59 BAB I BAB IV
ANALISA DAN PEMBAHASAN
4.1 Analisa Aspek Manusia
4.1.1 Klasifikasi Kebutuhan dan Luasan Ruang
Kebutuhan Jenis Ruang Aktivitas
Lobby Penerima tamu, pusat Orientasi ke ruang lain Longue Tempat istirahat, duduk dan komunikasi Informasi Tempat bertanya informasi dalam ruangan
Lobby Lift Ruang tunggu lift
Unit Toko
Ruang aktifitas belanja-belanja penghuni atau tamu pendatang
Department Store
Perlengkapan belanja untuk penghuni atau tamu pendatang
Hipermarket Tempat belanja untuk penghuni atau publik Food Court Tempat santai-santai dan makan bersama keluarga Resto Center Tempat makan penghuni dan publik
Atm Center Tempat transaksi uang
Ruang Fitness Ruang kesehatan jasmani
Ruang Aerobik Ruang kesehatan jasmani
Ruang Ganti & Locker Ruang ganti Fitnes dan aeorbik
Shower & Toilet Ruang mandi fitness
Sauna Ruang penyegaran dan kesehatan jasmani Lift Penumpang Lift servis mengontrol barang-barang
Lift Servis Lift management servis apartemen dan ruang penunjang Eskalator Jalur efisien penghuni dan pendatang tamu Tangga Kebakaran Tangga darurat penghuni apartemen
Laundry & Linen Layanan pangan penghuni
Ruang Karyawan Ruang karyawan apartemen
Musholla Musholla karyawan servis dan pengelola apartemen Ruang Security Ruang keamanan dan penjagaan satpam
Ruang Travo Ruang distribusi listrik
Ruang Genset Ruang mengontrol listrik
Reservoir Tank Ruang distribusi air
Tendon Air Bersih dan Kebakaran
Ruang distribusi air
Ruang Pompa Ruang distribusi air
STP Ruang kontrol
Ruang Sampah Ruang Management sampah
Ruang Apartemen Unit A Unit apartemen tipe low Ruang Apartemen Unit B Unit apartemen tipe middle Ruang Apartemen Unit C Unit apartemen tipe High
Kantor Staff Apartemen Ruang pengelola
Ruang Kerja Manajer Ruang pengelola
R. General Manajer Ruang pengelola
R. Asistensi GM Ruang pengelola
R. Kerja Sekretaris Ruang pengelola
Lapangan Tennis Ruang olahraga dan permainan penghuni Ruang Billiyar Ruang olahraga dan permainan penghuni
Locker Ruang ganti olahraga dan permainan
Kolam Renang Dewasa Kolam renang dewasa penghuni
Kolam Renang Anak Kolam renang anak-anak atau keluarga penghuni
Locker Ruang ganti kolam renang
1.1.2 Analisa Kebutuhan Ruang dan Luasannya
Untuk analisa kebutuhan luasan ruang dibuat berdasarkan stud banding, studi pustaka pada beberapa buku seperti Buiding Planning & Design Standart, Data Arsitek, Time Saver Standart, dsb. Sehingga program ruang yang tercipta adalah sebagai berikut:
Ruang Sifat
Ruang
Standar
Ruang Kapasitas Luasan
Jumlah Ruang
Luas Total
Publik Area Publik
Mini Market 200 m² - 135,7 m² 1 ruang 135,7 m²
ATM 8 m²/ATM 1 orang 8 m² 1 ruang 22 m²
Retail 1 100 m² - 42 m² 3 ruang 126 m²
Retail 2 200 m² - 54 m² 4 ruang 216 m²
Retail 3 100 m² - 36 m² 9 ruang 324 m²
Retail 4 300 m2 300 m2 2 ruang 600 m2
Department Store 300 m² 360 m² 1 ruang 360 m²
Gudang 56 m² 28 orang 21 m² 3 ruang 168 m²
Toilet 1,25 m²/org 4 orang 32,5 m² 4 ruang 130 m²
Total Luasan + Sirkulasi 20% 2377.2 m²
Ruang Sifat
Ruang
Standar
Ruang Kapasitas Luasan
Jumlah Ruang
Luas Total Fitness Center Semi
Publik
Lobby 0,65 - 0,9
m²/org 6 orang 55 m² 1 ruang 55 m² Front Desk 10 m²/unit 2 orang 12 m² 1 unit 12 m²
R. Fitness 3m²/alat 30 orang 383 m² 1 ruang 383 m²
R. Loker 16m²/unit 5 orang 12,375
m² 2 unit
24.75 m² R. Shower 0,9m²/unit 1 orang 1,26 m² 8 ruang 10,08 m²
Toilet 1,25 m²/org 1 orang 1,25 m² 6 ruang 7,56 m² Sauna 0,9 m²/org 10 orang 22 m² 2 ruang 44 m² R.Senam / Yoga 165m²/unit 30 orang 165 m² 1 ruang 165 m²
Gudang 20 m²/unit 2 orang 20 m² 1 ruang 10,8 m²
Total Luasan + Sirkulasi 20% 854.832
m²
Ruang Sifat Ruang
Standar
Ruang Kapasitas Luasan
Jumlah Ruang Luas Total Area Pengelola privat Grand
Lobby 1 25 m²/org 50 orang
227,5
m² 1 ruang
227,5 m² Grand
Lobby 2 25 m²/org 50 orang 158 m² 1 ruang 158 m² Lift Lobby 25 m²/org 30 orang 315 m² 2 ruang 630 m² R. Manager 25 m²/org 1 orang 25 m² 1 ruang 25 m²
R.
Marketing 25 m²/org 5 orang 115 m² 1 ruang 115 m² R.
Sekretaris 15 m²/org 1 orang 12,5 m² 1 ruang
12,5 m² R. Finance 25 m²/org 5 orang 63 m² 1 ruang 63 m²
R. Rapat 12 m² 6 orang 15 m² 2 ruang 300 m²
R. Tamu 2 m²/org 4 orang 20 m² 1 ruang 20 m²
Taman
Tengah 2 m²/org 10 orang 115 m² 1 ruang 115 m²
R. Pantry 5% dari kantor 2 orang 5% dari kantor 1 ruang 5% dari kantor = 14 m² R. Toilet 1,25 m²/org 8 orang 65 m² 1 ruang 65 m²
Total Luasan + Sirkulasi 20% 2094
m²
Ruang Sifat Ruang
Standar
Ruang Kapasitas Luasan
Jumlah Ruang Luas Total Area Service Semi Publik
R. Staff 1,25 m²/org 25 orang 23 m² 1 ruang 23 m²
R. Loker 9 m² 4 orang 9 m² 2 ruang 18 m²
Pantry 8 m² 2 orang 8 m² 1 ruang 8 m²
R. Operator 23 m² - 23 m² 1 ruang 23 m² Gudang 10 m² - 10 m² 1 ruang 5 m² Loundry 80 m² - 82 m² 1 ruang 82 m² R. Genset 100 m2 - 100 m2 1 ruang 100 m2 R. Trafo 20 m2 - 20 m2 1 ruang 20 m2 R. Pompa 100 m2 - 100 m2 1 ruang 100 m2
Workshop 20 m2 4 orang 20 m2 1 ruang 20 m2
Ruang
Sekuriti 20 m
2 - 20 m2 20 m2
Total Luasan + Sirkulasi 20% 502.8
m²
Ruang Sifat Ruang
Standar
Ruang Kapasitas Luasan
Jumlah Ruang Luas Total Musholla Semi Publik
R. Sholat 1,25 m²/org 10 orang 57 m² 1 ruang 57 m² R. Wuduh 0,9 m²/org 4 orang 12 m² 2 ruang 24 m²
Total Luasan + Sirkulasi 20% 97.2
m²
Ruang Luar Semi
Publik
Standar
Ruang Kapasitas Luasan
Jumlah Ruang Luas Total Area Bermain Anak 100 m² 30 orang 100 m² - 100 m² Bike Track 100 m² - 500 m² - 500 m²
Lapangan Tennis - 10 orang 420 m² 1 420
m²
Total Luasan + Sirkulasi 20% 1224
m²
Ruang Sifat
Ruang
Standar
Ruang Kapasitas Luasan
Jumlah Ruang Luas Total Unit A Privat 120 m² 6 - 8 orang 121,5 m² 40 4860
Unit B Privat 240 m² 6 - 10 orang 243 m² 20 4860 Unit C
(penthouse) Privat 240 m² 6 - 14 orang
243 m²
Ruang Sifat Ruang
Standar
Ruang Kapasitas Luasan
Jumlah Ruang
Luas Total
Area Parkir
Mobil Karyawan 12,5 m² 25 buah - - 312,5 m²
Mobil Penghuni 12,5 m² 272 buah - - 3750 m²
Mobil Tamu 12,5 m² 50 buah - - 625 m²
Motor Karyawan 2 m² 100 buah - - 200 m²
Motor Tamu 2 m² 50 buah - - 100 m²
Motor Penghuni 2 m² 100 buah - - 200 m²
Total Luasan + Sirkulasi 20% 6225 m²
Sumber: Data Arsitek Jilid 3
Publik Area + Lobby 2377.2 m² Fitness Center 854.832 m² Area Pengelola 2094 m² Area Service 502.8 m² Musholla 97.2 m² Ruang Luar 1224 m² Area Parkir 6225 m² Area Unit 26892 m² Total Luasan 40267.032m²
Rencana perhitungan luas banguan:
Koefisien Luas bagunan : 53250 m²
Total luas Keseluruhan : 40267.032m²
lantai = 486
Unit D Privat 81 m² 1-2 orang 81 m² 56 4536
Unit D1 Privat 81 m² 1-2 orang 81 m² 60 4860
26892 m²
1.1.3 Analisa Hubungan Ruang
Berikut ini adalah skematik hubungan ruang makro, dengan area-area yang terhubung dengan tiga garis berarti hubungan antar ruangnya sangat erat, sedangkan area-area yang terhubung dengan dua garis memiliki hubungan erat,. Hubungan-hubungan tersebut akan mempengaruhi dalam desain peletakan ruang baik secara horizontal maupun vertikal.
1.2 Analisa Aspek Lingkungan 4.2.1 Analisa Tapak
Gambar 4.1 Hubungan Antar Ruang Sumber : Hasil Olahan Pribadi
Tapak yang digunakan berada pada Jalan Mega Kuningan Tapak tersebut memiliki luas 10.650 m² akan tetapi terdapat beberapa regulasi dari pemerintah yang mengatur pembangunan pada tapak tersebut. Berikut adalah analisis Tapak terhadap regulasinya :
Pada gambar 4.2.1 diatas, terlihat transformasi tapak eksisting dengan LRK yang ada. Menururt LRK Tapak eksisting dibagi menjadi 2(empat) buah lahan dengan jarak yang telah ditetapkan. Tapak yang digunakan (tapak A) memiliki luas lahan sebesar 10.650 m² dengan Koefisien Dasar Bangunan (KDB) 50% (5325 m²). Untuk mengetahui massa bangunan awal, KDB menjadi perhitungan. Dengan berasumsi sekitar tapak memiliki GSB (Garis Sepadan Bangunan) yang dihitung (1/2 x lebar jalan sekitar) +1, yaitu 10 m dan koefisien luas bangunan yang ada sampai mendekati luas bangunan yang dapat dibangun (±5 x 10650 = 53250 m²).
4.2.2 Gambaran Kondisi lingkungan disekitar tapak Gambar 4.2Lokasi Tapak dan Data Tata Kota
Jalan di sebelah utara di area bundaran mega kuningan dengan lebar jalan 15 m. Jalan sebelah timur berdekatan dengan gedung menara prima di samping merupakan lahan kosong. Jalan sebelah barat merupakan area perumahan yang elit dengan lebar jalan 10m. Jalan sebeleh selatan merupakan area utama mega kuningan jalan menuju bundaran mega kuningan dengan lebar jalan 15m.
4.2.3 Analisa Pencapaian ke Tapak
Gambar 4.3Kondisi ditapak Sumber : Hasil Olahan Pribadi
Potensi lingkungan adalah mudahnya aksesbilitas atau pencapaian ke lingkungan karena berada pada lokasi yang strategis, berada kawasan strategis Jakarta Selatan yaitu tepatnya di area cbd mega kuningan. Semua hal ini ditunjang oleh jalan raya utama mega kuningan dari Jalan HR Rasuna Said yang mudah di akses karena memeiliki 3 arah sehingga pencapaian ke lingkungan tidak sulit.
Alternatif 1 : Potensi berupa jalur kendaraan mobil, motor di manfaatkan semaksimal mungkin sebagai sarana pencapian ke tapak.
Alternatif 2 : Mengingat ada dua sisi yang mengarah jalan besar yang pencapaian relatif mudah, maka pertimbangan pintu masuk utama ke bangunan dan pintu keluar di orientasikan ke jalan besar.
Pencapaian ke tapak dibagi menjadi dua yaitu pedestrian pejalan kaki manusia dan kendaraan. Sebaiknya antara kedua itu dipisahkan akses masuk dan keluarnya agar tidak terjadi jalan silang antara kendaraan dan manusia.
Sirkulasi Pedestrian pejalan kaki
Untuk pintu masuk utama dan keluar manusia tergantung dari arah pintu masuk utama. Arah keluar kendaraan dan kendaraan servis agar dipisahkan.
Untuk sirkulasi pejalan kaki diberikan fasiltas yang nyaman, misalnya diberikan pemasangan koridor khusus pejalan kaki memiliki atap, agar terlindung dari panas dan hujan. Lalu memperbanyak penghijaun taman seperti pohon agar telihat lebih alamiah dan sejuk.
4.2.4 Analisa Bentuk dan View Orientasi terhadap Bundaran Mega Kuningan
Berdasarkan analisa tapak orientasi bangunan menghadap kearah satu titik lingkaran bundaran Mega Kuningan. Pada kenyataannya Terlihat dalam Peta gambar 4.3.1 seperti gedung-gedung kantor Ritz carlton, kantor prima, apartemen belagio, apartemen Oakwood menghadap pada satu titik lingkaran Mega Kuningan.
Tapak bangunan yang dipilih termasuk dalam cincin lingkaran bundaran Mega Kuningan terlihat padatapak yang ditandai dengan warna kuning, Sehingga tampak bangunan utama mengikuti menghadap satu titik bundaran Mega Kuningan. Adapun bentuk bangunan mengikuti atau menyesuaikan dengan regulasi tapak sebagai langkah awal perancangan.
Gambar 4.4 bangunan menghadap satu titik pusat lingkaran mega kuningan
Sumber : Hasil Olahan Sendiri
View mega kuningan timur
View mega kuningan Barat
View Jl. Rasuna Said
Tol Grogol Cawang
View Jalan Utama Mega Kuningan
4.2.5 Analisa Matahari
Muka tapak utama dan jalan utama menghadap arah barat akan menjadi area yang panas. Namun pada sisi ini kemungkinan akan terjadi sedikit masuknya cahaya dan panas karena disamping dengan gedung disekitarnya.
Pada Area timur berpotensi untuk memanfaatkan cahaya yang sehat untuk kenyamanan bagi penghuni, apalagi tinggi bangunan disampingnya hanya 1-2 lantai yaitu perumahan.
Gambar 4.5 Bentuk bangunan menyesuaikan bentuk pada tapak berdasarkan regulasi peraturan tapak
Sumber : Hasil Olahan Sendiri
Gambar 4.6Orientasi matahari Sumber : Hasil Olahan Sendiri
4.2.6 Analisa Angin
Arah angin seacara umum mengalir dari arah tenggara kearah barat laut atau sebaliknya, angin tersebut dinamakan angin muson. Untuk menentukan diwilayah Indonesia tergolong kecepatan nya rendah. Bentuk bangunan yang mengikuti arah angin dari arah tenggara ke arah barat laut merupa kan bentuk yang sesuai terhadap aliran angin yang melaluinya. Sedangkan bentuk yang berlawanan memungkinkan tidak dapat mengalirkan angin secara menyeluruh.
Jika ikut melalui pola bentuk yang berlawanan maka angin dapat dibelokan atau diarahkan bisa dengan memanfaatkan sistem cross ventilation berfungsi untuk mengalirkan udara dan angin yang masuk kedalam bangunan. Tetapi ini hanya analisa, dipaper menekankan pada pencahayaan alami.
4.2.7 Analisa Pedestrian atau Pejalan Kaki
Pada pola lingkaran warna biru merupakan sirkulasi pejalan kaki jumlah yang besar. Sedangkan pola lingkaran warna merah muda sirkulasi jumlah menengah dan warna hijau sirkulasi jumlah yang sedikit. Pada Sirkulasi merah
Gambar 4.7Orientasi pada angin Sumber : Hasil Olahan Sendiri
lebih dominan tinggi frekuensinya disbanding dari arah belakang tapak. Peristiwa ini terjadi jalan yang dilalui merupakan jalan utama dan lebar jalannya cukup luas untuk pejalan kaki.
Pada pola lingkara warna merah memungkinkan menjadi tempat bertemunya para pejalan kaki. Pejalan kaki yang banyak dilalui oleh penghuni apartemen, karyawan dan pendatang tamu (public). Secara garis besar memungkinkan menjadi tempat pintu utama masuk kedalam tapak, terlihat gambar dibawah ini.
Gambar 4.8Sirkulasi pejalan kaki dalam peta Sumber : Hasil Olahan Sendiri
Gambar 4.9Sirkulasi pejalan kaki dalam jumlah yang terbesar dan merah adalah titik entrance
Arah sirkulasi utama yang menghubungkan dengan dua jalan utama dan bangunan disekitar. Sirkulasi menanggapi kondisi di tapak seperti plaza, taman, jalur kendaraan angkot, dan kantor menambahkan aksesbilitas yang menjadi mudah.
Dengan adanya banyak pejalan kaki, sehingga memungkinkan adanya diberikan plaza, taman dan walkway jogging track untuk menambah kemudahan juga kenyamanan bagi penghuni serta menambahkan nilai estetika didalam tapak meupun view dari luar bangunan.
4.2.8 Analisa Sirkulasi Kendaraan
Pada pola warna merah merupakan arah sirkulasi kendaran frekuensi terbesar, sedangkan pola warna ungu arah sirkulasi kendaraan frekuensi menengah dan warna biru arah sirkulasi kendaran dengan frekuensi paling kecil.
Gambar 4.10Arah sirkulasi utama yang menghubungkan dengan dua jalan utama dan bangunan disekitar
Kemungkinan terjadi penumpukan pada titik bertemunya kendaraan yang ditandai pada warna hijau muda. Menandakan bahwa kejadian seperti itu tidak bagus untuk dijadikan sirkulasi kendaraan yang dilalui masuk kedalam tapak akan
menimbulkan kesemerawutan.
Gambar 4.11Frekuensi arah sirkulasi kendaraan Sumber : Hasil Olahan Sendiri
Gambar 4.12Frekuensi arah sirkulasi kendaraan dan titik potensi macet
Adapun hasil dari analisa menghasilkan bahwa sirkulasi dibagi menjadi 2 bagian diantaranya terletak pada bagian barat jalan utama masuk kedalam tapak. Pada arah bagian timur dibuat jalur masuk khusus servis. Sirkulasi jauh dari kemacetan dan jalur sirkulasi kendaraan tidak bercampur oleh sirkulasi kendaraan tidak bercampur oleh sirkulasi kendaraan utama. Terlihat pada gambar dibawah ini, beserta keterangannya.
Gambar 4.13Sirkulasi entrance dan servis Sumber : Hasil Olahan Sendiri
4.2.9 Kesimpulan Analisa Tapak
Keterangan :
Terlihat gambar diatas menjelaskan bahwa, dari keseluruhan analisa dapat dihasilkan zoning tapak sudah menentukan area-area seperti lobby, sevis, orientasi bangunan, view bangunan dan massa bangunan pada tapak.
Gambar 4.14Sirkulasi entrance dan servis Sumber : Hasil Olahan Sendiri Main Entrance
Area Jalur Servis Petunjuk arah Orientasi tapak
View ke luar dan ke dalam tapak
1.3 Analisa Aspek Bangunan
Pada tapak ini hal yang paling menentukan dalam penentuan zoning adalah letak orientasi pada tapak dan view dari luar dan kedalam tapak, serta didukung dengan hubungan antar ruang, orientasi matahari dan sirkulasi. Secara sederhana dapat digambarkan melalui diagram berikut :
4.3.1 Zoning Horizontal
Zoning yang menjadi pertimbangan adalah analisa lingkungan yang telah dilakukan dengan kondisi sekitar tapak, bentuk tapak , matahari , angin , sirkulasi, kebisingan dan view. Hubungan anatar ruangan yang dihasilkan juga termasuk dalam pertimbangan analisa.
Keterangan :
Warna Orange : Area Publik Warna Hijau : Area Semi Publik Warna Ungu : Area Semi Private
Gambar 4.15Zoning horizontal Sumber : Hasil Olahan Sendiri
Warna Biru : Area Servis Warna Hitam : Area Private
Terlihat pada Area paling bawah adalah area publik, disusul dengan area semi publik. Pada bagian atas semi publik diletakan kolam renang untuk penghuni apartemen. Area penghijuan tampak terlihat luas.
Area-area privat hunian diletakan diatas area semi publik berbentuk ramping. Area servis menempel dekat dengan area privat ,kemungkinan area servis juga jadi alterantif nantinya masuk kedalam area privat atau tetap menempel diarea privat.
4.3.2 Zoning Horizontal
Pada zoning vertikal, yang perlu diperhatikan adalah faktor aktivitas penghuni apartemen dan pengunjung, untuk dapat memisahkan zona privat dan publik, maka terjadilah 2 massa bangunan dengan perbedaan fungsi dan sifat. Dimana dapa dianalisis dengan menggunakan diagram berikut :
Semi Privat
Servis
Servis
Private
Gambar 4.16Analisa zoning vertikal zona privat Sumber : Hasil Olahan Sendiri
Pada area publik dan semi publik akan dipersatukan menjadi satu blok massa namun fungsinya tetap berbeda dengan pemberian sistem cahaya diatas bangunan untuk memanfaatkan cahaya alami. Untuk area parkir memanfaatkan area sisa ,tetapi jika tidak ada lagi tersedia maka mungkin menggunakan basement sebagai alternatif.
Area semi publik, servis, semi privat dan parker basement mengingat tempatnya yang tidak mendapatkan cahaya alami, maka akan dipertimbangan pada saat perancangan. Untuk level dasar, sebagai tempat kegiatan-kegiatan yang dapat diakses publik dan semi publik, seperti lobby, cafeteria, plaza maka dikategorikan zona publik.
Level berikutnya adalah semi privat sebagai peralihan dari zona public ke zona private, seperti ruang fitness, kolam renang, dan ruang permainan. Level berikutnya adalah zona privat dimana terdapat management building (office) dan unit-unit hunian berada.
Semi Publik
Servis
Publik
Publik
Gambar 4.17Analisa zoning vertikal zona publik Sumber : Hasil Olahan Sendiri
Keterangan :
Warna Orange : Area Publik Warna Hijau : Area Semi Publik Warna Ungu : Area Semi Private Warna Biru : Area Servis
Warna Hitam : Area Private
Untuk pertimbangan servis diletakan dibawah sebagai area parkir kendaraan. Adapun juga untuk memudahkan bagi para penghuni dengan langsung dapat mengakses ketempat parkir tanpa perlu keluar bangunan. Level berikutnya merupakan area zona publik dikarenakan peruntukan untuk zona area plaza komersil, sehingga semua level bersifat publik bagi pengunjung.
Gambar 4.18Zoning Vertikal Hunian dan Ruang-ruang Penunjangnya secara general
Sumber : Hasil Olahan Sendiri Servis Servis Private Private Private Private Private
Publik Semi Publik
Semi Privat Semi Privat Servis
4.3.3 Tata Ruang dan GubahanMassa Bangunan
Pada bangunan apartemen sebelum meneliti ,membuat perencanaan gubahan massa. Pertama secara garis besar dalam menentukan gubahan massa perlu diketahui dulu peraturan bangunan, terlihat gambar diatas merupakan lahan yang dipilih dengan GSB atapk 10 m2. Pada garis merah adalah batasannya.
Gambar 4.19Gsb Tapak Sumber : Hasil Olahan Pribadi
Gambar 4.20KDB dan KLB Tapak Sumber : Hasil Olahan Pribadi
Setelah peraturan gsb, terdapat pula peraturan kdb dank klb bangunan. Kdb bangunan 5325 m2 dan klb bangunan 53250 m2.
Secara mendasar dari tapak di extrude atau ditarik keatas berdasarkan program ruang apartemen yang masih dalam tahap pertimbangan. Terlihat bagaimana hubungan dengan lingkungan ,setelah itu disesuaikan dengan program ruang sesuai dari peraturan bangunan.
Gambar 4.21Massa di extrude keatas berdasarkan program ruang dasar Sumber : Hasil Olahan Pribadi
Gambar 4.22Massa di extrude keatas berdasarkan program ruang dasar Sumber : Hasil Olahan Pribadi
26892 m²
Setelah sebelumnya menentukan massa bangunan secara kasar atau masih dalam pertimbangan analisa, barulah disesuaikan dengan program ruang. Terlihat pada gambar diatas massa bangunan telah disesuaikan dengan program ruang untuk nantinya menentukan arah fasade dan letak ruang-ruangnya. Blok yang ditandai dengan warna biru terdapat beberapa fungsi ruang tergabung didalamnya yaitu Fasilitas apartemen, kantor pengelola, plaza komersial, ruang mekanikal elektrikal, area servisdan juga parkir.
Sedangkan Pada blok massa yang ditandai warna merah merupakan area hunian apartemen. Setelah semuanya terbentk dalam perencanaan massa bangunan yang sebelumnya berdasarkan pertimbangan lewat analisa tapak, peraturan bangunan, dan orientasi bangunan. Berikut adalah gambar massa bangunan terhadap arah mata angin sesuai dengan kondisi tapak dan lingkungannya. Sudah dijelaskan sebelumnya bahwa massa bangunan menghadap satu titik pusat area bundaran Mega Kuningan, sehingga menghasilkan arah view dan orientasi untuk penelitian ini yaitu arah barat laut dan tenggara,sepeti gambar dibawah ini.
Gambar 4.23Tampak atas massa bangunan Sumber : Hasil Olahan Pribadi
U
4.3.4 Analisa Pembentukan Massa Bangunan
Berdasarkan analisis zoning secara umum pada bab sebelumnya, berikut ini adalah konsep zoning dengan pembagian ruang-ruang yang dapat digambarkan melalui diagram 3-dimensi berikut :
Penentuan zoning baik secara horizontal maupun vertikal ditentukan oleh hubungan ruang, organisasi ruang, orientasi matahari, orientasi view dan kebisingan. Hal-hal tersebut secara umum telah dianalisis pada bab sebelumnya. Pada level 1, terdapat ruang-ruang yang diperuntukkan sebagai zona public, semipublic, dan servis. Pada level 2 dan 3, terdapat ruang-ruang yang diperuntukkan sebagai zona
semi public sebagai peralihan dari zona public ke zona private, seperti ruang sport
center, kolam renang dan area games. Ruang-ruang service disesuaikan perletakkannya pada bangunan apartemen ini berdasarkan analisis sebelumnya, seperti analisis orientasi view di bundaran Mega Kuningan dan matahari.
Basement Lobby Pengelola
Area Publik / Mini plaza Area Publik / Mini Plaza Area Publik / Mini Plaza Sport center
Games & Swimming pool Core
Unit Apartemen
Servis Gambar 4.24Gambar Tata Ruang Zoning Vertikal & Horizontal
4.3.5 Analisa Tata Ruang dan Gubahan Massa
Gambar 4.25Area Hijau dan Pola Ruang di lantai 1 Sumber : Hasil Olahan Pribadi
Tahap Pembentukan Massa 1
Area Jalur Penghijauan dan Ruang-ruang yang ada di Level 1
Pada Area tahap ini terdapat taman besar yang terintegrasi dengan area publik atau mini plaza. Pedestrian dan jalur kendaraan mobil memperngaruhi bentuk dari area hijau ini, sehingga terbentuklah jalur yang terpisah antara jalur pedestrian dan jalur kendaraan mobil. Bentuk lengkung yang diatas merupakan jalur jogging track untuk penghuni. Area Pengelola Area Servis Area Publik Jalan menuju basement IN Out Servis Entrance Back Entrance Void Grand Lobby
Lobby Lift khusus untuk penghuni
apartemen
Basement
Zona Apartemen dan publik dipisah dengan adanya jalan masuk kendaraan agar privasi penghuni apartemen tetap terjaga.
In Basement Perumahan
Lahan Kosong
The Ricth Carlton Lahan kosong Lahan kosong
Tahap Pembentukan Massa 2 Lantai 2 dan Lantai 3
Gambar 4.26Area lantai 3 dan lantai 4 Sumber : Hasil Olahan Pribadi Area Sport Center
Ruang Retail Retail Mini Plaza
Retail Mini Plaza, melalui escalator untuk menuju ke
level 2
Posisi Area kolam renang dipisah dengan area publik atau yang berdekatan langsung dengan jalan, sehingga privasi penghuni tetap terjaga.
Penghuni apartemen tidak bisa langsung ke area mini plaza melalui lift melainkan sebelumnya turun ke grand lobby dahulu agar bisa ke plaza. Tujuan nya adalah agar memudahkan keamanan dan privasi.
Void untuk mencoba berusaha memanfaatkan
pencahayaan alami dari atas
bangunan
Ruang Games Area Kolam
renang
Area Café & Resto
Jarak pisah bangunan
Sebagian besar penilitian terfokus dengan fasade banguunan terhadap pencahayaan alami, tetapi juga mempertimbangkan sebagian kecil bentuk massa bangunan. Pada zona vertikal massa bangunan apartemen di belah menjadi dua dengan ada core di tengahnya, tujuannya agar cahaya alami dari atas bisa menerangi ruang yang ada dibawahnya. Modul struktur yang terbentuk adalah 9m x 9m, sehingga jarak towernya 9 m. Dan juga zona horizontal di tarik 9 m ke atas supaya tujuan sama.
Modul ukuran luas lantai unit 9m x 9m.
Tahap Pembentukan Massa 3 Unit Apartemen
Gambar 4.27 Unit Apartemen Sumber : Hasil Olahan Pribadi View Jl. Rasuna
Said Tol
Grogol Cawang
View Menghadap ke bundaran Mega Kuningan
Sky Lobby (Diperutukan untuk penghuni bersifat privasi)
Koridor antar massa apartemen
1.4 Analisis Bukaan Fasade pada Ruang Unit 4.4.1 Analisa Bukaan dan Fasade
Cahaya yang masuk ke dalam ruang unit merupakan cahaya yang menyebar merata di dalam ruang setelah melalui fasade atau jendela ruangan. Disamping itu rancangan bangunan, cerahnya cahaya serta rancangan bukaan terhadap sudut datangnya cahaya sangat berpengaruh terhadap kualitas pencahayaan pada ruang unit.
Titik pengukuran dimaksudkan untuk mengetahui nilai kekuatan penerangan yang terdapat masing-masing bidang lantai ruang unit. Nilai kekuatan penerangan pada ruangan unit merupakan penerangan alami eksisting menurut pengukuran yang dilakukan. Hasil data dari simulasi bukaan ini akan disesuaikan dengan teori-teori rancangan fasade bangunan, studi banding, studi lapangan, studi pustaka dan jurnal, serta di ikuti dengan standar nilai-nilai kekuatan penerangan yang bertujuan untuk memperoleh hasil pencahayaan alami sesuai standar khususnya di Indonseia.
Keterangan untuk bukaan (existing):
Panjang ruang = 9 m
Lebar ruang = 7 m
Tinggi Ruang = 4 m
Tinggi ke balok struktur = 3.25 m
Luas kamar unit yang dianalisa adalah 9 x 9 m
Berikut ini adalah analisis bukaan fasade yang cocok pada setiap ruang unit sehingga lux yang dihasilkan sesuai dengan kebutuhan ruang untuk penghuni apartemen berdasarkan standar yang ada. Parameter yang digunakan dalam analisis ini adalah:
1. Lokasi Tapak : Jakarta Latitude : -6.229707° , Longtitude : 106.827959°
2. Tanggal : 21 Maret
Gambar 4.28 Parameter Tanggal Sumber: Data Pribadi Simulasi Ecotect, 2013 3. Waktu : Pk 09:00, Pk 12:00, dan Pk 15:00
Gambar 4.29Diagram Pergerakan Matahari Sumber: Data Pribadi Simulasi Ecotect, 2013 4. Arah Mata Angin :Barat laut dan Tenggara 5. Kondisi Langit :
Gambar 4.30 KondisI Langit Sumber: Data Pribadi Simulasi Ecotect, 2013
6. Sample modul ruang unit apartemen :
1. Sample 1 Ruang unit ukuran 81 m2. Pada ruang tersebut dianalisa dalam kondisi ruang yang kosong untuk mengetahui seberapa besar kuat penerangan cahaya yang masuk ke dalam ruangan.
2. Sample 2 Ruang unit ukuran 81 m2 dikurangi dengan luas sirkulasi = 63 m (7m x 9m) dan dilengkapi dengan toilet ,dapur, furniture sesuai kebutuhan apartemen.
Bukaan 20%
Gambar 4.32Titik Pengukuran Ruang-ruang ada di dalam Unit Sumber : Hasil Olahan Pribadi
R.Tidur Toilet
R.Makan
R.Keluarga/Tamu
Kitchen Gambar 4.31Sample Ruang Unit kosong
7. Model bukaan 20 % pada ruang unit :
Gambar 4.33Alternatif bukaan fasade yang digunakan Sumber : Hasil Olahan Pribadi
Model 1
Model 2
Model 3
4.2 Analisis Bukaan 20%
Menurut Lechner (2007) dalam buku Heating, Cooling, Lighting menyatakan bahwa “Area jendela harus sedikitnya 20 % dari besaran lantai karena adanya
kelebihan pada musim panas”.
Waktu yang digunakan untuk analisa adalah tanggal 21 juni (posisi matahari berada di lintang utara) pada pukul 09:00, 12:00 dan 15:00 pada ruang unit menghadap Barat, selatan, dan Timur.
1. Analisis Unit tipe 81 m2dengan Bukaan 20% : A. Bangunan Menghadap Barat Laut
U
Bukaan 20%
Pk 09:00
Pk 12:00
B. Bangunan Menghadap Tenggara
Tabel 4.3Hasil Analisis Unit Apartemendengan bukaan 20% Arah Hadap
Bangunan Pk 09.00 Pk 12.00 Pk 15.00
Keterangan Barat Laut > 950 lux > 950 lux 650 - 950 lux Melebihi
standar kuat penerangan (Lux) yang ada Tenggara > 950 lux > 950 lux 650 - 950 lux
Sumber: Data Pribadi Simulasi Ecotect, 2013 Bukaan 20%
Pk 09:00
Pk 12:00
C. Analisis Rancangan Ruang Unit Terhadap Bukaan 20% :
Dalam analisis rancangan unit, ditemukan 4 bentuk bukaan yang digabungkan dengan bentuk-bentuk didasarkan teori-teori, studi banding dan studi pustaka terhadap pertimbangan pencahayaan alami. Hadap bangunan sesuai dengan arah datang matahari. Berikut beberapa bentuk rancangan unit :
Gambar 4.34Analisis Rancangan Ruang Unit Sumber: Data Pribadi, 2013
Shading horizontal 1 x 9 m Kanopi 1x 9 m
Balkon 1 x 9 m
solid 3 x 5.4m dan jendela (tinggi, sedang dan rendah) Lightselft
Balkon 1 x 9 m Kanopi 1 x 9 m
Shading vertikal 1 x 3 m (jarak 60 cm)
Kanopi 1 x 9 m Lightself
Shading horizontal 1 x 3m dan vertikal 9 x 1 m
Balkon 1 x 9 m
solid 0,5 x 0,9 m dan jendela (tinggi, sedang dan rendah) Desain 1
Desain 2
Kesimpulan:
• Hasil simulasi data yang diambil pada arah mata angin paling panas yaitu barat laut pukul 12 siang. Gambar di atas menunjukan bahwa bentuk desain yang pertama pada unit apartemen dapat menurunkan intensitas cahaya yang lebih masuk kedalam ruangan.
Desain 1 Desain 2 Desain 3 Pukul 12 siang Pukul 12 siang Pukul 12 siang
Gambar 4.35 Hasil Analisis Perbandinganbentuk fasade Sumber: Data Pribadi Simulasi Radiancet, 2013
• Perbandingan desain 1, desain 2 dan desain 3 bahwa penggunaan dapat menurunkan intensitas cahaya yang masuk ke dalam ruangan lebih besar tetapi yang paling mendekati adalah bentuk desain yang pertama karena hasil lux rata-ratanya 150 -350 lux.
Gambar 4.36Bentuk desain unit yang akan digunakan di apartemen Sumber: Data Pribadi Simulasi Radiancet, 2013 2. Analisis Unit tipe 63 m2dengan Bukaan 20% :
R.Tidur Toilet
R.Makan
R.Keluarga/Tamu
Kitchen
Gambar 4.37Kondisi ruang unit yang dilengkapi dengan furniture, wc Sumber : Hasil Olahan Pribadi
Pada tipe 63m2 terbagi ada dua area yaitu
1. Area yang ditandai warna merah dengan luas 18.72 m2 adalah ruang kamar tidur. 2. Area ditandai warna biru dengan luas 34.32 m2adalah ruang makan, dapur, ruang keluarga.
Ruang tersebut sebagai perhitungan bukaan 20% untuk memenuhi kuat penerangan pencahayaan alami. Pada ruang toilet tidak masuk dalam hitungan karena merupakan ruang massif dan menggunakan cahaya buatan. Gambar diatas terdapat posisi area bukaan 20% dari luas lantai ruangan, sehingga peneliti mencoba membuat beberapa model alternatif bukaan. Model-model bukaan tersebut di analisa untuk dipilih bukaan mana yang paling mendekati standar pencahayaan alami. Berikut adalah beberapa model alternatif bukaan 20% :
Luas Area 18.72 m2
Luas Area 34.32 m2
Gambar 4.38Luas area yang menjadi perhitungan bukaan 20% Sumber : Hasil Olahan Pribadi
Model bukaan 1
Model bukaan 2
Model bukaan 3
Model bukaan 4
Gambar 4.39Alternatif model bukaan 20% Sumber : Hasil Olahan Pribadi
Hasil analisis Ruang dengan Bukaan 20% :
1. Analisis ruang dengan ukuran 63m2:
Berikut ini adalah analisis besarnya lux dalam 4 model bukaan :
Tabel 4.4 Hasil Analisis Unit Tipe 63 m2
Kesimpulan hasil analisis:
Dari data-data diatas dapat disimpulkan bahwa:
a. Pk 09.00 bangunan yang menghadap Barat Laut dan Tenggara hampir mendekati standar lux dengan rata-rata 300-550 lux.
b. Pk 12.00 bangunan yang menghadap Barat Laut memperoleh cahaya yang lebih banyak untuk menerangi dalam ruang unit sehingga butuh media di fasade bangunan agar dapat memenuhi standarkuat penerangan. Bangunan yang Tenggara jauh lebih kecil kuat penerangannya dibanding bangunan yang menghadap barat laut.
c. Pk 15.00 bangunan yang menghadap Barat Laut intensitas cahayanya hampir sama dengan waktu 12.00 siang juga besar kuat penerangannya dan bersifat
Analisis model 1 dengan bukaan 20% Standar Lux Arah Hadap
Bangunan
Rata-Rata CahayaPadaMejaKerja (Lux)
09.00 12.00 15.00
Lux Lux Lux
150 - 300 Lux Barat Laut 450 – 750 lux 750 – 950 lux 750 – 950 lux Tenggara 300 – 450 lux 300 – 950 lux 200 – 550 lux
Analisis model 2 dengan bukaan 20%
150 - 300 Lux Barat Laut 450 – 550 lux 750 – 950 lux 750 – 950 lux Tenggara 350 – 550 lux 350 – 550 lux 200 – 550 lux
Analisis model 3 dengan bukaan 20%
150 - 300 Lux Barat Laut 250 – 650 lux 750 – 950 lux 750 – 950 lux Tenggara 350 – 550 lux 350 – 750 lux 200 – 350 lux
Analisis model 4 dengan bukaan 20%
150 - 300 Lux Barat Laut 300 – 450 lux 750 – 950 lux 250-750 lux Tenggara 250 – 450 lux 250 – 450 lux 200 – 550 lux
menyilaukan dalam ruangan. Pada arah Tenggara hampir mendekati standar intensitas cahaya karena matahari bertolak belakang arah bangunan yaitu barat. d. Dari perbandingan model bukaan 20% yang paling mendekati standar cahaya
alami adalah model bagian yang ke-4. Model tersebut terlihat dari pukul 12.00 siang cenderung hampir mendekati lux antara 250-450 lux. Pukul 12.00 siang merupakan salah satu titik cahaya dari luar yang berlebihan, sehingga dengan bentuk model bukaan ke-4 memungkinkan dapat membantu memenuhi standar kuat penerangan. Pada pukul 09.00 pagi juga hampir sama intensitas luxnya dengan pukul 12.00 siang. Dilihat dari standar lux berkisar 150 – 300 lux peneliti berusaha mencari solusi untuk memenuhi standar yang ada, karena lux cahaya dengan model yang paling mendekati yaitu 250 – 450 lux masih bisa dipertimbangkan sampai memenuhi standar lux. Pertimbangan itu bisa dengan mencoba mengaplikasikan bentuk-bentuk yang dapat mereduksi cahaya yang berlebihan dan bisa menggunakan teori-teori cahaya alami yang ada, serta studi banding atau studi pustaka.
e. Model bangunan yang paling mendekati terhadap barat laut adalah model bukaan ke-3 karena bentuk bukaan berbentuk persegi panjang dengan posisi horizontal. Terlihat pada pukul 09.00 yang mendekati dengan standar lux karena matahari masih terbit dari timur.
Hasil analisis model ke-4 dengan Bukaan 20% yang menghadap Tenggara :
Pukul 09.00 Terlihat dari hasil simulasi ecotect lux 250 – 450 lux yang ditandai warna hijau adalah lux yang paling menonjol atau dominon. Pukul 12.00 Hampir sama dengan pukul 09.00 yaitu 250 - 450 lux. Pukul 15.00 Juga hampir sama dengan pukul 09.00 dan pukul 12.00 yaitu bahkan lebih hampir mendekati 200 – 550 lux.
Gambar 4.40Model ke-4 yang bukaan 20% Sumber : Hasil Olahan Pribadi
Hasil analisis model ke-3 dengan Bukaan 20% yang menghadap Barat Laut : Pukul 09.00 Dengan bukaan seperti ini simulasi yang dihasilkan 250 – 450 lux yang ditandai warna hijau adalah lux yang paling menonjol Pukul 12.00 Simulasi yang dihasilkan 750 – 950 lux. Pukul 15.00 Simulasi yang dihasilkan 750 – 950 lux
Gambar 4.41Model ke-4 yang bukaan 20% Sumber : Hasil Olahan Pribadi
Model ke-4 dengan Bukaan 20% Arah Tenggara dan Rancangan Fasade yang Memenuhi Standar Lux :
Kemiringan 20o
+
Bukaan 20 % dan sliding Sirip dengan kemiringan sudut 20o Gambar 4.42Model ke-4 yang bukaan 20% dan sirip kemiringan 20o
Sumber : Hasil Olahan Pribadi
Pukul 09.00 Hasil simulasi menghasilkan lux 150 – 350.
Kesimpulan hasil analisis:
Dari data-data diatas dapat disimpulkan bahwa:
a. Dengan bukaan model ke-4 dan digabung dengan sirip horizontal kemiringan 200 terhadap Pk 09.00, 12.00 dan 15.00 menghadap tenggaramenghasilkan hasil simulasi rata-rata 150 – 300 lux yang dapat memenuhi dalam Standar Nasional Indonesia (SNI).
4.3Analisis Sistem Struktur Bangunan
Sistem struktur dapat mempengaruhi ketahanan dan lamanya masa bangunan dan ketahanannya terhadap elemen-elemen perusak bangunan seperti Pukul 12.00 Hasil simulasi menghasilkan lux 150 – 350. Pukul 15.00 Hasil simulasi menghasilkan lux 150 – 350.
Gambar 4.43Hasil Simulasi Model ke-4 dengan Bukaan 20% dan sirip kemiringan 20o Sumber : Hasil Olahan Pribadi
gempa bumi, bencana angin,dan sebagainya. Sistem struktur bangunan dapat dibagi menjadi 2 bagian, yaitu :
• Sub Structure (Struktur bawah)
Merupakan bagian struktur bawah yang menahan beban yang bekerja dariatas kebawah.
• Upper Structure (Struktur atas)
Upper-structure merupakan struktur utama yang bertugas untuk menerimaseluruh beban hidup atau beban lateral yang diterimanya untuk diterukanpada pondasi.
Jenis Struktur Kelebihan Kekurangan
Bahan Struktur sederhana dan ringan Kekakuan dalam struktur Fleksibel dalam penataan ruang dalam unit apartemen Pembentuk kekakuan dinding Trafe kolom yang terbatas atau relative kecil Dimensi relative besar Pada keujung pondasi bertumpu pada tanah yang keras Biayanya terbilang relative murah Dapat mencapai kedalaman dari 40 m Stuktur cenderung stabil Pelaksanaan membutuhkan waktu yang panjang sesuai standar kebutuhannya Diperlukan peralatan bor Pada proses pelaksanaan relative sulit Tabel 4.5Struktur Bangunan
Gabungan sistem pondasi sehingga penurunan akan sama disemua bangunan Mengurangi masalah penurunan tanah (shetlement) Membutuhkan volume beton dalam jumlah yang banyak Pelaksanaan dan biaya konstruksi sangat mahal
4.4Analisis Sistem Utilitas Bangunan
1. Penghawaan
Analisa penghawaan merupakan perancangan bangunan yang tanggap terhadap iklim berkaitan dengan suhu udara dan kelembaban. Menggunakan dua sistem penghawaan yaitu penghawaan alami dan penghawaan buatan. Penghawaan alami bisa diterapkan dengan membuatcross ventilation. Penghawaan buatan contohnya adalah dengan menggunakanAir Conditioner (AC) pada ruang tertentu. 2. Pencahayaan
Pencahayaan pada bangunan terdapat dua macam pencahayaan, yaitu pencahayaan alami dan pencahayaan buatan. Pencahayaan alami adalahpencahayaan yang didapat dari cahaya matahari. Pemanfaatan pencahayaan alamiharus semaksimal mungkin. Penempatan bukaan bukaan harus lebih di tata secarabaik sehingga cahaya dapat masuk kedalam ruangan secara cukup dan tidakberlebihan. Dan luasan bukaan yang maksimal namun tetap memberikankenyamanan bagi pengguna ruang tersebut.Pencahayaan buatan adalah pencahayaan yang dilakukan denganmenggunakan lampu. Tipe lampu yang dapat digunakan adalah lampu PL,
neon T5atau LED karena cahaya yang dihasilkan nyaman untuk mata dan juga dapatmenekan penggunaan energy listrik secara berlebih.
3. Proteksi Kebakaran
Sistem proteksi pasif berperan dalam pengaturan pemakaian bahan bangunan dan interior bangunan dalam upaya meminimasi intensitas kebakaran serta menunjang terhadap tersedianya sarana jalan keluar (exit) aman kebakaran untuk proses evakuasi. Sarana exitmerupakan bagian dari sebuah sarana jalan keluar yang dipisahkan dari tempat lainnya dalam bangunan gedung oleh konstruksi atau peralatan untuk menyediakan lintasan jalan yang diproteksi menuju eksit pelepasan.
Disisi lain sistem proteksi kebakaran berfungsi sebagai daerah atau tempat perlindungan yang di manfaatkan oleh penghuni gedung apabila terjadikebakaran atau situasi darurat. Daerah ini seharusnya mampu bertahan hingga2 jam. Jarak radius untuk mencapai tangga darurat adalah 30 meter dan 12meter dari koridor buntu. Proteksi kebakaran ini berupa proteksi aktifcontohnya hidran dan sprinkler. Sprinkler dan hidran membutuhkan cadangan airyang diperhitungkan ntuk jangka waktu selama 30 menit. Sprinkler disediakan setiaplantai dan adanya tangga darurat diharapkan mampu menanggulangi kejadian.
4. Pengolahan dan penyaluran air serta pembuangan limbah
Gambar 4.44Sistem Utilitas Air Bersih
Sumber: Data Pribadi
Gambar 4.45Sistem Utilitas Air Limbah
Sumber: Data Pribadi
5. Instalasi Listrik
Sistem Instalasi listrik bangunan ini secara umum dengan mengambil arus dari PLN. Selain dari PLN, disiapkan pula pembangkit listrik cadangan berupagenerator atau genset yang akan dioperasikan apabila PLN mengalamigangguan.
6. Penangkal Petir
Sistem penangkal petir yang lazim digunakan adalah sistem Thomas. Sistem ini mempunyai jangkauan perlindungan yang luas, daerah bangunan yangterlindungi dalam radius 60 m dan luas lahan yang terlindungi dalam kerucutperlindungannya dalam radius 125 m. sistem ini dianggap cocok karena terbilangefisien apabila di letakan di bagian teratas bangunan apartemen dalam waktu jangka panjang.