolehkan atau dilarang dalam. periklanan. pangan,. sehingga. pedoman. ini. bertujuan. untuk. menghindarkan hal-hal yang tidak benar, menyesatkan, dan berlebihan. Sebagai contoh yaitu pernyataan “memakan 3 buah permen setara dengan 1 gelas susu”. Hal ini dilarang dalam iklan pangan, karena pernyataan tersebut dapat menimbulkan persepsi/gambaran yang menyesatkan mengenai pangan yang bersangkutan. Saat ini, perkembangan teknologi periklanan pangan sangat pesat dan inovasi produsen untuk berkreasi menciptakan iklan-iklan yang lebih menarik perhatian masyarakat semakin beragam, namun mengakibatkan masih banyaknya kesalahan dalam beriklan. Dengan demikian pemerintah ( Badan POM RI ) merasa perlu memperbaharui Pedoman Periklanan Pangan. Untuk memperbaharui (revisi) Pedoman Periklanan Pangan, Badan POM RI juga melihat aturan yang sudah dibuat P3I (Persatuan Perusahaan Periklanan Indonesia) tentang Etika Pariwara Indonesia. Salah satu contoh perbedaannya adalah di dalam EPI diatur mengenai originalitas yang berarti iklan tersebut tidak pernah ada sebelumnya, tetapi dalam Pedoman Periklanan Pangan tidak mengatur mengenai hal tersebut. Hal ini dikarenakan EPI lebih mengatur Universitas Indonesia. Laporan praktek….., Bhata Bellinda, FFar UI, 2014.

(48) 35. periklanan yang bersifat umum, sedangkan Pedoman Periklanan Pangan yang dibuat oleh Badan POM RI bersifat spesifik untuk periklanan pangan.. d. Ritel Pangan pada Pasar Tradisional Pasar tradisional melekat pada kehidupan masyarakat di negara Indonesia. Konon di luar negeri pasar tradisional jarang bahkan hampir tidak dapat ditemui. Akibat kemajuan teknologi dan modernisasi zaman, masyarakat menciptakan batasan antara pasar tradisional dan pasar modern. Pasar modern cenderung lebih tertata rapi. dalam. hal. manajerial. penggolongan, penempatan, penyusunan, penyimpanan barang yang dijual, pelayanan konsumen sampai dengan penetapan harga jual tetap kepada seluruh calon pembeli. Hal tersebut sudah tercantum di dalam Peraturan Kepala Badan POM RI No.HK.03.1.23.12.11.10569 Tahun 2011 tentang Pedoman Cara Ritel Pangan pada Pasar Modern. Pasar tradisional erat kaitannya dengan rendahnya keamanan pangan, misalnya dalam hal penyimpanan dan pengelompokkan pangan. Oleh sebab itu, maka perlu diatur bagaimana meritel (menjual) pangan di pasar tradisional. Direktorat Standardisasi Produk Pangan sudah membuat outline Pedoman Cara Ritel Pangan pada pasar tradisional guna membenahi pasar tradisional yang telah ada dan sebagai acuan untuk pedagang yang akan menyelenggarakan penjualan pangan secara ritel di pasar tradisional. e. Codex Alimentarius Commission (CAC) Codex Alimentarius Commission (CAC) merupakan wadah tertinggi Internasional yang membuat standar mengenai keamanan, mutu, label, dan iklan. Dalam menyusun standar dan regulasi dalam hal pangan, semua Negara termasuk Indonesia mengacu kepada standar yang dihasilkan oleh CAC seperti Codex STAN, Guideline (GL) dan persyaratan teknis (Technical Requirement). Acuan-acuan tersebut dapat diadopsi sebagian atau seluruhnya tergantung kepentingan, kondisi dan keberadaan di Indonesia.. Universitas Indonesia. Laporan praktek….., Bhata Bellinda, FFar UI, 2014.

(49) 36. 5.2.2 Subdirektorat Standarisasi Pangan Khusus Pelaksanaaan Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) khususnya di Subdirektorat Standardisasi Pangan Khusus, kami mempelajari peraturan Kepala BPOM RI terkait dengan Subdirektorat Pangan Khusus yang menjadi landasan pelaksanaan secara teknis di lapangan. Peraturan-peraturan tersebut adalah terkait hal-hal sebagai berikut : a. Pangan Fungsional Setiap orang saat ini mulai menyadari akan kebutuhan gizi yang dibutuhkannya, sehingga peluang pasar telah bergeser dari kebutuhan secara umum menjadi kebutuhan secara individual dan produsen melihat peluang pasar tersebut. Hal ini terlihat dengan maraknya peredaran produk-produk yang mengklaim bahwa produknya merupakan pangan fungsional. Berdasarkan. Peraturan. Kepala. Badan. POM. RI. No.. HK.03.1.23.11.11.09909 tahun 2011 Tentang Pengawasan Klaim Dalam Label dan Iklan Pangan Olahan, telah memuat tentang pernyataan-pernyataan klaim pangan antara lain mengenai “Tinggi Kalsium”, “Rendah Lemak”, “Rendah Kolesterol” dan lain sebagainya, baik dalam bentuk jumlah dan keterangannya. Jenis produk dengan klaim tersebut dalam Peraturan Kepala Badan POM RI No. HK.03.1.23.11.11.09909 tahun 2011 Tentang Pengawasan Klaim Dalam Label dan Iklan Pangan Olahan masuk ke dalam golongan Pangan fungsional,. sehingga. produk. tersebut. harus. memenuhi. persyaratan. mengandung jenis komponen pangan dalam jumlah yang sesuai dengan batasan yang ditetapkan, memiliki karakteristik sensori seperti penampakan, warna, tekstur atau konsistensi dan cita rasa yang dapat diterima konsumen; dan dapat disajikan dan dikonsumsi sebagaimana layaknya makanan atau minuman. Salah satu contoh klaim produk yang beredar adalah “No added Sugar”, produk dengan klaim ini akan banyak dicari oleh konsumen yang takut gemuk atau memiliki penyakit diabetes atau keturunan diabetes atau penyakit yang masuk dalam Penyakit Tidak Menular (PTM). Hal tersebut sudah terkait dan tercantum di dalam Peraturan Kepala Badan POM RI No.. Universitas Indonesia. Laporan praktek….., Bhata Bellinda, FFar UI, 2014.

Gambar

Gambar 2.1 Struktur Organisasi Badan POM RI ....................................... 5 Gambar 3.1 Struktur Organisasi Direktorat Standardisasi Produk Pangan 15 Gambar 3.2 Tahap Penyusunan Regulasi/Peraturan ………...……..........
Gambar 2.1 (a) Tanaman bayam hijau………….......................................... 3 Gambar 2.1 (b) Tanaman bayam merah.......................................................
Tabel 2.1 Kandungan Gizi Bayam dan Kangkung ...................................... 4
Gambar 2.1 (a) Tanaman bayam hijau (b) Tanaman bayam merah
+4

Referensi

Dokumen terkait

Penafsiran a contrario (menurut pengingkaran) yaitu, suatu cara menafsirkan undang-undang yang didasarkan pada perlawanan pengertian antara soal yang dihadapi dan soal yang

Unit Identifikasi Direktorat Reserse Kriminal Umum Polisi Daerah Riau dalam mengungkap pelaku tindak pidana pembunuhan berencana yang sedang melakukan proses

«Aydınlanmaya engel teşkil eden, bu geçici bedenin içindeki Atman'ın ihtişamını gören kişi; Atman'ın her şeyin yaratıcısı ve sahibi olan Tanrı ile bir ve

Dokumen Pelawan eTender ini hanya boleh diekses di dalam eProcure Portal ( https://app.procurehere.com ) sahaja dan hanya mereka yang diberikan kebenaran oleh pihak Penender/Pembida

Hasil penelitian ini mendukung hasil temuan Hidayat (2009:65) yang menyatakan bahwa Kualitas produk berpengaruh tidak signifikan terhadap Loyalitas pelanggan, hal

Proker PS IP FISIP UB ini disusun sebagai landasan berpijak dan merupakan arah pengembangan Program Studi Ilmu Politik dalam 4 tahun ke depan sebagai

Sebelum melaksanakan pembelajaran terlebih dahulu dipersiapkan segala sesuatu yang diperlukan dalam pembelajaran baik itu untuk kelompok kontrol dan kelompok

pengamatan untuk memperoleh penginferensian terfusi, yakni pengetahuan baru sistem yang direpresentasikan dalam bentuk Distribusi Probabilitas Pengetahuan Baru terhadap Waktu