• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS PERTUMBUHAN EKONOMI DAN KETIMPANGAN PENDAPATAN DI WILAYAH SUBOSUKOWONOSRATEN PERIODE

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ANALISIS PERTUMBUHAN EKONOMI DAN KETIMPANGAN PENDAPATAN DI WILAYAH SUBOSUKOWONOSRATEN PERIODE"

Copied!
24
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS PERTUMBUHAN EKONOMI DAN KETIMPANGAN PENDAPATAN DI WILAYAH SUBOSUKOWONOSRATEN

PERIODE 1990 - 2014

ARTIKEL PUBLIKASI ILMIAH

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Dan Syarat-Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Ilmu Ekonomi Studi Pembangunan Pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Surakarta

Oleh :

MARLENI RIAS FITRIANASARI B300120077

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

(2)
(3)

ABSTRAK

Penelitian ini berjudul “Analisis Pertumbuhan Ekonomi dan Ketimpangan Pendapatan Di Wilayah SUBOSUKOWONOSRATEN Periode 1990-2014”. Adapun tujuannya untuk mengetahui gambaran pola dan struktur pertumbuhan ekonomi masing-masing daerah di wilayah Subosukowonosraten berdasarkan pertumbuhan ekonomi dan PDRB per-kapita serta untuk menganalisis besarnya ketimpangan pendapatan di wilayah SUBBOSUKOWONOSRATEN (Surakarta, Boyolali, Sukoharjo, Karanganyar, Wonogiri, Sragen, Klaten) . Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Adapun metode analisis yang digunakan adalah tipology klassen dan indeks williamson.

Hasil penelitian menunjukkan dengan menggunakan analisis tipology klassen dapat disimpulkan bahwa di kota Surakarta berada di kuadran pertama (daerah cepat maju dan cepat tumbuh) dan kuadran kedua (daerah berkembang cepat). Kabupaten Boyolali masuk pada kuadran ketiga (daerah maju tapi tertekan) dan keempat (daerah relative tertinggal). Kabupaten Sukoharjo masuk dalam kuadran pertama (daerah cepat maju dan cepat tumbuh), kuadran kedua (daerah berkembang cepat), kuadran ketiga (daerah maju tapi tertekan) dan kuadran keempat (daerah relative tertinggal). Kabupaten Karanganyar masuk dalam kuadran pertama (daerah cepat maju dan cepat tumbuh), kuadran kedua (daerah berkembang cepat), kuadran ketiga (daerah maju tapi tertekan), dan kuadran keempat (daerah relative tertinggal). Di Kabupaten Wonogiri dan Kabupaten Klaten berada pada kuadran ketiga (daerah maju tapi tertekan) dan kuadran keempat (daerah relative tertinggal). Sedangkan di kabupaten Sragen masuk dalam kuadran pertama (daerah cepat maju dan cepat tumbuh), kuadran ketiga (daerah maju tapi tertekan) dan kuadran keempat (daerah relative tertinggal).

Berdasarkan analisis indeks Williamson, menunjukkan bahwa ketimpangan rata-rata yang terjadi di wilayah SUBOSUKOWONOSRATEN Periode 1990-2014 sebesar 0,322. Ketimpangan pendapatan di wilayah SUBOSUKOWONOSRATEN masih tergolong rendah, akan tetapi mengalami peningkatan yang tidak signifikan pada tahun pengamatan.

(4)

ABSTRACT

This study entitled "Analysis of Economic Growth and Income Inequality In Area SUBOSUKOWONOSRATEN Period 1990-2014". The purpose is to reveal the pattern and structure of economic growth in each region in the area Subosukowonosraten based economic growth and GDP per capita as well as to analyze the level of income inequality in the region SUBBOSUKOWONOSRATEN (Surakarta, Boyolali, Sukoharjo, Karanganyar, Wonogiri, Sragen, Klaten). The data used in this research is secondary data. The analytical methods used are tipology Klassen and williamson index.

The results showed using Klassen tipology analysis can be concluded that in Surakarta is in the first quadrant (local fast forward and fast-growing) and the second quadrant (fast growing area). Boyolali entered in the third quadrant (forward but depressed areas) and fourth (relatively underdeveloped regions). Sukoharjo entry in the first quadrant (local fast forward and fast-growing), the second quadrant (fast growing area), the third quadrant (forward but depressed areas) and the fourth quadrant (relatively underdeveloped regions). Karanganyar entry in the first quadrant (local fast forward and fast-growing), the second quadrant (fast growing area), the third quadrant (forward but depressed areas), and the fourth quadrant (relatively underdeveloped regions). In Wonogiri and Klaten district located in the third quadrant (forward but depressed areas) and the fourth quadrant (relatively underdeveloped regions). While in Sragen entry in the first quadrant (local fast forward and fast-growing), the third quadrant (forward but depressed areas) and the fourth quadrant (relatively underdeveloped regions).

Based on the analysis of Williamson index, shows that the average inequality that occurred in the period 1990-2014 amounted to 0.322 SUBOSUKOWONOSRATEN. SUBOSUKOWONOSRATEN income inequality in the region is still relatively low, but non-significant increase in observation. Keywords: Income disparity, Economic growth

(5)

A. Latar Belakang Masalah

Pemerintah provinsi melalui Perda Provinsi Jawa Tengah No.21 tahun 2003 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Jawa Tengah, Pemerintah Provinsi membentuk kawasan kerjasama antardaerah yang dipandang dari potensi dan struktur ekonomi kewilayahan yang dimanfaatkan bagi upaya untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi serta meningkatkan pemerataan pembangunan. Berikut ini 8 (delapan) kawasan kerjasama antardaerah Kabupaten/Kota di Jawa Tengah:

1. Kawasan Kedungsepur {Kendal, Demak, Semarang (Ungaran), Semarang, Grobogan (Purwodadi), dan Salatiga}

2. Kawasan Barlingmascakeb {Banjarnegara, Purbalingga, Banyumas, Cilacap, dan Kebumen}

3. Kawasan Purwomanggung {Purworejo, Wonosobo, Magelang, dan Temanggung}

4. Kawasan Subusukowonosraten {Surakarta, Boyolali, Sukoharjo, Karanganyar, Wonogiri, Sragen dan Klaten}

5. Kawasan Banglor {Rembang dan Blora}

6. Kawasan Wanarakuti {Juwana, Jepara, Kudus dan Pati}

7. Kawasan Tangkallangka {Batang,Pekalongan, Pemalang, dan Kajen} 8. Kawasan Bregas {Brebes, Tegal dan Slawi}

Dalam RTRWN (Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional) Kawasan Subosukowonosraten masuk dalam kawasan andalan Jawa Tengah dengan sektor unggulan industri, pariwisata dan pertanian. Untuk mengoptimalkan

(6)

potensi tersebut dibutuhkan kerjasama dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan mengembangkan potensi yang ada.

Berbagai kawasan Subosukowonosraten itu sendiri mempunyai perkembangan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atas dasar harga konstan, PDRB per-kapita, dan pertumbuhan jumlah penduduk yang berbeda yang mengakibatkan ketimpangan pendapatan dari tahun ke tahun. Untuk itu diperlukan perhitungan sebagai analisis yang digunakan untuk mengetahui seberapa besar ketimpangan pendapatan di wilayah Subosukowonosraten.

Mengenai seberapa besar ketimpangan dan gambaran tentang pola dan struktur pertumbuhan ekonomi di daerah-daerah kawasan SUBOSUKOWONOSRATEN di perlukan alat analisis Indeks Williamson dan Tipologi Klassen. Alat analisis tersebut digunakan sebagai upaya untuk melihat apakah dari masing-masing kawasan tersebut termasuk daerah cepat maju ,daerah berkembang cepat, daerah maju tapi tertekan, atau daerah relative tertinggal. Serta untuk mengetahui seberapa besar ketimpangan pendapatan di daerah SUBOSUKOWONOSRATEN.

Berdasarkan uraian permasalahan yang terjadi diatas, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “ANALISIS

PERTUMBUHAN EKONOMI DAN KETIMPANGAN

PENDAPATAN DI WILAYAH SUBOSUKOWONOSRATEN

(7)

B. TINJAUN PUSTAKA 1. Teori Pertumbuhan Ekonomi

Pertumbuhan ekonomi didefinisikan sebagai perkembangan kegiatan dalam perekonomian yang menyebabkan barang dan jasa yang diproduksikan dalam masyarakat bertambah. Untuk mengukur prestasi kegiatan ekonomi tersebut digunakan data produk nasional. Pertumbuhan ekonomi harus membandingkan pendapatan nasional yang dihitung berdasarkan nilai riil. (Sukirno,2011)

2. Ketimpangan Pendapatan Regional

Ketimpangan pembangunan ekonomi antarwilayah merupakan fenomena umum yang terjadi dalam proses pembangunan ekonomi suatu daerah. Ketimpangan ini pada awalnya disebabkan oleh adanya perbedaan kandungan sumber daya alam dan perbedaan kondisi demografi yang terdapat pada masing-masing wilayah. Akibat dari perbedaan ini, kemampuan suatu daerah untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan mendorong proses pembangunan juga menjadi berbeda. Karena itu, tidaklah mengherankan bilamana pada setiap daerah biasanya terdapat wilayah relatif maju (developed region) dan wilayah relatif terbelakang (underdeveloped region). Terjadinya ketimpangan pembanguna antarwilayah ini selanjutnya membawa implikasi terhadap tingkat kesejahteraan masyarakat pada wilayah bersangkutan. Biasanya implikasi yang ditimbulkan adalah dalam bentuk kecemburuan dan ketidakpuasan masyarakat yang dapat pula berlanjut dengan implikasi politik dan

(8)

ketentraman masyarakat. Karena itu aspek ketimpangan pmbangunan ekonomi antarwilayah ini perlu ditanggulangi melalui formulasi kebijakan pembangunan wilayah yang dilakukan oleh pemerintah daerah. (Sjafrizal, 2012)

3. Pertumbuhan Penduduk

Menurut Malthus, Pertumbuhan penduduk saja tidak cukup untuk berlangsungnya pembangunan ekonomi. Malahan, pertumbuhan penduduk adalah akibat dari proses pembangunan. Sebagaimana ditulis Malthus: “Pertambahan penduduk tidak bisa terjadi tanpa peningkatan kesejahteraan yang sebanding”. Jika akumulasi modal meningkat, permintaan atas tenaga

kerja juga meningkat. Kondisi demikian mendorong pertumbuhan penduduk. Akan tetapi pertumbuhan penduduk saja tidak meningkatkan kesejahteraan. Pertumbuhan penduduk akan meningkat kesejahteraan hanya bila pertumbuhan tersebut meningkatkan permintaan efektif (effective demand). Peningkatan pada permintaan efektif akan menyebabkan meningkatnya kesejahteraan. (Jhingan, 2007)

4. Produk Domestik Regional Bruto

Menurut BPS (Badan Pusat Statistik) ,Produk domestik regional bruto merupakan penjumlahan nilai output bersih (barang dan jasa akhir) yang ditimbulkan oleh seluruh kegiatan ekonomi di suatu wilayah tertentu (Propinsi dan Kabupaten/Kota) dan dalam satu kurun waktu tertentu (satu tahun kalender). Kegiatan ekonomi yang dimaksud mulai kegiatan pertanian, pertambangan, industri pengolahan sampai dengan jasa-jasa.

(9)

PDRB merupakan data statistik yang merangkum perolehan nilai tambah yang tercipta akibat proses produksi baik barang maupun jasa di suatu wilayah/region tertentu, biasanya setahun atau triwulan tanpa memperhatikan asal/domisili pelaku produksinya. PDRB merupakan salah satu indikator ekonomi yang dapat digunakan untuk melihat tingkat perkembangan dan struktur perekonomian disuatu wilayah.

5. PDRB Per-kapita

Menurut Arsyad (1997), pendapatan per-kapita selain bisa memberikan gambaran tentang laju pertumbuhan kesejahteraan masyarakat di berbagai negara juga dapat menggambarkan perubahan corak perbedaan tingkat kesejahteraan masyarakat yang sudah terjadi diantara berbagai negara.

C. METODE PENELITIAN

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah pengembangan penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Nikijuluw (2014) dengan judul Pertumbuhan dan Ketimpangan Pembangunan Antar Daerah di Provinsi Maluku.

1. Tipologi klassen

Gambaran pola dan struktur pertumbuhan ekonomi suatu wilayah dapat digambarkan melalui tipologi Klassen. Alat analisis ini didasarkan pada dua indikator utama yaitu pertumbuhan ekonomi dan pendapatan perkapita di suatu daerah. Dengan menentukan pertumbuhan ekonomi sebagai sumbu vertikal dan rata-rata pendapatan perkapita sebagai sumbu

(10)

horizontal. Klasifikasi daerah masing-masing mempunyai karakteristik yang berbeda yaitu :

a. Kuadran I (pertama) yaitu daerah/kabupaten yang cepat maju dan cepat tumbuh (high growth and high income) merupakan daerah yang memiliki tingkat pertumbuhan ekonomi dan PDRB perkapita yang lebih tinggi dibanding provinsi Jawa Tengah.

b. Kuadran II (kedua) yaitu daerah/kabupaten yang berkembang cepat (high growth but low income) merupakan daerah dengan pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi tapi PDRB perkapitanya lebih rendah dibanding provinsi Jawa Tengah.

c. Kuadran III (ketiga) yaitu daerah atau kabupaten maju tapi tertekan (low growth but high income) merupakan daerah yang memiliki pertumbuhan ekonominya lebih rendah tapi PDRB per-kapita lebih tinggi dibanding provinsi Jawa Tengah.

d. Kuadran IV (keempat) yaitu daerah/kabupaten relative tertinggal (low growth low income) merupakan daerah yang pertumbuhan ekonomi maupun PDRB perkapitanya lebih rendah dibanding provinsi Jawa Tengah

(11)

Tabel III-1

Matriks Klassen Tipology

R Y yi > Y yi < Y

ri > R Kuadran I Kuadran II

ri < R Kuadran III Kuadran IV

Sumber: Triwidodo (2006)

Menurut Sjafrizal (2008) yakni analisis yang digunakan sebagai Indeks ketimpangan regional (Regional Inequality) dengan rumus sebagai berikut:

2. Indeks Williamson

√(∑( ) )

Dimana VW adalah Indeks Williamson;

Yi adalah PDRB perkapita di Kabupaten/Kota di Subosukowonosraten Y adalah PDRB perkapita rata-rata di wilayah Subosukowonosraten Fi adalah jumlah penduduk di kabupaten/Kota di Subosukowonosraten, dan

n adalah jumlah penduduk di wilayah Subosukowonosraten

Dengan indikator bahwa apabila angka Indeks ketimpangan Williamson semakin mendekati angka nol maka menunjukkan ketimpangan yang semakin kecil dan bila angka Indeks menunjukkan semakin jauh dari nol maka menunjukkan ketimpangan yang makin lebar.

(12)

Dengan kriteria hasil uji indeks 0 s/d 1 sebagai berikut: a. 0 s/d 0,5 indeks disparitasnya rendah

b. 0,5 s/d 1 indeks disparitasnya tinggi D. HASIL PENELITIAN

a. Kabupaten/Kota Surakarta

Tabel IV-6

Tipologi Klassen Kabupaten Surakarta periode 1990-2014 R Y yi > Y yi < Y ri > R Kuadran I 1990, 1991, 1993, 1994, 1995, 1996, 1997, 2000, 2001, 2002, 2003, 2006, 2009, 2010, 2011, 2012, 2013, 2014 Kuadran II 1992, 1998, 1999, 2004, 2005, 2007, 2008

ri < R Kuadran III Kuadran IV

Sumber: (data diolah)

Berdasarkan tabel Tipology Klassen diatas, Kabupaten/Kota Surakarta pada tahun 1990, 1991, 1993, 1994, 1995, 1996, 1997, 2000, 2001, 2002, 2003, 2006, 2009, 2010, 2011, 2012, 2013, 2014 berada pada kuadran I (satu) yaitu pada daerah maju dan cepat tumbuh. Sedangkan pada tahun 1992, 1998, 1999, 2004, 2005, 2007, 2008 berada pada kuadran II (dua) yaitu termasuk di daerah maju tapi tertekan.

(13)

b. Kabupaten Boyolali

Tabel IV-7

Tipologi klassen Kabupaten Boyolali R Y yi > Y yi < Y ri > R Kuadran I Kuadran II ri < R Kuadran III 1994, 1995, 1996, 1997, 1998, 2001, 2002, 2005, 2009, 2013 Kuadran IV 1991, 1992, 1993, 1999, 2000, 2003, 2004, 2006, 2007, 2008, 2010, 2011, 2012, 2014

Sumber: (data diolah)

Kabupaten Boyolali, pada tahun 1994, 1995, 1996, 1997, 1998, 2001, 2002, 2005, 2009, 2013 termasuk dalam kuadran III (tiga) yaitu daerah Kabupaten yang berkembang cepat. Sedangkan pada tahun 1991, 1992, 1993, 1999, 2000, 2003, 2004, 2006, 2007, 2008, 2010, 2011, 2012, 2014 termasuk dalam kategori kuadran IV (empat) yaitu daerah Kabupaten yang relative tertinggal.

c. Kabupaten Sukoharjo

Tabel IV-8

Tipologi Klassen Kabupaten Sukoharjo R Y yi > Y yi < Y ri > R Kuadran I 1998,2005, 2013 Kuadran II 1997, 1999, 2006, 2007, 2008, 2009, 2010, 2011, 2012, 2014 ri < R Kuadran III 1994, 1995, 1996, 2001, 2003 Kuadran IV 1990. 1991, 1992, 1993, 2000, 2002, 2004

(14)

Kabupaten Sukoharjo termasuk kuadran I (satu) yaitu daerah kabupaten yang maju dan cepat tumbuh pada tahun 1998, 2005, 2013. Kuadran II (dua) pada tahun 1997, 1999, 2006, 2007, 2008, 2009, 2010, 2011, 2012, 2014 termasuk daerah Kabupaten maju tapi tertekan. Tahun 1994, 1995, 1996, 2001, 2003 termasuk di kategori kuadran III (tiga) yaitu daerah kabupaten yang berkembang cepat. Sedangkan pada tahun 1990. 1991, 1992, 1993, 2000, 2002, 2004 berada dalam kuadran IV (empat) yaitu daerah dengan kabupaten yang relative tertinggal.

d. Kabupaten Karanganyar

Tabel IV-9

Tipology klassen Kabupaten Karanganyar R Y yi > Y yi < Y ri > R Kuadran I 1995, 1996, 1997, 1998, 2000, 2005, 2006, 2007, 2009, 2013 Kuadran II 1999, 2008, 2010, 2011, 2012, 2014 ri < R Kuadran III 1991, 1992, 2004 Kuadran IV 1993, 1994, 2001, 2002, 2003

Sumber: (data diolah)

Kabupaten Karanganyar pada tahun 1995, 1996, 1997, 1998, 2000, 2005, 2006, 2007, 2009, 2013 termasuk dalam kuadran I (satu) yaitu daerah kabupaten yang maju dan cepat tumbuh. Tahun 1999, 2008, 2010, 2011, 2012, 2014 pada kuadran II (dua) yaitu daerah Kabupaten maju tapi tertekan. Sedangkan pada tahun 1991, 1992, 2004 termasuk di kuadran III (tiga) yaitu daerah kabupaten yang berkembang cepat. Pada tahun 1993, 1994, 2001, 2002, 2003 Kabupaten

(15)

Karanganyar masuk dalam kuadran IV (empat) yaitu daerah kabupaten yang relative tertinggal.

e. Kabupaten Wonogiri

Tabel IV-10

Tipologi klassen Kabupaten Wonogiri R Y yi > Y yi < Y ri > R Kuadran I Kuadran II ri < R Kuadran III 1990, 1993, 1995, 1996, 1997, 1998, 2000, 2002, 2009, 2010, 2013, 2014 Kuadran IV 1991, 1992, 1994, 1999, 2001, 2003, 2004, 2005, 2006, 2007, 2008, 2011, 2012

Sumber: (data diolah)

Berdasarkan tabel Tipology diatas Kabupaten Wonogiri pada tahun 1990, 1993, 1995, 1996, 1997, 1998, 2000, 2002, 2009, 2010, 2013, 2014 masuk dalam kuadran III (tiga) yaitu daerah kabupaten yang berkembang cepat. Namun pada tahun 1991, 1992, 1994, 1999, 2001, 2003, 2004, 2005, 2006, 2007, 2008, 2011, 2012 termasuk dalam kuadran IV (empat) yaitu daerah dengan kabupaten yang relative tertinggal.

(16)

f. Kabupaten Sragen

Tabel IV-11

Tipologi Klassen Kabupaten Sragen R Y yi > Y yi < Y ri > R Kuadran I 2013, 2014 Kuadran II ri < R Kuadran III 1994, 1995, 1996, 1998, 2000, 2001, 2003, 2004, 2005, 2007, 2008, 2009, 2011, 2012 Kuadran IV 1990, 1991, 1992, 1993, 1997, 1999, 2002, 2006, 2010,

Sumber: (data diolah)

Pada tahun 2013, 2014 Kabupaten Sragen berada pada kuadran I (satu) yaitu daerah kabupaten yang maju dan cepat tumbuh. Berada di kuadran III (tiga) yaitu daerah kabupaten yang cepat berkembang pada tahun 1994, 1995, 1996, 1998, 2000, 2001, 2003, 2004, 2005, 2007, 2008, 2009, 2011, 2012. Sedangkan pada tahun 1990, 1991, 1992, 1993, 1997, 1999, 2002, 2006, 2010 masuk dalam kuadran IV (empat) dengan kategori daerah kabupaten yang relative tertinggal.

(17)

g. Kabupaten Klaten

Tabel IV-12

Tipologi Klassen Kabupaten Klaten R Y yi > Y yi < Y ri > R Kuadran I Kuadran II ri < R Kuadran III 1990, 1991, 1995, 1996, 1997, 1998, 2000, 2001, 2003, 2004, 2005, 2013, 2014 Kuadran IV 1992, 1993, 1994, 1999, 2002, 2006, 2007, 2008, 2009, 2010, 2011, 2012 Sumber: (data diolah)

Kabupaten Klaten termasuk dalam kuadran III (tiga) pada tahun 1990, 1991, 1995, 1996, 1997, 1998, 2000, 2001, 2003, 2004, 2005, 2013, 2014 dengan kategori daerah kabupaten yang berkembang cepat. Sedangkan berada pada kategori kuadran IV (empat) yaitu daerah kabupaten yang relative tertinggal pada tahun 1992, 1993, 1994, 1999, 2002, 2006, 2007, 2008, 2009, 2010, 2011, 2012.

1. Indeks Williamson

Berdasarkan hasil perhitungan dengan menggunakan Indeks Williamson dapat diketahui bahwa ketimpangan pendapatan di wilayah SUBOSUKOWONOSRATEN periode 1990 sampai 2014 memiliki rata-rata sebesar 0,322. Pada awal periode 1990 ketimpangan pendapatan sebesar 0,206, artinya ketimpangan yang terjadi di wilayah SUBOSUKOWONOSRATEN melebar. Pada periode 1991 sebesar 0,241 yang menunjukkan ketimpangan semakin melebar pula. Di periode 1992 nilai Indeks Williamson menurun dari periode sebelumnya sebesar 0,241

(18)

menjadi sebesar 0,237. Peningkatan nilai Indeks Williamson terjadi di periode 1993 sampai dengan 1997 namun pada periode 1995 dan 1996 mempunyai nilai yang sama yaitu 0,313. Peningkatan yang terjadi pada periode 1993 sampai dengan 1997 mengakibatkan ketimpangan di wilayah SUBOSUKOWONOSRATEN semakin melebar. Periode 1998 terjadi penurunan sebesar 0,292 namun kembali meningkat di tahun 1999 sampai dengan 2003. Nilai ketimpangan pendapatan di periode 2004 dan 2005 mengalami penurunan sebesar 0,352 dan 0,358 yang mengakibatkan ketimpangan pendapatan semakin kecil. Pada periode 2006 sampai dengan 2014 di wilayah SUBOSUKOWONOSRATEN kembali mengalami peningkatan secara signifikan nilai Indeks Williamson. Artinya di periode 2006-2014 ketimpangan pendapatan yang terjadi semakin melebar lagi. E. KESIMPULAN

Berdasarkan penelitian dari bab sebelumnya dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Penelitian dengan menggunakan tipology klassen dapat disimpulkan yaitu:

a. Kabupaten/Kota Surakarta pada tahun 1990-2014 berada pada kuadran I (pertama) yaitu pada daerah maju dan cepat tumbuh. Dan berada pada kuadran II (kedua) yaitu termasuk di daerah maju tapi tertekan.

b. Kabupaten Boyolali, pada tahun 1990-2014 termasuk dalam kuadran III (ketiga) yaitu daerah Kabupaten yang

(19)

berkembang cepat. Dan kategori kuadran IV (keempat) yaitu daerah Kabupaten yang relative tertinggal.

c. Kabupaten Sukoharjo tahun 1990-2014 termasuk kuadran I (pertama) yaitu daerah Kabupaten yang maju dan cepat tumbuh. Kuadran II (kedua) termasuk daerah kabupaten maju tapi tertekan. termasuk di kategori kuadran III (ketiga) yaitu daerah kabupaten yang berkembang cepat. berada dalam kuadran IV (keempat) yaitu daerah dengan kabupaten yang relative tertinggal.

d. Kabupaten Karanganyar pada tahun 1990-2014 termasuk dalam kuadran I (pertama) yaitu daerah kabupaten yang maju dan cepat tumbuh. kuadran II (kedua) yaitu daerah kabupaten maju tapi tertekan. di kuadran III (ketiga) yaitu daerah kabupaten yang berkembang cepat. kuadran IV (keempat) yaitu daerah kabupaten yang relative tertinggal. e. Berdasarkan tabel Tipology diatas Kabupaten Wonogiri

pada tahun 1990-2014 kuadran III (ketiga) yaitu daerah kabupaten yang berkembang cepat. termasuk dalam kuadran IV (keempat) yaitu daerah dengan kabupaten yang relative tertinggal.

f. Pada tahun 1990-2014 Kabupaten Sragen berada pada kuadran I (pertama) yaitu daerah kabupaten yang maju dan cepat tumbuh. Berada di kuadran III (ketiga) yaitu daerah

(20)

kabupaten yang cepat berkembang. kuadran IV (keempat) dengan kategori daerah kabupaten yang relative tertinggal. g. Di Kabupaten Klaten pada tahun 1990-2014 termasuk

dalam kuadran III (ketiga) dengan kategori daerah kabupaten yang berkembang cepat. Berada pada kategori kuadran IV (keempat) yaitu daerah kabupaten yang relative tertinggal

2. Berdasarkan hasil perhitungan ketimpangan pendapatan di wilayah SUBOSUKOWONOSRATEN (Surakarta, Boyolali, Sukoharjo, Karanganyar, Wonogiri, Srage, Klaten) periode 1990-2014 dengan menggunakan indeks Williamson, nilai indeks menunjukkan semakin jauh dari nol maka terjadi ketimpangan yang semakin melebar. Di wilayah SUBOSUKOWONOSRATEN periode 1990-2014 terjadi ketimpangan pendapatan yang rendah dari tahun ke tahun dengan rata-rata indeks ketimpangan sebesar 0,322. Meskipun meningkat ketimpangannya masih relative rendah karena rata-rata nilainya masih dibawah 0,5.

F. SARAN

1. Pemerintah perlu menanggapi kabupaten/kota yang termasuk dalam kuadran IV (empat) yaitu kabupaten yang relative tertinggal dengan didukung oleh masyarakat. Perlunya perhatian pemerintah secara serius untuk mengatasi masalah-masalah yang berhubungan

(21)

dengan ekonomi terutama untuk memeratakan pembangunan dan PDRB per kapita di kabupaten/kota yang relative tertinggal.

2. Kepada pemerintah provinsi dan pemerintah di wilayah SUBOSUKOWONOSRATEN (Surakarta, Boyolali, Sukoharjo, Karanganyar, Wonogiri, Sragen, Klaten) hendaknya menanggapi adanya ketimpangan pendapatan yang masih tergolong rendah dengan cermat supaya tidak terjadi ketimpangan yang semakin melebar.

(22)

DAFTAR PUSTAKA

Arsyad, Lincolin. 1997. Ekonomi Pembangunan. Yogyakarta: Bagian Penerbitan STIE YKPN

Arsyad, Lincolin. 2015. Ekonomi Pembangunan. Yogyakarta: Bagian Penertiban UPP STIM YKPN

Badan Pusat Statistik. 1989-2014. Jawa Tengah dalam Angka tahun. BPS Jawa Tengah.

.

Barika. 2012. Analisis Ketimpangan Pembangunan Wilayah Kabupaten/Kota di Provinsi Bengkulu Tahun 2005-2009. Dalam Jurnal Ekonomi Dan Perencanaan Pembangunan, Volume: 04. No. 03. FE Universitas Bengkulu. ISSN: 1979-7338.

Cazka dan Riadi, RM. 2008. Pertumbuhan dan Ketimpangan Pembangunan Ekonomi Antar Daerah di Provinsi Riau. Jurnal Industri dan Perkotaan Volume XII Nomor 21/Februari 2008.

Chuzaimah dan M. Ardi Kurniawan. 2014. Analisis Konsentrasi Penyebaran Aktivitas Dan Analisis Ketimpangan Wilayah (Kasus Provinsi Sumatera Selatan). Jurnal Ilmiah AgriBA No.2. ISSN: 2303-1158.

Jhingan, M.L. 2007. Ekonomi Pembangunan dan Perencanaan. Jakarta: Rajagrafindo Persada.

Kolawole, B.O, Omobitan, O.A, dan Yaqub, J.O. 2015. Poverty Inequality and Rising Growth in Nigeria: Further Empirical Evidence. Internasional Journal of Economics and Finance: Vol. 7, No. 2 : 2015. ISSN 1916-971X. Kurniasih, Erni Panca. 2013. Ketimpangan Wilayah Di Provinsi Kalimantan

Barat Suatu Kajian Terhadap Hipotetis Kuznet. Pontianak: FE Universitas Tanjungpura. ISSN: 1693-9093.

Miyasto, Lintantia Fajar Apriesa. 2013. Pengaruh Desentralisasi Fiskal Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Daerah dan Ketimpangan Pendapatan (Studi Kasus: Kabupaten/Kota di Jawa Tengah). Dalam Diponegoro Journal of Economics Volume 2, Nomor 1, Hal. 1-12.

Mopangga, Herwin. 2011. Analisis Ketimpangan Pembanguna Dan Pertumbuhan Ekonomi Di Provinsi Gorontalo. Volume 10, No.1, Juni 2011, Hal. 40-51. Gorontalo: FEB Universitas Negeri Gorontalo. ISSN 1411-514X.

(23)

Musfidar, Ma’mun. 2012. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Ketimpangan Distribusi Pendapatan di Sulawesi Selatan Tahun 2001-2010. Makassar: FE Universitas Hasanuddin Makassar.

Nikijuluw, Jeanee B. 2014. Pertumbuhan Dan Ketimpangan Pembangunan Antar Daerah Di Provinsi Maluku. Volume VIII, Nomor 1, Mei 2014. Ambon: FE Universitas Pattimura. ISSN: 1978-3612.

Perda RTRWN Jawa Tengah 2003-2018. 2003. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 21 Tahun 2003 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Jawa Tengah. Semarang.

Pujianti, Amin. 2009. Analisis Kawasan Andalan Di Jawa Tengah. Semarang: FE Universitas Negeri Semarang. ISSN 1693-928X.

Raswita, Ngakan Putu Mahesa Eka dan Made Suyana Utama. 2013. Analisis Pertumbuhan Ekonomi dan Ketimpangan Pendapatan Antar Kecamatan Di Kabupaten Gianyar. E-Jurnal EP Universitas Udayana, 2 (3): 119-128. ISSN: 2303-0178.

Sjafrizal. 1997. Pertumbuhan Ekonomi dan Ketimpangan Regional Wilayah Indonesia Bagian Barat. Prisma, Maret 1997, hal 27-38. Yogyakarta: LP3ES.

Sjafrizal. 2008. Ekonomi Regional Teori dan Aplikasi. Baduose Media, Sumatra Barat

Sjafrizal. 2012. Ekonomi Wilayah dan Perkotaan. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada

Sitorus, Devi Yanti Rahayu. 2012. Analisis Pertumbuhan dan Ketimpangan Antar Kabupaten/Kota di Propinsi Kalimantan Timur. Skripsi. Semarang:FE Undip.

Soebagiyo, Daryono. 2013. Perekonomian Indonesia. Surakarta: Pusat Pengembangan Ekonomi Fakultas Ekonomi dan Bisnis UMS.

Sultan dan Jamzani Sodik. 2010. Analisis Ketimpangan Pendapatan Regional Di DIY-Jawa Tengah Serta Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Periode (2000-2004). Buletin Ekonomi Vol. 8, No. 1, April 2010 hal 1-70. Yogyakarta: FE Universitas Pembangunan Nasional.

Sukirno, Sadono. 2008. Makroekonomi Teori Pengantar. Jakarta: Rajagrafindo Persada

(24)

Sutarno dan Mudrajad Kuncoro. 2003. Pertumbuhan Ekonomi dan Ketimpangan Antar Kecamatan di Kabupaten Banyumas 1993-2000. Jurnal Ekonomi Pembangunan, voume 8 N0.2. Hal 97-110. Yogyakarta: FE UII.

Sutrisno, Adi. 2012. Analisis Ketimpangan Pendapatan Dan Pengembangan Sektor Unggulan Di Kabupaten Dalam Kawasan Barlingmascakeb Tahun 2007-2010. Semarang: FE Universitas Negeri Semarang. ISSN 2252-6560. Tian, Ye. 2012. The Effect of Income Inequality on Economic Growth in China.

Economics & Business Journal: Inquiries dan Perspectives. Volume 4 Number 1 Oktober 2012.

Todaro, Michael P. 2003. Pembangunan Ekonomi di Dunia Ketiga. Jakarta: Erlangga.

Umiyati, Etik. 2012. Analisis Tipologi Pertumbuhan Ekonomi dan Disparitas Pendapatan dalam Implementasi Otonomi Daerah di Provinsi Jambi. Jurnal Paradigma Ekonomi Vol 1 Nomor 5 April 2012.

Utama, Putra Fajar.2010. Analisis Pertumbuhan Ekonomi dan Tingkat Ketimpangan di Kabupaten/Kota Yang Tergabung Dalam Kawasan Kedungsepur Tahun 2004-2008. Skripsi. Semarang: FE Undip.

Gambar

Tabel III-1
Tabel IV-6
Tabel IV-7
Tabel IV-9
+4

Referensi

Dokumen terkait

pabrik dengan rumus nomor 17, dan menghitung harga pokok produksi dengan rumus nomor 19, sehingga dari proses-proses tersebut aplikasi menghasilkan informasi taksiran

Penelitian pengembangan instrumen asesmen otentik ini meliputi kegiatan mengembangkan instrumen asesmen otentik, menerapkan instrumen dalam pembelajaran, menganalisis

Dari definisi-definisi Motivasi diatas, maka dapat disimpulkan bahwa “Motivasi adalah suatu faktor yang mendorong perilaku seseorang untuk melakukan sesuatu dalam

Protozoa pada sampel sebelum dan sesudah pembentukan biogas menunjukan jenis yang sama tetapi berkurang cukup banyak hal ini dikarenakan ketika masuk ke dalam digester

Rekan-rekan Debaters Fakultas Psikologi Universitas Katolik Soegijapranata Semarang, terutama rekan satu tim penulis (Conrad, Mbak Catur, Fiky), terimakasih atas

Demikian keterangan dari beliau, beliau selain orang seni beliau mengetahui sejarah asal-usul alat musik tari Ntak Kudo. Alat-alat musik yang sederhana namun

Perancangan sistem kerja merupakan cara bagaimana sistem berkerja dan komponen alat yang dibutuhkan yang akan dikerjakan,dalam sistem kerja dapat digambarkan dalam

Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan kombinasi level suplementasi mineral sulfulr (S) dan fosfor (P) yang terbaik untuk meningkatkan kecernaan zat makanan daun sawit amoniasi