C hildhood and
C hildhood and
the Anticipation of R oles
the Anticipation of R oles
• Seorang anak harus mengetahui mau
menjadi orang yang seperti apa DIRINYA
kelak. lalu ia meng-identifikasikan dirinya
dengan orangtuanya, yang tampak baginya
penuh kekuatan dan cantik, meskipun sering
unreasonable (tak masuk akal),
disagreeable (marah-marah) dan dangerous
(berbahaya).
• 3 macam perkembangan yg mendukung fase ini :
1) Anak belajar uNtUk bergerak bebas DAN lepas dENgAn tujuan-tujuan yANg tak
terbatas.
2) Kemampuan berbahasa anak meningkat sampai taraf mengerti dan bANyAk
bertanya tentang segala hal, tApI bisa disalahartikan oleh anak.
3) Bahasa dan lokomotor membuat anak dApAt mengembangkan imajinasinya dAlAm bANyAk peran, dimana HAL-HAL YANG MENAKUTKAN DIRINYA tIdAk dPt
• Hal ini merupakan a sense of initiative sEbAgAI
dasar uNtUk rasa ambisi dan tujuan yANg realistik. • KRITERIA S ense of initiative yANg utuh:
krisis mengalami resolusi ketika anak tAmpAk
“lebih menjadi dirinya”, lebih mencintai, lebih rIlEks dan LEBIH cerdas dAlAm pertimbanganNYA
Anak tampak lebih aktif.
• Anak jUgA mempunyai energi lebih sehingga dENgAn cepat melupakan kegagalan dan
menghampiri daerah baru yANg diinginkanNYA, sekalipun tAmpAk berbahaya, dENgAn semangat yANg menyala-nyala dan peningkatan sense of direction.
• PAdA akhir tahun ke-3:
anak SUDAH DAPAT berjalan DENGAN
MUDAH.
ANAK mulai membuat perbandingan dan
mengembangkan suatu rasa ingin
tahuNYA tENtANg perbedaan-PERBEDAAN dAlAm ukuran, tERmAsUk perbedaan
tENtANg seksual dan usia.
ANAK mencoba uNtUk memahami peranan
masa dEpAn yANg memUNgkInkan dan menghubungkannya dENgAn usianya sendiri.
DibAwAh bimbingan anak yANg lebih
tua atau pembimbing wanita khusus, ANAK masuk dAlAm infantile politics di taman kanak-kanak, sudut jalan dan pekarangan.
ANAK belajar dENgAn intrusive dan giat yANg membuatnya terlepas dari
keterbatasannya dan menuju kePADA kemUNgkInan-KEMUNGKINAN di masa dEpAn.
•
The
Intrusive
Mode:
perilaku yANg mendominasi fase ini ditandai
dENgAn aktivitas dan fantasi yANg
“menyerupai”, TERMASUK:
1) intrusi pAdA ruang dENgAn gerakan yANg penuh semangat.
2) intrusi pAdA sesuatu yANg tIdAk
diketahui dENgAn penuh keingintahuan. 3) intrusi pada telinga dan pikiran orANg
4) intrusi pAdA tubuh dENgAn serangan pAdA fisik.
5) dan sering yANg paling menakutkan pikiran phallus mengintrusi tubuh ♀
DIsebut th e ph allic stag e dAlAm teori
seksual infantil fase keingintahuan infantil terhadap eksitabilitas genital, preokupasi
dan kepedulian yANg berlebihan terhadap hal seksual seperti hilangnya penis pAdA anak perempuan.
• “Genital” disini tentu saja rudimenter,
bahkan sering tidak terlalu diperhatikan. Bila tidak secara spesifik diprovokasi ke dalam manifestasi prekoks terutama oleh praktik seduktif atau ditunjuk oleh larangan dan ancaman “cutting it off” hal ini
mengarah tidak lebih dari suatu seri
pengalaman yang menarik yang dengan
segera akan menjadi menakutkan dan cukup tanpa makna untuk direpresi.
• Freud menyebutnya “Periode Laten”
suatu penundaan panjang yang memisahkan seksualitas infantil dan maturasi seksual
secara fisik disertai oleh pengenalan fakta bahwa walaupun telah berusaha dengan
imajinasi dirinya yang dapat menjadi
seorang ibu dan ayah kelak akan menjadi ayah yang akan berhubungan seksual
dengan ibu, atau sebaliknya.
Emosional yang sangat dalam memberi
konsekuensi dengan adanya insight dan magic fears oleh Freud disebut O edipu s
• Berdasarkan pada logika perkembangan yang memutuskan bahwa anak laki-laki
melekatkan first genital affection-nya pada ibu (maternal adult) yang memberikan
kenyamanan pada tubuhnya dan anak laki-laki mengembangkan first sexual rivalry-nya melawan ayah.
• Anak perempuan kecil menjadi lengket dengan ayahnya dan laki-laki penting lainnya dan menjadi cemburu terhadap ibunya
Perkembangan ini membuatnya menjadi sangat cemas.
• Anak perempuan sering mengalami
suatu perubahan pada fase ini
mereka mengobservasi secara cepat
atau lambat bahwa lokomotor, mental
dan intrusif sosial mereka sekuat anak
laki-laki
membuat mereka menjadi
“tomboy” yang sempurna, namun
mereka kekurangan satu hal yaitu
“penis”. Anak laki-laki memiliki organ
tsb yang tampak, dapat ereksi dimana
ia dapat meraih mimpinya seperti
• Klitoris anak perempuan hanya mimpi buruk tentang kesamaan seksual, dan bahkan ia
tidak memiliki payudara yang analog dengan ukuran masa depannya.
• Ibu yang mendominasi rumah tangga, anak laki-laki dapat mengembangkan rasa
inadekuatnya karena ia belajar pada fase ini bahwa dirinya dapat berbuat baik saat
bermain dan bekerja, ia tidak pernah
menjadi “boss” terhadap rumahnya, ibunya atau saudara-saudara perempuannya yang lebih tua
.
• Karena kepentingan kehidupan ekonomi dan sosial membuat peran pria dan wanita
dapat dimengerti memberikan sesuatu yang salah secara dini tentang perbedaan
seksual lebih mudah terintegrasi ke dalam corak budaya untuk diferensiasi peran
seksual.
• Baik anak laki-laki dan perempuan
mengapresiasi harapan secara luar biasa bahwa kelak mereka akan menjadi sebaik ayah atau ibunya – mungkin lebih baik.
• Pada fase ambulatory bermain dan
infantil secara genital, menambah
penemuan modalitas sosial dasar pada
kedua jenis kelamin yang “membuat”
(“
making
”),
childlike sense of “being on the
make”.
• modalitas sosial dasar
kenikmatan pada
kompetisi, desakan pada tujuan,
• Anak mengembangkan cikal bakal
inisiatif maskulin atau feminin
sexual
self-images
menjadi bagian yang
penting dalam aspek positif dan negatif
identita s
s ek s ua l
di kemudian hari.
•
S ense of
guilt
yang dalam dibangkitkan
suatu rasa aneh, untuk menyiratkan
bahwa tiap manusia telah melakukan
perbuatan dan kejahatan.
• Sementara perjuangan untuk otonomi memburuk yang terkonsentrasi pada
persaingan lebih pada suatu ekspresi jealous rage yang sering secara langsung melawan saudaranya yang lebih muda.
• C em buru dan persaingan sering menyakiti hati menjadi klimaks pada kontes akhir untuk mendapatkan posisi yang disayangi oleh ayah atau ibunya kegagalan
• Castration Com plex:
pada anak laki-laki : ketakutan kehilangan
penis.
pada anak perempuan : ia kehilangan
penis sebagai hukuman atau fantasi dan perbuatan rahasia.
• Pemimpin tertinggi dari initiative adalah suara hati (con scien ce).
• Seorang anak tidak hanya merasa takut tapi juga mendengar “inner voice”-nya terhadap self-observation, self-guidance, dan
self-punishment yang terbagi-bagi dalam dirinya
merupakan dasar moralitas.
• Suara hati anak dapat primitif, kejam dan tidak kompromi yang dapat diobservasi pada kejadian dimana anak belajar untuk mengkonstriksi dirinya terhadap semua larangan; ketika mereka menjadi patuh seperti yang diharapkan orangtuanya;
ketika mereka regresi dan marah
karena orangtuanya tidak memperhati
kan suara hati mereka
salah satu
konflik terdalam dalam hidup disebab
kan oleh kebencian terhadap orangtua
nya yang pada awalnya sebagai model
dan eksekutor suara hatinya, tapi
kemudian mencoba untuk “meloloskan
diri” (“get away with”) dari pelanggaran
• Kecurigaan dan pengelakan yang
ditambahkan pada kualitas “
all-or- nothing”
dari superego membuat bahaya besar
yang potensial terhadap dirinya dan para
pengikutnya.
• Moralitas dapat menjadi sinonim dengan
“mendendam” dan supresi terhadap orang
lain.
• Konsekuensi patologis pada fase ini tidak
muncul sampai nanti ketika Konflik atas
inisiatif diekspresikan sebagai
Hysterical
Denial
atau
S elf
R estriction yang
mempertahankan seseorang untuk hidup
dengan kapasitas dalam dirinya atau
kekuatan imajinasi dan perasaannya, bila
tidak dalam hubungannya dengan impotensi
seksual atau frigiditas.
• Banyak orang dewasa yang merasa
“berharga sebagai orang” pada apa yang
mereka tuju di masa datang, bukan apa
yang mereka lakukan saat ini.
• Konsekuensinya
tubuh terus dipacu
sekalipun sedang istirahat
berkontribusi
besar dalam penyakit psikosomatis.
• Dalam perkembangan identitas orang dewasa menceritakan contoh-contoh
tentang kehidupan yang hebat dan
kehebatan masa lalunya, menawarkan anak-anak ini tentang eth os of action dalam
bentuk tipe yang ideal dan teknik-teknik yang cukup menyenangkan untuk
menggantikan tokoh pahlawan yang ada di buku cerita atau dongeng.
• Permainan (play) kapan dimulainya, kapan harus dihentikan, apa yang “tidak boleh”,
• Untuk anak identifikasi baru yang
menjanjikan inisiatif yang luas tapi kurang menimbulkan konflik dan rasa bersalah
terhadap persaingan di rumah.
• Dalam hubungannya dengan kegiatan bermain dan bekerja Persahabatan
(companionship) dapat berkembang antara ayah dan anak laki-laki, ibu dan anak
• Pada Fase Oedipal tidak hanya moral
sense apa yang diperbolehkan atau tidak, tetapi juga mengatur arah apa yang
mungkin dan nyata yang melibatkan impian infantil dalam berbagai tujuan teknologi dan budaya.